• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Aktivitas Antibakteri Senyawa Kitosan terhadap Neisseria gonorrhoeae yang diisolasi dari Pasien dengan Penyakit Infeksi Seksual secara In Vitro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Uji Aktivitas Antibakteri Senyawa Kitosan terhadap Neisseria gonorrhoeae yang diisolasi dari Pasien dengan Penyakit Infeksi Seksual secara In Vitro"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Cerebellum. Volume 4. Nomor 3. Agustus 2018 Uji Aktivitas Antibakteri Senyawa Kitosan terhadap Neisseria gonorrhoeae

yang diisolasi dari Pasien dengan Penyakit Infeksi Seksual secara In Vitro

Gilang Pramanayudha1, Siti Khotimah2, Sari Rahmayanti3 1

Program Studi Kedokteran, FK UNTAN 2

Program Studi Biologi, FMIPA UNTAN 3

Departemen Mikrobiologi, Program Studi Kedokteran, FK UNTAN

Abstrak

Latar Belakang. Infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme. Neisseria gonorrhoeae merupakan salah satu mikroorganisme berupa bakteri potensial patogen penyebab penyakit infeksi dan sering bersifat multidrug resistance. Peningkatan resistensi antibiotik menyebabkan peningkatan penggunaan bahan alami. Kitosan merupakan bahan alam yang terkandung dalam kulit udang (crustacea) yang mengandung metabolit aktif yang bersifat sebagai antibakteri. Metode. Kitosan yang sudah diolah kemudian dilarutkan dengan menggunakan asam asetat 0.1 M. Kitosan kemudian dibagi kedalam beberapa konsentrasi. Konsentrasi ekstrak yang digunakan adalah 1000 ppm, 2000 ppm, 3000 ppm, 4000 ppm, 5000 ppm dan 6000 ppm. Kontrol positif menggunakan ceftriaxone 15 µg/disk dan kontrol negatif menggunakan asam asetat 0,1 M. Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode sumuran. Hasil. Tidak ditemukan zona hambat terhadap pertumbuhan Neisseria gonorrhoeae. Kesimpulan. Senyawa kitosan tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap Neisseria gonorrhoeae.

Kata Kunci: Antibakteri, Kitosan, Neisseria gonorrhoeae.

Background. Infection is a disease caused by microorganisms. Neisseria gonorrhoeae is one of potentially pathogenic microorganisms that cause infectious diseases and multidrug resistance. Increasing of antibiotic resistance causes the increased use of natural substance. Chitosan is a substance in Crustacea’s shell that contains active metabolites act as an antibacterial. Method. Chitosan dissolved by using acetic acid 0.1 M. The concentration of extract that used in this research was 1000 ppm, 2000 ppm, 3000 ppm, 4000 ppm, 5000 ppm dan 6000 ppm. Ciprofloxacin 15 µg/disk was used as positive control while acetic acid 0.1 M was used as negative control. Antibacterial activity was measured using agar well diffusion method. Result. Chitosan concentration made no inhibition on the growth of Neisseria gonorrhoeae. Conclusion. The chitosan not possesses an antibacterial activity against Neisseria gonorrhoeae.

(2)

Jurnal Cerebellum. Volume 4. Nomor 3. Agustus 2018 LATAR BELAKANG

Bakteri merupakan

mikroorganisme uniseluler yang tergolong ke dalam golongan prokariota yaitu mikroorganisme yang tidak memiliki membran inti, berkembangbiak dengan cara mitosis. Umumnya bakteri bersifat patogen, akan tetapi terdapat pula bakteri yang dapat diterima oleh tubuh apabila berada pada lokasi yang semestinya yang disebut dengan flora normal. Salah satu infeksi yang disebabkan oleh bakteri adalah Infeksi Menular Seksual.1 Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan infeksi yang penularannya terutama melalui hubungan seksual yang mencakup infeksi yang disertai gejala-gejala klinis ataupun asimptomatis.2 Salah satu penyakit IMS yang sering terjadi adalah gonore.3 Gonore merupakan semua penyakit yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae.4

Gonore merupakan IMS yang paling sering terjadi dengan perkiraan 200 juta kasus baru yang terjadi tiap tahunnya.5

