• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. mendasari perkembangan lembaga keuangan syariah di Indonesia adalah UU No.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. mendasari perkembangan lembaga keuangan syariah di Indonesia adalah UU No."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1

Kelahiran lembaga keuangan syariah di Indonesia didorong oleh keinginan masyarakat Indonesia (terutama masyarakat Islam) yang berpandangan bunga merupakan riba, sehingga dilarang oleh agama. Dari aspek hukum, yang mendasari perkembangan lembaga keuangan syariah di Indonesia adalah UU No. 7 Tahun 1992. Dalam undang - undang tersebut prinsip syariah masih samar, yang dinyatakan sebagai prinsip bagi hasil. Prinsip lembaga keuangan syariah secara tegas dinyatakan dalm UU No. 10 Tahun 1998, yang kemudian diperbaharui dengan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia dan UU No. 3 Tahun 2004. Dengan demikian, perkembangan lembaga keuangan yang menggunakan prinsip syariah dimulai pada tahun 1992, yang diawali dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) sebagai bank yang menggunakan prinsip syariah pertama di Indonesia. Lahirnya bank syariah yang beroperasi berdasarkan sistem bagi hasil sebagai alternatif pengganti bunga pada bank-bank konvensional, merupakan peluang bagi umat Islam untuk memanfaatkan jasa bank seoptimal mungkin.

Secara konsep operasional Lembaga Keuangan Syariah, baik Bank Umum Syariah (BUS), Kantor cabang Syariah bank konvensional / Unit Usaha Syariah (UUS), Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), Baitul Mal Wat-Tamwil (BMT) dari alur operasional dan konsep syariahnya tidaklah berbeda. Yang membedakan Bank Umum Syariah (BUS), Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

(2)

(BPRS), Baitul Mal Wat-Tamwil (BMT) adalah pada skalanya saja.1 Misalnya dalam menghimpun dana dan menyalurkan dana dalam jumlah yang besar-besar, BPRS pada jumlah yang sedang-sedang saja, serta BMT pada jumlah-jumlah yang kecil dan mikro, di mana jumlah-jumlah tersebut sangat tergantung pada besaran risiko yang ditanggung oleh Lembaga Keuangan Syariah tersebut.

BMT merupakan Balai Usaha Mandiri Terpadu yang berintikan Baitul Maal (Lembaga Sosial) dan Baitut Tamwil (Lembaga Usaha). Baitul Maal adalah Institusi yang melakukan pengelolaan zakat, infaq, shodaqoh dan hibah secara amanah. Kegiatan yang dilakukan dalam bidang ini adalah mengumpulkan zakat, infaq,shodaqoh, dan hibah kemudian disalurkan untuk membantu kaum dhuafa (8 asnaf) yaitu fakir, miskin, muallaf, sabilillah, ghorim, hamba sahaya, amil, musafir dan termasuk anak –anak yatim piatu dan masyarakat lanjut usia. Baitut Tamwil adalah Institusi yang melakukan kegiatan usaha dengan mengumpulkan dana melalui penawaran simpoksus dan berbagai jenis simpanan / tabungan yang kemudian dikembangkan dalam bentuk pembiayaan dan investasi bagi usaha – usaha yang produktif.2 Sebagaimana diketahui, bahwa BMT memiliki dua fungsi utama yakni funding atau penghimpunan dana dan financing atau pembiayaan. Dua fungsi ini memiliki keterkaitan yang sangat erat.

