PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM SEMESTER I MATERI KONTROL DIRI MELALUI
METODE POINT COUNTERPOINT PADA
SISWA KELAS X IPA SMA NEGERI 2 SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh :
IRVAN DWI APRIYANTO
NIM.111-14-246
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
v
MOTTO
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
vi
PERSEMBAHAN
Dengan segala puji syukur kepada Allah SWT, serta dukungan dan do’a dari orang-orang tercinta, dengan tersusunnya skripsi ini. Saya persembahkan rasa syukur dan terimakasih kepada,
1. Orang tuaku Bapak Alm. Mat Rondi dan Ibu Siti Kusnuriyah yang telah memberikan dukungan moril maupun materil serta do’a yang tiada henti untuk kesuksesan penulis.
2. Keluarga tercinta, Mbk Diah yang slalu memberikan dukungan yang tiada henti. Serta Bulik Yuli yang tidak pernah lelah membimbing penulis hingga saat ini. Serta keluarga besar Mbh Sukarno yang telah memberikan dukungan dan do’a.
3. Teman Seperjuangan di “AMOEBA”, Lukman Rahardian, Ardan Affifudin
, Muhammad Najib, Murahman, Nizar Azim Mustofa, Haryo Febrianto, Ahmad, Arif Fatkhurohman, Muhamad Syaifudin, Muhammad Fahmi Widodo, Soma Wijaya, Fikri Adyani dan semua yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
4. Teman seperjuangan PPL SMPN 4 Salatiga, Lukman, Imam, Arifin, Sami, Mira, Affra, Maimunah, Tina, Hinddun dan Bella.
5. Teman seperjuangan KKN Ngaren Posko 98, Mas Ilham, Mas In’am,
Yuniar, Lia, Simun, Tri, Aisyah dan mbk maskanah.
6. Teman-teman di Himpunan mahasiwa Islam cabang Salatiga, Khususnya Komisariat Walisongo.
7. Sahabat Tercinta, Ika Agustina, Novita Anggraeni, M. Asfuri, M. Nur Fauzi dan M. Nur faisal, yang tiada henti slalu mensuport dan dukungan kepada penulis.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini.Sholawat serta salam penulis haturkan kepada
junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya
kejalan kebenaran dan keadilan.
Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada pemimpin umat dan
penutup para Rasul, Muhammad SAW yang telah membimbing dan mendidik
manusia dari masa kegelapan menuju masa yang sangat terang benderang dengan
syariatnya yang lurus.
Skripsi yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam
semester I materi Kontrol Diri melalui Metode Point Counterpoint Pada Siswa
Kelas X IPA SMA Negeri 2 Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019” ini, diajukan
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Institut Agama Islam
Negeri ( IAIN ) Salatiga.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan
yang telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa material, maupun spiritual.
Selanjutnya penulis haturkan ucapan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam
viii
2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
(FTIK)
3. Ibu Hj. Siti Rukhayati, M. Ag selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Agama Islam (PAI), dan selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan
meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis dalam penulisan
skripsi ini.
4. Ibu Dr. Muna Erawati, M,Si. Selaku Pembimbing Akademik yang
senantiasa membimbing dan mengarahkan dalam proses bimbingan
akademik selama kuliah.
5. Seluruh Dosen dan Karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu
selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi.
6. Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Salatiga Ibu Dra. Wahyu Tri Astuti, M.Pd.
7. Guru Pendidikan Agama Islam SMA Negeri 2 Salatiga, Bapak M. Rifqi
Munif, S.Pd.
8. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Semoga segala amal yang telah diperbuat akan menjadi amal saleh, yang
akan mendaptakan pahala yang berlipat dari Allah SWT, kelak di kemudian hari.
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.ya rabbal ‘alamin.
ix ABSTRAK
Irvan Dwi Apriyanto. 2018. Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam materi Kontrol Diri melalui Metode Point Counterpoint Pada Siswa KELAS X IPA SMA Negeri 2 Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019. Skripsi, Salatiga: Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Siti Rukhayati, M.Ag.
Kata kunci: Hasil Belajar, Pendidikan Agama Islam, Metode Point Counterpoint
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah metode Point Counterpoint dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam materi kontrol diri pada siswa Kelas X IPA SMA Negeri 2 Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019?.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dengan dua siklus. objek penelitian adalah siswa Kelas X IPA SMA Negeri 2 Salatiga yang berjumlah 30 siswa sedangkan yang menjadi kolaborator dalam penelitian ini adalah guru Mapel PAI SMA Negeri 2 Salatiga. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah observasi, dan tes (pret test dan Post test).
x DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN BERLOGO... Ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... Iii HALAMAN PENGESAHAN... Iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... v
MOTTO... Vi PERSEMBAHAN... Vii KATA PENGANTAR... Viii ABSTRAK... X DAFTAR ISI... xi
DAFTAR LAMPIRAN... Xiii BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian... 7
D. Hipotesis... 9
E. Metode Penelitian... 13
F. Sistematika Penulisan... 18
BAB II LANDASAN TEORI... 20
xi
1. Hasil Belajar... 20
2. Metode Point Counterpoint... 27
3. PendidikanAgama Islam... 32
4. Materi Kontrol Diri... 41
B. Kajian Pustaka... 44
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN... 47
A. Deskripsi Pra Siklus... 47
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I... 49
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 61
A. Deskripsi Paparan Siklus... 61
1. Pra Siklus... 61
2. Siklus I... 62
3. Siklus II... 67
B. Perbandingan Hasil Antar Siklus... 73
BAB V PENUTUP... 76
A. Kesimpulan... 76
B. Saran... 76
DAFTAR PUSTAKA... 77
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus I dan II
Lampiran 2 Lembar evaluasi siklus I
Lampiran 3 Lembar evaluasi siklus II
Lampiran 4 Dokumentasi hasil evaluasi siklus I
Lampiran 5 Dokumentasi hasil evaluasi siklus II
Lampiran 6 Lembar pengamatan guru pada siklus I
Lampiran 7 Lembar pengamatan guru pada siklus II
Lampiran 8 Lembar pengamatan siswa pada kelas I
Lampiran 9 Lembar pengamatan siswa pada kelas II
Lampiran 10 Foto-foto kegiatan selama kegiatan penelitian
Lampiran 11 Surat permohonan pembimbing skripsi
Lampiran 12 Lembar konsultasi skripsi
Lampiran 13 Surat permohonan ijin penelitian
Lampiran 14 Surat keterangan penelitian
Lampiran 15 Nilai SKK mahasiswa
1 BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Sekolah merupakan suatu lembaga yang bertujuan mempersiapkan
anak untuk hidup sebagai anggota masyarakat yang sanggup berpikir sendiri dan
berbuat efektif. Pelajaran di sekolah harus sesuai dengan keadaan masyarakat,
dan sikap gotong royong hendaklah dijadikan suatu prinsip yang mewarnai
praktek pengajaran untuk anak-anak (Nasution, 1986:147).
Pengajaran yang baik adalah bukan sekedar mentransfer pengetahuan
kepada peserta didik, akan tetapi bagaimana membantu peserta didik supaya
dapat belajar. Kalau ini dihayati, maka pengajar tidak lagi menjadi pemeran
sentral dalam proses pembelajaran (Zaini, 2008:17). Belajar yang hanya
mengandalkan indera pendengaran mempunyai beberapa kelemahan, padahal
hasil belajar seharusnya disimpan sampai waktu yang lama.
Proses pembelajaran yang terjadi selama ini siswa menerima materi dari
guru tanpa analisis kritis dari siswa, sehingga guru merupakan pusat informasi
dengan segala interpretasinya sendiri. Guru menerima informasi pertama dari
sumber bahan ajar, kemudian disampaikan kepada murid, sehingga murid
menerima informasi kedua yang bersumber dari guru. Hal ini menyebabkan
siswa pasif, kurang informatif, salah interpretatif karena mendapat informasi
sumber kedua, bukan sumber pertama. Setelah mendapat informasi dari sumber
2
yang disampaikan guru. Padahal, murid adalah sosok manusia yang mempunyai
potensi unggul yang dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran. Potensi
kritis yang dimiliki oleh siswa menjadi tidak berkembang, sehingga
mengakibatkan perkembangan kemampuan daya pikir siswa juga tidak
berkembang.
