i
HUKUMAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA
PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA INTERNET MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1
Dalam Ilmu Hukum Pidana Islam
Oleh : Alifa Akbar Aulia
132211054
JURUSAN JINAYAH SIYASAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2017
iv MOTTO
Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah,
supaya kamu mendapat rahmat.
v
PERSEMBAHAN
ِْيِح َّرلا ِنَ ْحْ َّرلا ِالله ِم ْسِب
Skripsi ini dipersembahkan untuk: Kedua orang tuaku tercinta Bapak Hery Wibowo dan Ibu Larasati
Yang telah sabar mendidik, mengingatkan dan selalu mendorong serta mendo’akan anakmu ini
Seluruh keluarga besarku yang menjadi penyemangatku untuk terus berjuang,
Khususnya buat saudaraku tersayang, adik-adikku Luthfi Ghani Yahya dan Zafeera Layla Fawziya yang tak telah memberiku
dukungan
Tak lupa kepada keluarga kost Bu Hartini dan Pak Saiful yang telah banyak memberiku ilmu dalam bidang sosial
dan kehidupan
Sahabat BPJS Lilis Kholishoh, Ihda Shofiatun Nisa, Siti Nurul Izzah, Qismiatin Badriyah dan Titin Ulfiyah yang
selalu memberikan dorongan dan motivasi untuk selalu maju Keluarga KKN MIT 3 POSKO 42, Warga WEC dan IMPS yang selalu ramai, memberikan dorongan semangat dan
keluarga SJB 13 serta untuk sahabat-sahabat senasib seperjuangan di UIN Walisongo yang selalu memberikan
inspirasi dan kenangan
Skripsi ini tidak akan selesai sedemikian rupa tanpa segala doa dan dukungan dari mereka-mereka yang kusayangi.
vii
ABSTRAK
Pengertian dasar (delik genus) Tindak pidana pencemaran nama baik melalui media internet adalah menyerang kehormatan atau nama baik seseorang melalui sarana atau media Informasi dan Transaksi Elektronik. Terdapat peraturan yang mengatur perbuatan tersebut yaitu Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 perubahan terhadap Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik pada Pasal 27 ayat 3 dengan sanksi pidana yang dimuat dalam Pasal 45 ayat 3 dan Pasal 310-320 KUHP. Hukum Islam memberikan penegasan terhadap larangan penghinaan, dalam al-Quran Surat al-Hujuraat ayat 11 dan Surat at-Taubah ayat 79 tentang larangan dan ancaman hukuman bagi seseorang yang menghina orang lain. Regulasi yang telah mengatur tindak pidana pencemaran nama baik akan diuraikan dalam setiap pasal. Setelah itu mengetahui secara detail mengenai pendapat hukum pidana Islam tindak pidana pencemaran nama baik melalui media internet.
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah metode yuridis normatif. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menekankan analisisnya pada data-data variable (huruf). Dan termasuk penelitian yang bersifat (library research) data banyak diambil dari buku-buku rujukan penelitian-penelitian mutakhir baik yang sudah dipublikasikan. Diantara buku-buku yang bersifat primer yaitu Al-Qur’an, Al-Hadist, UU ITE, dan KUHP. Bahan sekunder sebagaimana yang tercantum dalam daftar pustaka diantaranya adalah Fiqhul Islam (Syarh Bulugh al-Maram Min jam’Adillatil Ahkam) karya Abdul Qadir Syaibah Al-Hamd, . Islamic Criminal Law and Criminal Behavior karya Hashim Mehat, Ghibah karya Ibnu Taimiyah, Imam Suyuti,.
