• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK REPRODUKSI IKAN KURISI BALI (Pristipomoides typust) DARI PERATRAN KEI KECIL, MALUKU TENGGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASPEK REPRODUKSI IKAN KURISI BALI (Pristipomoides typust) DARI PERATRAN KEI KECIL, MALUKU TENGGARA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

JPPI Edisi Sumber Daya dan Penangkapn

VdS

No. 3 Tahun 2003

ASPEK

REPRODUKSI IKAN KURISI

BALI

lPistipomoides

typust

DARI

PERATRAN

KEI

KECIL,

MALUKU TENGGARA

Retno Andamari'), Sjahrul Bustaman"), dan Hasmi Banjay"'t

ABSTRAK

Dalam rangka menunjang budi daya laut dan

juga

pengelolaan perikanan tangkap maka pelu

diketahui pula aspek reproduksi jenis-jenis ikan ekonomis penting. Salah satu diantaran-ya iran iurisi aai fnstleonotdes fypus). Untuk itu maka dilakukan penelitian aspek reproduksi ikan kurisi Bali di Tual, Perairan Kei Kecil, Malukr.r.Tenggara. Sampling dilaksanakan dari bulan Juni 1999 sampai dengan Aoril 2000. Dalam periode tersebut

-diperoleh sejumlah 150 ekor yang 86 di antaranya dewasa. Berdasarkan analisa histolooi maka dapat disimpulkan bahwa ikan.ini mimpinyai perkembjngan oosit

yanj

ueisitat asinkonus. Fekunditas relatif berkisar 1 1 5-340 butir dengan rata-iata' 184 butir dan rata-rata fekunditas

per angkatan 115.886 butir. Hubungan panjang berat menunjukkan nilai b = 2,77 (R2= 0,97).

ABSIRACI;

Reprodrctive

aynct

9t

grarptodh

$apps

(Pristipomoides typus)

trom

Kei K(!(jlt

waters,

so,rth-ast

fibluku.

By:

Re/rl,o Andamari, sjahrut

gigimm,

and

Hasni

Hnjx

_

ln order to suppoft marine cufture and its fishery management the reprductive aspect

of

sune specbs fish are an imporlant component. The most important ieproductive ispect ot fi.str such

as

snifpiooth 2naWer (Pristipomoides typus) was studied

in

Tuat. Xei Xecit waters. South-Easf Matuku

froi

June 1.999 until

Apd 200a

h

this sampling periode,

we

collected 150 Pnstiptmoides typus. A number has developd gonads. From histological analysis thr.s speciegyb a multiple spawner with'asynchronous o,ocyte

develowent. The relative fg.cund1ty ranged between

115to

340 (the average lseLnd^averatge batch fecundity 115,886. The tength weight retitionship has a vatue of b bss than 37b = 2-77:

d=

o.gi

KEYWORDS:

Pnsfrpornoldes typus,

txundfi,

tagtlt-wdght

PENDAHULUAN

Dalam rangka menunjang budi

daya laut

dan

pengelolaan perikanan tangkap maka perlu diketahui

pula

aspek

reproduksi

jeni+jenis

ikan

yang

menjadi

target species.

Di

kawasan bagian

timur'lndonesia

terutama

di

Laut Arafura jenis ikan yang

dominan

adafah ikan kakap merah (Lutjanus malabaricus dan L. erythropterus) serta ikan kurisi Bati (prisfrpomoides

multidens

dan

P.

fypus) yang tertangkap oteh

alat tangKap

pukat harimau (trawl net). tkan kurisi

Bali termasuk

famili

Lutjanidae yang

di

daerah

Tual

dan

Laut Timor

ditangkap

seetra

ekstensif

oleh

nelayan

tradisional dengan

menggunakan

pancing ulur

dan

pancing

rauuai

oleh

perikanan

industri.

Sebagai

gambaran

total

hasil

tangkapan

kakap

meran

(Lutjanus malabaricus,

L.

-

erytropterus

termasuk Pristipomoides spp.)

di

Indonesia kurang tebih 53.000

ton

pada tahun

1995

dan turun

sebesar 6

000

ton

dibandingkan

tahun

1994

(Suboko,

1997).

Oteh

karena

itu

untuk

menjaga kesinambungan

hasil

tangkapan

dan

menjaga

jangan

sampai

terladi

lebih

tangkap maka

salah

satu

aspek penting

untuk

diketahui adalah aspek biologi reproduksi aniara lain:

fekunditas

dan

musim

pemijahan.

