VISUAL, AUDITORIAL DAN KINESTETIK (VAK)
PADA SISWA KELAS V
MI KLERO KECAMATAN TENGARAN
KABUPATEN SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
ZERA FEBRI ANORIA
NIM 11513063
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
i
VISUAL, AUDITORIAL DAN KINESTETIK (VAK)
PADA SISWA KELAS V
MI KLERO KECAMATAN TENGARAN
KABUPATEN SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
ZERA FEBRI ANORIA
NIM 11513063
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
iii
VISUAL, AUDITORIAL DAN KINESTETIK (VAK)
PADA SISWA KELAS V
MI KLERO KECAMATAN TENGARAN
KABUPATEN SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
ZERA FEBRI ANORIA
NIM 11513063
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
vii
menguasai dirinya ketika marah.
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini untuk:
1. Bapak Ibu tercinta yang telah membimbing, mendidik dan memotivasi untuk
terus maju dalam belajar, terimakasih atas doa restu dan kasih sayangnya.
2. Keluargaku yang senantiasa mendukung dan membantu dengan keiklasannya.
3. Calon pendamping hidupku yang tidak pernah letih membantu dan
memotivasiku sehingga skripsi ini selesai.
4. Muthia Ulfah, Eka Putri, Chintaro Bariy dan Surat Chulhuda, yang telah
meluangkan waktu menemani penulis menyusun skripsi ini.
5. Teman-teman seperjuangan PGMI yang telah banyak membantu.
6. Bapak ibu guru dan karyawan MI Klero atas bantuan dan ijinnya untuk
viii
serta salam semoga senantiasa terlimpah kepada Uswah Khasanah Rasulullah
SAW.
Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana pada Program Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Penulis menulis skripsi dengan judul : PENINGKATAN HASIL BELAJAR
ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) POKOK BAHASAN CAHAYA
DAN SIFAT-SIFATNYA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN VISUAL,
AUDITORIAL DAN KINESTETIK (VAK) PADA SISWA KELAS V MI
KLERO KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2016/2017.
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan terima kasih kepada
yang terhormat:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3. Ibu Peni Susapti, M.Si, selaku ketua jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah sekaligus selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan yang sangat berharga, sehingga terwujudnya skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan
berbagai ilmu pengetahuan kepada penulis selama menuntut ilmu di bangku
kuliah.
5. Kedua orang tua dan keluarga penulis yang telah rela berkorban baik material
ix
7. Seluruh siswa kelas V Mi Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang
yang telah mendukung dan membantu peneliti dalam penelitian.
8. Sahabat-sahabat senasib seperjuangan yang senantiasa menginspirasi,
berjuang bersama-sama dan saling memberikan dukungan.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada
semuanya. Tidak lupa penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi penyempurnaan skripsi ini, hal ini disebabkan keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki penulis.
Salatiga, 24 Mei 2017
Penulis
Zera Febri Anoria
x
V MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran
2016/2017. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing: Peni Susapti, M.Si.
Kata Kunci: Hasil Belajar, Ilmu Pengetahuan Alam, Model Pembelajaran Visual Auditorial dan Kinestetik
Penelitian ini merupakan upaya untuk meningkatan hasil belajar IPA pokok bahasan cahaya dan sifat-sifatnya melalui model pembelajaran VAK yang diterapkan pada siswa kelas V MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017. Penelitian ini digunakan untuk menjawab permasalah, yaitu apakah penggunakan model pembelajaran VAK dapat meningkatkan hasil belajar untuk mata pelajaran IPA pada siswa kelas V MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017?
Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas. Adapun langkah-langkah dalam penelitian tindakan kelas adalah perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Keempat tahapan tersebut dilaksanakan dalam dua siklus penelitian dimana tiap siklus difokuskan pada materi cahaya dan sifat-sifatnya dengan model pembelajaran VAK.
xi
LEMBAR BERLOGO ... ii
JUDUL ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ... 4
1. Hipotesis Tindakan... 4
2. Indikator Keberhasilan ... 5
xii
3. Kajian Materi Cahaya dan Sifat-sifatnya ... 8
4. Model Pembelajaran VAK ... 10
G. Metode Penelitian... 13
1. Rancangan Penelitian ... 13
2. Subjek Penelitian ... 13
3. Langkah-Langkah Penelitian ... 14
4. Instrumen Penelitian... 16
5. Teknik Pengumpulan Data ... 17
6. Analisis Data ... 18
H. Sistematika Penulisan... 19
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar ... 21
1. Pengertian Belajar ... 21
2. Prinsip-prinsip Belajar... 22
3. Tujuan Belajar ... 23
4. Pengertian Hasil Belajar ... 25
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 27
B. Model Pembelajaran VAK ... 28
1. Pengertian Model Pembelajaran... 28
xiii
1. Pengertian IPA ... 38
2. Hakikat Pembelajaran IPA ... 40
3. Tujuan Pembelajaran IPA ... 41
D. Materi Cahaya dan Sifat-sifat ... 42
E. Hubungan Model Pembelajaran VAK dengan IPA ... 48
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum MI Klero ... 50
1. Letak Geografis MI Klero ... 50
2. Sejarah Singkat Berdirinya MI Klero... 50
3. Identitas Sekolah ... 51
4. Keadaan Gedung MI Klero ... 51
5. Keadaan Guru MI Klero ... 52
6. Keadaan Siswa MI Klero ... 52
7. Visi, dan Misi MI Klero ... 54
8. Kurikulum MI Klero ... 54
B. Subjek Penelitian ... 55
C. Pelaksanaan Penelitian ... 56
1. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 56
2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 65
xiv
3. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II ... 86
B. Pembahasan ... 92
1. Hasil Sebelum PTK ... 93
2. Hasil Penelitian Siklus I ... 94
3. Hasil Penelitian Siklus II ... 95
4. Performa Guru Saat Pembelajaran ... 98
5. Keaktifan Siswa Pada Proses Pembelajaran... 100
6. Rekapitulasi Ketuntasan Gabungan ... 101
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 102
B. Saran ... 103
DAFTAR PUSTAKA ... 104
xv
Tabel 3.2 Data Keadaan Siswa MI Klero
Tahun Pelajaran 2016/2017 ... 52
Tabel 3.3 Data Keadaan Siswa Kelas V MI Klero... 53
Tabel 3.4 Program Pengajaran Madrasah Ibtidaiyah ... 54
Tabel 4.1 Nilai Siswa Pra Siklus ... 75
Tabel 4.2 Hasil Prosentase Nilai Siswa Pra Siklus ... 76
Tabel 4.3 Lembar Pengamatan Guru Siklus I ... 78
Tabel 4.4 Lembar Pengamatan Siswa Siklus I ... 80
Tabel 4.5 Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 82
Tabel 4.6 Lembar Pengamatan Guru Siklus II ... 86
Tabel 4.7 Lembar Pengamatan Siswa Siklus II ... 89
Tabel 4.8 Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 90
Tabel 4.9 Rekapitulasi Ketuntasan Pra Siklus ... 93