Hasil penelitian menunjukkan pertama, regulasi terhadap tindak pidana pencemaran nama baik dalam hukum positif , terdapat dua peraturan yang mengatur tindak pidana pencemaran nama baik. Kedua, Tindak pidana penghinaan akan dijatuhi hukuman had 80 kali jilid. Di dalam hukum pidana Islam pencemaran nama baik melalui media internet, belum terdapat alat komunikasi lain yang dapat dijadikan alat kejahatan tindakan tersebut, seperti media internet
Kata kunci : tindak pidana pencemaran nama baik, cybercrime (dunia maya), hukuman
viii
KATA PENGANTAR ِمْيِح َّرلا ِنَمْح َّرلا ِالله ِمْسِب
Segala puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat-sahabat dan pengikunya. Berkat ridho yang diberikan Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul: “Hukuman bagi Pelaku Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Melalui Media Internet Menurut Hukum Pidana Islam”. Skripsi
ini tidak terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak. Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada semua yang telah memberikan pengarahan, bimbingan serta bantuan apapun yang sangat berarti bagi penulis. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:
1. Rektor UIN Walisongo Semarang Prof. Dr. H. Muhibin, M.Ag.
2. Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum Dr. H. Akhmad Arif Junaidi, M.Ag. 3. Ketua jurusan Siyasah Jinayah Drs.H. Rokhmadi, M.Ag dan sekretaris
jurusan Siyasah Jinayah Rustam DKAH, M.Ag.
4. Maria Anna Muryani, S.H, M.H. selaku dosen pembimbing I, dan Rustam DKAH, M.Ag. selaku dosen pembimbing II, yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyusun skripsi.
5. Dr. H. Agus Nurhadi, M.A selaku wali dosen penulis, yang telah memberikan dukungan kepada penulis untuk tetap menjadi pribadi yang lebih baik.
6. Semua dosen dan civitas Akademik Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Walisongo Semarang yang telah membimbing dan mengajar penulis selama belajar di bangku kuliah. Terimakasih telah memberikan arti penting bahwa menuntut ilmu tidak akan selesai karena ilmu itu luas.
7. Kedua orang tua, Hery Wibowo dan Larsati yang telah mengasuh dan mendidik penulis menjadi pribadi yang berkualitas, yang terus menerus mendukung dan mendoakan penulis supaya penulis mau dan mampu berlari menuju kesuksesan yang sempurna.
ix
8. Saudara tersayang (Luthfi Ghani Yahya dan Zafeera Layla Fawziya) yang memberikan semangat kepada penulis dengan berbagai perbuatan yang mengesankan.
9. Teman-teman SJ B 2013 yang telah berjuang bersama dalam suka duka. 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sampaikan satu persatu atas bantuan
materiil maupun moril dalam menyelesaikan skripsi.
Terimakasih atas semua kebaikan serta keikhlasan yang telah diberikan. Penulis hanya mampu membalas dengan doa, semoga Allah SWT yang akan membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada saya.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna, khususnya bagi penulis sendiri dan tentunya bagi pembaca pada umumnya.
