iv
Kebahagiaan terbesar dalam hidup adalah berhasil melakukan apa yang orang
katakan bahwa kamu tak akan mampu melakukannya. (Anonim)
Gunung-gunung dan jurang-jurang dalam tak mungkin berhasil kau lalui
hanya dengan lompatan-lompatan kecil. (Anonim)
Hidup bagaikan alunan musik, yang lebih dibangun dengan jiwa dan rasa dari
v Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Siswa-siswi kelas I SD Marsudirini Muntilan.
2. Segenap pembaca, semoga dapat menambah wawasan untuk penelitian
vii
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pelajaran Matematika mengenai operasi bilangan dengan metode permainan. Penelitian ini berguna bagi guru, untuk meningkatkan prestasi belajar di kelas. Bagi siswa sangat berpengaruk dalam hal memahami pokok bahasan operasi bilangan. Dan bagi sekolah, untuk meningkatkan proses pembelajaran.
Penelitian ini menggunakan metode permainan. Metode permainan dirasa cocok untuk dunia anak, khususnya anak kelas I. Dengan bermain bersama teman sebaya diharapkan mereka dapat menemukan dunianya untuk mulai bersosialisasi mengenal orang lain. Langkah–langkah permainan ini diawali dengan menukarkan kartu piluhan dan satuan. Kertas puluhan dan satuan dipilih warna yang berbeda. Siswa membawa minimal 10 katu puluhan dan 20 kartu satuan. Satu kartu puluhan harus ditukar dengan sepuluh kartu satuan.
Metode permainan menukarkan kartu puluhan dengan kartu satuan tersebut sungguh amat bermanfaat, khususnya bagi siswa kelas I SD Marsudirini yang baru pertama kali menghitung bilangan, khususnya dalam hal pengurangan dengan bilangan satuan yang dikurangi lebih kecil dari bilangan pengurangnya.
Metode bermain dianggap paling cocok, untuk meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa kelas I SD. Peningkatan prestasi dapat dilihat dari kenaikan ketuntasan. Keadaan kondisi awal dari 27 siswa tuntas 5 siswa ( 18,51%). Sedangkan di siklus ke II sudah meningkat. Keadaan ketuntasan setelah siklus ke II dari 27 siswa tuntas 26 siswa (96,29%). Untuk memunculkan hal-hal yang berguna tersebut diperlukan pendampingan dari orang yang lebih dewasa yang dapat memfasilitasi kegiatan bermain sehingga anak dapat belajar mengerti fungsi dan arti bermain.
viii
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi penelitian tindakan kelas yang
berjudul Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Mengenai Operasi Bilangan
dengan Menggunakan Media Permainan pada Siswa Kelas I SD Marsudirini
Muntilan dapat terselesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima
kasih setulus-tulusnya kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D, sebagai Dekan Fakultas dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, atas kesempatan yang telah
diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan perkuliahan hingga
tuntas.
2. Romo Gregorius Ari Nugrahanta, SJ, SS, BST, M.A, sebagai Kepala
Program Studi PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, atas
kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan
perkuliahan hingga tuntas.
3. Bapak Drs. Y.B. Adimassana, M.A., sebagai Koordinator PSKGJ, atas
kesabarannyadalam mendampingi serta membimbing penulis saat belajar.
4. Para dosen pengajar, yang telah memberi teladan dan wacana yang
semakin menguatkan penulis untuk terus belajar.
5. Ibu Dra, Haniek Sri Pratini, M. Pd., sebagai dosen pembimbing atas
kesediaannya meluangkan waktu untuk mendampingi serta membimbing
ix telah memberi ijin studi untuk penulis.
7. Sr. M. Rachel, OSF, selaku kepala sekolah SD Marsudirini Muntilan,
atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk menempuh Studi.
8. Seluruh Dewan Guru SD Marsudirini Muntilan yang telah memberikan
dukungan dan bantuannya dalam pelaksanaan penelitian ini.
9. Teman-teman guru yang ikut PPKHB khususnya kelompok Muntilan
10.Orang tuaku, walaupun saat itu sedang sakit tetap memberi restu agar
penulis terus maju, tapi akhirnya Tuhan berkehendak lain.
11.Adik-adikku yang penuh pengertian sebagai sumber semangat dalam
menyelesaikan skripsi penelitian tindakan kelas ini.
12.Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi
ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi penelitian tindakan kelas ini
masih jauh dari sempurna serta masih banyak kekurangan. Maka penulis dengan
senang hati menerima masukan yang berupa kritik maupun saran yang bersifat
membangun sehingga penulisan-penulisan selanjutnya lebih meningkat.
Penulis berharap semoga skripsi penelitian tindakan kelas ini bermanfaat bagi
pihak yang membutuhkan terutama sebagai inovasi dalam bidang pendidikan.
Yogyakarta,17 Nopember 2012
x
HALAMAN JUDUL ……… i
HALAMAN PERSETUJUAN………..ii
HALAMAN PENGESAHAN ………. iii
MOTTO………. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ……….. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……….. vi
ABSTRAK ………...vii
KATA PENGANTAR ……….viii
DAFTAR ISI ………x
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………1
B. Pembatasan Masalah ……….5
C. Rumusan Masalah ……….5
D. Pemecahan Masalah ………..5
E. Batasan Pengertian ………6
F. Tujuan Penelitian ………..6
xi
A. Kajian / Landasan Teori ……… 9
1. Prestasi Belajar………9
2. Matematika ………11
3. Operasi Bilangan ………...14
4. Metode Permainan ……….14
B. Penelitian Yang Relevan ……….. 16
C. Kerangka Pikir ………...18
D. Hipotesis Tindakan ……….. 19
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ………. 20
B. Setting Penelitian ……… 21
C. Rencana Tindakan ………... 25
D. Pengumpulan Data dan Instrumen ……….. …………32
E. Analisis Data ………...34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Penelitian ……… 36
B. Hasil Penelitian ……… 36
C. Pembahasan ………48
BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN TINDAK LANJUT A. Kesimpulan ………..51
B. Saran ………51
DAFTAR PUSTAKA ………....54
xii
Lapmpiran halaman
1. Silabus ……… 57
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Sklus I) ………59
3. Lembar Kerja Siswa Siklus I ……… 66
4. Lembar Evaluasi Siklus I……… 68
5. Lembar Penilaian Siklus I ……….. 71
6. Kisi-kisi Siklus I ……….73
7. Kunci Jawaban Siklus I ………..74
8. Silabus Siklus II ………. 75
9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus II) ……….77
10.Lembar Kerja Siswa Siklus II ……… 83
11.Lembar Evaluasi Siklus II ………. 85
12.Lembar Penilaian Siklus II ……… 88
13.Kisi-kisi Siklus II ……….. 89
xiii
Tabel Halaman
3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ………... 22
3.2 Tabel Indikator Keberhasilan ………. 34
3.3 Tabel Kriteria Keberhasilan ………34
4.1 Tabel Perbandingan Prestasi Kondisi Awal dan Siklus I ………. 38
4.2 Tabel Persentase Ketuntasan Kondisi Awal dan Siklus I ……….. 39
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 Gambar Desain Penelitian ……….. 23
4.1 Grafik Perbandingan Prestasi Kondisi Awal dan Siklus I ……….. 39
4.2 Grafik Persentase Ketuntasan Kondisi Awal dan Siklus I ………. 40
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pelajaran Matematika merupakan salah satu pelajaran penting bagi siswa
Sekolah Dasar. Namun bagi siswa kelas I SD Marsudirini Muntilan, Matematika
merupakan momok (dianggap sulit) sehingga mereka merasa takut dan raut
mukanya menunjukkan wajah yang kurang ceria dalam menghadapi palajaran
Matematika. Dalam benak mereka sudah tergambar bahwa pelajaran Matematika
itu sulit. Bahkan menurut cerita orang tua ada yang rewel saat akan berangkat
sekolah karena ada pelajaran Matematika. Ada pula yang ijin ke belakang bila
disuruh mengerjakan soal latihan. Matematika sepertinya sudah menjadi ikon
pelajaran paling sulit dan menjemukan. Pendek kata mereka kurang antusias,
lebih-lebih dalam hal operasi bilangan khususnya dalam hal pengurangan sampai
dengan bilangan seratus dan bilangan satuan yang dikurangi lebih kecil dari dari
satuan bilangan pengurangnya. Selama ini nilai rata-rata pencapaian selalu di
bawah standar (75). Padahal proses pembelajaran dapat dikatakan baik apabila
tujuan pembelajaran yang akan dicapai (indikator) dapat tercapai dan nilai
rata-rata siswa di atas standar yang ditentukan atau di atas KKM.
