• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Manajemen Mutu Terpadu dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Islam Oleh: Prim Masrokan Mutohar *

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Implementasi Manajemen Mutu Terpadu dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Islam Oleh: Prim Masrokan Mutohar *"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh: Prim Masrokan Mutohar* Abstrak

Aplikasi Total Quality Management (TQM) pada institusi pendidikan berdasarkan pada pertimbangan bahwa administrator dan manajer institusi tersebut perlu untuk memformulasikan framework institusional untuk mendukung pencapaian kualitas pendidikan. Ide sentral sistem ini adalah: 1) institusi harus mampu menghubungkan output pengguna dengan penyedia, 2) evaluasi diagnosis dilaksanakan secara berkelanjutan, 3) peningkatan kualitas dilakukan berdasarkan pada data, melibatkan semua elemen dalam institusi tersebut, untuk memberikan kepuasan kepada orang tua siswa dan masyarakat.

Kata kunci: Implementasi Manajemen Mutu Terpadu, Mutu Pendidikan A.Pendahuluan

Persoalan penting yang dihadapi oleh bangsa Indonesia pada saat ini adalah upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mutu pendidikan. Hal ini disebabkan karena ada beberapa indikator yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan, yaitu: Pertama, rendahnya daya saing Indonesia di dunia internasional. Di antara 46 negara terkemuka dalam sains dan teknologi, Indonesia berada pada peringkat 41, di bawah Malaysia, Thailand, dan Philipina (yaitu urutan ke-23, 30, dan 31). Kedua, di bidang Sains dan Teknologi, Indonesia masih menduduki urutan ke 40. Hal ini terdiri atas unsur penelitian dan pengembangan pada urutan ke-39, kualitas sumberdaya penelitian dan pengembangan pada urutan ke-43, dan

kemampuan manajemen teknologi pada urutan ke-38.1 Keadaan tersebut

diperkuat oleh data tenaga kerja Indonesia yaitu 80% berpendidikan di

bawah SLTA, dan kurang dari 17% yang berpendidikan SLTA.2 Di

samping itu, secara global hasil survei yang dilakukan oleh The Political and

Economic Risk Consultant (PERC) yang bermarkas di Hongkong

menunjukkan bahwa peringkat kualitas pendidikan di Indonesia di tingkat

* Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Tulungagung Jawa Timur. 1A. Mukadis, “Standar dan Sertifikasi Representasi Penjaminan Mutu Profesionalisme Guru di Indonesia pada Abad Pengetahuan”, Makalah, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2004), p. 3.

2H.P. Gatot, “Pendidikan Kejuruan”, Makalah KONASPI IV di Jakarta, 19 September, 2000, p. 5.

(2)

Asia Pasifik berada pada peringkat ke-12 di bawah Vietnam, Thailand, dan

Philipina.3

Tantangan besar yang dihadapi oleh seluruh bangsa Indonesia pada era globalisasi ini adalah ketatnya kompetisi di berbagai bidang. Kompetisi ini akan memasuki seluruh dimensi kehidupan dan menjamah wilayah

geografis di berbagai belahan dunia. Apabila ingin menjadi survive atau

bahkan menjadi pemenang dalam era kompetitif ini, kepemilikan daya saing menjadi prasyarat mutlak yang tidak dapat ditawar lagi. Pendidikan Islam merupakan salah satu bidang yang tidak dapat melepaskan diri dari tantangan peningkatan mutu secara berkelanjutan. Mutu pendidikan harus ditingkatkan menjadi lebih baik, karena sebagai kunci sukses yang harus dimiliki dan merupakan daya saing yang paling efektif.

Kebutuhan dan harapan masyarakat (community needs and wants) akan mutu pelayanan pendidikan yang baik tampaknya menjadi faktor pemicu utama inovasi manajemen pendidikan. Keputusan institusional (institutional decisions) yang dibuat oleh kepala madrasah dan staf untuk meningkatkan mutu pelayanan internal (di dalam lembaga pendidikan) dan eksternal (hubungan madrasah dengan masyarakat) akan sangat mempengaruhi proses pembuatan keputusan inovatif dalam bidang manajemen pendidikan. Kegiatan pendidikan dan pengajaran di madrasah akan berjalan baik, jika ditunjang oleh manajemen pendidikan yang memadai. Satu hal hingga saat ini masih menjadi fokus pemikiran para ahli manajemen pendidikan adalah bagaimana menyeimbangkan antara produk kerja inovasi manajemen pendidikan Islam dan aplikasinya di madrasah-madrasah. Mereka sepakat bahwa inovasi manajemen pendidikan dapat

dibuat dengan menggunakan logika deduktif dari proses inquiry,

berdasarkan penelitian eksperimental atau penelitian empiris tertentu. Namun demikian, pada tingkat aplikasi ternyata unsur-unsur seni (art) dan keprigelan (craft) dalam kinerja manajemen pendidikan tidak sepenuhnya

menujukkan perpaduan yang serasi.4

Dunia pendidikan, termasuk pendidikan Islam di era kontemporer, dikejutkan dengan adanya model pengelolaan pendidikan berbasis industri. Pengelolaan model ini mengendalikan adanya upaya pihak pengelola institusi pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan manajemen perusahaan. Penerapan manajemen mutu terpadu dalam

pendidikan ini lebih populer dengan sebutan istilah Total Quality Education

(TQE). Dasar dari manajemen ini dikembangkan dari konsep Total Quality

3M. Wibowo, “Peluang dan Tantangan Memasuki Era Global dan Otonomi”, Makalah Seminar, (Semarang: UNNES, 2003), p. 2.

4S. Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), p. 61.

