• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN ANAK DALAM NOVEL ADA SURGA DI RUMAHMU KARYA OKA AURORA SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENDIDIKAN ANAK DALAM NOVEL ADA SURGA DI RUMAHMU KARYA OKA AURORA SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN ANAK

DALAM NOVEL ADA SURGA DI RUMAHMU

KARYA OKA AURORA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

LUZARRIT FIRDAUSI

NIM 111-13-170

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)
(3)

PENDIDIKAN ANAK

DALAM NOVEL ADA SURGA DI RUMAHMU

KARYA OKA AURORA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh:

LUZARRIT FIRDAUSI NIM. 111 13 170

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(4)

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp. : -

Hal : Naskah Skripsi

Saudari Luzarrit Firdausi

Kepada

Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga Di Tempat

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudari :

Nama : Luzarrit Firdausi NIM : 111 13 170

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul :PENDIDIKAN ANAK DALAM NOVEL ADA SURGA DI RUMAHMU KARYA OKA AURORA

Dengan ini kami mohon kepada Bapak Dekan FTIK IAIN Salatiga agar skripsi saudari tersebut di atas segera dimunaqosahkan. Demikian agar menjadi perhatian.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Salatiga, 7 Februari 2017 Pembimbing

(5)

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

Jalan Lingkar Salatiga Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716 Website: tarbiyah.iainsalatiga.ac.id Email: tarbiyah@iainsalatiga.ac.id

SKRIPSI

PENDIDIKAN ANAK DALAM NOVEL ADA SURGA DI RUMAHMU KARYA OKA AURORA

Disusun oleh LUZARRIT FIRDAUSI

NIM: 111 13 170

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 27 Maret 2017 dan telah dinyatakan telah memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. _______________________ Sekretaris Penguji : Imam Mas Arum, M. Pd. _______________________ Penguji I : Achmad Maimun, M. Ag. _______________________ Penguji II : Drs. Abdul Syukur, M. Si. ________________________

Salatiga, 27 Maret 2017 Dekan

Suwardi, M. Pd.

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Luzarrit Firdausi NIM : 111 13 170

Fakultas : Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Judul : PENDIDIKAN ANAK DALAM NOVEL ADA SURGA DI RUMAHMU KARYA OKA AURORA

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 15 November 2016 Yang menyatakan,

(7)

MOTTO

:همحرلا( ُناَسْحِ ْلْا الَِّإ ِناَسْحِ ْلْا ُءاَزَج ْلَه

06

)

Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula).

(8)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kehadirat Allah Swt. Saya persembahkan skripsi ini kepada:

1. Kedua orangtua saya tercinta, Bapak Musrichin dan Ibu Siti Rochmah yang selalu memberikan semangat dan tidak berhenti berdoa untuk saya agar menjadi orang yang bermanfaat. Selain itu, bapak dan ibu yang telah memberikan motivasi dalam mengambil tema Pendidikan Anak sebagai objek kajian skripsi saya.

2. Semua kakak-kakak saya yang telah memberikan dorongan untuk kemajuan saya.

3. Adik-adik bimbingan belajar yang telah menjadi teman bagi kesuksesan saya. 4. Teman-teman PPL Tahun 2016 di SMK Negeri 3 Salatiga serta teman-teman

KKN 2017 di Dusun Granjeng, Desa Siwal, Kec. Kaliwungu, Kab. Semarang yang telah banyak membantu dan bersedia bertukar pikiran serta motivasinya. 5. Sahabat-sahabat seperjuangan saya mahasiswa PAI Angkatan 2013 yang tidak

(9)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Dengan menyebut nama Allah Swt. yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji dan syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Shalawat serta salam senantiasa tercurah terhadap Nabi Muhammad Saw., yang telah mencapai puncak kesuksesan tertinggi sepanjang kehidupan manusia yang pernah ada. Serta keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman. Skripsi ini disusun sebagai syarat mencapai Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Agama Islam di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yag telah membantu dan memberikan dorogan baik moril maupun materiil, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, melalui ruang penulis mengucapkan penghargaan dan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. 3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

sekaligus juga sebagai dosen pembimbing akademik. 4. Imam Mas Arum, M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi.

(10)

Akhirnya penulis berharap, semoga jasa dan bantuan yang telah diberikan menjadi amal baik dan mendapat balasan dari Allah Swt. Dalam penyusunan skripsi ini, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan dari segala aspek yang dimiliki oleh penulis sendiri. Untuk itu, kritik dan saran terbuka luas dan selalu penulis harapkan dari pembaca yang budiman guna kesempurnaannya. Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini mampu memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

Salatia, 16 November 2016

(11)

ABSTRAK

Firdausi, Luzarrit. 2017. Pendidikan Anak dalam Novel Ada Surga di Rumahmu Karya Oka Aurora. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. 2017. Pembimbing: Imam Mas Arum, M. Pd.

Kata Kunci: Pendidikan Anak

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui pendidikan anak yang terdapat di dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora. Rumusan masalah yang ingin dicari jawabannya adalah (1) Bagaimanakah konsep pendidikan anak dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora? (2) Bagaimanakah karakteristik tokoh dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora? (3) Bagaimanakah relevansi konsep pendidikan anak dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora dengan kehidupan sehari-hari?

Penelitian ini adalah jenis penelitian kepustakaan (library research), karena sumber data diperoleh dari hasil pustaka. Sehingga, metode dokumentasi dipilih untuk menggumpulkan data dalam skripsi ini. Sedangkan analisis data yang penulis gunakan adalah analisis isi dan analisis wacana.

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN BERLOGO ... .. i

HALAMAN JUDUL ... . ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... . v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... . x

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 7

C.Tujuan Penelitian ... 7

D.Manfaat Penelitian ... 8

E. Metode Penelitian ... 9

F. Penegasan Istilah ... 11

G.Sistematika Penulisan ... 12

BAB II BIOGRAFI NASKAH A.Biografi Oka Aurora dan Ustadz Ahmad Al Habsyi ... 14

B.Karya-karya Oka Aurora dan Ustadz Ahmad Al Habsyi ... 17

C.Gambaran Umum Novel ... 18

D.Unsur Intrinsik Novel ... 19

E. Sinopsis Novel ... 28

(13)

BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN

A.Pendidikan Anak dalam Novel Ada Surga di Rumahmu ... 33 B.Karakteristik Tokoh dalam Novel Ada Surga di Rumahmu ... 54 BAB IV PEMBAHASAN

A.Pendidikan Anak dalam Novel Ada Surga di Rumahmu ... 62 B.Karakteristik Tokoh dalam Novel Ada Surga di Rumahmu ... 96 C.Relevansi Pendidikan Anak dalam Novel Ada Surga

di Rumahmu dengan Kehidupan Sehari-hari ... 105 BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan ... 107 B.Saran ... 109 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP DAFTAR LAMPIRAN

SAMPUL NOVEL

EMAIL DARI PENULIS NOVEL DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS NOTA PEMBIMBING SKRIPSI

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan secara sadar oleh pendidik dalam mengarahkan, membimbing, dan memimpin perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (Santoso,dkk., 2010: 269). Sedangkan mendidik adalah membimbing anak mencapai kedewasaan (Syafei, 2006: 2). Hal ini berlandaskan pada salah satu firman Allah dalam Q.S. al-Nisa‟(4): 59 yang berbunyi:

ََيََأَ ي

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,maka kembalikanlah ia kepad Allah (al-Qur‟an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

Dalam dunia pendidikan sering dikenal adanya konsep life long education. Islam tidak mengenal kata “henti dalam pendidikan/belajar”.

Selama seseorang masih diberi kesempatan untuk hidup, maka ia masih berkewajiban untuk belajar, meski secara non formal ataupun in formal (Santoso, 2010: 271).

(15)

madrasah, dan masyarakat. Keempat pusat pendidikan di atas diharapkan

dapat bekerja sama dengan baik dan bisa saling mendukung untuk tercapainya tujuan pendidikan (Santoso, 2010: 272).

Orang tua yang mengasuh anaknya dengan dengan bijak, demokratis, sabar, perhatian, dan sebagainya, maka anak akan tumbuh dengan penuh kedewasaan dan kebijaksanaan. Seperti halnya pendidikan Nabi Ibrahim AS. dalam mendidik Ismail AS. sebagaimana tersurat dalam kisah bahwa Ibrahim AS. bermimpi diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih putranya, Ismail AS. Maka, beliau pun memanggil putranya dengan lembut dan penuh kasih sayang. Lalu bermusyawarah dengan meminta pendapat dari anaknya (Mustaqim, 2005: 23).

Allah SWT. telah memerintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya yang terdapat dalam Q.S. Luqman: 14 yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Q. S. Luqman: 14).

(16)

“Orang muslim meyakini hak kedua orang tua terhadap dirinya, kewajiban berbakti, taat dan berbuat baik kepada keduanya. Tidak karena keduanya penyebab keberadaannya atau karena keduanya memberikan banyak hal kepadanya hingga dia harus berbalas budi kepada keduanya, tetapi karena Allah Azza wa Jalla kewajibkan taat, menyuruh berbakti, dan berbuat baik kepada keduanya. Bahkan Allah

Ta’ala mengaitkan hak orang tua dengan hak-Nya berupa penyembahan kepada Diri-Nya dan tidak kepada yang lain”.