Tabel 4.9 Rekapitulasi Ketuntasan Siklus I ... 95
Tabel 4.10 Rekapitulasi Ketuntasan Siklus II ... 95
Tabel 4.11 Rekapitulasi Gabungan Nilai Hasil Belajar ... 96
Tabel 4.12 Performa Guru Saat Pembelajaran Antar Siklus ... 99
Tabel 4.13 Keaktifan Siswa Pada Proses Pembelajaran ... 100
xvi
Gambar 2.1 Cahaya Dapat Merambat Lurus... 43
Gambar 2.2 Cahaya Dapat Menembus Benda Bening ... 44
Gambar 2.3 Cahaya Dapat Dipantulkan... 45
Gambar 2.4 Cahaya Dapat Dibiaskan ... 47
Gambar 4.1 Hasil Presentase Nilai Siswa Pra Siklus ... 76
Gambar 4.2 Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I, Siklus II... 98
Gambar 4.3 Rekapitulasi Rata-rata Hasil Belajar ... 98
Gambar 4.4 Performa Guru Saat Pelajaran ... 99
xvii
Lampiran II RPP Siklus II ... 118
Lampiran III Lembar Observasi Siswa Siklus I ... 131
Lampiran IV Lembar Observasi Siswa Siklus II ... 132
Lampiran V Pedoman Lembar Observasi Siswa ... 133
Lampiran VI Lembar Observasi Guru Siklus I ... 136
Lampiran VII Lembar Observasi Guru Siklus II ... 138
Lampiran VIII Foto Kegiatan... 140
Lampiran IX Daftar Nilai Pra Siklus ... 143
Lampiran X Daftar Nilai Siklus I ... 144
Lampiran XI Daftar Nilai Siklus II ... 145
Lampiran XII Analisis Butir Soal ... 146
Lampiran XIII Biograffi Penulis ... 150
Lampiran XIV Daftar Satuan Kredit Kegiatan ... 151
Lampiran XV Surat Tugas Pembimbing Skripsi ... 154
Lampiran XVI Surat Permohonan Izin Penelitian ... 155
Lampiran XVII Surat Ijin Penelitian ... 156
Lampiran XVIII Surat Keterangan Lulus Ujian Komprehensif ... 157
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu ilmu yang mempelajari
tentang gejala alam. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi
siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan
sehari-hari. IPA diajarkan kepada siswa, agar siswa mampu memahami gejala alam
secara mendalam. Pengalaman langsung sangat diperlukan dalam
pembelajaran IPA, dikarenakan agar siswa dapat menjelajahi dan memahami
lingkungan alam secara ilmiah. Pada pembelajaran IPA siswa harus mampu
memahami pelajaran IPA secara keseluruhan bukan hanya sebatas
hafalan-hafalan teori saja. Keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA sangat diperlukan
sehingga seorang guru harus mampu memberikan kesempatan bagi siswa
untuk aktif dalam proses pembelajaran seperti mencari, menemukan,
menyimpulkan, mengkomunikasikan pengetahuan, sehingga pembelajaran
yang bermakna sangat diperlukan dalam pembelajaran IPA.
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di MI Klero
khususnya kelas V, proses pembelajaran IPA masih berpusat pada guru. Pada
proses pembelajaran kurang adanya keterlibatan siswa secara penuh, karena
pada saat pembelajaran guru lebih banyak menerangkan sedangkan siswa
pada kemampuan siswa untuk mengahafal informasi yang diperolehnya
tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diperoleh dan
menghubungkannya dengan realitas kehidupan sehari-hari. Walaupun ada
yang menerapkan model pembelajaran tetapi masih jarang dilakukan. Guru
juga kurang menyadari bahwa gaya belajar siswa yang dihadapinya
berbeda-beda. Seorang guru lebih cenderung mengajar dengan gaya belajar yang
disukainya tanpa memperhatikan gaya belajar siswa yang berbeda. Hal ini
menyebabkan kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Permasalahan yang muncul karena hal tersebut adalah kurangnya
ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA. Ketika guru sedang
menerangkan ada siswa yang asyik sendiri, bercanda, dan ada juga yang
mengobrol dengan temannya. Berdasarkan hasil diskusi dengan siswa,
banyak siswa yang mengeluh karena proses pembelajaran yang hanya
mendengarkan dan mengerjakan tugas sehingga siswa merasa bosan. Model
pembelajaran yang masih konvensional membuat siswa mengalami kesulitan
untuk memahami pelajaran, selain itu juga kurang memperhatikan
karakteristik siswa dan materi pelajaran yang diajarkan, sehingga sebagian
siswa kurang memahami mata pelajaran IPA. Hal ini dibuktikan dengan nilai
IPA yang masih di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu
dibawah nilai 70. Pada data pra siklus diketahui bahwa siswa yang dapat
mencapai KKM hanya ada 11 siswa dari 28 siswa dan terdapat 17 siswa yang
Berdasarkan permasalahan diatas dapat disimpulkan bahwa rendahnya
hasil belajar IPA dikarenakan pembelajaran yang kurang bermakna, model,
teknik dan sumber belajar yang digunakan oleh guru selama proses
pembelajaran kurang cocok digunakan dalam pembelajaran IPA sebetulnya
tidak hanya menekankan hafalan saja melainkan menekankan pada
pemahaman informasi yang diperolehnya. Seorang guru harus lebih kreatif
dalam memilih model pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik
siswa dan mata pelajaran yang akan diajarkan agar tercipta suasana belajar
yang kondusif dan dapat tercapai tujuan pembelajaran.
Model pembelajaran itu penting dalam proses pembelajaran. Menurut
Fathurrohman (2015:30) model pembelajaran adalah suatu rencana yang
berpijak dari teori psikologi yang digunakan sebagai pedoman bagi guru
dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Model
pembelajaran akan membantu guru dalam merencanakan pembelajaran,
melaksanakan proses pembelajaran, membantu siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Untuk memecahkan masalah yang terjadi salah satu solusi yang dapat
diambil adalah dengan menerapkan model pembelajaran VAK (Visual,
Auditory, dan Kinestetik). Model pembelajaran ini dapat diterapkan pada
siswa yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Model pembelajaran
VAK dapat memenuhi semua gaya belajar siswa yang dimilikinya dalam
proses pembelajaran. Hal ini akan memudahkan dalam memahami pelajaran
Menyadari kenyataan di atas mendorong penulis untuk melakukan
penelitian tindakan kelas guna mengkaji peningkatan hasil belajar, dengan
judul: “Peningkatan hasil belajar ilmu pengetahuan alam (IPA) pokok
bahasan cahaya dan sifat-sifatnya dengan model pembelajaran visual,
auditorial dan kinestetik (VAK) pada siswa kelas V di MI klero Kecamatan
Tengaran Kabupaten Semarang tahun ajaran 2016/2017.”
B. Rumusan Masalah
Apakah penerapan model pembelajaran VAK dapat meningkatkan
hasil belajar IPA pokok bahasan cahaya dan sifat-sifatnya pada siswa kelas V
di MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran
2016/2017?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA pokok bahasan
cahaya dan sifat-sifatnya melalui penerapan model pembelajaran VAK pada
siswa kelas V di MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun
Pelajaran 2016/2017.
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan
1. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teoretis dan kerangka berfikir serta
pembelajaran VAK dalam pembelajaran IPA pokok bahasan cahaya dan
sifat-sifatnya dapat meningkatkan hasil belajar”.