Siswa yang duduk di kelas I SD adalah siswa yang berada pada rentang
usia dini. Mereka baru saja belajar dari sekolah Taman Kanak-kanak, masih
perkembangan yang sangat penting bagi kehidupan seorang siswa. Setiap siswa
memiliki sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman
terhadap obyek yang ada di lingkungannya.
Pemahaman tentang obyek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi
(menghubungkan obyek dengan konsep yang sudah ada dalam pikirannya) dan
akomodasi (proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran untuk
menafsirkan obyek). Belajar diartikan sebagai proses interaksi diri siswa dengan
lingkungannya. Siswa belajar dari hal-hal yang konkret, yakni yang dapat dilihat,
didengar, dibaui, dan diraba. Belajar dari yang sederhana meningkat ke yang
kompleks, dari yang mudah meningkat ke hal yang sulit.
Berdasarkan pengamatan peneliti, seharusnya nilai Matematika
siswa-siswa kelas I SD Marsudirini Muntilan dapat mencapai di atas standar atau di
atas KKM karena:
1. Pada umumnya siswa yang masuk di SD Marsudirini Muntilan sudah
melewati sekolah Taman Kanak-kanak.
2. Orang tua berpendidikan, banyak yang sarjana, walaupun masih ada
beberapa yang lulus SLTA.
3. Orang tua memperhatikan/mendampingi belajar siswa di rumah, bahkan ada
yang memberikan tambahan pelajaran dengan les privat di rumah.
4. Gizi siswa SD Marsudirini Muntilan tercukupi.
5. Siswa SD Marsudirini banyak yang tinggal di lingkungan perkotaan,
Tetapi mengapa mereka kurang antusias terhadap mata pelajaran
Matematika, khususnya dalam hal pengurangan sampai dengan bilangan seratus
(100) dengan bilangan satuan yang dikurangi lebih kecil dari satuan bilangan
pengurangnya. Banyak juga faktor yang menyebabkan kesulitan bagi siswa kelas
I SD Marsudirini Muntilan dalam mengoperasikan bilangan khususnya
pengurangan. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Penguasaan konsep tentang operasi bilangan masih lemah, karena masih
menghitung dengan menggunakan jari.
2. Siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar, karena sudah dibayangi
dengan pikiran bahwa Matematika itu sulit.
3. Mereka berasal dari bermacam-macam keluarga yang tentunya cara
mengajarkannya juga berbeda-beda.
4. Siswa kelas I SD Marsudirini Muntilan belum semuanya dapat menerima
cara yang berbeda. Jika ada cara yang berbeda dianggap salah.
5. Guru les privatnya juga mengajarkan cara yang dipandang mudah diterima
bagi siswa, padahal dalam satu kelas klasikal juga macam-macam guru les.
6. Rasa egois siswa yang masih tinggi, sehingga mereka hanya berpikir
pendapatnyalah yang paling benar.
7. Guru kurang menggunakan metode yang menarik, dan harus menyelesaikan
bahan pelajaran yang banyak, sedangkan waktu yang tersedia kurang
8. Biasanya untuk pelajaran Matematika guru banyak memberi latihan dan
tugas, tapi tidak dapat melihat cara-cara siswa mengoperasikan yang
berbeda.
9. Guru kurang telaten dalam mendampingi siswa, untuk menemukan cara
pengurangan yang mudah diterima bagi siswa, dengan macam-macam cara
yang diperoleh siswa dari keluarga.
Terkait dengan masalah yang ada di kelas I jenjang Sekolah Dasar
khususnya, SD Marsudirini Muntilan, terutama dalam hal mengoperasikan
pengurangan sampai dengan bilangan seratus (100) dengan bilangan satuan yang
dikurangi lebih kecil dari dari satuan bilangan pengurangnya, masih di bawah
rata-rata standar atau di bawah KKM, maka kami berencana meningkatkan
prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Matematika dalam hal
mengoperasikan bilangan khususnya pengurangan sampai dengan bilangan
seratus (100) dengan bilangan satuan yang dikurangi lebih kecil dari satuan
bilangan pengurangnya, dengan menggunakan metode permainan.
Maka diharapkan dengan menggunakan metode permainan ini, siswa
akan lebih bersemangat, bergairah dan mampu meningkatkan prestasi belajar
siswa. Sehingga siswa-siswa kelas satu SD Marsudirini Muntilan tetap senang
B. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini peneliti membatasi permasalahan yang akan dibahas,
meliputi sebagai berikut:
1. Penelitian dibatasi hanya pada siswa kelas I SD Marsudirini Muntilan tahun
pelajaran 2011/2012.
2. Penelitian ini dibatasi hanya pada mata pelajaran Matematika tentang
pengoperasian bilangan, khususnya pengurangan sampai dengan bilangan
seratus (100) dengan bilangan satuan yang dikurangi lebih kecil dari dari
satuan bilangan pengurangnya, dengan menggunakan metode permainan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang sebagaimana tersebut di atas, maka dapat
dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut: Bagaimana metode permainan
dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai pengoperasian bilangan dalam
mata pelajaran Matematika khususnya di kelas I SD Marsudirini Muntilan.
D. Pemecahan Masalah
Pada penelitian ini disusun kreasi belajar/tindakan bahwa dengan metode
permainan dapat meningkatkan semangat dan prestasi belajar siswa pada
pelajaran Matematika mengenai pengoperasian bilangan, khususnya pengurangan
sampai dengan bilangan seratus (100) dengan bilangan satuan yang dikurangi
lebih kecil dari dari satuan bilangan pengurangnya dalam mata pelajaran
E. Batasan Pengertian
1. Prestasi belajar adalah proses peningkatan yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang sebagai hasil dari pengalaman dan latihan.
2. Matematika adalah bahasa khusus yang menggunakan angka dan simbol
untuk mempelajari hubungan antar kuantitas.
3. Operasi bilangan adalah metode menggabungkan bilangan-bilangan dengan
menjumlah, mengurang, mengalikan, dan membagi.
4. Metode permainan adalah alat bantu pembelajaran yang secara sengaja dan
terencana disiapkan atau disediakan guru untuk mempresentasikan dan/atau
menjelaskan bahan pelajaran serta digunakan siswa untuk dapat terlibat
langsung dalam pembelajaran Matematika
5. Siswa kelas I SD adalah manusia yang masih sangat muda, yang belajar di
sekolah untuk dibentuk menjadi manusia dewasa dan mendapat kesempatan
untuk bertumbuh wajar sesuai bakat dan kemampuannya.
F. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
Kelas I SD Marsudirini Muntilan Tahun Ajaran 2011/2012 dalam pelajaran
Matematika mengenai operasi bilangan dengan metode permainan dalam
G. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis:
Manfaat penelitian ini adalah dapat memberi wawasan mengenai
pembelajaran dengan menggunakan metode permainan yang dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya dalam pelajaran Matematika.
2. Manfaat Praktis:
a. Bagi Guru:
1) Guru menyadari metode permainan dalam pembelajaran dapat
memperbaiki dan meningkatkan prestasi pembelajaran di kelas.
2) Guru dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi
oleh siswa dalam menerima pelajaran dengan menggunakan metode
permainan.
3) Guru terbiasa menggunakan metode permainan dalam pembelajaran
untuk meningkatkan gairah siswa dalam belajar.
4) Guru menyadari untuk selalu berkreasi dalam pembelajaran untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa.
5) Guru dapat merasakan efektifitas pembelajaran dengan metode
perminan dengan melihat hasil/nilai yang diperoleh siswa.
6) Guru juga ikut bersemangat bila melihat siswa yang penuh
7) Guru terbiasa mengadakan penelitian kecil yang tentunya akan
sangat bermanfaat bagi perbaikan pembelajaran serta karier guru itu
sendiri.
b. Bagi Siswa:
1) Hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi siswa yang bermasalah
di kelas tersebut dalam memahami pokok bahasan penjumlahan dan
pengurangan dalam pelajaran Matematika.
