• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING DALAM BERMAIN DRAMA PADA SISWA KELAS V SDN 6 BULANGO SELATAN KECAMATAN BULANGO SELATAN KABUPATEN BONE BULANGO Oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN METODE ROLE PLAYING DALAM BERMAIN DRAMA PADA SISWA KELAS V SDN 6 BULANGO SELATAN KECAMATAN BULANGO SELATAN KABUPATEN BONE BULANGO Oleh"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING DALAM BERMAIN DRAMA PADA SISWA KELAS V SDN 6 BULANGO SELATAN KECAMATAN

BULANGO SELATAN KABUPATEN BONE BULANGO Oleh

Hadijah Mohamad

Pembimbingv I : Dr. Yusuf Jafar M.Pd Pembimbing II : Dra. Dajani Suleman M.Hum

( Mahasiswa Program Studi S1-PGSD ) UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

ABSTRAK

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana penerapan metode Role Playing dalam bermain drama pada siswa Kelas V SDN 6 Bulango Selatan Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bulango. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan metode Role Playing dalam bermain drama pada siswa Kelas V SDN 6 Bulango Selatan Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bulango. Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yang dilakukan secara bertahap, dengan alat pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan dokumentasi. Yang menjadi aspek dalam penelitian ini adalah ekspresi, penghayatan, lafal dan intonasi dalam drama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode Role Playing dalam bermain drama pada siswa Kelas V dapat diterapkan. Hasil secara keseluruhan siswa yang dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing bejumlah 14 orang atau 70%, siswa yang kurang dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing bejumlah 4 orang atau 20% dan yang tidak dapat menerapkan metode Role Playing berjumlah 2 orang atau 10%. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan metode Role Playing dalam bermain drama pada siswa Kelas V SDN 6 Bulango Selatan Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bulango dapat diterapkan.

(2)

PENDAHULUAN

Bahasa merupakan media komunikasi antara anggota masyarakat berupa symbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Fungsi utama bahasa yaitu sebagai media komunikasi. Kita menyadari bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyarakat akan lumpuh tanpa bahasa. Selain itu, bahasa juga merupakan suatu keterampilan. Dengan demikian setiap orang dituntut untuk terampil berbahasa.

Menurut Santoso (dalam Dani 2013) mengatakan bahwa model Role Playing adalah adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Dengan kata lain bahwa model pembelajaran Role Playing adalah suatu model pembelajaran dengan melakukan permainan peran yang di dalamnya terdapat aturan, tujuan, dan unsur senang dalam melakukan proses belajar-mengajar.

Menyadari bahwa bermain drama dalam proses belajar mengajar perlu dikembangkan untuk meningkatkan mutu pembelajaran pada siswa tersebut unutuk aspek berbicara, maka guru perlu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk dapat memberanikan diri ke depan kelas dengan metode Role Playing.

Sesuai dengan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti pada siswa Kelas V SDN 6 Bulango Selatan Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bulango, bahwa dalam bermain drama ada beberapa metode pembelajaran yang menarik bagi siswa yakni, metode Role Playing yang sangat cocok untuk diterapkan di SD.

Dari pengalaman guru melaksanakan kegiatan pembelajaran bermain peran sebagian siswa harus diberi petunjuk atau pegangan berupa naskah dalam mengungkapkan kata/kalimat yang harus dibicarakan dan diceritakan barulah siswa tersebut dapat mengungkapkan kata ataupun kalimat yang diharapkan. Karena sebagian siswa masih kurang rasa percaya diri ataupun adanya perasaan takut pada diri siswa. Berdasarkan pengalaman tersebut, guru perlu mengubah metode selama ini digunakan dalam proses belajar mengajar yaitu dengan menggunakan metode Role Playing.

(3)

Dari uraian yang telah dikemukakan maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan metode Role Playing dalam bermain Drama pada siswa Kelas V SDN 6 Bulango Selatan Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bulango.”

