• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) POKOK BAHASAN CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN VISUAL, AUDITORIAL DAN KINESTETIK (VAK) PADA SISWA KELAS V MI KLERO KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 20162017 SKRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) POKOK BAHASAN CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN VISUAL, AUDITORIAL DAN KINESTETIK (VAK) PADA SISWA KELAS V MI KLERO KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 20162017 SKRI"

Copied!
183
0
0

Teks penuh

(1)

VISUAL, AUDITORIAL DAN KINESTETIK (VAK)

PADA SISWA KELAS V

MI KLERO KECAMATAN TENGARAN

KABUPATEN SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

ZERA FEBRI ANORIA

NIM 11513063

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)

i

VISUAL, AUDITORIAL DAN KINESTETIK (VAK)

PADA SISWA KELAS V

MI KLERO KECAMATAN TENGARAN

KABUPATEN SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

ZERA FEBRI ANORIA

NIM 11513063

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(3)
(4)

iii

VISUAL, AUDITORIAL DAN KINESTETIK (VAK)

PADA SISWA KELAS V

MI KLERO KECAMATAN TENGARAN

KABUPATEN SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

ZERA FEBRI ANORIA

NIM 11513063

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

vii

menguasai dirinya ketika marah.

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

1. Bapak Ibu tercinta yang telah membimbing, mendidik dan memotivasi untuk

terus maju dalam belajar, terimakasih atas doa restu dan kasih sayangnya.

2. Keluargaku yang senantiasa mendukung dan membantu dengan keiklasannya.

3. Calon pendamping hidupku yang tidak pernah letih membantu dan

memotivasiku sehingga skripsi ini selesai.

4. Muthia Ulfah, Eka Putri, Chintaro Bariy dan Surat Chulhuda, yang telah

meluangkan waktu menemani penulis menyusun skripsi ini.

5. Teman-teman seperjuangan PGMI yang telah banyak membantu.

6. Bapak ibu guru dan karyawan MI Klero atas bantuan dan ijinnya untuk

(10)

viii

serta salam semoga senantiasa terlimpah kepada Uswah Khasanah Rasulullah

SAW.

Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana pada Program Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

Penulis menulis skripsi dengan judul : PENINGKATAN HASIL BELAJAR

ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) POKOK BAHASAN CAHAYA

DAN SIFAT-SIFATNYA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN VISUAL,

AUDITORIAL DAN KINESTETIK (VAK) PADA SISWA KELAS V MI

KLERO KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2016/2017.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,

bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam

kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan terima kasih kepada

yang terhormat:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

3. Ibu Peni Susapti, M.Si, selaku ketua jurusan Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah sekaligus selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

bimbingan yang sangat berharga, sehingga terwujudnya skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan

berbagai ilmu pengetahuan kepada penulis selama menuntut ilmu di bangku

kuliah.

5. Kedua orang tua dan keluarga penulis yang telah rela berkorban baik material

(11)

ix

7. Seluruh siswa kelas V Mi Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang

yang telah mendukung dan membantu peneliti dalam penelitian.

8. Sahabat-sahabat senasib seperjuangan yang senantiasa menginspirasi,

berjuang bersama-sama dan saling memberikan dukungan.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada

semuanya. Tidak lupa penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun demi penyempurnaan skripsi ini, hal ini disebabkan keterbatasan

pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki penulis.

Salatiga, 24 Mei 2017

Penulis

Zera Febri Anoria

(12)

x

V MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran

2016/2017. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing: Peni Susapti, M.Si.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Ilmu Pengetahuan Alam, Model Pembelajaran Visual Auditorial dan Kinestetik

Penelitian ini merupakan upaya untuk meningkatan hasil belajar IPA pokok bahasan cahaya dan sifat-sifatnya melalui model pembelajaran VAK yang diterapkan pada siswa kelas V MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017. Penelitian ini digunakan untuk menjawab permasalah, yaitu apakah penggunakan model pembelajaran VAK dapat meningkatkan hasil belajar untuk mata pelajaran IPA pada siswa kelas V MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017?

Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas. Adapun langkah-langkah dalam penelitian tindakan kelas adalah perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Keempat tahapan tersebut dilaksanakan dalam dua siklus penelitian dimana tiap siklus difokuskan pada materi cahaya dan sifat-sifatnya dengan model pembelajaran VAK.

(13)

xi

LEMBAR BERLOGO ... ii

JUDUL ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ... 4

1. Hipotesis Tindakan... 4

2. Indikator Keberhasilan ... 5

(14)

xii

3. Kajian Materi Cahaya dan Sifat-sifatnya ... 8

4. Model Pembelajaran VAK ... 10

G. Metode Penelitian... 13

1. Rancangan Penelitian ... 13

2. Subjek Penelitian ... 13

3. Langkah-Langkah Penelitian ... 14

4. Instrumen Penelitian... 16

5. Teknik Pengumpulan Data ... 17

6. Analisis Data ... 18

H. Sistematika Penulisan... 19

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar ... 21

1. Pengertian Belajar ... 21

2. Prinsip-prinsip Belajar... 22

3. Tujuan Belajar ... 23

4. Pengertian Hasil Belajar ... 25

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 27

B. Model Pembelajaran VAK ... 28

1. Pengertian Model Pembelajaran... 28

(15)

xiii

1. Pengertian IPA ... 38

2. Hakikat Pembelajaran IPA ... 40

3. Tujuan Pembelajaran IPA ... 41

D. Materi Cahaya dan Sifat-sifat ... 42

E. Hubungan Model Pembelajaran VAK dengan IPA ... 48

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum MI Klero ... 50

1. Letak Geografis MI Klero ... 50

2. Sejarah Singkat Berdirinya MI Klero... 50

3. Identitas Sekolah ... 51

4. Keadaan Gedung MI Klero ... 51

5. Keadaan Guru MI Klero ... 52

6. Keadaan Siswa MI Klero ... 52

7. Visi, dan Misi MI Klero ... 54

8. Kurikulum MI Klero ... 54

B. Subjek Penelitian ... 55

C. Pelaksanaan Penelitian ... 56

1. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 56

2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 65

(16)

xiv

3. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II ... 86

B. Pembahasan ... 92

1. Hasil Sebelum PTK ... 93

2. Hasil Penelitian Siklus I ... 94

3. Hasil Penelitian Siklus II ... 95

4. Performa Guru Saat Pembelajaran ... 98

5. Keaktifan Siswa Pada Proses Pembelajaran... 100

6. Rekapitulasi Ketuntasan Gabungan ... 101

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 102

B. Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 104

(17)

xv

Tabel 3.2 Data Keadaan Siswa MI Klero

Tahun Pelajaran 2016/2017 ... 52

Tabel 3.3 Data Keadaan Siswa Kelas V MI Klero... 53

Tabel 3.4 Program Pengajaran Madrasah Ibtidaiyah ... 54

Tabel 4.1 Nilai Siswa Pra Siklus ... 75

Tabel 4.2 Hasil Prosentase Nilai Siswa Pra Siklus ... 76

Tabel 4.3 Lembar Pengamatan Guru Siklus I ... 78

Tabel 4.4 Lembar Pengamatan Siswa Siklus I ... 80

Tabel 4.5 Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 82

Tabel 4.6 Lembar Pengamatan Guru Siklus II ... 86

Tabel 4.7 Lembar Pengamatan Siswa Siklus II ... 89

Tabel 4.8 Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 90

Tabel 4.9 Rekapitulasi Ketuntasan Pra Siklus ... 93

Tabel 4.9 Rekapitulasi Ketuntasan Siklus I ... 95

Tabel 4.10 Rekapitulasi Ketuntasan Siklus II ... 95

Tabel 4.11 Rekapitulasi Gabungan Nilai Hasil Belajar ... 96

Tabel 4.12 Performa Guru Saat Pembelajaran Antar Siklus ... 99

Tabel 4.13 Keaktifan Siswa Pada Proses Pembelajaran ... 100

(18)

xvi

Gambar 2.1 Cahaya Dapat Merambat Lurus... 43

Gambar 2.2 Cahaya Dapat Menembus Benda Bening ... 44

Gambar 2.3 Cahaya Dapat Dipantulkan... 45

Gambar 2.4 Cahaya Dapat Dibiaskan ... 47

Gambar 4.1 Hasil Presentase Nilai Siswa Pra Siklus ... 76

Gambar 4.2 Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I, Siklus II... 98