2) Bagi siswa yang lain penelitian ini bermanfaat karena siswa lebih
tertarik dan dapat lebih cepat memahami pokok bahasan
penjumlahan dan pengurangan dalam pelajaran Matematika
3) Secara berangsur-angsur siswa belajar untuk mencintai pelajaran
Matematika yang dianggapnya sebagai pelajaran paling sulit.
4) Bila siswa sudah mencintai pelajaran, diharapkan akan pergi ke
sekolah dengan gembira dan penuh semangat.
c. Bagi Sekolah:
Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik bagi :
1) Sekolah tentunya untuk meningkatkan proses pembelajaran.
2) Sekolah dalam rangka perbaikan-perbaikan pembelajaran.
3) Sekolah agar proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru
9 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian/Landasan Teori
1. Prestasi Belajar
Prestasi belajar terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan
belajar Masing-masing memiliki arti tersendiri. Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2008:1101) menyatakan bahwa prestasi
adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan,
dikerjakan).
Belajar dalam arti yang luas adalah proses perubahan
tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan,
penggunaan, dan penilaian terhadap atau mengenai sikap dan
nilai-nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar dalam berbagai
dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas
lagi dalam bergai aspek kehidupan atau pengalaman yang
terorganisasi.
Belajar bukan hanya mengingat, melainkan lebih luas
dari pada itu yakni mengalami. Hasil belajar bukan penguasaan
hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan.
Menurut Tabrani Rusyan dan Yani Daryani (1992:132)
belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu
menitikberatkan pada interaksi antara individu dengan
lingkungan.
Moh Surya (1977:99) menyatakan bahwa belajar dapat diartikan
sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh
perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari
pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Menurut Slameto (2003:2) belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.
Sedangkan M. Sobry Sutikno (2010:71) mengemukakan, belajar
merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Hilgart dan Bower (2007:105) dalam bukunya Theories
of Learning yang dikutip oleh Ngalim Purwanto, menyatakan bahwa
belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap
sesuatu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam
suatu situasi.
Belajar menurut Darsono (2001:4) adalah suatu aktivitas mental
yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan dan nilai sikap.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu proses yang menghasilkan suatu perubahan, peningkatan
prestasi yang disebut sebagai hasil belajar.
Dari beberapa pengertian di atas, maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh
siswa dalam kegiatan belajar, dapat dilihat dari nilai yang diperoleh siswa
dalam setiap mata pelajaran.
2. Matematika
Pengertian matematika menurut Janice Van Cleave (2003:23),
Matematika adalah: (1) bahasa khusus yang menggunakan angka-angka
dan simbol-simbol untuk mempelajari hubungan antara kuantitas, (2)
suatu bahan kajian yang obyeknya abstrak dan dibangun melalui proses
penalaran deduktif yaitu kebenaran suatu konsep di dalam matematika
yang bersifat sangat kuat dan jelas.
Romberg (1992:17) mengarahkan hasil penelaahnya tentang
matematika kepada 3 sasaran utama yaitu :
a. Para sosiolog, psikolog, pelaksana administrasi sekolah dan
penyusunan kurikulum memandang bahwa matematika merupakan
b. Selama kurun waktu dua decade terakhir ini matematika dipandang
sebagai suatu usaha atau kajian ulang terhadap matematika itu sendiri.
c. Matematika dipandang sebagai suatu bahasa , struktur logika batang
tubuh dan ruang, rangkaian matematika untuk menarik kesimpulan
ilmu terhadap dunia fisik sebagai aktifitas intelektual.
Standar kompetensi tingkat SD/MI (Depdiknas 2008:134)
Matematika merupakan Ilmu universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam
berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan
pesat dibidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini
dilandasi oleh perkembangan matematika dibidang teori bilangan,
aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit.
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua
peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik
dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan
kreatif, serta kemampuan bekerja sama
Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki obyek
abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu
kebenaran konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran
sebelumnya sudah diterima sehingga keterkaitan antar konsep dalam
Dalam pembelajaran matematika agar mudah dimengerti oleh
siswa, proses penalaran induksi dapat dilakukan pada awal
pembelajaran dan kemudian dilanjutkan dengan proses penalaran
deduktif untuk menguatkan pemahaman yang sudah dimiliki oleh
siswa.
Tujuan Matematika:
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar
konsep dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma, secara luwes,
akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
b. Menggunakan penalaran dalam pola dan sifat, melakukan
manipilasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun
bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperoleh.
d. Mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat
dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri
3. Operasi Bilangan
Menurut Ervina Yudha (2003:13) operasi bilangan adalah
metode menggabungkan bilangan-bilangan dengan menjumlah,
mengurang mengalikan dan membagi
a. Operasi bilangan sederhana adalah operasi hitung bilangan yang
hanya mengandung satu macam operasi yaitu penjumlahan atau
pengurangan dan bilangan tersebut maksimal 100.
b. Kemampuan siswa melakukan operasi hitung sederhana adalah skor
yang diperoleh siswa dari ulangan operasi hitung bilangan
sederhana maksimal 100.
4. Metode Permainan
Thoifuri (2008:55) menyatakan metode permainan adalah cara
untuk membantu siswa lebih cepat mengetahui, memahami dan upaya
terampil dalam mempelajari bidang studi tertentu.
Dinje Borman Rumupuk (1998:77) berpendapat bahwa setiap
alat baik hardware maupun software yang digunakan sebagai
komunikasi, dan bertujuan untuk meningkatkan efektivitas proses
belajar mengajar.
Syaiful Bahri Djamarah (2005:34) berpendapat bahwa:
a. Metode permainan adalah salah satu cara yang dapat dijadikan
b. Faktor pendidikan yang sengaja dibuat dan digunakan demi
pencapaian tujuan pendidikan tertentu.suatu perbuatan dan situasi.
c. Suatu perbuatan dan situasi yang sengaja diciptakan untuk
mencapai suatu tujuan yang bernilai edukatif. Perbuatan dan situasi
ini ditujukan kepada anak, agar anak mengikuti apa yang telah
dibuat.
Menurut Martin Handoko dan Theo Riyanto (2006:5)
permainan adalah salah satu cara agar untuk membuat suatu pertemuan
dalam hal ini pembelajaran menjadi segar dan hangat. Adapun tujuan
permaian anatara lain: (1) siswa senang dalam mengikuti kegiatan
belajar, sehingga tidak merasa lelah dan bosan; (2) tujuan dapat
tercapai secara lebih optimal karena siswa terlibat secara aktif.
Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa metode permainan
adalah salah satu cara yang dapat membangkitkan minat belajar siswa
dalam suatu kegiatan belajar mengajar. Alat bantu dalam suatu
permainan tidak harus mahal yang penting dapat merangsang siswa
untuk belajar, maka penulis menggunakan metode permainan yang
dapat digunakan sebagai fasilitatot dalam bejajar sambil bermain yaitu
kartu domino yang dibuat dari kertas lipat. Sebagai pengganti ketas
dapat digunakan sedotan, manik-maik, atau benda lain yang mudah
B. Penelitian Yang Relevan
Pada bagian ini, dijelaskan contoh penelitian yang relevan dengan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti, sebagai berikut:
Putra Endi Pertama menulis PTK dengan Judul :
Penggunaan kartu bilangan untuk meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar penjumlahan dua angka pada siswa kelas I SDN
Turupinggir II Megaluh Jombang. Berdasarkan hasil penelitiannya
dia menyarankan untuk menggunakan permainan kartu bilangan
sebagai salah satu pembelajaran alternative khususnya pada materi
penjumlahan bilangan dua angka. Namun, perlu dipertimbangkan
juga mengenai manajemen waktu dan pengelolaan kelas dengan
baik. Dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa :
a. Penerapan pembelajaran menggunakan permainan kartu
bilangan pada materi penjumlahan bilangan dua angka
dilaksanakan dengan sangat baik
b. Aktivitas siswa dalam pembelajaran juga sudah sangat baik dan
mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan peningkatan
rata-rata skor aktivitas siswa dari siklus I dengan presentase
67,67% ke siklus II dengan presentase 85,67%.
