9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Internal Control
Dalam teori akuntansi dan organisasi internal control atau pengendalian intern berdasarkan dari wikipedia di definisikan sebagai suatu proses yang di pengaruhi oleh sumber daya manusia dan sistem teknologi informasi, yang di rancang untuk membantu organisasi mencapai suatu tujuan atau objektif tertentu
Pengendalian intern merupakan suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi dan mengukur sumber daya suatu organisasi. Ia berperan penting untuk mencegah dan mendeteksi penggelapan (fraud) dan melindungi sumber daya organisasi baik yang berwujud seperti mesin dan lahan maupun tidak berwujud seperti reputasi atau hak kekayaan intelektual seperti merk dagang.
Pengendalian intern ini terdiri atas kebijakan dan prosedur yang di gunakan dalam operasi perusahaan untuk menyediakan informasi yang handal serta menjamin dipatuhinya hukum dan peraturan yang berlaku.
Pada tingkatan organisasi tujuan pengendalian internal berkaitan dengan keandalan laporan keuangan, umpan balik yang tepat waktu terhadap pencapaian tujuan-tujuan operasional dan strategis serta kepatuhan hukum dan regulasi. Pada tingkatan transaksi spesifik intern merujuk pada aksi yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu seperti memastikan pembayaran kepada pihak ketiga dilakukan terhadap suatu layanan yang
10 benar-benar dilakukan. Prosedur pengendalian intern mengurangi variasi proses dan pada gilirannya memberikan hasil yang lebih dapat di perkirakan. 1. Tujuan Internal Control
Menurut James A Hall (181:2007) sistem pengendalian internal (internal control system) terdiri atas berbagai kebijakan, praktik dan prosedur yng diterapkan oleh perusahaan untuk mencapai empat tujuan umumnya yaitu :
a. Menjaga aktiva perusahaan
b. Memastikan akurasi dan keandalan catatan serta informasi akuntansi c. Mendorong efisiensi dalam oprasional perusahaan
d. Mengukur kesesuaian dengan kebijakan serta prosedur yang ditetapkan oleh pihak manajemen
Pengendalian intern dapat mencegah kerugian atau pemborosan pengolahan sumber daya perusahaan.Karena pengendalian intern ini dapat menyediakan informasi tentang bagaimana menilai kinerja perusahaan dan manajemen perusahaan serta menyediakan informasi yang akan digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan.
2. Komponen Internal Control
Committee of Sponsoring Organizations of The Treatway Commission (COSO) memperkenalkan adanya 5 komponen internal control yang meliputi :
11 a. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Mencakup sikap para manajemen dan karyawan terhadap pentingnya pengendalian yang ada di organisasi tersebut. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap lingkungan pengendalian adalah filosofi manajemen (manajemen tunggal dalam persekutuan atau manajemen bersama dalam perseroan) dan gaya operasi manajemen (manajemen yang progresif atau yang konservatif), struktur organisasi (terpusat atau terdesentralisasi) serta praktik kepersonaliaan. Lingkungan pengendalian ini amat penting karena menjadi dasar keefektifan unsur-unsur pengendalian yang lain.
b. Penilaian Resiko (Risk Assesment)
Semua organisasi memiliki resiko dalam kondisi apapun yang namanya resiko pasti ada dalam suatu aktivitas baik aktivitas yang berkaitan dengan bisnis maupun non bisnis. Suatu resiko yang telah diidentifikasi dapat di analisis dan evaluasi sehingga dapat diperkirakan intensitas dan tindakan yang dapat meminimalkanya. Resiko dapat muncul dan berubah berdasarkan berbagai kondisi, seperti :
- Perubahan dalam lingkungan operasional yang membebankan tekanan baru atau perubahan tekanan atas perusahaan.
- Personel baru yang memiliki pemahaman yang berbeda atau tidak memadai atas pengendalian internal.
12 - Sistem informasi baru atau yang baru di rekayasa ulang yang
mempengaruhi pemrosesan transaksi.
- Pertumbuhan signifikan dan cepat yang menghambat pengendalian internal yang ada.
- Implementasi teknologi baru kedalam proses produksi atau sistem informasi yang berdampak pada pemrosesan transaksi.
