• Tidak ada hasil yang ditemukan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II KAJIAN KEPUSTAKAAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Komunikasi Interpersonal

Secara umum komunikasi interpersonal atau antar pribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi (Sendjaja, 1994). Pengertian proses mengacu pada perubahan dan tindakan (action) yang berlangsung terus menerus. Komunikasi antarpribadi juga merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik. Sedangkan makna, yaitu sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut, adalah kesamaan pemahaman diantara orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang digunakan dalam proses komunikasi.

Secara sederhana menurut Suranto (2011), proses komunikasi digambarkan sebagai proses yang menghubungkan pengirim pesan dengan penerima pesan. Proses tersebut terdiri dari enam langkah sebagaimana tertuang dalam ilustrasi 2.

Ilustrasi 2. Proses yang menghubungkan pengirim pesan dengan penerima pesan Langkah 1 Keinginan berkomunikasi Langkah 6 Umpan balik Langkah 2 Encoding oleh Komunikator Langkah 3 Pengirim pesan Langkah 4 Penerimaan pesan Langkah 5 Decoding oleh komunikan

(2)

1. Keinginan berkomunikasi. Seorang komunikator mempunyai keinginan untuk berbagi gagasan dengan orang lain.

2. Encoding oleh komunikator. Encoding merupakan tindakan memfor- mulasikan isi pikiran atau gagasan ke dalam symbol-simbol, kata-kata, dan sebagainya sehingga komunikator merasa yakin dengan pesan yang disusun dan cara penyampaiannya.

3. Pengirim pesan. Untuk mengirim pesan kepada orang yang dikehendaki komunikator memilih saluran komunikasi seperti telepon, SMS, e-mail, surat, ataupun secara tatap muka. Pilihan atas saluran yang akan digunakan tersebut bergantung pada karakteristik pesan, lokasi penerima, media yang tersedia, kebutuhan tentang kecepatan penyampaian pesan, karakteristik komunikan.

4. Penerima pesan. Pesan yang dikirim oleh komunikator telah diterima oleh komunikan.

5. Decoding oleh komunikan. Decoding merupakan kegiatan internal dalam diri penerima. Melalui indera, penerima mendapatkan macam-macam data dalam bentuk mentah, berupa kata-kata dan simbol-simbol yang harus diubah ke dalam pengalaman-pengalaman yang mengandung makna. Dengan demikian, decoding adalah proses memahami pesan. Apabila semua berjalan lancar, komunikan tersebut menterjemahkan pesan yang diterima dari komunikator dengan benar, memberi arti pesan yang diterima dari komunikator dengan benar, memberi arti yang sama pada simbol-simbol sebagaimana yang diharpkan oleh komunikator.

6. Umpan balik. Setelah menerima pesan dan memahaminya, komunikan memberikan respon atau umpan balik. Dengan umpan balik ini, seorang komunikator dapat mengevaluasi efektivitas komunikasi. Umpan balik ini

(3)

biasanya juga merupakan awal dimulainya suatu siklus proses komunikasi baru, sehingga proses komunikasi berlangsung secara berkelanjutan.

Terdapat enam karakteristik yang menentukan kegiatan dalam komunikasi antarpribadi (Pearson, 1963), antara lain: Pertama, komunikasi yang menyangkut pengamatan dan pemahaman berangkat dari dalam diri kita, artinya dibatasi oleh siapa diri kita dan bagaimana pengalaman kita. Kedua, komunikasi antarpribadi bersifat transaksional. Anggapan ini mengacu pada tindakan pihak-pihak yang berkomunikasi secara serempak menyampaikan dan menerima pesan. Ketiga, komunikasi antarpribadi mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi. Maksudnya komunikasi antarpribadi tidak hanya berkenan dengan isi pesan yang dipertukarkan, tetapi juga melibatkan siapa partner komunikasi kita dan bagaimana hubungan kita dengan pertner tersebut. Keempat, komunikasi antar pribadi mensyaratkan adanya kedekatan fisik antara pihak-pihak yang berkomunikasi. Kelima, komunikasi antarpribadi melibatkan pihak-pihak yang saling tergantung satu dengan lainnya (interdependen) dalam proses komunikasi. Keenam, komunikasi antarpribadi tidak dapat diubah maupun diulang.