Berbicara tentang berbakti kepada orang tua dan pengasuhan orang tua terhadap anaknya, senada dengan hal diatas Ustadz Ahmad Al Habsyi mengungkapkan:

“Benar saudaraku, karena sejatinya orang tua kita; Ayah Ibu, Papah Mamah, Abi Umi, Mama Mimi, Pipih Mimih, dan sebutan lain untuk orang tua adalah surga sejati kita. Di tangan mereka di antara kunci surga itu ada. Pada cinta merekapotensi kenikmatan surga diraih. Iya saudaraku, surga di rumahmu itu adalah orang tuamu. Ada surga di rumahmu...” (Habsyi, 2015: 4).

Sehingga seorang novelis Indonesia yang bernama Oka Aurora terinspirasi oleh kisah Ustadz Ahmad Al Habsyi dengan kedua orang tuanya yang kemudian melahirkan sebuah novel yang berjudul Ada Surga di Rumahmu.

Sehubungan dengan hal itu, dalam skripsi ini penulis ingin mengangkat novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora dalam hal pendidikan anak dengan judul “PENDIDIKAN ANAK DALAM NOVEL ADA SURGA DI RUMAHMU KARYA OKA AURORA”.

(17)

B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini, dirumuskan beberapa masalah yang akan menjadi bahan kajian, yaitu :

1. Bagaimanakah konsep pendidikan anak dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora?

2. Bagaimanakah karakteristik tokoh dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora?

3. Bagaimanakah relevansi konsep pendidikan anak dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora dengan kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian yang berjudul Pendidikan Anak dalam Novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora ini mempunyai tujuan untuk :

1. Mendeskripsikan konsep pendidikan anak dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora;

2. Mendeskripsikan karakteristik tokoh dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora; dan

(18)

D. Manfaat Penelitian

1. Dapat menambah wawasan bagi para pembaca khususnya pelajar akan manfaat dari membaca novel, khususnya yang memuat mengenai pendidikan anak.

2. Dapat menjadikan bahan wacana keilmuan sebagai media yang baru dalam menunjang pendidikan yang lebih baik.

3. Dapat menjadi alternatif khusus untuk memahami pendidikan anak yang terkandung dalam karya sastra (khususnya novel) terlebih bagi penyuka karya sastra pada umumnya.

E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Adapun penelitian yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kepustakaan (library research), karena semua yang digali adalah bersumber dari pustaka (Hadi, 1990: 3). Sehingga data dapat dihimpun dengan menggunakan bahan-bahan tertulis seperti : buku, artikel, surat kabar, majalah dan dokumen lainya, yang sekiranya memiliki hubungan dengan tema penelitian.

2. Sumber Data

Karena jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research), maka data yang diperoleh bersumber dari literatur. Adapun

(19)

sekunder adalah buku-buku lainnya yang ada relevansinya dengan objek pembahasan penulis. Beberapa diantaranya yaitu 7 Keajaiban Orangtua karya Ustadz Ahmad Al Habsyi, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam jilid I dan II karangan Dr. Abdullah Nashih Ulwan yang diterjemahkan

oleh Drs. Saifullah Kamalie, Lc., serta Pendidikan Sosial Anak yang juga karya Dr. Abdullah Nashih Ulwan Khalilullah Ahmas Masjkur Hakim. 3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan penelitian ini adalah dengan mencari dan mengumpulkan dokumen yang relevan dengan objek penulisan. Sedangkan, dokumen adalah segala sesuatu materi dalam bentuk tertulis dibuat oleh manusia (Sarosa, 2012: 61). Adapun bentuk korespondensi yang dilakukan dengan penulis novel yaitu melalui media sosial seperti twitter dan email.

2. Metode Analisis Data

(20)

F. Penegasan Istilah

Penegasan istilah dalam penelitian ini sangat diperlukan agar tidak terjadi penafsiran yang berbeda dengan maksud penulis, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah lain didalam judul ini. Istilah yang perlu penulis jelaskan sebagai berikut :

1. Pendidikan Anak

Pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan secara sadar oleh pendidik dalam mengarahkan, membimbing, dan memimpin perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (Santoso,dkk., 2010: 269). Dalam hal ini, Kurniasih (2010: 64) menyatakan bahwa pendidikan adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar dalam mengaktualisasikan peran atau potensi kita, baik potensi jasmani maupun rohani.

Jadi, dalam hal ini dapat dipahami bahwa pendidikan anak adalah segala usaha yang dilakukan oleh pendidik (orang tua) untuk membimbing, mengarahkan, memotivasi, memberikan pengetahuan dan keterampilan, serta memberi contoh agar peserta didik (anak) berkembang menjadi pribadi yang berkualitas.

2. Novel

(21)

Adapun yang menjadi objek kajian dalam penelitian ini adalah novel Ada Surga di Rumahmu. Salah satu novel karya Oka Aurora ini menceritakan

tentang perjuangan orang tua yang smart dalam mengasuh anak-anaknya sehingga dapat membentuk karakter yang islami dalam diri anak-anaknya seperti birrul walidain.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi yang akan ditempuh, penulis menggunakan sistematika sebagai berikut :

1. Bagian Awal

Bagian awal ini, meliputi: sampul, lembar berlogo, judul (sama dengan sampul), persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto, persembahan, kata pengantar, abstrak, dan daftar isi.

2. Bagian Inti

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini akan membahas mengenai: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan. BAB II BIOGRAFI NASKAH

(22)

BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN

Bab ini akan mengupas mengenai: Konsep pendidikan anak dan karakteristik tokoh novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora.

BAB IV PEMBAHASAN

Bab ini menganalisis mengenai konsep pendidikan anak, karakteristik tokoh, dan relevansi pendidikan anak dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora dengan kehidupan sehari-hari.

BAB V PENUTUP

Penutup yang berisi kesimpulan dan saran. 3. Bagian Akhir

(23)

BAB II

BIOGRAFI NASKAH

A. Biografi Penulis Novel

Jaumil Aurora atau kerap dipanggil dengan Oka Aurora merupakan salah satu novelis Indonesia yang memulai kiprah menulisnya dari tahun 2010. Perempuan kelahiran Jakarta, 19 Juli 1974 ini mempunyai suami yang bernama Muadzin Jihad. Mereka tinggal di Pesona Kahyangan Blok DW No.6 Depok 16411. Tahun 1987 ia lulus dari SD Tarakanita I, Jakarta kemudian melanjutkan studi di SMP Pangudi Luhur dan lulus tahun 1990, setelah lulus SMP ia melanjutkan lagi ke SMA Tarakanita I yang ia selesaikan pada tahun 1993. Setelah lulus dari bangku SMA, ia melanjutkan kuliah di Jurusan Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.

(24)

yang semula demi menggeluti karya-karya sastra. Seperti menjadi penulis skenario film layar lebar, penulis novel, dan editor lepas untuk novel.

B. Karya Penulis Novel

November 2011 Penulis skenario film layar lebar “Ayah Mengapa Aku Berbeda” (Rapi Film)

Desember 2011 Penulis skenario film layar lebar “My Blackberry Girlfriend” (Rapi Film)

Februari 2012 Penulis skenario film layar lebar “Love is U” (Daydreams Entertainment)

Juni 2013 Penulis novel “12 Menit” (diterbitkan oleh Nourabooks)

Januari 2014 Penulis skenario film layar lebar “12 Menit” (Big Pictures Production)

Juni 2014 Penulis novel “Ada Surga di Rumahmu” (diterbitkan oleh Nourabooks)

Juli 2014 Penulis novel “Hijabers in Love” (diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama)

Agustus 2014 Editor lepas untuk novel (dalam proses produksi Nourabooks)

(25)

Oktober 2014 Penulis skenario film layar lebar “Strawberry Surprise” (Starvision Plus)

April 2015 Penulis skenario film layar lebar “Ada Surga di

Rumahmu” (Mizan Productions)

Penghargaan:

Oktober 2014 Skenario Terpuji, Festival Film Bandung (12 Menit)

C. Gambaran Umum Novel

Novel Ada Surga di Rumahmu merupakan salah satu novel karya Oka Aurora yang ditulis pada tahun 2014. Sebagaimana novel karya Oka Aurora yang lain, novel ini bernuansa Islami. Hal itu juga didukung dengan adanya background novel ini yang terinspirasi dari kisah hidup Ustadz Ahmad Al

Habsyi. Dalam novel ini dikisahkan oleh tokoh Ramadan yang bercita-cita menjadi dai seperti pamannya (Buya Athar). Abuya dan Umi berani berkorban demi kesuksesan anaknya. Mereka mengajarkan anak-anaknya hidup sederhana dan berpedoman “Lebih baik lapar di dunia, ketimbang di

akhirat”.