(3)

Management (TQM) yang pada mulanya diterapkan pada dunia bisnis kemudian diterapkan pada dunia pendidikan. Secara filosofis, konsep ini menekankan pada pencarian secara konsisten terhadap perbaikan yang

berkelanjutan untuk mencapai kebutuhan dan kepuasan pelanggan.5

Manajemen peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu pendekatan yang sistematis, praktis, dan strategis bagi penyelenggaraan

pendidikan yang bermutu dan memuaskan pelanggan.6 Pendidikan yang

bermutu dan memuaskan pelanggan dapat terwujud jika dilaksanakan dengan proses yang bermutu. Terdapat lima pilar untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu, yaitu: produk, proses, organisasi, pemimpin,

dan komitmen.7 Produk adalah titik pusat untuk mencapai tujuan

organisasi. Produk tidak akan bisa bermutu jika tidak disertai dengan proses yang bermutu. Proses yang bermutu tidak mungkin terwujud jika tidak disertai pengorganisasian yang tepat (the right man on the right place). Organisasi yang tepat tidak akan berarti jika tidak didukung dengan pemimpin dan kepemimpinan visioner. Komitmen yang kuat dari pemimpin dan seluruh anggota organisasi merupakan pilar pendukung dalam meningkatkan mutu dari semua pilar yang ada. Pilar-pilar tersebut saling keterkaitan, jika terdapat salah satu pilar yang lemah akan berpengaruh terhadap pilar yang lain sehingga prakarsa mutu akan sulit tercapai.

B.Artikulasi Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan

Manajemen Mutu Terpadu adalah sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi. Dalam hal ini

Tjiptono dan Anastasia8 menjelaskan bahwa manajemen mutu terpadu

adalah suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan.

Edward Sallis9 menjelaskan bahwa terdapat dua konsep mutu yang

dapat diajukan, yaitu: Pertama, mutu absolut, yaitu pencapaian standar tertinggi dalam suatu pekerjaan, produk, atau layanan yang tidak mungkin dilampaui lagi karena telah mencapai “kesempurnaan”. Penjelasan ini

5Edward Sallis, Total Quality Management in Education, (New Jersey: Prentice-Hall, Inc., 1993), p. 5.

6Ibid., p. 35.

7Bill Creech, Winning the Quality War, In World Executive’s Digest, Juli 1996, p. 7. 8Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Management, (Yogyakarta: Andi Offset, 2003), p. 4.

(4)

kemudian bermunculan persepsi bahwa mutu itu selalu berkait dengan “banyak dan mahal” dan menjadi kebanggaan bagi yang mencapainya. Bagi yang tidak mampu memperoleh yang banyak dan mahal tersebut, maka tidak akan dapat mencapai mutu, padahal dalam kenyataannya tidak selalu demikian. Kedua, mutu relatif. Mutu dalam pengertian relatif adalah kualitas yang masih ada peluang untuk ditingkatkan. Kualitas relatif ini mempunyai dua aspek pengukuran, yaitu: (1) pengukuran berdasarkan

spesifikasi perencanaan, sebagaimana konsep Global Alliance for

Transnational Education yang dikutip oleh Hari Sudrajat10 bahwa yang

dimaksud dengan mutu adalah: “meeting of fulfilling requirement, often referred to as fitness for purpose”. (2) pengukuran terhadap pemenuhan dan tuntutan pelanggan, “performance to the standart expected by the customer and meeting the customers needs the first time and every time”.

Manajemen Mutu Terpadu merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi. Dalam hal ini

Nasution11 menjelaskan bahwa Manajemen Mutu Terpadu adalah suatu

pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk

memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan secara terus-menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses, dan lingkungannya. Sallis menjelaskan bahwa “Total Quality Management is about creating a quality culture where the aim of every member of staff is to delight their customers and where the

structure of their organization allows them to do so”.12 Manajemen Mutu Terpadu

terjadi bila sekolah atau madrasah melakukan pengembangan atau peningkatan mutu pendidikan secara berkesinambungan setelah sekolah atau madrasah melakukan manajemen mutu.

Jeol E. Ross13 mendefinisikan Total Quality Management sebagai

interaksi dari semua fungsi dan proses di dalam organisasi untuk memperoleh dan mencapai perbaikan serta peningkatan kualitas sebagai produk dan layana-layanan yang berkesinambungan. Murgatroyd dan

Morgan14 menyatakan bahwa fokus mutu bagi pelanggan adalah hal yang

menghantarkan pada perkembangan batang tubuh teori, alat, dan

10Hari Suderajat, Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Cipta Cekas Grafika, 2004), p. 142.

11Nasution, Manajemen Mutu Terpadu, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), p. 22. 12Edward Sallis, Total Quality Management, p. 26.

13Jeol E. Ross, Total Quality Management: Text, Cases and Readings, (Singapore: St. Lucie Press, 1995), p. 7.

14Stephen Morgatoyd dan Collin Morgan, Total Quality Management and the School, (Buckingham: Open University Press, 1995).

(5)

aplikasinya di dalam dunia manajemen. Nigel Bennet, dkk.15 menghindari untuk mendefinisikan dan mengkonseptualisasikan Manajemen Mutu Terpadu, karena tidak satupun teori TQM yang bisa dianggap satu-satunya. Oleh karena itu, mereka mengidentifikasi prinsip-prinsip mendasar dengan memadukan hal-hal yang dianggap penting dalam melaksanakan TQM, yaitu: (1) definisi kualitas lebih mengacu pada konsumen, bukan pada pemasok, (2) konsumen adalah seseorang yang memperoleh produk atau layanan, seperti mereka yang secara internal dan eksternal terkait dengan organisasi dan bukannya yang hanya hanya menjadi “pembeli” atau “pembayar”, (3) mutu harus mencukupi persyaratan kebutuhan dan standar, (4) mutu dicapai dengan mencegah kerja yang tidak memenuhi standar, bukannya dengan melacak kegagalan melainkan dengan peningkatan layanan dan produk yang terus menerus, (5) peningkatan mutu dikendalikan oleh manajemen tingkat senior, namun semua yang terlibat di dalam organisasi harus ikut bertanggung jawab, mutu harus dibangun di dalam setiap proses, (6) mutu diukur melalui proses statistik, anggaran mutu adalah anggaran biaya yang tidak disesuaikan dengan tuntutan persyaratan, sehingga terjadi “kesenjangan” antara dua penyerahan barang, (7) alat yang paling ampuh untuk menjamin terjalinnya mutu adalah kerjasama (tim) yang efektif, dan (8) pendidikan dan pelatihan merupakan hal yang fundamental terhadap organisasi yang bermutu.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa Manajemen Mutu Terpadu dalam pendidikan adalah suatu sistem manajemen yang diterapkan dalam mengelola lembaga pendidikan yang memperhatikan kualitas proses, produk, jasa, tenaga kerja, dan lingkungan yang dilaksanakan secara terus-menerus dan berorientasi pada kepuasan pelanggan pendidikan. Perbaikan yang dilaksanakan secara terus-menerus dan adanya komitmen bersama antara pimpinan dan seluruh anggota organisasi lembaga pendidikan dan adanya peran serta masyarakat yang tinggi merupakan langkah yang strategis dalam meningkatkan mutu pendidikan secara total.