Gambar 4.3 Rekapitulasi Rata-rata Hasil Belajar ... 98

Gambar 4.4 Performa Guru Saat Pelajaran ... 99

(19)

xvii

Lampiran II RPP Siklus II ... 118

Lampiran III Lembar Observasi Siswa Siklus I ... 131

Lampiran IV Lembar Observasi Siswa Siklus II ... 132

Lampiran V Pedoman Lembar Observasi Siswa ... 133

Lampiran VI Lembar Observasi Guru Siklus I ... 136

Lampiran VII Lembar Observasi Guru Siklus II ... 138

Lampiran VIII Foto Kegiatan... 140

Lampiran IX Daftar Nilai Pra Siklus ... 143

Lampiran X Daftar Nilai Siklus I ... 144

Lampiran XI Daftar Nilai Siklus II ... 145

Lampiran XII Analisis Butir Soal ... 146

Lampiran XIII Biograffi Penulis ... 150

Lampiran XIV Daftar Satuan Kredit Kegiatan ... 151

Lampiran XV Surat Tugas Pembimbing Skripsi ... 154

Lampiran XVI Surat Permohonan Izin Penelitian ... 155

Lampiran XVII Surat Ijin Penelitian ... 156

Lampiran XVIII Surat Keterangan Lulus Ujian Komprehensif ... 157

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu ilmu yang mempelajari

tentang gejala alam. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi

siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek

pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan

sehari-hari. IPA diajarkan kepada siswa, agar siswa mampu memahami gejala alam

secara mendalam. Pengalaman langsung sangat diperlukan dalam

pembelajaran IPA, dikarenakan agar siswa dapat menjelajahi dan memahami

lingkungan alam secara ilmiah. Pada pembelajaran IPA siswa harus mampu

memahami pelajaran IPA secara keseluruhan bukan hanya sebatas

hafalan-hafalan teori saja. Keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA sangat diperlukan

sehingga seorang guru harus mampu memberikan kesempatan bagi siswa

untuk aktif dalam proses pembelajaran seperti mencari, menemukan,

menyimpulkan, mengkomunikasikan pengetahuan, sehingga pembelajaran

yang bermakna sangat diperlukan dalam pembelajaran IPA.

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di MI Klero

khususnya kelas V, proses pembelajaran IPA masih berpusat pada guru. Pada

proses pembelajaran kurang adanya keterlibatan siswa secara penuh, karena

pada saat pembelajaran guru lebih banyak menerangkan sedangkan siswa

(21)

pada kemampuan siswa untuk mengahafal informasi yang diperolehnya

tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diperoleh dan

menghubungkannya dengan realitas kehidupan sehari-hari. Walaupun ada

yang menerapkan model pembelajaran tetapi masih jarang dilakukan. Guru

juga kurang menyadari bahwa gaya belajar siswa yang dihadapinya

berbeda-beda. Seorang guru lebih cenderung mengajar dengan gaya belajar yang

disukainya tanpa memperhatikan gaya belajar siswa yang berbeda. Hal ini

menyebabkan kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

Permasalahan yang muncul karena hal tersebut adalah kurangnya

ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA. Ketika guru sedang

menerangkan ada siswa yang asyik sendiri, bercanda, dan ada juga yang

mengobrol dengan temannya. Berdasarkan hasil diskusi dengan siswa,

banyak siswa yang mengeluh karena proses pembelajaran yang hanya

mendengarkan dan mengerjakan tugas sehingga siswa merasa bosan. Model

pembelajaran yang masih konvensional membuat siswa mengalami kesulitan

untuk memahami pelajaran, selain itu juga kurang memperhatikan

karakteristik siswa dan materi pelajaran yang diajarkan, sehingga sebagian

siswa kurang memahami mata pelajaran IPA. Hal ini dibuktikan dengan nilai

IPA yang masih di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu

dibawah nilai 70. Pada data pra siklus diketahui bahwa siswa yang dapat

mencapai KKM hanya ada 11 siswa dari 28 siswa dan terdapat 17 siswa yang

(22)

Berdasarkan permasalahan diatas dapat disimpulkan bahwa rendahnya

hasil belajar IPA dikarenakan pembelajaran yang kurang bermakna, model,

teknik dan sumber belajar yang digunakan oleh guru selama proses

pembelajaran kurang cocok digunakan dalam pembelajaran IPA sebetulnya

tidak hanya menekankan hafalan saja melainkan menekankan pada

pemahaman informasi yang diperolehnya. Seorang guru harus lebih kreatif

dalam memilih model pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik

siswa dan mata pelajaran yang akan diajarkan agar tercipta suasana belajar

yang kondusif dan dapat tercapai tujuan pembelajaran.

Model pembelajaran itu penting dalam proses pembelajaran. Menurut

Fathurrohman (2015:30) model pembelajaran adalah suatu rencana yang

berpijak dari teori psikologi yang digunakan sebagai pedoman bagi guru

dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Model

pembelajaran akan membantu guru dalam merencanakan pembelajaran,

melaksanakan proses pembelajaran, membantu siswa dalam mencapai tujuan

pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Untuk memecahkan masalah yang terjadi salah satu solusi yang dapat

diambil adalah dengan menerapkan model pembelajaran VAK (Visual,

Auditory, dan Kinestetik). Model pembelajaran ini dapat diterapkan pada

siswa yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Model pembelajaran

VAK dapat memenuhi semua gaya belajar siswa yang dimilikinya dalam

proses pembelajaran. Hal ini akan memudahkan dalam memahami pelajaran

(23)

Menyadari kenyataan di atas mendorong penulis untuk melakukan

penelitian tindakan kelas guna mengkaji peningkatan hasil belajar, dengan

judul: “Peningkatan hasil belajar ilmu pengetahuan alam (IPA) pokok

bahasan cahaya dan sifat-sifatnya dengan model pembelajaran visual,

auditorial dan kinestetik (VAK) pada siswa kelas V di MI klero Kecamatan

Tengaran Kabupaten Semarang tahun ajaran 2016/2017.”

B. Rumusan Masalah

Apakah penerapan model pembelajaran VAK dapat meningkatkan

hasil belajar IPA pokok bahasan cahaya dan sifat-sifatnya pada siswa kelas V

di MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran

2016/2017?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA pokok bahasan

cahaya dan sifat-sifatnya melalui penerapan model pembelajaran VAK pada

siswa kelas V di MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun

Pelajaran 2016/2017.

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

1. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teoretis dan kerangka berfikir serta

(24)

pembelajaran VAK dalam pembelajaran IPA pokok bahasan cahaya dan

sifat-sifatnya dapat meningkatkan hasil belajar”.

2. Indikator Keberhasilan

Penerapan model pembelajaran VAK dapat dikatakan efektif

apabila hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai. Adapun indikatornya

dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Secara individu

Adanya peningkatan hasil belajar IPA materi cahaya dan

sifat-sifatnya mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) ≥70.

b. Secara klasikal

Ketuntasan siswa secara klasikal dalam materi cahaya dan

sifat-sifatnya mencapai presentase nilai 85% siswa mencapai KKM

(Depdikbud dalam Daryanto, 2011: 191-192).

