• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Breakwater di Pelabuhan Penyeberangan Nangakeo, Nusa Tenggara Timur.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perencanaan Breakwater di Pelabuhan Penyeberangan Nangakeo, Nusa Tenggara Timur."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

AbstrakKabupaten Ende, provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan daerah yang terletak di bagian tengah Pulau Flores dan berbatasan langsung dengan laut pada sisi utara (laut Flores) dan selatan (Laut Sawu). Karena letak Kabupaten Ende yang strategis, yaitu batas wilayahnya berhubungan langsung dengan dua buah perairan laut utara dan selatan, maka sangat mendukung pengembangan sektor perdagangan melalui jalur laut. Pembangunan sarana dan prasarana perairan laut sangat dibutuhkan untuk menunjang kegiatan bisnis dan perekonomian tersebut. Kabubaten Ende memiliki pelabuhan penyeberangan Ferry Nangakeo yang merupakan pelabuhan khusus yang dibangun pada tahun 2004, namun hingga tahun 2011, pelabuhan ini belum optimal dapat digunakan. Hal ini disebabkan karena posisi dermaga yang sejajar garis pantai dan karakteristik ombak di perairan Nangakeo yang ganas hampir di setiap musim, sehingga kapal tidak bisa untuk berlabuh di pelabuhan tersebut. Maka, untuk mengatasi masalah gelombang laut yang cukup besar, dibutuhkan perencanaan struktur breakwater yang kuat dan pemilihan tipe breakwater yang tepat sesuai dengan kondisi perairan di wilayah kabupaten Ende.

Perencanaan breakwater dengan tipe konstruksi monolith ini, menggunakan deretan tiang pancang baja pipa Ø1016 mm yang diberi poer beton sehingga menjadi kesatuan dengan panjang total brekawter mencapai 125 m. Posisi breakwater ini dibangun pada elevasi -25 mLWS dengan jarak +80 m dari pelabuhan. Pengerukan juga dilakukan untuk memperbesar lebar alur masuk dan keluar pada mulut breakwater. Biaya total yang dibutuhkan dalam pembangunan breakwater ini sebesar Rp. 91.805.496.000,00. (Sembilan puluh satu milyar delapan ratus lima juta empat ratus sembilan puluh enam ribu rupiah).

Kata kunci :Ende, Breakwater, Monolith, Tiang Pancang, Pengerukan

I. PENDAHULUAN

abupaten Ende provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan daerah yang terletak di bagian tengah Pulau Flores dan berbatasan langsung dengan laut pada sisi utara (laut Flores) dan selatan (Laut Sawu). Karena letak Kabupaten Ende yang strategis, yaitu batas wilayahnya berhubungan langsung dengan dua buah perairan laut utara dan selatan, maka sangat mendukung pengembangan sektor perdagangan melalui jalur laut. Pembangunan sarana dan prasarana perairan laut sangat dibutuhkan untuk menunjang kegiatan bisnis dan perekonomian tersebut. Untuk tahun 2011, di kabupaten Ende sudah beroperasi beberapa jenis pelabuhan

seperti: pelabuhan barang dan penumpang, pelabuhan minyak, dan pelabuhan Ikan.

Kemudian untuk Subsektor transportasi Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (ASDP), kabubaten Ende juga memiliki pelabuhan penyeberangan Ferry Nangakeo yang merupakan pelabuhan khusus yang dibangun pada tahun 2004 dan telah diresmikan 15 maret 2008. Lokasi Dermaga Ferry penyeberangan ini terletak di Nangakeo, Kecamatan Nangapanda. Namun hingga tahun 2011, pelabuhan ini belum optimal dapat digunakan. Hal ini disebabkan karena posisi dermaga yang sejajar garis pantai dan karakteristik ombak di perairan Nangakeo yang ganas hampir di setiap musim. Kapal Ferry yang bersandar akan dihantam ombak pada bagian lambung kapal, sehingga kapal akan terguncang dan membahayakan proses debarkasi.