PEMBAHASAN 2.1 Hakekat Metode Role Playing

2.1.1 Pengertian Metode Role Playing

Menurut Santosa (2010 : 18) bahwa bermain peran adalah mendramatisasikan dan mengekspresikan tingkah laku, ungkapan, gerak-gerik seseorang dalam hubungan sosial antarmanusia. Dengan metode Role Playing (bermain peran) siswa berperan atau memainkan peranan dalam dramatisasi masalah/psikologis itu. Senada dengan itu, menurut Maufur (2009 : 57) metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.

Menurut Wahab (2009 : 109) bermain peran adalah berakting sesuai dengan peran yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk tujuan-tujuan tertentu. Bermain peran dapat menciptakan situasi belajar yang berdasarkan pada pengalaman dan menekankan dimensi tempat dan waktu sebagai bagian dari materi pelajaran. Bermain peran memberikan kemungkinan kepada para murid untuk mengungkapkan perasaan-perasaannya yang tak dapat mereka kenali tanpa bercermin kepada orang lain. Melalui bermain peran, emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf kesadaran untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok.

2.1.2 Tujuan Metode Role Playing

Bermain peran dalam proses pembelajaran yang ditujukan agar siswa dapat mendramatisasikan tingkah laku, atau ungkapan gerak-gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial atau manusia.

Menurut Santosa (2010 : 18) tujuan bermain peran adalah agar siswa dapat: (a) memahami perasaan orang lain, (b) menempatkan diri dari situasi orang lain, (c) mengerti dan menghargai perbedaan pendapat. Dengan demikian peran mereka dapat menghayati peranan apa yang dimainkan,

(4)

mampu menempatkan diri dalam situasi orang lain yang dikehendaki guru. Siswa tersebut juga bisa belajar watak dari orang lain, cara bergaul dengan orang lain, cara mendekati dan berhubungan dengan orang lain, dalam situasi itu mereka harus bisa memecahkan masalahnya sendiri.

2.1.2 Langkah-Langkah Metode Role Playing

Metode Role Playing (bermain peran) merupakan cara terbaik untuk memperkuat kecenderungan perilaku berulang termasuk dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa.

Menurut Maufur (2009 : 58-59) langkah-langkah metode Role Playing (bermain peran) adalah sebagai berikut :

1. Guru menyusun atau menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.

2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum kegiatan belajar mengajar.

3. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang. 4. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.

5. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan.

6. Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan mengamati skenario yang sedang diperagakan.

7. Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas.

8. Guru memberikan kesimpulannya secara umum. 9. Evaluasi.

10. Penutup

2.1.3 Kelebihan dan Kekurangan Metode Role Playing

Dalam penggunaan metode bermain peran, pasti mempunyai kelebihan dan kelemahan. Menurut Maufur (2009 : 57-58) Kelebihan metode Role Playing (bermain peran) yaitu :

1) Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.

2) Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama.

(5)

3) Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.

4) Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.

5) Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak. Walalupun metode ini banyak memberi kelebihan dalam penggunaannya tetapi metode ini juga mengandung kelemahannya. Menurut Wahab (2009 : 111) kelemahan metode bermain peran yaitu :

1) Jika siswa tidak dipersiapkan dengan baik ada kemungkinan tidak akan melakukan secara sungguh-sungguh.

2) Bermain peran mungkin tidak akan berjalan dengan baik jika suasanan kelas tidak mendukung.

3) Bermain peran tidak selamanya menuju pada arah yang diharapkan seseorang yang memainkannya. Bahkan juga mungkin akan berlawanan dengan apa yang diharapkannya.

4) Siswa sering mengalami kesulitan untuk memerankan peran secara baik khususnya jika mereka tidak diarahkan atau tidak ditugasi dengan baik. Siswa perlu mengenal dengan baik apa yang diperankannya.

5) Bermain memakan waktu yang banyak.