Salah satu faktor yang mendukung keberhasilan ini adalah sebagian besar penduduk Indonesia beragama Islam yang menganggap bunga itu riba. Karena Islam sangat melarang akan adanya praktik riba. BMT hadir dari masyarakat oleh masyarakat dan untuk masyarakat sehingga tingkat saling kenal dan saling

1 Wiroso, Penghimpunan Danadan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, (Jakarta: PT Grasindo, 2005) hal 11-12

(3)

percaya itu cukup tinggi. Ini juga salah satu faktor yang membuat BMT - BMT sekarang ini berdiri dengan aset yang mencapai milyaran rupiah. Keberhasilan ini juga disebabkan oleh posisinya yang unik dalam masyarakat. Dalam istilah marketing, BMT sebenarnya memanfaatkan celah pasar yang tidak terlingkupi oleh peran bank ataupun koperasi karena ia berbeda dengan bank baik dari segi asas ataupun tujuannya. Ternyata dengan memanfaatkan celah itulah, BMT bisa masuk dan menguasai segmen tersebut. Disinilah keunggulan komparatif BMT sebagai lembaga intermediasi keuangan.3

Supaya tujuan pemasaran dapat tercapai, para pemasar diharapkan dapat lebih mengenal nasabah meskipun hal itu tidak mudah. Mengenal nasabah di sini adalah mempelajari preferensi dan perilaku belanja serta perilaku pembelian nasabah sasaran. Para pemasar juga harus mendalami berbagai pengaruh terhadap pembeli dan mengembangkan pemahaman mengenai bagaimana sebenarnya para konsumen membuat keputusan dalam pembelian, jenis keputusan pembelian dan langkah-langkah dalam proses pembelian.4 Menurut Etta Mamang Sangadji dan Sopiah dalam bukunya yang berjudul Perilaku Konsumen menyebutkan ada tiga faktor utama yang mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan, yaitu: faktor psikologis, faktor situasional dan faktor sosial.5

3 Johan Wahyudi, Analisis Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Preferensi anggota

terhadap Produk Simpanan Wadi’ah di BMT NU Sejahtera Semarang, Skripsi, (Semarang: IAIN Walisongo, 2010) hal 47

4 Felix Efendy, Pengaruh Preferensi anggota terhadap Pengambilan Keputusan Memilih

Produk Pembiayaan Akad Mudharabah di BMT Muamalat Limpung, Skripsi, (Semarang: IAIN Walisongo, 2014) hal 6

5 Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, Perilaku Konsumen: Pendekatan Praktis Disertai Himpunan Jurnal Penelitian, ed. I, (Yogyakarta: ANDI, 2013) hal 24

(4)

Prihasta6 dalam penelitiannya berpendapat bahwa berkaitan dengan preferensi, konsumen akan memberikan harapannya sebagai standar atau acuan, harapan masyarakat dalam memilih suatu produk pun memprioritaskan pada kepuasannya. Jadi dalam konteks preferensi konsumen umumnya harapan merupakan perkiraan atau keyakinan pelanggan tentang apa yang akan diterimanya karena preferensi merupakan hasil dari evaluasi. Persepsi konsumen berkaitan erat dengan kesadarannya sehingga apa yang dilakukan oleh konsumen merupakan kenyataan yang obyektif yang akan memperoleh tindakannya seperti keputusan membeli, sehingga persepsi dan perilaku yang berpusat pada preferensi akan sangat berkaitan dengan keputusan akhir.

Keputusan (decision) berarti pilihan (choice) yaitu pilihan dari dua atau lebih kemungkinan. Sebagian besar keputusan berada pada satu dari dua kategori: terpogram dan tidak terpogram. Hal ini menunjukkan bahwa keputusan bisa dikatakan sama dengan pilihan, ada perbedaan penting di antara keduanya. Keputusan adalah pilihan nyata karena pilihan diartikan sebagai pilihan tentang tujuan termasuk pilihan tentang cara untuk mencapai tujuan itu, apakah pada tingkat perorangan atau pada tingkat kolektif. Pengambilan keputusan menurut Amirullah mengemukakan bahwa keputusan merupakan suatu proses penilaian dan memilih dari berbagai alternatif sesuai dengan kepentingan-kepentingan tertentu dengan menetapkan suatu pilihan yang dianggap paling menguntungkan.7 Secara umum nasabah memiliki lima tahap untuk mencapai keputusan pembelian

6Lailatus Sembadra Prihasta, Persepsi, Perilaku dan Preferensi Masyarakat Tulungagung

terhadap Bank Muamalat Indonesia KCP Tulungagung, Skripsi, (Tulungagung: IAIN TA, 2015) hal 5

(5)

dan hasilnya yaitu tahap pengenalan masalah, tahap pencarian informasi, tahap evaluasi alternatif / pilihan, tahap pilihan (keputusan) dan yang terakhir tahap perilaku pembelian.