Manajemen Mutu Terpadu dalam bidang pendidikan terkandung upaya: (1) mengendalikan proses yang berlangsung di lembaga pendidikan (sekolah atau madrasah) baik kurikuler maupun administrasi, (2) melibatkan proses diagnose dan proses tindakan untuk menindaklanjuti diagnoses, (3) peningkatan mutu harus didasarkan pada data dan fakta, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif, (4) peningkatan mutu

15Nigel Bennet, Megan Crawford dan Collin Riches, Managing Change in Education: Individual and organization Perspectives, (London: Paul Chapman Publishing Co., 1992).

(6)

harus dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan, (5) peningkatan mutu harus memberdayakan dan melibatkan semua unsur yang ada di lembaga pendidikan, dan (6) peningkatan mutu memiliki tujuan yang menyatakan bahwa sekolah atau madrasah dapat memberikan kepuasan kepada peserta didik, orang tua dan masyarakat atau stakeholders

pendidikan.16

Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang mampu menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan atau kompetensi, baik kompetensi akademik maupun kompetensi kejuruan, yang dilandasi oleh kompetensi personal dan sosial, yang secara menyeluruh disebut sebagai kecakapan hidup (life skill). Pendidikan kecakapan hidup adalah pendidikan

yang bermutu, baik quality in fact maupun quality in perception.17 Untuk dapat

meningkatkan mutu pendidikan, lembaga pendidikan Islam harus dapat melaksanakan pengelolaan yang didasarkan pada peningkatan mutu pendidikan di madrasah.

C. Karakteristik Sekolah/Madrasah Bermutu Terpadu

Perbaikan mutu pendidikan harus diiringi dengan penataan kelembagaan dengan manajemen yang efektif dan efisien. Dalam hal ini setiap pemimpin pendidikan dituntut dapat mengelola lembaganya dengan baik, sehingga bisa menjadi lembaga pendidikan yang maju dan kompetitif. Lembaga pendidikan yang maju akan mampu berkembang dengan baik dan bisa menghasilkan out put yang berkualitas.

Sekolah atau madrasah sebagai lembaga pendidikan yang menerapkan pengelolaannya dengan pendekatan Manajemen Mutu Terpadu mempunyai karakteristik sebagai berikut: (1) fokus pada pelanggan, baik pelanggan internal dan eksternal, (2) memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas, (3) menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, (4) membutuhkan

kerjasama tim (team work), (5) memperbaiki proses secara

berkesinambungan, (6) menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan, (7) memberikan kebebasan yang terkendali, (8) memiliki kesatuan tujuan, (9)

adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.18 Hal senada juga

16Willem Mantja. Manajemen Pendidikan dan Supervisi Pendidikan: Kumpulam Karya Tulis Terpublikasi, (Malang: Wineka Media, 2002), p. 30.

17H. Suderadjat, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, (Bandung: CV. Cipta Cekas Grafika, 2005), p. 17.

18Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Management, (Yogyakarta: Andi Offset, 2003), pp. 4-5.

(7)

dijelaskan oleh Goetsch dan Davis19 bahwa Manajmen Mutu Terpadu mempunyai karakteristik sebagai berikut: (1) fokus pada kepuasan pelanggan, (2) mempunyai obsesi terhadap mutu, (3) menggunakan pendekatan ilmiah, (4) mempunyai komitmen jangka panjang, (5) kerjasama tim (team work), (6) adanya perbaikan secara terus menerus, (7) adanya pendidikan dan pelatihan, (8) mempunyai kebebasan yang terkendali, (9) memiliki kesatuan tujuan, dan (10) adanya keterlibatan dan pemberdayaan guru dan staf tata usaha.

Sekolah atau madrasah yang bermutu pada dasarnya menunjukkan tingkat kesesuaian antara hasil yang dicapai berupa achievements atau observed outputs dengan hasil yang diharapkan berupa objectives, targets, intended ouputs sebagaimana telah ditetapkan oleh sekolah atau madrasah. Hal tersebut menunjukkan bahwa sekolah bermutu adalah sekolah yang mampu mencapai hasil sesuai dengan apa yang diharapkan. Kebutuhan dan

harapan yang ingin dicapai dapat dijadikan sebagai motor (penggerak)

sekolah dalam mencapai mutu pendidikan. Sekolah yang bermutu memiliki lima karakteristik sebagai pilar mutu yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.1 Karakteristik Madrasah Bermutu Terpadu20

Pilar mutu madrasah harus dipahami secara komprehensip oleh kepala madrasah agar mampu mewujudkan sekolah bermutu secara total. Pilar mutu tersebut dapat diberikan penjelasan sebagai berikut:

19 D.L. Goetsch dan S. Davis, Implementing Total Quality Management, (Englewood, Cliffs, New Jersey: Prentice Hall International, Inc., 1995).

20

Diadaptasi dari Arcaro, J.S. 1995. Quality in Education: An Implementation Handbook. St. Lucie Press.

Sekolah Bermutu Total

Keyakinan F o ku s p ad a K o sto m er K et er lib at an T o ta l P en gu ku ra n K o m itm en P er b aik an B er ke la n ju ta n

(8)

1. Fokus pada Coustomer (Pelanggan)

Sekolah atau madrasah yang menerapkan manajemen mutu terpadu sangat memperhatikan pelanggan yang terdiri dari siswa, orang tua siswa, masyarakat sekitar, dan stakeholders pendidikan. Sekolah dapat berkembang dengan baik karena adanya dukungan dari masyarakat dan berbagai pihak yang peduli terhadap pendidikan. Oleh karena itu, dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, sekolah dituntut dapat memberikan pelayanan yang terbaik agar pelanggan menjadi puas dan meningkatkan dukungannya terhadap sekolah tersebut. Sekolah atau madrasah harus mampu meningkatkan peran dan kerjasamanya dengan masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan.