6) Untuk berjalan baiknya sebuah bermain peran, diperlukan kelompok yang sensitif, imajinatif, terbuka, saling mengenal sehingga dapat bekerjasama dengan baik.

2.1.4 Penerapan Metode Role Playing dalam Bermain Drama

Guru menerapkan metode Role Playing dalam bermain drama kepada siswa dengan tiga aspek penilaian yang harus diterapkan dalam drama yaitu ekspresi, penghayatan, dan lafal/intonasi. Ketiga aspek ini yang harus siswa kuasai saat bermain drama didepan kelas dengan menggunakan metode Role Playing.

Penerapan metode Role Playing dapat diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut. Menurut Maufur (2009 : 58-59) langkah-langkah-langkah-langkah

(6)

metode Role Playing (bermain peran) yaitu (1). Guru menyusun atau menyiapkan skenario yang akan ditampilkan. (2). Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum kegiatan belajar mengajar. (3). Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang. (4). Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai. (5). Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan. (6). Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan mengamati skenario yang sedang diperagakan. (7). Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas. (8) Guru memberikan kesimpulannya secara umum. (9). Evaluasi. (10). Penutup.

2.2 Hakekat Drama 2.2.1 Pengertian Drama

Drama berarti perbuatan, tindakan. Berasal dari bahasa Yunani “draomai” yang berarti berbuat, berlaku, bertindak dan sebagainya. Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak. Konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama, Wiyanto (Dalam Ewink 2012). Senada dengan itu, menurut Hermawan (dalam Faisal 2009 : 15) drama merupakan cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action di hadapan penonton.

2.2.2 Unsur-Unsur Drama

Menurut kosasih (2012 : 135-137) Drama meliputi unsur-unsur sebagai berikut:

1. Plot

Seperti juga bentuk-bentuk sastra lainnya, sebuah cerita drama pun harus bergerak dari suatu permulaan, melalui suatu bagian tengah, menuju suatu akhir. Dalam drama, bagian-bagian ini dikenal sebagai eksposisi, komplikasi, dan resolusi.

a. Eksposisi sesuatu cerita menentukan aksi dalam waktu dan tempat memperkenalkan para tokoh, menyatakan situasi sesuatu cerita, mengajukan

(7)

konflik yang akan dikembangkan dalam bagian utama cerita tersebut, dan adakalanya membayangkan resolusi yang akan dibuat dalam cerita itu.

b. Komplikasi atau bagian tengah cerita, mengembangkan konflik. Sang pahlawan atau pelaku utama menemukan rintangan-rintangan antara dia dan tujuannya, dan mengalami aneka kesalahpahaman dalam perjuangan untuk menaggulangi rintangan-rintangan ini.

c. Resolusi hendaklah muncul secara logis dari apa-apa yang telah mendahuluinya didalam komlikasi dan resolusi, biasanya disebut klimaks. Pada klimaks itulah terjadi perubahan penting mengenai nasib sang tokoh.

2. Penokohan

Tokoh-tokoh dalam drama diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Tokoh gagal atau tokoh badut. Tokoh ini mempunyai pendirian yang bertentangan dengan tokoh lain. Kehadiran tokoh ini berfungsi untuk menegaskan tokoh lain itu.

b. Tokoh idaman. Tokoh ini berperan sebagai pahlawan dengan karakternya yang gagah, berkeadilan atau terpuji.

c. Tokoh statis. Tokoh ini memiliki peran yang tetap sama, tanpa perubahan, mulai dari awal hingga akhir cerita.

d. Tokoh yang berkembang. Tokoh ini mengalami perkembangan selama cerita itu berlangsung.