Maka untuk mengoptimalkan pemakaian pelabuhan tersebut sangat diperlukan pembangunan bangunan pemecah gelombang (Breakwater) untuk mereduksi energi gelombang sebelum mencapai area kolam dermaga. Untuk mengatasi masalah gelombang laut yang cukup besar, maka dibutuhkan perencanaan struktur breakwater yang kuat dan pemilihan tipe breakwater yang tepat sesuai dengan kondisi perairan di wilayah kabupaten Ende. Dengan dibangunnya breakwater ini diharapkan fasilitas pelabuhan dapat beroperasi semaksimal mungkin.

Gambar. 1. Lokasi Studi

(Sumber: Peta Indonesia dan Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur)

Perencanaan Breakwater di Pelabuhan

Penyeberangan Nangakeo,

Nusa Tenggara Timur.

Sofianto K, Fuddoly

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

(2)

Gambar. 2. Peta Topografi dan Batimetri Pelabuhan Penyeberangan

Nangakeo, Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur (Sumber: ASDP Dirjen Departemen Perhubungan)

II. METODOLOGI

Metodologi Tugas Akhir ini dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Metodologi Tugas Akhir

Penjelasan lengkap tentang Metodologi dapat dilihat pada buku Tugas Akhir penulis [1].

III. HASILDANPEMBAHASAN A. Pengumpulan dan Analisa Data

Umum

Breakwater ini berada di wilayah pantai selatan pulau Nusa Tenggara Timur, tepatnya di perairan Desa Nangakeo, Kecamatan Nangapanda, Kabupaten Ende, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Posisi geografisnya sekitar 121°34’03.9” BT dan 08°47’52.6” LS. Rencana pembangunan breakwater ini didasarkan pada wilayah perairan pelabuhan penyeberangan Nangakeo dilindungi dari gelombang yang besar..

Data Bathymetri

Peta bathymetri seluas ±18 Ha (600 m melebar sepanjang pantai dan 300 m ke arah laut) diperoleh dari survey pada

tahun 2011. Dari kondisi kedalaman di sekitar wilayah perairan Desa Nangakeo bervariasi hingga kedalaman -25 m LWS pada sisi perairan terluar yang merupakan ujung breakwater.

Data Topografi

Berdasarkan hasil pemetaan Topografi seluas ±12 Ha, kondisi topografi di areal rencana pembangunan merupakan tanah kosong, sungai dan tebing dengan variasi ketinggian hingga ketinggian maksimum +7m LWS.

Data Pasang Surut

Data pasang surut dianalisis pada kondisi spring tide dan neap tide. Pengamatan dilakukan pada tanggal 9-23 juni 2011. Lihat gambar 4.

Dari data hasil pengamatan didapatkan bahwa perilaku pasang surut pada perairan Desa Nangakeo, Kabupaten Ende memiliki tipe pasang Setengah Harian Ganda (Semi Diurnal) dengan nilai F =0.10.

Dari pembacaan Peal Schaal didapatkan data sebagai berikut :

•Beda pasang surut sebesar 3.40 m.

•Elevasi HWS (High Water Spring) pada +3.40 mLWS.

•Elevasi MSL (Mean Sea Level) pada +1.70 mLWS.

•Elevasi LWS (Low Water Spring) pada ±0.00 mLWS.

Gambar 4 – Grafik Pasang Surut

(Sumber :Dinas Perhubungan Nusa Tenggara Timur )

Data Angin

Data angin dapat digunakan untuk analisis kondisi gelombang dan identifikasi pengaruh angin secara langsung pada operasional pelabuhan. Data angin dikumpulkan dari log book atau buku catatan pendaratan pesawat di Bandara H.H. Aroeboesman di Ende, sehingga pengukuran dilakukan sesaat pesawat akan landing dan take off.