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat di petik dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoretis

a. Menambah ilmu pengetahuan tentang model pembelajaran VAK di

bidang keguruan, terutama mengenai pengelolaan proses

pembelajaran yang bermakna.

(25)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa.

1) Tumbuhnya motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA,

bahwa pembelajaran IPA terasa mudah dan sangat

menyenangkan.

2) Meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif pada

siswa.

3) Mengingkatkan penguasaan belajar siswa dalam pembelajaran

IPA.

4) Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA.

5) Meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar IPA.

6) Mengembangkan potensi siswa yang telah dimiliki oleh pribadi

masing-masing.

b. Bagi guru.

1) Meningkatkan kemampuan guru dalam berkreasi dan berinovasi

dalam pembelajaran IPA.

2) Guru dapat memahami tentang pentingnya penguasaan materi

yang akan di berikan kepada siswa.

3) Guru lebih efisien dalam menerangkan.

4) Memberikan alternatif pada guru tentang penggunaan model

pembelajaran yang tepat.

5) Guru dapat lebih teliti dalam menerapkan model pembelajaran

(26)

c. Bagi sekolah.

1) Meningkatkan profesionalisme guru dalam pembelajaran IPA.

2) Menambah wawasan dan informasi yang terkait dengan

peningkatan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran

VAK.

d. Bagi peneliti

1) Menambah pengamalan dalam melaksanakan tugas yang akan

datang.

2) Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai penggunaan

model pembelajaran yang praktis dan menyenangkan bagi

siswa.

e. Bagi pengambil kebijakan

Mengembangkan peningkatan mutu guru lewat pembelajaran

dengan model pembelajaran VAK.

F. Definisi Operasional

1. Hasil Belajar

Menurut Suprijono (2011:5) hasil belajar adalah pola-pola

perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan

keterampilan. Menurut Rahman & Sofan (2014:31) tujuan penampilan

hasil adalah untuk memastikan bahwa pelajaran tetap melekat dan

berhasil diterapkan dan membantu peserta dan memperluas pengetahuan

atau keterampilan baru mereka. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan

(27)

keseluruhan baik yang meliputi segi kognitif, afektif, maupun

psikomotorik.

2. Ilmu Pengetahuan Alam

Menurut Ahmadi (2000:2) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah

suatu pengetahuan teori yang diperoleh/disusun dengan cara yang

khas-khusus yaitu melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan,

penyusunan teori, eksperimentasi, observasi, dan demikian seterusnya

kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain. (Depdiknas

2006) bahwa “ IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam

secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta, konsep atau prinsip saja tetapi juga

merupakan suatu proses penemuan”. IPA adalah suatu ilmu yang

mempelajari tentang gejala alam. Dapat disimpulkan bahwa

pembalajaran IPA adalah proses menuangkan pengetahuan tentang gejala

alam yang diperoleh melalui obeservasi, eksperimentasi, penyimpulan,

penyusunan teori, mengaitkan antara cara yang satu dengan cara yang

lain.

3. Kajian Materi Cahaya dan Sifat-Sifatnya

Menurut Kusnin (2007:125) Cahaya merupakan bentuk

gelombang elektromagnetik yang dapat ditangkap dengan mata manusia.

Menurut Suroto (2010:94) terdapat dua macam cahaya yaitu cahaya

tampak dan cahaya tak tampak. Cahaya tampak adalah cahaya putih yang

(28)

yang tidak dapat ditangkap oleh mata, misalnya sinar X, sinar ultraviole,

sinar gamma dan sinar inframerah. Cahaya memiliki sifat-sifat sebagai

berikut:

a. Cahaya merambat lurus

Cahaya dapat merambat lurus jika tidak ada rintangan yang

menghalanginya. Contoh dalam kehidupan sehari-hari adalah lampu

mobil atau motor pada malam hari, cahaya senter yang diarahkan ke

tembok.

b. Cahaya menembus benda bening

Cahaya dapat menembus benda bening seperti air jernih,

gelas bening. Contohnya senter yang dinyalakan dan diarahkan ke

gelas bening maka cahaya akan menembus gelas bening.

c. Cahaya dapat dipantulkan

Contoh dalam kehidupan sehari-hari bahwa cahaya dapat

dipantulkan adalah kita bisa melihat wajah kita sendiri di cermin.

Jika cermin disinari oleh senter dan pantulan lampu mengenai mata

maka akan merasakan cahaya yang menyilaukan.

d. Cahaya dapat dibiaskan

Cahaya akan mengalami pembiasan jika merambat melalui

dua media yang kerapatannya berbeda. Pembiasan cahaya adalah

pembelokan arah rambat cahaya. Contoh cahaya dapat dibiaskan

adalah pensil yang dimasukkan di dalam gelas berisi air akan terlihat

(29)

e. Dispersi Cahaya

Menurut Suroto (2010:112) dispersi cahaya adalah peristiwa

penguraian cahaya putih menjadi cahaya berwarna merah, jingga,

kuning, hijau, biru, nila dan ungu. Contoh dispersi dalam kehidupan

sehari-hari adalah munculnya pelangi.

4. Model Pembelajaran VAK

Menurut Shoimin (2014:226) Model Pembelajaran Visual,

Auditori dan Kinestetik (VAK) adalah model pembelajaran yang

mengoptimalkan ketiga modalitas belajar untuk menjadikan si belajar

merasa nyaman. Model pembelajaran VAK adalah model pembelajaran

yang menggabungkan unsur visual, auditori, dan kinestetik. Menurut

Ghufron (2012: 42) gaya belajar merupakan sebuah pendekatan yang

menjelaskan mengenai bagaimana individu belajar atau cara yang

ditempuh oleh masing-masing orang untuk berkonsentrasi pada proses,

dan menguasai informasi yang sulit dan baru melalui persepsi yang

berbeda. Tiga modalitas yang dimiliki oleh siswa dalam proses

belajarnya yakni visual, auditorial ,dan kinestetik (VAK). Semua siswa

memiliki ketiga modalitas, ketika seseorang mampu mengkombinasikan

modalitas satu dengan yang lain maka kemampuan belajarnya akan

meningkat tetapi terdapat juga siswa yang cenderung pada salah satu

modalitas yang dimilikinya. Modalitas banyak digunakan dalam proses

pembelajaran dan komunikasi. Adapun macam-macam modalitas adalah

(30)

a. Visual

Siswa yang memiliki modalitas visual akan cenderung lebih

suka membaca dari pada dibacakan, mereka akan lebih mudah

memahami sesuatu dengan melihat dan mengalami kesulitan dalam

merangkai kata ketika berbicara.

b. Auditorial

Modalitas ini mengakses segala jenis bunyi dan kata yang

diciptakan maupun diingat, seperti musik, nada, irama, rima, dialog

internal dan suara. Siswa akan lebih mudah belajar atau mengingat

sesuatu dengan mendengarkan.

c. Kinestetik

Modalitas ini mengakses segala jenis gerak dan emosi yang

diciptakan maupun diingat, seperti gerakan, koordinasi, irama,

tanggapan emosional, dan kenyamanan fisik. Siswa akan lebih

mudah belajar dengan melakukan atau bergerak.