Semarang, 1 November 2017 Penulis,
Alifa Akbar Aulia NIM: 132211054
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN DEKLARASI ... vi
HALAMAN ABSTRAK ... vii
HALAMAN KATA PENGANTAR ... viii
HALAMAN DAFTAR ISI ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9
D. Telaah Pustaka ... 10
E. Metode Penelitian ... 15
F. Sistematika Penulisan ... 18
BAB II LANDASAN TOERI TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA INTERNET A. Tindak Pidana Menurut Hukum Pidana Positif 1. Pengertian Tindak Pidana ... 20
2. Unsur-unsur Tindak Pidana ... 22
3. Jenis-jenis Tindak Pidana ... 23
B. Tindak Pidana Menurut Hukum Pidana Islam 1. Pengertian Tindak Pidana ... 27
2. Unsur-unsur Tindak Pidana ... 28
xi
C. Pencemaran Nama Baik Menurut Hukum Positif
1. Pengertian Pencemaran Nama Baik ... 34 2. Unsur-unsur Pencemaran Nama Baik ... 35 3. Jenis-jenis Pencemaran Nama Baik ... 38 D. Pencemaran Nama Baik Menurut Hukum Pidana Islam
1. Pengertian Pencemaran Nama Baik... 39 2. Jenis-jenis Pencemaran Nama Baik ... 41 E. Kejahatan melalui Media Internet/Cybercrime ... 43
BAB III HUKUMAN TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA INTERNET
A. Pengaturan Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Melalui Media Internet Menurut Hukum Positif 1. Pengaturan Tindak Pidana Pencemaran Nama
Baik dalam KUHP ... 47 2. Pengaturan Tindak Pidana Pencemaran Nama
Baik dalam UU ITE ... 53 B. Hukuman Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik
Melalui Media Internet Menurut Hukum Positif ... 55
BAB IV ANALISIS HUKUMAN TINDAK PIDANA
PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA INTERNET MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM
A. Analisis Mengenai Pengaturan Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Melalui Media Internet dalam Hukum Positif
1. Pengaturan Tindak Pidana Pencemaran Nama
Baik dalam KUHP ... 68 2. Pengaturan Tindak Pidana Pencemaran Nama
xii
B. Analisis Mengenai Hukuman bagi Pelaku Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Melalui Media
Internet Menurut Hukum Pidana Islam ... 74
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 86 B. Saran ... 87 C. Penutup ... 88 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan dalam bidang teknologi informasi telah memicu suatu cara baru dalam kehidupan. Halini dikenal dengan e-life, yang bermakna kehidupan ini sudah dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan secara elektronik.Ada berbagai istilah yang menggambarkan kondisi tersebut, seperti e-government, e-banking, e-business, e-commerce, econtract, e-taxing, e-payment, dan sebagainya. Kecenderungan demikian dimungkinkan karena teknologi informasi yang terus berkembang demikian pesatnya, sehingga setiap orang, kelompok, ataupun organisasi, baik organisasi kemasyarakatan, organisasi bisnis, maupun organisasi pemerintahan dituntut untuk terus-menerus menyesuaikan diri dan mengikuti kecenderungan global tersebut. 1
Kemajuan teknologi informasi terutama pada bidang komputer dan internet terbukti telah memberikan dampak positif bagi kemajuan kehidupan manusia.Akan tetapi selain kelebihan dan kemudahan yangditawarkan oleh komputer dan internet, ternyata memiliki sisi negatif yang dapat menghancurkan kehidupan dan budaya manusia itu sendiri. 2 Sisi negatif tersebut adalah tindak kejahatan menggunakan media
1
Abdul Salam dan Gindo Hermanto, Tinjauan terhadap delik pencemaran nama baik yang dilakukan dengan media internet berdasarkan peraturan perundang-undangan di Indonesia, dalam jurnal Lex jurnalica volume 8 nomor 2, April 2011, hlm. 140
2
Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam, (Jakarta : Gema Insani, 2003), hlm. 57-58