Gambar 5. – Windrose Ende

Catatan angin selama 5 tahun terakhir menunjukkan kondisi angin secara umum datang dari arah 135° atau Tenggara dengan kecepatan maksimum mencapai 18 knot

(3)

(9,26 m/s) terutama pada bulan Juni dan Juli sedang pada bulan Januari dan Februari arah angin sebagian dari 270° atau Barat dengan kecepatan maksimum sekitar 10 Knot (5,14 m/s). Analisa Gelombang

Perhitungan fetch efektif dari arah barat daya, selatan dan tenggara selanjutnya dapat dilakukan perhitungan tinggi dan periode gelombang metode Sverdrup Munk Bretschneider (SMB) yang dimodifikasi Shore Protection Manual, 1984. Dari perhitungan [1] menunjukkan bahwa perhitungan tinggi gelombang serta durasi menggunakan metode sangat tidak mungkin terjadi pada kondisi lapangan yang sesungguhnya sehingga perlu adanya penyesuaian menggunakan data gelombang yang dicatat oleh BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II EL Tari Kupang yang selanjutnya dianalisa kembali untuk mengetahui asumsi durasi yang digunakan stasiun meteorologi dalam penentuan gelombang. Setelah itu dicari tinggi gelombang maksimum menggunakan grafik tinggi gelombang berdasarkan durasi angin. Hasil tersebut selanjutnya digunakan untuk perhitungan tinggi gelombang rencana berdasarkan periode ulang 50 tahunan menggunakan metode statistic atau metode weibull untuk masing-masing arah pengaruh gelombang.

Gambar. 6. Tinggi gelombang berdasarkan periode ulang.

Analisa Data Tanah

Analisa data tanah juga perlu diperhitungkan untuk mengetahui daya dukung tanah terhadap struktur tiang pancang, sehingga dapat ditentukan kedalaman tiang pancang dari seabed. Data tanah diambil dari dua titik pengeboran yaitu titik BH-1 dan BH-2.

Setelah sampel tanah pada kedua lokasi diperiksa, secara umum lapisan tanah yang mendominasi adalah batu berpasir, dengan kondisi sangat padat (very dense, N-blow >50, menurut J.E Bowles, 1984) terlihat pada statigrafi data tanah. Maka untuk kondisi tanah dengan SPT > 50 seperti hasil penyelidikan tanah diatas, harus digunakan tiang pancang baja dengan ujung tiang pancang baja harus di beri tutup (pile shoe) khusus agar dapat menembus tanah keras pada saat pemancangan.

B. Perencanaan Layout

Perencanaan bangunan di lingkungan pantai merupakan suatu proses perencanaan yang melibatkan banyak aspek lingkungan. Lingkungan pantai sebagai suatu ekosistem darat dan air dengan morfologinya yang kompleks, menyebabkan perencanaan bangunan di lingkungan pantai harus memperhatikan kondisi lingkungan secara cermat. Salah satu permasalahan yang harus diperhatikan adalah perilaku

gelombang. Daerah perairan teluk Ende, merupakan daerah pantai yang menghadap laut Selatan (Samudera Indonesia). Samudera Indonesia dikenal mempunyai gelombang yang besar dengan periode yang panjang. Untuk kebutuhan pelabuhan, perlu dilakukan peredaman gelombang dengan sistem breakwater.

• Kedalaman Perairan

Kedalaman perairan pada prinsipnya harus lebih dalam dari draft penuh kapal terbesar. Tipe perairan pada lokasi studi ini dianggap berupa perairan terbuka bergelombang, sehingga dapat digunakan rumus :

1.2*draft kapal =1.2*3,5= 4,2 ≈ 5 meter

• Kolam Putar (Turning Basin)

Pada area ini kapal diharapkan bermanuver dengan kecepatan rendah dan lebarnya untuk alur tidak panjang. Karena ini pelabuhan penyeberangan maka kapal jarang berpapasan. Area yang disediakan dibatasi dengan bentuk lingkaran berdiameter (Db). Sedangkan kedalaman perairan disamakan dengan alur masuk.

Db = 1*LOA = 1*75 = 75 meter

• Panjang Jalur Masuk (Entrance Channel)

Panjang Jalur Masuk untuk pelabuhan penyeberangan dengan kecepatan kapal 5 knot :

P = 1,5*LOA= 1*75 = 112,5 ≈ 113 meter

Gambar. 7. Perencanaan layout breakwater.