- Pengenalan lini produk atau aktivitas baru hingga pihak manajemen hanya memiliki sedikit pengalaman tentangnya. - Restrukturisasi organisasional yang menghasilkan pengurangan
dan atau realokasi personel sedemikian rupa hingga operasi bisnis dan pemrosesan transaksi terpengaruh.
- Memasuki pasar asing yang berdampak pada operasional ( contohnya, risiko yang berhubungan dengan transaksi mata uang asing)
- Adopsi suatu prinsip akuntansi baru yang berdampak pada pembuatan laporan keuangan.
c. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
Merupakan elemen-elemen penting dari pengendalian intern perusahaan. Informasi tentang lingkungan pengendalian, penilaiain resiko, prosedur pengendalian dan monitoring diperlukan oleh manajemen sebagai pedoman operasional dan menjamin ketaatan dengan pelaporan hukum dan peraturan-peraturan yang berlaku pada perusahaan.
13 Informasi juga diperlukan dari pihak luar perusahaan. Manajemen dapat menggunakan informasi jenis ini untuk menilai standar eksternal. Hukum, peristiwa dan kondisi yang berpengaruh pada pengambilan keputusan dan pelaporan eksternal.
d. Pemantauan (Monitoring)
Pihak manajemen harus memastikan bahwa pengendalian internal berfungsi seperti yang dimaksud. Pemantauan (monitoring) adalah proses yang memungkinkan kualitas desain pengendalian internal serta operasinya berjalan. Pemantauan terhadap sistem pengendalian intern akan menemukan kekurangan serta meniongkatkan efektifitas pengendalian. Pengendalian intern dapat dapat di monitor dengan baik dengan cara penilaian khusus atau sejalan dengan usaha manajemen. Usaha pemantauan yang terakhir dapat dilakukan dengan cara mengamati perilaku karyawan atau tanda-tanda peringatan yang diberikan oleh sistem akuntansi.
Penilaian secara khusus biasanya dilakukan secara berkala saat terjadi perubahan pokok dalam strategi manajemen senior, struktur korporasi atau kegiatan usaha. Pada perusahaan besar auditor internal adalah pihak yang bertanggungjawab atas pemantauan sistem pengendalian intern.
e. Aktivitas pengendalian (Control Activities)
Aktivitas pengendalian (Control Activities) adalah berbagai kebijakan dan prosedur yang di gunakan untuk memastikan bahwa tindakan yang
14 tepat telah diambil untuk mengatasi risiko perusahaan yang telah diidentifikasi. Akitivitas pengendalian di tetapkan untuk menstandarisasi proses kerja sehingga menjamin tercapainya tujuan perusahaan dan mencegah atau mendeteksi terjadinya ketidakberesan dan kesalahan.
Menurut James A.Hall (2007 : 191) Aktivitas pengendalian dapat di kelompokan menjadi 2 kategori yaitu:
1. Pengendalian Komputer
Pengendalian ini secara khusus berhubungan dengan lingkungan IT dan audit TI terbagi dalam 2 kelompok umum yaitu :
- Pengendalian umum (general control)
Berkaitan dengan perhatian pada keseluruhan perusahaan, seperti pengendalian atas pusat data, basis data perusahaan, pengembangan sistem dan pemeliharaan program.
- Pengendalian aplikasi (aplication control )
Memastikan integritas sistem tertentu seperti aplikasi pemrosesan pesanan penjualan, utang usaha dan aplikasi penggajian.
2. Pengendalian Fisik
Terutama berhubungan dengan aktivitas manusia yang digunakan dalam sistem akuntansi. Aktivitas ini dapat benar-benar manual seperti penjagaan aktiva secara fisik atau dapat melibatkan penggunaan komputer untuk mencatat berbagai transaksi atau pembaruan akun.