c. Hasil belajar siswa sudah baik dan mengalami peningkatan dari
kelas pra tindakan dengan nilai 63,60 meningkat menjadi 71,60
pada siklus I dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 84,80
Achmad Chusairi dalam PTKnya yang berjudul :
Bagaimana cara meningkatkan pemahaman dan ketrampilan
siswa dalam menjumlahkan bilangan bulat melalui penggunaan
pita garis bilangan dan tangga garis bilangan. Dia menarik
kesimpulan sebagai berikut :
a. Pembelajaran menjumlahkan bilangan bulat dengan
menggunakan alat peraga pita garis bilangan dan tangga
garis bilangan memudahkan siswa menyerap materi
pelajaran
b. Penggunaan media yang tepat pelajaran yang tepat, akan
mendorong minat siswa dalam belajar
c. Penggunaan alat peraga garis bilangan dan tangga garis
bilangan mampu meningkatkan hasil prestasi belajar siswa.
d. Tingkat ketuntasan siswa meningkat dari 48% pada siklus I
setelah dilakukan perbaikan pembelajaran meningkat
menjadi 57% pada siklus II dan 82% pada siklus III
Relevansi dengan penelitian ini adalah : menggunakan metode
permainan. Metode permainan ini dirasa tepat untuk dapat
meningkatkan prestasi belajar Matematika mengenai operasi bilangan
menggunakan benda konkret. Benda yang digunakan peneliti mudah
didapat dan bersifat ringan anatara lain : kartu bilangan dan pita garis
bilangan. Kedua peletian diatas sama-sama mengambil pokok bahasan
operasi bilangan. Peneliti berkesimpulan bahwa dalam proses
pembelajaran di kelas I, hendaknya menggunakan metode permainan.
Siswa kelas I SD akan lebih mudah memahami materi sambil bermain,
sehingga proses pembelajaran tidak membosankan.
C. Kerangka Berpikir
Hasil perolehan rata-rata nilai siswa kelas I SD Marsudirini
Muntilan, masih dibawah standar KKM. Khususnya dalam hal
mengoperasikan pengurangan sampai dengan bilangan seratus
(100) dengan bilangan satuan yang dikurangi lebih kecil dari
satuan bilangan pengurangnya.
Peneliti berencana meningkatkan prestasi belajar siswa
dalam pembelajaran Matematika dalam hal mengoperasikan
bilangan khususnya pengurangan sampai dengan bilangan seratus
(100) dengan bilangan satuan yang dikurangi lebih kecil dari
satuan bilangan pengurangnya, dengan menggunakan metode
permainan. Peneliti menggunakan alat yang telah dipersiapkan
dalam pembelajaran Matematika. Alat tersebut berupa kertas lipat
puluhan dan satuan dipilih warna yang berbeda. Diharapkan siswa
dapat mempraktekkan cara menghitung dengan benda yang
konkret, dan mempraktekannya sendiri sambil bermain. Metode
permainan ini diharapkan dapat membantu siswa dalam
mempelajari materi pelajaran tentang operasi bilangan.
Metode permainan ini diharapkan dapat melibatkan siswa
untuk aktif dalam kegiatan belajar. Cara seperti ini akan
membekas bagi siswa, dan siswa dapat meneruskan materi ini
sambil bermain, untuk meningkatkan prestasi belajar.
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Dengan menggunakan metode permainan, dalam pembelajaran
Matematika mengenai operasi bilangan, khususnya pengurangan
sampai dengan bilangan seratus (100) dengan bilangan satuan yang
dikurangi lebih kecil dari satuan bilangan pengurangnya dapat
meningkatkan prestasi siswa kelas I SD Marsudirini di Muntilan th
20 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penilitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas.
Dalam konteks tujuan penelitian kelas ini, secara rinci Suhardjono
(2007:61) mengemukakan sebagai berikut :
1. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil
pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
2. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi
masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam kelas
3. Meningkatkan sikap professional pendidik dan tenaga
kependidikan.
4. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan
sekolah, sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan
perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara
berkelanjutan.
Mengacu pada tujuan penelitian tindakan kelas tersebut, akan
diperoleh hasil yang mencakup :
1. Perbaikan dan peningkatan kualitas kinerja belajar siswa.
2. Perbaikan dan peningkatan kualitas proses pembelajaran di
3. Perbaikan dan peningkatan kualitas penggunaan media, alat
bantu belajar, alat peraga dan sumber belajar lainnya.
4. Perbaikan dan peningkatan kualitas prosedur dan alat evaluasi
yang digunakan untuk mengukur proses pembelajaran dan hasil
siswa.
5. Perbaikan dan peningkatan kualitas upaya-upaya pemecahan
masalah-masalah pendidikan siswa
6. Perbaikan dan peningkatan kualitas penerapan kurikulum dan
pengembangan kompetensi siswa.
B. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Marsudirini,
Jalan Kartini no: 14 – 16 Muntilan, Kabupaten Magelang. Letak
yang begitu strategis karena mudah dijangkau, ada di tengah
kota, walaupun tidak seramai kota besar, transportasi mudah dan
tidak terlalu ramai.
2. Subyek Penelitian
Penelitian ini diadakan di kelas I SD Marsudirini Tahun
Pelajaram 2011/2012. Jumlah siswa 27 anak, yang terdiri dari 15
siswa laki-laki, 12 siswa perempuan. Orang tua dari anak-anak
merupakan pelajaran paling penting untuk gambaran masa
depan.
3. Obyek Penelitian
Peningkatan Prestasi belajar matematika mengenai
pemahaman operasi bilangan khususnya pengurangan sampai
dengan bilangan seratus (100) dengan bilangan satuan yang
dikurangi lebih kecil dari satuan bilangan pengurangnya.
4. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Pengumpulan data
pada bulan April 2012, dengan jadwal sebagai berikut:
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan
No Kegiatan AprMei Jun jul Agt Sep Okt Nop Des Jan Peb
a. Pengumpulan Data
b. Observasi
c. Ijin
Pengambilan Data
d. Pengambilan Data
f. Penyusunan Laporan g. Persiapan
Ujian
h Ujian skripsi
h. Revisi Laporan Sekripsi
5. Desain Penelitian :
Penelitian ini direncanakan dengan dua siklus, setiap siklus terdiri dari
2 jam pelajaran, seperti tampak pada gambar
Siklus I Siklus II
Gambar rangkaian langkah-langkah PTK ( Sumber Kasbolah, Kashani 2001:10)
1. perencanaan 1. Perencanaan
4. Refleksi
3. Observasi 4. Refleksi
3. Observasi
Tahapan-tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Perencanaan
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, peneliti
membuat rencana perbaikan pembelajaran beserta skenario
tindakan yang akan dilaksanakan. Skenario mencakup
langkah-langkah yang akan dilakukan guru dan siswa dalam kegiatan
tidakan perbaikan. Peneliti juga menyiapkan berbagai bahan
seperti tugas dan bahan belajar yang dibuat sesuai hipotesis
yang dipilih, alat peraga dan buku referensi yang relevan.
b. Pelaksanaan
Pelaksanan perbaikan pembelajaran ini berdasarkan
rencana yeng telah dibuat dan disimulasikan meliputi :
kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir
c. Observasi
Observasi tindakan perbaikan ini dilakukan dengan
menggunakan lembar pengamatan. Hasil dari pengamatan
tersebut menjadi salah satu acuan tindakan perbaikan pada
siklus selanjutnya.
d. Refleksi
Setiap selesai melakukan kegiatan perbaikan pembelajaran,
peneliti melakukan refleksi terhadap apa yang telah dilakukan.
Yang menjadi bahan refleksi antara lain : nilai hasil uji
kompetensi, hasil pengamatan, dan minat belajar siswa selama
proses perbaikan berlangsung.
Setelah keempat langkah perbaikan pembelajaran tersebut
dilakukan, maka refleksi terhadap tindakan yang dilakukan
akan digunakan kembali untuk merevisis rencana berikutnya.
Jika ternyata tindakan yang dilakukan belum berhasil
memecahkan masalah, maka tindakan perbaikan pembelajaran
akan dilakukan kembali melalui tahapan tersebut di atas.