Model pembelajaran VAK mencakup tiga kategori utama

pembelajaran antara lain:

a. Pembelajaran visual

Pembelajaran yang di dalamnya ide-ide, konsep- konsep, dan

informasi lain diasosiasikan dengan gambar-gambar dan

teknik-teknik. Mereka yang memiliki pola belajar visual biasanya mampu

(31)

b. Pembelajaran auditorial

Pembelajaran yang di dalamnya seseorang sangat bergantung

pada pendengaran dan pembicaraan orang lain selama proses

belajarnya. Pembelajaran auditorial harus mendengar apa yang

dikatakan agar bisa memahami, dan sebaliknya mereka sering kali

kesulitan menghadapi instruksi-instruksi tertulis.

c. Pembelajaran kinestetik

Pembelajaran yang di dalamnya proses belajar dilakukan oleh

siswa yang melaksanakan aktivitas fisik, daripada mendengar

ceramah atau melihat pertunjukan. Mereka yang memiliki

kemampuan kinestetik biasanya belajar dengan cara

mempraktikkannya. Belajar kinestetik adalah cara belajar yang

melibatkan aktivitas fisik dan menggerakkan/ menggunakan tubuh

pada saat belajar. Menurut Deporter & Mike (2016:113) Kinestetik

adalah belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh. Untuk

merangsang hubungan pikiran dan tubuh, maka harus diciptakan

suasana belajar yang dapat membuat siswa bangkit dan berdiri dari

tempat duduk dan aktif secara fisik dari waktu ke waktu. Belajar

kinestetik adalah pembelajaran yang melibatkan siswa aktif selama

(32)

G. METODELOGI PENELITIAN

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas atau dikenal

dengan sebutan PTK. Menurut Susilo (2010:16) PTK adalah penelitian

yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar,

dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan

proses dalam pembelajaran. Menurut Supardi (2008:102) penelitian PTK

mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan

meningkatkan profesionalisme pendidik dalam proses belajar mengajar di

kelas dengan melihat kondisi siswa. Penelitian menggunakan PTK karena

penelitian ini memiliki manfaat yang banyak diantaranya sebagai inovasi

pembelajaran, peningkatan profesionalisme guru atau pendidik,

memperbaiki dan peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.

2. Subyek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah kelas V MI Klero Kecamatan

Tengaran Kabupaten Semarang, yang berjumlah 28 siswa yang terdiri dari

12 siswa perempuan dan 16 siswa laki-laki. Mereka berasal dari keluarga

yang berekonomi menengah ke bawah. Siswa kelas V MI Klero dipilih

sebagai subjek penelitan karena dinilai perlu adanya pembaharuan dalam

kegiatan pembelajaran agar siswa lebih termotivasi dan hasil belajar

mereka dapat meningkat. Situasi kelas yang digunakan untuk penelitian

(33)

pokok bahasan cahaya dan sifat-sifatnya dengan menggunakan model

pembelajaran VAK (Visual, Auditorial, dan Kinestetik).

3. Langkah-langkah Penelitian

Peneliti menggunakan PTK guna mencari pemecahan masalah

yang ditemui di dalam kelas. Terdapat empat tahapan dalam PTK antara

lain sebagai berikut:

a. Perencanaan

Tahapan perencanaan terdiri dari kegiatan sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi dan menganalisis masalah yaitu secara jelas

dapat dimengerti masalah yang akan diteliti.

2) Menetapkan alasan mengapa penelitan tersebut dilakukan, yang

akan melatar belakangi PTK.

3) Merumuskan masalah secara jelas, baik dengan kalimat tanya

maupun kalimat pernyataan.

4) Menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan

jawaban, berupa rumusan hipotesis tindakan.

5) Menentukan cara untuk menguji hipotesis tindakan dengan

menjabarkan indikator-indikator keberhasilan serta berbagai

instrumen pengumpulan data yang dapat dipakai untuk

menganalisis indikator keberhasilan.

6) Membuat secara rinci rancangan tindakan. Pada tahap ini kegiatan

(34)

a) Mengadakan pertemuan guru kelas dan guru pengamat untuk

berdiskusi tentang persiapan penelitian.

b) Menyiapkan materi

c) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran

d) Membuat lembar soal

e) Memberi instrumen penilaian berupa lembar observasi

kegiatan guru.

b. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan yang dilakukan adalah menerapkan

rancangan atau skenario pembelajaran yang sudah direncanakan pada

tahap satu. kegiatan pembelajaran terdiri dari tiga kegiatan yaitu

pendahuluan, inti (eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi) dan penutup.

c. Pengamatan

Pengamatan merupakan tahap pengumpulan data yang

berkaitan dengan perubahan yang terjadi dalam proses belajar

mengajar. Pengamatan bertujuan untuk mengetahui tingkat

keberhasilan guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Data yang

dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes, kuis, presentasi,

nilai tugas) dan data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa,

antusias siswa selama proses pembelajaran

d. Refleksi

Reflesi merupakan tahap untuk mengkaji secara menyeluruh

(35)

dan dievaluasi. Hal ini dilakukan untuk menyempurna tindakan

berikutnya. Menurut Suyadi (2011:50) gambaran tahap penelitian

adalah sebagai berikut:

Gambar 1.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas

4. Instrumen Penelitian

Instumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

terdiri dari:

a. Pedoman observasi

Pedoman observasi ini digunakan untuk mengamati secara

langsung kegiatan siswa dalam proses pembelajaran mata pelajaran

IPA pokok bahasan cahaya dan sifat-sifatnya. Perencanaan

Pelaksanaan Siklus I

Refleksi

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi Siklus II Pelaksanaan

Pengamatan

(36)

b. Soal tes

Soal tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa

setelah mengikuti pembelajaran IPA pokok bahasan cahaya dan

sifat-sifatnya dengan model pembelajaran VAK (Visual, Auditori dan

Kinestetik). Soal tes berisi pertanyaan-pertanyaan berupa lisan

maupun tulisan yang berhubungan dengan materi yang diajarkan.

c. Dokumentasi

Menurut Mulyasa (2011:69) dokumentasi merupakan

instrumen untuk mengumpulkan data tentang peristiwa atau

kejadian-kejadian masa lalu yang telah didokumentasikan. Pedoman ini berupa

silabus, RPP, dan juga nilai siswa sebelum dilakukan tindakan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah

a. Observasi

Dalam setiap siklus peneliti melakukan pengamatan terhadap

siswa untuk mengetahui hasil belajar dan kegiatan siswa terhadap

mata pelajaran IPA pokok bahasan cahaya dan sifat-sifatnya.

b. Tes

Tes digunakan untuk mengamati tingkat hasil belajar siswa

terhadap materi pelajaran IPA. Pada setiap siklus pendidik

memberikan tes tertulis untuk mengukur kemampuan dan pemahaman

(37)

c. Dokumentasi

Metode ini digunakan untuk mendapatkan gambaran umum

sekolah, keadaan guru, keadaan sarana prasarana dan keadaan siswa.

6. Analisis Data

Tahap penelitian yang dilakukan selanjutnya adalah menganalisis

tindakan keberhasilan atau keberhasilan siswa dengan cara memberikan

evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap siswa setiap akhir pertemuan.