15 Pengendalian fisik terdapat enam kategori aktivitas pengendalian yaitu :
a. Otorisasi Transaksi (Transaction Authorization)
Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa semua transaksi yang di proses oleh sistem informasi valid dan sesuai dengan tujuan pihak manajemen. Otorisasi dapat bersifat umum atau khusus. Otorisasi umum diberikan kepada para personel operasional untuk melakukan operasi rutin. Contoh dari otorisasi umum adalah prosedur untuk mengesahkan pembelian persediaan dari pemasok yang ditunjuk hanya ketika tingkat persediaan jatuh pada titik pemesanan ulang yang ditetapkan. Otorisasi khusus berkaitan dengan keputusan situasional yang berhubungan dengan transaksi non rutin contohnya adalah keputusan untuk pemperbesar batas kredit pelanggan di atas jumlah normal. Biasanya adalah tanggung jawab pihak manajemen.
b. Pemisahan Tugas (Segregation of Duties)
Salah satu aktivitas pengendalian yang paling penting adalah pemisahan tugas karyawan untuk meminimalkan fungsi yang tidak boleh disatukan. Pemisahan tugas ini dapat berupa berbagai bentuk tergantung pada berbagai kewajiban tertentu yang akan dikendalikan.
16 c. Supervisi
Mengimplementasikan pemisahan tugas secara memadai mensyaratkan agar perusahaan memperkejakan karyawan dalam jumlah yang cukup banyak, sehingga seringkali menimbulkan kesulitan bagi perusahaan kecil. Oleh karenanya dalam perusahaan kecil atau dalam berbagai area fungsional yang kekurangan personel pihak menajemen perlu menyeimbangkan ketidakberadaan pengendalian pemisahan melalui supervisi yang ketat. Jadi perusahaan dapat membuat ruang pengendalian manajerial dengan seorang manajer mengawasi beberapa karyawan. Dalam sistem manual mempertahankan ruang pengendalian cenderung berarti langsung karena baik manajer maupun karyawan berada dalam lokasi fisik yang sama.
d. Catatan Akuntansi (Accounting Records)
Catatan akuntansi perusahaan terdiri atas dokumen sumber, jurnal dan buku besar. Berbagai catatan ini menangkap esensi ekonomi dari berbagai transaksi dan menyediakan jejak audit berbagai peristiwa ekonomi. Perusahaan harus selalu menjaga jejak audit untuk dua alasan. Pertama, informasi ini di butuhkan untuk melakukan operasi harian. Membantu para karyawan merespon pertanyaan pelanggan dengan menunjukan status saat ini transaksi yang di proses. Kedua, jejak audit ini
17 memainkan peranan penting dalam audit keuangan perusahaan,untuk memverifikasi berbagai transaksi terpilih melalui penelusuran dari laporan keuangan.
e. Pengendalian akses
Bertujuan untuk memastikan bhawa hanya personel yang sah saja yang memiliki akses ke aktiva perusahaan. Akses yang tidak sah akan mengekpos akitva ke penyalahgunaan, kerusakan dan pencurian.
f. Verifikasi independen
Adalah pemeriksaan independen untuk mengidentifikasi kesalahan. Melalu verifikasi independen pihak manajemen dapat mengakses kinerja individu, integritas sistem pemoresan transaksi dan kebenaran data yang terdapat dalam catatan akuntansi. Contoh verifikasi independen meliputi :
- rekonsiliasi total batch pada titik-titik tertentu dalam transaksi
- membandingakan aktiva fisik dengan catatan akuntansi - rekonsiliasi berbagai akun buku pembantu dengan akun
pengendalinya
- mengkaji laporan manajemen (baik yang dihasilkan oleh komputer maupun secara manual) yang meringkas berbagai aktivitas bisnis.
18 3. Komponen 5 C
Dalam keputusan kelayakan pemberian kredit bagi calon debitur, lembaga keuangan umumnya memiliki standar penilaian tertentu. Syahyunan (2004:62) mengemukakan 5 kriteria kredit yang sering di gunakan untuk menilai kemampuan pemohon kredit yaitu :
a. Karakter (Character)
Penilaian karakter (kepribadian) mencoba untuk memperkirakan kejujuran pelanggan untuk memnuhi kewajibannya, berupa pembayaran kembali atas kredit yang diterima oleh konsumen sesuai dengan perjanjian yang telah di setujui sebelumnya.
b. Kapasitas (Capacity)
Penilaian subjektif mengenai kemampuan pelanggan untuk membayar. Kemampuan ini dapat di ketahui dari catatan perusahaan di masa lalu maupun dengan pengamatan terhadap kegiatan usahanya. c. Modal (Capital)
Dapat dilihat dari analisis laporan keuangan pelanggan secara umum. Hal ini perlu diketahui karena bila modal suatu perusahaan lebih kecil dibandingkan jumlah hutang berarti perusahaan tersebut tidak likuid berarti modalnya tidak akan mampu untuk mendukung kelancaran pembayaran kerdit di kemudian hari sehingga perusahaan tersebut tidak layak diberikan fasilitas kredit.