Di Indonesia pada rentang tahun 1997-1998 terdapat 13.000 kasus gonore. Di Kalimantan Barat pada tahun 2009 terdapat 2.361 kasus, dengan kasus yang dapat diobati sebanyak 98% dan pada tahun 2010 sebanyak 2.567 kasus.8,9 Dalam penatalaksanaan gonore telah ditetapkan standar yaitu kombinasi

ceftriaxone dengan azithromycin dan pilihan alternatif apabila ceftriaxone tidak tersedia diganti dengan cefixime

danazithromycin.10

Kitosan merupakan senyawa yang membentuk cangkang dari golongan

Crustacea. Penelitian Benhabiles,12

kitosan diisolasi dari kulit udang

(Parapenaeus longirostris) memiliki

aktivitas melawan bakteri Escherichia coli, Vibrio cholerae, Shigella dysenteriae dan

Bacteroides fragilis.12

METODE Alat

Alat yang digunakan pada saat penelitian adalah wadah, Hot plate

(3)

Jurnal Cerebellum. Volume 4. Nomor 3. Agustus 2018

(Memmert®), timbangan analitik (Precisa®), sendok stainless, oven (Memmert®), inkubator (Memmert®), cawan petri, autoklaf (HL36Ac®), gelas ukur 50 mL dan 100 mL, vial, tabung erlenmeyer 100 mL dan 1000 mL, tabung reaksi 15 mL, batang pengaduk, object glass, cover glass, jangka sorong, jarum Ose, mikroskop (Olympus®CX 21), tip dan mikropipet.

Bahan Uji

Bahan uji yang digunakan adalah senyawa kitosan sedangkan bakteri uji adalah biakan Neisseria gonorrhoeae yang didapatkan dari pasien gonore yang ada di Puskesmas Kom Yos Sudarso Pontianak Barat.

Bahan Non-Kimia

Akuades, air bersih, aluminium foil, kertas saring Whatman no. 1, kertas sampul coklat, kain kasa, kapas, plastik tahan panas.

Bahan Kimia

Senyawa kitosan yang dibeli dari PT Agung Menara Abadi, Ceftriaxone

5µg/disc, asam asetat, Nutrient Agar (NA),

Thayer-Martin Agar, larutan gentian

violet, larutan lugol, larutan alkohol 96%, larutan safranin, larutan natrium klorida (NaCl) 0,9%.

Prosedur Penelitian

Pengujian aktivitas antibakteri menggunakan difusi cakram metode sumuran. Pembiakan bakteri dilakukan dengan cara medium agar Thayer Martin yang telah dipanaskan kemudian didinginkan sampai suhu 40°C – 50°C, lalu dituang sebanyak 15 mL ke dalam cawan petri yang telah ditambahkan 0,1 mL kultur bakteri uji berumur 24 jam.12

Sumuran yang digunakan ukuran 6 mm dan kemudian sesuai variasi konsentrasi kitosan, kontrol positif

ceftriaxone 5 µg/disc dan kontrol negatif asam asetat . Kertas (Gambar 3.1). Media yang telah berisi bakteri uji kemudian diinkubasikan pada 37°C selama 18-24 jam. Plate tersebut diamati zona hambat yang terbentuk kemudian diukur menggunakan jangka sorong.12

(4)

Jurnal Cerebellum. Volume 4. Nomor 3. Agustus 2018 HASIL

Pembuatan Senyawa Kitosan

Pembuatan senyawa kitosan pada penelitian ini dilakukan di Laboratorium Analis Politeknik Kesehatan RI (POLTEKKES). Kitosan yang telah dibeli dari PT Agung Menara Abadi dilarutkan dengan menggunakan asam asetat 1% yang dibuat menjadi beberapa konsentrasi yaitu: 2000 ppm, 3000 ppm, 4000 ppm, 5000 ppm dan 6000 ppm. Dalam pembuatan senyawa sampel menggunakan rumus 1 ppm = 1 mg/L. 1 mg/L dikonversi kembali menjadi 1 µg/mL. 1000 ppm didapatkan dengan melarutkan 1 mg kitosan dengan 1 mL asam asetat 1% kemudian dilanjutkan dengan konsentrasi selanjutnya 2000 ppm, 3000 ppm, 4000 ppm, 5000 ppm dan 6000 ppm. Pada hasil pengamatan tidak didapatkan zona hambat pada plate.