Analisis data dilakukan dengan membandingkan antara skor nilai setiap

siklus dengan KKM yang telah ditetapkan yaitu 70 (sesuai dengan KKM

yang diberikan di MI Klero. Peserta didik dikatakan tuntas belajar apabila

memperoleh nilai ≥ 70, dan sebaliknya siswa di katakan belum tuntas

belajar dan memerlukan apabila memperoleh nilai < 70. Penentuan akhir

perbaikan diamati melalui siklus-siklus menggunakan tolok ukur kriteria

ketuntasan klasikal. Menurut Depdikbud dalam Daryanto (2011: 191-192)

ketuntasan klasikal dikatakan tuntas belajar apabila dalam kelas terdapat

85% siswa tuntas belajar. Hasil penelitian akan dianalisis untuk

membuktikan hipotesis dengan cara sebagai berikut :

a. Untuk menilai rata-rata ulangan tes formatif digunakan penghitungan

dengan rumus:

X=

Keterangan:

X = Nilai rata-rata

(38)

∑N = Jumlah siswa (Daryanto, 2011: 191)

b. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa, digunakan

rumus sebagai berikut:

P =

× 100 (Daryanto, 2011: 191)

H. Sistematikan Penulisan

Untuk mempermudah dalam pembahasan penelitian ini, penulis

menyusun dengan sistematika sebagai berikut:

1. Bagian awal meliputi: Halaman sampul, lembar logo, halaman judul,

persetujuan pembimbing, pengesahan, deklarasi, motto dan persembahan,

kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar

lampiran.

2. Bagian inti meliputi:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, hipotesis tindakan, manfaat penelitian,

penjelasan dan definisi operasional, metode penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Berisi pengertian belajar, hasil belajar, ilmu pengetahuan

alam, materi cahaya dan sifat-sifatnya, model pembelajaran

(39)

BAB III PELAKSANAAN DAN PENELITIAN

Berisi gambaran situasi umum MI Klero Kecamatan

Tengaran Kabupaten Semarang, subyek penelitian dan

karakteristik obyek penelitian, serta deskripsi per siklus.

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berisikan deskripsi kondisi awal, hasil penelitian tiap siklus,

analisis data, dan pembahasan.

BAB V PENUTUP

Berisi kesimpulan dan saran.

3. Bagian akhir terdiri dari daftar pustaka, lampiran-lampiran dan riwayat

(40)

21

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

Dalam prespektif agama islam, belajar merupakan kewajiban bagi

setiap orang agar memperoleh ilmu pengetahuan dalam rangka

meningkatkan derajat kehidupan mereka. Hal ini dinyatakan dalam surat

Mujadalah ayat 11 yang berbunyi:

ٍت اَجَر َد َمْلِعْلا اوُتْوُأ َنْي ِذَّلاَو ْمُكْنِم وُنَمَا َنْي ِذَّلا ُالله ِعَف ْزَي

...

“ ...Niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat kepada orang

-orang beriman dan berilmu”.

Menurut Ghufron (2012:7) belajar adalah suatu proses perubahan

yang cenderung menetap dan merupakan hasil dari pengalaman, serta

tidak termasuk perubahan fisiologis, namun perubahan psikologis yang

berupa perilaku dan representasi atau asosiasi mental. Menurut Susanto

(2013:4) belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan

sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep,

pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang

terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir,

merasa, maupun dalam bertindak. Belajar menurut teori behavioristik

diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku, perubahan disebabkan

(41)

behavioristik menjelaskan mengenai cara belajar organisme yang

terkait erat dengan faktor eksternal di luar diri individu. Menurut teori

kognitif belajar adalah proses untuk membangun persepsi seseorang dari

sebuah obyek yang dilihat. Menurut teori konstruktivisme belajar adalah

upaya untuk membangun pemahaman atau persepsi atas dasar

pengalaman yang dialami siswa. Belajar adalah suatu proses yang

dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku dan

kemampuan diri yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman

individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

2. Prinsip-prinsip Belajar

Prinsip belajar adalah konsep-konsep yang harus diterapkan di

dalam proses belajar mengajar. Guru dapat mengajar dengan baik apabila

seorang guru dapat menerapkan cara mengajar sesuai dengan

prinsip-prinsip belajar. Prinsip-prinsip-prinsip belajar menurut Sardiman (2009:24)

adalah sebagai berikut:

a. Belajar pada hakekatnya menyangkut potensi manusiawi dan

kelakuannya.

b. Belajar memerlukan proses dan penahapan serta kematangan diri

pada siswa.

c. Belajar akan lebih mantap dan efektif, bila didorong dengan motivasi.

d. Belajar merupakan proses percobaan dan atau pembiasaan.

e. Kemampuan belajar seseorang siswa harus diperhitungkan dalam

(42)

f. Belajar dapat melakukan tiga cara yaitu diajarkan langsung, kontrol,

kontak, penghayatan, pengalaman langsung dan pengenalan dan/atau

peniruan.

g. Belajar melalui praktik atau mengalami secara langsung akan lebih

efektif mampu membina sikap, keterampilan, cara berpikir kritis, dan

lain-lain, bila dibandingkan dengan belajar hafalan saja.

h. Perkembangan pengalaman anak didik akan banyak memengaruhi

kemampuan belajar yang bersangkutan.

i. Bahan pelajaran yang bermakna/berarti, lebih mudah dan menarik

untuk dipelajari, daripada bahan yang kurang bermakna.

j. Informasi tentang kelakuan baik, pengetahuan, kesalahan serta

keberhasilan siswa, banyak membantu kelancaran dan gairah belajar.

k. Belajar sedapat mungkin diubah ke dalam bentuk aneka ragam tugas,

sehingga anak-anak melakukan dialog dalam dirinya atau

mengalaminya sendiri.

3. Tujuan Belajar

Tujuan belajar akan tercapai jika terdapat sistem lingkungan atau

kondisi belajar yang lebih kondusif, karena lingkungan belajar yang

kondusif berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar. Sistem lingkungan

belajar juga dipengaruhi oleh berbagai komponen seperti tujuan

pembelajaran, materi yang diajarkan, guru dan siswa, sarana dan

(43)

Menurut Sardiman (2009:26) tujuan belajar adalah sebagai

berikut:

a. Untuk mendapatkan pengetahuan

Pengetahuan dan kemampuan berpikir tidak dapat

dipisahkan. Pengetahuan dan kemampuan berpikir sangat

berhubungan karena kemampuan berpikir seseorang akan

berkembang jika terdapat bahan pengetahuan, dan sebaliknya dengan

kemampuan berpikir seseorang akan memperkaya pengetahuan.

b. Penanaman konsep dan keterampilan

Penanaman konsep memerlukan keterampilan. Keterampilan

yang diperlukan berupa keterampilan jasmani dan rohani.

Keterampilan jasmani adalah keterampilan-keterampilan yang dapat

dilihat, diamati, sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan

gerak/penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar.

Keterampilan rohani menyangkut persoalan-persoalan penghayatan,

dan keterampilan berpikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan

merumuskan suatu masalah atau konsep.

c. Pembentukan sikap

Dalam kegiatan belajar mengajar guru akan selalu diamati,

dilihat, didengar, ditiru semua perilakunya oleh siswa. Dalam

kegiatan belajar siswa mungkin juga menirukan perilaku gurunya.

Guru diharapkan memiliki perilaku yang baik agar bisa dicontoh dan

(44)

4. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Susanto (2013:5) hasil belajar adalah

perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek

kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar.

Menurut Bloom hasil belajar adalah perubahan perilaku yang meliputi

tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

a. Ranah kognitif

Ranah kognitif disebut juga dengan pemahaman konsep.