19 d. Jaminan (Collateral)
Hendaknya lembaga keuangan terlebih dahulu menilai harta milik pelanggan dalam bentuk aktiba yang diberikan sebagai jaminan untuk memperoleh kredit. Hal ini perlu untuk menjaga agar tidak terjadi kerugian akibat tidak tertagihnya piutang dari pelanggan.
e. Kondisi Ekonomi (Condition of Economy)
Melihat pengaruh langsung dari keadaan ekonomi pada umumnya serta perkembangan yang terjadi didaerah tertentu atau pada sektor ekonomi tertentu yang biasa mempengaruhi kemampuan pelanggan untuk memenuhi kewajibannya. Dalam kondisi resesi ekonomi, jumlah penjualan akan menurun dan hal ini memberi petunjuk untuk lebih berhati-hati dalam memberi kredit.
B. Siklus Pendapatan
Menurut Romney (2003:3) siklus pendapatan adalah suatu kegiatan berulang-ulang dari kegiatan yang meliputi penjualan barang atau jasa dan menagih pembayaran atas penjualan tersebut. Tujuan utama siklus pendapatan adalah menyediakan produk yang tepat di tempat dan waktu yang tepat dengan harga yang sesuai.
Menurut James A Hall (2007:67) siklus pendapatan memiliki 2 subsistem dalam pemrosesannya yaitu :
20 1. Sistem pemrosesan penjualan
Mayoritas penjualan bisnis dilakukan secara kredit dan melibatkan seperti penyiapan pesanan penjualan, pemberian kredit, pengiriman produk kepada pelanggan, penagihan pelanggan dan pencatatan transaksi.
Adapun secara garis besar aktivitas logis yang membentuk sistem pemrosesan penjualan dapat dilihat pada flowchart terlampir (Lampiran 1) dan dideskripsikan sebagai berikut :
a. Proses penjualan dimulai dari pelanggan menghubungi departemen penjualan melalui telepon, surat atau datang langsung. Departemen penjualan mencatat perincian penting pada pesanan penjualan. b. Langkah pertama dari proses penjualan adalah mengesahkan
transaksi dengan meminta persetujuan kredit untuk pelanggan c. Saat kredit disetujui informasi penjualan akan dilanjutkan ke proses
penagihan, gudang dan pengiriman
d. Langkah selanjutnya adalah mengirim barang yang harus dilakukan segera setelah persetujuan kredit diperoleh. Proses pengiriman merekonsiliasi barang yang diterima dari gudang dengan informasi penjualan yang sudah diterima. Hal ini dilakukan untuk memastikam bahwa perusahaan mengirimkan barang yang tepat ke pelanggan. Jika semua kondisi sudah sesuai dengan pesanan maka barang akan dikemas dan dikirim ke pelanggan melalui perusahaan
21 angkutan.Kemudian proses pengiriman akan diteruskan ke proses penagihan.
e. Proses penagihan akan mengumpulkan dokumen-dokumen yang relevan mengenai transaksi tersebut (produk, harga, biaya pengurusan,angkutan, pajak dan ketentuan potongan harga) dan mengaih pelanggan. Proses penagihan kemudian mengirim informasi ini ke proses piutang dagang dan proses pengendalian persediaan.
f. Bagian piutang dagang menerima informasi penagihan dan mencatatnya kedalam akun pelanggan
g. Bagian Pengendalian persediaan menggunakan informasi dari bagian penagihan untuk menyesuaikan record persediaan untuk mencerminkan penurunan persediaan.
h. Secara berkala proses penagihan, piutang dagang dan pengendalian persediaan mengirim rangkuman informasi ke proses buku besar umum.