Demikian tindakan tersebut akan dilakukan sampai
memperoleh hasil yang ditetapkan.
C. Rencana Tindakan
1. Persiapan
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran pada
setiap siklus peneliti membuat rencana perbaikan pembelajaran
beserta skenario tindakan yang akan dilaksanakan. Skenario
mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dan
siswa dalam kegiatan tindakan perbaikan. Langkah-langkah itu
misalnya mengkaji kompetensi dasar dan materi pokoknya,
menyiapkan berbagai bahan seperti LKS, alat peraga, dan buku
referensi yang relevan.
2. Rencana Tindakan Setiap Siklus
Siklus I
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, peneliti
mencoba melaksanakan penelitian tindakan kelas. Pada
penelitian ini terdiri dari dua siklus. Masing-masing siklus
terdiri atas rencana, pelaksanaan, pengamatan dan
pengumpulan data, refleksi.
1) Rencana Tindakan
a) Pada tahap identifikasi masalah dan perumusan masalah
peneliti bekerjasama dengan teman sejawat dan
pembimbing untuk mengungkap dan memperjelas
permasalahan yang peneliti hadapi untuk dijadikan jalan
pemecahan yang tepat.
b)Merancang pembelajaran dengan menggunakan
mentode permainan.
c) Menyusun lembar observasi sebagai panduan dalam
pelaksanaan perbaikan pembelajaran.
2) Pelaksanaan tindakan
a) Kegiatan Awal (10 menit)
Doa pembukaan
Kesiapan kelas dilanjutkan menyanyi: Satu Dua
Tiga Empat
b) Kegiatan Inti (50 menit)
Siswa menyebutkan bilangan cacah dari 50 sampai
100.
Menghitung kertas yang berwarna merah kelipatan
puluhan (10).
Menghitung kertas yang berwarna kuning (20).
Secara berpasangan siswa disuruh maju untuk
melakukan perintah yang mengarah ke pengurangan
dengan membawa kertas yang berbeda.
Siswa-siswa melakukan pengurangan dengan
memasangkan bilangan.
Siswa-siswa dibagi berkelompok untuk bermain
domino.
Siswa mengerjakan soal latihan dengan mengisi soal.
c) Kegiatan Akhir (10 menit)
Mencongak lima soal pengurangan
Menulis PR
3) Observasi (Pengumpulan Data)
Penelitian ini dapat terlaksana atas kerjasama antara
peneliti, teman sejawat, pembimbing, kepala sekolah dan
siswa kelas I SD Marsudirini Muntilan. Teman sejawat
mengamati proses pembelajaran yang difokuskan pada
proses pembelajaran dengan menggunakan metode
permainan. Pengamat mencatat semua temuan pada saat
proses pembelajaran.
Dari pengamatan terhadap guru yang mengajar
ditemukan hal-hal sebagai berikut :
a) Guru memberi motivasi dengan permainan.
b)Guru perlu lebih detail untuk mengamati siswa saat
melaksanakan tugas dari guru.
c) Guru memberikan pertanyaan secara menyeluruh dan
tuntas sebagai suatu kesimpulan.
Dari pengamatan terhadap siswa ditemukan hal-hal sebagai
berikut:
a) Siswa secara penuh mengikuti/melaksanakan semua
kegiatan dalam pembelajaran.
b)Siswa dapat menjawab semua pertanyaan dalam
c) Ada 3 siswa belum dapat menggunakan
media/menghitung secara tepat.
Adapun instrumen yang digunakan dalam melaksanakan
penelitian tindakan kelas ini adalah:
a) Lembar observasi
b)Rencana Perbaikan Pembelajaran
c) Lembar tes formatif
d)Analisis hasil ulangan tes formatif
4) Refleksi
Setelah melaksanakan proses perbaikan
pembelajaran siklus pertama pada mata pelajaran
Matematika dengan materi operasi bilangan, khususnya
pengurangan sampai dengan bilangan seratus (100) dengan
bilangan satuan yang dikurangi lebih kecil dari satuan
bilangan pengurangnya, maka peneliti dan teman sejawat
akan berdiskusi sebagai refleksi sebagai berikut :
a) Belum semua siswa dapat mengoperasikan bilangan
maksimal 100.
b)Perlu lebih detail dalam mengamati cara siswa
c) Masih ada sebagian siswa yang belum paham tentang
pengurangan.
d)Masih ada siswa yang belum serius mengikuti proses
pembelajaran.
e) Sebagian siswa kurang fokus/sungguh-sungguh dalam
mengikuti proses pembelajaran (masih sambil
bermain/sibuk dengan kegiatannya sendiri).
Karena masih ada sebagian siswa yang yang belum
paham dalam operasi bilangan maka dilanjutkan ke siklus II
Siklus II
1) Rencana Tindakan
a) Kegiatan Pembelajaran diawali dengan appersepsi
b) Menyampaikan tujuan pembelajaran
c) Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang
cara mengurangkan dengan menukar puluhan dan
satuan,
d) Siswa diberi LKS untuk dikerjakan secara
individu
e) Guru menjelaskan cara bermain domino
f) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap kelompok
2-3 orang
h) Siswa mengerjakan soal tes yang sudah
dipersiapkan oleh guru secara individu
2) Pelaksanaan Tindakan
Merealisasikan rencana tindakan butir 1)
3) Observasi
a) Mengamati kegiatan pembelajaran kemudian
mencatat hal-hal penting yang terjadi dalam
kegiatan pembelajaran pada lembar observasi
b) Memeriksa LKS
c) Memeriksa soal-soal tes hasil kerja siswa
4) Refleksi
a) Mengidentivikasi kendala-kendala yang dihadapi,
kekurangan dan temuan-temuan lain selama
kegiatan pembelajaran
b) Membicarakan dengan teman sejawat tentang
kendala yang dihadapi, kekurangan dan
temuan-temuan lain selama kegiatan pembelajaran
c) Membandingkan hasil yang sudah dicapai dengan
indikator keberhasilan yang telah ditetapkan untuk
merencanakan kegiatan pembelajaran pada temuan
D. Pengumpulan Data dan Instrumennya
1. Peubah
Operasi bilangan khususnya pengurangan sampai
dengan bilangan seratus (100) dengan bilangan satuan
yang dikurangi lebih kecil dari satuan bilangan
pengurangnya.
2. Indikator :
a. Kognitif
1) Produk
Melakukan pengurangan bilangan dua angka
khususnya pengurangan sampai dengan bilangan
seratus (100) dengan bilangan satuan yang dikurangi
lebih kecil dari bilangan pengurangnya dengan cara
memasangkan kertas yang berbeda warna.
2)Proses
Melakukan pengurangan bilangan dua angka
khususnya pengurangan sampai dengan bilangan
seratus (100) dengan bilangan satuan yang dikurangi
lebih kecil dari bilangan pengurangnya dengan cara
b. Afektif
Melakukan pengurangan bilangan dua angka
khususnya pengurangan sampai dengan bilangan
seratus (100) dengan bilangan satuan yang dikurangi
lebih kecil dari bilangan pengurangnya dengan cara
bermain domino.
c. Psikomotor
Melakukan pengurangan bilangan dua
angka khususnya pengurangan sampai dengan bilangan
seratus (100) dengan bilangan satuan yang dikurangi
lebih kecil dari bilangan pengurangnya dengan cara
mengisi titik-titik.
3. Jenis data : kuantitatif
Data yang diperoleh dari hasil ulangan.
4. Cara pengumpulan data
Data dikumpulkan dengan melakukan ulangan pada setiap
akhir siklus.
5. Instrumen
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu soal
tes mengenai penjumlahan dan pengurangan.