(26)

D. Unsur Intrinsik Novel

Unsur intrinsik dalam novel seperti organ-organ penting dalam tubuh novel, jika salah statu elemen tidak hadir atau tidak berfungsi dengan baik, maka keseluruhan novel tersebut berpotensi menjadi timpang (Winna, 2012, 19). Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa unsur intrinsik adalah suatu rangkaian unsur-unsur yang membangun terbentuknya sebuah karya sastra terutama dalam hal ini adalah novel. Unsur intrinsik juga bermanfaat untuk menghidupkan cerita agar lebih mudah dipahami oleh pembaca. Adapun unsur intrinsik novel, antara lain:

1. Tema Novel

Menurut Winna (2012: 22) tema juga bisa disebut genre dalam penulisan. Genre dilihat dari fungsinya yaitu suatu identitas yang biasanya sering digunakan untuk mendeskripsikan seorang penulis. Senada dengan hal di atas, menurut Hidayah (2016: 24) tema adalah gagasan suatu cerita yang dibangun oleh masing-masing pengarang tersebut.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tema adalah gagasan pokok yang dibangun oleh penulis, biasanya dapat dijadikan sebagai identitas penulis.

(27)

2. Alur Cerita

Alur adalah bagaimana cerita itu bisa mengalir (Winna, 2012: 111). Salah satu karya sastra khususnya novel, akan semakin menarik bagi pembaca apabila memiliki alur yang mudah dipahami. Hal itu akan membantu pembaca dalam mendalami kisah sang pelaku dalam novel tersebut dari awal hingga akhir.

Dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora menggunakan alur campuran, yaitu alur maju dan mundur. Cerita alur campuran dalam novel ini dapat dilihat dari kutipan berikut ini:

Ditempat tidur Umi yang berseprai pudar, warna dasarnya abu-abu dan bermotif bunga biru, bayi Rudah yang baru saja lahir lima bulan lalu sedang tidur bergelung Ruzain. Raudah dan Ruzain adalah anak ketujuh dan keenam keluarga itu (Aurora, 2015: 2).

Alur dalam novel ini dikatakan campuran karena, setelah membahas bahwa keluarga itu mempunyai tujuh orang anak, di Bab 2 membahas saat keluarga tersebut masih memiliki tiga orang anak, dan Umi baru mengandung anak yang keempat.

Bertahun-tahun sebelumnya, ketika Umi sedang mengandung anak yang keempat, dan baru ada Raniah, Ramadan, dan Raihan, dalam kehidupan rumah tangganya dengan Abuya, ayahnya itu sering mengajak beberapa anaknya mengunjungi pengajian-pengajian. Abuya memang senang menimba ilmu dari para ulama besar, kiai, atau habib, baik dari dalam maupun luar negeri (Aurora, 2015: 7).

(28)

3. Latar/Setting

Menurut Winna (2012: 154) setting adalah salah satu elemen penting yang membawa pembaca masuk dalam cerita. Setting atau latar dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Latar tempat, yaitu lokasi tempat terjadinya peristiwa dalam cerita novel tersebut.

b. Latar waktu, yaitu kapan cerita dalam novel tersebut dijalankan.

c. Latar sosial, yaitu latar yang mengarah kepada hubungan sosial dalam suatu tempat yang ada dalam cerita novel tersebut (Hidayah, 2016: 25). Dari pemaparan di atas dapat dipahami bahwa latar atau setting adalah penjelasan mengenai tempat, waktu, dan suasana (keadaan sosial) yang terjadi dalam novel tersebut. Adapun dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora menggunakan latar di tiga tempat. Latar pertama di Palembang, tempat kelahiran Ramadan dan keluarga. Latar yang kedua berada di Bogor, yaitu ketika Abuya mengajak Ramadan dan Raihan untuk meminta doa kepada Kiai Dasa. Sedang latar yang ketiga berada di Jakarta, tempat tinggal Ramadan setelah sukses menjadi seorang dai.

4. Penokohan

(29)

jika ide merupakan fondasi, maka karakter atau penokohan adalah roda yang menggerakkan cerita. Adapun penokohan dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu:

a. Protagonis

Protagonis atau yang sering disebut sebagai “karakter baik”, yaitu

karakter utama yang didukung oleh pembaca. Karakter protagonis biasanya dikembangkan oleh penulis selama cerita berlangsung. Karakter protagonis selalu berkembang menjadi lebih kuat, lebih baik, dan selalu terlihat bagi sang pembaca novel (Winna, 2012: 55). Jadi, dapat dipahami bahwa karakter protagonis yaitu tokoh utama dalam sebuah cerita. Adapun karakter protagonis dalam novel Ada Surga di Rumahmu, yaitu:

1) Ramadan

(30)

mendoakan anaknya itu. Ketika dewasa Ramadan menjadi seorang dai yang sukses. Dia selalu menjunjung tinggi birrul walidain. 2) Umi Humaira

Umi Humaira merupakan ibu dari tujuh anak yang selalu bekerja keras demi keluarganya. Wanita ini bertubuh mungil, tapi tangan dan kakinya kukuh pertanda sering ditempa kerja keras (Aurora, 2015: 1). Selain itu, Umi juga sering perpuasa sunnah, serta tak henti-hentinya berzikir di setiap langkahnya.

3) Abuya Karim

Abuya Karim, Suami Umi serta ayah dari tujuh anak ini rela melakukan apapun demi keluarganya. Dia rela menempuh perjalanan Palembang-Bogor dengan mengajak kedua anaknya hanya untuk memintakan doa kepada seorang kyai. Selain itu, Abuya juga rela mendonorkan satu ginjalnya untuk Abuya Athar sehingga Abuya Athar merasa berhutang dan ingin menjadikan Ramadan sebagai penerusnya.

b. Antagonis

(31)

Surga di Rumahmu, yaitu Naya. Naya merupakan seorang gadis yang menjadi murid mengajinya Ramadan. Karena ia menyukai Ramadan, dia melakukan hal-hal yang di luar batas. Setelah selesai mengaji, dia mengejar Ustadz Ramadan untuk di antar membeli lem untuk tugas prakarya. Dia memaksa Ramadan untuk mengantarnya pergi sampai pulang kembali. Di sepanjang perjalanan, Ramadan heran dengan tingkahnya, menurutnya etikanya “kurang”. Kemudian ia memfitnahnya bahwa Ramadan telah menghamilinya.

c. Tritagonis

Menurut hemat penulis, tokoh tritagonis merupakan tokoh yang berperan sebagai tokoh penengah antara protagonis dan antagonis dalam sebuah cerita. Adapun yang menjadi tokoh tritagonis dalam novel Ada Surga di Rumahmu, yaitu:

1) Raniah

Raniah merupakan anak pertama dari tujuh bersaudara. Jadi, Raniah merupakan kakak dari Ramadan. Dia mempunyai sifat pendiam, penurut, dan agak pemalu. Dia sangat rajin membantu Umi di rumah.

2) Buya Athar

(32)

d. Karakter Pendukung/Tokoh Tambahan

Menurut Winna (2012: 57) mengatakan bahwa karakter pendukung dalam suatu novel hanya sekelebat muncul atau disebut dan tidak memiliki peran lebih jauh dari itu. Adapun karakter pendukung dalam novel Ada Surga di Rumahmu, yaitu:

1) Adik-adik Ramadan

Keluarga Abuya dan Umi terdiri dari tujuh bersaudara yang diberi nama dengan huruf depan “R”, yaitu Raniah, Ramadan,

Raihan, Raziq, Rifqi, Ruzain, dan Raudah. Jadi, Ramadan mempunyai lima orang adik, dari mulai Raihan sampai Raudah. 2) Enjid

Enjid yaitu kakek Ramadan dari garis keturunan Abuya yang sangat bijaksana. Seorang kakek yang sering mengenakan baju terusan panjang warna putih serta surban putih yang melilit lehernya yang kurus.

3) Rindu

Rindu merupakan gadis kecil bernata coklat yang ada di warung martabak Haz. Dialah yang ketika beranjak dewasa bisa memikat hati Ramadan dan kemudian dipersunting olehnya.

5. Sudut Pandang

(33)

dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora, yaitu sudut pandang orang ketiga omniscient.

Sudut pandang orang ketiga omniscient, yaitu dimana penulis dapat dengan bebas menceritakan perspektif dan isi pikiran beberapa karakter sekaligus, tanpa berganti bab maupun alur. Kelebihan POV orang ketiga adalah penulis bebas melompat dari satu karakter ke karakter lainnya tanpa harus mengubah gaya bercerita (Winna, 2012: 103-104). Berikut kutipan yang menggunakan sudut pandang orang ketiga omniscient, yaitu:

Lantai rumah itu berkeriut-keriut ketika Ramadan berlarian di atasnya. Sinar matahari sia merembes masuk lewat celah-celah dinding kayu. Bayangan Ramadan, anak lelaki berusia sepuluh tahun yang bertubuh sedikit keciluntuk anak seusianya, terseret-seret di lantai kayu yang tak pernah dipulas pernis. Bilah kayu yang sudah tua terlihatsemakin kusam saat memantulkan sinar.

“Tadi panggil Ramadan, Umi?” tanya Ramadan kepada seorang wanita muda yang sedang menyapu. Wanita ini bertubuh mungil, tapi tangan dan kakinya kukuh, pertanda sering ditempa kerja keras (Aurora, 2015: 1).