Dengan

diketahuinya aspek reproduksi memungkinkan dapat

diterapkan pengaturan musim

penangklpan

ataupun

.'. Peneliti pada Bahi Besar Riset perikanan Budi dap Laut, Gondol

.'. Penelili pada Balai Pengkajian Teknologi pertanian Anrbon, Ambon 'Peneliti pada Balai Pengkajhn Teknologi pertanian Ambon, Ambon

ukuran

minimum

ikan

yang

boleh ditangkap. Tujuan

penelitian

ini

adalah

untuk

mengetahui fekunditas, hubungan panjang berat, ukuran pertama kali matang

gonad

ikan

kurisi

Bati

(p.

typusl.

Informasi

ini

diharapkan

dapat

digunakan

sebagai

bahan

pertimbangan bagi

pengelolaan

sumber daya

ikan

secara lestari dan berkesinambungan

BAHAN DAN METODE

Sampling

lkan kurisi Bati (Gambar 1)

diperoteh

dari

hasil

tangkapan nelayan pancing ulur

di

perairan sekitar Kepulauan

Kei Kecil

Matuku Tenggara (Lampiran 1)

yang

didaratkan

di

pasar

ikan

Tual.

Sampling

dilakukan

setiap

bulan

dari

bulan

Juni

1999 sampai

dengan bulan Aprit 2000. tkan yang diperoleh diukur

panjang totalnya

(cm)dan

beratnya(gr) serta diambil

gonadnya dan diawetkan dengan formalin 1Oyo.

Analisa

Gonad

Go_nad dikering-udarakan

dan ditimbang

dengan ketelitian 0,001

gr

kemudian dipotong metintang tatu

disimpan datam alkohot

7Oo/oj.

Set-njutnya

dibuat

(2)

Retno Andamari, Siahrul &tstaman, Hasmi Baniar

Gambar 1

Figure 1.

preparat histologi dengan irisan setebal

6

mikron dan

diberi

pewarnaan hematoxylen

dan

eosin

(Luna' 1968).

Preparat

kemudian

diamati

di

bawah

mikroskop

untuk

ditentukan

tingkat

kematangannya"

Gonad

tersebut

dikelompokkan

menurut

tingkatnya

berdasarkan klasifikasi Hunter

&

Goldberg

(!980)'

Cyrus & Blaber (198a); Andamari et a/.

(1998)

Kriteria

tingkat kematangan adalah sebagai berikut.

Tingkat

I

Belum berkembang (terdapat oogonia)

Tingkat

ll

Berkembang (pre-vitellogecoocyfes)

Tingkat

lll

Permulaan

matang

(telur

mulai

terbentuk;sebagian bel um terwarnai ) Tingkat

lV

Hampir matang (terbentuk chorion)

Tingkat

V

Matang/hidrasi

(telur

berwarna

merah

merata; hidrasi)

Tingkat

Vl

Salin (terdapat atreasia; terdapat

posf-vitellogenic foll icles)

Setelah ditentukan

tingkat

kematangannya maka gonad yang mempunyai tingkat kematangan lV dan V

dihitung

jumlah

telurnya

untuk

menentukan

fekunditas.

Jumlah

telur

setiap

angkatan

(batch

fecundity) diduga berdasarkan rumus Bagenal (1978)

sebagai berikut: p = (\rVgANs).n

di

mana:

F

: batch fencundity Tabel 1. Table 1.

lkan kurisi

Bali,

Pristipomoides typus (Sumber: Allen, 1985)' Sharptooth snapper,

Pristipomoides typus

(Source: Allen, 1985)

Wg

berat gonad (gr)

Ws

. berat gonad sub samPel (gi')

n

. jumlah telur dalam sub samPel

Fekunditas relatif dihitung dari jumlah

telur

per satuan berat menurut Effendi (1997).

H

ubungan Panjang-Berat

Menurut Effendi (1997) berat ikan dapat dianggap

sebagai

suatu

fungsi

dari

panjang

dan

biasanya

mengikuti hukum kubik. Apabila ikan

tersebut tidak

mengiXuti

hukum kubik maka

pertumbuhan

ikan

tersebut bersifat alometrik (tidak sama dengan 3).