2. Keterlibatan Total

Mutu merupakan tanggung jawab bersama antara sekolah, masyarakat, dan pemerintah. Perbaikan mutu pendidikan yang ada di sekolah perlu adanya dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak, yaitu kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan, guru sebagai ujung tombak dalam proses pembelajaran, pengawas sekolah, dewan sekolah,

masyarakat, dan stakeholders pendidikan. Kerjasama yang baik dan saling

mendukung merupakan kunci keberhasilan sekolah dalam menciptakan mutu secara total di sekolah.

3. Pengukuran

Pengukuran dapat dijadikan sebagai alat untuk mengetahui tingkat efektifitas dan efisiensi dalam memprakarsai mutu sekolah. Sekolah harus

mampu menerapkan autentic assesment (penilaian yang sebenarnya) dalam

mengevaluasi terhadap program-program yang telah dilaksanakan oleh

sekolah. Hasil autentic assesment dapat dijadikan sebagai feed-back bagi

sekolah dalam memperbaiki prakarsa mutu yang telah dijalankannya.

4. Komitmen

Penciptaan mutu pendidikan di sekolah harus diawali dengan adanya komitmen bersama antara kepala sekolah, guru, staf, dewan sekolah, pengawas sekolah, dan masyarakat pengguna sekolah dalam menciptakan pendidikan yang berkualitas. Komitmen memiliki implikasi pada semangat kerja dan kinerja kepala sekolah, guru, dan staf dalam mewujudkan sekolah yang bermutu. Dalam hal ini setiap orang akan mendukung dan berjuang untuk meningkatkan mutu pendidikan. Prakarsa mutu yang dijalankan akan merubah budaya (culture) yang mengakibatkan organisasi sekolah mengubah cara kerjanya dengan mengacu pada prakarsa mutu yang dijalankannya.

5. Perbaikan Berkelanjutan

Perbaikan dilaksanakan secara terus menerus tanpa ada kata berhenti. Mutu pendidikan harus ditingkatkan menjadi lebih baik dan

(9)

berkualitas dengan mengacu pada perbaikan berkelanjutan. Perbaikan berkelanjutan memungkinkan sekolah dapat memonitor proses kerja dan dapat mengidentifikasi kekuatan yang dimiliki, peluang-peluang yang harus diraih, serta tantangan dan hambatan yang harus dihadapi dalam meningkatkan mutu pendidikan. Perbaikan berkelanjutan selalu memberikan peluang bagi sekolah untuk mengevaluasi secara terus menerus terhadap proses kerja yang mengacu pada peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Hal ini disebabkan karena pada sekolah bermutu total terdapat:

a. ruang untuk melakukan perbaikan pada setiap proses pendidikan.

b. setiap perbaikan, baik besar maupun kecil tetap berharg.

c. perbaikan kecil melengkapi perubahan yang bermakna.

d. kesalahan dipandang sebagai peluang untuk perbaikan.

e. setiap orang memiliki tanggungjawab yang sama untuk mencoba

mencegah munculnya masalah dan untuk menyelesaikan masalah yang muncul.

f. setiap orang yang ada di sekolah dan pengguna sekolah memiliki

komitmen dalam perbaikan mutu sekolah secara berkelanjutan.21

D.Strategi Implementasi Manajemen Mutu Terpadu dalam Lembaga Pendidikan Islam

Perbaikan mutu pendidikan harus diiringi dengan penataan kelembagaan dengan manajemen yang efektif dan efisien. Oleh karena itu, setiap pemimpin pendidikan dituntut dapat mengelola lembaganya dengan baik, sehingga bisa menjadi lembaga pendidikan yang maju dan kompetitif. Lembaga pendidikan yang maju akan mampu berkembang dengan baik dan bisa menghasilkan out put yang berkualitas.

Pentingnya manajemen yang efektif dalam organisasi pendidikan semakin banyak mendapatkan pengakuan dari berbagai pihak. Sekolah, madrasah, dan perguruan tinggi akan lebih efektif dalam memberikan pendidikan yang baik pada siswa atau mahasiswanya, jika mereka ter-manage dengan baik. Penelitian tentang efektifitas sekolah dan perbaikan sekolah di beberapa negara menunjukkan bahwa mutu kepemimpinan dan manajemen merupakan salah satu variabel terpenting untuk membedakan

antara sekolah yang berhasil dan tidak.22 Temuan ini menunjukkan bahwa

manajemen tidak dapat dianggap sebagai suatu aspek institusi pendidikan

21J.S. Arcaro, Quality in Education: An Implementation Handbook, (St. Lucie Press, 1995), p. 25.

22T. Bush & M. Coleman, Leadership and Strategic Management in Education, Alih Bahasa: Fahrurraji. (Yogjakarta: IRCiSoD, 2006).

(10)

yang jumud dan tidak bisa diubah. Manajemen yang baik akan membuat sebuah perbedaan mutu sekolah, madrasah, dan perguruan tinggi, serta kualitas proses pendidikan yang ada di dalamnya.

Hasil pendidikan dipandang bermutu jika mampu melahirkan keunggulan akademik dan ekstrakurikuler pada peserta didik yang dinyatakan lulus untuk satu jenjang pendidikan atau menyelesaikan program pembelajaran tertentu. Keunggulan akademik dinyatakan dengan nilai yang dicapai oleh peserta didik. Keunggulan ekstrakurikuler dinyatakan dengan aneka jenis keterampilan yang dikuasai oleh peserta didik.

Pendidikan yang efektif adalah pendidikan yang mampu meningkatkan mutu proses dan keluaran pendidikan. Untuk dapat

meningkatkan mutu pendidikan, Danim23 menjelaskan ada beberapa hal

yang perlu diperhatikan oleh sekolah, yaitu:

1. Pendekatan yang berpusat pada anak (the child-centred approach).

Pendekatan ini dapat dilaksanakan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (a) potensi dasar peserta didik harus diakses, (b) kebutuhan belajar peserta didik harus terpenuhi, (c) peserta didik harus dipandang sebagai manusia dewasa atau dalam proses menuju kedewasaan, (d) peserta didik harus diposisikan sebagai pribadi yang utuh, (e) tidak ada diskriminasi pelayanan pada peserta didik, (f) peserta didik adalah sentral pelaksanaan pembelajaran, (g) pembelajaran berfokus pada anak secara totalitas, (g) guru memberi peluang bagi anak untuk secara alami mengembangkan diri hingga ke tingkat lanjut, (h) sentral perubahan ada pada anak, meski tidak selalu dapat diobservasi, (i) perubahan hanya dipahami pada konteks diri siswa secara menyeluruh, (j) perubahan dan motivasi anak bersifat internal, sedangkan guru sebatas memberi dorongan dan fasilitas.