6. Amanat Novel

Menurut W. J. S. Poerwadarminta (1985: 34) dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia mengatakan bahwa amanat adalah pesan. Jadi, dapat dipahami bahwa amanat dalam sebuah novel adalah pesan dari sang pengarang novel yang hendak disampaikan kepada pembaca. Pesan dalam novel biasanya disampaikan dengan tersirat, namun tidak jarang pengarang menyampaikan pesan secara tersurat. Seperti yang terdapat dalam kutipan berikut ini:

(34)

seluruh manusia di muka dunia agar mereka sadar bahwa jalan menuju surga adalah melalui jalan dan ridha orangtua. Di akhir khotbah, ia pimpin sebuah muhasabah, mengingatkan semua yang hadir akan besarnya peran orangtua sebagai wakil Allah di dunia (Aurora, 2015: 230).

Dari kutipan di atas, dapat dipahami bahwa amanat yang terkandung dalam novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora adalah pesan untuk berbakti kepada orang orangtua. Karena melalui mereka jalan dan ridha Allah dalam memperoleh surga akan tercapai.

E. Sinopsis Novel

Terkisah sebuah keluarga yang harmonis yang terdiri dari Abuya, Ibu, dan ketujuh orang anaknya di Palembang. Dari ketujuh anak tersebut diberikan nama oleh orang tuanya dengan huruf depan R, yaitu Raniah, Ramadan, Raihan, Raziq, Rifqi, Ruzan, dan Raudah. Dari mereka masih kanak-kanak, kedua orang tuanya mengajarkan hidup sederhana dan selalu rajin untuk mendoakan anak-anaknya, bahkan Abuya rela menempuh perjalanan dari Palembang hingga Bogor dengan mengajak kedua anaknya – Ramadan dan Raihan- hanya untuk menemui seorang Kyai Dasa untuk meminta berkah doa untuk kedua anaknya itu.

(35)

Untuk mewujudkan cita-cita, seusai Ramadan tamat SD kemudian melanjutkan di Pondok Pesantren Foerqanol Moies, tempat Buya Athar mengajar. Sebenarnya hati Ramadan menolak, akan tetapi Abuya meyakinkan dengan memberikan nasihat bahwa Allah menginginkan manusia yang hidup itu mempunyai cita-cita. Walaupun saat itu mungkin Ramadan masih bingung dengan cita-citanya, tetapi Abuya yakin sebenarnya dia mempunyai cita-cita dan kelak akan diwujudkannya. Ternyata cita-cita Ramadan telah tampak ketika dia masih kanak-kanak, yaitu menjadi seorang dai. Dan Ramadan tidak boleh kalah dengan kehidupan. Saat pertama masuk ke Pesantren, Abuya membelikan sandal jepit yang menemani Ramadan selama di Pesantren. Karena uang Abuya menolak untuk diukur dengan sepatu baru. Selain itu, Abuya memberikan nasihat agar Ramadan menjadi orang yang berani, karena ilmu itu dekat dengan orang yang berani. Selain itu, Buya juga mengajarkan agar Ramadan selalu memilih tempat duduk yang paling depan. Ramadan pun menurut apa yang dinasihatkan Abuya kepadanya. Waktu pelajaran di kelas, ketika guru memberikan pertanyaan atau memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, Ramadan selalu mengangkat tangannya walaupun sebernarnya dia tidak bisa menjawab. Lama-kelamaan Ramadan mulai betah menuntut ilmu di Pesantren, bahkan dia menjadi Asisten pribadi Ustadz Athar. Dia menemani setiap langkah Buya Athar dalm berdakwah. Suatu saat dia bertanya-tanya apakah dia kelak bisa seperti Ustadz Athar yang menjadi seorang pendakwah hebat. Seperti pesan Buya Athar dibawah ini:

(36)

Dan hanya dengan meneruskan perjuangan dakwahku, kau bisa melunaskan utang itu. Kau mengerti?” (Aurora: 2015, 102).

Bertahun-tahun wasiat terakhir Buya Athar, ulama besar Palembang itu, bertalu-talu mengetuk hati Ramadan. Bagaimana mungkin dia meneruskan dakwah dan juga pamannya itu? Sedangkan dia masih harus berjibaku menaikkan harkat keluarganya yang miskin dan diinjak-injak orang. Tak mau lagi dia mendengar hinaan Ibu Kirana pada uminya –hinaan yang membuat dia remuk hati meninggalkan kekasihnya itu. Namun, pada akhirnya Ramadan menemukan sosok wanita yang mau menerimanya apa adanya, bahkan dia menyukai Ramadan karena cintanya kepada uminya.

Bagi Ramadan, Umi dan Abuya serta keenam saudaranya adalah surga hati yang lebih penting dari pada cinta dan kariernya. Demi surganya itu, saat SD dia bahkan pernah jadi pemulung dan apa saja untuk membahagiakan mereka. Termasuk ketika akhirnya dia dijagokan jadi model iklan di Jakarta. Namun, Ramadan tak mampu juga mengabaikan pesan pamannya, guru yang amat dia cintai dan sudah seperti Abuya-nya sendiri. Buya Athar menganggap hal itu merupakan hutang budi yang harus dibayarnya kepada Abuya. Karena Buya Athar telah menerima donor ginjal yang membuatnya bisa bertahan hidup seperti sekarang ini. Permintaan Abuya hanya satu, yaitu dia minta Buya Athar untuk mendoakan Ramadan di setiap doanya.

Subhanallah, setiap usaha yang dilakukan Abuya, Umi, dan Buya Athar

(37)

birrul walidain. Dengan cara itu, hidup berkah dapat diperoleh. Kemudian

menjadi bekalnya untuk mengangkat derajat keluarganya serta memberangkatkan haji kedua orang tuanya.

Rasa berbakti kepada kedua orang tua semakin meningkat tatkala Ramadan mendengar temannya yang berprofesi sebgai seorang pengusaha sukses. Bahkan memberangkatkan haji karyawannya setiap tahun pun dia mampu. Akan tetapi, ketika handphone-nya berdering dan tertulis bahwa Ibunya yang memanggil, dia mematikan telepon. Berkali-kali telepon itu berdering, tetap saja dia tidak mengangkat. Sampai pada akhirnya, Ramadan harus memaksa temannya itu untuk mengangkat telepom ibunya. Ternyata, diseberang sana ibunya hanya ingin bertemu dan mangajaknya untuk makan bersama. Akan tetapi, si anak tetap beralasan dengan segudang kesibukannya. Selang beberapa jam, ketika Ramadan sampai di rumah, pengusaha tadi menelpon Ramadan dengan suara yang keras sampai susah untuk didengar. Dia mengabarkan bahwa ibunya telah meninggal dunia.

F. Kelebihan Novel Ada Surga di Rumahmu

(38)
(39)

BAB III

DESKRIPSI PEMIKIRAN

Dari Novel Ada Surga di Rumahmu dapat dipahami mengenai hikmah atau pun pesan yang ingin disampaikan oleh Oka Aurora yang terkutip dalam novel karangannya. Novel Ada Surga di Rumahmu bercerita tentang pola pendidikan anak yang bisa menginspirasi agar dapat menjadikan anak-anak yang mempunyai iman serta budi pekerti baik khususnya dicerminkan dalam perilaku dalam hal berbakti kepada kedua orang tua.

Setelah penulis membaca, mengkaji, dan memahami makna yang terkandung dari novel Ada Surga di Rumahmu karya Oka Aurora. Penulis menemukan konsep pendidikan anak yang lebih banyak membahas mengenai pendidikan akhlak yang terdapat dalam novel tersebut.

Adapun lebih rincinya, penulis menggambarkan beberapa rangkuman di bawah ini, meliputi:

A.Pendidikan Anak dalam Novel Ada Surga di Rumahmu 1. Pendidikan Anak dengan Keteladanan

Pendidikan dengan keteladanan yang terdapat dalam novel Ada Surga di Rumahmu digambarkan melalui beberapa nilai, diantaranya yaitu:

a. Kasih Sayang

(40)

merupakan anak kedua dalam keluarga tersebut. Sehingga mereka sering diminta untuk membantu Umi menjaga adiknya. Adapun kutipan dalam novelnya, yaitu:

(1) “Ramadan,” panggil Umi, “kau jaga Raudah dan Raziq.

Raihan, kau jaga Ruzain dan Rifqi. Biar Kak Raniah bantu Umi masak.” (Aurora, 2015: 6)

Selain itu, Ramadan sebagai anak laki-laki tertua diajarkan untuk membantu kepentingan adik-adiknya. Seperti pada saat adik-adiknya mandi, Ramadan dengan senang hati menyediakan kebutuhan adik-adiknya seperti bolak-balik menimba air dan membiarkan adik-adik-adiknya mandi terlebih dahulu. Kutipan dalam novel yang menggambarkan cerita tersebut yaitu:

(2) Sementara adik-adiknya melucuti baju mereka, Ramadan menimba seember air, menggotongnya sejauh empat meter, lalu menuangnya ke dalam ember biru. Ia biarkan adik-adiknya mandi dan menghabiskan air seember penuh, lalu ia akan menimba lagi, bolak-balik sebanyak tiga sampai empat kali (Aurora. 2015: 5).