Menurut Sendjaja (1994), proses psikologis merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam komunikasi antarpribadi. Hal ini terjadi karena dalam komunikasi antarpribadi kita mencoba menginterpretasikan makna yang menyangkut diri kita sendiri, diri orang lain dan hubungan yang terjadi. Kesemuanya terjadi melalui suatu pikir yang melibatkan penarikan kesimpulan.

Komunikasi interpersonal dapat dikatakan efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan secara suka rela oleh penerima pesan, dapat meningkatkan kualitas hubungan antarpribadi, dan tidak ada hambatan untuk hal itu (Hardjana, 2003). Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa komunikasi interpersonal dikatakan efektif, apabila memenuhi tiga persyaratan utama, yaitu: (1) pesan yang dapat diterima dan dipahami oleh komunikan

(4)

sebagaimana dimaksud oleh komunikator, (2) ditindak-lanjuti dengan perbuatan secara suka rela, tidak karena dipaksa. Komunikasi interpersonal yang efektif mampu mempengaruhi emosi pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi itu ke dalam suasana yang nyaman, harmonis, dan bukan sebagai suasana yang tertekan, (3) meningkatkan kualitas hubungan antarpribadi, dimana efektivitas dalam komunikasi interpersonal akan mendorong terjadinya hubungan yang positif terhadap rekan dan keluarga.

Prinsip-prinsip dasar dan unsur-unsur komunikasi adalah, proses komunikasi dan makna pesan, sumber, komunikator, pesan, saluran, penerima, pesan, umpan balik, faktor lain yang perlu diperhatikan dalam proses komunikasi. Sumber yaitu dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan. Komunikator yaitu orang atau lembaga yang menyampaikan pesan. Hal penting yang perlu diperhatikan oleh komunikator adalah penampilan, penguasaan masalah, penguasaan bahasa. Kualitas dan kesesuaian ketiga hal tersebut menentukan efektifitas komunikasi. Pesan yaitu keseluruhan dari apa yang disampaikan komunikator. Pesan secara umur dikelompokan dalam, informatif, persuasif, koersif, seimbang sesuai dengan keinginan komunikan atau audience. Hambatan dalam penyampaian pesan adalah bahasa, dan teknis atau noise. Penerima pesan yaitu pihak yang menerima pesan personal, kelompok, massa. Syarat yang perlu dimiliki komunikan adalah keterampilan menangkap dan meneruskan pesan, pengetahuan tentang sikap yang positif. Efek yaitu hasil akhir komunikasi perubahan sikap dan tingkah laku komunikan jika berubah sesuai yang direncanakan komunikasi efektif atau berhasil. Umpan balik yaitu respon dari khalayak setelah menerima pesan input penting bagi komunikator.

Komunikasi interpersonal merupakan suatu proses interaksi manusia yang satu dengan manusia lain dan hal ini terjadi karena adanya ketertarikan, kesamaan, kedekatan dan biasanya lebih sering terjadi pada situasi informal. Alasan melakukan komunikasi interpersonal ini adalah karena manusia sebagai makhluk sosial yang tak dapat hidup sendiri sehingga dengan komunikasi interpersonal

(5)

akan memiliki suatu fungsi sosial tertentu sehingga membina suatu hubungan dan menjadi dasar untuk membangun suatu hubungan yang lebih intim.

Kegiatan penyuluhan peternakan lebih banyak menggunakan pendekatan komunikasi interpersonal. Pendekatan komunikasi interpersonal ini dimaksudkan untuk mengubah perilaku peternak, tidak hanya pada wilayah kognitifnya tetapi lebih jauh adalah merupakan sikap peternak, berupa tindakan dalam mengelola usaha ternaknya. Proses komunikasi dalam penyuluhan memerlukan waktu yang cukup lama untuk meyakinkan peternak dan dapat diterima oleh peternak bahwa pesan yang dibawa oleh penyuluh dapat mengubah dan memberikan manfaat bagi kehidupan peternak dan keluarganya. Agar pesan dapat diterima oleh peternak, peran komunikator sebagai agen pembaharu, dituntut tidak hanya menyampaikan informasi (pesan) tetapi juga harus terampil berkomunikasi.