3. Dialog

Dalam drama, percakapan atau dialog haruslah memenuhi, dua tuntutan yaitu:

a. Dialog harus turut menunjang gerak laku tokohnya. Dialog haruslah dipergunakan untuk mencerminkan apa yang telah terjadi sebelum cerita itu, apa yang sedang terjadi diluar panggung selama cerita itu berlangsung, dan harus pula dapat mengungkapkan pikiran-pikiran serta perasaan-perasaan para tokoh yang turut berperan diatas pentas.

b. Dialog yang diharapkan diatas pentas lebih tajam dan terbit daripada ujaran sehari-hari. Tidak ada kata yang harus terbuang begitu sajah, para tokoh harus

(8)

berbicara jelas dan tetap tepat sasaran. Dialog itu disampaikan secara wajar dan alamiah.

4. Latar

Latar adalah keterangan mengenai tempat, ruang, dan waktu di dalam naskah drama.

a. Latar tempat, yaitu menggambarkan tempat kejadian di dalam naskah drama, seperti di meja makan.

b. Latar waktu, yaitu penggambaran waktu kejadian di dalam naskah drama, seperti pagi hari pada tanggal 17 Agustus 1945.

c. Latar suasana/budaya, yaitu penggambaran suasana ataupun budaya yang melatarbelatangi terjadinya adegan atau peristiwa dalam drama misalnya dalam budaya masyarakat Betawi, Melayu, Sunda.

3.1 Latar Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SDN 6 Bulango Selatan. SDN 6 Bulango Selatan merupakan salah satu sekolah yang ada di wilayah Kecamatan Bulango Selatan,yang dipimpin oleh Ibu. Rislayanti Ishak S.Pd M.M. SDN 6 Bulango Selatan terletak di Jalan. Irigasi Lomaya Tapa Desa Mekar jaya yang merupakan pemekaran dari Desa Huntu Utara, Kecamatan Bulango Selatan, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Sekolah ini didirikan pada tahun 1975 dengan nama SD 1 Huntu Utara, Kemudian Pada tahun 2006 sekolah ini berubah nama menjadi SD Inpres Huntu Utara dan akhirnya pada tahun 2010 sekolah ini berganti nama menjadi SDN 6 Bulango Selatan, yang terletak di desa Mekar Jaya, Huntu Barat. Di dasarkan pada Surat Keputusan Pemerindah Daerah No.011674 pada tanggal 15 Desember 2007. pada masa kepemimpinan Kepala Sekolah yang hingga sekarang ini masih menjabat yaitu Ibu Rislayanti Ishak, S.Pd M.M.

Gedung sekolah SDN 6 Bulango Selatan dapat di kategorikan gedung permanen, yang mmiliki halaman terbatas. Sekolah SDN 6 Bulango Selatan memiliki 12 guru, 9 PNS, 3 Honorer dan jumlah siswa dari kelas 1 sampai kelas VI berjumlah 131 siswa. Sekolah SDN 6 Bulango Selatan memiliki 6 ruang belajar, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang dewan guru, 1 ruang

(9)

perpustakaan, 1 ruang UKS, Selain memiliki ruangan tersebut, SDN 6 Bulango Selatan, memiliki WC dan kamar mandi yang lengkap, serta kantin sekolah. 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, karena peneliti ingin mengetahui dan menggambarkan penerapan metode Role Playing dalam bermain drama pada siswa Kelas V SDN 6 Bulango Selatan Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bulango. Pada kegiatan penelitian jenis ini dilakukan observasi, wawancara dan dokumentasi untuk dapat mengumpulkan data-data yang valid, sehingga akan diketahui penerapan metode Role Playing dalam bermain drama.

3.2 Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, peran peneliti sangat penting karena peneliti sebagai pengamat penuh atau partisipan aktif dalam pelaksanaan penelitian. Kehadiran peneliti dapat diketahui oleh subjek penelitian, yaitu untuk mengamati bagaimana penerapan metode Role Playing dalam bermain drama pada siswa Kelas V SDN 6 Bulango Selatan Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bulango.

3.3 Data dan Sumber Data

Data yang dibutuhkan adalah semua komponen yang menjadi masalah dalam penelitian ini yaitu data yang diambil langsung dari lokasi penelitian. Data tersebut berupa hasil wawancara dengan guru kelas V dan siswa Kelas V SDN 6 Bulango Selatan Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bulango mengenai penerapan metode Role Playing dalam bermain drama.