Dari cerita di atas dapat dipahami bahwa Umi melatih anak-anaknya untuk memberikan kasih sayang terhadap saudara-saudaranya. Mereka saling membantu dalam menyelesaikan pekerjaan rumah maupun mengurusi adik-adiknya.

b. Rela berkorban

(41)

mengajaknya menempuh perjalanan dari Palembang hingga Bogor untuk menemui seorang Kiai yang bernama Dasa. Perjalanan ditempuhnya beberapa hari dengan menahan lapar hanya untuk “Mengejar Doa” untuk kedua anaknya dari Kiai tersebut. Adapun

kutipan ceritanya, sebagai berikut:

(1) “Assalamu‟alaikum, Kiai Dasa,” ucap Abuya dengan suara lirih. “Maaf, saya datang dari Palembang. Mungkin idak bisa terlalu lama tingga di sini. Saya hanya ingin Kiai mendoakan anak-anak saya. Supaya selalu sehat dan selamat dunia-akhirat.” (Aurora, 2015: 12).

Setelah Kiai Dasa memberikan doa untuk Ramadan dan Raihan, kemudian dia menunjukkan pengorbanan Abuya tersebut terhadap jamaahnya. Kutipannya dalam novel ialah sebagai berikut:

(2) “Ini, Saudara-saudaraku, adalah contoh orang tua yang rela melakukan apa saja untuk melakukan kebaikan dunia dan akhirat anak-anaknya. Bapak ini,” ia lantas menatap Abuya dan berkata, “dari Palembang, ya? Dari Palembang, jauh-jauh datang ke sini naik ...?” Ia kembali menatap Abuya.

“Naik kapal, Kiai,” jawab Abuya singkat.

“... naik kapal, naik bus, naik angkot, iya? Jauh-jauh jalan ke sini untuk minta doa.”

Kiai itu kembali tersenyum kepada Ramadan. Ia elus kepala anak itu.

“Nak, siapa namanya?”

“Ramadan dan Raihan, Kiai,” sahut Abuya (Aurora, 2015: 13).

(42)

Buya Athar untuk selalu menyelipkan doa untuk Ramadan di setiap salatnya. Adapun kutipan dalam novelnya, yaitu:

(3) Di tengah-tengah pemeriksaan itu, Buya Athar bertanya pada Ramadan, “ Kau tahu kenapa aku ingin sekali kau menjadi orang? Kenapa aku ingin sekali kau jadi ulama?”

Ramadan tertegun, tak siap ditanyai seberat itu. Bayangan jadi ulama besar tak pernah mampir sesaat pun di benaknya.

“Karena jihad Buya-mu yang membuatku tetap bisa

mengajar. Kalau ia tidak berkorban untukku...” Buya Athar menghentikan kalimatnya karena ia kembali terbatuk (Aurora, 2015: 102).

Namun dalam kutipan tersebut, Ramadan masih belum paham dengan kalimat yang diucapkan oleh Buya Athar. Sampai akhirnya ketika Ramadan tergiur oleh temannya yang mengajaknya menjadi model di Jakarta yang kemudian dia berangkat dengan berbohong kepada Umi. Dalam perjalanan, ia bermimpi ditegur oleh Buya Athar. Sehingga dia berasa berdosa terhadap kedua orang tuanya dan memutuskan untuk balik ke Palembang untuk meminta maaf kepada Abuya dan Umi. Lalu, dengan terpaksa Umi memberi tahu Ramadan tentang pendonoran ginjal itu kepada Buya Athar. Adapun kutipannya ialah sebagai berikut:

(4) “Sejak kau minta izin tempo hari, Umi sudah tahu kau berbohong.” Umi menekan suaranya yang bergetar. “Kau tahu ngapo Buya Athar datang ke mimpimu?”

“... karena beliau peduli padaku?” Jawaban bodoh, rutuk Ramadan dalam hati. Jangan kau jawab, Bodoh!

Umi menyergah kalimatnya tanpa tedeng aling-aling. “Karena sebagian tubuh Abuya ada di dalam tubuh Ustadz Athar.”

“Umi, tidak perlu. Sudahlah ...,” lirih Abuya.

(43)

Saat itulah kesadaran Ramadan terpantik. Subhanallah. Tidak! Tidak mungkin!

“Itu ginjal Abuya, Ramadan.” Suara Umi bergetar. “Itu ginjal Abuya yang dibawa mati oleh Buya Athar” (Aurora. 2015: 124).

Dari pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa pengorbanan orangtua yang luar biasa demi keselamatan anak-anaknya di dunia dan akhirat. Mereka mau melakukan apa saja asal anak-anaknya mendapat kebahagiaan.

c. Kesederhanaan

Gaya hidup sederhana yang muncul dalam kehidupan Abuya dan Umi tentunya merupakan teladan bagi anak-anaknya. Berpindah dari rumah orangtua Abuya yang besar ke rumah kecil bekas kandang ayam. Adapun kutipan dalam novel yang mencerminkan hal ini ialah:

(1) Abuya tersenyum. Tapi, sesuatu dalam perkataan Umi tadi mengubah air mukanya. “Maaf Buya baru bisa memberikan ini, Umi,” kata Buya lirih.

Umi terkesiap. “Abuya, maafkan Umi. Umi idak bermaksud

me...” Tapi kalimat Umi terhenti. Ia tak sanggup

menyelesaikannya. Alih-alih, ia raih tangan Abuya dan meremasnya lembut. Mata Umi tersenyum, meminta maaf atas apa pun yang tadi menyinggung Abuya.

“Buya idak tahu apa akan pernah bisa memberikan yang lebih baik, Umi ...” (Aurora, 2015: 31).

(44)

d. Doa

Rumah bekas kandang ayam yang ditinggali keluarga Abuya sering terjang banjir sejak dibangun jalan raya dan gedung-gedung yang mengurangi tanah resapan. Sehingga menyebabkan banjir di sekitarnya. Prihatin dengan keadaan keluarganya, Ramadan merasakan sesuatu yang menghimpit pikirannya. Dengan hati-hati dia buka suara, mengungkapkan apa yang ia rasakan kepada Abuya. Tak disangka, kalimat yang keluar dari mulut Ramadan merupakan sebuah doa, sebagai orang tua Abuya memohon kepada Allah untuk menitipkan doa anaknya tersebut. Adapun kutipannya yang terdapat dalam novel, yaitu:

(1) “Buya juga nak rapikan depan rumah tu, kecik saja lah cukup, biar anak-anak sekitar bisa belajar mengaji di sini.” Suara Abuya melayang seperti lamunan. “Semakin banyak yang membacakan ayat-ayat suci di rumah ini, Insya Allah semakin berkah rumah kito.”

“Suatu hari aku, akan belikan rumah untuk Buya dan Umi. Yang besar dan idak banjir.” Kalimat itu terlepas dari bibir Ramadan tanpa sengaja. Ia malah kaget sendiri. “Biar semakin banyak yang bisa belajar ngaji sama Buya.”

Beberapa saat, Ramadan tak mendengar apa-apa. Lalu, kalimat Abuya mengapung di udara malam yang padat dan lembab. “Ya Allah. Kutitipkan niat mulia anakku ini ke dalam peluk-Mu. Wujudkanlah, Ya Allah, pada waktu-Mu yang paling sempurna.”

Ramadan merinding mendengar doa ayahnya (Aurora, 2015: 144-145).

(45)

e. Zikir

Umi selalu berzikir di setiap nafasnya. Di sela-sela kesibukannya mengurus rumah tangga, ia tidak lupa mengingat Allah. Hal itu tergambar dalam kutipan berikut ini:

(1) Umi terus berdzikir, berdoa, dan berwirid. Penuh keyakinan. Nyaris tak pernah putus. Di sela-sela hari yang bergerak sepanjang napasnya. Sepanjang asanya (Aurora, 2015: 161).

Selain itu, ketika Ramadan mengeluh kesakitan setelah bertanding tapak suci, Umi selalu mengingatkan Ramadan untuk berzikir mengingat Allah Swt. adapun kutipannya dalam novel, yaitu:

(2) “Aduh, aduhaduhaduhaduuuh ...”

“Berdzikir, Mad,” ucap Umi lembut. ”Baca doa

menyembuhkan penyakit.” (Aurora, 2015: 81).

Dari kutipan di atas, dapat diketahui bahwa Umi mengajarkan untuk berzikir dalam kondisi apa pun. Ia nyaris tak pernah berhenti untuk berzikir.

f. Demokratis

Ketika Ramadan lulus SD, saran Abuya dan Umi adalah ia melanjutkan pendidikan di pesantren. Ia akan belajar hidup mandiri disana. Apalagi pesantren yang dituju adalah pesantren milik keluarga, maka masalah biaya akan lebih terbantu. Sebelum mengambil keputusan itu, Abuya meminta pendapat dari Ramadan terlebih dahulu. Adapun cuplikan cerita yang terdapat di dalam novel tersebut, yaitu:

(46)

Ngapo harus pesantren, Buya? ?” setelah setahun tinggal di rumah Enjid, Ramadan sudah penuh harap bahwa setamat SD ia bisa kembali tinggal bersama Umi dan Abuya. Ia rindu sekali serumah lagi dengan mereka.

“Karena jauh dari orangtua akan baik untukmu, Mad,” jawab Abuya menatap mata Ramadan lurus, mencari sinar ragu.