Cara pertama untuk membuat siswa aktif belajar adalah dengan
memberi kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan sumber informasi
pertama. Siswa dibimbing dan diarahkan kepada sumber belajar pertama, seperti
fenomena sosial, pengalaman kehidupan sehari-hari, buku, majalah, surat kabar,
jurnal, hasil penelitian dan sebagainya. Semua sumber informasi pertama
disajikan kepada siswa, sehingga siswa akan melakukan beberapa hal, seperti :
Membaca, memahami dan mengerti informasi dengan cermat, Mengidentifikasi
masalah, Memecahkan masalah, Mengambil kesimpulan, Melaksanakan
kesimpulan. Dengan begitu siswa akan merasa dihargai, dihormati dan
diperhatikan oleh guru, sehingga dalam dirinya timbul dan tumbuh kepercayaan
untuk memecahkan beberapa persoalan.
Cara kedua untuk membuat siswa aktif belajar adalah dengan mengajak
berpikir kritis. Guru menyajikan materi dengan analisis guru, akan berbeda
dengan dengan siswa yang menerima informasi dengan berpikir kritisnya siswa.
Ketika siswa diberi kesempatan untuk mengkritisi materi pelajaran, siswa akan
melakukan beberapa hal, antara lain : Mengidentifikasi masalah dengan
pertanyaan kritis, Membuat kunci pokok untuk membuat hipotesis, Menyusun
3
Towaf (1996) juga mengamati adanya kelemahan-kelemahan
pendekatan yang digunakan dalam pendidikan. Ia mengatakan bahwa
pendekatan yang digunakan masih cenderung normatif. Kurang kreatifnya guru
agama dalam menggali metode yang bisa dipakai untuk pendidikan agama
menyebabkan pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton (Muhaimin,
2001:90). Oleh karena itu, jika secara umum pendidikan di indonesia
memerlukan berbagai inovasi dan kreatifitas agar tetap berfungsi optimal
ditengah arus perubahan, maka pendidikan agama juga membutuhkan berbagai
upaya inovasi agar eksistensinya tetap bermakna bagi kehidupan siswa sebagai
seorang pribadi, anggota masyarakat, dan dalam konteks kehidupan berbangsa
dan bernegara. Selain itu inovasi dan kreativitas, terutama dalam penerapan
metode dan strategi pembelajaran agama Islam, harus tetap bisa menjaga dan
tidak keluar dari koridor nilai-nilai agama Islam yang menjadi tujuan dari agama
itu sendiri (Ismail, 2008:4).
Pendidik diharapkan bekerja profesional, mengajar secara sistematis
dan berdasarkan prinsip didaktik metodik yang berdaya guna dan berhasil guna
(efisien dan efektif). Artinya pendidik dapat merekayasa sistem pembelajaran
secara sistematis dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran aktif
(Mudjiono, 2002:117-118). Pembelajaran aktif disini dapat diartikan bahwa
tidak hanya pengajar yang menjadi sumber belajar satu-satunya. Peserta didik
diharapkan dapat melaksanakan apa yang menjadi tanggung jawabnya baik
didalam kelas maupun diluar kelas. Belajar Aktif itu sangat diperlukan oleh
4
didik pasif, atau hanya menerima dari pengajar, ada kecenderungan untuk cepat
melupakan apa yang telah diberikan.
Belajar tentu saja harus dilaksanakan melalui proses kognitif
(tahapan-tahapan yang bersifat aqliah). Dalam hal ini, sistem memori yang terdiri atas
memori sensori, memori jangka pendek, dan memori jangka panjang berperan
sangat aktif dan menentukan berhasil atau gagalnya seseorang dalam meraih
pengetahuan dan keterampilan (Syah, 2015:86). Maka seorang guru memerlukan
strategi belajar-mengajar yang memungkinkan atau memberi kesempatan
kepada siswa untuk melakukan kegiatan belajar dalam rangka mencapai tujuan
tertentu. Strategi apa yang dipilih dan digunakan, pada hakikatnya bergantung
pada kemampuan guru sendiri, yang ditandai oleh tingkat pengetahuan,
keterampilan, sikap dan pengalamannya serta berkaitan dengan ruang lingkup
proses belajar-mengajar dalam bidang umumnya dan strategi belajar-mengajar
pada bidang studi khususnya.
Strategi pembelajaran yang berkesan monoton oleh guru membuat
siswa kurang berminat untuk mengikuti dan melaksanakan proses belajar
mengajar. Kurangnya sarana prasarana sekolah seperti laboratorium yang
bersifat dwi fungsi, buku-buku pembelajaran, dan motivasi siswa juga
mempengaruhi proses pembelajaran. Selain itu, terdapat juga fenomena
beberapa guru yang sangat lambat atau malah tidak mengembalikan pekerjaan
siswa sehingga siswa acuh tidak acuh dengan apa yang dikerjakannya.
Hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri
5
kurang antusias mengikuti proses pembelajaran, hal ini terlihat dari aktivitas
siswa yang masih sibuk berbicara dengan teman sebangkunya pada saat guru
sedang menjelaskan, siswa jarang mengajukan pertanyaan, mengemukakan
pendapat dan cenderung tidak aktif dalam proses pembelajaran, serta Hasil
Belajar siswa Kelas X IPA SMA Negeri 2 Salatiga masih tergolong rendah
dimana masih banyaknya nilai siswa yang tidak memenuhi KKM 75. Hal ini
dikarenakan dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru seringkali
menggunakan strategi pembelajaran yang berpusat pada guru, padahal apabila
guru terus menerus menggunakan strategi pembelajaran seperti itu maka akan
sulit bagi siswa untuk berperan aktif dalam suatu kegiatan pembelajaran karena
guru bertindak sebagai pusat informasi sehingga akan terbentuk komunikasi satu
arah saja. Strategi pembelajaran yang demikian akan membuat siswa menjadi
cepat bosan dan hilangnya minat dalam pembelajaran. Maka dari itu
pembelajaran Pendidikan Agama Islam membutuhkan suatu strategi
pembelajaran yang menarik untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran sehingga hasil belajarnya dapat meningkat.
Salah satu strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan
siswa adalah strategi pembelajaran Point counterpoint, yaitu merupakan suatu
metode diskusi yang memungkinkan siswa berperan aktif dalam proses
pembelajaran dimana siswa diarahkan agar mampu menanggapi dan
mengemukakan pendapat terkait dengan hal-hal yang didiskusikan. Format
tersebut mirip dengan perdebatan namun kurang formal dan berjalan lebih cepat.
6
aktif mengeluarkan pendapat dalam kelompoknya, siswa dituntut untuk berfikir
secara kritis mengenai isu yang dibahas dalam kelompok, melatih siswa untuk
memaparkan hasil diskusi dan menerima tanggapan dari teman atau kelompok
lainnya.
Berdasarkan hal ini peneliti menarik kesimpulan untuk melakukan
penelitian dengan judul:
“ Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Semester I
materi Kontrol Diri melalui Metode Point counterpoint Pada Siswa Kelas X IPA SMA Negeri 2 Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019 ”.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka sebagai rumusan masalahnya
yaitu apakah metode Point Counterpoint dapat meningkatkan Hasil Belajar
Pendidikan Agama Islam Semester I materi Kontrol Diri pada Siswa Kelas X
IPA SMA Negeri 2 Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019?
C.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan
penelitiannya ini adalah Untuk mengetahui peningkatan Hasil Belajar
Pendidikan Agama Islam Semester I materi Kontrol Diri setelah diterapkannya
Model Point Counterpoint pada Siswa Kelas X IPA di SMA Negeri 2 Salatiga
Tahun Pelajaran 2018/2019.