2. Indikator Keberhasilan
Penerapan model pembelajaran VAK dapat dikatakan efektif
apabila hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai. Adapun indikatornya
dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Secara individu
Adanya peningkatan hasil belajar IPA materi cahaya dan
sifat-sifatnya mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) ≥70.
b. Secara klasikal
Ketuntasan siswa secara klasikal dalam materi cahaya dan
sifat-sifatnya mencapai presentase nilai 85% siswa mencapai KKM
(Depdikbud dalam Daryanto, 2011: 191-192).
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat di petik dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoretis
a. Menambah ilmu pengetahuan tentang model pembelajaran VAK di
bidang keguruan, terutama mengenai pengelolaan proses
pembelajaran yang bermakna.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa.
1) Tumbuhnya motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA,
bahwa pembelajaran IPA terasa mudah dan sangat
menyenangkan.
2) Meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif pada
siswa.
3) Mengingkatkan penguasaan belajar siswa dalam pembelajaran
IPA.
4) Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA.
5) Meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar IPA.
6) Mengembangkan potensi siswa yang telah dimiliki oleh pribadi
masing-masing.
b. Bagi guru.
1) Meningkatkan kemampuan guru dalam berkreasi dan berinovasi
dalam pembelajaran IPA.
2) Guru dapat memahami tentang pentingnya penguasaan materi
yang akan di berikan kepada siswa.
3) Guru lebih efisien dalam menerangkan.
4) Memberikan alternatif pada guru tentang penggunaan model
pembelajaran yang tepat.
5) Guru dapat lebih teliti dalam menerapkan model pembelajaran
c. Bagi sekolah.
1) Meningkatkan profesionalisme guru dalam pembelajaran IPA.
2) Menambah wawasan dan informasi yang terkait dengan
peningkatan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran
VAK.
d. Bagi peneliti
1) Menambah pengamalan dalam melaksanakan tugas yang akan
datang.
2) Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai penggunaan
model pembelajaran yang praktis dan menyenangkan bagi
siswa.
e. Bagi pengambil kebijakan
Mengembangkan peningkatan mutu guru lewat pembelajaran
dengan model pembelajaran VAK.
F. Definisi Operasional
1. Hasil Belajar
Menurut Suprijono (2011:5) hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan
keterampilan. Menurut Rahman & Sofan (2014:31) tujuan penampilan
hasil adalah untuk memastikan bahwa pelajaran tetap melekat dan
berhasil diterapkan dan membantu peserta dan memperluas pengetahuan
atau keterampilan baru mereka. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan
keseluruhan baik yang meliputi segi kognitif, afektif, maupun
psikomotorik.
2. Ilmu Pengetahuan Alam
Menurut Ahmadi (2000:2) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah
suatu pengetahuan teori yang diperoleh/disusun dengan cara yang
khas-khusus yaitu melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan,
penyusunan teori, eksperimentasi, observasi, dan demikian seterusnya
kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain. (Depdiknas
2006) bahwa “ IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta, konsep atau prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan”. IPA adalah suatu ilmu yang
mempelajari tentang gejala alam. Dapat disimpulkan bahwa
pembalajaran IPA adalah proses menuangkan pengetahuan tentang gejala
alam yang diperoleh melalui obeservasi, eksperimentasi, penyimpulan,
penyusunan teori, mengaitkan antara cara yang satu dengan cara yang
lain.
3. Kajian Materi Cahaya dan Sifat-Sifatnya
Menurut Kusnin (2007:125) Cahaya merupakan bentuk
gelombang elektromagnetik yang dapat ditangkap dengan mata manusia.
Menurut Suroto (2010:94) terdapat dua macam cahaya yaitu cahaya
tampak dan cahaya tak tampak. Cahaya tampak adalah cahaya putih yang
yang tidak dapat ditangkap oleh mata, misalnya sinar X, sinar ultraviole,
sinar gamma dan sinar inframerah. Cahaya memiliki sifat-sifat sebagai
berikut:
a. Cahaya merambat lurus
Cahaya dapat merambat lurus jika tidak ada rintangan yang
menghalanginya. Contoh dalam kehidupan sehari-hari adalah lampu
mobil atau motor pada malam hari, cahaya senter yang diarahkan ke
tembok.
b. Cahaya menembus benda bening
Cahaya dapat menembus benda bening seperti air jernih,
gelas bening. Contohnya senter yang dinyalakan dan diarahkan ke
gelas bening maka cahaya akan menembus gelas bening.
c. Cahaya dapat dipantulkan
Contoh dalam kehidupan sehari-hari bahwa cahaya dapat
dipantulkan adalah kita bisa melihat wajah kita sendiri di cermin.
Jika cermin disinari oleh senter dan pantulan lampu mengenai mata
maka akan merasakan cahaya yang menyilaukan.
d. Cahaya dapat dibiaskan
Cahaya akan mengalami pembiasan jika merambat melalui
dua media yang kerapatannya berbeda. Pembiasan cahaya adalah
pembelokan arah rambat cahaya. Contoh cahaya dapat dibiaskan
adalah pensil yang dimasukkan di dalam gelas berisi air akan terlihat
e. Dispersi Cahaya
Menurut Suroto (2010:112) dispersi cahaya adalah peristiwa
penguraian cahaya putih menjadi cahaya berwarna merah, jingga,
kuning, hijau, biru, nila dan ungu. Contoh dispersi dalam kehidupan
sehari-hari adalah munculnya pelangi.
4. Model Pembelajaran VAK
Menurut Shoimin (2014:226) Model Pembelajaran Visual,
Auditori dan Kinestetik (VAK) adalah model pembelajaran yang
mengoptimalkan ketiga modalitas belajar untuk menjadikan si belajar
merasa nyaman. Model pembelajaran VAK adalah model pembelajaran
yang menggabungkan unsur visual, auditori, dan kinestetik. Menurut
Ghufron (2012: 42) gaya belajar merupakan sebuah pendekatan yang
menjelaskan mengenai bagaimana individu belajar atau cara yang
ditempuh oleh masing-masing orang untuk berkonsentrasi pada proses,
dan menguasai informasi yang sulit dan baru melalui persepsi yang
berbeda. Tiga modalitas yang dimiliki oleh siswa dalam proses
belajarnya yakni visual, auditorial ,dan kinestetik (VAK). Semua siswa
memiliki ketiga modalitas, ketika seseorang mampu mengkombinasikan
modalitas satu dengan yang lain maka kemampuan belajarnya akan
meningkat tetapi terdapat juga siswa yang cenderung pada salah satu
modalitas yang dimilikinya. Modalitas banyak digunakan dalam proses
pembelajaran dan komunikasi. Adapun macam-macam modalitas adalah
a. Visual
Siswa yang memiliki modalitas visual akan cenderung lebih
suka membaca dari pada dibacakan, mereka akan lebih mudah
memahami sesuatu dengan melihat dan mengalami kesulitan dalam
merangkai kata ketika berbicara.
b. Auditorial
Modalitas ini mengakses segala jenis bunyi dan kata yang
diciptakan maupun diingat, seperti musik, nada, irama, rima, dialog
internal dan suara. Siswa akan lebih mudah belajar atau mengingat
sesuatu dengan mendengarkan.
c. Kinestetik
Modalitas ini mengakses segala jenis gerak dan emosi yang
diciptakan maupun diingat, seperti gerakan, koordinasi, irama,
tanggapan emosional, dan kenyamanan fisik. Siswa akan lebih
mudah belajar dengan melakukan atau bergerak.