2. Sistem Penerimaan Kas
Pemrosesan penerimaan kas meliputi penagihan kas, penyimpanan kas di bank dan pencatatan peristiwa-peristiwa ini dalam akun (piutang dan kas). Adapun kegiatan proses penerimaan kas ini dapat di lihat pada diagram arus data (Lampiran 4 & Lampiran 5) sebagai berikut :
a. Cek dan infomasi akuntansi pendukung lainnya (nomor akun pelanggan, nilai cek dan sebagainya) yang tertera dalam pada
22 permintaan pembayaran di kirim ke bagian penerimaan dokumen dimana dokumenm-dokumen tersebut di pilah-pilah.Cek dikirim ke kasir pada departemen penerimaan kas dan permintaan pembayaran dikirim ke departemen piutang dagang.
b. Cek yang diterima oleh kasir dicatat pada jurnal penerimaan kas dan langsung disetorkan ke bank.
c. Permintaan pembayaran yang diterima oleh departemen piutang dagang digunakan untuk mnegurangi saldo akun pelanggan sebesar nilai pembayaran.
d. Departemen penerimaan kas dan departemen piutang dagang mengirimkan rangkuman informasi tersebut ke departemen buku besar umum. Informasi ini dikonsiliasikan dan digunakan untuk memperbarui akun pengendali piutang dagang dan akun kas.
C. Prosedur Penjualan Kredit 1. Pengertian Penjualan Kredit
Penjualan kredit dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara mengirim barang sesuai dengan order yang diterima dari pembeli dan untuk jangka waktu tertentu perusahaan mempunyai tagihan kepada pembeli tersebut sesuai ketentuan yang telah di sepakati. Untuk menghindari tidak tertagihnya piutang, setiap penjualan kredit yang pertama kepada seorang pembeli terlebih dahulu perusahaan meninjau apakah dapat atau tidaknya pembeli tersebut diberi kredit.
23 Sebelum memasuki pembahasan yang lebih jauh, terlebih dahulu akan dibahas mengenai penjualan kredit.
Menurut Kieso,et.al (2009:386) pengertian penjualan kredit adalah janji lisan dari pembelian untuk membayar barang dan jasa yang dijual biasanya dapat di tagih 30-60 hari dan merupakan piutang terbuka yang berasal dari perluasan kredit jangka pendek.
Menurut Soemarso (2009:160) penjualan kredit adalah transaksi antara perusahaan dengan pembeli untuk menyerahkan barang atau jasa yang berakibat timbulnya piutang,kas aktiva.
Dari beberapa definisi yang diberikan oleh beberapa ahli tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa penjualan kredit adalah penjualan barang dan jasa yang dilaksanakan dengan car mengirim barang yang dipesan terlebih dahulu kepada pembeli yang jangka waktu pembayarannya 30 hari atau lebih.
2. Prosedur Yang Membentuk Penjualan Kredit
Dalam sistem penjualan kredit terdapat beberapa prosedur yang merupakan tahap-tahap terjadinya transaksi penjualan. Menurut James A Hall (2007:225) ada beberapa tahapan-tahapan yang dipengaruhi oleh proses penjualan (Lampiran 2 & Lampiran 3), yaitu :
a. Departemen Penjualan
Proses penjualan dimulai dari departemen penjualan yang menerima pesanan pelanggan yang menunjukan jenis dan jumlah barang yang diminta. Pesanan ini dapat diterima dalam bentuk surat, telepon atau
24 dari staff penjualan yang datang ketempat pelanggan. Pesanan penjualan (sales order) ini mengungkapkan informasi penting seeperti nama dan alamat, nomor akun pelanggan, nama, nomor dan deskripsi barang yang di jual, jumlah, harga per unit serta informasi keuangan lainnya seperti pajak, potongan harga dan biaya pengiriman. Salinan pesanan penjualan antara satu sistem dengan yang lainnya. Salinan pesanan penjualan ini untuk otorisasi kredit, slip pengepakan, dokumen pengeluaran barang,dokumen pengiriman, faktur penjualan dan pencatatan ke buku besar.