7
Penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada beberapa kalangan,
yaitu:
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis diharapkan penelitian ini memberikan manfaat
sebagai salah satu sumber bacaan dan bahan informasi dalam mengkaji
masalah yang relevan dengan hasil penelitian.
2. Manfaat praktis
a. Bagi siswa
1) Meningkatkan partisipasi siswa karena sistem pembelajarannya yang
lebih menarik dan menyenangkan serta bersifat student center.
2) Meningkatkan kemampuan siswa untuk berfikir melalui strategi
pembelajaran yang lebih menarik, inovatif, dan aktif.
b. Bagi guru
1) Memberikan gambaran kepada guru tentang strategi pembelajaran yang
dapat digunakan untuk meningkatkan keaktifan maupun partisipasi
siswa di dalam proses pembelajaran.
2) Memberikan tambahan pengetahuan tentang strategi dalam
pembelajaran PAI yang dapat digunakan untuk meningkatkan keaktifan
8
3) Memotivasi guru untuk dapat memberikan materi pelajaran secara
menarik agar siswa menjadi lebih aktif.
4) Memberi tambahan pengetahuan kepada guru untuk dapat memilih
strategi pembelajaran yang tepat sehingga proses pembelajaran menjadi
lebih efektif.
c. Bagi Sekolah
1) Memberikan saran dalam upaya mengembangkan proses pembelajaran
yang mampu meningkatkan partisipasi dan kemampuan berpikir siswa
sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan.
2) Sebagai acuan kebijakan sekolah dalam penyelenggaraan pembelajaran
yang dapat meningkatkan partisipasi dan kemampuan berpikir untuk
meningkatkan kualitas siswa.
E.Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan 1. Hipotesis Tindakan
Hipotesis Penelitian Tindakan Kelas ini adalah: Penerapan Metode
Point Counterpoint dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X IPA
Pendidikan Agama Islam materi Kontrol Diri di SMA Negeri 2 Salatiga
Tahun Pelajaran 2018/2019.
9
Indikator pencapaian dalam penelitian tindakan Kelas X IPA
Pendidikan Agama Islam materi Kontrol Diri di SMA Negeri 2 Salatiga ini
adalah meningkatnya hasil belajar siswa. apabila peserta didik mampu
memperoleh nilai dengan KKM 75 dan meningkatnya Hasil Belajar ditandai
rata-rata nilai hasil lebih dari 70. Dan rata-rata siswa yang mendapatkan nilai
tersebut dinyatakan tuntas apabila telah mencapai 85 % dari jumlah siswa
Kelas X IPA yang ada di SMA Negeri 2 Kota Salatiga.
F. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
dilaksanakan dengan dua siklus. Menurut Suharsimi Arikunto, Penelitian
tindakan kelas harus menyangkut upaya guru dalam bentuk proses
pembelajaran. Selain itu penelitian tindakan kelas bukan hanya sekedar
mengajar, tetapi juga harus ada upaya meningkatkan hasil, yaitu lebih baik
dari sebelumnya. Ide yang dicobakan dalam penelitian tindakan harus
cemerlang dan guru sangat yakin bahwa hasilnya akan lebih baik dari
biasanya (Arikunto, 2012:2).
Penelitian ini dikembangkan berdasarkan permasalahan yang
muncul dalam kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di kelas. Peneliti akan
melakukan sebanyak 2 siklus yang setiap siklus terdiri dari 4 komponen yaitu
10
(reflecting). Untuk lebih jelasnya tahapan-tahapan dalam penelitian tindakan
kelas (Arikunto, 2012:137) menjabarkan sebagai berikut:
Gambar 1.1. Penelitian Tindakan Kelas Model Suharsimi Arikunto
2. Waktu dan Subjek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 2 Salatiga Jl. Tegalrejo No.
79 Kota Salatiga, Tegalrejo, Kec. Argomulyo, Kota Salatiga Prov. Jawa
Tengah pada tanggal 20 Juli – 25 Agustus 2018. Sedangkan subjek penelitian
adalah siswa Kelas X IPA SMA Negeri 2 Salatiga yang berjumlah 30 siswa.
Sedangkan yang menjadi kolaborator dalam penelitian ini adalah guru Mapel
PAI SMA Negeri 2 Salatiga.
3. Langkah-langkah Penelitian
Pelaksanaan pembelajaran dalam pertemuan mengikuti siklus
rancangan penelitian tindakan kelas. Berikut ini adalah tahapan-tahapan
intervensi tindakan yang dilakukan pada penelitian, yaitu:
11
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah
mempersiapkan desain metode diskusi, yaitu:
1) Mempersiapkan sebuah masalah yang mempunyai beberapa perspektif
(sudut pandang).
2) Menentukan beberapa pesrpektif mengenai kontrol diri (mujahadah
an-nafs).
3) Mempersiapkan name tag sebagai penanda penentuan perspektif bagi
tiap kelompok (name tag merah: Kelompok 1, name tag kuning:
Kelompok 2, name tag hijau: Kelompok 3, name tag biru: Kelompok 4
dan name tag putih: Kelompok 5).
4) Mempersiapkan media gambar (Tawuran Pelajar, radikalisme dan
ekstrimisme).
5) Membuat lembar observasi untuk melihat aktifitas diskusi siswa dalam
pembelajaran.
b. Pelaksanaan tindakan
Adapun langkah-langkah pembelajaran pada pelaksanaan
tindakan ini adalah:
1) Tahap pendahuluan dengan rincian sebagai berikut:
a) Mensosialisasikan kepada siswa tentang metode point counterpoint
b) Membentuk kelompok siswa yang telah direncanakan
c) Menjelaskan prosedur dalam pelaksanaan point counterpoint
d) Memberikan kegiatan awal berkaitan dengan materi yang akan
12
2) Tahap pengembangan dengan rincian sebagai berikut:
a) Membagi lima kelompok, dimana masing-masing kelompok
memiliki ketua kelompok.
b) Tiap kelompok memiliki perspektif yang berbeda dengan kelompok
lain mengenai materi yang akan di diskusikan.
3) Tahapan penerapan dengan rincian sebagai berikut:
a) Masing-masing ketua kelompok mengambil secara acak pita
berwarna yang akan menentukan perspektif kelompok mereka yang
akan di diskusikan.
b) Masing-masing kelompok mendiskusikan dengan sesama teman
sekelompoknya mengenai materi atau tema disesuaikan dengan
perspektif yang sudah ditentukan sebelumnya.
c) Masing-masing kelompok yang diwakili oleh ketua kelompok
mengungkapkan/mempresentasikan hasil diskusi mereka mengenai
materi yang disesuaikan dengan perpektif yang telah ditentukan.
d) Setelah seluruh kelompok mengungkapkan/mempresentasikan
pendapatnya, kelompok lain boleh memberi sanggahan terhadap
hasil ungkapan/presentasi dari kelompok lainnya.
e) Menyimpulkan kegiatan diskusi (Tawuran Pelajar, radikalisme, dan
ekstrimisme).
c. Observasi
Kegiatan pengamatan terhadap semua aspek yang terjadi selama
13
Di dalam pembelajaran dilakukan pengamatan aktifitas diskusi siswa dan
kegiatan guru/peneliti dalam mengolah kelas saat pembelajaran oleh
observer.
d. Evaluasi dan Refleksi
Tahap ini mengkaji kekurangan dari tindakan yang telah
diberikan. Hal ini dilakukan dengan cara melihat efesiensi waktu dan
kemampuan siswa dalam mempresentasikan dan menanggapi
permasalahan. Selain itu peneliti mengevaluasi hasil belajar yang
diperoleh setelah pembelajaran. Peneliti ingin melihat perubahan atau
peningkatan hasil belajar akibat penggunaan metode point counterpoint
yang diberikan pada pembelajaran PAI di Kelas X IPA SMA Negeri 2
Salatiga. Apakah terjadi perubahan atau peningkatan dari hasil belajar
setelah penggunaan metode point couterpoint atau hasil belajar justru
merendah dari hasil belajar sebelum penggunaan metode point
counterpoint. Jika hasil masih belum sesuai dengan yang diharapkan pada
siklus 1, maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam sebuah penelitian, data merupakan bagian terpenting karena
tujuan utama dari suatu penelitian adalah untuk mendapatkan data. Oleh
karena itu terdapat beberapa teknik pengumpulan data agar mendapatkan data
yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data yang
sesuai dengan standar yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data yang
14 a. Lembar observasi (siswa dan guru)
Observasi adalah teknik pengumpulan data dimana peneliti
melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat
dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2004:104). Pada lembar
obvservasi siswa untuk melihat aktivitas siswa ketika proses pembelajaran
berlangsung. aktivitas siswa yang diamati ketika proses pembelajaran
disesuaikan dengan indikator-indikator pendekatan pembelajaran Point
Counterpoint di Kelas X IPA SMA Negeri 2 Salatiga.