Strategi pembelajaran berpusat pada anak lebih menekankan pada proses dari pada hasil. Jika proses pembelajaran dilaksanakan dengan baik dan mendidik anak untuk aktif dan kreatif, maka hasil pembelajarannya juga akan menjadi baik. Titik tekan pada pembelajaran ini adalah penguasaan yang dimiliki oleh siswa baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

2. Pembentukan Asosiasi Guru dalam Peningkatan Mutu Pendidikan.

Organisasi ini beranggotakan guru-guru sebidang atau antarbidang, mereka merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi program-program yang berkaitan dengan upaya peningkatan mutu dan efektivitas pendidikan. tujuannya adalah: (a) untuk merangsang semua

(11)

guru dapat menunjukkan profesionalitas dan kepemimpinan dalam kerangka menciptakan sistem pendidikan yang berkualitas, efektif, dan

akuntabel, (b) untuk membangun sistem assesment bagi efektivitas

pengujian agar sistem dapat mengukur kinerja siswa, guru, administrator, dan birokrat, (c) untuk mendorong pemaparan kurikulum yang riil, misalnya materi kurikulum dari kelas ke kelas sesuai dengan standar akademik, (d) untuk menjamin bahwa siswa

memperoleh tingkat standar profesional sebelum mereka

diperomosikan ke level berikutnya, (e) untuk membantu implementasi sistem pelaporan kepada orang tua secara akurat mengenai perkembangan kemajuan siswa pada tingkat yang diharapkan menurut kinerja minimum pada kelas tertentu.

3. Pembentukan Jaringan Kualitas Pendidikan (The Quality Education

Network). Jaringan Kualitas Pendidikan ini merupakan organisasi yang anggotanya terdiri dari orang tua dan guru. Kualitas yang dikehendaki dalam sistem ini adalah: (a) kualitas dan standar lebih tinggi dari capaian umum, (b) setiap peserta didik diberi peluang mengembangkan potensinya untuk meraih tujuan tertinggi di bidang pendidikan, (c) keyakinan masyarakat terhadap sistem pendidikan dimapankan ulang, (d) sistem kerja menekankan pada keefektifan biaya, dengan tetap mengedepankan akselerasi pendidikan, (e) sistem bersifat responsif terhadap kemauan publik.

Jaringan kualitas pendidikan yang dimaksudkan dapat dijelaskan dalam bentuk gambar sebagai berikut:

Orang tua Guru

Sentra Belajar

Gambar 1.2 Jaringan Kualitas Sekolah

4. Pembentukan Koalisi Sekolah-Sekolah Esensial. Koalisi sekolah-sekolah esensial ini merupakan wujud dari reformasi pendidikan

sebagaimana telah dilaksanakan di Brown University dengan istilah

Kualitas Sekolah

(12)

”Coalition of Essential Schools” yang mempunyai sembilan prinsip sebagai berikut:

a. Intellectual focus (fokus intelektual)

Pendidikan harus memfokuskan diri untuk membantu generasi muda mengembangkan kebiasaan menggunakan otak intelektualnya dengan baik. Sekolah menjadikan peserta didik sebagai subyek utama layanan belajar, menekankan pada pengembangan sosial dan emosional, demekian juga pengembangan akademik.

b. Simple goals (tujuan-tujuan sederhana)

Tujuan akademik sekolah dirumuskan secara sederhana agar peserta didik dapat menguasai keterampilan dan memiliki pengetahuan secara penuh. Ide dasarnya adalah ”less is more” yang berarti siswa menguasai pengetahuan dan keterampilan melebihi menu bahan ajar formal yang ditetapkan. ”less is more” juga dapat diartikan bahwa kekurangan harus dijadikan pendorong untuk maju. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan prinsip membangkitkan minat siswa, mengembangkan keterampilan praktis secara tepat, peserta didik memperoleh penguasaan materi pembelajaran secara penuh (mastery learning). Pembelajaran dilaksanakan dengan mengacu pada strategi pembelajaran kontekstual sehingga siswa dapat menemukan dan mengkonstruksikan pemahaman dan temuannya sendiri melalui proses pembelajaran yang dilaksanakannya.

c. All children can learn (semua anak dapat belajar)

Supaya diciptakan situasi pembelajaran yang dapat mengembangkan seluruh pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik. Guru harus dapat mengetahu perbedaan individual peserta didik dengan penerapan strategi pembelajaran yang tepat. Standar kompetensi yang telah dirumuskan dapat dicapai oleh seluruh peserta didik dengan baik.

d. Personalization (Personalisasi)

Pembelajaran dilaksanakan dengan mempertimbangkan potensi yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik. Guru harus dapat memilih strategi pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh masing-masing individu.

e. Student as Active Learner (Siswa sebagai pebelajar yang aktif)

Strategi pembelajaran ditekankan pada keaktifan siswa dalam belajar dan guru berperan sebagai pembimbing. Agar anak bisa belajar secara aktif, kreatif, dan menyenangkan di dalam kelas, guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran sebagai berikut:

1) merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan

(13)

2) menyediakan lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran mandiri (self-regulated learning),

3) membentuk kelompok belajar (Learning group),

4) memperhatikan multi-intelegensi (multiple intelligences) siswa,

5) mempertimbangkan keragaman siswa (disversity of students),

6) mengembangkan teknik bertanya (questioning) bagi siswa,

7) memberikan penilaian yang sebenarnya (authentic assesment).

f. Authentic Assesment (penilaian yang sebenarnya)