2 komputer dan internet dikenal dengan sebutan kejahatan Siber (Cyber Crime). Cyber Crime meliputi beberapa jenis tindak kejahatan. Di dalam
Webster New World Hacker Dictionary dijelaskan :
Cybercrime involves such activities as child pornography; credit card fraud; cyberstalking; defaming another online; gaining unauthorized acces to computer systems; ignoring copyright; software licensing; and trademark protection; overriding encryption to make illegal copies; software piracy; and stealing anothers‟ identity to perform criminal acts…
Dari penjabaran di atas, kejahatan siber meliputi kejahatan yang sudah tidak asing lagi seperti pencurian, pelanggaran HAKI, pembajakan, fitnah secara online, pornografi dan lain-lain. Tetapi memiliki perbedaan, di mana perbedaan tersebut terletak pada media yang digunakan untuk melakukan kejahatan komputer dan internet.3Kejahatan yang dilakukan melalui internet, salah satunya ialah tindak pidana penghinaan atau pencemaran nama baik. Hal atau keadaan yang dikomunikasikan atau dipublikasikan lewat internet dapat dikatakan sebagai penghinaan atau pencemaran nama baik, bila hal atau keadaan itu adalah tidak benar dan bersifat merugikan bagi pihak yang menjadi korban, baik itu merupakan perbuatan yang dapat merusak reputasi ataupun yang membawa kerugian material bagi pihak korban.4
Hukum pidana islam pun yang merupakan bagian dari hukum islam atau fiqh secara umum yang merupakan disiplin ilmu tentang islam atau syari‟ah, di mana ajaran dasar agama islam meliputi tiga aspek
3
Khairul Anam, Hacking Vs Hukum Islam dan Hukum Positif, (Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press, 2010),hlm. 3-4
4
Asri Sitompul, Hukum Internet Pengenalan Mengenai Masalah Hukum Cyber Space, (Bandung: PT. Citra Adiyta Bakti, 2001), hlm.75
3 pokok, yaitu iman, islam, dan ihsan; atau akidah, syari‟ah, dan akhlak 5. Perbuatan yang jika dikerjakan atau ditinggalkan dipandang sebagai jarimah ialah yang mempunyai akibat merugikan perseorangan atau masyarakat, dalam bidang akidah, harta benda, harga diri, ketentraman jiwa dan sebagainya yang berhak memperoleh perlindungan6.
Di dalam al-Qur‟an dan al-Hadist banyak kata yang mempunyai konotasi yang sama dengan istilah penghinaan atau menyerang harga diri seseorang, seperti kata fitnah, hasad, ghibah, dan namimah yang semua kata lain mempunyai arti kata menghina, mencaci, menjelekkan nama orang lain dengan tanpa bukti. Mengejek berarti menghina, melecehkan atau memandang rendah orang lain dan menunjukan keburukan dan kekurangan mereka. Ejekan dan hinaan dapat diungkapkan dengan perkataan dan perbuatan juga dengan isyarat dan sikap tubuh. Adapun dalil-dalil yang membahas tentang larangan penghinaan/pencemaran nama baik yaitu:
1. QS. Al-Hujarat (49): 11
Artinya :Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka
5
M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Amzah, 2016, hlm. 1
6
.Ahmad Azhar Basyir, Ikhtisar Fiqih Jinayat (Hukum Pidana Islam), Yogyakarta: UII Press, 2001, hlm. 2
4 mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.7 Di dalam firman Allah tersebut terdapat kalimat larangan untuk tidak berbuat penghinaan, „janganlah laki-laki di antara kalian merendahkan laki-laki yang lain dan jangan pula wanita-wanita mukmin yang lain‟. Sebab, boleh jadi mereka yang direndahkan itu lebih baik di sisi Allah daripada mereka yang merendahkan. Janganlah kalian saling mencela yang lain, dan jangan pula seseorang memanggil saudaranya dengan panggilan yang tidak disukainya. Seburuk-buruk panggilan bagi orang mukmin adalah apabila mereka dipanggil dengan kata-kata fasik setelah mereka beriman. Barangsiapa tidak bertobat dari hal-hal yang dilarang itu, maka mereka adalah orang-orang yang menzalimi dirinya sendiri dan orang lain.