Rumus hubungan panjang berat (Royce,

1984) adalah sebagai berikut

W

=alb

di

mana:

W

= berat (gr)

|

= panlang (cm)

adanb

=konstanta HASIL DAN BAHASAN

Dari hasil sampling sebanyak 150 ekor, 86 ekor di

antaranya gonadnya

sudah

mulai

berkembang.

Deskripsi panjang dan berat ikan contoh dapat dilihat

padaTabel

1.

Deskripsi panjang

dan

berat ikan kurisi Bali

(P.

typus) pada bulan

Juni

1999 sampai dengan

April2000

Diescription

of

tength and weight sharptooth snapper

(P.

typus) from

June

1999 untill April

2@0

anjang Total

Total

Lurgth

(cm)

Berat

Weigth

Minimum

Minimum

155

421

Maksimum Maximum 64.7

2

875 Rata-rata

I

SE

Avaaget

SE 34.4

t

281

595

t

48.58

150

(3)

Hubungan Panjang-Berat

Dari

150 ekor contoh ikan tersebut sebagai fungsi panjangrberatnya.

W^=0,024L2'7s

R'=

0,97

Berdasarkan

uji

t

nilai

b

tidak sama dengan

3

berarti

ikan

kurisi

Bali

bersifat

alometrik

yaitu

pertambahan

panjang

lebih

cepat

dari

pada

pertambahan beratnya,

hal ini

sesuai dengan bentuk ikan kurisi Bali yang kurus dan panjang (Gambar 2).

Tingkat

Kematangan Gonad

dan Fekunditas

Dari 86 buah gonad ikan contoh terdapat

42gonad

jantan dan

44

gonad betina,

jadi

bisa

disimpulkan

bahwa perbandingan ikan jantan

dan

ikan

betina

untuk

ikan kurisi

Bali seimbang (berdasarkan

uji

khi-quadrat).

Tingkat

kematangan

gonad

selama pengamatan dapat dilihat pada

Tabel2.

Gambar 2. Figure 2.

JPPI Edisi SumberDaya dan Penangkapan Vol.9 No. 3Tahun 2003

Dari pengamatan

tirgkat

kematangan gonad secara histologis terlihat bahwa

ikan

bersifat asinkronus yang berarti dalam satu gonad terdapat beberapa tirgkatan

sehirgga dapat memijah

beberapa

kali dalam

satu

musim pernijahan (Gambar

3). Hal ini

sesuai dengan penefitian Min

ef

al. (1977) dan Kikkaua (1984/

&iam

Uoyd

(1994).

1

Pada bulan Januari,

Pebruari

dan April

terdapat

gonad betina yang telah matarB

dan

@a

bulan

Apil

terdapat satu ekor yang

hidrai,

tetapi tidak ditemukan

yang

telah

memijah.

Dari

4

gonad betina

yarg

telah matang

tesebut

dihitung fekunditasnya.

Fekundita

per angkatan berkisar antara

70

ribu hingga 204 ribu butir

(rata-rata 155.826 butir). Sedangkan fekunditas relatif

berkisar

dari

115 sampai

derBan 340 butir

(rata-rata

180

hXifl.

Untuk

lebih jelasnya hubungan fekunditas

dan

panjang

ikan

dapat

dilihat pada

Gambar

4.

Fekunditas

P, fpus

dari

Tual

ini

lebih kecil

bila

dibandingkan

dergan

penelitian Lloyd (1994)

yang menyebutkan

P.

typus dari Laut Timor berkisar antara

800 ribu

sampai

2j

jda

butir

(batch

fecundity).

4000

E 3000

L

9zooo

a

b

1000 0

30

50

70

Panjang

totd

(cm)

\Y:0.0244L2762

*

:

o.qtq

Tabel 2. Tabel 2.

Hubungan panjang-berat ikan kurisi Bali

(p. typus)dari

Tuat (n=150)

Length-weight relationship

of

sharptooth snapper (P. typus) from Tual (n=150)

Tingkat

kematangan

gonad (TKG) ikan kurisi Bali

(P,

typus)

di

Tual pada

butan

Juti

1999 sampai dengan bulan

April2000

Gonad maturity sfage of sharptooth snapper (P. typus)

in

Tualfrom

July

1999 untit Aprit 2ctr/0

Bulan

Month

Jenis

Kelamin Sex JantanlMale

Tingkat

Kematangan

(rKG)

Gonad

Naturitv

rcNt

Jumlah

Total

Juli

132

6 99 BetinalFemale 7 3 99 99 Nopember November 99 Desember 99 December 99 JantanlMale Betina/ JantanlMale JantanlMale Betina/Female Januari 00 JantanlMale

ffi

BetinalFemale 00 00 JantanlMale BelinalFemale

(4)

Retno Andamai, Sjahrul &tstaman, Hasmi Banjar 25 0000

^

200000 .g !_ 150000

i

rooooo

E

5oooo F - 28t.46Lr.5e0.r R: = 0.68.1

30

.15

40

.15 PanJang tot.l (cm)

Hubungan panjang

total

(cm) dan fekunditas

(hxiO

il<an kurisi Bati

(p

fypus)

dari

perairan Kei Kecil.