Pemahaman adalah kemampuan untuk menerima, menyerap dan

memahami materi yang dipelajari. Menurut Susanto (2013:8) konsep

adalah sesuatu yang telah melekat dalam hati seseorang dan

tergambar dalam pikiran, gagasan, atau suatu pengertian. Ranah

kognitif meliputi tujuan belajar yang berhubungan dengan

pengetahuan dan pengembangan kemampuan intelektual. Seseorang

yang memiliki pemahaman konsep akan mampu menjelaskan

kembali materi yang diterima, menafsirkan konsep sesuai keadaan

lingkungan sekitar, dan bahkan mampu menghubungkan

pengetahuan atau konsep dengan keadaan saat ini dan masa yang

akan datang. Dapat disimpulakan bahwa ranah kognitif adalah

kemampuan seseorang untuk menerima, menyerap, memahami

pengetahuan yang dipelajarinya, untuk mengembangkan kemampuan

(45)

b. Ranah afektif

Ranah afektif adalah perbuatan perilaku, atau tindakan

seseorang. Ranah afektif menyangkut emosional dalam diri

seseorang. Ranah afektif meliputi tujuan belajar yang berhubungan

dengan perubahan sikap, minat, nilai-nilai dan pengembangan

apresiasi serta penyesuaian. Keberhasilan belajar akan menjadikan

seseorang berperilaku positif yang relatif menetap dan otomatis.

c. Ranah psikomotorik

Ranah psikomotorik meliputi tujuan belajar yang

berhubungan dengan keterampilan fisik dan keterampilan bertindak

seseorang. Menurut Susanto (2013:9) keterampilan adalah

kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan secara

efektif dan efisien untuk mencapai suatu hasil tertentu termasuk

kreativitasnya. Ranah psikomotorik mampu merespon hal-hal yang

bersifat fisik, mampu menggabungkan dua keterampilan dan bahkan

dapat menggunakan pengalaman untuk melakukan keterampilan

yang komplek, sehingga siswa mampu menemukan dan

mengembangkan konsep, prinsip atau teori yang dimiliki.

Dalam proses pembelajaran terdapat tujuan belajar yang

harus dicapai oleh siswa, sehingga siswa yang berhasil dalam belajar

adalah siswa yang dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Hasil

(46)

evaluasi. Evaluasi juga berfungsi untuk tindak lanjut atau bahkan

untuk mengukur tingkat penguasaan siswa dalam pembelajaran.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Belajar tidak hanya ditentukan oleh potensi yang ada dalam

individu tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lain yang berasal dari luar

diri yang belajar. Keberhasilan hasil belajar dipengaruhi oleh faktor

internal dan faktor eksternal.

a. Faktor internal

Menurut Susanto (2013:12) faktor internal merupakan faktor

yang bersumber dari dalam diri siswa, yang memengaruhi

kemampuan belajarnya. Faktor internal meliputi kondisi fisik,

kesehatan, kecerdasan, minat, perhatian, motivasi belajar, ketekunan,

sikap, dan kebiasaan dalam belajar

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah kesulitan belajar yang berasal dari

luar diri individu. Faktor eksternal terdiri dari faktor nonsosial dan

faktor sosial. Menurut Sriyanti (2013: 25) faktor non sosial adalah

faktor-faktor di luar individu yang berupa kondisi fisik yang ada di

lingkungan belajar. Contoh faktor non sosial adalah kondisi sekolah,

lingkungan belajar, sarana dan prasarana, dan lain-lain. Sedangkan

faktor sosial adalah faktor di luar individu yang berupa manusia.

Contoh faktor sosial adalah kedekatan hubungan antara anak dengan

(47)

gaya pengasuhan orang tua, gaya mengajar guru, sikap guru terhadap

siswa dan sebagainya.

B. Model Pembelajaran VAK

1. Pengertian Model Pembelajaran

Menurut Fathurrohman (2015:29) model pembelajaran adalah

kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur

yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan

pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi

sebagai pedoman dalam perencanaan pembelajaran bagi para pendidik

dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran. Menurut Kardi dan Nur

dalam Shoimin (2014:24) ciri-ciri model pembelajaran adalah sebagai

berikut:

a. Rasional teoretik logis yang disusun oleh para pencipta atau

pengembangnya.

b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar.

c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat

dilaksanakan dengan berhasil.

d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu

dapat tercapai.

Model pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting

dalam pembelajaran yaitu sebagai pedoman bagi pengajar dan para guru

(48)

disesuaikan dengan materi pelajaran, keadaan atau kondisi siswa serta

sumber belajar yang ada agar model pembelajaran dapat diterapkan

secara efektif dan dapat menciptakan lingkungan yang mendukung siswa

untuk belajar. Terdapat model pembelajaran yang kurang baik untuk

diterapkan dalam pembelajaran tetapi juga terdapat model pembelajaran

yang baik untuk diterapkan dalam proses pembelajaran. Menurut

Fathurrohman (2015:31) ciri-ciri model pembelajaran yang baik

diterapkan dalam pembelajaran adalah

a. Adanya keterlibatan intelektual-emosional siswa melalui kegiatan

mengalami, menganalisis, berbuat, dan pembentukan sikap.

b. Adanya keikutsertaan siswa secara aktif dan kreatif selama

pelaksanaan model pembelajaran.

c. Guru bertindak sebagai fasilitator, koordinator, mediator, dan

motivator kegiatan belajar peserta diik.

d. Penggunaan berbagai metode, alat, dan media pembelajaran.

2. Model Pembelajaran VAK

Menurut Shoimin (2014:226) Model Pembelajaran Visual,

Auditori dan Kinestetik (VAK) adalah model pembelajaran yang

mengoptimalkan ketiga modalitas belajar untuk menjadikan si belajar

merasa nyaman. Model pembelajaran VAK adalah model pembelajaran

yang menggabungkan unsur visual, auditori, dan kinestetik. Menurut

Ghufron (2012: 42) gaya belajar merupakan sebuah pendekatan yang

(49)

ditempuh oleh masing-masing orang untuk berkonsentrasi pada proses,

dan menguasai informasi yang sulit dan baru melalui persepsi yang

berbeda. Tiga modalitas yang dimiliki oleh siswa dalam proses

belajarnya yakni visual , auditorial, dan kinestetik (VAK). Semua siswa

memiliki ketiga modalitas, ketika seseorang mampu mengkombinasikan

modalitas satu dengan yang lain maka kemampuan belajarnya akan

meningkat tetapi terdapat juga siswa yang cenderung pada salah satu

modalitas yang dimilikinya. Modalitas banyak digunakan dalam proses

pembelajaran dan komunikasi. Adapun macam-macam modalitas adalah

sebagai berikut:

a. Visual

Menurut Deporter & Mike (2016:116) ciri-ciri orang visual

adalah sebagai berikut:

1) Rapi dan teratur

2) Berbicara dengan cepat

3) Perencana dan pengatur jangka panjang yang baik

4) Teliti terhadap detail

5) Mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun

presentasi

6) Pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya

dalam pikiran mereka

7) Mengingat apa yang dilihat, daripada yang didengar

(50)

9) Biasanya tidak terganggu oleh keributan

10)Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali

jika ditulis, dan sering kali minta bantuan orang untuk

mengulanginya.

11)Pembaca cepat dan tekun

12)Lebih suka membaca daripada dibacakan

13)Membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan

bersikap waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang

suatu masalah atau proyek

14)Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon dan dalam

rapat

15)Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain

16)Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat ya atau

tidak

17)Lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato

18)Lebih suka seni daripada musik.

19)Sering kali mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak

pandai memilih kata-kata

20)Kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin

memperhatikan.

Siswa yang memiliki modalitas visual akan cenderung lebih

(51)

memahami sesuatu dengan melihat dan mengalami kesulitan dalam

merangkai kata ketika berbicara.

b. Auditorial

Menurut Deporter & Mike (2016:118) ciri-ciri siswa yang

auditori adalah sebagai berikut:

1) Berbicara kepada diri sendiri saat bekerja

2) Mudah terganggu oleh keributan

3) Menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan di buku ketika

membaca

4) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan

5) Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama dan

warna suara

6) Merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita

7) Berbicara dalam irama yang berpola

8) Biasanya pembicara yang fasih

9) Lebih suka musik dari pada seni

10)Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang

didiskusikan daripada yang dilihat

11)Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu

panjang lebar

12)Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang

melibatkan visualisasi

(52)

14)Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik.