Model pembelajaran VAK mencakup tiga kategori utama
pembelajaran antara lain:
a. Pembelajaran visual
Pembelajaran yang di dalamnya ide-ide, konsep- konsep, dan
informasi lain diasosiasikan dengan gambar-gambar dan
teknik-teknik. Mereka yang memiliki pola belajar visual biasanya mampu
b. Pembelajaran auditorial
Pembelajaran yang di dalamnya seseorang sangat bergantung
pada pendengaran dan pembicaraan orang lain selama proses
belajarnya. Pembelajaran auditorial harus mendengar apa yang
dikatakan agar bisa memahami, dan sebaliknya mereka sering kali
kesulitan menghadapi instruksi-instruksi tertulis.
c. Pembelajaran kinestetik
Pembelajaran yang di dalamnya proses belajar dilakukan oleh
siswa yang melaksanakan aktivitas fisik, daripada mendengar
ceramah atau melihat pertunjukan. Mereka yang memiliki
kemampuan kinestetik biasanya belajar dengan cara
mempraktikkannya. Belajar kinestetik adalah cara belajar yang
melibatkan aktivitas fisik dan menggerakkan/ menggunakan tubuh
pada saat belajar. Menurut Deporter & Mike (2016:113) Kinestetik
adalah belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh. Untuk
merangsang hubungan pikiran dan tubuh, maka harus diciptakan
suasana belajar yang dapat membuat siswa bangkit dan berdiri dari
tempat duduk dan aktif secara fisik dari waktu ke waktu. Belajar
kinestetik adalah pembelajaran yang melibatkan siswa aktif selama
G. METODELOGI PENELITIAN
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas atau dikenal
dengan sebutan PTK. Menurut Susilo (2010:16) PTK adalah penelitian
yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar,
dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan
proses dalam pembelajaran. Menurut Supardi (2008:102) penelitian PTK
mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan
meningkatkan profesionalisme pendidik dalam proses belajar mengajar di
kelas dengan melihat kondisi siswa. Penelitian menggunakan PTK karena
penelitian ini memiliki manfaat yang banyak diantaranya sebagai inovasi
pembelajaran, peningkatan profesionalisme guru atau pendidik,
memperbaiki dan peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.
2. Subyek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah kelas V MI Klero Kecamatan
Tengaran Kabupaten Semarang, yang berjumlah 28 siswa yang terdiri dari
12 siswa perempuan dan 16 siswa laki-laki. Mereka berasal dari keluarga
yang berekonomi menengah ke bawah. Siswa kelas V MI Klero dipilih
sebagai subjek penelitan karena dinilai perlu adanya pembaharuan dalam
kegiatan pembelajaran agar siswa lebih termotivasi dan hasil belajar
mereka dapat meningkat. Situasi kelas yang digunakan untuk penelitian
pokok bahasan cahaya dan sifat-sifatnya dengan menggunakan model
pembelajaran VAK (Visual, Auditorial, dan Kinestetik).
3. Langkah-langkah Penelitian
Peneliti menggunakan PTK guna mencari pemecahan masalah
yang ditemui di dalam kelas. Terdapat empat tahapan dalam PTK antara
lain sebagai berikut:
a. Perencanaan
Tahapan perencanaan terdiri dari kegiatan sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi dan menganalisis masalah yaitu secara jelas
dapat dimengerti masalah yang akan diteliti.
2) Menetapkan alasan mengapa penelitan tersebut dilakukan, yang
akan melatar belakangi PTK.
3) Merumuskan masalah secara jelas, baik dengan kalimat tanya
maupun kalimat pernyataan.
4) Menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan
jawaban, berupa rumusan hipotesis tindakan.
5) Menentukan cara untuk menguji hipotesis tindakan dengan
menjabarkan indikator-indikator keberhasilan serta berbagai
instrumen pengumpulan data yang dapat dipakai untuk
menganalisis indikator keberhasilan.
6) Membuat secara rinci rancangan tindakan. Pada tahap ini kegiatan
a) Mengadakan pertemuan guru kelas dan guru pengamat untuk
berdiskusi tentang persiapan penelitian.
b) Menyiapkan materi
c) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
d) Membuat lembar soal
e) Memberi instrumen penilaian berupa lembar observasi
kegiatan guru.
b. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan yang dilakukan adalah menerapkan
rancangan atau skenario pembelajaran yang sudah direncanakan pada
tahap satu. kegiatan pembelajaran terdiri dari tiga kegiatan yaitu
pendahuluan, inti (eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi) dan penutup.
c. Pengamatan
Pengamatan merupakan tahap pengumpulan data yang
berkaitan dengan perubahan yang terjadi dalam proses belajar
mengajar. Pengamatan bertujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Data yang
dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes, kuis, presentasi,
nilai tugas) dan data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa,
antusias siswa selama proses pembelajaran
d. Refleksi
Reflesi merupakan tahap untuk mengkaji secara menyeluruh
dan dievaluasi. Hal ini dilakukan untuk menyempurna tindakan
berikutnya. Menurut Suyadi (2011:50) gambaran tahap penelitian
adalah sebagai berikut:
Gambar 1.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas
4. Instrumen Penelitian
Instumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari:
a. Pedoman observasi
Pedoman observasi ini digunakan untuk mengamati secara
langsung kegiatan siswa dalam proses pembelajaran mata pelajaran
IPA pokok bahasan cahaya dan sifat-sifatnya. Perencanaan
Pelaksanaan Siklus I
Refleksi
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi Siklus II Pelaksanaan
Pengamatan
b. Soal tes
Soal tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa
setelah mengikuti pembelajaran IPA pokok bahasan cahaya dan
sifat-sifatnya dengan model pembelajaran VAK (Visual, Auditori dan
Kinestetik). Soal tes berisi pertanyaan-pertanyaan berupa lisan
maupun tulisan yang berhubungan dengan materi yang diajarkan.
c. Dokumentasi
Menurut Mulyasa (2011:69) dokumentasi merupakan
instrumen untuk mengumpulkan data tentang peristiwa atau
kejadian-kejadian masa lalu yang telah didokumentasikan. Pedoman ini berupa
silabus, RPP, dan juga nilai siswa sebelum dilakukan tindakan.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah
a. Observasi
Dalam setiap siklus peneliti melakukan pengamatan terhadap
siswa untuk mengetahui hasil belajar dan kegiatan siswa terhadap
mata pelajaran IPA pokok bahasan cahaya dan sifat-sifatnya.
b. Tes
Tes digunakan untuk mengamati tingkat hasil belajar siswa
terhadap materi pelajaran IPA. Pada setiap siklus pendidik
memberikan tes tertulis untuk mengukur kemampuan dan pemahaman
c. Dokumentasi
Metode ini digunakan untuk mendapatkan gambaran umum
sekolah, keadaan guru, keadaan sarana prasarana dan keadaan siswa.
6. Analisis Data
Tahap penelitian yang dilakukan selanjutnya adalah menganalisis
tindakan keberhasilan atau keberhasilan siswa dengan cara memberikan
evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap siswa setiap akhir pertemuan.