C. Kriteria Desain Peraturan yang Digunakan

Dalam tugas akhir ini digunakan beberapa peraturan sebagai dasar dalam perencanaan, antara lain :

1 API WSD 2000.

Dimana pada peraturan tersebut terdapat peraturan penerapan gaya gelombang terhadap struktur.

2 SNI 03-2847-2002.

Sebagai pedoman dalam perencanaan struktur beton bertulang.

3 PBI 1971

Sebagai dasar perencanaan beton metode elastis

4 Standar – standar lain sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

Kualitas Bahan dan Material Mutu Beton

Berdasarkan Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan, BMS 1992 bagian 6, Tabel 6.2, untuk beton yang keadaan

(4)

permukaan bagian komponennya berada dalam air dan terletak dalam lingkungan daerah pasang surut, termasuk dalam klasifikasi C. Dalam tipe tersebut mutu beton yang digunakan harus memiliki kuat tekan karakteristik (f’c) tidak kurang dari 35 MPa. Maka spesifikasi beton yang digunakan dalam perencanaan adalah :

f’c : 35 MPa : 350 Kg/cm2

Modulus Elastisitas berdasarkan PBI 1971 Persamaan 11.1.1.

Ec = 6400 350kgf cm⋅ −2 = 1.197×105kgf cm⋅ −2 Mutu Baja Tulangan

Mutu baja tulangan diambil kelas U39 berdasarkan BMS 1992 Tabel 6.12 dengan spesifikasi sebagai berikut :

a. Mutu baja yang digunakan untuk tulangan struktur ini adalah U39 dengan fy minimum adalah 390 MPa (Digunakan Tulangan Ulir 400 MPa)

b. Mutu baja tiang pancang sesuai dengan mutu tiang pancang pipa baja JIS A 5525 Class 2 STK 41 (SKK 400) Kriteria Kapal Rencana

Data kapal rencana yang digunakan merupakan rencana kapal yang akan dilayani oleh pelabuhan penyeberangan Nangakeo yaitu kapal jenis Ferry, dengan spesifikasi sebagai berikut:

Bobot mati : 1000 GRT

Panjang kapal (LOA) : 75 meter

Lebar kapal (Width) : 13 meter

Draft kosong : 3,5 meter

Data-data tersebut di atas digunakan untuk menentukan perencanaandari layout alur pelayaran dan breakwater.

D. Struktur Breakwater

Beban yang diperhitungkan dalam perencanaan ini adalah beban yang diakibatkan oleh tekanan gelombang sedangkan tekanan hidrostatis tidak diperhitungkan karena gaya hidrostatis yang datang dari berbagai arah yang berlawanan akan saling menghilangkan. Untuk perhitungan tekanan gelombang digunakan perumusan menggunakan metode Goda (1985).Rumusan ini dapat digunakan untuk berbagai kondisi gelombang. Distribusi tekanan yang diberikan oleh Goda, yang berbentuk trapesium.(Gambar 8). Pada Tabel 6.1 merupakan hasil perhitungan gaya dan momen menggunakan metode Goda. Breakwater tipe monolith ini dihitung berdasarkan lokasi -25 mLWS.Tinggi gelombang refraksi dari laut dalam didapat dari penabelan refraksi pada Bab 3.

Gambar. 8. Struktur Breakwater Monolith.

Berikut ini merupakan data-data yang digunakan untuk menghitung gaya-gaya gelombang berdasarkan metode Goda :

• Data gelombang : H1/3 : 3,13 m

T : 10,66dt γw : 1.03 t/m3 • Kedalaman air dan tinggi bangunan :

h : 28,4 m h’ : 28,4 m d : 28.4m hc : 3,13 m hb : h’+ (5 + (H1/3 x 1/100 ) : 28,4 + (5 x (3.13 x 0.01) : 28,55651 m ≈ 29 m

• Berdasarkan Tabel d/Lo :

Selain itu juga dapat dicari tebal lapisan layer, lebar puncak lapisan breakwater, jumlah armour unitserta elevasi dari permukaan breakwater. Elevasi permukaan dari breakwater merupakan pejumlahan dari beda pasang surut yang terjadi, besarnya run up gelombang serta asumsi settlement yang akan terjadi. Setelah berat serta dimensi dari breakwater sudah didapatkan maka selanjutnya dilakukan penggambaran potongan penampang pada bagian head dan trunk breakwater. Beban Gempa

Pada analisa struktur ini, beban gempa menggunakan response spektrum gempa wilayah gempa 5 untuk tanah lunak berdasarkan Peta Wilayah Gempa SNI 1726-2002.