Penilaian yang sebenarnya harus diterapkan oleh guru untuk mengetahui penguasaan dan keberhasilan yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran memerlukan sistem penilaian interdisiplin yang dapat mengukur pengetahuan dan keterampilan lebih dalam dan

dengan cara yang bervariasi dibandingkan dengan penilaian satu disiplin.24

Guru harus dapat mengamati perkembangan siswa dalam proses pembelajaran secara menyeluruh dan memberikan penilaian autentik berdasarkan proses dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan oleh siswa. g. Tone (sifat)

Keluarga merupakan anggota vital komunitas sekolah (school community). Kolaborasi yang padu antara rumah dan sekolah melahirkan respek dan pengertian. Terkait dengan itu, sifat sekolah harus secara eksplisit dan dengan kesadaran diri menekankan nilai-nilai tanpa ketakutan. Termasuk dalam kerangka ini adalah harapan besar kepada siswa, keyakinan, nilai-nilai yang fair, keterusterangan, dan toleransi.

h. Staff as generalists (Staf sebagai generalis)

Kepala sekolah dan guru dituntut dapat terampil dan berminat terhadap beberapa hal yang berbeda. Kepala sekolah harus mampu memainkan multi peran baik sebagai leader atau manajer, administrator, maupun supervisor dengan baik. Guru juga harus mampu menguasai berbagai pendekatan yang berbeda dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga dapat berhasil secara efektif dan efisien. Mutu pendidikan dapat dicapai, jika para pengelola menguasai berbagai keterampilan yang dibutuhkan dalam prakarsa mutu.

i. Time and Budget (waktu dan anggaran)

Manajemen waktu dan anggaran yang ada di sekolah perlu direncanakan dengan sebaik mungkin agar bisa efektif dan efisien. Penggunaan waktu yang tepat dan produktif dapat membantu sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Anggaran sekolah perlu direncanakan dan dikelola dengan baik sesuai dengan

24S. Ananda, Authentic Assesment. A Web-based System for the Professional Development of Teachers in Contextual Teaching and Learning Project, (USA: Bowling Green State University, 2001).

(14)

kebutuhan yang diperlukan oleh sekolah sebagai proses peningkatan mutu pendidikan. Anggaran digunakan seefisien mungkin, transparansi, dan dapat dipertanggungjawabkan dengan baik.

Strategi dalam melaksanakan manajemen peningkatan mutu pendidikan di sekolah atau madrasah sebagaimana dijelaskan oleh

Dikmenum Depdikbud25 dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Benchmarking merupakan kegiatan untuk menetapkan standar, baik

proses maupun hasil yang akan dicapai dalam suatu periode tertentu. Untuk kepentingan praktis, maka standar tersebut direfleksikan dari realitas yang ada. Contoh: standar perilaku mengajar yang telah ditetapkan direfleksikan pada salah satu guru yang memiliki prestasi baik dalam mengajar (internal benchmarking). Dapat juga standar kualitas yang akan dicapai direfleksikan pada madrasah yang lain (external benchmarking).

2. Quality Assurance yang bersifat process oriented, artinya proses yang sedang

dilaksanakan sesuai dengan standar dan prosedur yang telah ditetapkan sehingga bisa berhasil secara efektif (sesuai dengan standar). Oleh karena itu, perlu dilakukan kontrol secara menyeluruh terhadap seluruh komponen yang ada di madrasah dan berkesinambungan untuk mengetahui kualitas standar yang telah dicapai. Untuk itu, perlu disusun sistem dan mekanisme yang dapat digunakan sebagai wadah untuk meng-audit seluruh komponen madrasah dalam meningkatkan kualitasnya yang disebut dengan istilah quality assurance.

3. Quality Control merupakan suatu sistem untuk mendeteksi terjadinya

penyimpangan kualitas out-put yang tidak sesuai dengan standar.

Konsep ini berorientasi pada out-put untuk memastikan apakah mutu

yang dihasilkannya sudah sesuai dengan standar yang ingin dicapai. Oleh karena itu, konsep ini menuntut adanya indikator yang pasti dan jelas.

4. School Review adalah proses mengharuskan seluruh komponen sekolah

bekerja sama dengan berbagai pihak yang memiliki keterkaitan misalnya orang tua dan tenaga profesional untuk mengevaluasi keefektifan kebijakan madrasah, program dan pelaksanaannya, serta mutu lulusan. Dengan school review diharapkan dapat menghasilkan laporan yang dapat mengungkapkan kelemahan-kelemahan, kekuatan, prestasi sekolah, dan memberikan rekomendasi untuk penyusunan perencanaan strategis

25Dikmenum Depdikbud, Manajemen Peningkatan Mutu dalam Suplemen 2 Pelatihan Kepala Sekolah Menengah Umum, (Jakarta: Depdikbud, 1999).

(15)

pengembangan madrasah di masa mendatang, yang mempunyai jangka waktu sekitar tiga tau empat tahun mendatang.

Manajemen peningkatan mutu pendidikan yang efektif perlu juga memperhatikan beberapa hal yang mempengaruhi mutu sebagaimana

dikemukakan oleh Murgatroyd dan Morgan26 yaitu culture, commitment, dan

communacation.

1. Budaya (culture) berkaitan dengan aturan-aturan, asumsi-asumsi, dan

nilai-nilai yang mengikat kebersamaan dalam organisasi. Keberhasilan manajemen peningkatan mutu dari suatu organisasi ditentukan bagaimana organisasi menciptakan budaya, seperti:

a. inovasi dipandang bernilai tinggi,

b. status dinomorduakan, yang dipentingkan adalah performansi dan

kontribusi,

c. kepemimpinan adalah sebuah kunci dari kegiatan/tindakan, bukan

posisi,

d. ganjaran dibagi rata melalui kerja tim,

e. pengembangan, belajar dan pelatihan dipandang sebagai sarana

penunjang, dan

f. pemberdayaan untuk mencapai tujuan yang menantang didukung

oleh pengembangan yang berkelanjutan dan keberhasilan seharusnya merupakan iklim untuk memotivasi diri sendiri.

2. Komitmen (commitment) berarti keterlibatan menanggung akibat dalam

pencapaian tujuan, menuntut kerja yang sistematik, meneruskan informasi mengenai adanya kesempatan untuk melakukan inovasi dan pengembangan. Keberhasilan penerapan manajemen peningkatan mutu pendidikan akan terlihat jika semua anggota organisasi mempunyai kebanggaan dan dedikasi untuk berkembang, merasa memiliki dan secara bersama-sama berusaha untuk mewujudkan tujuan organisasi.