Secara umum calon nasabah yang akan menabung tentu memilih lembaga keuangan yang dapat memberikan keuntungan dan kemudahan. Setiap nasabah akan memperhatikan dan mempertimbangkan faktor-faktor tertentu untuk memutuskan menabung. Selain itu nasabah juga memperhatikan kualitas pelayanan serta produk yang ditawarkan sehingga nasabah termotivasi untuk menggunakannya. Nasabah akan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut untuk mencari kepuasan dalam menyimpan dananya di bank, karena bagaimanapun konsumen dalam perilakunya akan mencari kepuasan yang maksimal dalam memenuhi kebutuhannnya. Untuk itu dari sisi lembaga keuangan syariah harus dapat membaca peluang ini serta dapat segera mengidentifikasikan kebutuhan dan keinginan konsumen.8 Hasil pra survei yang dilakukan peneliti dengan beberapa nasabah pada bulan Maret 2015 menunjukkan bahwa beberapa nasabah masih ragu-ragu untuk menabung di lembaga keuangan syariah karena kurang mengetahui informasi tentang lembaga syariah, dan tidak memahami sistem bagi hasil di lembaga keuangan syariah. Kondisi ini memberikan lembaga keuangan syariah peluang sangat besar sekaligus tantangan untuk dapat meraih pangsa pasar nasional di masa mendatang.

8Ghozali Maski, Analisis Keputusan anggota menabung: Pendekatan Komponen dan

Model Logistik Studi pada Bank Syariah di Malang, Journal of Indonesian Applied Economics Vol. 4 No. 1, (Malang: Universitas Negeri Brawijaya, 2010) hal 44

(6)

Berikut ini grafik perkembangan jumlah nasabah penabung pada BMT Pahlawan Tulungagung pada periode 2011 – 2015.

Grafik. 1.1.

Jumlah Nasabah BMT Pahlawan Tulungagung Periode 2011-2015

Sumber: RAT BMT Pahlawan Tulungagung tahun 2015

Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa jumlah nasabah BMT Pahlawan mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 nasabah BMT Pahlawan berjumlah 7410 nasabah, pada tahun 2011 mengalami kenaikan menjadi 8365 nasabah, namun pada tahun 2012 jumlah nasabah BMT Pahlawan mengalami posisi yang staknan, kemudian pada tahun 2013 jumlah nasabah BMT Pahlawan kembali mengalami kenaikan menjadi 9106 nasabah dan tahun 2014 menjadi 10337 nasabah, pada tahun 2015 juga mengalami kenaikan jumlah nasabah menjadi 10900 nasabah.9

9 Rapat Anggota Tahunan BMT Pahlawan Tulungagung Tahun Buku 2015

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Jumlah Nasabah

Jumlah Nasabah

(7)

Salah satu sumber dana BMT adalah DPK (dana pihak ketiga), dan salah satu bentuk dana pihak ketiga pada BMT adalah tabungan. Tabungan merupakan dana simpanan yang dapat diambil sewaktu-waktu. Berdasarkan akadnya tabungan terbagi menjadi dua yaitu tabungan wadi’ah dan tabungan mudharabah. Wadi’ah adalah akad penitipan, artinya akad yang digunakan dalam transaksi penitipan dana atau barang dari pihak pertama dengan pihak kedua yang diberikan kepercayaan untuk menyimpan dengan tujuan untuk menjaga keselamatan, keamanan, serta keutuhan barang atau uang. Sedangkan mudharabah adalah akad kerja sama antar pihak pertama sebaga pemilik dana dengan pihak kedua sebagai pengelola dana dengan membagi keuntungan usaha sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan dalam akad.