Lembar observasi guru untuk melihat aktivitas guru/peneliti
ketika proses pembelajaran berlangsung. aktivitas guru mengenai
bagaimana menyampaikan prosedur pelaksanaan metode point
counterpoint, penyampaian materi awal yang akan dibahas, dan
mengatur/memoderatori jalannya pembelajaran.
b. Tes hasil belajar
Tes merupakan seperangkat rangsangan (stimulus) yang
diberikan kepada seseorang dengan masud untuk medapatkan
jawaban-jawaban yang dijadikan skor angka. (Hamdani dan Doni dkk, 2008: 77).
Jadi, Tes adalah alat untuk mengetahui atau mengukur hasil belajar siswa,
tes yang dilakukan pada penelitian ini dilakukan pada sebelum
pelaksanaan metode point counterpoint (pre tes) dan setelah pelaksanaan
metode poin counterpoint (post tes). Instrumen yang digunakan adalah tes
pilihan ganda untuk mengetahui hasil belajar siswa Kelas X IPA SMA
15 5. Instrumen Penelitian
a. Observasi
b. Tes
6. Analisis Data
Menurut Suyadi (2010:85) analisis data adalah menganalisa data
yang telah terkumpul guna mengetahui beberapa besar keberhasilan tindakan
dalam penelitian untuk perbaikan belajar siswa.
a. Rata-rata Kelas
Untuk memperoleh nilai rata-rata tes formatif, dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
(X) =∑ XN
X : Nilai rata-rata
ΣX : Jumlah semua nilai siswa
N : Jumlah siswa (Djamarah, 2006:64)
Sedangkan untuk membuktikan presentase ketuntasan belajar
siswa, maka hasil penilitian akan dianalisis dengan rumus sebagai berikut:
P =FtbN X 100 %
Keterangan :
P : Nilai dalam persen
Ftb : Frekuensi tingkat belajar
N : Jumlah keseluruhan (Djamarah, 2006: 225-226).
16
Ketuntasan siswa diukur menggunakan KKM yang sudah
ditetapkan oleh SMA Negeri 2 Salatiga pada Pendidikan Agama Islam
materi Kontrol Diri Tahun Pelajaran 2018/2019 yaitu 75. Jika hasil belajar
siswa tersebut sama atau melebihi KKM berarti siswa tersebut tuntas. Bila
kurang dari KKM berarti siswa tersebut tidak tuntas.
c. Indikator Pencapaian Penelitian Tindakan Kelas
Indikator pencapaian penelitian tindakan Kelas pada Kelas X
IPA di SMA Negeri 2 Salatiga adalah meningkatnya Hasil Belajar peserta
didik mampu memperoleh nilai dari Pendidikan Agama Islam materi
Kontrol Diri dengan KKM 75 dan mencapai belajar klasikal 85 %.
G.Sistematika Penulisan
Sitematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
Bagian awal berisi halaman sampul, lembar logo, halaman judul skripsi,
lembar persetujuan pembimbing, lembar persetujuan pengesahan, lembar
pernyataan keaslian penulisan, lembar moto penulis, lembar persembahan, kata
pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar bagan, daftar diagram, daftar
lampiran.
BAB I Berisi pendahuluan. Meliputi Latar Belakang Masalah,
Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Hipotesis Tindakan
dan Indikator Keberhasilan, Metode Penelitian (Rancangan Penelitian, Subjek
Penelitian, Langkah-langkah Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Instrumen
17
BAB II Landasan Teori. Mencakup penjelasan Hasil Belajar, Metode
Point counterpoint, Pendidikan Agama Islam di SMA, dan Efektifitas
Penggunaan Metode Point counterpoint.
BAB III Pelaksanaan penelitian. Berisi Deskripsi Pelaksanaan Siklus I
(perencanaan, pelaksanaan,pengamatan, dan refleksi) dan Deskripsi
Pelaksanaan Siklus II
BAB IV Meliputi hasil penelitian dan pembahasan, meliputi deskripsi
per siklus dan pembahasan.
BAB V Meliputi Penutup, meliputi: kesimpulan dan saran.
Sedangkan pada bagian akhir pada skripsi ini terdiri dari daftar pustaka,
18 BAB II
LANDASAN TEORI
A.Kajian Teori 1. Hasil Belajar
a. Hakekat Belajar
Suyono dan Hariyanto (2011:9) mengungkapkan, belajar adalah
suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,
meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan pengokohan
kepribadian. Belajar juga merupakan proses menjadi tahu atau proses
memperoleh pengetahuan. Kontak manusia dengan alam diistilahkan
sebagai pengalaman. Pengalaman yang terjadi berulang kali melahirkan
pengetahuan.
Menurut Purwanto, 2011:38) menyatakan, belajar adalah
aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
Belajar dalam konteks pendidikan menurut (Harsanto, 20115:87)
bahwa, kegiatan belajar selalu harus memberikan perubahan pada subjek
yang belajar. Perubahan tersebut terjadi karena adanya pengalaman
19
Dari beberapa definisi di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa
belajar adalah proses perubahan salam diri kita adalah perubahan yang
terencana dan bertujuan. Kita belajar belajar dengan tujuan sesuatu
lebih dulu kita tetapkan.
b. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Setelah suatu proses belajar berakhir,
maka siswa memperoleh suatu hasil belajar. Hasil belajar mempunyai
peranan penting dalam proses pembelajaran. Tujuan utama yang ingin
dicapai dalam kegiatan pembelajaran adalah hasil belajar. Hasil belajar
digunakan untuk mengetahui sebatas mana siswa dapat memahami serta
mengerti materi tersebut. Menurut Hamalik (2004: 31) hasil belajar adalah
pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengetahuan-pengetahuan, sikap-sikap,
apresiasi, abilitas, dan keterampilan.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 3) bahwa, hasil belajar
merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.
Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil
belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Menurut Hamalik (2004: 49) “mendefinisikan hasil
belajar sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam
mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang
20
Hasil belajar merupakan pengukuran dari penilaian kegiatan
belajar atau proses belajar yang dinyatakan dalam symbol, huruf maupun
kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada
periode tertentu. Menurut Susanto (2013: 5) perubahan yang terjadi pada
diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
sebagai hasil dari belajar.
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, dapat penulis
simpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu hasil yang diperoleh siswa
setelah siswa tersebut melakukan kegiatan belajar dan pembelajaran serta
bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang dengan melibatkan
aspek kognitif, afektif maupun psikomotor, yang dinyatakan dalam
symbol, huruf maupun kalimat.
c. Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi merupakan unsur penting dalam proses pembelajaran,
karena melalui evaluasi dapat diketahui apakah tujuan yang direncanakan
atau perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dapat tercapai atau tidak.
Evaluasi hasil belajar yang berhubungan dengan tugas guru rutin dapat
dilakukan evaluasi hasil, yang juga dapat dijadikan umpan balik.
Purwanto mengungkapkan, hasil belajar adalah perubahan yang
mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Aspek
perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran yang
dikembangkan oleh Bloom, Simpson dan Harrow mencakup aspek
21
Hasil belajar perlu dievaluasi. Evaluasi yang dimaksud sebagai
cermin untuk melihat kembali apakah tujuan yang ditetapkan telah tercapai
dan apakah proses belajar mengajar telah berlangsung efektif untuk
memperoleh hasil belajar.