b. Departemen Kredit
Langkah awal dalam departemen ini adalah otorisasi transaksi yang mencakup kelayakan pemberian kredit kepada pelanggan. Keadaan penjualan menentukan cara pemeriksaan kredit. Misalnya penjual dapat melakuka investigasi keuangan secara lengkap kepada pelanggan baru untuk menentukan batas kredit. Akan tetapi setelah batas kredit ditentukan, pemeriksaan kredit pada penjualan berikutnya harus mencakup pemastian bahwa penjualan saat ini tidak melebihi batas yang sudah ditentukan Hasil persetujuan yang dikembalikan memicu peniriman salinan pesanan penjualan lainnya ke berbagai departemen.Salinan kredit disimpan dalam file pesanan pelanggan sampai transaksi selesai.
25 c. Departemen Gudang
Departemen penjualan mengirim salinan surat pengeluaran barang dari pesanan penjualan ke bagian gudang. Dokumen ini mengindentifikasikan barang persediaan yang harus dicari dan di ambil dari gudang. Dokumen ini juga memberikan persetujuan formal kepada petugas gudang untuk mengeluarkan barang yang di maksud. Petugas gudang akan menulis inisial pada salinan surat pengeluran barang untuk mengindikasikan bahwa pesanan sudah lengkap dan benar. Satu salinan dari surat pengeluaran barang dikirim bersama barang yang dipesan ke bagian pengiriman dan salinan lainnya disimpan di gudang sebagai catatan transaksi. Petugas menyesuaikan record barang untuk menunjukan penurunan persediaan.
d. Departemen Pengiriman
Sebelum menerima barang dan salinan surat pengeluaran barang, departemen pengiriman menerima salinan slip pengepakan dan dokumen pengiriman dari departemen penjualan. Slip pengepakan bersama dengan barang dikirim ke pelanggan untuk menggambarkan isi kiriman tersebut. Slip pengiriman menginformasikan ke departemen penagihan bahwa pesanan pelanggan sudah di penuhi dan dikirim.
Pada saat menerima barang dari gudang petugas pengiriman mencocokan barang dengan dokumen pengeluaran barang, slip pengepakan dan dokumen pengiriman untuk memverifikasi kebenaran
26 pesanan. Ini merupakan langkah yang penting untuk mendeteksi kesa;ahan sebelum pengiriman barang. Petugas pengiriman menyerahkan barang, slip pengepakan dan dua salinan bill of lading ke perusahaan pengiriman dan kemudian melakukan tugas berikut : - Mencatat pengiriman pada log pengiriman barang
- Menyerahka dokumen pengeluaran barang dan dokumen pengiriman barang ke departemen penagihan sebagai bukti pengiriman
- Menyimpan satu salinan bill of lading dan satu salinan dokumen pengiriman
e. Departemen Penagihan
Memainkan peranan penting dalam sistem pesanan penjualan. Mengumpulkan informasi tentang transaksi penjualan dan merekonsiliasi, mengasimilasi dan mendistribusikan informasi ini ke departemen lain. Ketika informasi mengenai penjualan hingga pengiriman barang diterima oleh departemen penagihan, maka petugas penagihan akan melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
- Membandingkan barang dan jumlah yang tertera pada faktur dan buku besar dengan informasi yang terdapat padam dokumen pengeluaran barang dan pengiriman barang.
- Menyesuaikan faktur dengan buku besar untuk menunjukan transaksi yang sesungguhnya.
27 - Tambahkan harga satuan, pajak dan biaya pengiriman pada
tagihan, buku besar dan salinan file - Mengirim faktur ke pelanggan
- Mengirim dokumen pengiriman ke departemen penjualan untuk menutup file pelanggan yang terbuka
Departemen penagihan juga melakukan pembukuan sesuai dengan tugas-tugas berikut :
- Mencatat penjualan pada jurnal penjualan
- Mengirim salinan buku besar dari pesanan penjualan ke piutang dagang
- Mengirim dokumen pengeluaran barang ke pengendalian persediaan
- Menyimpan salinan faktur di file permanen dari departemen penagihan
f. Departemen Pengendalian Persediaan
Menggunakan dokumen pengeluaran barang untuk memperbarui akun buku besar pembantu persediaan. Pada akhir periode nilai keuangan dari total penurunan di persediaan dirangkum dalam voucher jurnal dan dikirim ke departemen buku besar umum.