Tabungan berdasarkan jenisnya terbagi menjadi tabungan biasa, tabungan berjangka, tabungan khusus dan tabungan haji. Tabungan berjangka merupakan tabungan yang memiliki jangka waktu dalam pengambilan dana misalnya 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan atau 24 bulan. Tabungan haji merupakan dana tabungan yang hanya dikhususkan untuk keperluan haji. BMT Pahlawan memiliki salah satu produk unggulan yaitu tabungan. BMT Pahlawan memiliki 7 jenis produk tabungan yang terdiri dari tabungan pokok, tabungan wajib, tabungan pokok khusus (saham), tabungan sukarela, tabungan investasi khusus, tabungan haji dan tabungan pensiunan. Tabungan sukarela terbagi menjadi dua jenis yaitu tabungan mudharabah dan tabungan berjangka yang memiliki jangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan dan 24 bulan.

(8)

Selain dari pengetahuan nasabah tentang produk tabungan, dengan nisbah bagi hasil yang tinggi masyarakat akan tertarik untuk menitipkan dananya pada BMT dengan harapan mendapatkan imbalan yang diterima oleh kedua pihak baik pihak BMT maupun nasabah. Namun, bukan hanya besaran bagi hasilnya saja yang membuat nasabah tertarik tetapi ketentuan dalam pembagian bagi hasil juga yang membuat nasabah yang memiliki dana untuk menyimpan dananya pada lembaga keuangan syariah. Bagi hasil menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi nasabah untuk memutuskan menjadi anggota pada lembaga keuangan yang diinginkan. Keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan dua atau lebih pemilihan alternatif. Seorang konsumen yang hendak melakukan pilihan maka ia harus memiliki pilihan alternatif. Banyaknya macam lembaga keuangan syariah dengan produk tabungan yang ditawarkan menjadikan banyak alternatif. Jika konsumen telah memutuskan alternatif yang akan dipilih dan mungkin penggantinya jika diperlukan, maka ia akan melakukan pembelian.10

Berdasarkan hasil penelitian Adiwarman Karim dan Adi Zakaria Affif dari Karim Business Consulting, segmentasi nasabah perbankan syariah di Indonesia terbagi menjadi 3 segmen, yaitu syariah loyalist market, floating market, dan conventional loyalist market. Segmen loyalis syariah dan loyalis konvensional merupakan kelompok nasabah yang memilih menggunakan jasa suatu lembaga keuangan lebih disebabkan faktor keyakinan. Sedangkan segmen floating market merupakan kelompok nasabah yang memilih menggunakan jasa suatu lembaga

10Atanasius Hardian Permana Yogiarto, “Pengaruh Bagi Hasil, Promosi, dan Kualitas

Pelayanan terhadap Keputusan Penggunaan Jasa Perbankan Syariah Tabungan Mudharabah (Studi Kasus pada Nasabah Bank Muamalat Pekalongan)”, Skripsi, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2015) hal 23

(9)

keuangan lebih disebabkan faktor kualitas layanan dan keuntungan yang ditawarkan (service and return), tanpa memperhatikan apakah lembaga tersebut menggunakan sistem bagi hasil ataupun bunga.

Salah satu keuntungan yang ditawarkan adalah tingkat suku bunga (pada lembaga keuangan konvensional) dan bagi hasil (pada lembaga keuangan syariah). Artinya, apabila tingkat keuntungan ditawarkan oleh lembaga keuangan syariah lebih tinggi dibandingkan tingkat suku bunga yang diberikan oleh lembaga keuangan konvensional, maka tidak menutup kemungkinan nasabah yang semula merupakan nasabah lembaga keuangan konvensional akan menjadi nasabah lembaga keuangan syariah karena tertarik dengan tingkat bagi hasil yang lebih tinggi pada lembaga keuangan syariah dibandingkan tingkat suku bunga pada lembaga keuangan konvensional. Begitu juga sebaliknya, apabila tingkat suku bunga lembaga keuangan konvensional lebih besar dibandingkan tingkat keuntungan yang ditawarkan lembaga keuangan syariah, maka tidak menutup kemungkinan nasabah yang semula merupakan nasabah lembaga keuangan syariah, akan menjadi nasabah lembaga keuangan konvensional.11