Umi, yang sedang duduk menjahit, berujar santai, “Kau harus belajar mandiri. Pesantren itu tempat yang baik untukmu.”

“Apa keberatanmu, Mad? tanya Buya. Buya memang selalu seperti ini, membuka lahan diskusi dengan semua anaknya, bahkan dengan yang bicaranya masih cadel sekalipun (Aurora, 2015: 40).

Selain itu, dalam keluarga besar Abuya dan Umi juga mengajarkan bermusyawarah dalam menentukan keputusan. Seperti halnya saat Abuya memutuskan untuk pindah rumah dari rumah orangtuanya ke rumah bekas kandang ayam milik Enjid. Berikut kutipan ceritanya:

Nak apo kau tinggal berpisah dengan kami, Karim? Idak ado sejarahnyo di keluarga ini menantu perempuan keluar dari rumah mertua,” ujar seorang ibu yang berwajah mirip Abuya. Kerudung hitamnya kontras dengan warna kulitnya yang terang. Abuya melirik Umi yang terus menunduk. Abuyatak enak hati istrinya terpaksa ikut serta dalam sidang keluarga ini (Aurora, 2015: 26).

(47)

g. Memaafkan

Saat Raziq kecelakaan, Ramadan berusaha untuk mencari pertolongan dengan segera. Akan tetapi untuk membawa Raziq yang terkapar di tempat, ia memerlukan mobil. Ia meminta Raihan untuk mencari pinjaman mobil dengan tetangganya, Pak Arif namanya. Namun, ia hanya ikhlas meminjamkan kuncinya saja. Ramadan dan Raihan pun tetap sabar dan tidak akan balas dendam. Berikut kutipannya yang terdapat di dalam novel:

(1) “Kak, suatu hari nanti Kak Ramadan akan jauh lebih sukses daripada siapa pun di sini.”

“Aamiin.”

“Tapi, aku idak mau kito membalas sakit hati ini.”

Dak akan, Dik. Insya Allah idak akan pernah.” Ia tepuk punggung adiknya lembut, seperti yang Umi lakukan kepadanya bila ia resah.

“Lagi pula, idak ada yang perlu dibalas kalau kito idak sakit hati, kan?”

Sebelum kepalanya menghilang ke helm, Raihan melirik kakaknya, ia tersenyum lebar sekali, dan mengangguk. Setuju (Aurora, 2015: 115).

Dari kutipan di atas, menunjukkan bahwa Ramadan dan Raihan berlapang dada dengan sikap tetangganya yang telah menyakitinya. h. Birrul Walidain

(48)

(1) “Aduuuh. Kasihan anak orang diputuskan begitu sajo, Mad,” kata Umi dengan mata terbelalak. Parasnya mengguratkan rasa khawatir.

“Kan idak perlu seperti itu. Ibunya Kirana bisa kamu dekati baik-baik. Kalau hatimu memang sudah suka, ya harus diperjuangkan, Mad.”

Ramadan terkenang lagi perkataan Kirana, kalau mereka bisa berusaha lebih keras lagi... apakah semudah itu ia harus menyerah? Sejenak ia bimbang. Namun, tatkala teringat lagi penghinaan dalam mobil tempo hari, ia menggeleng tegas.

Idak, Umi. Hati Umi lebih penting buatku.” (Aurora, 2015: 182).

Selain itu, setelah Ramadan penjadi seorang pendakwah di televisi, ia berceramah dengan mengambil tema birrul walidain. Adapun kutipannya yang tedapat di dalam novel, yaitu:

(2) “Ada surga di rumah kita,” televisi tua itu berujar lirih. “Kenapa kita mengejar surga jauh-jauh, padahal surga begitu dekat dengan kita?” Garis-garis putih melintang tipis di sepanjang layar televisi itu (Aurora, 2015: 213).

Namun pernah suatu ketika, Ramadan mendapat kesempatan untuk berceramah sepanggung dengan Ustadz Karim, seorang ustadz yang diidolakan oleh Umi. Ramadan tidak mau berceramah kalau Umi tidak boleh duduk di bangku kehormatan. Berikut kutipan ceritanya:

(3) “Kali ini saya tidak bercanda, Mbak Sinta. Kalau Umi saya tidak duduk di bangku kehormatan, saya akan bawa beliau pulang sekarang.” (Aurora, 2015: 186).

Dari hasil menjadi seorang pendakwah terkenal. Ramadan bisa membelikan rumah yang cukup besar untuk Abuya dan Umi. Berikut kutipannya uang terdapat di dalam novel:

(49)

“Pelan-pelan sajo, Umi,” kata Ramadan, “ini lantainya licin karena lumut. Nanti dibersihkan sebelum Umi pindah ke sini.” (Aurora, 2015: 214).

Tidak hanya itu saja, keinginan Ramadan memberangkatkan haji kedua orang tuanya juga terwujud. Adapun kutipannya yang terdapat di dalam novel, yaitu:

(5) “Ramadan janji akan bawa Umi dan Abuya ke sana. Doakan Allah mengabulkannya, Umi.

Umi menggigit bagian bawah bibirnya. Matanya mngerjap sesekali, membuat beberapa tetes air luruh begitu saja, mengalir cepat di kulit pipinya yang mulai berkerut. Ia raih kepala Ramadan, ia kecup lembut kening anaknya itu.

“Terimakasih, Nak.”

Setelah berkumpul di Padang Arafah, Ramadan mendapat kesempatan untuk berkhotbah. Berikut kutipannya:

(7) Ramadan berdiri di depan seratus empat puluh jemaah. Ini adalah Khotbah Arafah-nya yang pertama. Mungkin juga yang terakhir. Ia tak tahu. Maka ia persembahkan khotbah itu kepada seluruh manusia di muka dunia agar mereka sadar bahwa jalan menuju surga adalah melalui cinta dan ridha orangtua. Di akhir khotbah, ia pimpin sebuah muhasabah, mengingatkan semua yang hadir akan besarnya peran orangtua sebagai wakil Allah di dunia (Aurora, 2015: 230).

(50)

biarkan sia-sia. Ia mencoba untuk berbakti walau pun tidak akan pernah bisa membalasnya.

i. Sabar

Saat Ramadan mulai diundang berceramah, dia berjanji untuk membagi hasil yang diperolehnya fifty-fifty dengan Umi. Suatu saat ketika Ramadan mengisi ceramah, dia memperoleh amplop. Seperti biasanya ia berikan amplop itu kepada Umi, ia biarkan Umi yang membukanya. Akan tetapi, amplop tersebut kosong. Umi pun menerimanya dengan sabar dan ikhlas. Adapun kutipannya yang terdapat dalam novel, yaitu:

(1) Ketika amplop separuh basah itu dibuka, Ramadan terkesiap. Amplop itu kosong. Wajah Ramadan yang memang sudah agak pucat karena kedinginan menjadi semakin lesu.

“Mad, sabar yo, Nak.” Umi menepuk bahu Ramadan

lembut.

“Tapi aku idak enak sama Umi. Wallahi, Umi, demi Allah belum sepeser pun aku pakai uang itu.” Tangan Ramadan gemetar oleh rasa malu.

“Jangan begitu, Mad. Allah idak pernah salah memberi rezeki. Ini mungkin bukan rezeki kito. Sabar, yo.” (Aurora, 2015: 108).

Dari kutipan di atas dapat dipahami bahwa, sebagai orang tua tidak pernah mengeluh atas apa pun yang terjadi di dalam hidupnya. Mereka menerimanya dengan sabar.

2. Pendidikan Anak dengan Adat Kebiasaan

(51)

a. Tanggungjawab

Umi yang menpunyai tujuh orang anak telah mengajarkan mereka bersikap tanggungjawab. Dalam mengurus rumah dan menjaga adik, meraka telah terbiasa melakukannya. Seperti pada saat Raniah bertugas membantu Umi di dapur, sedangkan Ramadan dan Raihan bertugas menjaga adik-adiknya. Adapun kutipannya yang terdapat dalam novel yaitu:

(1) “Ramadan,” panggil Umi, “kau jaga Raudah dan Raziq. Raihan, kau jaga Ruzain dan Rifqi. Biar Kak Raniah bantu Umi masak.” (Aurora, 2015: 6)

Dalam hal ini, Umi tidak hanya mengajarkan tanggungjawab, tetapi nilai kerja sama juga diajarkan di dalamnya. Sehingga mereka tumbuh dengan mandiri dan terbiasa memikul tanggungjawab yang harus mereka selesaikan.

b. Membiasakan Anak Memperhatikan Kebersihan

Setelah adik-adik Ramadan mandi, giliran Ramadan untuk mandi. Namun saat itu, dia mencari cara untuk menghindari tugas itu. Ia memutar otak dan mememukan caranya, yaitu melihat si Gepeng. Gepeng adalah ayam jantan kesayangan Abuya. Adapun kutipannya dalam novel, yaitu:

(1) “Ramadan, mandilah sana,” perintah Umi singkat. “Adik-adikmu sudah mandi.”