Seseorang dengan modalitas auditori akan cenderung mudah

menerima, mengingat, dan memproses informasi yang berupa bunyi

seperti musik, nada, irama, rima, dialog internal dan suara. Siswa

akan lebih mudah belajar atau mengingat sesuatu dengan

mendengarkan.

c. Kinestetik

Menurut Deporter & Mike (2016:118) ciri-ciri siswa yang

kinestetik adalah sebagai berikut:

1) Berbicara dengan perlahan

2) Menanggapi perhatian fisik

3) Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka

4) Berdiri dekat ketika berbicara dengan oarng

5) Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak

6) Mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar

7) Belajar melalui memanipulasi dan praktik

8) Menghafal dengan cara berjalan dan melihat

9) Menggunaan jari sebagai penunjuk ketika membaca

10)Banyak menggunakan isyarat tubuh

11)Tidak dapat duduk diam untuk waktu lama.

Seseorang yang memiliki modalitas kinestetik akan

cenderung mudah menerima, mengingat, dan memproses informasi

(53)

fisik. Siswa akan lebih mudah belajar dengan melakukan atau

bergerak.

Model pembelajaran VAK bertujuan untuk memenuhi gaya

belajar siswa yang berbeda-beda. Menurut Sriyanti (2013:27)

macam-macam gaya belajar siswa adalah sebagai berikut:

a. Somatis artinya tubuh atau raga. Siswa dengan tipe ini akan belajar

dengan cepat bila dilakukan dengan memanfaatkan tubuh, baik

melalui aktivitas yang melibatkan tubuh, ataupun dengan

memperhatikan bagian-bagian tubuhnya.

b. Auditif artinya suara. Siswa tipe ini akan lebih mudah belajar dengan

cara mendengarkan.

c. Visual adalah gaya belajar siswa dengan melihat. Siswa tipe ini akan

mudah memahami pelajaran dengan melihat.

d. Intelektual, gaya belajar dengan perenungan.

Berdasarkan pembahasan diatas dapat diketahui bahwa modalitas

atau gaya belajar siswa adalah visual, auditori, dan kinestetik. Siswa yang

visual dapat dilatih dengan meminta mereka mengamati situasi dunia

nyata lalu memikirkan, membicarakan situasi tersebut, menggambarkan

proses, prinsip. Siswa yang auditori dapat dilatih dengan mengajak

membaca dengan keras, mengajak aktif saat berdiskusi dalam

memecahkan masalah, meminta siswa untuk berbicara tentang apa yang

(54)

Model pembelajaran VAK mencakup tiga kategori utama

pembelajaran antara lain:

a. Pembelajaran visual

Pembelajaran yang di dalamnya ide-ide, konsep- konsep, dan

informasi lain diasosiasikan dengan gambar-gambar dan

teknik-teknik. Mereka yang memiliki pola belajar visual biasanya mampu

memahami informasi dengan menggambarkannya secara nyata.

b. Pembelajaran auditorial

Pembelajaran yang di dalamnya seseorang sangat bergantung

pada pendengaran dan pembicaraan orang lain selama proses

belajarnya. Pembelajaran auditorial harus mendengar apa yang

dikatakan agar bisa memahami, dan sebaliknya mereka sering kali

kesulitan menghadapi instruksi-instruksi tertulis.

c. Pembelajaran kinestetik

Pembelajaran yang di dalamnya proses belajar dilakukan oleh

siswa yang melaksanakan aktivitas fisik, daripada mendengar

ceramah atau melihat pertunjukan. Mereka yang memiliki

kemampuan kinestetik biasanya belajar dengan cara

mempraktikkannya. Menurut Deporter & Mike (2016:113)

Kinestetik adalah belajar dengan cara bergerak, bekerja dan

menyentuh. Untuk merangsang hubungan pikiran dan tubuh, maka

harus diciptakan suasana belajar yang dapat membuat siswa bangkit

(55)

waktu. Belajar kinestetik adalah pembelajaran yang melibatkan

siswa aktif selama proses pembelajaran, karena melibatkan aktivitas

fisik dan menggerakkan/ menggunakan tubuh pada saat belajar.

Model pembelajaran VAK adalah model pembelajaran yang multi

sensorik yang melibatkan tiga unsur gaya belajar, yaitu penglihatan,

pendengaran, dan gerakan. Gaya belajar multi sensorik membuat

pendidik untuk tidak hanya mendorong siswa untuk menggunakan satu

modalitas saja, tetapi berusaha mengkombinasikan semua modalitas

untuk memberi kemampuan yang lebih besar dan menutupi kekurangan

yang dimiliki masing-masing siswa.

3. Langkah-langkah Model Pembelajaran VAK

Penerapan model pembelajaran VAK dalam proses pembelajaran

terdapat beberapa tahapan yang harus dilaksanakan. Langkah-langkah

model pembelajaran VAK menurut Shoimin (2014:227) adalah sebagai

berikut:

a. Tahap persiapan atau kegiatan pendahuluan

Guru memberikan motivasi untuk membangkitkan minat siswa

dalam belajar, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman

belajar yang akan datang kepada siswa dan menempatkan mereka

dalam situasi optimal untuk menjadikan siswa lebih siap dalam

(56)

b. Tahap penyampaian atau kegiatan inti pada eksplorasi

Guru mengarahkan siswa untuk menemukan materi pelajaran

yang baru secara mandiri, menyenangkan, relevan, melibatkan

pancaindra, yang sesuai dengan gaya belajar VAK.

c. Tahap pelatihan atau kegiatan inti pada elaborasi

Guru membantu siswa untuk mengintegrasi dan menyerap

pengetahuan serta keterampilan baru dengan berbagai cara yang

disesuaikan dengan gaya belajar VAK.

d. Tahap penampilan hasil atau kegiatan inti pada konfirmasi

Guru membantu siswa dalam menerapkan dan memperluas

pengetahuan maupun keterampilan baru yang mereka dapatkan, pada

kegiatan belajar sehingga hasil belajar mengalami peningkatan.

4. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran VAK

Penerapan model pembelajaran VAK dalam proses pembelajaran

memiliki kelebihan dan kekurangan yang harus dipahami. Kelebihan dari

model pembelajaran VAK menurut Shoimin (2014:228) adalah

a. Pembelajaran akan lebih efektif karena mengkominasikan ketiga gaya

belajar.

b. Mampu melatih dan mengembangkan potensi siswa yang telah

dimiliki oleh pribadi masing-masing.

(57)

d. Mampu melibatkan siswa secara maksimal dalam menemukan dan

memahami suatu konsep melalui kegiatan fisik seperti demonstrasi,

percobaan, observasi, dan diskusi aktif.

e. Mampu menjangkau setiap gaya pembelajaran siswa.

f. Siswa yang memiliki kemampuan bagus tidak akan terhambat oleh

siswa yang lemah dalam belajar karena model ini mampu melayani

kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.

Kelemahan dari model pembelajaran VAK adalah terdapat

beberapa orang yang tidak mampu mengkombinasikan ketiga gaya belajar

visual, auditori dan kinestetik. Seseorang yang hanya mampu

menggunakan satu gaya belajar akan menyerap informasi yang

disampaikan dengan menggunakan gaya belajar yang dicenderunginya.

C. IPA

1. Pengertian IPA

Menurut Rusmono (2012:6) pembelajaran merupakan suatu upaya

untuk menciptakan suatu kondisi bagi terciptanya suatu kegiatan belajar

yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang

memadai. Menurut Rahman & Sofan (2014:41) pembelajaran adalah

suatu upaya yang dilakukan oleh seorang guru atau pendidik untuk

membelajarkan siswa yang belajar. Dapat disimpulkan bahwa

(58)

agar dapat belajar dengan baik dan tercapai tujuan pembelajaran yang

diinginkan.