11 Ogi Marsenal Ipando, Pengaruh Bagi Hasil Deposito Syariah Mandiri dan Suku Bunga

Deposito Bank Umum terhadap Jumlah Simpanan Deposito Syariah Mandiri di Bank Syariah Mandiri, Skripsi, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2008) hal 5-6

(10)

Berikut data prosentase bagi hasil deposito pada BMT Pahlawan Tulungagung periode 2010 – 2016.

Grafik. 1.2.

Perbandingan Prosentase Bagi Hasil Tabungan BMT Pahlawan dan BNI Syariah Per Januari 2017

Sumber: perbandingan prosentase bagi hasil tabungan BMT Pahlawan dan BNI Syariah (www.infoperbankan.com/bni-syariah/nisbah-bagi-hasil-deposito) Pada grafik tersebut dapat diketahu bahwa prosentase bagi hasil tabunagn berjangka mulai dari jangka 1 bulan sampai jangka 12 bulan prosentasenya lebih tinggi bagi hasil yang ditawarkan oleh BMT Pahlawan dari pada bagi hasil yang ditawarkan oleh BNI Syariah. Hal ini menjadi indikator dari salah satu faktor minat nasabah terhadap BMT Pahlawan. Pada dasarnya setiap konsumen atau nasabah menginginkan keuntungan yang tertinggi. Sebelum memilih untuk menggunakan produk dari suatu lembaga keuangan maka konsumen akan memiliki barisan preferensi tersendiri. Ketika suatu lembaga menawarkan bagi

0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00%

1 bulan 3 bulan 6 bulan 12 bulan

BMT Pahlawan BNI Syariah

(11)

hasil yang tinggi nasabah penabung akan cenderung tertarik terhadap lembaga keuangan tersebut.

Tantangan terbesar yang harus dihadapi oleh lembaga keuangan syariah adalah inflasi. Inflasi merupakan kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus selama peride tertentu. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas atau mengakibatkan kenaikan harga pada harga lainnya.12 Ketika inflasi tinggi makan akan menyebabkan daya beli masyarakat menurun dan menaikkan tingkat bunga. Besar kecilnya laju inflasi akan mempengaruhi tingat suku bungan dan kinerja keuangan perusahaan khususnya dari sisi profitabilitas. Inflasi tidak hanya berdampak pada lembaga keuangan konvensiaonal akan tetapi juga berdampak pada lembaga keuangan syariah. Apabila tingkat inflasi mengalami kenaikan maka deposito lembaga keuangan syariah akan mengalami penurunan.

Haron dan Nursofiza13 dalam penelitiannya menunjukkan bahwa inflasi berhubungan negatif dengan deposito yang dihimpun bank. Hal ini disebabkan ketika inflasi mengalami kenaikan, maka para nasabah akan mencairkan dananya untuk mempertahankan tingkat konsumsinya. Dalam penelitiannya juga terdapat kesimpulan bahwa ada hubungan positif antara bagi hasil deposito mudharabah dengan jumlah deposito mudharabah. Muhamad Abduh, Azmi dan Duasa dalam penelitiannya mendapat hasil bahwa inflasi memiliki dampak negatif terhadap Deposito Mudharabah. Sebagaimana yang dihasilkan oleh Ani dan Wasilah

12 Penjelasan dari Bank Indonesia, Pengenalan Inflasi dalam www.bi.go.id diakses pada tanggal 27 Januari 2016

13 Haron, Sudin dan Wan Nursofiza Wan. “Measuring Depositors’ of Malaysian Islamic

Banking System: A Co-integration Approach.” Proceeding 6th International Conference On Islamic Economic and Finance Vol.2. (2005).

(12)

tingkat inflasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan deposito mudharabah berjangka 1 bulan.