Semua penjelasan tentang pengumpulan data dapat dilihat pada
Tabel 3.2 Indikator Keberhasilan
Peubah Indikator Data Pengumpulan Instrument
Prestasi
E. Analisis Data
1. Kriteria keberhasilan
Kondisi awal prestasi belajar siswa dan kondisi akhir
yang diharapkan adalah sebagai berikut :
Tabel 3.3 Kriteria Keberhasilan
no Peubah Indikator Kondisi awal
Kondisi pada akhir siklus 1. Prestasi
belajar
Rata- rata siswa dalam mengerjakan soal operasi bilangan
Persentase jumlah siswa yang mencapai KKM
48,33
18,51%
80
2. Langkah-langkah analisis
a. Penyekoran :
Benar : 1
Salah : 0
b. Menghitung jumlah skor setiap siswa
c. Menghitung rata-rata kelas dengan rumus :
SR = jumlah skor seluruh siswa Jumlah siswa
d. Menghitung persentase ketuntasan
e. Membandingkan tingkat prestasi pada akhir setiap siklus
dengan kondisi awal, untuk menyimpulkan apakah terjadi
36 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Deskripsi Penelitian
Melihat nilai rata-rata pelajaran Matematika khususnya dalam
hal operasi bilangan masih sangat rendah yaitu 48,33, dan yang tuntas
baru 18,51% dari jumlah siswa. Peneliti mengadakan penelitian
tidakan kelas untuk meningkatkan prestasi siswa. Peneliti
merencanakan nilai rata-rata prestasi siswa meningkat menjadi 80
dengan ketuntasan 90%. Peneliti menggunakan metode permainan
untuk meningkatkan prestasi belajar Matematika mengenai operasi
bilangan dengan menggunakan metode permaian pada siswa kelas I
SD Marsudirini, Muntilan, Magelang.
B. Hasil Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul “Peningkatan
Prestasi Belajar Matematika Mengenai Operasi Bilangan Dengan
Menggunakan Metode Permainan Pada Siswa Kelas I SD Marsudirini
Muntilan Telah dilaksanakan pada bulan Mei 2012. Penelitian ini
terbagi menjadi 2 (dua) siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu
rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
a. Perencanaan
Peneliti mempersiapkan:
1) Kertas lipat dua warna, dipotong kecil-kecil berbentuk persegi
untuk membedakan puluhan dan satuan dan setiap siswa
membawa kertas minimal 20 potongan untuk setiap warna.
2) Kertas lipat dipotong persegi panjang untuk permainan domino,
setiap siswa mempunyai minimal lima kartu.
43 – 17
62
81 – 19
26
3) Perangkat Rencana Pembelajaran meliputi silabus, RPP, LKS,
bahan ajar, soal evaluasi, lembar pengamatan, dan lembar
penilaian.
b. Tindakan/Pelaksanaan
1) Siklus I diadakan dalam dua kali pertemuan (@ 2 jam
pelajaran) yaitu tanggal 14 Mei 2012 dan 10 Mei 2012.
2) Pertemuan pertama membahas tentang cara mengurangkan
bilangan dengan menukar kertas puluhan menjadi satuan.
3) Siswa mengerjakan LKS dengan cara menukar kertas seperti
4) Siswa mengerjakan LKS yang kedua dengan cara
memasangkan soal dengan memasangkan jawaban dengan
menarik garis.
5) Dalam pertemuan kedua diawali dengan bermain domino,
dalam kelompok, setiap kelompok empat siswa.
6) Mengerjakan lembar evaluasi dan diperoleh data sebagai
berikut:
Tabel 4:2
Perbandingan Pencapaian Prestasi Kondisi Awal dan Siklus I
No Pembelajaran
Rata-rata
Hasil Belajar Siswa
Tuntas Tidak Tuntas
Jumlah presen Jumlah presen
1 Awal 48,33 5 18,51% 22 81,49%
2 Siklus I 67,77 15 55,55% 12 44,45%
Tabel 4:3
Perbandingan Prosentase Ketuntasan Kondisi Awal dan Siklus I
No Pembelajaran
Hasil Belajar Siswa
Tuntas Tidak Tuntas
Jumlah presen Jumlah presen
1. Studi Awal 5 18,51% 22 81,49%
2. Siklus 1 15 55,55% 12 44,45%
Grafik 3
Perbandingan Prosentase Ketuntasan Kondisi Awal dan Siklus I 48.33
18.51
81.49
67.77
55.55
44.45
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Nilai rata-rata Tuntas (%) Tidak Tuntas (%)
awal
c. Observasi
Guru mengamati selama proses pembelajaran
berlangsung dengan mengamati keaktifan siswa, pada
waktu diskusi, bermain menukar kertas, kerja kelompok,
bermain domino dan mengerjakan lembar evaluasi, untuk
menilai aspek afektif, psikomotorik dan kognitif.
d. Refleksi
1) Selama pembelajaran siklus pertama ini siswa Nampak
antusias, ada kenaikan ketuntasan, tetapi belum
mencapai standar. Seperti terlihat dalam tabel di atas.
2) Saat bermain dominopun masih menggunakan waktu
yang relatif lama, maksudnya waktu yang tersedia 18.51
81.49
55.55
44.45
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Tuntas (%) Tidak Tuntas (%)
awal
dalam jam pelajaran tersebut kurang, banyak siswa
yang masih membawa sisa kartu.
3) Guru memberikan PR agar siswa membuat 3 soal
pengurangan untuk ditanyakan kepada teman-teman di
kelas.
Dari hasil analisis refleksi pada siklus pertama ternyata tingkat
ketuntasan belum sampai pada batas kriteria yang ditetapkan (90%).
Hanya 15 siswa dari 27 siswa yang mencapai tingkat ketuntasan dan
hanya 10 siswa yang menunjukkan motivasi dalam belajar (37%).
Dari hasil diskusi dengan teman sejawat diketahui, gejala yang
paling umum terjadi pada siswa yang belum tuntas karena mereka
kesulitas dalam memahami konsep pengurangan dan ini umumnya
terjadi pada kelompok siswa yang duduk di barisan depan, karena
pada umumnya siswa yang duduk pada barisan paling depan adalah
siswa yang perlu bantuan dalam memahami konsep baru. Dan juga
siswa yang sering usil kurang memperhatikan. Biasanya siswa yang
sering usil (bermain sendiri saat guru menerangkan) juga kurang minat
dalam belajar. Kelompok inilah yang diindentifikasi termasuk
kelompok yang tidak sungguh-sungguh dalam belajar.
Untuk mengantifikasi hal tersebut, upaya yang dilakukan pada
siklus kedua dengan mengatur posisi tempat duduk (pindah tempat)
untuk melakukan permainan domino. Usaha guru yang lain untuk
menambah kecermatan, ketelitian dan kecepatan menghitung adalah
dengan bermain peran sebagai guru kecil. Guru kecil mengajukan 3
pertanyaan (3 soal) kepada teman-temanya.
1. Siklus II
a. Perencanaan
Peneliti mempersiapkan:
1) Kertas lipat dua warna, dipotong kecil-kecil berbentuk persegi
untuk membedakan puluhan dan satuan dan setiap
siswa membawa kertas minimal 20 potongan untuk setiap
warna.
2) Kertas lipat dipotong persegi panjang untuk permainan
domino, setiap siswa mempunyai minimal lima kartu.
65 - 29
49
94 - 45
36
3) Perangkat Rencana Pembelajaran (silabus, RPP, LKS, bahan
ajar, soal evaluasi, lembar pengamatan, dan lembar penilaian).
b. Tindakan
1)Siklus kedua diadakan dalam dua kali pertemuan (@ 2 jam
2)Pertemuan pertama membahas tentang cara mengurangkan
bilangan dengan menukar kertas puluhan menjadi satuan.
3)Siswa mengerjakan LKS dengan cara menukar kertas seperti
yang telah diajarkan
4)Siswa mengerjakan LKS yang kedua dengan cara
memasangkan soal dengan memasangkan jawaban dengan
menarik garis.
5)Dalam pertemuan kedua diawali dengan bermain domino,
dalam kelompok, setiap kelompok empat siswa.
6)Mengerjakan lembar evaluasi dan diperoleh data sebagai
berikut:
a. Pada studi awal, siswa yang tuntas belajar hanya ada 5
siswa dari 27 siswa (18,51%) dengan nilai rata-rata
48,33.
b. Pada siklus I, siswa yang tuntas belajar ada 12 siswa
dari 27 siswa (55,55%) dengan nilai rata-rata 67,77.
c. Pada Siklus II, siswa yang tuntas belajar sudah
mencapai 26 siswa (96,29%) dengan nilai rata-rata
88,88.