Analisis data dilakukan dengan membandingkan antara skor nilai setiap
siklus dengan KKM yang telah ditetapkan yaitu 70 (sesuai dengan KKM
yang diberikan di MI Klero. Peserta didik dikatakan tuntas belajar apabila
memperoleh nilai ≥ 70, dan sebaliknya siswa di katakan belum tuntas
belajar dan memerlukan apabila memperoleh nilai < 70. Penentuan akhir
perbaikan diamati melalui siklus-siklus menggunakan tolok ukur kriteria
ketuntasan klasikal. Menurut Depdikbud dalam Daryanto (2011: 191-192)
ketuntasan klasikal dikatakan tuntas belajar apabila dalam kelas terdapat
85% siswa tuntas belajar. Hasil penelitian akan dianalisis untuk
membuktikan hipotesis dengan cara sebagai berikut :
a. Untuk menilai rata-rata ulangan tes formatif digunakan penghitungan
dengan rumus:
X=
Keterangan:
X = Nilai rata-rata
∑N = Jumlah siswa (Daryanto, 2011: 191)
b. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa, digunakan
rumus sebagai berikut:
P =
× 100 (Daryanto, 2011: 191)
H. Sistematikan Penulisan
Untuk mempermudah dalam pembahasan penelitian ini, penulis
menyusun dengan sistematika sebagai berikut:
1. Bagian awal meliputi: Halaman sampul, lembar logo, halaman judul,
persetujuan pembimbing, pengesahan, deklarasi, motto dan persembahan,
kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar
lampiran.
2. Bagian inti meliputi:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, hipotesis tindakan, manfaat penelitian,
penjelasan dan definisi operasional, metode penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Berisi pengertian belajar, hasil belajar, ilmu pengetahuan
alam, materi cahaya dan sifat-sifatnya, model pembelajaran
BAB III PELAKSANAAN DAN PENELITIAN
Berisi gambaran situasi umum MI Klero Kecamatan
Tengaran Kabupaten Semarang, subyek penelitian dan
karakteristik obyek penelitian, serta deskripsi per siklus.
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berisikan deskripsi kondisi awal, hasil penelitian tiap siklus,
analisis data, dan pembahasan.
BAB V PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran.
3. Bagian akhir terdiri dari daftar pustaka, lampiran-lampiran dan riwayat
21
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar
1. Pengertian Belajar
Dalam prespektif agama islam, belajar merupakan kewajiban bagi
setiap orang agar memperoleh ilmu pengetahuan dalam rangka
meningkatkan derajat kehidupan mereka. Hal ini dinyatakan dalam surat
Mujadalah ayat 11 yang berbunyi:
ٍت اَجَر َد َمْلِعْلا اوُتْوُأ َنْي ِذَّلاَو ْمُكْنِم وُنَمَا َنْي ِذَّلا ُالله ِعَف ْزَي
...“ ...Niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat kepada orang
-orang beriman dan berilmu”.
Menurut Ghufron (2012:7) belajar adalah suatu proses perubahan
yang cenderung menetap dan merupakan hasil dari pengalaman, serta
tidak termasuk perubahan fisiologis, namun perubahan psikologis yang
berupa perilaku dan representasi atau asosiasi mental. Menurut Susanto
(2013:4) belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan
sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep,
pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang
terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir,
merasa, maupun dalam bertindak. Belajar menurut teori behavioristik
diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku, perubahan disebabkan
behavioristik menjelaskan mengenai cara belajar organisme yang
terkait erat dengan faktor eksternal di luar diri individu. Menurut teori
kognitif belajar adalah proses untuk membangun persepsi seseorang dari
sebuah obyek yang dilihat. Menurut teori konstruktivisme belajar adalah
upaya untuk membangun pemahaman atau persepsi atas dasar
pengalaman yang dialami siswa. Belajar adalah suatu proses yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku dan
kemampuan diri yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
2. Prinsip-prinsip Belajar
Prinsip belajar adalah konsep-konsep yang harus diterapkan di
dalam proses belajar mengajar. Guru dapat mengajar dengan baik apabila
seorang guru dapat menerapkan cara mengajar sesuai dengan
prinsip-prinsip belajar. Prinsip-prinsip-prinsip belajar menurut Sardiman (2009:24)
adalah sebagai berikut:
a. Belajar pada hakekatnya menyangkut potensi manusiawi dan
kelakuannya.
b. Belajar memerlukan proses dan penahapan serta kematangan diri
pada siswa.
c. Belajar akan lebih mantap dan efektif, bila didorong dengan motivasi.
d. Belajar merupakan proses percobaan dan atau pembiasaan.
e. Kemampuan belajar seseorang siswa harus diperhitungkan dalam
f. Belajar dapat melakukan tiga cara yaitu diajarkan langsung, kontrol,
kontak, penghayatan, pengalaman langsung dan pengenalan dan/atau
peniruan.
g. Belajar melalui praktik atau mengalami secara langsung akan lebih
efektif mampu membina sikap, keterampilan, cara berpikir kritis, dan
lain-lain, bila dibandingkan dengan belajar hafalan saja.
h. Perkembangan pengalaman anak didik akan banyak memengaruhi
kemampuan belajar yang bersangkutan.
i. Bahan pelajaran yang bermakna/berarti, lebih mudah dan menarik
untuk dipelajari, daripada bahan yang kurang bermakna.
j. Informasi tentang kelakuan baik, pengetahuan, kesalahan serta
keberhasilan siswa, banyak membantu kelancaran dan gairah belajar.
k. Belajar sedapat mungkin diubah ke dalam bentuk aneka ragam tugas,
sehingga anak-anak melakukan dialog dalam dirinya atau
mengalaminya sendiri.
3. Tujuan Belajar
Tujuan belajar akan tercapai jika terdapat sistem lingkungan atau
kondisi belajar yang lebih kondusif, karena lingkungan belajar yang
kondusif berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar. Sistem lingkungan
belajar juga dipengaruhi oleh berbagai komponen seperti tujuan
pembelajaran, materi yang diajarkan, guru dan siswa, sarana dan
Menurut Sardiman (2009:26) tujuan belajar adalah sebagai
berikut:
a. Untuk mendapatkan pengetahuan
Pengetahuan dan kemampuan berpikir tidak dapat
dipisahkan. Pengetahuan dan kemampuan berpikir sangat
berhubungan karena kemampuan berpikir seseorang akan
berkembang jika terdapat bahan pengetahuan, dan sebaliknya dengan
kemampuan berpikir seseorang akan memperkaya pengetahuan.
b. Penanaman konsep dan keterampilan
Penanaman konsep memerlukan keterampilan. Keterampilan
yang diperlukan berupa keterampilan jasmani dan rohani.
Keterampilan jasmani adalah keterampilan-keterampilan yang dapat
dilihat, diamati, sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan
gerak/penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar.
Keterampilan rohani menyangkut persoalan-persoalan penghayatan,
dan keterampilan berpikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan
merumuskan suatu masalah atau konsep.
c. Pembentukan sikap
Dalam kegiatan belajar mengajar guru akan selalu diamati,
dilihat, didengar, ditiru semua perilakunya oleh siswa. Dalam
kegiatan belajar siswa mungkin juga menirukan perilaku gurunya.
Guru diharapkan memiliki perilaku yang baik agar bisa dicontoh dan
4. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Susanto (2013:5) hasil belajar adalah
perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar.
Menurut Bloom hasil belajar adalah perubahan perilaku yang meliputi
tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
a. Ranah kognitif
Ranah kognitif disebut juga dengan pemahaman konsep.