Berikut grafik perkembangan inflasi pada bulan januari sampai dengan desember tahun 2016.

Grafik 1.3. Data Inflasi

Periode Januari 2016 – Desember 2016

Sumber : data tingkat inflasi (www.bps.go.id)

Dapat dilihat bahwa inflasi pada periode 2016 mengalami ketidakstabilan dimana pada Januari 2016 tingkat inflasi mencapai 0.51% bulan Februari 2016 -0.09% pada bulan Maret 0.19% April -0.45% Mei 0.24% Juni 0.66% Juli 0.69% setelah itu turun kembali dibulan Agustus -0.02% pada bulan september kembali naik 0.22% turun pada bulan Oktober 0.14% November 0.47 dan pada bulan Desember 2016 mencapai 0.42%. tingkat inflasi ini menyebabkan harga kebutuhan masyarakat menjadi tidak stabil. Didukung oleh penelitian Gumelar

(13)

bahwa tingkat inflasi berpengaruh signifikan terhadap jumlah simpanan deposito.14 Menurut para ekonom Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian karena dapat melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari masyarakat serta menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi tabungan (nilai simpan), fungsi dari pembayaran di muka, dan fungsi dari unit perhitungan.15

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk memilih judul

“Pengaruh Preferensi Anggota, Tingkat Bagi Hasil Tabungan dan Inflasi

terhadap Keputusan Anggota Menabung pada BMT Pahlawan

Tulungagung”.

B. Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi penelitian tentang pengaruh preferensi anggota, tingkat bagi hasil tabungan dan inflasi terhadap keputusan anggota menabung antara lain:

a. Preferensi Anggota

Tiap-tiap anggota memiliki tingkat preferensi yang berbeda-beda tergantung dari sudut pandang dan harapan dari masing-masing anggota, sehingga perlu adanya pemahaman yang mendalam terkait dengan preferensi anggota yang memicu pada profitabilitas lembaga keuangan syariah.

14 Bayu Ayom Gumelar, Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga Deposito dan Jumlah Bagi

Hasil Deposito terhadap Jumlah Deposito Mudharabah (Studi Kasus BSM tahun 2008-2012), Skripsi, (Jakarta: Universitas Syarif Hidayatullah, 2013) hal 100

15 Adiwarman A Karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008) hal 139

(14)

b. Tingkat Bagi Hasil Tabungan

Tingkat bagi hasil tabungan seringkali berubah-ubah tidak menetap di setiap periode. Besar kecilnya bagi hasil tabungan akan mempengaruhi keputusan nasabah untuk menabungkan uangnya.

c. Inflasi

Inflasi bersifat fluktuaktif dimana hal ini mendefinisikan bahwa inflasi senantiasa akan berubah-ubah setiap waktu. Hal ini disebabkan oleh perubahan harga yang terjadi di pasar juga kegiatan ekonomi masyarakat. d. Keputusan Anggota Menabung

Keputusan yang diambil oleh nasabah dipengaruhi oleh berbagai hal seperti halnya kebijakan yang diterapkan oleh BMT. Sehingga apapun yang terjadi didalam lembaga keuangan maka akan mempengaruhi keputusan dari nasabah DPK.

C. Rumusan Masalah

1. Apakah preferensi anggota berpengaruh signifikan terhadap keputusan anggota menabung pada BMT Pahlawan Tulungagung?

2. Apakah tingkat bagi hasil tabungan berpengaruh signifikan terhadap keputusan anggota menabung pada BMT Pahlawan Tulungagung ?

3. Apakah inflasi berpengaruh signifikan terhadap keputusan anggota menabung pada BMT Pahlawan Tulungagung ?

4. Apakah preferensi anggota, tingkat bagi hasil tabungan dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap keputusan anggota menabung pada BMT Pahlawan Tulungagung ?

(15)

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk menguji pengaruh antara preferensi anggota terhadap keputusan anggota menabung pada BMT Pahlawan Tulungagung.