3.4 Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu :

3.4.1 Observasi 3.4.2 Wawancara 3.4.3 Dokumentasi

(10)

3.6 Pengecekan Keabsahan Data

Tujuan dilakukan pengecekan keabsahan data adalah untuk mengetahui keabsahan data yang terkumpul. Untuk mendapatkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Uji keabsahan data, maksudnya untuk mengetahui tingkat kebenaran data yang diperoleh dari sumber data.

3.7 Analisis Data

Analisis data merupakan proses mencari dan mengatur secara sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan, dan informasi lain yang telah dihimpun oleh peneliti. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal penelitian dan selama proses penelitian dilaksanakan. Peneliti menggunakan data dari hasil observasi dan wawancara di SDN 6 Bulango Selatan Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bulango yaitu dengan mengamati segala sesuatu yang ada di SD tersebut seperti, siswa dan guru. 3.8 Tahap-tahap Penelitian

Penelitian ini dilakukan berdasarkan tahap-tahap penelitian yaitu: 3.8.1 Penelitian Pendahuluan

3.8.2 Pengembangan desain 3.8.3 Penelitian Sebenarnya 3.8.4 Penulisan Laporan

Berikut ini merupakan hasil yang diperoleh siswa dari masing-masing aspek penilaian yaitu ekspresi, penghayatan dan lafal/intonasi. Pada aspek ekspresi yang dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing bejumlah 11 orang atau 55%, siswa yang kurang dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing bejumlah 8 orang atau 40%, dan siswa yang tidak dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing bejumlah 1 orang atau 5%. Kemudian pada aspek penghayatan siswa yang dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing bejumlah 9 orang atau 45 %, siswa yang kurang dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing bejumlah 10 orang atau 50% dan siswa yang tidak dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing bejumlah 1 orang atau 5%. Dan pada aspek lafal/intonasi siswa yang dapat bermain drama melalui

(11)

penerapan metode Role Playing bejumlah 12 orang atau 60%, siswa yang kurang dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing bejumlah 6 orang atau 30% dan siswa yang tidak dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing bejumlah 2 orang atau 10%.

Sesuai dengan hasil diatas kemampuan siswa dalam bermain drama dengan metode Role Playing secara keseluruhan pada ketiga aspek yaitu ekspresi, penghayatan dan lafal/intonasi pada siswa kelas V SDN 6 Bulango Selatan yaitu siswa yang dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing berjumlah 14 orang atau 70%, siswa yang kurang dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing berjumlah 4 orang atau 20 %, dan siswa yang tidak dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing berjumlah 2 orang atau 10%.

PENUTUP Simpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode Role Playing dalam bermain drama pada siswa Kelas V mengalami peningkatan. Dari hasil secara keseluruhan pada siswa kelas V SDN 6 Bulango Selatan yang dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing berjumlah 14 orang atau 70%, siswa yang kurang dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing berjumlah 4 orang atau 20% dan tidak dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing berjumlah 2 orang atau 10%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Role Playing dalam bermain drama pada siswa Kelas V SDN 6 Bulango Selatan Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bulango sudah mampu bermain drama.

Saran

1. Kepada Guru

Sebaiknya guru menjelaskan materi kepada siswa harus menggunakan metode pembelajaran yang tepat sehingga tujuan pembelajaran yang akan dicapai akan berhasil. Karena kemampuan siswa berbeda-beda hendaknya guru memperhatikan setiap siswa dan melakukan pendekatan secara individual.

(12)

2. Kepada Siswa

Sebaiknya siswa memperhatikan apa yang telah dijelaskan oleh guru pada saat pembelajaran berlangsung. Agar siswa dapat memahami dengan baik apa yang telah dijelaskan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada materi “Drama Pendek”.