g.Departemen Piutang Dagang
Akan membukukan dari salinan buku besar pesanan penjualan ke buku besar pembantu piutang dagang yang berisi informasi berikut ini : Nama Pelanggan, alamat pelanggan, data kredit, tanggal transaksi
28 nomor faktur, kredit pembayaran, retur dan saldo. Setelah membukukan staff piutang dagang menyimpan salinan buku besar. Secara berkala petugas merangkum saldo setiap akun menjadi satu dan mengirimkannya ke buku besar umum.
h.Departemen Buku Besar Umum
Pada saat penutupan periode pemrosesan departemen buku besar telah menerima voucher jurnal dari departemen penagihandan pengendalian persediaan dan ikhtisa akundari departemen piutang dagang.
D. Faktor Kredit Macet
Dalam kehidupan sehari-hari kata kredit bukanlah merupakan suatu kata yang asing lagi. Dalam buku “Dasar-dasar Perkreditan” istilah kredit berasal dari bahasa yunani “credere”yang berarti kepercayaan. Kredit yang di berikan oleh suatu lembaga kredit didasarkan kepercayaan pemberi kredit terhadap penerima kredit. Seseorang atau suatu badan yang memberikan kredit disebut kreditur sedangkan penerima kredit disebut debitur (Thomas Suyatno dkk, 2003:12).
Menurut Undang-Undang no.14 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perbankan yang dimaksud dengan kredit adalah:
“Penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain dalam hal mana pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah
29 jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah di tetapkan “ (Thomas Suyatno dkk, 2003:12)
Kredit macet atau kredit bermasalah adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup lagi membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank atau lembaga keuangan seperti yang telah dijanjikan.
Penyebab terjadinya kredit macet dapat berupa hal-hal yang bersifat teknis perusahaan maupun kejadian diluar kemampuan perusahaan. Adapun faktor-faktor penyebabnya adalah sebagai berikut :
1. Faktor Internal a. Aspek pemasaran
Aspek pemasaran merupakan penyebab kesulitan yang sering sulit diatasi. Ada satu ungkapan yang mengatakan “menjual lebih sulit daripada membuat”. Jadi kurang lakunya produk yang dihasilkan karena dapat disebabkan karena kondisi perusahaan.
b. Aspek pengaturan keuangan
Kebijaksanaan yang kurang serasi dalam mengatur alat likud perusahaan dan permodalan, khususnya modal pihak ketiga dapat menimbulkan kesulitan yang dapat mengganggu likuiditas ataupun rentabilitas.
30 c. Aspek dana
Kesulitan keuangan mungkin disebabkan kekurangan dana untuk skala perusahaan tersebut baik dana untuk keperluan modal kerja maupun tambahan investasi.
d. Aspek teknis
Hal-hal yang menyebabkan kesulitan dalam kaitan dengan dengan teknis ini dapat merupakan kondisi intern misalnya desain model dan sebagainya yang tidak menarik lagi dan ketuaan mesin. Disamping itu ada pula sebab-sebab ekstern, misalnya perkembangan teknologi, seperti penciptaan mesin-mesin baru sehingga operasi perusahaan tidak efisien lagi dan produknya sudah ketinggalan dan kesulitan bahan baku.
e. Aspek Manajemen
Kesulitan yang diakibatkan oleh organisasi dan manajemen antara lain berupa : konflik diantara pimpinan, tenaga yang kurang terampil dan kurang berpengalaman, itikad yang tidak baik seperti manipulasi korupsi serta tidak efisien (pemborosan bahan, kelebihan tenaga kerja dan sebagainya)
2. Faktor eksternal
a. Kebijakan pemerintah
Devaluasi atau menurunya nilai rupiah, revaluasi atau menaiknya nilai rupiah, kenaikan BBM, kenaikan bahan baku,peraturan pemerintah.
31 b. Perkembangan Teknologi
c. Persaingan d. Bencana Alam