Total length (cm) and fecttndity

(iN)

ralationship

of

sharfiooth

snappr

(p

typus)

from

Kei Kacit wders.

Gambar

3.

lrisan gonad

p.

typusdergan bebagaitingkat kematangannya (H&E 1m x).

Ftgure

3

Histolqical

secfibns of the gonads ot P. typus snowing tne stage of maturity (H&E

1NX)

Gambar 4 Figure 4.

Perbedaan

yang

diperoleh

dari

penelitian

ini

kemungkinan

berbeda ukuran ikan.

Fekunditas ada hubungannya

dengan ukuran ikan, yang

dinyatakan bahwa

semakln besar ikan akan

mempunyai gonad

semakin besar pula sehingga batch fecundity

juga semakin besar"

Dalam penelitian ini hanya terdapat 4 ekor ikan yang matang gonad

(TKG lV dan V dergan

diameter oosit

berkisar dari 350 p sampai 600 rr)dan relatif masih kecil ukurannya.

P

typus

dapat

mencapai berat sampai 5-6kg

Dari

150

ekor ikan

contoh, gonad

jantan

maupun betina mulai dapat diamati pada ikan dengan berat 200

gram

dan

panjang

total

25

cm

dengan

tingkat kematangan

gonad

ll.

Menurut

Allen

(1985) pertama

kali matang gonad ikan

P.

typus pada panjang total 28

cm,

sedangkan

dalam

penelitian

ini dari

4

ekor

ikan yang matang gonad yang terkecil mempunyai panjang total 29,4 cm dan berat 206,9 gram. Dalam penelitian ini

belum dapat

ditentukan ukuran pertama

kali

matang

Musim pemijahan ikan

P.

fypus mempunyai r,raktu yang panjang dengan dua atau lebih puncak pemijahan

(Min

ef al.,

1977). Sedangkan menurut Brouard dan Grandperrin (1985),

di

Vanuatu

p.

muttkjens memijah

sepanjang

tahun dengan puncak pemijahan

antara Desember dan Januari. Dalam penelitian

ini

meskipr.rn

hanya sedikit

jumlah

sampel yang diperoleh dan juga

belum

ada data

sepanjang

tahun tetapi

dapat memberikan gambaran bahwa kemungkinan pemqahan

terladi pada bulan Pebruari sampai Mei, karena gonad yang matang pada

htlan

tertentu diduga akan memrjah pada bulan berikutnya.

KESIMPULAN

lkan kurisi Bali

@nstipomotdes

typus)

memplnyai

perkembangan

oosit yang

asinkronus

dan

dapat

memijah beberapa

kali.

Fekunditas relatif berkisar dari

100 sampai

dengan

340 butir dengan

rata-rata 180 butir, sedargkan batch

feandity

berkisar antara 70 ribu sampai dengan 204 ribu. Gonad mulai berkembang baik pada ikan jantan dan betina pada panjang total

25

cm

(5)

UCAPAN TERIMA I(ASIH

Pada kesempatan

ini

penulis menyampail<an terima kasih

yarg

sebesar$esamya

ke@a

Sdr. Mujimin yarg

telah

menyiapkan

peparat

histologi

dan

kepada Sdr.

Muhamad Syukur selaku Pimpinan Bagian

Proyek

Pemkinaan

Kelembagaan

Penelitian

dan

Pergembangan Pertanian/ARMP

ll

Maluku

sehingga penelitian ini dapat terlaksana.

DAFTAR PUSTAKA

Allen, G.R. 1985. Snappers of the uorld.

An

annotated and illr.strated catalogue of lutjanid species known to date. FAO species catalogue. Vol. 6.

Andamari,

R., M.

Farmer,

U.

Chodriyah,

&

A.N. Susanto. 1998. Gonad maturity stages

of

anchovies

(Encrask*tolina heterolobus)

from

Bacan

lsland. lndonesian Frbherbs Research Joumal,

6

(2\.