Sedang siswa yang belum tuntas dalam belajar sebagai berikut:
1. Pada studi awal siswa yang belum tuntas sebanyak 22
2. pada siklus I siswa yang belum tuntas sebanyak 15 siswa
dari 27 siswa (44,45 %)
3. Pada siklus II siswa yang belum tuntas sebanyak 1 siswa
dari 27 siswa (3,71%)
Setelah dilakukan analisis terhadap tabel di atas, bahwa tingkat
pemahaman siswa terhadap operasi bilangan khususnya pengurangan
sampai dengan bilangan 100, setelah menggunakan media permainan
dalam pembelajaran menunjukkan kenaikan angka ketuntasan yang
sangat signifikan.
Tabel 4:5
Perbandingan Pencapaian Prestasi Kondisi Awal dan Siklus Akhir
No Pembelajaran Rata-rata
Hasil Belajar Siswa
Tuntas Tidak Tuntas Jumlah presen Jumlah presen
1 Awal 48,33 5 18,51% 22 81,49%
2 Siklus I 67,77 15 55,55% 12 44,45%
3 Siklus II 88,88 26 96,29% 1 3,71%
Grafik 4:5
Tabel 4:6
Perbandingan Prosentase Ketuntasan Kondisi Awal dan Siklus Akhir
No Pembelajaran
Hasil Belajar Siswa
Tuntas Presen
Perbandingan Prosentase Ketuntasan Kondisi Awal dan Siklus Akhir 48.33
Nilai rata-rata Tuntas (%) Tidak Tuntas (%)
awal
siklus I
b. Observasi
Guru mengamati selama proses pembelajaran
berlangsung dengan mengamati keaktifan siswa, pada waktu
diskusi, bermain menukar kertas, kerja kelompok, bermain
domino dan mengerjakan lembar evaluasi, untuk menilai aspek
afektif, psikomotorik dan kognitif.
c. Refleksi 18.51
55.55
96.29
81.49
44.45
3.71
0 20 40 60 80 100 120
awal siklus I siklus II
Tuntas (%)
1)Selama pembelajaran siklus II ini siswa tampak lebih
antusias, dan kenaikan ketuntasan sudah melebihi standar.
2)Pada waktu bermain domino dapat menyelesaikan dengan
cepat sesuai standar waktu yang ditentukan.
3)Guru memberikan tugas di rumah untuk memperlancar cara
mengoperasikan bilangan.
Pada siklus II, setelah dilaksanakan perbaikan
pembelajaran siswa yang tuntas belajar menjadi 26 siswa
dari 27 siswa (96,29%) dengan nilai rata-rata 88,88.
Sedangkan siswa yang menunjukkan motivasi dalam belajar
naik dari 15 siswa menjadi 26 siswa berarti naik 11 siswa
lagi, ini berarti ada kenaikan ketuntasan belajar sebesar
40,74%, kenaikan motivasi belajar sebesar 40,74% dan
kenaikan rata-rata sebesar 21,11.
Perubahan jumlah anggota kelompok dari 2 siswa
menjadi 4 siswa dan penambahan waktu untuk bermain
domino, serta pekerjaan rumah dari hasil siklus pertama,
juga penambahan alokasi waktu untuk mengerjakan tes
dengan cara memberikan lembar soal kepada setiap siswa
(pengerjaan tes pada siklus pertama dengan menyalin soal
dari papan tulis) hasilnya 26 siswa tuntas dalam belajar dan
26 siswa dari 27 siswa. Ini berarti perbaikan pembelajaran
sudah berhasil, bahkan sudah melampaui kriteria yang telah
ditentukan, maka upaya perbaikan berakhir pada siklus II.
C. Pembahasan
Pembahasan didasarkan hasil penelitian tampak pada tabel di bawah ini
Rekapitulasi Nilai Evaluasi dari Studi Awal sampai Siklus Akhir
No Nama Siswa KKM
Studi
Awal
Siklus
I
Siklus
II
1. Abi Prasetya 65 65 70 100
2. Abigael Eudia Basuki 65 65 70 100
3. Albert Sebastian S 65 60 60 80
4. Cosmas Seto Adi 65 50 70 100
5. Denzel Christhoper R 65 75 80 100
6. Devon benedict Ch 65 60 80 100
7. Eko Yudiantoro 65 50 60 80
8. Eliana hartono 65 40 70 100
9. Harry Mahardika S 65 65 60 80
10. Joanna Elysia Ardina 65 50 90 100
11. Kiara May Hanjaya 65 30 50 80
13. Marcella Claresta W 65 60 60 80
14. Margaretha Fiorenza 65 50 70 100
15. Maria Alvina Putri T 65 50 60 80
16. Maria Angela Yuventa 65 30 60 80
17. Maria Veronika Ivana 65 30 50 60
18. Michael Efren K 65 50 60 80
19. Pande made Sabda B 65 50 80 100
20. Raymundus Ade H 65 30 70 100
21. Rena Octavia 65 60 90 100
22. Ridho Sonatha 65 30 50 80
23. Stefano Candra W 65 30 60 100
24. Steven Andrew W 65 30 80 100
25. Thomas Andhanu 65 40 70 80
26. Victoria Audrey P 65 60 80 100
27. Yasinta Mary Aryanti 65 30 50 80
Jumlah 1305 1830 2400
Rata - rata 48,33 67,77 88,88
Tuntas 5 15 26
% 18,51% 55,55% 96,29%
Tidak tuntas 22 12 1
% 81,49% 44,45% 3,71%
d. Pada sudi awal, siswa yang tuntas belajar hanya ada 5 siswa dari 27
siswa (18,51%) dengan nilai rata-rata 48,33.
e. Pada siklus I, siswa yang tuntas belajar ada 12 siswa dari 27 siswa
(55,55%) dengan nilai rata-rata 67,77.
f. Pada Siklus II, siswa yang tuntas belajar sudah mencapai 26 siswa
(96,29%) dengan nilai rata-rata 88,88.
Sedang siswa yang belum tuntas dalam belajar sebagai berikut:
4. Pada studi awal siswa yang belum tuntas sebanyak 22 siswa dari 27
siswa (81,49%)
5. pada siklus I siswa yang belum tuntas sebanyak 15 siswa dari 27
siswa (44,45 %)
6. Pada siklus II siswa yang belum tuntas sebanyak 1 siswa dari 27
siswa (3,71%)
Setelah dilakukan analisis terhadap tabel di atas, bahwa tingkat
pemahaman siswa terhadap operasi bilangan khususnya pengurangan
sampai dengan bilangan 100, setelah menggunakan metode permainan
dalam pembelajaran menunjukkan kenaikan angka ketuntasan yang
51
B A B V
KESIMPULAN, SARAN, DAN TINDAK LANJUT
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan temuan yang diperoleh pada
proses pembelajaran awal, siklus pertama dan siklus kedua dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
Penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode permainan
dalam pengoperasian bilangan, khususnya pengurangan sampai dengan
bilangan seratus (100) dengan bilangan satuan yang dikurangi lebih kecil
dari satuan bilangan pengurangnya mampu meningkatkan prestasi siswa
kelas I SD Marsudirini Muntilan, dalam pengoperasian bilangan dari
rata-rata kondisi awal 48 menjadi 68 dalam siklus I dan mencapai 89 dalam
siklus ke II. Dari ketuntasan 18 % menjadi 56% dalam siklus I dan 96%
dalam siklus II. Berarti dengan menggunakan metode permainan dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa mencapai 78 % .
B. Saran
Dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran siswa kelas I SD
Marsudirini di Muntilan dalam mengoperasikan bilangan khususnya
pengurangan sampai dengan bilangan seratus (100) dengan bilangan
pengurangnya, peneliti menyadari keterbatasan hasil penulisan ini.
Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
diharapkan demi kesempurnaan penulisan ini.