• Kombinasi Pembebanan

Kombinasi yang digunakan pada analisa struktur breakwater ini adalah :

*) Desain Renforced Concrete

Kombinasi I = 1,2D +1,6L(W) Kombinasi II = 1,2D +1L(W) + 1G *) Stability Of Pile Foundation

Kombinasi I = 1D +1L(W) Kombinasi II = 1D +1L(W) + 1G

• Perhitungan Titik Jepit Tanah dan Kekuatan Tiang Pancang

Letak titik jepit tanah terhadap tiang pondasi (Zf), dengan perumusan sebagai berikut:

Zf = 1,8 T untuk normally consolidated clay dan granular soil, atau yang mempunyai kenaikan linier harga modulus. Harga-harga T dicari dengan cara sebagai berikut:

Stiffness factor 5

h

n EI

T = (dalam satuan panjang). dimana:

• Harga-harga nh untuk submerged soil (Dense) = 12 MN/m3 . • E = modulus elastisitas Young tiang

 = 2,1 x106 kg/cm2 • I = momen inersia = 740000 cm4 52 , 264 2 , 1 740000 10 1 , 2 5 6 = = x x T m cm x Zf =1,8 264,52=476,14 ≈4,8

(5)

c f fy m ' 85 . 0 × = 16,23 29 85 . 0 400 = × =       × × fy m Rn m 2 1 1 1       × × = 400 23 , 16 729 , 1 2 1 1 2 , 16 1 y y c f f f + × × × 600 600 ' 85 . 0 β1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 QL vs Depth D-100 Qs vs Depth D-100 TA RI K TE KA N De pt h ( m ) (Ton)

Perencanaan Poer Breakwater

Poer pada breakwater monolith ini merupakan poer menerus menahan deretan tiang pancang. Berdasarkan perhitungan gaya gelombang menggunakan Metode Goda didapatkan data sebagai berikut :

P = 72,1 ton Mtotal = 278,4 t.m = 27840000 kg.cm Direncanakan :

Tebal poer = 150 cm Panjang poer = 350 cm Lebar poer = 500 cm ( jarak antar As)

T= 150/500 = 0.3>0.4 , maka untuk perhitungan tulangan, poer dianalisis sebagai pelat dengan data-data sebagai berikut : - Tebal pelat, hb : 150 cm

- Lebar, bb : 500 cm - Decking, d : 8 cm - Diameter sengkang,Ø : 10 mm - Diameter tulangan pokok :D29 mm Perencanaan Tulangan Lentur Plat/Poer

Dari perhitungan metode Goda, didapatkan momen maksimum yang terjadi adalah 278,4 tm sehingga, Mu = 278,4 tm = 2784 kNm

f = Faktor reduksi kekuatan lentur = 0,85

Direncanakan : Tulangan arah X D = 29 mm Tulangan arah Y D = 29 mm Selimut beton ts = 80 mm dy = h – Sel. Beton – D – 0,5D = 1500 – 80 – 29 – (0,5 x 29)= 1376,5 mm dx = h – Sel. Beton – 0,5D = 1500 – 80 – (0,5 x 29)= 1405,5 mm Penentuan Rasio Tulangan Minimum (ρmin)

ρanalisa = = 0.0045 ρbalance = = 0,0314 400 600 600 400 85 . 0 29 85 . 0 = + × × × ρmax = 0.75 x ρbalance= 0,75 x 0,0314 = 0,0236 ρmin = 0,0035 Syarat : ρmin < ρanalisa < ρmax

0,0035 < 0.0045 < 0,0236

Jadi dipakai ρmin= 0,0045 Luas Tulangan :

As perlu = ρanalisa x 1000 x dx = 0,0045 x 1000 x 1376,5 = 6173,22 mm2

Penulangan terpasang :

Dipasang tulangan D29 - 100 mm (6601,85 mm2). Tulangan dipasang dengan dimensi dan jarak yang sama pada kedua arah X dan Y.