2.2 Manajemen Pemeliharaan Sapi Perah 2.2.1 Bibit dan Reproduksi

Sifat-sifat reproduksi sapi perah mempunyai hubungan langsung dengan jumlah produksi susu yang dihasilkan. Hal tersebut penting diketahui untuk menggambarkan tingkat keberhasilan tatalaksana reproduksi yang dijalankan oleh peternak yang secara tidak langsung mempengaruhi tingkat pendapatan peternak. Tatalaksana pemeliharaan sapi perah sangat bergantung kepada peternaknya sendiri, dimana tingkat pengetahuan, keterampilan dan pengalaman beternak akan sangat menentukan keberhasilan usaha ternak.

Sosroamidjojo dan Soeradi (1990) mengemukakan bahwa pemilihan bibit ternak yang baik adalah suatu keharusan dalam usaha peternakan, karena bibit merupakan salah satu factor utama untuk keberhasilan suatu usaha peternakan. Bibit yang baik dan disertai dengan pemberian pakan dan manajemen pemeliharaan yang baik pula akan membawa keberhasilan usaha ternak. Bibit yang baik menjadi modal utama seorang peternak sapi perah.

(6)

Menurut Dinas Peternakan (1991), cara menyeleksi bibit dapat dilihat dari produksi susu, silsilah dan bentuk luar (fisik). Untuk memilih sapi betina berdasarkan produksi susu adalah dengan melihat catatan produksi susu yang lengkap dengan melihat atau memperhatikan sudah berapa bulan sapi menghasilkan susu sejak beranak yang terakhir. Perkawinan dilakukan saat sapi betina menunjukkan birahi. Selain dikawinkan dengan pejantan, anak sapi dapat diperoleh dengan metode Inseminasi Buatan (IB).

Menurut Hafez (1993), inseminasi buatan adalah proses pemasukan semen ke dalam saluran kelamin betina dengan tujuan untuk membuat bunting tanpa perlu terjadi perkawinan alami. Dalam perkembangan lebih lanjut, program IB tidak hanya mencakup pemasukan semen ke dalam saluran reproduksi betina tetapi juga menyangkut seleksi dan pemeliharaan pejantan, penampungan, penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan dan pengangkutan semen, inseminasi, pencatatan dan penentuan hasil inseminasi pada hewan ternak betina, bimbingan dan penyuluhan pada peternak. Pengertian IB menjadi lebih luas yang mencakup reproduksi dan pemuliaan, sehingga istilahnya menjadi perkawinan buatan. Tujuan dari IB itu sendiri adalah sebagai suatu metode ampuh yang diciptakan manusia untuk meningkatkan populasi dan produksi ternak secara kuantitatif dan kualitatif (Toelihere, 1985).

2.2.2 Pakan

Pemberian pakan secara praktis kepada ternak harus disesuaikan dengan keperluan ternak dalam memenuhi kebutuhannya meliputi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, reproduksi, dan laktasi. Menurut Dasuki, dkk (1977), makanan pokok bagi ternak-ternak sapi perah terdiri dari hijauan dan konsentrat. Hijauan kaya akan kandungan vitamin dan tinggi kadar serat kasarnya, sedangkan konsentrat kaya akan kandungan protein, lemak dan mineral, sehingga kedua jenis bahan pakan ternak tersebut mutlak perlu ada dalam ransum.

(7)

Suharno dan Nazaruddin (1994), adapun pakan berupa rumput atau hijauan dapat diberikan diluar waktu pemerahan. Frekuensi pemberian pakan baik pakan penguat maupun pakan hijauan diatur dua kali sehari. Jumlah pakan yang diberikan biasanya sekitar 10% dari bobot sapi. Air minum harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup sehingga sapi dapat minum dengan tenang. Air minum harus bersih, segar, dan jernih. Sapi yang sedang laktasi membutuhkan jumlah air minum yang lebih banyak dari sapi yang tidak laktasi. Kebutuhan air minum pada sapi perah adalah 3 sampai 4 liter untuk memproduksi satu liter air susu, atau keseluruhan air minum yang diperlukan setiap harinya berkisar antara 37 sampai 45 liter.