2. Untuk menguji pengaruh antara tingkat bagi hasil tabungan terhadap keputusan anggota menabung pada BMT Pahlawan Tulungagung.

3. Untuk menguji pengaruh antara inflasi terhadap keputusan anggota menabung pada BMT Pahlawan Tulungagung.

4. Untuk menguji pengaruh antara preferensi anggota, tingkat bagi hasil tabungan dan inflasi terhadap keputusan anggota menabung pada BMT Pahlawan Tulungagung.

E. Kegunaan Penelitian

1. Secara Praktis:

a. Untuk Lembaga Keuangan

Dalam dunia praktik, diharapkan penelitian mengenai pengaruh preferensi anggota, tingkat bagi hasil tabungan dan inflasi terhadap keputusan anggota menabung pada BMT Pahlawan Tulungagung ini dapat berguna bagi BMT Pahlawan Tulungagung khususnya dan lembaga keuangan lainnya pada umumnya untuk menjadi pedoman atau acuan dalam mengambil keputusan dan kebijakan terkait dengan tabungan.

b. Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat dijadikan rujukan atau acuan bagi peneliti selanjutnya.

(16)

2. Secara Teoretis:

Dalam dunia pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu sumber pengetahuan bagi para pelajar maupun mahasiswa dalam memahami pengaruh preferensi anggota, tingkat bagi hasil tabungan dan inflasi terhadap keputusan anggota menabung pada BMT Pahlawan Tulungagung.

F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

1. Ruang lingkup penelitian

Ruang lingkup penelitian ini digunakan untuk membatasi permasalahan yang akan diteliti dan lokasi penelitian sehingga tidak menyimpang dari tujuan yang dikehendaki.

Permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu preferensi, bagi hasil tabungan, dan inflasi sebagai variabel independen, dan keputusan anggota menabung pada BMT Pahlawan Tulungagung sebagai variabel dependen.

Adapun lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah masyarakat Tulungagung yang meliputi seluruh nasabah tabungan BMT Pahlawan Tulungagung yang berada di Jl. KHR Abdul Fatah Ruko Pasar Ngemplak No. 33 Tulungagung.

2. Keterbatasan penelitian

Karena jumlah nasabah penabung pada BMT Pahlawan terlalu banyak sedangkan waktu penelitian terbatas sehingga peneliti mengambil sampel secara acak atau random.

(17)

G. Penegasan Istilah

Defini konseptual diperlukan untuk diberikan yang bertujuan menghindari kesalahpahaman studi penelitian.

1. Preferensi merupakan pilihan seseorang terhadap suatu objek. Preferensi masing-masing orang berbeda karena adanya beda kecenderungan dan pengalaman. Preferensi merupakan salah satu unsur penting dalam mempengaruhi keputusan seseorang berinteraksidengan lembaga keuangan mikro syariah.16

2. Nasabah merupakan pihak yang menggunakan jasa Bank Syariah atau Unit Usaha Syariah. Nasabah terbagi menjadi dua yaitu nasabah penyimpan dan nasabah debitur. Nasabah penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan. Nasabah debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan.17

3. Bagi hasil merupakan bentuk dari perjanjian kerjasama antara pemodal dan pengelola modal dalam menjalankan kegiatan usaha ekonomi, dimana di antara keduanya akan terikat kontrak bahwa di dalam usaha tersebut. Jika mendapat keuntungan akan dibagi kedua pihak sesuai nisbah kesepakatan di

16 Bank Indonesia Padang dan Universitas Andalas, Potensi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat Terhadap Bank Syariah di Sumatra Barat, Penelitian, 2000, hal 13

(18)

awal perjanjian, dan begitu pula bila usaha mengalami kerugian akan ditanggung bersama sesuai porsi masing-masing.18

4. Inflasi adalah merupakan kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus selama peride tertentu.19

5. Keputusan berarti pilihan (choice) yaitu pilihan dari dua atau lebih kemungkinannya. Keputusan merupakan suatu proses penilaian dan memilih dari berbagai alternatif sesuai dengan kepentingan-keentingan tertentu dengan menetapkan suatu pilihan yang dianggap paling menguntungkan.20

6. Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat yang dipersamakan dengan itu.21 Tabungan Syariah adalah simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat yang dipersamakan dengan itu.22

Definisi operasional dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menguji seberapa jauh pengaruh dari variabel X1 yaitu preferensi anggota, X2 yaitu tingkat

18 Syafi’i Antinio, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, (Jakarta : Tazkia Institute, 2000) hal 56

19 Haron, Sudin dan Wan Nursofiza Wan. “Measuring Depositors’ of Malaysian Islamic

Banking System: A Co-integration Approach.” Proceeding 6th International Conference On Islamic Economic and Finance Vol.2. (2005).

20 Amirullah, Perilaku Konsumen, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2002) hal 61 21 Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Tabungan

(19)

bagi hasil tabungan, X3 yaitu inflasi terhadap variabel Y yaitu keputusan anggota menabung.

H. Sistematika Skripsi

Sistematika penulisan yaitu untuk mengetahui gambaran dari proposal skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan: Pada bab ini akan menguraikan beberapa alasan teoritis dan atau alasan praktis mengenai judul yang akan di teliti. Diuraikan secara garis besar mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan penegasan istilah.

BAB II Landasan Teori: Pada bab ini, di dalamnya dikemukakkan teori-teori mengenai konsep atau variabel-variabel yang relevan dalam penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori-teori sebagai berikut yaitu preferensi anggota, bagi hasil, tabungan, nasabah, inflasi, keputusan konsumen, tahapan pengambilan keputusan.

BAB III Metode Penelitian: Sebagai gambaran proses penelitian di lapangan disesuaikan dengan teori atau konsep relevan yang telah di uraikan pada bab sebelumnya. Meliputi waktu dan lokasi penelitian, pendekatan penelitian, metode penelitian, operasional variabel penelitian, populasi dan sampel, jenis data, sumber data, teknik pengumpulan data, instrument penelitian danteknik analisis data.

BAB IV Hasil Penelitian: Pada bab ini akan menguraikan hasil-hasil analisis data terhadap variabel yang diteliti.

(20)

BAB V Pembahasan: Pada bab ini membahasan hasil penelitian dapat memberikan argumentasi teoretis terhadap hasil analisis data. Hasil penelitian lapangan meliputi bagaimana pengaruh daya minat nasabah, tingkat bagi hasil dan inflasi terhadap keputusan anggota menabung.

BAB VI Penutup: Pada bab ini menguraikan mengenai rangkuman dari permasalahan penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan. Kemudian menarik kesimpulan yang merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah serta mengemukakan saran atau gagasan-gagasan atas dasar hasil penelitian tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga pihak anggota dapat mengetahui jumlah keuntungan yang diperoleh dari fasilitas pembiayaan murabahah yang diberikan oleh koperasi pada kegiatan usaha

2 Untuk menentukan pengaruh budaya organisasi dan kepemimpinan transformasional terhadap keberhasilan organisasi studi kasus karyawan BMT Mubarakah Kudus dengan

Dari hasil penelitian diketahui bahwa pemikiran Imam Al-Ghazali terkait dengan konsep pendidikan akhlak untuk mengatasi degradasi moral saat ini dapat dilakukan

Kesesuaian Pertimbangan Mahkamah Agung dalam Mengabulkan Alasan Kasasi Penuntut Umum terhadap Putusan Bebas Pengadilan Negeri Bandung dalam Perkara Korupsi dengan

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjud ul

Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut : “Penerapan model pembelajaran picture and picture pada materi

Bahwa atas serangkaian perbuatan Termohon yang sangat menyakitkan, dan memalukan tersebut, setelah Pemohon berfikir dengan jernih maka Pemohon berkekuatan hati

Dengan demikian, sepanjang hutan Kal-Sel merupakan daerah pertambangan batu bara dengan cara tambang terbuka ( surface mine ) oleh perusahan besar seperti yang terjadi