Perhitungan Tiang pancang 1)Daya Dukung Tanah

Perhitungan daya dukung tanah menggunakan persamaan dari Luciano decourt [9].

Ql = Qp + Qs

Dengan Ql adalah daya dukung tanah maksimum dalam ton, Qp adalah resistance ultimate di dasar pondasi dalam ton dan Qs adalah resistance ultimate akibat lekatan lateral dalam ton. Hasil perhitungan daya dukung tanah dapat ditampilkan seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 9. Daya Dukung Tanah Tiang Pancang D-1m

Dalam perencanaan struktur breakwater monolith ini digunakan kedalaman tiang yang tergantung dari daya dukung tanah dasar. Untuk tiang pancang dengan gaya tarik =126 ton x 3 (SF) = 378 ton, maka dibutuhkan kedalaman tiang sekitar 13 meter.

2)Kalendering

Perhitungan kalendering saat pemancangan berguna untuk mengetahui daya dukung tiang sehingga bisa diketahui kapan pemancangan dihentikan. Perhitungan kalendering ini menggunakan persamaan dari Alfred Hilley [9].

(7) Dengan Qu adalah daya dukung tiang dalam ton dan S adalah besarnya pengaturan kalendering pada 10 pukulan terakhir dalam cm/set.

Hasil perhitungan kalendering secara lengkap dapat dilihat pada bab VII [1].

f Mu Mn= 85 , 0 2784 = Mn Mn=3275,3kNm = = fy 4 . 1 min ρ 0,0035 400 4 . 1 = 2 = Rn dx b Mn × 1000 1376,5 =1,729Mpa 3 , 3275 2 × =

(6)

E. Pengerukan

Pada bab IV dapat dilihat layout kondisi eksisting breakwater dengan kebutuhan kedalaman -5 mLWS pada alur di mulut breakwater dimana pada alur masuk dan keluar kapal perlu dilakukan adanya pengerukan mengingat kebutuhan kedalaman kapal ferry 1000 GRT yaitu -5.00mLWS sedangkan pada mulut breakwater yang ada mencapai kedalaman -3.00mLWS. Jadi kapal dapat dengan aman bermanuver melewati mulut breakwater. Untuk menentukan volume pengerukan ini bisa dilakukan dengan membagi areal alur masuk dan keluar kolam dermaga menjadi beberapa pias. Setiap pias dibuatkan cross sectionnya agar mempermudah menghitung volume kerukan. Volume pengerukan total adalah total akumulasi dari volume seluruh pias yang ada.

Gambar 7. Layout Pengerukan

Setelah dilakukan perhitungan, didapat volume pengerukan sebesar 1352,2 m3.

Karena volume total galian < 5000 m3, maka dipilih alat keruk mekanik yaitu clamshell dredger.

F. Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan perencanaan breakwater ini meliputi beberapa tahapan pekerjaan sebagai berikut :

a) Pekerjaan persiapan b) Pekerjaan Struktur

oBreakwater Monolith -Pekerjaan pemancangan -Pekerjaan pengecoran poer

c)Pekerjaan Pengerukan pada alur masuk dan keluar dari kolam dermaga.

G. Rencana Anggaran Biaya

Prosedur perhitungan besarnya rencana anggaran biaya meliputi :

1)

Penentuan harga material, alat dan upah

Besarnya harga material, alat dan upah didasarkan pada harga satuan pokok kerja di kota Kupang.

2)

Analisis harga satuan tiap pekerjaan

3)

Perhitungan volume pekerjaan dan rencana anggaran biaya Setelah dilakukan perhitungan terhadap besarnya volume pekerjaan, didapat rencana anggaran biaya total sebesar Rp. 93.482.512.000,00.