3. Komunikasi (communication) yang bagus dapat dijadikan sebagai

kekuatan meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Komunikasi merupakan strategi dalam memberikan informasi yang efektif dalam sistem organisasi. Oleh karena itu, sistem komunikasi yang ada di sekolah perlu dikelola dengan baik, agar informasi-informasi yang ada dapat tersampaikan secara efektif dalam upaya mencapai tujuan pendidikan di sekolah.

Berdasarkan hal tersebut di atas, Murgatroyd dan Morgan27

menjelaskan bahwa terdapat tiga strategi dasar dalam menetapkan mutu,

yaitu: (1) quality assurance, (2) contract conformance, dan (3) customer-driven.

26Stephen Murgatoyd dan Collin Morgan, Total Quality Management and the School, (Buckingham: Open University Press, 1994), p. 173.

(16)

Ketiga strategi peningkatan mutu ini dapat diberikan penjelasan sebagai berikut:

1. Quality Assurance. Mengacu pada penetapan standart, metode yang

memadai, dan tuntutan mutu oleh suatu kelompok atau lembaga para pakar yang diikuti oleh proses pengawasan dan evaluasi yang memeriksa sejauh mana pelaksanaannya memenuhi standar yang telah

ditetapkan. Sesuatu yang penting dalam proses quality assurance adalah

publikasi dari standar yang telah ditetapkan tersebut.

2. Contract Conformance. Mutu standar harus ditetapkan secara spesifik

melalui negosiasi dalam bentuk sebuah kontrak yang disepakati dalam lingkup kerja peningkatan mutu sekolah dan madrasah. Mutu harus dilihat apakah terdapat kesesuaian dengan komitmen dalam perumusan

standar mutu yang spesifik tersebut. Yang membedakan antara quality

assurance dengan contract conformance terletak apada spesifikasi mutu

dibuat oleh orang yang membuat tugas kerja (lokal), bukan oleh panel (jajaran para pakar).

3. Customer-driven Quality mengacu pada pemikiran mutu dari mereka yang

menerima produk atau layanan. Produk atau layanan yang diberikan harus sesuai dengan harapan dan kualitasnya ditentukan oleh klien. Peningkatan mutu harus bertumpu pada kebutuhan pelanggan baik internal maupun eksternal. Oleh karena itu, lembaga pendidikan secara terus menerus dan berkesinambungan harus meningkatkan kapasitas dan kemampuan organisasinya guna untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan peserta didik dan masyarakat.

Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan memiliki tugas dan tanggungjawab dalam meningkatkan mutu pendidikan yang ada di sekolahnya. Esensi mengenai kemampuan kepala sekolah di dalam mengelola lembaga pendidikan telah banyak dibahas dalam literatur yang intinya menegaskan bahwa keberhasilan sekolah sangat tergantung pada keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah.

Kepala sekolah sebagai top leader harus mampu menjalankan

tugas-tugas kepemimpinan secara efektif dan profesional. Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Peningkatan mutu pendidikan di sekolah sebagaimana diungkapkan oleh Sukmadinata, Jami’at, dan Ahman perlu memperhatikan prinsip-prinsip

sebagai berikut:28

1. Peningkatan mutu pendidikan menuntut kepemimpinan profesional

dalam bidang pendidikan. Manajemen mutu pendidikan merupakan alat

28N.S. Sukmadinata, A.Y. Jami’at, dan Ahman, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006), p. 10.

(17)

yang dapat digunakan oleh para profesional pendidikan dalam memperbaiki sistem pendidikan yang ada.

2. kesulitan yang dihadapi oleh para profesional pendidikan adalah

ketidakmampuan mereka dalam menghadapi ”kegagalan sistem” yang mencegah mereka dari pengembangan atau penerapan cara atau proses baru untuk memperbaiki mutu pendidikan yang ada.

3. Peningkatan mutu pendidikan harus melakukan loncatan-loncatan

norma dan kepercayaan lama harus diubah. Sekolah harus belajar bekerja sama dengan sumber-sumber yang terbatas. Para profesional pendidikan harus membantu para siswa dalam mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan guna bersaing di dunia global.

4. Uang bukan kunci utama dalam usaha peningkatan mutu. Mutu

pendidikan dapat diperbaiki jika administrator, guru, staf, pengawas, dan pimpinan kantor diknas mengembangkan sikap yang terpusat pada kepemimpinan, team work, kerja sama, akuntabilitas, dan rekognisi.

5. Kunci utama dalam peningkatan mutu pendidikan adalah komitmen

pada perubahan dan perbaikan. Jika semua guru dan staf sekolah telah memiliki komitmen pada perubahan dan perbaikan, pimpinan dapat dengan mudah mendorong mereka menemukan cara baru untuk memperbaiki efisiensi, produktivitas, dan kualitas layanan pendidikan. Guru akan menggunakan pendekatan baru atau strategi pembelajaran yang efektif bagi siswa, membimbing dan melatih siswa agar mencapai perkembangannya secara maksimal. Demikian juga staf administrasi mampu menggunakan proses baru dalam meningkatkan kinerjanya agar bisa berhasil secara efektif dan efisien.

6. Banyak profesional dibidang pendidikan yang kurang memiliki

pengetahuan dan keahlian dalam menyiapkan para siswa memasuki pasar kerja yang bersifat global. Ketakutan terhadap perubahan atau takut melakukan perubahan akan mengakibatkan ketidaktahuan bagaimana mengatasi tuntutan-tuntutan baru.

7. Program peningkatan mutu dalam bidang komersial tidak dapat dipakai

secara langsung dalam pendidikan, tetapi membutuhkan penyesuaian- penyesuaian dan penyempurnaan. Budaya, lingkungan, dan proses kerja tiap organisasi berbeda. Para profesional pendidikan harus dibekali dengan program yang khusus dirancang untuk menunjang peningkatan mutu pendidikan.