2.3.3 Tatalaksana Pemeliharaan

Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi susu adalah lingkungan yang terdiri dari makanan dan tatalaksana pemeliharaan. Menurut Makin, dkk (1980), badan sapi harus dibersihkan dan disikat agar susu yang dihasilkan dapat benar-benar bersih dari kotoran maupun rambut yang rontok. Kulit sapi mudah sekali kotor terutama karena kotorannya sendiri. Oleh karena itu, sapi sebaiknya dimandikan dan disikat sebelum pemerahan. Begitu pula kandang sebaiknya dibersihkan setiap hari dari kotoran dan sisa-sisa makanan. Terutama pada saat akan diperah, ambing harus dibersihkan dengan air hangat (48,8°-57°c ) untuk menstimulir keluarnya air susu dan mengurangi timbulnya mastitis. Ada tiga cara pemerahan dengan tangan, yaitu dengan lima jari (legeartes), kunevelens, dan voipens (strip mode). Frekuensi pemerahan pada umumnya dua kali sehari, tetapi biasa lebih bergantung pada kemampuan produksi sapi, makanan dan pemeliharaan.

Menurut Dinas Peternakan (1991), sapi yang sedang laktasi dua bulan sebelum melahirkan harus dikeringkan. Hal ini perlu dilaksanakan untuk memberi kesempatan istirahat pada sel-sel ambing untuk mempersiapkan produksi susu yang akan datang.

(8)

Suharno dan Nazaruddin (1994), menyatakan bahwa sapi betina yang sedang laktasi perlu dirawat secara teratur. Pemberian pakan dan pemerahan harus dijadwal teratur. Hal ini penting dilakukan karena perawatan yang tidak teratur dapat mengurangi produksi susu. Produksi susu dari sejak melahirkan hingga hari ke-4 berupa kolostrum yang penting untuk kesehatan anak sapi. Agar lebih berhasil dalam pengaturan perkawinan peternak harus mempunyai catatan, yaitu: (1) catatan keadaan, umur, tanda-tanda serta keturunan dari sapi miliknya, (2) catatan sifat birahi masing-masing sapi (3) catatan kegiatan reproduksi seperti kapan dikawinkan, kapan beranak, keguguran, bagaimana anaknya, (4) catatan pejantan yang digunakan atau nomor straw jantan, (5) catatan kesehatan. Selain itu perlu juga catatan produksi serta catatan biaya pemasukan dan pengeluaran selama pemeliharaan.

2.2.4 Kandang Sapi Perah

Kandang yang efektif untuk sapi perah harus direncanakan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan dan kenyamanan ternak aman dan menyenangkan bagi karyawan, efisien, dalam menggunakan tenaga kerja dan peralatan serta mudah dalam pengontrolan penyakit. Menurut Dinas Peternakan (1991), kandang sapi letaknya harus jauh dari rumah (minimal 5 meter), lalu lintas umum dan pembuangan sampah atau kotoran. Sinar matahari dapat masuk,ventilasi baik, lantai lebih tinggi 20-30 cm dari tanah dan ada saluran pembuangan air dan kotoran. Ukuran kandang untuk sapi induk panjang 1,6 meter dan lebar 1,35 meter.

Kandang dibuat berjauhan dengan rumah tinggal dan diusahakan menghadap kearah matahari terbit. Di dalam kandang dibuat sistem drainase atau pengaliran air agar kotoran mudah dibersihkan dan air buangan mengalir lancar. Di daerah yang berangin kencang, dinding kandang dapat diganti dengan menanam pepohonan didekat kandang. Lantai diusahakan dibuat dari semen dengan kondisi kedap air dan tidak licin. Atap sebaiknya menggunakan genting.

(9)

Peralatan kandang yang perlu disiapkan antara lain tempat pakan dan minum serta alat pembersih kandang seperti sapu lidi dan ember.

2.2.5 Pengendalian Penyakit

Suharno dan Nazaruddin (1994), menyatakan bahwa serangan penyakit pada sapi perah sedapat mungkin dicegah. Itulah sebabnya penting bagi peternak untuk selalu menjaga kebersihan kandang dan ternak serta memberikan pakan yang cukup. Ternak yang sakit sebaiknya dipisahkan dan diobati hingga sembuh.