Bahan uji yang telah dikumpulkan kemudian diuji dengan menggunakan kontrol positif dan negatif. Kontrol positif yang digunakan adalah ceftriaxone,

ciprofloxacin, cefixime dan azithromycin. Kontrol positif yang digunakan merupakan

ceftriaxone. Kontrol negatif yang dipakai adalah asam asetat 0,1 M.

PEMBAHASAN

Berdasarkan data dari Clinical and Laboratory Standarts Institute (CLSI) 2014. Ceftriaxone sensitif pada N.

gonorrhoeae pada radius ≥ 10 mm,

kemudian untuk ciprofloxacin > 11 mm, untuk cefixime > 10 mm dan azithromycin

> 6 mm.14-19

Uji aktivitas antibakteri dengan menggunakan konsentrasi senyawa kitosan 2000 ppm, 3000 ppm, 4000 ppm, 5000 ppm, 6000 ppm, tidak didapatkan hasil terbentuknya zona hambat di sekitar sumur yang menandakan bahwa tidak adanya penghambatan pertumbuhan N. gonorrhoeae oleh senyawa kitosan. Hal ini mungkin terjadi karena N. gonorrhoeae

yang digunakan merupakan patogen yang telah berkembang biak didalam tubuh manusia yang pernah diobati namun tidak

(5)

Jurnal Cerebellum. Volume 4. Nomor 3. Agustus 2018

selesai terapi sehingga disinyalir terjadi resistensi antibiotik. Kemudian tidak terbentuknya zona hambat ini juga kemungkinan disebabkan oleh konsentrasi dari kitosan yang kurang tinggi. 20-24

Neisseria gonorrhoeae merupakan

bakteri yang memiliki tingkat adaptasi yang sangat baik dengan lingkungan sekitar ataupun dengan antibiotik yang digunakan. Hal ini ditandai dengan catatan perjalanan resistensi N. gonorrhoeae.37 N. gonorrhoeae memiliki aktivitas genetik yang mengikuti dari tubuh yang diinfeksinya. DNA dari N. gonorrhoeae

mengalami evolusi terus menerus sehingga beberapa obat dengan golongan penicilin

sudah hampir tidak dapat mengatasi infeksi dari N. gonorrhoeae. Hal ini juga yang mendukung tidak terbentuknya zona hambat dari senyawa kitosan terhadap N. gonorrhoeae.20-24

KESIMPULAN

Senyawa aktif yang terkandung dalam senyawa kitosan tidak memiliki

aktivitas antibakteri terhadap N. gonorrhoeae

DAFTAR PUSTAKA

1. Jawetz M, Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. 23rd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007. 355-359 p.

2. Daili SF, Makes WIB, Zubier F, Judanarso J, editor. Infeksi Menular Seksual. 3rd ed. Jakarta: Universitas Indonesia; 2005. 4-57 p. 3. World Health Organization. Sexually

Transmitted Infection (STIs) Fact Sheet. World Health Organization [Internet]. 2016;

Available from:

http://l.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F% 2Fwww.who.int%2Fmediacentre%2Ffactsheet s%2Ffs110%2Fen%2F&h=5AQEDzr8Y 4. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu

Penyakit Kulit dan Kelamin. 6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010.

5. Behrman A, Shoff W. Gonorrhoea [Internet]. University of Pennsylvania; 2009. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/782913 -overview

6. Dinas Kesehatan Pemerintah Propinsi Kalimantan Barat. Profil Kesehatan Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2009.

7. Dinas Kesehatan Pemerintah Propinsi Kalimantan Barat. Profil Kesehatan Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2010.

8. CDC. Top Stories : CDC Issues New Recs to Stave Off Untreatable Gonorrhea-by Tim Horn. Diakses 11 Januari 2015. 2015;

Available from:

http://www.aidsmeds.com/articles/gonorrhea_a ntibiotic_resistance_1667_22833.shtml 9. Mahamud Sharif M, Gouri RB. Status and

Utilization of Medicinal Plants in Rangamati of Bangladesh. Research Journal of Agriculture and Biological Sciences. 2006;286–273.