47-51.

Bagenaf, T

B.

1978.

Metllds

ficr assessrnent

of

fish

prdtclim

in

fresh water.

lBP.

Handbook

(3)

Bladorcll Scientific Publications, Oxford, p. 253. Brouard, F., & Grandpenin R. 1985. Deepbottom fishes

of the

outer reef slope

in

Vanuatu

Sottth

Pacific

Commission

17

th

Regional Technical Meeting on Fisheries. Noumea, New Caledonia.

JPPI Edisi Sumber Daya dan Penangkapan Vol.9 No. 3 Tatan 2003

Cyrus,

D.P.

&

Blaber,

S.J.M.

1984.

The

reprodudive triology

of

Gerres (Teleodei) Bleeker 1859,

in

Natal

etuaries.

J.

Fish. Biol., 24. 491-504.

Effendie, M.l. 1997. Biolqiperikanan. Yayasan Pr.rstaka Nusatama. Yogyakarta.

Hunter,

J.R.

&

Goldberg,

S.R.

1980.

Spaming

incidence

and

batcfr fecundity

in

northem anchovy Engranlis

mordax

Fish. Bull. U. 5., TI

:il1.652

Lloyd,

J.A.

1994.

Goldband snapper

in the

northem

tenitory fishery.

Fishery Report,

31.

Northem

Tenitory Dept.

of

Primary

Industry

and

Fisheries, Darwin.

Luna,

L.G.

1968.

Manud

of

histological

staining methods

of

the a

md

forces. InSitute

of

Pathology. 3 rd. ed. McGraw-Hill, N.Y.

Min,

T.S.,

Senta,

T.,

&

Supongpan

S.

1977. Fisheries biology

ot

Pi*ipomcides spp. (Family Lutjanidae) in

the

South China

Sea and

its

adjacent

waters. Singapore

J

Pri.ind.,5 (2): 9G-115.

Royce, W.F. 1984. Introduction to the practice of fishery science. Academic Press. California, USA,

423p.

Suboko,

B.

1977. Indonesian fisheries industry needs

and

opportunities.

Paper

presented

to

The

Asia-Pacific Fishing Conference

and

Exhibition, Caims,

Australia,

7-10

July

1997.

Indonesian Fisheries Federation.

(6)

Retno Andamai, Sjahrul Bustaman, Hasmi Baniar

Lampiran

1.

Lok*isamplirB

ikan kurisi Bali(P.

fip.ls)diTual,

Kepulauan Kei Apoeim/x 1

.

Map

d

the samfling

ldion

P. typus, in Tuat,

Kd

Archiptqo.

Gambar

Gambar  2. Figure  2.
Gambar  4 Figure  4.

Referensi

Dokumen terkait

Larva ulat sutera instar V yang diperoleh pada tahap ke -6 diberi perlakuan pakan buatan yang telah ditambahkan antimikroba (sesuai perlakuan) sampai pada fase kokon dan

Hasil kunjungan kelokasi kebun mitra kelompok tani terlihat bahwa, kebun kopi sudah mulai dibersihkan dari tanaman gulma dan semak yang dapat menganggu pertumbuhan tanaman

Bentuk dapat mempengaruhi kemungkinan dicernanya mikroplastik oleh organisme pelagis (Boerger et al. Untuk kandungan mikroplastik berdasarkan tipe mikroplastik yang

Rugi tahun-tahun lalu yang dapat diperhitungkan (100%) Rugi tahun berjalan yang dapat diperhitungkan (100%) Selisih kurang karena penjabaran laporan keuangan Pendapatan

Dewi Anjasmoro Nurbani Afifi/ UIN Malang/ 2013 Penentuan Nisbah Bagi Hasil pada Akad Mudharab ah Deposito Plus di Bank Muamalat Indonesia Cabang Malang

Produk pengembangan direvisi berdasarkan penilaian ahli media pembelajaran dan ahli materi, produk hasil revisi diujicobakan secara perorangan produk pengembangan media

Ini perlu menjadi bahan pertimbangan untuk pengelola dalam pembenahan menjadi wisata syariah agar obyek wisata Umbul Pengging tidak lagi menjadi tujuan wisata yang inferior

Form ini merupakan tampilan form yang akan muncul pertamakali pada saat program aplikasi dijalankan, dimana pada form ini user dapat memilih untuk langsung