2.2.6 Produksi Susu dan Pemerahan

Menurut Suharno dan Nazaruddin (1994), susu adalah produk utama yang diharapkan dari sapi perah. Itulah sebabnya pemerahan terhadap sapi dilakukan secara intensif. Pemerahan dapat dilakukan dua kali, tiga kali atau lebih dalam sehari tergantung produktivitas sapinya. Perubahan jadwal pemerahan dapat mengubah pola produksi susu.

Menurut Dinas Peternakan (1991), persiapan yang perlu dilakukan sebelum pemerahan berlangsung adalah pembersihan ruangan atau kandang. Jangan sampai ruang pemeliharaan kotor karena dapat menurunkan mutu susu yang diproduksi sapi dan menjadi sumber penularan penyakit ke ternak. Mandikan dan bersihkanlah sapi yang hendak diperah, terutama di sekitar ambing dan bagian belakang sapi harus benar-benar bersih.

Peternak perlu menyiapkan peralatan seperti ember sebagai wadah penampung susu, sabun, dan sikat, tempat duduk pemerah, dan bila ada sediakan juga pakaian kerja khusus serta topi. Semua alat yang digunakan harus bersih. Kemudian ambing dilap lagi dengan menggunakan air hangat, agar merangsang pengeluaran air susu.

Tangan pekerja perlu dicuci dengan sabun sebelum melakukan pemerahan. Setelah bersih, kemudian tangan diolesi vaseline secukupnya, maksudnya agar puting susu tidak lecet akibat pemerahan. Posisi duduk si pemerah sebaiknya

(10)

berada di sebelah kanan dan berada agak sebelah depan kaki belakang sapi, menghadap serong ke depan dalam. Tangan kiri sewaktu-waktu dapat siap menjaga dan menahan kaki sapi bila akan menendang atau menginjak ember. Tangan kanan siap untuk melindungi atau memindahkan ember penampung air susu dari tendangan atau injakan sapi. Sediakanlah strip cup (cangkir atau gelas yang permukaannya ditutup dengan kain hitam) atau piring kecil, cangkir berwarna hitam. Air susu hasil pemerahan kesatu dan dua ditampung strip cup. Maksudnya untuk melihat apakah air susu sehat atau terdapat kelainan-kelainan. Setiap puting dites untuk melihat susu mengandung nanah atau tidak. Seandainya bersih dan normal, maka dilakukan pemerahan dengan cara memegang puting susu lalu dilakukan penekanan dengan ibu jari dan diikuti dengan jari lainnya hingga air susu memancar. Pemerahan dilakukan sampai susu dalam setiap ambing habis. Apabila tidak habis, sapi dapat terkena radang. Ember atau wadah susu di tempatkan dibawah ambing agar susu yang memancar langsung tertampung. Setelah pemerahan beres, putting susu diolesi atau di celupkan kedalam cairan iodin agar puting susu terjaga dari bakteri.

2.3 Manajemen Usaha Sapi Perah

Menurut Sjahir (2003), peternak sapi perah agar berhasil dalam usaha tani ternaknya sehingga dapat lebih menguntungkan harus memiliki bibit unggul menguasai permasalahan teknis peternakan mulai dari perkandangan, sistem pemeliharaan, manajemen kesehatan, pengaturan perkawinan dan pemberian pakan yang benar. Di samping teknis peternakan, peternak harus menguasai usaha peternakan, yaitu bagaimana menurunkan ongkos produksi, meningkatkan harga susu dan meningkatkan produksi susu. Di samping itu, peternak harus mampu berpikir untuk mendiversifikasi usaha, misalnya penggemukan sapi jantan, memanfaatkan limbah peternakan , dan yang sangat penting peternak harus meningkatkan pemilikan sapi laktasi agar usaha peternakannya menjadi usaha pokok. Menurut Quinn (1980), beberapa hal yang perlu diperhatikan agar usaha

(11)

peternakan sapi perah dapat berhasil adalah tersedianya modal, kestabilan pasar, ukuran yang tepat dalam menjalankan kegiatan usahanya seperti luas farm, jumlah sapi, jumlah pekerja, jumlah susu yang diproduksi.

