18
4. Kajian Sosio-Teologis Terhadap Perubahan Peran Perempuan dalam Keluarga 4.1 Peran Perempuan
Rogers menjelaskan peran (role) adalah suatu kumpulan ekspetasi masyarakat berkaitan dengan kepercayaan, nilai-nilai, sikap dan norma kebiasaan sosial sesuai dengan status khusus.1 Teori ini bersesuaian kebudayaan masyarakat suku Timor yang memberikan peran sosial kepada laki-laki dan perempuan pada saat 40 hari kelahirannya. Peran yang diberikan sesuai dengan nilai dan kepercayaan suku Timor yang menggantungkan hidup pada alam. Peran yang diberikan menggambarkan hubungan partner diantara keduanya, yaitu laki-laki sebagai penolong perempuan di sektor domestik dan perempuan sebagai penolong laki-laki di sektor publik. Tetapi peran tersebut telah berubah akibat adanya keinginan laki-laki untuk menguasai sektor publik dan domestik yang mengakibatkan perubahan peran perempuan (dalam sektor publik dan domestik). Perubahan peran perempuan tersebut merupakan bagian dari perubahan sosial. Perubahan sosial yang terjadi khusunya perubahan peran ini disebabkan oleh karena perkembangan dari pranata-pranata sosial sehingga mempengaruhi sikap dan perilaku kelompok masyarakat. Hal ini bersesuaian dengan teori perubahan sosial oleh Selo Soemardjan.2
Selain itu perubahan peran juga dipengaruhi oleh status yang mengatur perilaku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku. Hal ini bersesuaian dengan peran yang dimainkan oleh perempuan baik sebelum menikah dan setelah menikah dan berpindah. Dikarenakan lingkungan sosial yang berbeda, maka nilai dan norma juga berbeda sehingga ada perubahan peran perempuan. Hal ini bersesuaian dengan Hommes yang mendefinisikan peranan sebagai petunjuk kelakuan yang diatur menurut norma-norma yang berlaku.3 Perempuan yang belum menikah dan tinggal di desa dengan status sebagai anak, berperan sesuai dengan nilai dan norma yang mengatur bagaimana anak harus berperilaku kepada orang tua dan juga kepada masyarakat. Setelah perempuan menikah dan tinggal di kota bersama dengan suami dan anak-anaknya, maka ia akan hidup sesuai dengan nilai dan norma yang mengatur bagaimana ia harus berperan.
1
Everett M. Robers, Social Change In Rural Society; A Text Book In Rural Sociology, (New Jersey: Prentice Hall, 1960),hlm 97.
2
Bahrein T. Sugihen, Sosiologi Pedesaan;Suatu Pengantar, (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,1996), hlm 56.
3 Utami Munandar, Emansipasi dan Peran Ganda Wanita Indonesia (Jakarta: Universitas Indonesia,
19 Dengan demikian, maka hasil penelitian bersesuaian dengan teori tentang peran yang tidak statis tetapi selalu berubah berdasarkan jaman, umur, lingkungan sosial dan status. Salah satu bentuk penting dari peran oleh Hommes yakni meramalkan perbuatan dari orang lain dan peranan diri sendiri pada masa depan.4 Sejak kecil laki-laki dan perempuan (khususnya suku Timor “tradisional”) suudah diberikan peran masing-masing, sehingga mereka sudah merekam dalam memori berdasarkan pengamatan mereka, terhadap orang dewasa akan peranan mereka ketika menjadi dewasa. Tetapi peran tersebut akan berubah sesuai dengan lingkungan sosial dimana ia tinggal. Peran yang dimainkan berdasarkan status dan lingkungan sosial yang dialami oleh perempuan yang menikah dan berpindah ke kota.
Status yang diterima perempuan di desa berdasarkan pada struktur sosial dalam masyarakat. Tidak demikian dengan masyarakat industri atau kota. Di daerah perkotaan, masyarakat cenderung memberi status kepada warganya berdasarkan apa yang dicapai warga tersebut. Sehingga dalam masyarakat industri, status seseorang cenderung diperoleh lewat suatu prestasi kerja (achievement). Dengan demikian maka perempuan yang berpindah ke kota dan ingin meningkatkan statusnya maka ia harus berprestasi dengan ketrampilan-ketrampilan yang dimiliki. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian perempuan yang menikah dan berpindah tidak memiliki pekerjaan tambahan (bidang publik). Hal ini disebabkan karena pendidikan, keterbatasan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan mereka, serta tidak adanya ruang bagi mereka untuk dapat berkarya seperti industri rumah tangga. Selain itu, ketrampilan yang dimiliki oleh perempuan-perempuan yang berpindah ke kota, tidak cocok dengan keadaan kota yang industrialis, sehingga status mereka sebagai ibu rumah tangga. Dengan status mereka yang demikian maka, kewajiban lebih banyak dan hak mereka menjadi lebih sedikit yang pada akhirnya menimbulkan kekuasaan yang tidak merata. Bersesuaian dengan Sayogyo yang berdasarkan hasil penelitiannya dalam Lahade bahwa sumber daya berupa pendidikan, pengalaman dan kemampuan ekonomi adalah variabel penting dalam menentukan otonomi perempuan.5
4 Anne Hommes, Perubahan Peran Pria dan Wanita dalam Gereja dan Masyarakat, (Yogyakarta:
Kanisius, 1992), hlm 21.