8. Salah satu komponen kunci dalam program mutu adalah sistem

pengukuran. Dengan menggunakan sistem pengukuran memungkinkan

para profesional pendidikan dapat memperlihatkan dan

(18)

peningkatan mutu pendidikan, baik terhadap siswa, guru, orang tua atau masyarakat.

9. Masyarakat dan manajemen pendidikan harus menjauhkan diri dari

kebiasaan menggunakan ”program singkat”, peningkatan mutu dapat dicapai melalui perubahan yang berkelanjutan tidak dengan program-program singkat.

Penerapan program mutu dalam pendidikan diperlukan

kepemimpinan yang berorientasi pada mutu. Kepala madrasah sebagai pemimpin pendidikan memegang peranan kunci dalam mensukseskan program-program peningkatan mutu di madrasah. Oleh karena itu, kepala madrasah harus mempunyai bekal kemampuan, keahlian, dan keterampilan dalam prakarsa mutu serta mampu memberdayakan guru sebagai team work dalam meningkatkan mutu pendidikan di madrasah. E.Penutup

Sekolah atau madrasah yang menginginkan pelaksanaan peningkatan mutu berjalan dengan baik harus berani malakukan inovasi dan mau melangkah maju untuk mencapai visi dan misi sekolah/madrasah. Civitas akademik madrasah harus menyadari bahwa mutu harus memuaskan pelanggan dan mutu akan mempengaruhi kinerja kepala madrasah, guru, staf, dan siswa. Kepala madrasah sebagai pemimpin pendidikan merupakan kunci penggerak dalam memelihara serta memperkuat proses peningkatan mutu secara terus menerus. Sekolah atau madrasah yang berorientasi pada peningkatan mutu harus mampu merespon kebutuhan pelanggan guna mencapai mutu yang diinginkannya dan mampu berkompetisi dengan sekolah atau madrasah lain dalam meningkatkan mutu pendidikan.

(19)

Daftar Pustaka

Ananda, S., Authentic Assesment. A Web-based System for the Professional

Development of Teachers in Contextual Teaching and Learning Project, USA: Bowling Green State University, 2001.

Arcaro, J.S., Quality in Education: An Implementation Handbook, St. Lucie Press, 1995.

Bennet, Nigel, Megan Crawford dan Collin Riches, Managing Change in

Education: Individual and organization Perspectives, London: Paul Chapman Publishing Co., 1992.

Bush, T. & Coleman, M., Leadership and Strategic Management in Education,

alih bahasa: Fahrurraji. Yogjakarta: IRCiSoD, 2006.

Creech, Bill, Winning the Quality War, In World Executive’s Digest. Juli

1996.

Danim, S., Visi Baru Manajemen Sekolah dari Unit Birokrasi ke Lembaga

Akademik, Jakarta: Bumi Aksara, 2006.

Danim, Sudarwan, Visi Baru Manajemen Sekolah: dari Unit Birokrasi ke

Lembaga Akademik, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006.

Dikmenum Depdikbud, Manajemen Peningkatan Mutu dalam Suplemen 2

Pelatihan Kepala Sekolah Menengah Umum, Jakarta: Depdikbud, 1999.

Gatot, H.P., “Pendidikan Kejuruan”, Makalah KONASPI IV di Jakarta,

19 September 2000.

Goetsch, D.L dan Davis, S., Implementing Total Quality Management,

Englewood, Cliffs, New Jersey: Prentice Hall International, Inc., 1995.

Mantja, Willem, Manajemen Pendidikan dan Supervisi Pendidikan: Kumpulam

Karya Tulis Terpublikasi, Malang: Wineka Media, 2002.

Morgatoyd, Stephen dan Collin Morgan, Total Quality Management and the

School, Buckingham: Open University Press, 1995.

Mukadis, A., “Standar dan Sertifikasi Representasi Penjaminan Mutu Profesionalisme Guru di Indonesia pada Abad Pengetahuan”, Makalah: Universitas Negeri Malang, 2004.

(20)

Ross, Jeol E., Total Quality Management: Text, Cases and Readings, Singapore: St. Lucie Press, 1995.

Sallis, Edward, Total Quality Management in Education, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.1993.

Suderadjat, H., Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Bandung: CV. Cipta Cekas Grafika, 2005.

Suderajat, Hari, Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: Cipta Cekas Grafika, 2004.

Sukmadinata, N.S., Jami’at, A.Y., dan Ahman, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah, Bandung: PT. Refika Aditama, 2006.

Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana, Total Quality Management,

Yogyakarta: Andi Offset 2003.

Wibowo, M., “Peluang dan Tantangan Memasuki Era Global dan Otonomi”, Makalah Seminar, Semarang: UNNES, 2003.

Gambar

Gambar 1.1 Karakteristik Madrasah Bermutu Terpadu 20
Gambar 1.2 Jaringan Kualitas Sekolah

Referensi

Dokumen terkait

IV.2.7 Perhitungan Nilai Akhir (Skor Performansi Supply Chain) Dalam hal ini setelah melakukan nilai normalisasi dari metrik level 1 yang mana mewakili performance attributes

Anak didik di dalam mencari nilai-nilai hidup, harus dapat bimbingan sepenuhnya dari pendidik, karena menurut ajaran Islam, saat anak dilahirkan dalam keadaan lemah

Peningkatan dalam penelitian ini dibatasi pada pengertian perubahan hasil belajar siswa saat sebelum dan sesudah pembelajaran yang melibatkan keterampilan metakognitif

Tanggapan responden terhadap keadaan air laut di Pantai Takisung sebanyak 36 (12%) responden menyatakan bahwa air laut keruh dan berwarna kekuningan, sedang

Untuk komunikasi (COM) yang mendukung untuk video conference, point to point atau point to multipoint pada rrekuensl 30/20 GHz.. Ka-band menupakan salah satu

Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul” Faktor-Faktor Ibu Menyusui Dalam Pemberian Kolostrum Pada Bayi Baru Lahir di Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia Tahun

Varietas Pioneer 22 dan Bisma pada kondisi tercekam NaCl memperlihatkan selisih kadar NH 4 + yang meningkat dibandingkan pada kondisi tanpa cekaman yaitu masing-masing 4.39

Besarnya kemampuan tanaman dalam menyerap P dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain : jumlah liat, tipe liat, waktu aplikasi, aerasi, pemadatan, kandungan air tanah, status