Remmer (1967) mengemukakan, paling tidak ada tiga manfaat
penting dari hasil evaluasi, yaitu untuk membantu pemahaman
perkembangan peserta didik menjadi lebih baik, untuk menjelaskan
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik kepada orang tua, dan
membantu pemahaman peserta didik menjadi lebih baik, untuk
menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik kepada orang
tua, dan membantu guru dalam membuat perencanaan pembelajaran
(Arifin, 2013:287).
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Dalyono menerangkan bahwa berhasil tidaknya seseorang dalam
belajar disebabkan oleh dua faktor yaitu:
1) Faktor Internal (yang berasal dari dalam diri orang yang belajar)
a) Kesehatan
Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya
terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang yang tidak selalu sehat,
sakit kepala, demam, batuk dan sebagainya dapat mengakibatkan
tidak bergairah untuk belajar. Demikian pula halnya jika kesehatan
rohani (jiwa kurang baik).
22
Kedua aspek kejiwaan ini besar sekali pengaruhnya
terhadap kemampuan belajar. Seseorang yang mempunyai
intelegensi yang tinggi umumnya mudah belajar dan hasilnya pun
cenderung baik. Bakat juga besar pengaruhnya dalam menentukan
keberhasilan belajar. Jika seseorang yang mempunyai intelegensi
yang tinggi dan bakatnya ada dalam bidang yang dipelajari maka
proses belajar akan lebih mudah dibandingkan orang yang hanya
memiliki intelegensi tinggi saja atau bakat saja.
c) Minat dan Motivasi
Minat dapat timbul karena adanya daya tarik dari luar dan
juga datang dari sanubari. Timbulnya minat belajar disebabkan
beberapa hal, antara lain karena keinginan yang kuat untuk
menaikkan martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta
ingin hidup senang atau bahagia. Begitu pula seseorang yang belajar
dengan motivasi yang kuat akan melaksanakan kegiatan belajarnya
dengan sungguh-sungguh penuh gairah dan semangat belajar.
d) Cara belajar
Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian
hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor
fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan akan memperoleh hasil
23
2) Faktor Eksternal (yang berasal dari luar diri orang belajar)
a) Keluarga
Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap
keberhasilan anak dalam belajar, misalnya tinggi rendahnya
pendidikan, besar kecilnya penghasilan dan perhatian.
b) Sekolah
Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi
tingkat keberhasilan anak seperti kualitas guru, metode
mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak,
keadaan fasilitas atau perlengkapan di sekolah dan sebagainya.
c) Masyarakat
Keadaan masyarakat juga menentukan hasil belajar. Bila
sekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari
orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya, rata-rata
bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak
untuk lebih giat belajar.
d) Lingkungan sekitar
Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat
mempengaruhi hasil belajar. Keadaan lingkungan, bangunan rumah,
suasana sekitar, keadaan lalu lintas dan sebagainya semua ini akan
mempengaruhi kegairahan belajar (Dalyono, 1997:55-60).
24
Adapun tujuan dan fungsi dari hasil belajar tersebut adalah:
1) Memberikan umpan balik kepada guru dan siswa dengan tujuan
memperbaiki cara belajar-mengajar, mengadakan perbaikan dan
pengayaan bagi siswa, serta menempatkan siswa pada situasi
belajar-mengajar yang lebih tepat sesuai dengan tingkat kemampuan yang
dimilikinnya.
2) Memberikan informasi kepada siswa tentang tingkat keberhasilannya
dalam belajar dengan tujuan untuk memperbaiki, mendalami atau
memperluas pelajarannya.
3) Menentukan nilai hasil belajar siswa yang antara lain dibutuhkan
pemberian laporan kepada orang tua, penentuan kenaikan kelas, dan
penentuan kelulusan siswa. Untuk mengetahui hal tersebut perlu
diadakan pengukuran. Pengukuran adalah kegiatan yang dilakukan
untuk mengumpulkan informasi dalam upaya kemampuan menyerap
materi pelajaran yang diberikan. Salah satu caranya adalah dengan
memberikan evaluasi yang rutin setiap akhir proses pembelajaran yang
berlangsung (Dalyono, 1997:75-76).
2. Metode Point counterpoint a. Pengertian Point Counterpoint
Point counter point merupakan model pembelajaran dengan
teknik hebat untuk merangsang diskusi dan mendapatkan pemahaman
25
point, mirip dengan sebuah perdebatan, namun tidak terlalu formal dan
berjalan lebih cepat.
Sebuah debat bisa menajadi metode berharga untuk
meningkatkan pemikiran dan perenungan, terutama jika siswa diharapkan
mengemukakan pendapat yang berentangan dengan diri mereka sendiri.
Ini merupakan strategi debat yang secara aktif melibatkan tiap siswa di
dalam kelas.
Zaini (2007:42) mengungkapkan bahwa, strategi pembelajaran
Point counterpoint adalah merupakan pendekan dalam pembelajaran yang
sangat baik digunakan untuk melibatkan siswa dalam mendiskusikan
isu-isu kelompok secara mendalam. Dalam pandangan lain Silberman
mengatakan bahwa stategi ini merupakan kegiatan dengan teknik hebat
untuk merangsang diskusi dan mendapatkan pemahaman yang lebih
mendalam tentang berbagai isu komplek format tersebut mirip dengan
sebuah perdebatan namun kurang formal dan berjalan dengan lebih cepat
(Silberman, 2006:30).
Metode Point counterpoint mengandalkan kerja sama kelompok
untuk mendiskusikan suatu masalah yang dibahas oleh kelompoknya
sendiri dimana setelahnya kelompok itu akan beradu argumen,
membandingkan pendapat kelompoknya dengan kelompok lain yang
memiliki pandangan/perspektif yang berbeda dari suatu masalah yang
26
Dari penjelasan teori di atas dapat disimpulkan bahwa strategi
pembelajaran Point Counterpoint merupakan pendekatan dalam
pembelajaran dengan cara diskusi yang memiliki kesamaan dengan depat
pendapat, hanya saja dalam strategi pembelajaran Point Counterpoint
suasana belajar cenderung lebih bebas dan tidak terlalu formal. Dengan
demikian dimungkinkan bagi siswa mempunyai keleluasaan untuk
mengemukakan atau mengeluarkan pendapat dalam proses diskusi.
b. Prosedur Metode Point Counterpoint
Hamruni mengungkapkan beberapa langkah-langkah prosedur
yang harus dilakukan dalam pelaksanaan metode Point Counterpoint,
yaitu:
1) Pilihlah sebuah masalah yang memiliki dua perspektif (sudut pandang)
atau lebih.
2) Bagilah kelas ke dalam kelompok-kelompok menurut jumlah perspektif
yang telah ditetapkan, dan mintalah tiap kelompok mengungkapkan,
mendiskusikan lasan-alasan yang melandasi sudut pandang
masing-masing tim. Doronglah mereka bekerja dengan partner tempat duduk
atau kelompok-kelompok inti yang kecil.
3) Gabungkan kembali seluruh kelas, tetapi mintalah para anggota dari
tiap kelompok untuk duduk bersama dengan jarak antara sub-sub
kelompok.
4) Jelaskan bahwa peserta didik bisa memulai perdebatan. Setelah itu
27
yang sesuai dengan posisi yang telah ditentukan. Teruskan diskusi
tersebut, dengan bergerak secara cepat maju-mundur diantara
kelompok-kelompok.
5) Simpulkan kegiatan tersebut dengan membandingkan isu-isu
sebagaimana anda melihatnya. Berikan reaksi dan diskusi lanjutan
(Hamruni, 2012:164).
Dalam menerapkan strategi ini menurut Silberman ada beberapa
variasi yang dapat dilakukan, yaitu sebagai berikut :
1) Sebagai ganti sebuah perdebatan kelompok dengan kelompok,
pasangkan peserta didik individual dari kelompok – kelompok berbeda
dan seruhlah mereka saling beragumen. Ini dapat dilakukan secara
serentak, agar setiap peserta didik didorong dalam perdebatan itu pada
saat yang sama.