5
20
4.2 Analisa Perubahan Peran Perempuan Dalam Keluarga
Perubahan peran mencakup dua konsep dasar yang saling berkaitan yaitu dinamika sosial dan struktur sosial. Berdasarkan hasil penelitian, perempuan yang menikah dan berpindah mengalami perubahan peran. Sehingga mereka juga telah mengalami perubahan dalam dua konsep dasar ini baik perubahan dalam dinamika sosial maupun dalam struktur sosial. Berkaitan dengan dinamika sosial maka telah terjadi perubahan dalam semua hal kepada perempuan yang berpindah ke kota. Baik dalam cara hidup maupun dalam sikap, perilaku dan bidang perannya pun ikut berubah.
Di desa perempuan berpendidikan atau tidak, selalu produktif karena berperan ganda (domestik dan publik). Ketika perempuan masih di desa, ia bisa membuat kain tenun, merenda, beternak dan berkebun. Tetapi setelah perempuan berpindah ke kota ia tidak dapat melakukan aktifitas tenun dan merenda lagi. Berdasarkan hasil penelitian, beberapa ibu memberikan alasan tidak melakukan tenun, merenda, beternak dan berkebun dikarenakan tempat dan keadaan yang tidak lagi mendukung.
Setelah berpindah ke kota, perempuan yang tidak bekerja di luar rumah (sektor publik) hanya berperan dalam sektor domestik saja sehingga ruang kerja mereka lebih sempit dan waktu luang menjadi lebih banyak. Hal ini disebabkan karena perempuan hanya mengurus keluarga “inti” dan kehidupan di kota yang sudah lebih maju sehingga memudahkan urusan dalam bidang domestik.
Berhadapan dengan cara hidup yang lebih modern, membuat perempuan yang tidak bekerja (ranah publik) menjadi tidak produktif tetapi menjadi lebih konsumtif dengan waktu luang yang dimiliki. Hal ini disebabkan karena keahlian yang dimiliki tidak lagi cocok dengan keadaan kota, sehingga diperlukan ketrampilan-ketrampilan baru yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat kota.
Berkaitan dengan struktur sosial maka ada perbedaan struktur sosial di desa dan di kota. Struktur sosial desa yang homogen, ketika ia berpindah maka perlu penyesuaian dengan struktur sosial kota yang heterogen bilamana status sosial seseorang dan perannya tidak lagi dapat ditentukan oleh struktur sosial. Struktur sosial kota yang heterogen memaksa setiap individu untuk memiliki prestasi kerja. Tetapi para perempuan yang berpindah tidak dapat memiliki prestasi kerja, karena pendidikan yang tidak memadai serta keahlian yang tidak cocok lagi dengan kebutuhan pasar.
21
4.3 Peran Gereja Terhadap Perubahan Peran Perempuan dalam Keluarga
Dalam penciptaan, Allah memberikan kepada manusia amanat: “penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi” (Kejadian 2:28). Manusia perlu mengembangkan kemampuannya untuk mengolah bumi dan mengambil hasilnya bagi kebutuhan sesamanya dan dirinya sendiri.6 Kemampuan yang diberikan Tuhan harus dikembangkan untuk kepentingan pembangunan. Salah satu bentuk usaha pembangunan adalah industrialisasi yang merupakan gaya hidup masyarakat kota yang modern. Dalam menjalani kehidupan kota dengan perkembangan industrinya maka manusia perlu penyesuaian diri dalam menghadapi perubahan-perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi adalah perubahan yang dapat memberikan dampak positif dan negatif sehingga manusia harus bijaksana dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Untuk itu, gereja perlu menolong anggota-anggota gereja memperoleh arah dan tujuan dalam dunia yang cepat berubah. Dalam hal ini perempuan yang mengalami perubahan peran dalam keluarga.
Perempuan yang menikah dan berpindah ke kota mengalami perubahan peran. Kehidupan kota yang modern dan pekerjaan yang telah dimudahkan dengan fasilitas-fasilitas, menjadikan pekerjaan perempuan lebih cepat. Hal ini menyebabkan perempuan memiliki waktu luang yang banyak di rumah. Waktu luang tersebut seharusnya dapat digunakan secara bijaksana dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang produktif. Di dalam menanggapi masalah tersebut maka perempuan membutuhkan bimbingan dari orang lain terutama gereja sebagai persekutuan Kristen. Gereja harus menolong dengan memberikan bimbingan dan jalan keluar kepada perempuan. Tetapi gereja harus berhenti memberikan jawaban yang sudah jadi kepada segala masalah dan mulai menolong anggotanya menggumuli masalah-masalah.7 Selain itu gereja juga harus memperlekapi anggota itu untuk menggumuli masalah itu dan masalah-masalah lain yang mungkin akan timbul. Sentral usaha perempuan adalah salah satu program yang sangat baik apabila terlaksana. Tetapi menurut analisa penulis ada beberapa hal yang harus dilakukan gereja agar program tersebut dilaksanakan yakni:
6
Malcolm Brownlee, Tugas Manusia Dalam Dunia Milik Tuhan, (Jakarta: PT PBP Gunung Mulia, 1989), hlm 121.
7 Malcolm Brownlee, Pengambilan keputusan etis dan faktor-faktor di dalamnya, (Jakarta: PT PBP
22 - Sosialisasi kepada para perempuan tentang manfaat dari program tersebut serta memberikan penjelasan mengenai pengelolaan dan pelaksanaan program sentral usaha perempuan yang dimaksud.
- Untuk mendukung usaha itu maka gereja perlu memberikan pelatihan kepada para perempuan berdasarkan keahlian masing-masing.
- Selain itu, gereja juga perlu memberdayakan perempuan dengan memberikan ketrampilan-ketrampilan baru yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan konsumen (pasar).
- Perlunya pendekatan dan sikap terbuka dari gereja dalam hal ini pengurus perempuan GMIT dan Ketua majelis jemaat kepada para perempuan melalui ketua-ketua kelompok yang telah dibentuk sehingga ada kerjasama untuk mensukseskan program tersebut.