(52)

Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Umi mengajarkan kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti dalam hal mandi, ketika adik-adiknya sudah mandi, giliran Ramadan untuk membersihkan dirinya.

c. Semangat dan Pantang Menyerah dalam Menuntut Ilmu

Saat Abuya dan Umi mengantarkan Ramadan untuk masuk pesanten, hati Ramadan merasa ingin kembali pulang. Akan tetapi, di saat mereka menyeberangi sungai Musi dengan menggunakan perahu motor, Abuya memberikan semangat kepada anaknya. Adapun kutipan yang terdapat di dalam novel, yaitu:

(1) “Kalau kamu ikhlas mencari ilmu, Mad, ilmu yang akan datang kepadamu.”

Begitulah asal mula Ramadan terdaftar di Foerqanoel Moeis (Aurora, 2015: 40-41).

Abuya memberikan nasihat bahwa saat mencari ilmu harus didasari dengan rasa ikhlas. Sehingga ia akan lebih semangat menuntut ilmu. Selain itu, Abuya juga memberikan nasihat lain. Adapun cuplikan ceritanya, yaitu:

(2) “Mad, kau tahu ngapo kami lakukan ini untukmu?” tanya Abuya setelah sekian lama keheningan di antara mereka hanya diisi suara motor perahu.

Ramadan tak menjawab, tapi menatap mata ayahnya, menunggu kalimat berikutnya.

(53)

Dalam menuntut ilmu, Abuya mengajarkan anak-anaknya untuk semangat dan pantang menyerah. Ramadan tidak boleh menyerah demi menggapai cita-citanya.

d. Berani

Abuya telah membiasakan Ramadan untuk berlatih ceramah saat ia masih kanak-kanak. Abuya ajak Ramadan ke pasar. Di sana ia melatih Ramadan berceramah kepada para pedagang. Adapun kutipannya yaitu:

(1) Sepanjang jalan menuju pasar, Abuya merangkul Ramadan.

“Nanti, di pasar, kau ceramah, ya.”

Pesan Buya itu membuat Ramadan terperangah. Buat apa, Buya? protesnya.

“Buat belajar, Nak. Supaya kelak kau menjadi penceramah yang baik.” (Aurora, 2015: 59).

Dari kutipan di atas, dapat diketahui bahwa Abuya mengajarkan keberanian dalam diri Ramadan untuk berceramah di pasar. Sehingga, ketika Ramadan telah dewasa akan menjadi penceramah yang baik. e. Yakin dengan Tauhid

(54)

pernyataan yang diucapkan orangtua Naya. Adapun kutipannya yang terdapat di dalam novel, yaitu:

(1) “Kamu tahu tidak saya kenal siapa saja di kota ini?” hardik Pak Rohman lagi. “Kalau Cuma penguasa kampungmu ...,” Pak Rohman menjentikkan jempol dan jar tengahnya sambil mendengus.

“Silakan, Pak,” balas Abuya. “Bapak boleh kirimkan siapa saja ke rumah kami. Tapi, selama anak Bapak tidak berani kami ajak mencari bukti, kami anggap ia berbohong. Dan, kami tidak akan pernahmeladeni pembohong. Allah tidak pernah berada di pihak pendusta, Pak. Saya yakin Bapak tahu itu.” Abuya memutar tubuhnya dan melangkah menuju pintu. “Assalamu‟alaikum.” (Aurora, 2015: 139).

Jadi, dari kutipan tersebut dapat dipahami bahwa Abuya mengajarkan untuk berani. Ketika kita benar, tidak perlu takut untuk berbicara.

f. Menghormati

Fitnah yang menimpa Ramadan tidak kunjung selesai. Sampai ketika Ramadan ikut berkumpul dengan masyarakat di sekitarnya, ia menjadi terpojok. Banyak masyarakat yang tidak percaya dengan ucapan Ramadan. Hingga ia kehilangan kesabaran dan membentak-bentak bapak-bapak di kampungnya. Melihat kejadian seperti itu, Abuya dan Umi kecewa dengan sikapnya. Sudah sepantasnya ia menghormati orang yang lebih tua darinya meski pun orang tersebut tidak menyukainya. Kutipannya yang terdapat di dalam novel, yaitu:

(1) Umi mengajak Ramadan bicara empat mata di dapur. “ Umi kecewa padamu, Mad. Bagaimanapun, mereka semua dalah orang-orang yang lebih tua darimu.”

Ramadan terkesiap.

(55)

Membentak-bentak orang yang lebih tua dari kita sama idak terhormatnya dengan memfitnah.” (Aurora, 2015: 154).

Maka, dari kutipan tersebut dapat dipahami bahwa Umi mengajarkan anak-anaknya untuk menghormati orang yang lebih tua. Membentak mereka berarti memfitnah.

g. Selalu Berusaha

Umi mencoba berusaha membantu perekonomian keluarga dengan menjadi seragam sekolah dan menjualnya keliling ke sekolah-sekolah sekitar. Namun, sudah beberapa sekolah-sekolah yang ia kunjungi belum ada satu pun yang membeli dagangannya. Adapun cuplikan yang terdapat di dalam novel, yaitu:

(1) Sudah empat sekolah yang mereka datangi, tapi belum ada Kepala Sekolah yang bersedia membeli seragam sekolah dagangan Umi. Ibu Kepala Sekolah yang baru saja menolak mereka berkata bahwa sudah memiliki pemasok tetap dan sudah cukup puas dengan kualitas barangnya. Sambil mengangkat Raihan yang sedang duduk di lantai ditemani kakak-kakaknya,

Umi tersenyum dan berkata, “Idak apo, Bu. Nanti kalau memang

sudah rezeki saya, kabari yo, Bu.” (Aurora, 2015: 67).

Dari cuplilkan cerita di atas, dapat dipahami bahwasanya Umi selalu berusaha untuk mencari rezeki. Ia tidak kenal lelah. Walau pun sudah beberapa sekolah yang ia kunjungi dengan membawa banyak barang dan mengajak serta ketiga anaknnya.

3. Pendidikan Anak dengan Nasihat a. Dongeng

(56)

dari cerita yang sudah ia paparkan. Adapun kutipannya yang menunjukkan Abuya senang memberikan nasihat dengan mendongeng, yaitu:

(1) Abuya adalah pendongeng yang apik. Ia bisa menghadirkan kuda-kuda perang Rasulullah Saw., berderap kencang di atas permadani merah mereka yang tipis dimakan usia, sementara Ramadan dan saudara-saudaranya duduk tegak, terlongong menyimak.

Ketika Raniah selesai melipat sajadah, Abuya memulai kisahnya, yaitu sebuah hikayat yang terjadi pada musim haji, 1400 tahun yang lalu (Aurora, 2015: 15).

Dari cuplikan di atas telah diceritakan bahwasanya, Abuya senang memberikan nasihat melalui sebuah dongeng. Sehingga, anak-anaknya lebih antusias mendengarkannya.

b. Keberanian dalam Menuntut Ilmu

Saat Ramadan mulai memasuki pesantren dengan diantar oleh Abuya dan Umi. Abuya hanya berpesan agar Ramadan menjadi anak yang pemberani, karena ilmu akan selalu dekat dengan orang yang berani. Berikut kutipannya yang terdapat di dalam novel tersebut:

(1) “Mad, Abuya mau kamu selalu ingat dan jalankan ini,” ucap Abuya sebelum mereka berpisah tadi. “Beranilah kau bertanya. Berani menjawab. Ilmu itu akan dekat dengan orang-orang yang berani, Mad.”

Ramadan membalas tatapan ayahnya tanpa kedip. Mencatat setiap kalimatnya. Mengingat ingat setiap garis usia yang melintang di kening pria penuh pengabdian itu.

“Duduklah kau paling depan. Angkat tanganmu tinggi -tinggi setiap ada kesempatan. Biarkan gurumu melihat semangat belajarmu. Kedua telapak tangannya menggenggam bahu

Ramadan. “Abuya hampir dikalahkan kehidupan. Abuya idak

(57)

Itulah nasihat Abuya untuk Ramadan, agar ia menjadi anak yang bisa menggapai cita-citanya dengan cara berani. Berani untuk bertanya, berani untuk menjawab, dan duduk di barisan paling depan.

c. Nasihat dalam Berbakti kepada Orangtua

Meskipun Abuya tinggal di Palembang, tetapi ia tidak pernah lupa untuk mengunjungi makam keramat kakek buyutnya yang ada di Jakarta. Hal itu mengingatkannya kepada nenek moyangnya. Tidak lama setelah Abuya sudah berada di area pemakaman, ada seorang pemuda yang datang. Ia bernama Rofiq. Mereka pun berdiskusi mengenai orang tua. Adapun cuplikan yang terdapat di dalam novel, yaitu:

(1) “Berbakti sama orangtua bukan karena nak sukses, Bang,” kata Abuya, tersenyum. Pengerass suara masjid berkerosok karena sang muadzin sedang besiap mengumandangkan azan.

“Abis karena apa dong, Ji?”

“Abuya tertegun, heran pada betapa polosnya pemuda yang sebenarnya sudah tak terlalu muda itu.

Karena orangtua adalah perpanjangan tangan Allah di dunia, Bang. Surganya Allah, adanya di rumah. Idak jauh-jauh.”