2) Aturlah kelompok – kelompok yang berlawanan agar mereka saling
berhadap-hadapan. Ketika seseorang menyimpulkan argumennya,
suruhlah peserta didik itu melemparkan suatu benda (seperti sebuah
bola atai tas kecil) kepada seoran anggota dari kelompok yang
berlawanan. Orang yang menangkap benda tersebut harus menangkis
argumen orang sebelumnya (Silberman, 2006:31). Siswa akan lebih
giat dalam belajar karena mendapat tantangan dari kelompok atau siswa
yang lain, karena siswa yang mendapat lemparan benda dari siswa lain,
harus menjawab apa yang ditanya oleh siswa tersebut jadi dengan
28
Berdasarkan uraian prosedur Metode Point counterpoint di atas,
dapat penulis simpulkan bahwa, strategi pembelajaran Point counterpoint
melibatkan setiap siswa dalam proses pembelajaran, dan siswa akan lebih
memahami materi pelajaran yang sedang di pelajari, dan siswa juga bisa
mengeluarkan pendapat tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari.
Artinya motivasi belajar siswa akan dapat meningkat dengan menerapkan
strategi pembelajaran Point counterpoint dan juga akan berpengaruh pada
hasil belajar siswa.
c. Kelebihan Metode Point Conterpoint
Sebagai metode yang mengutamakan kerja sama tim dalam
berdiskusi, metode Poin Counterpoint memiliki beberapa kelebihan,
kelebihan tersebut seperti:
1) Efektif digunakan untuk melibatkan siswa dalam diskusi.
2) Efektif digunakan pada pelajaran-pelajaran Agama, sosial atau tentang
lingkunganan.
3) Dapat menciptakan kerja sama siswa dalam proses pembelajaran untuk
memecahkan masalah dalam belajar. Misalnya siswa berkelompok
untuk belajar sendiri untuk mencari suatu masalah dan memecahkannya
walaupun tidak ada guru di dalam kelas. Dengan begitu siswa akan
29
Secara umum metode metode Poin Counterpoint menurut penulis
sebagai berikut:
1) Kedua segi permasalahan dapat disajikan, yang memiliki ide dan yang
mendebat/menyanggah sama-sama berdebat untuk menemukan hasil
yang lebih tepat mengenai suatu masalah.
2) Siswa dapat terangsang untuk menganalisis masalah didalam
kelompok, asal terpimpin sehingga analisis itu terarah pada pokok
permasalahan yang dikehendaki bersama.
3) Dalam pertemuan debat itu siswa dapat menyampaikan fakta dari kedua
sisi masalah, kemudian diteliti fakta mana yang benar/valid dan bisa
dipertanggung jawabkan.
4) Karena terjadi pembicaraan aktif antara pemrasaran dan penyanggah
maka akan membangkitkan daya tarik untuk turut berbicara, turut
berpartisipasi mengeluarkan suara.
5) Dapat digunakan dalam kelompok besar.
d. Kekurangan Metode Point Conterpoint
Kekurangan strategi pembelajaran Point counterpoint sebagai
berikut:
1) Tidak semua mata pelajaran atau materi pelajaran dapat menerapkan
strategi ini.
2) Siswa dituntut untuk membuat pertanyaan yang menyebabkan siswa
30
3) Perlu dikombinasikan dengan strategi lain yang relevan dan
mendukung materi yang bersangkutan.
4) Menuntut kecerdasan guru dalam mendialogkan pertanyaan yang
terkumpul dari siswa.
3. Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Menurut Sahertian (2000 : 1) mengatakan bahwa, pendidikan
adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Diteruskan oleh Ihsan (1996 : 1) menyatakan
bahwa, pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani
sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.
Atau dengan kata lain bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai suatu
hasil peradaban bangsa yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup
bangsa itu sendiri (nilai dan norma masyarakat) yang berfungsi sebagai
filsafat pendidikannya atau sebagai cita-cita dan pernyataan tujuan
pendidikannya (Ihsan,
Sedangkan Pendidikan Agama Islam berarti usaha-usaha secara
sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup
sesuai dengan ajaran Islam (Zuhairani, 1983 : 27).
Syariat islam tidak akan dihayati dan diamalkan orang kalau
hanya diajarkan saja, tetapi harus dididik melalui proses pendidikan nabi
31
kita lihat bahwa pendidikan islam itu lebih banyak ditujukan kepada
perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan baik
bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain. Dari segi lainnya,
pendidikan islam tidak bersifat teoritis saja, tetapi juga praktis. Ajaran
islam tidak memisahkan antara iman dan amal shaleh. Oleh karena itu,
pendidikan islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal
dan juga karena ajaran islam berisi tentang ajaran sikap dan tingkah laku
pribadi masyarakat menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama,
maka pendidikan islam adalah pendidikan individu dan pendidikan
masyarakat. Semula yang bertugas mendidik adalah para Nabi dan Rasul
selanjutnya para ulama, dan cerdik pandailah sebagai penerus tugas, dan
kewajiban mereka (Drajat, 1992 : 25-28).
Pendidikan agama dapat didefenisikan sebagai upaya untuk
mengaktualkan sifat-sifat kesempurnaan yang telah dianugerahkan oleh
Allah SWT kepada manusia, upaya tersebut dilaksanakan tanpa pamrih
apapun kecuali untuk semata-mata beribadah kepada Allah (Bawani, 1993
: 65).
Jadi, pendidikan agama Islam adalah sebagai proses penyampaian
informasi dalam rangka pembentukan insan yang beriman dan bertakwa
agar manusia menyadari kedudukannya, tugas dan fungsinya di dunia
dengan selalu memelihara hubungannya dengan Allah, dirinya sendiri,
masyarakat dan alam sekitarnya serta tanggung jawab kepada Tuhan Yang
32 b. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan pendidikan secara formal diartikan sebagai rumusan
kualifikasi, pengetahuan, kemampuan dan sikap yang harus dimiliki oleh
anak didik setelah selesai suatu pelajaran di sekolah, karena tujuan
berfungsi mengarahkan, mengontrol dan memudahkan evaluasi suatu
aktivitas sebab tujuan pendidikan itu adalah identik dengan tujuan hidup
manusia. Dari uraian di atas tujuan Pendidikan Agama peneliti sesuaikan
dengan tujuan Pendidikan Agama di lembaga-lembaga pendidikan formal
dan peneliti membagi tujuan Pendidikan Agama itu menjadi dua bagian
dengan uraian sebagai berikut :
1) Tujuan Umum
Tujuan umum Pendidikan Agama Islam adalah untuk mencapai
kwalitas yang disebutkan oleh Al-Qur'an dan hadits sedangkan fungsi
pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut
pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang
tercantum dalam Undang-Undang dasar No. 20 Tahun 2003.
33
Tujuan khusus Pendidikan Agama adalah tujuan yang
disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai
dengan jenjang pendidikan yang dilaluinya, sehingga setiap tujuan
Pendidikan Agama pada setiap jenjang sekolah mempunyai tujuan yang
berbeda-beda, seperti tujuan Pendidikan Agama di sekolah dasar
berbeda dengan tujuan Pendidikan Agama di SMA dan berbeda pula
dengan tujuan Pendidikan Agama di perguruan tinggi.
Tujuan khusus pendidikan seperti di SMA adalah untuk
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia,
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut serta meningkatkan tata cara membaca al-Qur’an dan tajwid
sampai kepada tata cara menerapkan hukum bacaan mad dan wakaf.
Membiasakan perilaku terpuji seperti qanaah dan tasawuh dan
menjawukan diri dari perilaku tercela seperti ananiah, hasad, ghadab
dan namimah serta memahami dan meneladani tata cara mandi wajib
dan shalat-shalat wajib maupun shalat sunat (Riyanto, 2006 : 160).
Sedangkan tujuan lain untuk menjadikan anak didik agar
menjadi pemeluk agama yang aktif dan menjadi masyarakat atau warga
negara yang baik dimana keduanya itu terpadu untuk mewujudkan apa
yang dicita-citakan merupakan suatu hakekat, sehingga setiap pemeluk
agama yang aktif secara otomatis akan menjadi warga negara yang baik,
terciptalah warga negara yang pancasilis dengan sila Ketuhanan Yang
34
c. Ruang Lingkup Pembahasan Pendidikan Agama Islam SMA
Ruang lingkup pendidikan agama Islam di SMA meliputi
keserasian dalam keseimbangan antara :
1) Hubungan manusia dengan Allah SWT
2) Hubungan manusia sesama manusia, dan
3) Hubungan manusia dengan alam (makhluk selain manusia) dan
lingkungan.
d. Kriteria Keberhasilan PAI
Kompetensi dasar mata pelajaran PAI di SMA berisi sekumpulan
kemampuan minimal yang harus dikuasai siswa selama menempuh
pendidikan di Sekolah Menengah Atas. Kemampuan ini berorientasi pada
perilaku afektif dan psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif
dalam rangka memperkuat keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Kemampuan-kemampuan yang tercantum dalam komponen-komponen
dasar ini merupakan penjabaran dari kemampuan dasar umum yang harus
dicapai di Sekolah Menengah Atas, yaitu sebagai berikut:
1) Beriman kepada Allah SWT, dan lima rukun iman yang lain dengan
mengetahui fungsi dan hikmahnya serta terefleksi dalam sikap,
perilaku, dan akhlak peserta didik dalam dimensi vertikal maupun
horizontal.
2) Dapat membaca, menulis dan memahami ayat Al-Qur’an serta
mengetahui hukum bacaannya dan mampu mengimplementasikan
35
3) Mampu beribadah dengan baik sesuai dengan tuntutan syariat Islam
baik, ibadah wajib maupun ibadah sunnah.
4) Dapat meneladani sifat, sikap, dan kepribadian Rasulullah, sahabat, dan
tabi`in serta mampu mengambil hikmah dari sejarah perkembangan
Islam untuk kepentingan hidup sehari-hari dimasa kini dan masa depan.
5) Mampu mempraktikkan system muamalat Islam dalam tata kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Seperti tergambar dalam kemampuan dasar umum di atas,
kemampuan dasar tiap kelas yang tercantum dalam standar nasional juga
dikelompokkan kedalam lima unsur pokok mata pelajaran pendidikan
agama Islam SMA, yaitu ; (1) Al-Qur’an, (2) Keimanan, (3) Akhlak, (4)
Fiqih/ibadah dan (5) tarikh.
4. Efektifitas Strategi Pembelajaran Point counterpoint pada Biang Studi Pendidikan Agama Islam
Mengajar merupakan usaha untuk menciptakan situasi dimana
seorang siswa diharapkan dapat belajar secara efektif. Guru yang terampil
dan penuh tanggung jawab akan selalu berusaha menciptakan suasana
kelas dalam keadaan hidup dan menyenangkan. Tidak dapat disangsikan
lagi bahwa pengetahuan guru dalam mengelola kelas sangat diperlukan.
Oleh karena itu, guru harus dapat memilih bentuk kegiatan yang dapat
memotivasi dan membangkitkan gairah dan semangat belajar siswa.
Guru dituntut untuk mengembangkan kemampuan kognitif siswa
36
dimilikinya dan keyakinan terhadap pesan-pesan moral nilai yang menyatu
dalam pengetahuannya. Upaya pengembangan kemampuan kognitif siswa
secara terarah, baik oleh orang tua maupun guru sangatlah penting. Upaya
pengembangan fungsi ranah kognitif akan berdampak positif bukan hanya
untuk ranah kognitif sendiri, melainkan juga bagi ranah afektif dan
psikomotorik.
Strategi pengajaran Point Counterpoint mengajarkan siswa untuk
berpikir kritis dengan memberikan penilaian menggunakan pertanyaan
yang memerlukan ketrampilan berpikir pada level yang lebih tinggi.
Pembelajaran kolaboratif melalui diskusi kelompok kecil juga
direkomendasikan sebagai strategi yang dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis. Dengan berdiskusi siswa mendapat kesempatan untuk
mengklarifikasi pemahamannya dan mengevaluasi pemahaman siswa lain,
mengobservasi strategi berpikir dari orang lain untuk dijadikan panutan,
membantu siswa lain yang kurang untuk membangun pemahaman,
meningkatkan motivasi, serta membentuk sikap yang diperlukan seperti
menerima kritik dan menyampaikan kritik dengan cara yang santun.
Metode Point Counterpoint merupakan modifikasi dari metode
diskusi, strategi ini merupakan teknik untuk merangsang diskusi dan
mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang berbagai isu
kompleks. Strategi pembelajaran Point counterpoint dipergunakan untuk
mendorong peserta didik berfikir kritis dalam berbagai perspektif terhadap
sehari-37
hari. Tujuan Penerapan Strategi Point counterpoint adalah untuk melatih
peserta didik agar mencari argumentasi yang kuat dalam memecahkan
suatu masalah yang aktual di masyarakat.
Adapun beberapa cara untuk mengembangkan kompetensi
berpikir kritis adalah :
a. Berpikiran terbuka terhadap ide-ide baru
b. Mengetahui bahwa setiap orang bisa memiliki pandangan yang berbeda
c. Memisahkan berpikir dengan perasaan dan berpikir logis
d. Menanyakan hal-hal yang di anggap tidak masuk akal
e. Menghindari kesalahan umum dalam pemberian alasan yang di buat
f. Jangan berargumen tentang sesuatu yang tidak di mengerti
g. Mengembangkan kosakata yang tepat untuk penyampaian dan
pengertian ide yang lebih baik
5. Materi Kontrol Diri (mujahadah an-nafs) a. Pengertian Mujahadah An-Nafs
Mujahadah an nafs sering disebut juga dengan kontrol diri, yaitu
perjuangan sungguh-sungguh atau jihad melawan ego atau nafsu pribadi.
Kontrol diri seringkali diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun,
membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat
membawa kearah konsekuensi positif, kontrol diri pun merupakan salah
satu potensi yang dapat dikembangkan dan digunakan individu selama
38
Jika kita menilik secara hakiki, nafsu diri atau disebut sebagai hawa
nafsu merupakan poros kejahatan. Karena, nafsu diri memiliki
kecenderungan untuk mencari berbagai kesenangan. Inilah kenapa Nabi
Muhammad SAW menegaskan bahwa jihad melawan nafsu lebih dahsyat
daripada jihad melawan musuh.
b. Surah Al Anfal Ayat 27 tentang Mujahadah An Nafs
Artinya:“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada Muhajirin), mereka itu satu sama lain saling melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikit pun bagimu melindungi mereka, sampai mereka berhijrah. (Tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah terikat perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Anfal ayat 72).
c. Manfaat dan Hikmah Kontrol Diri
Seseorang yang melakukan kontrol diri (mujahadah
an-nafs) akan memperoleh manfaat dan hikmah sebagai berikut :
1) Hati semakin bersih dan tenang
2) Memperoleh kebahagiaan lahir dan batin
39
4) Dijauhkan dari sifat-sifat tercela, seperti iri, dengki dan sombong
5) Dicintai Allah SWT dan sesama manusia
6) Mendapatkan hidayah yang sempurna dari Allah SWT 7) Mendapatkan
ridha dari Allah SWT
d. Ciri-ciri Mujahadah An Nafs (Kontrol Diri)
Ciri-ciri seseorang yang mempunyai kontrol diri antara lain :
1) Kemampuan untuk mengontrol perilaku yang ditandai dengan
kemampuan mengahadapi situasi yang tidak diinginkan.
2) Kemampuan menunda kepuasan dengan segera mengatur perilaku.
3) Kemampuan mengantisipasi peristiwa dengan mengantisipasi keadaan
melalui pertimbangan secara objektif.