Menurut Ahmadi (2000:2) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah

suatu pengetahuan teori yang diperoleh/disusun dengan cara yang

khas-khusus yaitu melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan,

penyusunan teori, eksperimentasi, observasi, dan demikian seterusnya

kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain. Menurut

Trianto (2010:36) IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis,

penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gelaja alam, lahir dan

berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen

serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan

sebagainya. (Depdiknas 2006) bahwa “ IPA berhubungan dengan cara

mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya

penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep atau

prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Menurut

Susanto (2013:167) IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam

semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan

prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapat suatu

kesimpulan. Menurut Wisudawati dan Sulistyowati (2014:22) IPA adalah

rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yaitu mempelajari fenomena

alam yang faktual, baik berupa kenyataan atau kejadian dan hubungan

sebab akibatnya. IPA adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang gejala

(59)

menuangkan pengetahuan tentang gejala alam yang diperoleh melalui

observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, mengaitkan

antara cara yang satu dengan cara yang lain.

2. Hakikat Pembelajaran IPA

Secara umum IPA terbagi menjadi tiga ilmu dasar yaitu biologi,

fisika dan kimia. Pada jenjang SD/MI IPA diberikan sebagai integrative

science atau IPA terpadu. Menurut Susanto (2013:167) hakikat

pembelajaran IPA diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu ilmu

pengetahuan alam sebagai produk, proses, dan sikap.

Ilmu pengetahuan alam sebagai produk merupakan kumpulan

hasil penelitian yang dilakukan oleh ilmuan dan membentuk konsep yang

dikaji sebagai kegiatan empiris dan kegiatan analitis. IPA sebagai produk

berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau diluar sekolah

ataupun bahan bacaan untuk penyebaran pengetahuan. IPA

membutuhkan proses dalam menemukan fakta dan teori yang akan

digeneralisasi oleh ilmuwan.

Ilmu pengetahuan Alam sebagai proses artinya semua kegiatan

ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk

menemukan pengetahuan baru. IPA membutuhkan proses dalam

menemukan fakta dan teori yang akan digeneralisasi oleh ilmuwan.

Adapun proses IPA disebut dengan keterampilan proses. Keterampilan

proses yang perlu dilatih dalam pembelajaran IPA meliputi keterampilan

(60)

mengkomunikasikan, mengenal hubungan ruang dan waktu, serta

keterampilan proses terintegrasi misalnya merancang dan melakukan

eksperimen.

IPA di sekolah dasar diharapkan dapat menumbuhkan sikap

ilmiah seperti seorang ilmuan. Contoh sikap ilmuan diantaranya adalah

ingin tahu, jujur, percaya diri, tidak tergesa-gesa, dan objektif terhadap

fakta. Sikap ini dapat dikembangkan di sekolah melalui kegiatan diskusi,

percobaan, simulasi dan kegiatan proyek di lapangan.

Dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya IPA terdiri dari tiga

komponen yaitu produk, proses dan sikap ilmiah. Dalam pembelajaran

tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau fakta yang dihafal

tetapi juga terdapat kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran

dalam mempelajari rahasia gejala alam.

3. Tujuan Pembelajaran IPA

Menurut Badan Nasional Standar Pendidikan (BSNP:2006) dalam

Susanto (2013:171) tujuan pembelajaran IPA di sekolah adalah

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam

ciptaan-Nya.

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

(61)

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi, dan masyarakat.

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,

menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA

sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.

Pada dasarnya tujuan pembelajaran IPA adalah agar siswa mampu

memahami dan menguasai konsep-konsep IPA serta dapat

mengkaitkannya dengan kehidupan nyata. Siswa juga mampu

menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang

dihadapinya, sehingga lebih menyadari dan mencintai kebesaran serta

kekuasaan penciptanya.

D. Materi Cahaya dan Sifat-sifatnya

Menurut Kusnin (2007:125) Cahaya merupakan bentuk gelombang

elektromagnetik yang dapat ditangkap dengan mata manusia. Cahaya

didefinisikan sebagai radiasi yang dapat mempengaruhi mata dan memiliki

(62)

sebesar 299.792.458 meter per sekon (Yosaphat, 2008:10.3) Cahaya dapat

berasal dari matahari, lampu, senter, atau lainnya. Benda-benda yang dapat

meghasilkan cahaya disebut sumber cahaya. Sumber cahaya terbesar di bumi

adalah matahari.

Menurut Suroto (2010:94) terdapat dua macam cahaya yaitu cahaya

tampak dan cahaya tak tampak. Cahaya tampak adalah cahaya putih yang

dapat ditangkap oleh mata, sedangkan cahaya tak tampak adalah cahaya yang

tidak dapat ditangkap oleh mata, misalnya sinar X, sinar ultraviolet, sinar

gamma dan sinar inframerah. Cahaya memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1. Cahaya merambat lurus

Cahaya dapat merambat lurus jika tidak ada rintangan yang

menghalanginya. Cahaya merambat berdasarkan garis lurus. Contoh dalam

kehidupan sehari-hari adalah lampu mobil atau motor saat membelok di

tikungan, cahaya dari lampu mobil tidak dapat membelok menyoroti jalan

yang menikung, cahaya senter yang diarahkan ke tembok.

(63)

2. Cahaya menembus benda bening

Benda-benda yang dapat meneruskan cahaya secara sempurna

disebut benda bening, seperti air jenih, dan gelas bening. Benda-benda

yang dapat meneruskan cahaya tetapi tidak sempurna disebut benda keruh

contohnya air sabun, air teh, dll. Selain benda bening dan benda keruh

terdapat juga benda gelap. Contoh benda gelap adalah papan, pohon, dan

tembok. Benda yang tidak dapat ditembus oleh cahaya akan membentuk

bayangan. Terdapat dua macam bayangan yaitu bayangan inti (umbra) dan

bayangan tambahan (penumbra). Menurut Wahyudi ( 2011:63) bayangan

umbra adalah bayangan yang sama sekali tidak dapat dilalui oleh cahaya

sehingga ruang itu menjadi benar-benar gelap. Bayangan penumbra adalah

bayangan yang masih dapat dilalui oleh cahaya sehingga ruangan yang

terhalang terlihat remang-remang.

Gambar

Gambar 1.1  Tahap Penelitian Tindakan Kelas
Gambar 2.1 Cahaya dapat merambat lurus
Gambar 2.2 Cahaya dapat menembus benda bening
Gambar 2.3 Cahaya dapat dipantulkan
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Rata- rata Persentase Manfaat Hasil Pengetahuan “Mengolah Hidangan Berbahan Terigu (Pasta)” Sebagai Kesiapan Cook Helper Berkaitan Dengan Tahap Persiapan ……… 82

Judul Artikel :Morphological variation in three populations of the pill ark cockle, Anadara pilula (Mollusca: Bivalve) of Java, Indonesia.. Penulis :Yuyun Qonita, Yusli

[r]

2) Permodalan: Koperasi Pegawai Negeri UNY, PT Telkom, PT Angkasa Pura, PT Pertamina, PT Jamsostek, dunia perbankan (BNI, BTN, Bank Mandiri, BPD-DIY), Gudang

[r]

yang diperoleh dalam penelitian ini adalah persentase manifestasi oral pada penderita. Universitas

Dengan demikian perhitungan harga jual produk cat kayu pada perusahaan sebesar Rp 349.817 dengan menggunakan metode garis lurus dan penulis sebesar Rp 349.697 dengan menggunakan