Menurut Firman (2008), sarana produksi di dalam sistem usaha peternakan sering dikategorikan sebagai input tetap. Input tetap ini terbagi atas dua kategori sebagai input tetap. Input tetap ini terbagi atas dua kategori berdasarkan lamanya penggunaan, yaitu input tetap sementara dan input tetap jangka panjang. Input tetap sementara adalah input tetap yang penggunaannya hanya sekali pakai atau lama waktu penggunaan input tetap tersebut hanya setahun. Misalnya, straw untuk semen beku, ember perah dari plastik, sikat, kain penyaring susu, dan sebagainya. Input tetap jangka panjang adalah input tetap yang penggunaannya biasa lebih dari dua tahun, misalnya mesin perah, gunting kuku sapi, chopper, dan sebagainya.

Santosa, dkk (2009), mengemukakan bahwa keuntungan usaha dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu efisiensi faktor-faktor produksi dan peningkatan harga output. Output usaha sapi perah didasarkan pada pengukuran total produksi susu dan produksi ternak (pedet dan sapi afkir) selama periode satu tahun. Terdapat tiga faktor utama yang menyebabkan pendapatan peternak sapi perah rendah. Pertama, adalah rendahnya harga susu relatif terhadap harga konsentrat dan biaya pakan lainnya. Kedua, kesadaran peternak untuk memanfaatkan kotoran dan urin sapi sehingga tercipta nilai tambah bagi peternak masih rendah. Oleh karena itu perlu upaya yang harus ditempuh guna menciptakan nilai tambah, baik dari sisi produk susu maupun nilai tambah untuk produk samping seperti kotoran dan urin. Ketiga, produktivitas susu per ekor yang masih rendah. Untuk mengatasi hal ini juga berhubingan erat dengan kuantitas dan kualitas pakan sehingga solusinya adalah pada penemuan cara menyediakan pakan bermutu dengan harga terjangkau dan cara serta bahan yang mudah didapat oleh peternak serta kontinuitas ketersedian terjamin.

Gambar

Ilustrasi 2. Proses yang menghubungkan pengirim pesan dengan penerima pesan Langkah 1 Keinginan berkomunikasi Langkah 6 Umpan balik Langkah 2 Encoding oleh Komunikator Langkah 3 Pengirim pesan Langkah 4 Penerimaan pesan Langkah 5 Decoding oleh komunikan

Referensi

Dokumen terkait

Sudah diketahui bahwa perubahan bentuk kelembagaan tiga buah rumah sakit pemerintah (RSP) yang berlokasi di DKI Jakarta menjadi badan hukum Perseroan Terbatas (PT) menimbulkan

Pegunakaya (guna kaya) yaitu harta yang didapat oleh suami istri selama perkawinan berlangsung 15. Terkait dengan harta bawaan atau tetatadan, umumnya yang

MajIis Majlis Mesyuarat Kerajaan dibahagikan kepada dua, Majlis Negeri.. yang mempunyai kuasa perundangan dan Jemaah Menteri yang mempunyai kuasa pe1aksanaan. MB Majlis

home.htm merupakan halaman utama yang tampil di dalam website ini, karena penulis menggunakan frame maka pada setiap halaman akan muncul frame tersebut, sehingga user tidak

7) Apabila tidak ada peserta yang memenuhi persyaratan administrasi, maka seleksi dinyatakan gagal. Evaluasi teknis dilakukan terhadap peserta yang memenuhi persyaratan

Jadi fungsi dari pegas (Contact Force Spring) adalah meredam (meminimalisir) gaya sisa yang ditimbulkan karena beradunya kedua kontak pada Vacuum Bottle,

duration , seperti pada Gambar 4.10 berikut ini :.. Setelah memasukkan jenis-jenis pekerjaan dan durasi pekerjaan maka langkah selanjutnya adalah membuat constraint yang

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan sebelumnya, diperoleh data sebagai berikut 33,33 % siswa masuk dalam kategori sangat kreatif (TBK 4) karena mampu