(58)

d. Nasihat untuk Selalu Bersyukur

Saat masih SD, Ramadan dan Raniah ingin mencari uang dengan menjadi pemulung. Hal itu mereka lakukan tanpa sepengetahuan orangtuanya. Setelah beberapa hari mereka memulung sampah, akhirnya Abuya dan Umi tahu yang mereka lakukan. Maka, marahlah Uni dan Abuya. Kutipannya yang terdapat di dalam novel, yaitu:

(1) “Hmm? Menurutmu kito miskinkah, Mad?”

“Aku.... Memangnya kito kaya, Umi?”

Mata Raniah berkedip-kedip cepat, mengikuti debar hatinya.

“Menurutmu kito kaya?”

Ramadan tiba-tiba merasa terkepung oleh pertanyaan-pertanyaannya sendiri.

“Sudah, jawab saja yang jujur. Menurutmu kito miskin atau kaya?”

“Kito... miskin, Umi.”

Mata Raniah sekarang terpejam erat. “Ngapo kau berpikir begitu, Mad?” “Karena kito idak punya uang.”

Idak punya uang dengan miskin itu beda, Mad. Kau harus tahu itu.”

Ramadan tergugu. Ia biarkan semua pembicaraan tadi mengambang di udara seperti asap; tipis tapi menyesakkan.

“Kalau kau ingin tahu kito ini miskin atau kaya, coba kau hitung berapa banyak yang Tuhan berikan pada kito yang idak bisa kito bayar dengan uang.” (Aurora, 2015: 75).

4. Pendidikan Anak dengan Memberikan Perhatian a. Melindungi Diri

(59)

(1) Seseorang merangsek maju untuk memukul Ramadan. PRAK!

Pukulannya ditangkis oleh ... Abuya. Ramadan menoleh dan terkejut melihat Abuya berdiri tegak dengan kuda-kuda silat, menghadapi orang-orang ini dengan mata yang bersinar marah. Tak sedikit pun ia gentar. “Tidak ada satu orang pun yang boleh menyentuh anakku.” Orang tadi seketika mundur.

“Jangan ikut-ikut, Pak Tua. Urusan kami hanya sama ustadz ini.”

“Ustadz ini anakku. Berurusan kekerasan dengan anakku, berarti berurusan denganku.” (Aurora, 2015: 157).

b. Doa

Ketika Ramadan dicekam fitnah, Umi berdoa siang dan malam. Ia memasrahkan segala sesuatu yang menimpa anaknya kepada Allah. Ia sadar bahwa doa seorang ibu itu dikabulkan. Kutipan yang menggambarkan tentang hal tesebut, yaitu:

(1) “Yang kita punya hanya Allah. Dan, hanya Allah-lah yang bisa menyelamatkanmu.”

La hawla wala quwwata illa billah. La hawla wala quwwata illa billah. Sebagai ibu, “hanya “ inilah yang bisa ia lakukan untuk menolong anaknya. Umi terus berdzikir, berdoa, dan berwirid. Penuh keyakinan. Nyaris tak pernah putus. Di sela-sela hari yang bergerak sepanjang napasnya. Sepanjang asanya (Aurora, 2015: 161).

Jadi, bagi Abuya dan Umi segala sesuatu yang menjadi harapan akan ia sampaikan kepada Allah Swt. sebagai tempat bergantung. Apalagi hal-hal yang mengenai keselamatan anak-anaknya. Ia berharap kepada Allah Swt.

5. Pendidikan Anak dengan Memberikan Hukuman

(60)

dengan beralasan melihat si Gepeng. Gepeng adalah ayam jantan kesanyangan Abuya. Merasa terancam, gepeng mengepakkan sayapnya dan terlepas dari tangan Ramadan. Seketika keadaan rumah menjadi berantakan. Lalu, Umi menjadi marah dengan keadaan itu. Adapun kutipannya di dalam novel, yaitu:

(1) Ramadan memejamkan mata kuat-kuat. Ia tak berani menatap Abuya, tak berani menatap sisa-sisa kerusuhan di sekitarnya, dan –terutama- tak berani menatap Umi. Umi mendekat dan terperangah. Saking gusarnya, air mata Umi mengalir tanpa isak. Ramadan masih mematung dengan mata terpejam. Bahkan, bernapas pun sekarang ia tak berani.

“Mandi,” ucap Umi pendek dengan suara gemetar. “Sekarang!” (Aurora, 2015: 24).

Dari kutipan di atas, dapat dipahami bahwa Umi memberikan teguran kepada Ramadan yang telah berbuat kesalahan. Teguran yang diberikan Umi dengan cara ia menahan amarah dan tidak sengaja air matanya mengalir tanpa isak.

B.Karakteristik Tokoh dalam Novel Ada Surga di Rumahmu 1. Protagonis

a. Ramadan

(61)

putra-putrinya. Sampai saat Buya Athar sakit, Buya Karim rela mendonorkan satu ginjalnya. Pemberian itu tulus, dia hanya meminta Buya Athar mendoakan anaknya itu. Ketika dewasa Ramadan menjadi seorang dai yang sukses. Dia selalu menjunjung tinggi birrul walidain.

Tokoh utama dalam novel Ada Surga di Rumahmu ialah Ramadan. Karena dari awal hingga akhir cerita tokoh ini yang sangat menonjol. Adapun salah satu cuplikan cerita yang menunjukkan Ramadan menjadi tokoh utama, yaitu:

(1) Lantai rumah itu berkeriut-keriut ketika Ramadan berlarian di atasnya. Sinar matahari siang merembes masuk lewat celah-celah dinding kayu. Bayangan Ramadan, anak lelaki berusia sepuluh tahun yang bertubuh kecil untuk anak seusianya, terseret-seret di lantai kayu yang tak pernah dipulas pernis. Bilah kayunya yang sudah tua terlihat semakin kusam saat memantulkan sinar.

“Tadi panggil Ramadan, Umi?” tanya Ramadan kepada seorang wanita muda yang sedang menyapu (Aurora, 2015: 1). Tokoh Ramadan bisa dikatakan sebagai tokoh protagonis yang sekaligus menjadi tokoh utama. Karena pengarang memunculkan tokoh Ramadan sampai di akhir cerita. Berikut cuplikan ceritanya:

(2) Di bawah langit Arafah, Ramadan mendatangi Umi. Ia bersujud di depan wanita yang bertubuh mungil tapi berhati besar itu. Ia luluhkan seluruh harga dirinya di kaki ibunya, orang yang tak hanya meregang nyawa saat melahirkannya, tapi telah merentang seluruh jiwa saat membesarkannya (Aurora, 2015: 232).

(62)

b. Umi Humaira

Umi Humaira merupakan ibu dari tujuh anak yang selalu bekerja keras demi keluarganya. Ia berkorban dengan gigih untuk keluarganya, terutama untuk ketujuh anaknya. Selain itu, Umi juga sering perpuasa sunnah, serta tak henti-hentinya berzikir di setiap langkahnya. Adapun kutipan ceritanya, yaitu:

“Tadi panggil Ramadan, Umi?” tanya Ramadan kepada seorang wanita muda yang sedang menyapu. Wanita ini bertubuh mungil, tapi tangan dan kakinya kukuh, pertanda sering ditempa kerja keras (Aurora, 2015: 1).

Selain tokoh Ramadan, ada juga Umi sebagai orangtuanya yang sering dimunculkan oleh pengarang dalam novel Ada Surga di Rumahmu ini. Karena dalam novel ini membahas tentang hubungan anak dengan orang tuanya.

c. Abuya Karim

Abuya Karim, Suami Umi serta ayah dari tujuh anak ini rela melakukan apapun demi keluarganya. Dia rela menempuh perjalanan Palembang-Bogor dengan mengajak kedua anaknya hanya untuk memintakan doa kepada seorang kyai. Selain itu, Abuya juga rela mendonorkan satu ginjalnya untuk Buya Athar sehingga Buya Athar merasa berhutang dan ingin menjadikan Ramadan sebagai penerusnya. Adapun kutipan ceritanya, yaitu:

Referensi

Dokumen terkait

Pada bayi berusia 0 – 1 tahun. Kesulitan makan pada anak balita berupa berkurangnya nafsu makan karena meningkatnya interaksi dengan lingkungan, mereka lebih.. 54

Hasil penelitian dengan menggunakan instrumen tes mengenai tingkat pengetahuan tata cara wudhu memberikan output yakni tingkat pengetahuan tata cara wudhu Jamaah Masjid

(2004 dalam Larivie`re, Aksoy, Cooil, dan Keiningham, 2011: 47-48) juga mengamati bahwa, "Dibandingkan dengan konsumen yang tidak puas yang bisa beralih dalam

Tujuan penelitian adalah melihat pengaruh pemberian kitosan dalam ransum terhadap bobot dan kadar kolesterol telur itik.. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan

yang merangkumi dari aspek kaedah hafazan, tasmik, talaqqi dan musyafahah, membaca wajah-wajah Qiraat, menggunakan kaset atau VCD, rajah atau peta minda dalam

Hal inilah yang melatar belakangi konsep judul dan konsep acara sakukurata ini, yaitu memberikan informasi kepada penonton bahwa dalam menikmati wisata alam dan

Aplikasi Pengolahan data program dan kegiatan belanja langsung pada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Sumatera Selatan merupakan aplikasi pengolahan

Alhamdulillah, segala puji penulis haturkan ke hadirat Allah SWT yang atas segala rahmat, nikmat, karunia serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan