• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEMESTER I MATERI KONTROL DIRI MELALUI METODE POINT COUNTERPOINT PADA SISWA KELAS X IPA SMA NEGERI 2 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20182019 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEMESTER I MATERI KONTROL DIRI MELALUI METODE POINT COUNTERPOINT PADA SISWA KELAS X IPA SMA NEGERI 2 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20182019 SKRIPSI"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM SEMESTER I MATERI KONTROL DIRI MELALUI

METODE POINT COUNTERPOINT PADA

SISWA KELAS X IPA SMA NEGERI 2 SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2018/2019

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh :

IRVAN DWI APRIYANTO

NIM.111-14-246

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

v

MOTTO

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan

manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

(7)

vi

PERSEMBAHAN

Dengan segala puji syukur kepada Allah SWT, serta dukungan dan do’a dari orang-orang tercinta, dengan tersusunnya skripsi ini. Saya persembahkan rasa syukur dan terimakasih kepada,

1. Orang tuaku Bapak Alm. Mat Rondi dan Ibu Siti Kusnuriyah yang telah memberikan dukungan moril maupun materil serta do’a yang tiada henti untuk kesuksesan penulis.

2. Keluarga tercinta, Mbk Diah yang slalu memberikan dukungan yang tiada henti. Serta Bulik Yuli yang tidak pernah lelah membimbing penulis hingga saat ini. Serta keluarga besar Mbh Sukarno yang telah memberikan dukungan dan do’a.

3. Teman Seperjuangan di “AMOEBA”, Lukman Rahardian, Ardan Affifudin

, Muhammad Najib, Murahman, Nizar Azim Mustofa, Haryo Febrianto, Ahmad, Arif Fatkhurohman, Muhamad Syaifudin, Muhammad Fahmi Widodo, Soma Wijaya, Fikri Adyani dan semua yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

4. Teman seperjuangan PPL SMPN 4 Salatiga, Lukman, Imam, Arifin, Sami, Mira, Affra, Maimunah, Tina, Hinddun dan Bella.

5. Teman seperjuangan KKN Ngaren Posko 98, Mas Ilham, Mas In’am,

Yuniar, Lia, Simun, Tri, Aisyah dan mbk maskanah.

6. Teman-teman di Himpunan mahasiwa Islam cabang Salatiga, Khususnya Komisariat Walisongo.

7. Sahabat Tercinta, Ika Agustina, Novita Anggraeni, M. Asfuri, M. Nur Fauzi dan M. Nur faisal, yang tiada henti slalu mensuport dan dukungan kepada penulis.

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini.Sholawat serta salam penulis haturkan kepada

junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya

kejalan kebenaran dan keadilan.

Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada pemimpin umat dan

penutup para Rasul, Muhammad SAW yang telah membimbing dan mendidik

manusia dari masa kegelapan menuju masa yang sangat terang benderang dengan

syariatnya yang lurus.

Skripsi yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam

semester I materi Kontrol Diri melalui Metode Point Counterpoint Pada Siswa

Kelas X IPA SMA Negeri 2 Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019” ini, diajukan

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Institut Agama Islam

Negeri ( IAIN ) Salatiga.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan

yang telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa material, maupun spiritual.

Selanjutnya penulis haturkan ucapan terima kasih dan penghargaan

setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam

(9)

viii

2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

(FTIK)

3. Ibu Hj. Siti Rukhayati, M. Ag selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Agama Islam (PAI), dan selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan

meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis dalam penulisan

skripsi ini.

4. Ibu Dr. Muna Erawati, M,Si. Selaku Pembimbing Akademik yang

senantiasa membimbing dan mengarahkan dalam proses bimbingan

akademik selama kuliah.

5. Seluruh Dosen dan Karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu

selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi.

6. Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Salatiga Ibu Dra. Wahyu Tri Astuti, M.Pd.

7. Guru Pendidikan Agama Islam SMA Negeri 2 Salatiga, Bapak M. Rifqi

Munif, S.Pd.

8. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Semoga segala amal yang telah diperbuat akan menjadi amal saleh, yang

akan mendaptakan pahala yang berlipat dari Allah SWT, kelak di kemudian hari.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.ya rabbal ‘alamin.

(10)

ix ABSTRAK

Irvan Dwi Apriyanto. 2018. Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam materi Kontrol Diri melalui Metode Point Counterpoint Pada Siswa KELAS X IPA SMA Negeri 2 Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019. Skripsi, Salatiga: Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Siti Rukhayati, M.Ag.

Kata kunci: Hasil Belajar, Pendidikan Agama Islam, Metode Point Counterpoint

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah metode Point Counterpoint dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam materi kontrol diri pada siswa Kelas X IPA SMA Negeri 2 Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019?.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dengan dua siklus. objek penelitian adalah siswa Kelas X IPA SMA Negeri 2 Salatiga yang berjumlah 30 siswa sedangkan yang menjadi kolaborator dalam penelitian ini adalah guru Mapel PAI SMA Negeri 2 Salatiga. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah observasi, dan tes (pret test dan Post test).

(11)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN BERLOGO... Ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... Iii HALAMAN PENGESAHAN... Iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... v

MOTTO... Vi PERSEMBAHAN... Vii KATA PENGANTAR... Viii ABSTRAK... X DAFTAR ISI... xi

DAFTAR LAMPIRAN... Xiii BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Hipotesis... 9

E. Metode Penelitian... 13

F. Sistematika Penulisan... 18

BAB II LANDASAN TEORI... 20

(12)

xi

1. Hasil Belajar... 20

2. Metode Point Counterpoint... 27

3. PendidikanAgama Islam... 32

4. Materi Kontrol Diri... 41

B. Kajian Pustaka... 44

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN... 47

A. Deskripsi Pra Siklus... 47

B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I... 49

C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 61

A. Deskripsi Paparan Siklus... 61

1. Pra Siklus... 61

2. Siklus I... 62

3. Siklus II... 67

B. Perbandingan Hasil Antar Siklus... 73

BAB V PENUTUP... 76

A. Kesimpulan... 76

B. Saran... 76

DAFTAR PUSTAKA... 77

(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus I dan II

Lampiran 2 Lembar evaluasi siklus I

Lampiran 3 Lembar evaluasi siklus II

Lampiran 4 Dokumentasi hasil evaluasi siklus I

Lampiran 5 Dokumentasi hasil evaluasi siklus II

Lampiran 6 Lembar pengamatan guru pada siklus I

Lampiran 7 Lembar pengamatan guru pada siklus II

Lampiran 8 Lembar pengamatan siswa pada kelas I

Lampiran 9 Lembar pengamatan siswa pada kelas II

Lampiran 10 Foto-foto kegiatan selama kegiatan penelitian

Lampiran 11 Surat permohonan pembimbing skripsi

Lampiran 12 Lembar konsultasi skripsi

Lampiran 13 Surat permohonan ijin penelitian

Lampiran 14 Surat keterangan penelitian

Lampiran 15 Nilai SKK mahasiswa

(14)
(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Sekolah merupakan suatu lembaga yang bertujuan mempersiapkan

anak untuk hidup sebagai anggota masyarakat yang sanggup berpikir sendiri dan

berbuat efektif. Pelajaran di sekolah harus sesuai dengan keadaan masyarakat,

dan sikap gotong royong hendaklah dijadikan suatu prinsip yang mewarnai

praktek pengajaran untuk anak-anak (Nasution, 1986:147).

Pengajaran yang baik adalah bukan sekedar mentransfer pengetahuan

kepada peserta didik, akan tetapi bagaimana membantu peserta didik supaya

dapat belajar. Kalau ini dihayati, maka pengajar tidak lagi menjadi pemeran

sentral dalam proses pembelajaran (Zaini, 2008:17). Belajar yang hanya

mengandalkan indera pendengaran mempunyai beberapa kelemahan, padahal

hasil belajar seharusnya disimpan sampai waktu yang lama.

Proses pembelajaran yang terjadi selama ini siswa menerima materi dari

guru tanpa analisis kritis dari siswa, sehingga guru merupakan pusat informasi

dengan segala interpretasinya sendiri. Guru menerima informasi pertama dari

sumber bahan ajar, kemudian disampaikan kepada murid, sehingga murid

menerima informasi kedua yang bersumber dari guru. Hal ini menyebabkan

siswa pasif, kurang informatif, salah interpretatif karena mendapat informasi

sumber kedua, bukan sumber pertama. Setelah mendapat informasi dari sumber

(16)

2

yang disampaikan guru. Padahal, murid adalah sosok manusia yang mempunyai

potensi unggul yang dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran. Potensi

kritis yang dimiliki oleh siswa menjadi tidak berkembang, sehingga

mengakibatkan perkembangan kemampuan daya pikir siswa juga tidak

berkembang.

Cara pertama untuk membuat siswa aktif belajar adalah dengan

memberi kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan sumber informasi

pertama. Siswa dibimbing dan diarahkan kepada sumber belajar pertama, seperti

fenomena sosial, pengalaman kehidupan sehari-hari, buku, majalah, surat kabar,

jurnal, hasil penelitian dan sebagainya. Semua sumber informasi pertama

disajikan kepada siswa, sehingga siswa akan melakukan beberapa hal, seperti :

Membaca, memahami dan mengerti informasi dengan cermat, Mengidentifikasi

masalah, Memecahkan masalah, Mengambil kesimpulan, Melaksanakan

kesimpulan. Dengan begitu siswa akan merasa dihargai, dihormati dan

diperhatikan oleh guru, sehingga dalam dirinya timbul dan tumbuh kepercayaan

untuk memecahkan beberapa persoalan.

Cara kedua untuk membuat siswa aktif belajar adalah dengan mengajak

berpikir kritis. Guru menyajikan materi dengan analisis guru, akan berbeda

dengan dengan siswa yang menerima informasi dengan berpikir kritisnya siswa.

Ketika siswa diberi kesempatan untuk mengkritisi materi pelajaran, siswa akan

melakukan beberapa hal, antara lain : Mengidentifikasi masalah dengan

pertanyaan kritis, Membuat kunci pokok untuk membuat hipotesis, Menyusun

(17)

3

Towaf (1996) juga mengamati adanya kelemahan-kelemahan

pendekatan yang digunakan dalam pendidikan. Ia mengatakan bahwa

pendekatan yang digunakan masih cenderung normatif. Kurang kreatifnya guru

agama dalam menggali metode yang bisa dipakai untuk pendidikan agama

menyebabkan pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton (Muhaimin,

2001:90). Oleh karena itu, jika secara umum pendidikan di indonesia

memerlukan berbagai inovasi dan kreatifitas agar tetap berfungsi optimal

ditengah arus perubahan, maka pendidikan agama juga membutuhkan berbagai

upaya inovasi agar eksistensinya tetap bermakna bagi kehidupan siswa sebagai

seorang pribadi, anggota masyarakat, dan dalam konteks kehidupan berbangsa

dan bernegara. Selain itu inovasi dan kreativitas, terutama dalam penerapan

metode dan strategi pembelajaran agama Islam, harus tetap bisa menjaga dan

tidak keluar dari koridor nilai-nilai agama Islam yang menjadi tujuan dari agama

itu sendiri (Ismail, 2008:4).

Pendidik diharapkan bekerja profesional, mengajar secara sistematis

dan berdasarkan prinsip didaktik metodik yang berdaya guna dan berhasil guna

(efisien dan efektif). Artinya pendidik dapat merekayasa sistem pembelajaran

secara sistematis dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran aktif

(Mudjiono, 2002:117-118). Pembelajaran aktif disini dapat diartikan bahwa

tidak hanya pengajar yang menjadi sumber belajar satu-satunya. Peserta didik

diharapkan dapat melaksanakan apa yang menjadi tanggung jawabnya baik

didalam kelas maupun diluar kelas. Belajar Aktif itu sangat diperlukan oleh

(18)

4

didik pasif, atau hanya menerima dari pengajar, ada kecenderungan untuk cepat

melupakan apa yang telah diberikan.

Belajar tentu saja harus dilaksanakan melalui proses kognitif

(tahapan-tahapan yang bersifat aqliah). Dalam hal ini, sistem memori yang terdiri atas

memori sensori, memori jangka pendek, dan memori jangka panjang berperan

sangat aktif dan menentukan berhasil atau gagalnya seseorang dalam meraih

pengetahuan dan keterampilan (Syah, 2015:86). Maka seorang guru memerlukan

strategi belajar-mengajar yang memungkinkan atau memberi kesempatan

kepada siswa untuk melakukan kegiatan belajar dalam rangka mencapai tujuan

tertentu. Strategi apa yang dipilih dan digunakan, pada hakikatnya bergantung

pada kemampuan guru sendiri, yang ditandai oleh tingkat pengetahuan,

keterampilan, sikap dan pengalamannya serta berkaitan dengan ruang lingkup

proses belajar-mengajar dalam bidang umumnya dan strategi belajar-mengajar

pada bidang studi khususnya.

Strategi pembelajaran yang berkesan monoton oleh guru membuat

siswa kurang berminat untuk mengikuti dan melaksanakan proses belajar

mengajar. Kurangnya sarana prasarana sekolah seperti laboratorium yang

bersifat dwi fungsi, buku-buku pembelajaran, dan motivasi siswa juga

mempengaruhi proses pembelajaran. Selain itu, terdapat juga fenomena

beberapa guru yang sangat lambat atau malah tidak mengembalikan pekerjaan

siswa sehingga siswa acuh tidak acuh dengan apa yang dikerjakannya.

Hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri

(19)

5

kurang antusias mengikuti proses pembelajaran, hal ini terlihat dari aktivitas

siswa yang masih sibuk berbicara dengan teman sebangkunya pada saat guru

sedang menjelaskan, siswa jarang mengajukan pertanyaan, mengemukakan

pendapat dan cenderung tidak aktif dalam proses pembelajaran, serta Hasil

Belajar siswa Kelas X IPA SMA Negeri 2 Salatiga masih tergolong rendah

dimana masih banyaknya nilai siswa yang tidak memenuhi KKM 75. Hal ini

dikarenakan dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru seringkali

menggunakan strategi pembelajaran yang berpusat pada guru, padahal apabila

guru terus menerus menggunakan strategi pembelajaran seperti itu maka akan

sulit bagi siswa untuk berperan aktif dalam suatu kegiatan pembelajaran karena

guru bertindak sebagai pusat informasi sehingga akan terbentuk komunikasi satu

arah saja. Strategi pembelajaran yang demikian akan membuat siswa menjadi

cepat bosan dan hilangnya minat dalam pembelajaran. Maka dari itu

pembelajaran Pendidikan Agama Islam membutuhkan suatu strategi

pembelajaran yang menarik untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran sehingga hasil belajarnya dapat meningkat.

Salah satu strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan

siswa adalah strategi pembelajaran Point counterpoint, yaitu merupakan suatu

metode diskusi yang memungkinkan siswa berperan aktif dalam proses

pembelajaran dimana siswa diarahkan agar mampu menanggapi dan

mengemukakan pendapat terkait dengan hal-hal yang didiskusikan. Format

tersebut mirip dengan perdebatan namun kurang formal dan berjalan lebih cepat.

(20)

6

aktif mengeluarkan pendapat dalam kelompoknya, siswa dituntut untuk berfikir

secara kritis mengenai isu yang dibahas dalam kelompok, melatih siswa untuk

memaparkan hasil diskusi dan menerima tanggapan dari teman atau kelompok

lainnya.

Berdasarkan hal ini peneliti menarik kesimpulan untuk melakukan

penelitian dengan judul:

“ Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Semester I

materi Kontrol Diri melalui Metode Point counterpoint Pada Siswa Kelas X IPA SMA Negeri 2 Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019 ”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka sebagai rumusan masalahnya

yaitu apakah metode Point Counterpoint dapat meningkatkan Hasil Belajar

Pendidikan Agama Islam Semester I materi Kontrol Diri pada Siswa Kelas X

IPA SMA Negeri 2 Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan

penelitiannya ini adalah Untuk mengetahui peningkatan Hasil Belajar

Pendidikan Agama Islam Semester I materi Kontrol Diri setelah diterapkannya

Model Point Counterpoint pada Siswa Kelas X IPA di SMA Negeri 2 Salatiga

Tahun Pelajaran 2018/2019.

(21)

7

Penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada beberapa kalangan,

yaitu:

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis diharapkan penelitian ini memberikan manfaat

sebagai salah satu sumber bacaan dan bahan informasi dalam mengkaji

masalah yang relevan dengan hasil penelitian.

2. Manfaat praktis

a. Bagi siswa

1) Meningkatkan partisipasi siswa karena sistem pembelajarannya yang

lebih menarik dan menyenangkan serta bersifat student center.

2) Meningkatkan kemampuan siswa untuk berfikir melalui strategi

pembelajaran yang lebih menarik, inovatif, dan aktif.

b. Bagi guru

1) Memberikan gambaran kepada guru tentang strategi pembelajaran yang

dapat digunakan untuk meningkatkan keaktifan maupun partisipasi

siswa di dalam proses pembelajaran.

2) Memberikan tambahan pengetahuan tentang strategi dalam

pembelajaran PAI yang dapat digunakan untuk meningkatkan keaktifan

(22)

8

3) Memotivasi guru untuk dapat memberikan materi pelajaran secara

menarik agar siswa menjadi lebih aktif.

4) Memberi tambahan pengetahuan kepada guru untuk dapat memilih

strategi pembelajaran yang tepat sehingga proses pembelajaran menjadi

lebih efektif.

c. Bagi Sekolah

1) Memberikan saran dalam upaya mengembangkan proses pembelajaran

yang mampu meningkatkan partisipasi dan kemampuan berpikir siswa

sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan.

2) Sebagai acuan kebijakan sekolah dalam penyelenggaraan pembelajaran

yang dapat meningkatkan partisipasi dan kemampuan berpikir untuk

meningkatkan kualitas siswa.

E.Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan 1. Hipotesis Tindakan

Hipotesis Penelitian Tindakan Kelas ini adalah: Penerapan Metode

Point Counterpoint dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X IPA

Pendidikan Agama Islam materi Kontrol Diri di SMA Negeri 2 Salatiga

Tahun Pelajaran 2018/2019.

(23)

9

Indikator pencapaian dalam penelitian tindakan Kelas X IPA

Pendidikan Agama Islam materi Kontrol Diri di SMA Negeri 2 Salatiga ini

adalah meningkatnya hasil belajar siswa. apabila peserta didik mampu

memperoleh nilai dengan KKM 75 dan meningkatnya Hasil Belajar ditandai

rata-rata nilai hasil lebih dari 70. Dan rata-rata siswa yang mendapatkan nilai

tersebut dinyatakan tuntas apabila telah mencapai 85 % dari jumlah siswa

Kelas X IPA yang ada di SMA Negeri 2 Kota Salatiga.

F. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

dilaksanakan dengan dua siklus. Menurut Suharsimi Arikunto, Penelitian

tindakan kelas harus menyangkut upaya guru dalam bentuk proses

pembelajaran. Selain itu penelitian tindakan kelas bukan hanya sekedar

mengajar, tetapi juga harus ada upaya meningkatkan hasil, yaitu lebih baik

dari sebelumnya. Ide yang dicobakan dalam penelitian tindakan harus

cemerlang dan guru sangat yakin bahwa hasilnya akan lebih baik dari

biasanya (Arikunto, 2012:2).

Penelitian ini dikembangkan berdasarkan permasalahan yang

muncul dalam kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk memperbaiki dan

meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di kelas. Peneliti akan

melakukan sebanyak 2 siklus yang setiap siklus terdiri dari 4 komponen yaitu

(24)

10

(reflecting). Untuk lebih jelasnya tahapan-tahapan dalam penelitian tindakan

kelas (Arikunto, 2012:137) menjabarkan sebagai berikut:

Gambar 1.1. Penelitian Tindakan Kelas Model Suharsimi Arikunto

2. Waktu dan Subjek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 2 Salatiga Jl. Tegalrejo No.

79 Kota Salatiga, Tegalrejo, Kec. Argomulyo, Kota Salatiga Prov. Jawa

Tengah pada tanggal 20 Juli – 25 Agustus 2018. Sedangkan subjek penelitian

adalah siswa Kelas X IPA SMA Negeri 2 Salatiga yang berjumlah 30 siswa.

Sedangkan yang menjadi kolaborator dalam penelitian ini adalah guru Mapel

PAI SMA Negeri 2 Salatiga.

3. Langkah-langkah Penelitian

Pelaksanaan pembelajaran dalam pertemuan mengikuti siklus

rancangan penelitian tindakan kelas. Berikut ini adalah tahapan-tahapan

intervensi tindakan yang dilakukan pada penelitian, yaitu:

(25)

11

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah

mempersiapkan desain metode diskusi, yaitu:

1) Mempersiapkan sebuah masalah yang mempunyai beberapa perspektif

(sudut pandang).

2) Menentukan beberapa pesrpektif mengenai kontrol diri (mujahadah

an-nafs).

3) Mempersiapkan name tag sebagai penanda penentuan perspektif bagi

tiap kelompok (name tag merah: Kelompok 1, name tag kuning:

Kelompok 2, name tag hijau: Kelompok 3, name tag biru: Kelompok 4

dan name tag putih: Kelompok 5).

4) Mempersiapkan media gambar (Tawuran Pelajar, radikalisme dan

ekstrimisme).

5) Membuat lembar observasi untuk melihat aktifitas diskusi siswa dalam

pembelajaran.

b. Pelaksanaan tindakan

Adapun langkah-langkah pembelajaran pada pelaksanaan

tindakan ini adalah:

1) Tahap pendahuluan dengan rincian sebagai berikut:

a) Mensosialisasikan kepada siswa tentang metode point counterpoint

b) Membentuk kelompok siswa yang telah direncanakan

c) Menjelaskan prosedur dalam pelaksanaan point counterpoint

d) Memberikan kegiatan awal berkaitan dengan materi yang akan

(26)

12

2) Tahap pengembangan dengan rincian sebagai berikut:

a) Membagi lima kelompok, dimana masing-masing kelompok

memiliki ketua kelompok.

b) Tiap kelompok memiliki perspektif yang berbeda dengan kelompok

lain mengenai materi yang akan di diskusikan.

3) Tahapan penerapan dengan rincian sebagai berikut:

a) Masing-masing ketua kelompok mengambil secara acak pita

berwarna yang akan menentukan perspektif kelompok mereka yang

akan di diskusikan.

b) Masing-masing kelompok mendiskusikan dengan sesama teman

sekelompoknya mengenai materi atau tema disesuaikan dengan

perspektif yang sudah ditentukan sebelumnya.

c) Masing-masing kelompok yang diwakili oleh ketua kelompok

mengungkapkan/mempresentasikan hasil diskusi mereka mengenai

materi yang disesuaikan dengan perpektif yang telah ditentukan.

d) Setelah seluruh kelompok mengungkapkan/mempresentasikan

pendapatnya, kelompok lain boleh memberi sanggahan terhadap

hasil ungkapan/presentasi dari kelompok lainnya.

e) Menyimpulkan kegiatan diskusi (Tawuran Pelajar, radikalisme, dan

ekstrimisme).

c. Observasi

Kegiatan pengamatan terhadap semua aspek yang terjadi selama

(27)

13

Di dalam pembelajaran dilakukan pengamatan aktifitas diskusi siswa dan

kegiatan guru/peneliti dalam mengolah kelas saat pembelajaran oleh

observer.

d. Evaluasi dan Refleksi

Tahap ini mengkaji kekurangan dari tindakan yang telah

diberikan. Hal ini dilakukan dengan cara melihat efesiensi waktu dan

kemampuan siswa dalam mempresentasikan dan menanggapi

permasalahan. Selain itu peneliti mengevaluasi hasil belajar yang

diperoleh setelah pembelajaran. Peneliti ingin melihat perubahan atau

peningkatan hasil belajar akibat penggunaan metode point counterpoint

yang diberikan pada pembelajaran PAI di Kelas X IPA SMA Negeri 2

Salatiga. Apakah terjadi perubahan atau peningkatan dari hasil belajar

setelah penggunaan metode point couterpoint atau hasil belajar justru

merendah dari hasil belajar sebelum penggunaan metode point

counterpoint. Jika hasil masih belum sesuai dengan yang diharapkan pada

siklus 1, maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam sebuah penelitian, data merupakan bagian terpenting karena

tujuan utama dari suatu penelitian adalah untuk mendapatkan data. Oleh

karena itu terdapat beberapa teknik pengumpulan data agar mendapatkan data

yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data yang

sesuai dengan standar yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data yang

(28)

14 a. Lembar observasi (siswa dan guru)

Observasi adalah teknik pengumpulan data dimana peneliti

melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat

dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2004:104). Pada lembar

obvservasi siswa untuk melihat aktivitas siswa ketika proses pembelajaran

berlangsung. aktivitas siswa yang diamati ketika proses pembelajaran

disesuaikan dengan indikator-indikator pendekatan pembelajaran Point

Counterpoint di Kelas X IPA SMA Negeri 2 Salatiga.

Lembar observasi guru untuk melihat aktivitas guru/peneliti

ketika proses pembelajaran berlangsung. aktivitas guru mengenai

bagaimana menyampaikan prosedur pelaksanaan metode point

counterpoint, penyampaian materi awal yang akan dibahas, dan

mengatur/memoderatori jalannya pembelajaran.

b. Tes hasil belajar

Tes merupakan seperangkat rangsangan (stimulus) yang

diberikan kepada seseorang dengan masud untuk medapatkan

jawaban-jawaban yang dijadikan skor angka. (Hamdani dan Doni dkk, 2008: 77).

Jadi, Tes adalah alat untuk mengetahui atau mengukur hasil belajar siswa,

tes yang dilakukan pada penelitian ini dilakukan pada sebelum

pelaksanaan metode point counterpoint (pre tes) dan setelah pelaksanaan

metode poin counterpoint (post tes). Instrumen yang digunakan adalah tes

pilihan ganda untuk mengetahui hasil belajar siswa Kelas X IPA SMA

(29)

15 5. Instrumen Penelitian

a. Observasi

b. Tes

6. Analisis Data

Menurut Suyadi (2010:85) analisis data adalah menganalisa data

yang telah terkumpul guna mengetahui beberapa besar keberhasilan tindakan

dalam penelitian untuk perbaikan belajar siswa.

a. Rata-rata Kelas

Untuk memperoleh nilai rata-rata tes formatif, dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

(X) =∑ XN

X : Nilai rata-rata

ΣX : Jumlah semua nilai siswa

N : Jumlah siswa (Djamarah, 2006:64)

Sedangkan untuk membuktikan presentase ketuntasan belajar

siswa, maka hasil penilitian akan dianalisis dengan rumus sebagai berikut:

P =FtbN X 100 %

Keterangan :

P : Nilai dalam persen

Ftb : Frekuensi tingkat belajar

N : Jumlah keseluruhan (Djamarah, 2006: 225-226).

(30)

16

Ketuntasan siswa diukur menggunakan KKM yang sudah

ditetapkan oleh SMA Negeri 2 Salatiga pada Pendidikan Agama Islam

materi Kontrol Diri Tahun Pelajaran 2018/2019 yaitu 75. Jika hasil belajar

siswa tersebut sama atau melebihi KKM berarti siswa tersebut tuntas. Bila

kurang dari KKM berarti siswa tersebut tidak tuntas.

c. Indikator Pencapaian Penelitian Tindakan Kelas

Indikator pencapaian penelitian tindakan Kelas pada Kelas X

IPA di SMA Negeri 2 Salatiga adalah meningkatnya Hasil Belajar peserta

didik mampu memperoleh nilai dari Pendidikan Agama Islam materi

Kontrol Diri dengan KKM 75 dan mencapai belajar klasikal 85 %.

G.Sistematika Penulisan

Sitematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bagian awal berisi halaman sampul, lembar logo, halaman judul skripsi,

lembar persetujuan pembimbing, lembar persetujuan pengesahan, lembar

pernyataan keaslian penulisan, lembar moto penulis, lembar persembahan, kata

pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar bagan, daftar diagram, daftar

lampiran.

BAB I Berisi pendahuluan. Meliputi Latar Belakang Masalah,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Hipotesis Tindakan

dan Indikator Keberhasilan, Metode Penelitian (Rancangan Penelitian, Subjek

Penelitian, Langkah-langkah Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Instrumen

(31)

17

BAB II Landasan Teori. Mencakup penjelasan Hasil Belajar, Metode

Point counterpoint, Pendidikan Agama Islam di SMA, dan Efektifitas

Penggunaan Metode Point counterpoint.

BAB III Pelaksanaan penelitian. Berisi Deskripsi Pelaksanaan Siklus I

(perencanaan, pelaksanaan,pengamatan, dan refleksi) dan Deskripsi

Pelaksanaan Siklus II

BAB IV Meliputi hasil penelitian dan pembahasan, meliputi deskripsi

per siklus dan pembahasan.

BAB V Meliputi Penutup, meliputi: kesimpulan dan saran.

Sedangkan pada bagian akhir pada skripsi ini terdiri dari daftar pustaka,

(32)

18 BAB II

LANDASAN TEORI

A.Kajian Teori 1. Hasil Belajar

a. Hakekat Belajar

Suyono dan Hariyanto (2011:9) mengungkapkan, belajar adalah

suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,

meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan pengokohan

kepribadian. Belajar juga merupakan proses menjadi tahu atau proses

memperoleh pengetahuan. Kontak manusia dengan alam diistilahkan

sebagai pengalaman. Pengalaman yang terjadi berulang kali melahirkan

pengetahuan.

Menurut Purwanto, 2011:38) menyatakan, belajar adalah

aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan

lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,

keterampilan dan sikap.

Belajar dalam konteks pendidikan menurut (Harsanto, 20115:87)

bahwa, kegiatan belajar selalu harus memberikan perubahan pada subjek

yang belajar. Perubahan tersebut terjadi karena adanya pengalaman

(33)

19

Dari beberapa definisi di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa

belajar adalah proses perubahan salam diri kita adalah perubahan yang

terencana dan bertujuan. Kita belajar belajar dengan tujuan sesuatu

lebih dulu kita tetapkan.

b. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya. Setelah suatu proses belajar berakhir,

maka siswa memperoleh suatu hasil belajar. Hasil belajar mempunyai

peranan penting dalam proses pembelajaran. Tujuan utama yang ingin

dicapai dalam kegiatan pembelajaran adalah hasil belajar. Hasil belajar

digunakan untuk mengetahui sebatas mana siswa dapat memahami serta

mengerti materi tersebut. Menurut Hamalik (2004: 31) hasil belajar adalah

pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengetahuan-pengetahuan, sikap-sikap,

apresiasi, abilitas, dan keterampilan.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 3) bahwa, hasil belajar

merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.

Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil

belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Menurut Hamalik (2004: 49) “mendefinisikan hasil

belajar sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam

mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang

(34)

20

Hasil belajar merupakan pengukuran dari penilaian kegiatan

belajar atau proses belajar yang dinyatakan dalam symbol, huruf maupun

kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada

periode tertentu. Menurut Susanto (2013: 5) perubahan yang terjadi pada

diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor

sebagai hasil dari belajar.

Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, dapat penulis

simpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu hasil yang diperoleh siswa

setelah siswa tersebut melakukan kegiatan belajar dan pembelajaran serta

bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang dengan melibatkan

aspek kognitif, afektif maupun psikomotor, yang dinyatakan dalam

symbol, huruf maupun kalimat.

c. Evaluasi Hasil Belajar

Evaluasi merupakan unsur penting dalam proses pembelajaran,

karena melalui evaluasi dapat diketahui apakah tujuan yang direncanakan

atau perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dapat tercapai atau tidak.

Evaluasi hasil belajar yang berhubungan dengan tugas guru rutin dapat

dilakukan evaluasi hasil, yang juga dapat dijadikan umpan balik.

Purwanto mengungkapkan, hasil belajar adalah perubahan yang

mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Aspek

perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran yang

dikembangkan oleh Bloom, Simpson dan Harrow mencakup aspek

(35)

21

Hasil belajar perlu dievaluasi. Evaluasi yang dimaksud sebagai

cermin untuk melihat kembali apakah tujuan yang ditetapkan telah tercapai

dan apakah proses belajar mengajar telah berlangsung efektif untuk

memperoleh hasil belajar.

Remmer (1967) mengemukakan, paling tidak ada tiga manfaat

penting dari hasil evaluasi, yaitu untuk membantu pemahaman

perkembangan peserta didik menjadi lebih baik, untuk menjelaskan

pertumbuhan dan perkembangan peserta didik kepada orang tua, dan

membantu pemahaman peserta didik menjadi lebih baik, untuk

menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik kepada orang

tua, dan membantu guru dalam membuat perencanaan pembelajaran

(Arifin, 2013:287).

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Dalyono menerangkan bahwa berhasil tidaknya seseorang dalam

belajar disebabkan oleh dua faktor yaitu:

1) Faktor Internal (yang berasal dari dalam diri orang yang belajar)

a) Kesehatan

Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya

terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang yang tidak selalu sehat,

sakit kepala, demam, batuk dan sebagainya dapat mengakibatkan

tidak bergairah untuk belajar. Demikian pula halnya jika kesehatan

rohani (jiwa kurang baik).

(36)

22

Kedua aspek kejiwaan ini besar sekali pengaruhnya

terhadap kemampuan belajar. Seseorang yang mempunyai

intelegensi yang tinggi umumnya mudah belajar dan hasilnya pun

cenderung baik. Bakat juga besar pengaruhnya dalam menentukan

keberhasilan belajar. Jika seseorang yang mempunyai intelegensi

yang tinggi dan bakatnya ada dalam bidang yang dipelajari maka

proses belajar akan lebih mudah dibandingkan orang yang hanya

memiliki intelegensi tinggi saja atau bakat saja.

c) Minat dan Motivasi

Minat dapat timbul karena adanya daya tarik dari luar dan

juga datang dari sanubari. Timbulnya minat belajar disebabkan

beberapa hal, antara lain karena keinginan yang kuat untuk

menaikkan martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta

ingin hidup senang atau bahagia. Begitu pula seseorang yang belajar

dengan motivasi yang kuat akan melaksanakan kegiatan belajarnya

dengan sungguh-sungguh penuh gairah dan semangat belajar.

d) Cara belajar

Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian

hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor

fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan akan memperoleh hasil

(37)

23

2) Faktor Eksternal (yang berasal dari luar diri orang belajar)

a) Keluarga

Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap

keberhasilan anak dalam belajar, misalnya tinggi rendahnya

pendidikan, besar kecilnya penghasilan dan perhatian.

b) Sekolah

Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi

tingkat keberhasilan anak seperti kualitas guru, metode

mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak,

keadaan fasilitas atau perlengkapan di sekolah dan sebagainya.

c) Masyarakat

Keadaan masyarakat juga menentukan hasil belajar. Bila

sekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari

orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya, rata-rata

bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak

untuk lebih giat belajar.

d) Lingkungan sekitar

Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat

mempengaruhi hasil belajar. Keadaan lingkungan, bangunan rumah,

suasana sekitar, keadaan lalu lintas dan sebagainya semua ini akan

mempengaruhi kegairahan belajar (Dalyono, 1997:55-60).

(38)

24

Adapun tujuan dan fungsi dari hasil belajar tersebut adalah:

1) Memberikan umpan balik kepada guru dan siswa dengan tujuan

memperbaiki cara belajar-mengajar, mengadakan perbaikan dan

pengayaan bagi siswa, serta menempatkan siswa pada situasi

belajar-mengajar yang lebih tepat sesuai dengan tingkat kemampuan yang

dimilikinnya.

2) Memberikan informasi kepada siswa tentang tingkat keberhasilannya

dalam belajar dengan tujuan untuk memperbaiki, mendalami atau

memperluas pelajarannya.

3) Menentukan nilai hasil belajar siswa yang antara lain dibutuhkan

pemberian laporan kepada orang tua, penentuan kenaikan kelas, dan

penentuan kelulusan siswa. Untuk mengetahui hal tersebut perlu

diadakan pengukuran. Pengukuran adalah kegiatan yang dilakukan

untuk mengumpulkan informasi dalam upaya kemampuan menyerap

materi pelajaran yang diberikan. Salah satu caranya adalah dengan

memberikan evaluasi yang rutin setiap akhir proses pembelajaran yang

berlangsung (Dalyono, 1997:75-76).

2. Metode Point counterpoint a. Pengertian Point Counterpoint

Point counter point merupakan model pembelajaran dengan

teknik hebat untuk merangsang diskusi dan mendapatkan pemahaman

(39)

25

point, mirip dengan sebuah perdebatan, namun tidak terlalu formal dan

berjalan lebih cepat.

Sebuah debat bisa menajadi metode berharga untuk

meningkatkan pemikiran dan perenungan, terutama jika siswa diharapkan

mengemukakan pendapat yang berentangan dengan diri mereka sendiri.

Ini merupakan strategi debat yang secara aktif melibatkan tiap siswa di

dalam kelas.

Zaini (2007:42) mengungkapkan bahwa, strategi pembelajaran

Point counterpoint adalah merupakan pendekan dalam pembelajaran yang

sangat baik digunakan untuk melibatkan siswa dalam mendiskusikan

isu-isu kelompok secara mendalam. Dalam pandangan lain Silberman

mengatakan bahwa stategi ini merupakan kegiatan dengan teknik hebat

untuk merangsang diskusi dan mendapatkan pemahaman yang lebih

mendalam tentang berbagai isu komplek format tersebut mirip dengan

sebuah perdebatan namun kurang formal dan berjalan dengan lebih cepat

(Silberman, 2006:30).

Metode Point counterpoint mengandalkan kerja sama kelompok

untuk mendiskusikan suatu masalah yang dibahas oleh kelompoknya

sendiri dimana setelahnya kelompok itu akan beradu argumen,

membandingkan pendapat kelompoknya dengan kelompok lain yang

memiliki pandangan/perspektif yang berbeda dari suatu masalah yang

(40)

26

Dari penjelasan teori di atas dapat disimpulkan bahwa strategi

pembelajaran Point Counterpoint merupakan pendekatan dalam

pembelajaran dengan cara diskusi yang memiliki kesamaan dengan depat

pendapat, hanya saja dalam strategi pembelajaran Point Counterpoint

suasana belajar cenderung lebih bebas dan tidak terlalu formal. Dengan

demikian dimungkinkan bagi siswa mempunyai keleluasaan untuk

mengemukakan atau mengeluarkan pendapat dalam proses diskusi.

b. Prosedur Metode Point Counterpoint

Hamruni mengungkapkan beberapa langkah-langkah prosedur

yang harus dilakukan dalam pelaksanaan metode Point Counterpoint,

yaitu:

1) Pilihlah sebuah masalah yang memiliki dua perspektif (sudut pandang)

atau lebih.

2) Bagilah kelas ke dalam kelompok-kelompok menurut jumlah perspektif

yang telah ditetapkan, dan mintalah tiap kelompok mengungkapkan,

mendiskusikan lasan-alasan yang melandasi sudut pandang

masing-masing tim. Doronglah mereka bekerja dengan partner tempat duduk

atau kelompok-kelompok inti yang kecil.

3) Gabungkan kembali seluruh kelas, tetapi mintalah para anggota dari

tiap kelompok untuk duduk bersama dengan jarak antara sub-sub

kelompok.

4) Jelaskan bahwa peserta didik bisa memulai perdebatan. Setelah itu

(41)

27

yang sesuai dengan posisi yang telah ditentukan. Teruskan diskusi

tersebut, dengan bergerak secara cepat maju-mundur diantara

kelompok-kelompok.

5) Simpulkan kegiatan tersebut dengan membandingkan isu-isu

sebagaimana anda melihatnya. Berikan reaksi dan diskusi lanjutan

(Hamruni, 2012:164).

Dalam menerapkan strategi ini menurut Silberman ada beberapa

variasi yang dapat dilakukan, yaitu sebagai berikut :

1) Sebagai ganti sebuah perdebatan kelompok dengan kelompok,

pasangkan peserta didik individual dari kelompok – kelompok berbeda

dan seruhlah mereka saling beragumen. Ini dapat dilakukan secara

serentak, agar setiap peserta didik didorong dalam perdebatan itu pada

saat yang sama.

2) Aturlah kelompok – kelompok yang berlawanan agar mereka saling

berhadap-hadapan. Ketika seseorang menyimpulkan argumennya,

suruhlah peserta didik itu melemparkan suatu benda (seperti sebuah

bola atai tas kecil) kepada seoran anggota dari kelompok yang

berlawanan. Orang yang menangkap benda tersebut harus menangkis

argumen orang sebelumnya (Silberman, 2006:31). Siswa akan lebih

giat dalam belajar karena mendapat tantangan dari kelompok atau siswa

yang lain, karena siswa yang mendapat lemparan benda dari siswa lain,

harus menjawab apa yang ditanya oleh siswa tersebut jadi dengan

(42)

28

Berdasarkan uraian prosedur Metode Point counterpoint di atas,

dapat penulis simpulkan bahwa, strategi pembelajaran Point counterpoint

melibatkan setiap siswa dalam proses pembelajaran, dan siswa akan lebih

memahami materi pelajaran yang sedang di pelajari, dan siswa juga bisa

mengeluarkan pendapat tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari.

Artinya motivasi belajar siswa akan dapat meningkat dengan menerapkan

strategi pembelajaran Point counterpoint dan juga akan berpengaruh pada

hasil belajar siswa.

c. Kelebihan Metode Point Conterpoint

Sebagai metode yang mengutamakan kerja sama tim dalam

berdiskusi, metode Poin Counterpoint memiliki beberapa kelebihan,

kelebihan tersebut seperti:

1) Efektif digunakan untuk melibatkan siswa dalam diskusi.

2) Efektif digunakan pada pelajaran-pelajaran Agama, sosial atau tentang

lingkunganan.

3) Dapat menciptakan kerja sama siswa dalam proses pembelajaran untuk

memecahkan masalah dalam belajar. Misalnya siswa berkelompok

untuk belajar sendiri untuk mencari suatu masalah dan memecahkannya

walaupun tidak ada guru di dalam kelas. Dengan begitu siswa akan

(43)

29

Secara umum metode metode Poin Counterpoint menurut penulis

sebagai berikut:

1) Kedua segi permasalahan dapat disajikan, yang memiliki ide dan yang

mendebat/menyanggah sama-sama berdebat untuk menemukan hasil

yang lebih tepat mengenai suatu masalah.

2) Siswa dapat terangsang untuk menganalisis masalah didalam

kelompok, asal terpimpin sehingga analisis itu terarah pada pokok

permasalahan yang dikehendaki bersama.

3) Dalam pertemuan debat itu siswa dapat menyampaikan fakta dari kedua

sisi masalah, kemudian diteliti fakta mana yang benar/valid dan bisa

dipertanggung jawabkan.

4) Karena terjadi pembicaraan aktif antara pemrasaran dan penyanggah

maka akan membangkitkan daya tarik untuk turut berbicara, turut

berpartisipasi mengeluarkan suara.

5) Dapat digunakan dalam kelompok besar.

d. Kekurangan Metode Point Conterpoint

Kekurangan strategi pembelajaran Point counterpoint sebagai

berikut:

1) Tidak semua mata pelajaran atau materi pelajaran dapat menerapkan

strategi ini.

2) Siswa dituntut untuk membuat pertanyaan yang menyebabkan siswa

(44)

30

3) Perlu dikombinasikan dengan strategi lain yang relevan dan

mendukung materi yang bersangkutan.

4) Menuntut kecerdasan guru dalam mendialogkan pertanyaan yang

terkumpul dari siswa.

3. Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Menurut Sahertian (2000 : 1) mengatakan bahwa, pendidikan

adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Diteruskan oleh Ihsan (1996 : 1) menyatakan

bahwa, pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan

mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani

sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.

Atau dengan kata lain bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai suatu

hasil peradaban bangsa yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup

bangsa itu sendiri (nilai dan norma masyarakat) yang berfungsi sebagai

filsafat pendidikannya atau sebagai cita-cita dan pernyataan tujuan

pendidikannya (Ihsan,

Sedangkan Pendidikan Agama Islam berarti usaha-usaha secara

sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup

sesuai dengan ajaran Islam (Zuhairani, 1983 : 27).

Syariat islam tidak akan dihayati dan diamalkan orang kalau

hanya diajarkan saja, tetapi harus dididik melalui proses pendidikan nabi

(45)

31

kita lihat bahwa pendidikan islam itu lebih banyak ditujukan kepada

perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan baik

bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain. Dari segi lainnya,

pendidikan islam tidak bersifat teoritis saja, tetapi juga praktis. Ajaran

islam tidak memisahkan antara iman dan amal shaleh. Oleh karena itu,

pendidikan islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal

dan juga karena ajaran islam berisi tentang ajaran sikap dan tingkah laku

pribadi masyarakat menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama,

maka pendidikan islam adalah pendidikan individu dan pendidikan

masyarakat. Semula yang bertugas mendidik adalah para Nabi dan Rasul

selanjutnya para ulama, dan cerdik pandailah sebagai penerus tugas, dan

kewajiban mereka (Drajat, 1992 : 25-28).

Pendidikan agama dapat didefenisikan sebagai upaya untuk

mengaktualkan sifat-sifat kesempurnaan yang telah dianugerahkan oleh

Allah SWT kepada manusia, upaya tersebut dilaksanakan tanpa pamrih

apapun kecuali untuk semata-mata beribadah kepada Allah (Bawani, 1993

: 65).

Jadi, pendidikan agama Islam adalah sebagai proses penyampaian

informasi dalam rangka pembentukan insan yang beriman dan bertakwa

agar manusia menyadari kedudukannya, tugas dan fungsinya di dunia

dengan selalu memelihara hubungannya dengan Allah, dirinya sendiri,

masyarakat dan alam sekitarnya serta tanggung jawab kepada Tuhan Yang

(46)

32 b. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan pendidikan secara formal diartikan sebagai rumusan

kualifikasi, pengetahuan, kemampuan dan sikap yang harus dimiliki oleh

anak didik setelah selesai suatu pelajaran di sekolah, karena tujuan

berfungsi mengarahkan, mengontrol dan memudahkan evaluasi suatu

aktivitas sebab tujuan pendidikan itu adalah identik dengan tujuan hidup

manusia. Dari uraian di atas tujuan Pendidikan Agama peneliti sesuaikan

dengan tujuan Pendidikan Agama di lembaga-lembaga pendidikan formal

dan peneliti membagi tujuan Pendidikan Agama itu menjadi dua bagian

dengan uraian sebagai berikut :

1) Tujuan Umum

Tujuan umum Pendidikan Agama Islam adalah untuk mencapai

kwalitas yang disebutkan oleh Al-Qur'an dan hadits sedangkan fungsi

pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut

pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang

tercantum dalam Undang-Undang dasar No. 20 Tahun 2003.

(47)

33

Tujuan khusus Pendidikan Agama adalah tujuan yang

disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai

dengan jenjang pendidikan yang dilaluinya, sehingga setiap tujuan

Pendidikan Agama pada setiap jenjang sekolah mempunyai tujuan yang

berbeda-beda, seperti tujuan Pendidikan Agama di sekolah dasar

berbeda dengan tujuan Pendidikan Agama di SMA dan berbeda pula

dengan tujuan Pendidikan Agama di perguruan tinggi.

Tujuan khusus pendidikan seperti di SMA adalah untuk

meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia,

keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih

lanjut serta meningkatkan tata cara membaca al-Qur’an dan tajwid

sampai kepada tata cara menerapkan hukum bacaan mad dan wakaf.

Membiasakan perilaku terpuji seperti qanaah dan tasawuh dan

menjawukan diri dari perilaku tercela seperti ananiah, hasad, ghadab

dan namimah serta memahami dan meneladani tata cara mandi wajib

dan shalat-shalat wajib maupun shalat sunat (Riyanto, 2006 : 160).

Sedangkan tujuan lain untuk menjadikan anak didik agar

menjadi pemeluk agama yang aktif dan menjadi masyarakat atau warga

negara yang baik dimana keduanya itu terpadu untuk mewujudkan apa

yang dicita-citakan merupakan suatu hakekat, sehingga setiap pemeluk

agama yang aktif secara otomatis akan menjadi warga negara yang baik,

terciptalah warga negara yang pancasilis dengan sila Ketuhanan Yang

(48)

34

c. Ruang Lingkup Pembahasan Pendidikan Agama Islam SMA

Ruang lingkup pendidikan agama Islam di SMA meliputi

keserasian dalam keseimbangan antara :

1) Hubungan manusia dengan Allah SWT

2) Hubungan manusia sesama manusia, dan

3) Hubungan manusia dengan alam (makhluk selain manusia) dan

lingkungan.

d. Kriteria Keberhasilan PAI

Kompetensi dasar mata pelajaran PAI di SMA berisi sekumpulan

kemampuan minimal yang harus dikuasai siswa selama menempuh

pendidikan di Sekolah Menengah Atas. Kemampuan ini berorientasi pada

perilaku afektif dan psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif

dalam rangka memperkuat keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

Kemampuan-kemampuan yang tercantum dalam komponen-komponen

dasar ini merupakan penjabaran dari kemampuan dasar umum yang harus

dicapai di Sekolah Menengah Atas, yaitu sebagai berikut:

1) Beriman kepada Allah SWT, dan lima rukun iman yang lain dengan

mengetahui fungsi dan hikmahnya serta terefleksi dalam sikap,

perilaku, dan akhlak peserta didik dalam dimensi vertikal maupun

horizontal.

2) Dapat membaca, menulis dan memahami ayat Al-Qur’an serta

mengetahui hukum bacaannya dan mampu mengimplementasikan

(49)

35

3) Mampu beribadah dengan baik sesuai dengan tuntutan syariat Islam

baik, ibadah wajib maupun ibadah sunnah.

4) Dapat meneladani sifat, sikap, dan kepribadian Rasulullah, sahabat, dan

tabi`in serta mampu mengambil hikmah dari sejarah perkembangan

Islam untuk kepentingan hidup sehari-hari dimasa kini dan masa depan.

5) Mampu mempraktikkan system muamalat Islam dalam tata kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Seperti tergambar dalam kemampuan dasar umum di atas,

kemampuan dasar tiap kelas yang tercantum dalam standar nasional juga

dikelompokkan kedalam lima unsur pokok mata pelajaran pendidikan

agama Islam SMA, yaitu ; (1) Al-Qur’an, (2) Keimanan, (3) Akhlak, (4)

Fiqih/ibadah dan (5) tarikh.

4. Efektifitas Strategi Pembelajaran Point counterpoint pada Biang Studi Pendidikan Agama Islam

Mengajar merupakan usaha untuk menciptakan situasi dimana

seorang siswa diharapkan dapat belajar secara efektif. Guru yang terampil

dan penuh tanggung jawab akan selalu berusaha menciptakan suasana

kelas dalam keadaan hidup dan menyenangkan. Tidak dapat disangsikan

lagi bahwa pengetahuan guru dalam mengelola kelas sangat diperlukan.

Oleh karena itu, guru harus dapat memilih bentuk kegiatan yang dapat

memotivasi dan membangkitkan gairah dan semangat belajar siswa.

Guru dituntut untuk mengembangkan kemampuan kognitif siswa

(50)

36

dimilikinya dan keyakinan terhadap pesan-pesan moral nilai yang menyatu

dalam pengetahuannya. Upaya pengembangan kemampuan kognitif siswa

secara terarah, baik oleh orang tua maupun guru sangatlah penting. Upaya

pengembangan fungsi ranah kognitif akan berdampak positif bukan hanya

untuk ranah kognitif sendiri, melainkan juga bagi ranah afektif dan

psikomotorik.

Strategi pengajaran Point Counterpoint mengajarkan siswa untuk

berpikir kritis dengan memberikan penilaian menggunakan pertanyaan

yang memerlukan ketrampilan berpikir pada level yang lebih tinggi.

Pembelajaran kolaboratif melalui diskusi kelompok kecil juga

direkomendasikan sebagai strategi yang dapat meningkatkan kemampuan

berpikir kritis. Dengan berdiskusi siswa mendapat kesempatan untuk

mengklarifikasi pemahamannya dan mengevaluasi pemahaman siswa lain,

mengobservasi strategi berpikir dari orang lain untuk dijadikan panutan,

membantu siswa lain yang kurang untuk membangun pemahaman,

meningkatkan motivasi, serta membentuk sikap yang diperlukan seperti

menerima kritik dan menyampaikan kritik dengan cara yang santun.

Metode Point Counterpoint merupakan modifikasi dari metode

diskusi, strategi ini merupakan teknik untuk merangsang diskusi dan

mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang berbagai isu

kompleks. Strategi pembelajaran Point counterpoint dipergunakan untuk

mendorong peserta didik berfikir kritis dalam berbagai perspektif terhadap

(51)

sehari-37

hari. Tujuan Penerapan Strategi Point counterpoint adalah untuk melatih

peserta didik agar mencari argumentasi yang kuat dalam memecahkan

suatu masalah yang aktual di masyarakat.

Adapun beberapa cara untuk mengembangkan kompetensi

berpikir kritis adalah :

a. Berpikiran terbuka terhadap ide-ide baru

b. Mengetahui bahwa setiap orang bisa memiliki pandangan yang berbeda

c. Memisahkan berpikir dengan perasaan dan berpikir logis

d. Menanyakan hal-hal yang di anggap tidak masuk akal

e. Menghindari kesalahan umum dalam pemberian alasan yang di buat

f. Jangan berargumen tentang sesuatu yang tidak di mengerti

g. Mengembangkan kosakata yang tepat untuk penyampaian dan

pengertian ide yang lebih baik

5. Materi Kontrol Diri (mujahadah an-nafs) a. Pengertian Mujahadah An-Nafs

Mujahadah an nafs sering disebut juga dengan kontrol diri, yaitu

perjuangan sungguh-sungguh atau jihad melawan ego atau nafsu pribadi.

Kontrol diri seringkali diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun,

membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat

membawa kearah konsekuensi positif, kontrol diri pun merupakan salah

satu potensi yang dapat dikembangkan dan digunakan individu selama

(52)

38

Jika kita menilik secara hakiki, nafsu diri atau disebut sebagai hawa

nafsu merupakan poros kejahatan. Karena, nafsu diri memiliki

kecenderungan untuk mencari berbagai kesenangan. Inilah kenapa Nabi

Muhammad SAW menegaskan bahwa jihad melawan nafsu lebih dahsyat

daripada jihad melawan musuh.

b. Surah Al Anfal Ayat 27 tentang Mujahadah An Nafs

Artinya:“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada Muhajirin), mereka itu satu sama lain saling melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikit pun bagimu melindungi mereka, sampai mereka berhijrah. (Tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah terikat perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Anfal ayat 72).

c. Manfaat dan Hikmah Kontrol Diri

Seseorang yang melakukan kontrol diri (mujahadah

an-nafs) akan memperoleh manfaat dan hikmah sebagai berikut :

1) Hati semakin bersih dan tenang

2) Memperoleh kebahagiaan lahir dan batin

(53)

39

4) Dijauhkan dari sifat-sifat tercela, seperti iri, dengki dan sombong

5) Dicintai Allah SWT dan sesama manusia

6) Mendapatkan hidayah yang sempurna dari Allah SWT 7) Mendapatkan

ridha dari Allah SWT

d. Ciri-ciri Mujahadah An Nafs (Kontrol Diri)

Ciri-ciri seseorang yang mempunyai kontrol diri antara lain :

1) Kemampuan untuk mengontrol perilaku yang ditandai dengan

kemampuan mengahadapi situasi yang tidak diinginkan.

2) Kemampuan menunda kepuasan dengan segera mengatur perilaku.

3) Kemampuan mengantisipasi peristiwa dengan mengantisipasi keadaan

melalui pertimbangan secara objektif.

4) Kemampuan menafsirkan peristiwa dengan melakukan penilaian dan

penafsiran suatu keadaan dengan cara memperhatikan segi-segi

positifnya.

5) Kemampuan mengontrol keputusan. Orang yang rendah kemampuan

mengontrol diri cenderung akan reaktif dan terus tidak stabil.

e. Prinsip-prinsip dalam Muhajahad An Nafs

1) Prinsip Kemoralan

Agama Islam mengajarkan moral yang baik bagi setiap

umatnya, misalnya tidak mencuri, tidak membunuh dan lainnya.

2) Prinsip Kesadaran

Prinsip ini mengajarkan kepada kita agar senantiasa sadar saat

(54)

40 3) Prinsip Perenungan

Dengan melakukan perenungan, maka kita akan cenderung

mampu mengendalikan diri.

4) Prinsip Kesabaran

Perlu adanya kesadaran akan kondisi emosi yang kita miliki.

5) Prinsip Pengalihan Perhatian

Manakala kita menyibukkan diri dengan aktifitas yang positif.

B.Kajian Pustaka

1. Amiruddin Yusuf. 2011. judul, “Peningkatan Keterampilan Menulis Iklan

Baris Melalui Kartu Identitas dengan Metode Point counterpoint Pada Siswa

Kelas IX-A MTs. Nahdlotushshibyan Wonoketingal Demak Tahun Ajaran 2011/2012.” Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi awal sebelum

dilakukan tindakan, nilai rata-rata kelas sebesar 58,03 dan belum mencapai

nilai rata-rata ketuntasan yang telah ditetapkan, yaitu sebesar 75. Pada siklus

II terjadi peningkatan sebesar 11,71 atau sebesar 15,34% bila dibanding siklus

I. Hasil nilai rata-rata yang diperoleh pada siklus II, yaitu sebesar 76,34 atau

dalam kategori baik. Peningkatan yang terjadi dari kondisi awal ke siklus II

sebesar 18,31 atau 23,98%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, simpulan

yang dapat diambil adalah keterampilan menulis iklan baris siswa kelas

(55)

41

dan perubahan tingkah laku yang lebih positif setelah mengikuti proses

pembelajaran dengan metode Point Counterpoint.

Persamaan penelitian Amiruddin Yusuf dengan penelitian ini

terletak pada penggunaan strategi pembelajaran yaitu dengan metode Point

Counterpoint. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah

objek dan materi yang akan di tingkatkan hasil belajarnya. Pada penelitian

Amiruddin Yusuf, objeknya adalah siswa Kelas IX pada tingkat MTs dan

materi Menulis Iklan Baris Melalui Kartu Identitas. Sedangkan pada

penelitian ini objeknya adalah Kelas X IPA pada tingkat SMA dengan Mata

Pelajaran PAI Materi Kontrol Diri.

2. Ani Septiana. 2012. Judul, “Efektivitas Metode Point Counter Point dalam

Pembelajaran Menemukan Informasi Melalui Membaca Intensif pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Donorojo, Jepara Tahun Ajaran 2012/2013”. Dari

hasil analisis data, hasil perhitungan uji hipotesis diperoleh thitung = 4,43. Dengan dk = 67 dan taraf nyata α = 5% dari daftar distribusi t diperoleh ttabel

= 2,002. Karena thitung > ttabel (4,43>2,002) sehingga bunyi hipotesisnya

adalah diterima dan data yang diperoleh adalah signifikan. Jadi dapat

dikatakan bahwa hipotesis alternatif (Ha) diterima, yaitu metode point

counter point efektif dalam pembelajaran menemukan informasi melalui

membaca intensif pada siswa kelas VIII SMP N 2 Donorojo, Jepara tahun

ajaran 2012/2013. Berdasarkan keefektifan metode Point Counterpoint, siswa

(56)

42

dari teks bacaan dengan berdiskusi serta mendapatkan pemahaman lebih

mendalam.

Persamaan yang bisa diambil dalam penelitian ini adalah

mengaktifkan siswa dalam mencari informasi untuk menyelesaikan suatu

masalah. Dengan metode point counterpoint membuat siswa turut aktif

berargumen dari informasi-informasi yang didapat untuk memecahkan

masalah yang dibahas. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang saya

lakukan adalah fokus penelitian ini adalah meningkatkan ke efektifan siswa

sedangkan fokus penelitian yang penulis lakukan adalah meningkatkan hasil

(57)

43 BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A.Deskripsi Kegiatan Pra Siklus

Pada bagian ini peneliti akan memaparkan gambaran tentang kondisi

siswa Kelas X IPA SMA Negeri 2 Salatiga tempat penelitian dilakukan disertai

penjelasan adanya perbedaan antara metode pembelajaran yang biasa dilakukan

dengan metode pembelajaran yang akan diujicobakan dalam penelitian ini.

Tabel 3.1

Nilai hasil belajar Pra siklus Pendidikan Agama Islam Kelas X IPA SMA Negeri 2 Salatiga

(58)

44

(59)

45

siswa X yang berjumah 30 dengan fokus penelitian pada pembelajaran mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam semester ganjil dengan materi kontrol diri.

Penelitian tindakan kelas terdiri dari 2 siklus ini merancang strategi

pembelajaran yang bisa diterapkan dalam pembelajaran yang selama ini

berlangsung. Hal ini mengingat bahwa salah satu tujuan Penelitian Tindakan

Kelas adalah memperbaiki meningkatkan prestasi belajar siswa di kelas serta

kualitas proses pembelajaran. Karena peneliti menyadari bahwa pembelajaran

yang selama ini berlangsung kurang memberi dampak yang positif pada siswa

serta belum mampu membangkitkan aktivitas dan motivasi belajar siswa yang

pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajar siswa.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, peneliti mencoba menerapkan

metode Point Counterpoint pada setiap siklus yang merupakan suatu metode

diskusi yang memungkinkan siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran

dimana siswa diarahkan agar mampu menanggapi dan mengemukakan pendapat

terkait dengan hal-hal yang didiskusikan. Dengan tujuan untuk meningkatkan

aktivitas dan motivasi belajar sehingga akan berdampak pada hasil belajar siswa.

Pada tahap pra siklus ini, peneliti melakukan Pre Test yang terdiri dari

30 soal pilihan ganda dan 10 soal isian yang dilaksanakan pada hari Kamis

tanggal 19 Juli 2018. Peneliti melakukan pre test ditahap awal tersebut diketahui

bahwa dari 30 siswa yang tuntas berjumlah 10 siswa dengan persentase 33,33%

dan siswa yang belum tuntas berjumlah 20 siswa dengan persentase 66,67%,

(60)

46 B.Deskripsi pelaksanaan siklus I

Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan pada semester I, hari

Senin tanggal 23 Juli 2018, selama kurang lebih 2 jam pelajaran (2x35 menit).

Pelaksanaan tindakan ini sesuai dengan program semester mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam Kelas X IPA semester I.

Pelaksanaan tindakan siklus I yang dilakukan guru bersama peneliti

dilakukan dalam 4 (empat) tahapan, yaitu dengan alur perencanaan (planing),

implementasi tindakan (acting), observasi dan interprestasi (observasing), dan

refleksi (reflekting), secara garis besar pelaksanaan dapat dideskripsikan sebagai

berikut:

1. Tahap perencanaan

a. Guru menentukan sub pokok bahasan yaitu kontrol diri

b. Mempersiapkan rencana pembelajaran (RPP) sebagai pedoman dalam

kegiatan belajar mengajar.

c. Mempersiapkan kegiatan pembelajaran dengan alat dan bahan yang

diperlukan berkaitan dengan materi kontrol diri

d. Mempersiapkan name tag sebagai penanda penentuan perspektif bagi tiap

kelompok (name tag merah: Kelompok 1, name tag kuning: Kelompok 2,

name tag hijau: Kelompok 3, name tag biru: Kelompok 4 dan name tag

putih: Kelompok 5).

e. Mempersiapkan media gambar (Tawuran Pelajar, radikalisme dan

Gambar

Gambar 1.1. Penelitian Tindakan Kelas Model Suharsimi Arikunto
Tabel 3.3
Tabel 3.5 Nilai hasil belajar Siklus II Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Tabel: 4.2 Rata-Rata Hasil Tes Siklus I
+3

Referensi

Dokumen terkait

(1) Jumlah anggaran pendapatan negara dan hibah Tahun Anggaran 2010 sebesar Rp.949.656.115.114.000,00 (sembilan ratus empat puluh sembilan triliun enam ratus lima puluh

Elemen penunjang peran ruang pada zona pengunjung Museum Tekstil……… Elemen kesan ruang pada zona pengelola dan hunian Museum Tekstil dan Museum

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO.43/PUU-XIII/2015 TENTANG PROSES REKRUTMEN HAKIM TINGKAT PERTAMA.. TANPA MELIBATKAN

j udul, “ Hubungan antara Likuiditas dan Pembiayaan dengan Profitabilitas pada Bank Pembiayaan Rakya t Syariah Tahun 2012”.

Dari hasil skenario pesimis penilaian investasi menunjukan pay back period 4 tahun 2 bulan, NPV menunjukan hasil negatif – 87.588.002, IRR sebesar 8,35% dan PI sebesar 0,791 sehingga

Teman-teman saya di jurusan teknik elektro Angkatan 2011 khususnya teknik listrik kelas 6 ELB yang telah banyak memberikan bantuan dalam menyelesaikan.. perkuliahan di

Untuk skala A, pilihlah salah satu dari empat pilihan jawaban yang tersedia dengan memberikan tanda ( √ ) pada tempat yang tersedia.. Adapun jawaban yang disediakan

Adapun alasan penulis memilih judul analsis efektifitas sistem pengendalian internal terhadap peningkatan kinerja keuangan perusahaan dalam perspektif ekonomi isLam (studi