DAFTAR PUSTAKA

Faisal, Muhammad. 2009. Kajian Bahasa Indonesia SD. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Kosasih. 2012. Dasar-dasar Keterampilan Bersastra.bandung: Yrama Widya. Maufur, Hasan Fauzi. 2009. Sejuta Jurus Mengajar Mengasyikkan. Semarang: PT.Sindu Press.

Markhumah, Siti. 2009. Meningkatkan Kemampuan Berbicara melalui Metode Bermain Peran. Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo.

Mokodongan, Debie. 2009. Meningkatkan Kemampuan Berbicara melalui Teknik Role Playing pada Siswa Kelas I. Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo. Rosdiana , Yusi. 2007. Bahasa dan Sastra Bahasa Indonesia di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Santosa, Puji. 2010. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Wahab, Abdul Aziz. 2009. Metode dan Model-Model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Bandung: Alvabeta.

Aladzaniart. 2012. Jenis-Jenis Drama. (online),

http://aladzaniart.blogspot.com/2012/04/drama.html, Diakses19 Maret 2013. Patria, Bekti. 2012. Teknik Bermain Drama. (online),

http://bektipatria.wordpress.com/materi/ Diakses 9 Juni 2013. Ewink. 2012. Pengertian Drama. (online),

http://ewinksuarahati.blogspot.com/2012/03/pengertian-drama-menurutpara ahli.html.Diakses19 Maret 2013.

Dani. 2013. Role Playing Sebagai Salah Satu Model Pembelajaran Inovatif Bahasa Dan Sastra. Artikel. (online),

(13)

http://pojokpakdani.wordpress.com/2013/01/14/role-playing-sebagai-salah-satu-model-pembelajaran-inovatif-bahasa-dan-sastra/ Diakses 9 Juni 2013.

Qitri. 2011. Triangulasi Dalam Penelitian Kualitatif. (online).

http://rajawaligarudapancasila.blogspot.com/2011/09/triangulasi-dalam-penelitian-kualitatif.html. Diakses 9 Juni 2013.

Khusnul, Asma. 2011. Metode Dan Teknik Pengumpulan Data. (online). http://salimafarma.blogspot.com/2011/05/metode-dan-teknik-pengumpulan-data.html. Diakses 9 Juni 2013.

Buyungchem. 2006. Efektivitas Pengajaran Drama Dengan Menggunakan Metode Bermain Peran Pada Siswa Kelas Xi Smu Negeri 07 Makassar. (online). http://buyungchem.wordpress.com/about/efektivitas-pengajaran-drama-dengan- meng-gunakan-metode-bermain-peran-pada-siswa-kelas-xi-smu-negeri-07-makassar/. Diakses 9 Juni 2013.

Referensi

Dokumen terkait

Ada perbedaan yang bermakna pada rerata skor indeks periodontal Russell pada perokok ringan, sedang, dan berat pada perokok di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera

Partisipan pada kelompok eksperimen 2 yang mendapatkan psikoedukasi seks Islami mengalami perubahan pada perilaku eksplorasi daerah genital (follow up)

6 Apabila situasi keamanan diwilayah tempat / lokasi kampanye tidak memungkinkan diselenggarakan kampanye, Polri setempat dapat mengusulkan kepada KPU, KPU Provinsi dan KPU

Dari pembahasan yang dilakukan dengan menganalisa semua rasio-rasio lima variable dan overall indeks Z Skor pada tahun 1999, 2000, 2001, 2002, dan 2003, maka dapat ditarik

Skripsi ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan S-1 pada Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah,

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perbandingan efektivitas strategi tanggung jawab sosial perusahaan terhadap profitabilitas perusahaan dalam

batas kriteria DNBR yang di ijinkan yang diberikan dengan 95% tingkat kepercayaan yaitu DNB pada bahan bakar tidak terjadi selama pengoperasian teras. DNBR pada

bahwa untuk tertib administrasi dalam rangka pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap pegawai negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia, perlu