Pemahaman adalah kemampuan untuk menerima, menyerap dan
memahami materi yang dipelajari. Menurut Susanto (2013:8) konsep
adalah sesuatu yang telah melekat dalam hati seseorang dan
tergambar dalam pikiran, gagasan, atau suatu pengertian. Ranah
kognitif meliputi tujuan belajar yang berhubungan dengan
pengetahuan dan pengembangan kemampuan intelektual. Seseorang
yang memiliki pemahaman konsep akan mampu menjelaskan
kembali materi yang diterima, menafsirkan konsep sesuai keadaan
lingkungan sekitar, dan bahkan mampu menghubungkan
pengetahuan atau konsep dengan keadaan saat ini dan masa yang
akan datang. Dapat disimpulakan bahwa ranah kognitif adalah
kemampuan seseorang untuk menerima, menyerap, memahami
pengetahuan yang dipelajarinya, untuk mengembangkan kemampuan
b. Ranah afektif
Ranah afektif adalah perbuatan perilaku, atau tindakan
seseorang. Ranah afektif menyangkut emosional dalam diri
seseorang. Ranah afektif meliputi tujuan belajar yang berhubungan
dengan perubahan sikap, minat, nilai-nilai dan pengembangan
apresiasi serta penyesuaian. Keberhasilan belajar akan menjadikan
seseorang berperilaku positif yang relatif menetap dan otomatis.
c. Ranah psikomotorik
Ranah psikomotorik meliputi tujuan belajar yang
berhubungan dengan keterampilan fisik dan keterampilan bertindak
seseorang. Menurut Susanto (2013:9) keterampilan adalah
kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan secara
efektif dan efisien untuk mencapai suatu hasil tertentu termasuk
kreativitasnya. Ranah psikomotorik mampu merespon hal-hal yang
bersifat fisik, mampu menggabungkan dua keterampilan dan bahkan
dapat menggunakan pengalaman untuk melakukan keterampilan
yang komplek, sehingga siswa mampu menemukan dan
mengembangkan konsep, prinsip atau teori yang dimiliki.
Dalam proses pembelajaran terdapat tujuan belajar yang
harus dicapai oleh siswa, sehingga siswa yang berhasil dalam belajar
adalah siswa yang dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Hasil
evaluasi. Evaluasi juga berfungsi untuk tindak lanjut atau bahkan
untuk mengukur tingkat penguasaan siswa dalam pembelajaran.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Belajar tidak hanya ditentukan oleh potensi yang ada dalam
individu tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lain yang berasal dari luar
diri yang belajar. Keberhasilan hasil belajar dipengaruhi oleh faktor
internal dan faktor eksternal.
a. Faktor internal
Menurut Susanto (2013:12) faktor internal merupakan faktor
yang bersumber dari dalam diri siswa, yang memengaruhi
kemampuan belajarnya. Faktor internal meliputi kondisi fisik,
kesehatan, kecerdasan, minat, perhatian, motivasi belajar, ketekunan,
sikap, dan kebiasaan dalam belajar
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah kesulitan belajar yang berasal dari
luar diri individu. Faktor eksternal terdiri dari faktor nonsosial dan
faktor sosial. Menurut Sriyanti (2013: 25) faktor non sosial adalah
faktor-faktor di luar individu yang berupa kondisi fisik yang ada di
lingkungan belajar. Contoh faktor non sosial adalah kondisi sekolah,
lingkungan belajar, sarana dan prasarana, dan lain-lain. Sedangkan
faktor sosial adalah faktor di luar individu yang berupa manusia.
Contoh faktor sosial adalah kedekatan hubungan antara anak dengan
gaya pengasuhan orang tua, gaya mengajar guru, sikap guru terhadap
siswa dan sebagainya.
B. Model Pembelajaran VAK
1. Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Fathurrohman (2015:29) model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur
yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan
pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi
sebagai pedoman dalam perencanaan pembelajaran bagi para pendidik
dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran. Menurut Kardi dan Nur
dalam Shoimin (2014:24) ciri-ciri model pembelajaran adalah sebagai
berikut:
a. Rasional teoretik logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya.
b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar.
c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil.
d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu
dapat tercapai.
Model pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting
dalam pembelajaran yaitu sebagai pedoman bagi pengajar dan para guru
disesuaikan dengan materi pelajaran, keadaan atau kondisi siswa serta
sumber belajar yang ada agar model pembelajaran dapat diterapkan
secara efektif dan dapat menciptakan lingkungan yang mendukung siswa
untuk belajar. Terdapat model pembelajaran yang kurang baik untuk
diterapkan dalam pembelajaran tetapi juga terdapat model pembelajaran
yang baik untuk diterapkan dalam proses pembelajaran. Menurut
Fathurrohman (2015:31) ciri-ciri model pembelajaran yang baik
diterapkan dalam pembelajaran adalah
a. Adanya keterlibatan intelektual-emosional siswa melalui kegiatan
mengalami, menganalisis, berbuat, dan pembentukan sikap.
b. Adanya keikutsertaan siswa secara aktif dan kreatif selama
pelaksanaan model pembelajaran.
c. Guru bertindak sebagai fasilitator, koordinator, mediator, dan
motivator kegiatan belajar peserta diik.
d. Penggunaan berbagai metode, alat, dan media pembelajaran.
2. Model Pembelajaran VAK
Menurut Shoimin (2014:226) Model Pembelajaran Visual,
Auditori dan Kinestetik (VAK) adalah model pembelajaran yang
mengoptimalkan ketiga modalitas belajar untuk menjadikan si belajar
merasa nyaman. Model pembelajaran VAK adalah model pembelajaran
yang menggabungkan unsur visual, auditori, dan kinestetik. Menurut
Ghufron (2012: 42) gaya belajar merupakan sebuah pendekatan yang
ditempuh oleh masing-masing orang untuk berkonsentrasi pada proses,
dan menguasai informasi yang sulit dan baru melalui persepsi yang
berbeda. Tiga modalitas yang dimiliki oleh siswa dalam proses
belajarnya yakni visual , auditorial, dan kinestetik (VAK). Semua siswa
memiliki ketiga modalitas, ketika seseorang mampu mengkombinasikan
modalitas satu dengan yang lain maka kemampuan belajarnya akan
meningkat tetapi terdapat juga siswa yang cenderung pada salah satu
modalitas yang dimilikinya. Modalitas banyak digunakan dalam proses
pembelajaran dan komunikasi. Adapun macam-macam modalitas adalah
sebagai berikut:
a. Visual
Menurut Deporter & Mike (2016:116) ciri-ciri orang visual
adalah sebagai berikut:
1) Rapi dan teratur
2) Berbicara dengan cepat
3) Perencana dan pengatur jangka panjang yang baik
4) Teliti terhadap detail
5) Mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun
presentasi
6) Pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya
dalam pikiran mereka
7) Mengingat apa yang dilihat, daripada yang didengar
9) Biasanya tidak terganggu oleh keributan
10)Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali
jika ditulis, dan sering kali minta bantuan orang untuk
mengulanginya.
11)Pembaca cepat dan tekun
12)Lebih suka membaca daripada dibacakan
13)Membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan
bersikap waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang
suatu masalah atau proyek
14)Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon dan dalam
rapat
15)Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain
16)Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat ya atau
tidak
17)Lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato
18)Lebih suka seni daripada musik.