Dari kesimpulan hasil penelitian tersebut peneliti memberikan
saran sebagai berikut :
1. Bagi Sekolah :
a. Dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas akan
mendapat manfaat dalam inovasi pembelajaran
b. Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah
2. Bagi guru :
a. Gunakan media permainan dalam mengoperasikan bilangan
khususnya pengurangan sampai dengan bilangan seratus
(100) dengan bilangan satuan yang dikurangi lebih kecil dari
dari satuan bilangan pengurangnya.
b. Dalam proses pembelajaran sebaiknya dikondisikan siswa
senang dan tertarik lebih dahulu dengan materi/alat perga
yang kita gunakan
c. Usahakan pembelajaran yang aktif, kreatif dan
menyenangkan agar siswa benar-benar memahami
d. Jangan terlalu cepat dalam menjelaskan materi
pembelajaran, serta waktu yang diberikan kepada siswa
dalam mengerjakan soal-soal evaluasi.
3. Bagi Peneliti lain
Pembelajaran dengan menggunakan media permainan
dalam pengoperasian bilangan, khususnya pengurangan
sampai dengan bilangan seratus (100) dengan bilangan satuan
yang dikurangi lebih kecil dari satuan bilangan pengurangnya
mampu meningkatkan prestasi siswa dan kenaikan ketuntasan
maka sekolah yang mempunyai karakteristik relatif sama dapat
menerapkan strategi pembelajaran tersebut untuk
meningkatkan pemahaman siswa dalam belajar materi yang
A. Tabrani Rusyan. Yani Daryani S. 1993. Penuntun Belajar Yang Sukses. Jakarta:
Nine Karya Jaya.
Fr. Y. Kartika Budi. 2008. Buku Kerja Mahasiswa Mata Kuliah Penelitian Tindakan
Kelas
J. Drost, SJ. 2000. Reformasi Pengajaran Salah Asuhan orang Tua? Jakarta:
Grasindo
Muniasari. 2008. Kiat Jitu Belajar Bermutu. Jakarta Nobel Edumedia
Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. 2008. Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan Nasional
Syaiful Bahri Djamarah. 2005. Guru dan Siswa Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta : Rineka Cipta
Thoifuri. 2008. Menjadi Guru Inisiator. Semarang : RaSAIL
Gatot Muhsetyo. 2008. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta Universitas Terbuka
Martin Handoko. Theo Riyanto. 2008. Permainan Penyegar Pertemuan.. Jogyakarta :
Kanisius
Diane Tillman. 2004. Living Values Actities for Children. Jakarta : Grasindo
P. Tumijan. 2006. Matematika untuk SD Kelas I. Jakarta : Grasindo
Canolty Catherine. 2000. 30 Pemainan Matematika. Bandung : Pakar Raya
Wahyudin. 2008. Pengenalan Matematika Dasar. Jakarta : IPA Abong
Sulardi. 2006. Pandai Berhitung Matematika. Jakarta : Erlangga
Sumatno. 2008. Matematika 1. Klaten : CV. Sahabat
Asrori Muhammad. 2009. Penelitian Tundakan Kelas, Bandung : CV Wacana Prima
Putra, Endi Pertama. 2011 Penggunaan Permainan Kartu Bilangan Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Penjumlahan Bilangan Dua Angka Pada Siswa Kelas I SDN Turupinggir II Megaluh Jombang, Malang : Skripsi (Sarjana)—Uneversitas Negri Malang, S1Program Studi S1
Kelas / semester : I / 2
Kompetensi Dasar : Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 100 Standar Kompetensi : Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan
INDIKATOR MATERI KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR ALOKASI
WAKTU
PENILAIAN SUMBER BELAJAR
a.Kognitif :
a. Melakukan
penjumlahan bilangan dua angka sampai 100 dengan cara
memasangkan kertas yang berbeda warna. b. Melakukan
penjumlahan bilangan dua angka sampai 100 dengan cara dua angka sampai 100 dengan cara bermain domino
c.Psikomotorik :
a. Melakukan
penjumlahan bilangan dua angka sampai 100 dengan cara mengisi titik – titik 3. Bermain domino
4. Mengisi titik - titik
1. Kegiatan inti Eksplorasi
a. Penggalan I
Melakukan penjumlah dengan kertas warna
b. Penggalan II
Melakukan penjumlahan dengan mencari pasangan yang benar c. Penggalan III
Melakukan penjumlahan dengan bermain domino
d. Penggalan ke IV
Melakukan penjumlahan dengan mengisi titik - titik
Elaborasi
1. penilaian terhadap pengetahuan yang
Penilaian Afektif :
penilaian dengan 2. Buku pegangan
Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar Kelas / semester : I / 2
Kompetensi Dasar : Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 100
Standar Kompetensi : Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan
INDIKATOR MATERI KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR ALOKASI
WAKTU
PENILAIAN SUMBER BELAJAR
a.Kognitif :
c. Melakukan
pengurangan bilangan dua angka sampai 100 dengan cara
memasangkan kertas yang berbeda warna. d. Melakukan
pengurangan bilangan dua angka sampai 100 dengan cara dua angka sampai 100 dengan cara bermain domino
c.Psikomotorik :
b. Melakukan
pengurangan bilangan dua angka sampai 100 dengan cara mengisi titik – titik 7. Bermain domino
8. Mengisi titik - titik
2. Kegiatan inti Eksplorasi
i. Penggalan I
Melakukan pengurangan dengan kertas warna
j. Penggalan II
Melakukan pengurangan dengan mencari pasangan yang benar k. Penggalan III
Melakukan pengurangan dengan bermain domino
l. Penggalan ke IV
Melakukan pengurangan dengan mengisi titik - titik
Elaborasi
3. penilaian terhadap pengetahuan yang
Penilaian Afektif :
penilaian dengan 5. Buku pegangan
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )
Satuan Tingkat Pendidikan : Sekolah Dasar
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : I / 2
Alokasi Waktu : 2 X pertemuan ( a 4 jam pelj )
A. Standar Kompetensi :
Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan
B.
Kompetensi Dasar
:
Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 100
C.
Indikator
:
1. Kognitif
a. Melakukan penjumlahan, dan juga pengurangan bilangan dua angka sampai dengan 100. Satuan bilangan yang dijumlahkan lebih dari 10, dan satuan bilangan yang dikurangi lebih kecil dari pada bilangan pengurangnya, dengan cara memasangkan kertas yang berbeda warna b. Melakukan penjumlahan dan juga pengurangan bilangan dua angka
sampai dengan 100. Satuan bilangan yang dijumlahkan lebih dari 10, dan satuan bilangan yang dikurangi lebih kecil dari pada bilangan pengurangnya, dengan cara memasangkan kartu bilangan
2. Afektif :
Melakukan penjumlahan dan juga pengurangan bilangan dua angka sampai dengan 100 Satuan bilangan yang dijumlahkan lebih dari 10, dan satuan bilangan yang dikurangi lebih kecil dari pada bilangan pengurangnya, dengan cara bermain domino
3. Psikomotor :
D.
Tujuan Pembelajaran ( TP )
Seteleh
selesai
pelajaran
diharapkan anak dapat
1. Kognitif
a. Melakukan penjumlahan, dan juga pengurangan bilangan dua angka sampai dengan 100. Satuan bilangan yang dijumlahkan lebih dari 10, dan satuan bilangan yang dikurangi lebih kecil dari pada bilangan pengurangnya, dengan cara memasangkan kertas yang berbeda warna b. Melakukan penjumlahan dan juga pengurangan bilangan dua angka
sampai dengan 100. Satuan bilangan yang dijumlahkan lebih dari 10, dan satuan bilangan yang dikurangi lebih kecil dari pada bilangan pengurangnya, dengan cara memasangkan kartu bilangan
2. Afektif :
Melakukan penjumlahan dan juga pengurangan bilangan dua angka sampai dengan 100 Satuan bilangan yang dijumlahkan lebih dari 10, dan satuan bilangan yang dikurangi lebih kecil dari pada bilangan pengurangnya, dengan cara bermain domino
3. Psikomotor :
Melakukan penjumlahan dan juga pengurangan bilangan dua angka sampai dengan 100. Satuan bilangan yang dijumlahkan lebih dari 10, dan satuan bilangan yang dikurangi lebih kecil dari pada bilangan pengurangnya, dengan cara mengisi titik – titik
E.
Materi Pembelajaran
:
Melakukan pengurangan bilangan sampai 100 dengan cara :
1. Memasangan kertas yang berbeda warna 2. Memasangkan kartu bilangan
3. Bermain domino 4. Mengisi titik – titik.