IV. KESIMPULAN Struktur Breakwater

Dari hasil perencanaan pada Bab VI, didapatkan hasil sebagai berikut :

- Breakwater Monolith dengan menggunakan kelompok Tiang Pancang berdiamater 1016 mm dengan tebal 19 mm pada kedalaman -25 mLWS.

Poer menerus : 500 cm x 350cm x 150 cm Diameter tulangan Poer : D29-100

Elevasi puncak : +7.41 mLWS Pengerukan

Dari hasil perencanaan pada Bab VII, didapatkan hasil sebagai berikut :

- Pengerukan dilakukan dengan menggunakan kapal keruk clamshell dengan kapasitas 5 m3

- Volume pengerukan 1352,2 m3 pada dua lokasi pengerukan yaitu alur masuk dan keluar kolam dermaga.

Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan pekerjaan struktur secara keseluruhan dilakukan dari laut menggunakan tongkang dan crane sebagai alat pemindah material. Pada pekerjaan Struktur Monolith menggunakan Hydrolic hammer sebagai alat bantu pemancangan tiang pancangnya. Pembuatan poer tiang pancang dilakukan menggunakan cast in situ dengan beton ready mix. Pada pekerjaan pengerukan menggunakan alat keruk clamshell dibantu dengan kapal tongkang (barge) untuk membuang hasil pengerukan.

Anggaran Biaya

Total anggaran biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan breakwater berdasarkan perhitungan Bab IX adalah sebesar Rp. 93.482.512.000,00. (Sembilan puluh tiga milyar empat ratus delapan puluh dua juta lima ratus dua belas ribu rupiah).

Saran

Konstruksi breakwater sebaiknya dilakukan jangan dilakukan pada durasi antara bulan juni-juli, karena pada bulan tersebut kecepatan angin yang sangat tinggi dapat menyebabkan gelombang yang besar sehingga dapat mengganggu pelaksanaan konstruksi breakwater.

DAFTARPUSTAKA

[1] Sofianto K, Perencanaan Breakwater di Pelabuhan Penyeberangan Nangakeo, Nusa Temggara Timur. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember (2012).

[2] Braja M, Das. 1985. Mekanika Tanah 1. Diterjemahkan oleh Noor Endah dan Indrasurya B.M. Jakarta : Erlangga.

[3] Wahyudi, Herman. 1999. Daya Dukung Pondasi Dalam. Surabaya: Jurusan Teknik Sipil-FTSP ITS.

[4] Widyastuti, Dyah Iriani. 2000. Diktat Pelabuhan. Surabaya.

[5] Kramadibrata, Soedjono.2002. Perencanaan Pelabuhan. Bandung : Penerbit ITB

[6] Triatmodjo, Bambang. 1999. Teknik Pantai. Yogyakarta :Beta Offset [7] Department Of The Army. 1984. Shore Protection Manual,Vicksburg

Gambar

Gambar 3. Metodologi Tugas Akhir
Gambar 9. Daya Dukung Tanah Tiang Pancang D-1m
Gambar 7. Layout Pengerukan

Referensi

Dokumen terkait

Sebanyak 27 responden menyatakan mereka tertarik membaca komik karena komik tersebut memiliki tampilan gambar yang baik, sedangkan sisanya menyatakan bahwa cerita yang menariklah

Sifat yang dimaksud adalah daerah integral tersebut merupakan gelanggang Noetherian, tertutup secara integral, dan setiap ideal prima merupakan ideal maksimal, maka

Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014, tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, didalam Peraturan Presiden

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk K berpengaruh nyata terhadap 3-5 MST panjang tanaman sedangkan perlakuan kompos sampah kota tidak berpengaruh

Setiap orang yang terdapat sebagai penulis pada naskah tersebut telah berkontribusi substansi dan intelektual dengan ini menyatakan memberikan persetujuan untuk

Untuk permasalahan inverse kinematics menggunakan metode solusi closed form dalam pendekatanya menggunakan solusi geometri, maka akan dibuat persamaan pada tiap-tiap

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan karunia, rahmat, dan hidayah-Nya yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran dalam menyusun Skripsi ini yang