19)Sering kali mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak
pandai memilih kata-kata
20)Kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin
memperhatikan.
Siswa yang memiliki modalitas visual akan cenderung lebih
memahami sesuatu dengan melihat dan mengalami kesulitan dalam
merangkai kata ketika berbicara.
b. Auditorial
Menurut Deporter & Mike (2016:118) ciri-ciri siswa yang
auditori adalah sebagai berikut:
1) Berbicara kepada diri sendiri saat bekerja
2) Mudah terganggu oleh keributan
3) Menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan di buku ketika
membaca
4) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
5) Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama dan
warna suara
6) Merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita
7) Berbicara dalam irama yang berpola
8) Biasanya pembicara yang fasih
9) Lebih suka musik dari pada seni
10)Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang
didiskusikan daripada yang dilihat
11)Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu
panjang lebar
12)Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang
melibatkan visualisasi
14)Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik.
Seseorang dengan modalitas auditori akan cenderung mudah
menerima, mengingat, dan memproses informasi yang berupa bunyi
seperti musik, nada, irama, rima, dialog internal dan suara. Siswa
akan lebih mudah belajar atau mengingat sesuatu dengan
mendengarkan.
c. Kinestetik
Menurut Deporter & Mike (2016:118) ciri-ciri siswa yang
kinestetik adalah sebagai berikut:
1) Berbicara dengan perlahan
2) Menanggapi perhatian fisik
3) Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka
4) Berdiri dekat ketika berbicara dengan oarng
5) Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak
6) Mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar
7) Belajar melalui memanipulasi dan praktik
8) Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
9) Menggunaan jari sebagai penunjuk ketika membaca
10)Banyak menggunakan isyarat tubuh
11)Tidak dapat duduk diam untuk waktu lama.
Seseorang yang memiliki modalitas kinestetik akan
cenderung mudah menerima, mengingat, dan memproses informasi
fisik. Siswa akan lebih mudah belajar dengan melakukan atau
bergerak.
Model pembelajaran VAK bertujuan untuk memenuhi gaya
belajar siswa yang berbeda-beda. Menurut Sriyanti (2013:27)
macam-macam gaya belajar siswa adalah sebagai berikut:
a. Somatis artinya tubuh atau raga. Siswa dengan tipe ini akan belajar
dengan cepat bila dilakukan dengan memanfaatkan tubuh, baik
melalui aktivitas yang melibatkan tubuh, ataupun dengan
memperhatikan bagian-bagian tubuhnya.
b. Auditif artinya suara. Siswa tipe ini akan lebih mudah belajar dengan
cara mendengarkan.
c. Visual adalah gaya belajar siswa dengan melihat. Siswa tipe ini akan
mudah memahami pelajaran dengan melihat.
d. Intelektual, gaya belajar dengan perenungan.
Berdasarkan pembahasan diatas dapat diketahui bahwa modalitas
atau gaya belajar siswa adalah visual, auditori, dan kinestetik. Siswa yang
visual dapat dilatih dengan meminta mereka mengamati situasi dunia
nyata lalu memikirkan, membicarakan situasi tersebut, menggambarkan
proses, prinsip. Siswa yang auditori dapat dilatih dengan mengajak
membaca dengan keras, mengajak aktif saat berdiskusi dalam
memecahkan masalah, meminta siswa untuk berbicara tentang apa yang
Model pembelajaran VAK mencakup tiga kategori utama
pembelajaran antara lain:
a. Pembelajaran visual
Pembelajaran yang di dalamnya ide-ide, konsep- konsep, dan
informasi lain diasosiasikan dengan gambar-gambar dan
teknik-teknik. Mereka yang memiliki pola belajar visual biasanya mampu
memahami informasi dengan menggambarkannya secara nyata.
b. Pembelajaran auditorial
Pembelajaran yang di dalamnya seseorang sangat bergantung
pada pendengaran dan pembicaraan orang lain selama proses
belajarnya. Pembelajaran auditorial harus mendengar apa yang
dikatakan agar bisa memahami, dan sebaliknya mereka sering kali
kesulitan menghadapi instruksi-instruksi tertulis.
c. Pembelajaran kinestetik
Pembelajaran yang di dalamnya proses belajar dilakukan oleh
siswa yang melaksanakan aktivitas fisik, daripada mendengar
ceramah atau melihat pertunjukan. Mereka yang memiliki
kemampuan kinestetik biasanya belajar dengan cara
mempraktikkannya. Menurut Deporter & Mike (2016:113)
Kinestetik adalah belajar dengan cara bergerak, bekerja dan
menyentuh. Untuk merangsang hubungan pikiran dan tubuh, maka
harus diciptakan suasana belajar yang dapat membuat siswa bangkit
waktu. Belajar kinestetik adalah pembelajaran yang melibatkan
siswa aktif selama proses pembelajaran, karena melibatkan aktivitas
fisik dan menggerakkan/ menggunakan tubuh pada saat belajar.
Model pembelajaran VAK adalah model pembelajaran yang multi
sensorik yang melibatkan tiga unsur gaya belajar, yaitu penglihatan,
pendengaran, dan gerakan. Gaya belajar multi sensorik membuat
pendidik untuk tidak hanya mendorong siswa untuk menggunakan satu
modalitas saja, tetapi berusaha mengkombinasikan semua modalitas
untuk memberi kemampuan yang lebih besar dan menutupi kekurangan
yang dimiliki masing-masing siswa.
3. Langkah-langkah Model Pembelajaran VAK
Penerapan model pembelajaran VAK dalam proses pembelajaran
terdapat beberapa tahapan yang harus dilaksanakan. Langkah-langkah
model pembelajaran VAK menurut Shoimin (2014:227) adalah sebagai
berikut:
a. Tahap persiapan atau kegiatan pendahuluan
Guru memberikan motivasi untuk membangkitkan minat siswa
dalam belajar, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman
belajar yang akan datang kepada siswa dan menempatkan mereka
dalam situasi optimal untuk menjadikan siswa lebih siap dalam
b. Tahap penyampaian atau kegiatan inti pada eksplorasi
Guru mengarahkan siswa untuk menemukan materi pelajaran
yang baru secara mandiri, menyenangkan, relevan, melibatkan
pancaindra, yang sesuai dengan gaya belajar VAK.
c. Tahap pelatihan atau kegiatan inti pada elaborasi
Guru membantu siswa untuk mengintegrasi dan menyerap
pengetahuan serta keterampilan baru dengan berbagai cara yang
disesuaikan dengan gaya belajar VAK.
d. Tahap penampilan hasil atau kegiatan inti pada konfirmasi
Guru membantu siswa dalam menerapkan dan memperluas
pengetahuan maupun keterampilan baru yang mereka dapatkan, pada
kegiatan belajar sehingga hasil belajar mengalami peningkatan.
4. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran VAK
Penerapan model pembelajaran VAK dalam proses pembelajaran
memiliki kelebihan dan kekurangan yang harus dipahami. Kelebihan dari
model pembelajaran VAK menurut Shoimin (2014:228) adalah
a. Pembelajaran akan lebih efektif karena mengkominasikan ketiga gaya
belajar.
b. Mampu melatih dan mengembangkan potensi siswa yang telah
dimiliki oleh pribadi masing-masing.
d. Mampu melibatkan siswa secara maksimal dalam menemukan dan
memahami suatu konsep melalui kegiatan fisik seperti demonstrasi,
percobaan, observasi, dan diskusi aktif.
e. Mampu menjangkau setiap gaya pembelajaran siswa.
f. Siswa yang memiliki kemampuan bagus tidak akan terhambat oleh
siswa yang lemah dalam belajar karena model ini mampu melayani
kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.