10. Behanbils M et al. Antibacterial Activity of Chitin, Chitosan and Its Oligomers Prepared from Shrimp Shell Waste. Food Hydrocolloids. 2012. 48-56 p.

11. Todar K. Todar’s Online Text Book of Bacteriology. Pathogenic Neisseriae: Gonorrhea, Neonatal Ophthalmia and Meningococcal Meningitis [Internet]. [cited 2016 Apr 12]. Available from: http://textbookofbacteriology.net/neisseria.htm l

12. Kiefer F Zur. Differential diagnose Des Erregers Der Epidemischen

(6)

Cerebrospinal-Jurnal Cerebellum. Volume 4. Nomor 3. Agustus 2018 Meningitis Und Der Gonorrhoe. Berl. Klin.

Wochenschr. 33:628–30.

13. Hook E, Hansdfield H. Gonococcal Infection In The Adult. Dalam Holmes KK, Sparling PF, Stamm WE, Piot P, editor. Sexually Tansmitted Disease. 4th ed. New York: The MacGrawHill Company; 2008.

14. Clinical and Laboratory Standards Institute. Performance Standards for Antimicrobial Susceptibility Testing: Twenty-Fourth Informational Supplement. Wayne, PA; 2014. 27-30, 68-75, 77 p.

15. Suhardi. Khitin dan Khitosan. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi; 1992.

16. Meyers S, Lee K. Isolation and Characterization of Chitin from Crawfish Shell Waste. Agricultural and Food Chemistry. 37(575).

17. Hidayat N, Padaga M, Suhartini S. Mikrobiologi Industri. Yogyakarta: Penerbit Andi; 2006. 112-117 p.

18. No H, Park N, Lee S, Meyers S. Antibacterial Activity of Chitosans and Chitosan Oligomers with Different Molecular Weights. International Journalof Food Microbiology. 2012;74:65–72.

19. Synowiecki J, Al-Khateeb N. Production, properties, and some new applications of chitin and its derivatives. Critical Reviews in Food Science and Nutrition. ProQuest Medical Library. 2003;43(2):145–71.

20. Jazan S. Prevalensi Infeksi Saluran Reproduksi Pada Wanita Penjaja Seks Di Jayapura, Banyuwangi, Semarang, Medan, Palembang, Tanjung Pinang dan Bitung, Indonesia. Diakses tanggal 12 Mei 2017. Available from: http://www.aids-ina.org/

21. Rang HP, Dale MM. Rang and Dale’s pharmacology. 7th ed. Edinburgh; New York: Elsevier/Churchill Livingstone; 2012. 609-32 p.

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) perbedaan kemampuan menulis cerita antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran Think Talk Write (TTW)

massage dan stretching penderita carpal tunnel syndrome yaitu nilai kemampuan fungsional dengan menggunakan penilaian Boston Carpal Tunnel Syndrome Questionnaire yaitu

Sindrom HONK merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolar dan hiperglikemia serta diikuti oleh perubahan tingkat kesadaran. Kelainan dasar biokimia pada sindrom ini

Upacara ritual menanda tahun merupakan bagian dari foklor etnis Pakpak yang memiliki makna dan fungsi bagi etnis Pakpak itu sendiri, yang menunjukkan bahwa masyarakat Pakpak

Nazer, Drs., MA; Yessy Andriani.SE,M.Idec 3 III Int/E G1.7.. EKO203 STATISTICS OF

R50/53 Very toxic to aquatic organisms, may cause long-term adverse effects in the aquatic environment. R51/53 Toxic to aquatic organisms, may cause long-term adverse effects

Peserta yang berhasil menyelesaikan seluruh program pelatihan daring Persiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja (PKBR) Tahun 2019 dan memenuhi kriteria ketentuan

• Spesimen utama (primary type) meliputi holotype (spesimen tunggal) yang digunakan untuk mendeskripsikan spesies baru, maupun lectotype yang merupakan spesimen berikutnya yang