4) Kemampuan menafsirkan peristiwa dengan melakukan penilaian dan
penafsiran suatu keadaan dengan cara memperhatikan segi-segi
positifnya.
5) Kemampuan mengontrol keputusan. Orang yang rendah kemampuan
mengontrol diri cenderung akan reaktif dan terus tidak stabil.
e. Prinsip-prinsip dalam Muhajahad An Nafs
1) Prinsip Kemoralan
Agama Islam mengajarkan moral yang baik bagi setiap
umatnya, misalnya tidak mencuri, tidak membunuh dan lainnya.
2) Prinsip Kesadaran
Prinsip ini mengajarkan kepada kita agar senantiasa sadar saat
40 3) Prinsip Perenungan
Dengan melakukan perenungan, maka kita akan cenderung
mampu mengendalikan diri.
4) Prinsip Kesabaran
Perlu adanya kesadaran akan kondisi emosi yang kita miliki.
5) Prinsip Pengalihan Perhatian
Manakala kita menyibukkan diri dengan aktifitas yang positif.
B.Kajian Pustaka
1. Amiruddin Yusuf. 2011. judul, “Peningkatan Keterampilan Menulis Iklan
Baris Melalui Kartu Identitas dengan Metode Point counterpoint Pada Siswa
Kelas IX-A MTs. Nahdlotushshibyan Wonoketingal Demak Tahun Ajaran 2011/2012.” Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi awal sebelum
dilakukan tindakan, nilai rata-rata kelas sebesar 58,03 dan belum mencapai
nilai rata-rata ketuntasan yang telah ditetapkan, yaitu sebesar 75. Pada siklus
II terjadi peningkatan sebesar 11,71 atau sebesar 15,34% bila dibanding siklus
I. Hasil nilai rata-rata yang diperoleh pada siklus II, yaitu sebesar 76,34 atau
dalam kategori baik. Peningkatan yang terjadi dari kondisi awal ke siklus II
sebesar 18,31 atau 23,98%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, simpulan
yang dapat diambil adalah keterampilan menulis iklan baris siswa kelas
41
dan perubahan tingkah laku yang lebih positif setelah mengikuti proses
pembelajaran dengan metode Point Counterpoint.
Persamaan penelitian Amiruddin Yusuf dengan penelitian ini
terletak pada penggunaan strategi pembelajaran yaitu dengan metode Point
Counterpoint. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah
objek dan materi yang akan di tingkatkan hasil belajarnya. Pada penelitian
Amiruddin Yusuf, objeknya adalah siswa Kelas IX pada tingkat MTs dan
materi Menulis Iklan Baris Melalui Kartu Identitas. Sedangkan pada
penelitian ini objeknya adalah Kelas X IPA pada tingkat SMA dengan Mata
Pelajaran PAI Materi Kontrol Diri.
2. Ani Septiana. 2012. Judul, “Efektivitas Metode Point Counter Point dalam
Pembelajaran Menemukan Informasi Melalui Membaca Intensif pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Donorojo, Jepara Tahun Ajaran 2012/2013”. Dari
hasil analisis data, hasil perhitungan uji hipotesis diperoleh thitung = 4,43. Dengan dk = 67 dan taraf nyata α = 5% dari daftar distribusi t diperoleh ttabel
= 2,002. Karena thitung > ttabel (4,43>2,002) sehingga bunyi hipotesisnya
adalah diterima dan data yang diperoleh adalah signifikan. Jadi dapat
dikatakan bahwa hipotesis alternatif (Ha) diterima, yaitu metode point
counter point efektif dalam pembelajaran menemukan informasi melalui
membaca intensif pada siswa kelas VIII SMP N 2 Donorojo, Jepara tahun
ajaran 2012/2013. Berdasarkan keefektifan metode Point Counterpoint, siswa
42
dari teks bacaan dengan berdiskusi serta mendapatkan pemahaman lebih
mendalam.
Persamaan yang bisa diambil dalam penelitian ini adalah
mengaktifkan siswa dalam mencari informasi untuk menyelesaikan suatu
masalah. Dengan metode point counterpoint membuat siswa turut aktif
berargumen dari informasi-informasi yang didapat untuk memecahkan
masalah yang dibahas. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang saya
lakukan adalah fokus penelitian ini adalah meningkatkan ke efektifan siswa
sedangkan fokus penelitian yang penulis lakukan adalah meningkatkan hasil
43 BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A.Deskripsi Kegiatan Pra Siklus
Pada bagian ini peneliti akan memaparkan gambaran tentang kondisi
siswa Kelas X IPA SMA Negeri 2 Salatiga tempat penelitian dilakukan disertai
penjelasan adanya perbedaan antara metode pembelajaran yang biasa dilakukan
dengan metode pembelajaran yang akan diujicobakan dalam penelitian ini.
Tabel 3.1
Nilai hasil belajar Pra siklus Pendidikan Agama Islam Kelas X IPA SMA Negeri 2 Salatiga
44
45
siswa X yang berjumah 30 dengan fokus penelitian pada pembelajaran mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam semester ganjil dengan materi kontrol diri.
Penelitian tindakan kelas terdiri dari 2 siklus ini merancang strategi
pembelajaran yang bisa diterapkan dalam pembelajaran yang selama ini
berlangsung. Hal ini mengingat bahwa salah satu tujuan Penelitian Tindakan
Kelas adalah memperbaiki meningkatkan prestasi belajar siswa di kelas serta
kualitas proses pembelajaran. Karena peneliti menyadari bahwa pembelajaran
yang selama ini berlangsung kurang memberi dampak yang positif pada siswa
serta belum mampu membangkitkan aktivitas dan motivasi belajar siswa yang
pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajar siswa.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, peneliti mencoba menerapkan
metode Point Counterpoint pada setiap siklus yang merupakan suatu metode
diskusi yang memungkinkan siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran
dimana siswa diarahkan agar mampu menanggapi dan mengemukakan pendapat
terkait dengan hal-hal yang didiskusikan. Dengan tujuan untuk meningkatkan
aktivitas dan motivasi belajar sehingga akan berdampak pada hasil belajar siswa.
Pada tahap pra siklus ini, peneliti melakukan Pre Test yang terdiri dari
30 soal pilihan ganda dan 10 soal isian yang dilaksanakan pada hari Kamis
tanggal 19 Juli 2018. Peneliti melakukan pre test ditahap awal tersebut diketahui
bahwa dari 30 siswa yang tuntas berjumlah 10 siswa dengan persentase 33,33%
dan siswa yang belum tuntas berjumlah 20 siswa dengan persentase 66,67%,
46 B.Deskripsi pelaksanaan siklus I
Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan pada semester I, hari
Senin tanggal 23 Juli 2018, selama kurang lebih 2 jam pelajaran (2x35 menit).
Pelaksanaan tindakan ini sesuai dengan program semester mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam Kelas X IPA semester I.
Pelaksanaan tindakan siklus I yang dilakukan guru bersama peneliti
dilakukan dalam 4 (empat) tahapan, yaitu dengan alur perencanaan (planing),
implementasi tindakan (acting), observasi dan interprestasi (observasing), dan
refleksi (reflekting), secara garis besar pelaksanaan dapat dideskripsikan sebagai
berikut:
1. Tahap perencanaan
a. Guru menentukan sub pokok bahasan yaitu kontrol diri
b. Mempersiapkan rencana pembelajaran (RPP) sebagai pedoman dalam
kegiatan belajar mengajar.
c. Mempersiapkan kegiatan pembelajaran dengan alat dan bahan yang
diperlukan berkaitan dengan materi kontrol diri
d. Mempersiapkan name tag sebagai penanda penentuan perspektif bagi tiap
kelompok (name tag merah: Kelompok 1, name tag kuning: Kelompok 2,
name tag hijau: Kelompok 3, name tag biru: Kelompok 4 dan name tag
putih: Kelompok 5).
e. Mempersiapkan media gambar (Tawuran Pelajar, radikalisme dan