Kelemahan dari model pembelajaran VAK adalah terdapat
beberapa orang yang tidak mampu mengkombinasikan ketiga gaya belajar
visual, auditori dan kinestetik. Seseorang yang hanya mampu
menggunakan satu gaya belajar akan menyerap informasi yang
disampaikan dengan menggunakan gaya belajar yang dicenderunginya.
C. IPA
1. Pengertian IPA
Menurut Rusmono (2012:6) pembelajaran merupakan suatu upaya
untuk menciptakan suatu kondisi bagi terciptanya suatu kegiatan belajar
yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang
memadai. Menurut Rahman & Sofan (2014:41) pembelajaran adalah
suatu upaya yang dilakukan oleh seorang guru atau pendidik untuk
membelajarkan siswa yang belajar. Dapat disimpulkan bahwa
agar dapat belajar dengan baik dan tercapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan.
Menurut Ahmadi (2000:2) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah
suatu pengetahuan teori yang diperoleh/disusun dengan cara yang
khas-khusus yaitu melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan,
penyusunan teori, eksperimentasi, observasi, dan demikian seterusnya
kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain. Menurut
Trianto (2010:36) IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis,
penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gelaja alam, lahir dan
berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen
serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan
sebagainya. (Depdiknas 2006) bahwa “ IPA berhubungan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep atau
prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Menurut
Susanto (2013:167) IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam
semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan
prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapat suatu
kesimpulan. Menurut Wisudawati dan Sulistyowati (2014:22) IPA adalah
rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yaitu mempelajari fenomena
alam yang faktual, baik berupa kenyataan atau kejadian dan hubungan
sebab akibatnya. IPA adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang gejala
menuangkan pengetahuan tentang gejala alam yang diperoleh melalui
observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, mengaitkan
antara cara yang satu dengan cara yang lain.
2. Hakikat Pembelajaran IPA
Secara umum IPA terbagi menjadi tiga ilmu dasar yaitu biologi,
fisika dan kimia. Pada jenjang SD/MI IPA diberikan sebagai integrative
science atau IPA terpadu. Menurut Susanto (2013:167) hakikat
pembelajaran IPA diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu ilmu
pengetahuan alam sebagai produk, proses, dan sikap.
Ilmu pengetahuan alam sebagai produk merupakan kumpulan
hasil penelitian yang dilakukan oleh ilmuan dan membentuk konsep yang
dikaji sebagai kegiatan empiris dan kegiatan analitis. IPA sebagai produk
berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau diluar sekolah
ataupun bahan bacaan untuk penyebaran pengetahuan. IPA
membutuhkan proses dalam menemukan fakta dan teori yang akan
digeneralisasi oleh ilmuwan.
Ilmu pengetahuan Alam sebagai proses artinya semua kegiatan
ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk
menemukan pengetahuan baru. IPA membutuhkan proses dalam
menemukan fakta dan teori yang akan digeneralisasi oleh ilmuwan.
Adapun proses IPA disebut dengan keterampilan proses. Keterampilan
proses yang perlu dilatih dalam pembelajaran IPA meliputi keterampilan
mengkomunikasikan, mengenal hubungan ruang dan waktu, serta
keterampilan proses terintegrasi misalnya merancang dan melakukan
eksperimen.
IPA di sekolah dasar diharapkan dapat menumbuhkan sikap
ilmiah seperti seorang ilmuan. Contoh sikap ilmuan diantaranya adalah
ingin tahu, jujur, percaya diri, tidak tergesa-gesa, dan objektif terhadap
fakta. Sikap ini dapat dikembangkan di sekolah melalui kegiatan diskusi,
percobaan, simulasi dan kegiatan proyek di lapangan.
Dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya IPA terdiri dari tiga
komponen yaitu produk, proses dan sikap ilmiah. Dalam pembelajaran
tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau fakta yang dihafal
tetapi juga terdapat kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran
dalam mempelajari rahasia gejala alam.
3. Tujuan Pembelajaran IPA
Menurut Badan Nasional Standar Pendidikan (BSNP:2006) dalam
Susanto (2013:171) tujuan pembelajaran IPA di sekolah adalah
a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam
ciptaan-Nya.
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat.
d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.
f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.
Pada dasarnya tujuan pembelajaran IPA adalah agar siswa mampu
memahami dan menguasai konsep-konsep IPA serta dapat
mengkaitkannya dengan kehidupan nyata. Siswa juga mampu
menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang
dihadapinya, sehingga lebih menyadari dan mencintai kebesaran serta
kekuasaan penciptanya.
D. Materi Cahaya dan Sifat-sifatnya
Menurut Kusnin (2007:125) Cahaya merupakan bentuk gelombang
elektromagnetik yang dapat ditangkap dengan mata manusia. Cahaya
didefinisikan sebagai radiasi yang dapat mempengaruhi mata dan memiliki
sebesar 299.792.458 meter per sekon (Yosaphat, 2008:10.3) Cahaya dapat
berasal dari matahari, lampu, senter, atau lainnya. Benda-benda yang dapat
meghasilkan cahaya disebut sumber cahaya. Sumber cahaya terbesar di bumi
adalah matahari.
Menurut Suroto (2010:94) terdapat dua macam cahaya yaitu cahaya
tampak dan cahaya tak tampak. Cahaya tampak adalah cahaya putih yang
dapat ditangkap oleh mata, sedangkan cahaya tak tampak adalah cahaya yang
tidak dapat ditangkap oleh mata, misalnya sinar X, sinar ultraviolet, sinar
gamma dan sinar inframerah. Cahaya memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1. Cahaya merambat lurus
Cahaya dapat merambat lurus jika tidak ada rintangan yang
menghalanginya. Cahaya merambat berdasarkan garis lurus. Contoh dalam
kehidupan sehari-hari adalah lampu mobil atau motor saat membelok di
tikungan, cahaya dari lampu mobil tidak dapat membelok menyoroti jalan
yang menikung, cahaya senter yang diarahkan ke tembok.
2. Cahaya menembus benda bening
Benda-benda yang dapat meneruskan cahaya secara sempurna
disebut benda bening, seperti air jenih, dan gelas bening. Benda-benda
yang dapat meneruskan cahaya tetapi tidak sempurna disebut benda keruh
contohnya air sabun, air teh, dll. Selain benda bening dan benda keruh
terdapat juga benda gelap. Contoh benda gelap adalah papan, pohon, dan
tembok. Benda yang tidak dapat ditembus oleh cahaya akan membentuk
bayangan. Terdapat dua macam bayangan yaitu bayangan inti (umbra) dan
bayangan tambahan (penumbra). Menurut Wahyudi ( 2011:63) bayangan
umbra adalah bayangan yang sama sekali tidak dapat dilalui oleh cahaya
sehingga ruang itu menjadi benar-benar gelap. Bayangan penumbra adalah
bayangan yang masih dapat dilalui oleh cahaya sehingga ruangan yang
terhalang terlihat remang-remang.