2. Hadist
ُالله : ا ْىُناَق ؟ ُةَبْيِغنااَم َنْوُرْدَتَا : َلاَق مهس و هيهع الله يهص ُالله َلْىُسَر َّنَا
يِف َناَك ْنِا َتْيَاَرَفَا : َمْيِق , ُهَرْكَي اَمِب َكاَخَا َكُرْكِذ : َلاَق .ُمَهْعَا ُهُنىُسَرَو
ُل ْىُقَا اَم يِخَا
ْدَقَف ِهْيِف ْهُكَي ْمَن ْنِا َو ,ُهَتْيَتْغا ِدَقَف ُلْىُقَت اَم ِهْيِف َناَك ْنِا : َلاَق ؟
.ُهَّتَهَب
Artinya :Bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda, „Apakah kalian mengetahui, apa ghibah itu? „mereka menjawab, „Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui. „Beliau bersabda, „Kamu menyebut-nyebut saudaramu dengan sesuatu yang dia benci. „Beliau ditanya, „Bagaimana menurut Anda kalau pada saudaraku itu terdapat apa yang aku katakan ? „Beliau menjawab, „Jika pada (diri)nya terdapat apa yang kamu
7
Lajnah Pentashihain Mushaf Al-Qur‟an Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 516
5 katakan, maka sungguh kamu telah menggibah (menggunjing)nya. Dan jika pada (diri)nya tidak terdapat apa yang kamu katakan, maka kamu telah membuat kebohongan terhadapnya.
Diriwayatkan oleh Muslim.8
Hadits di atas termasuk dalam hadits-hadits yang hadir untuk memperingatkan dengan keras dari perbuatan ghibah (menggunjing orang lain), dan bahwa ghibah termasuk sifat-sifat yang buruk dan perilaku-perilaku yang jelek. Menggunjing orang, walaupun dia hadir atau ghaib (tidak berada di tempat) dan dia masih hidup ataupun telah mati.Perbuatan tersebut sama saja menyakiti seorang muslim 9.
Jadi yang dimaksud dengan tindak pidana pencemaran nama baik adalah suatu tindak pidana yang menghancurkan harga diri seseorang di mata masyarakat, sekalipun orang itu hina. Teknologi modern yang ditandai dengan munculnya penemuan-penemuan baru seperti internet, merupakan salah satu penyebab munculnya perubahan sosial, disamping penyebab lainnya seperti pertentangan-pertentangan dalam masyarakat, terjadinya pemberontakan atau revolusi di dalam tubuh masyarakat itu sendiri. Hal yang sama dikemukakan oleh Satjipto Raharjo bahwa,
“Dalam kehidupan manusia banyak alasan yang dapat dikemukakan sebagai penyebab timbulnya suatu perubahan di dalam masyarakat, tetapi perubahan dalam penerapan hasil-hasil teknologi modern dewasa ini banyak disebut-disebut sebagai salah satu sebab bagi terjadinya perubahan sosial.”10
8
Abdul Qadir Syaibah al-Hamd, Fiqhul Islam (Syarh Bulugh al-Maram Min jam‟Adillatil Ahkam, terj. Muhammad Iqbal (eds), Jakarta: Darul Haq, 2014, hlm. 376-377
9
Ibid., hlm. 378-379
10
Dikdik M. Arief Mansur & Elisatris Gulto, Cyber Law : Aspek Hukum Teknologi Informasi, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), hlm. 3
6 Kebebasan informasi dan kemerdekaan mengemukakan pendapat di Indonesia saat ini, pada satu sisi merupakan kemajuan dalam teknologi informasi di Indonesia namun di sisi lain mudahnya berbagai informasi yang berkaitan dengan ujaran kebencian, penghinaan, pencemaran nama baik, penistaan, perbuatan tidak menyenangkan, memprovokasi, menghasut dan penyebaran berita bohong, baik diucapkan atau dilakukan secara langsung maupun melalui media sosial 11.
Banyak kasus terkait dengan ujaran kebencian yang dijerat dalam KUHP menyangkut indikasi meluasnya permasalahan tersebut di tengah masyarakat. Kasus Tabloid Obor Rakyat yang dituding melakukan fitnah kepada salah satu calon presiden semasa kampanye Pilpres 2014. Begitu juga UU ITE yang sudah banyak memakan korban, sedikitnya 116 (seratus enam belas) orang telah terjerat oleh UU yang penerapannya dinilai terlalu eksesif, khususnya menyangkut kasus pencemaran nama baik (Media Indonesia, Selasa, 3 November 2015)12. Kasus pencemaran nama baik terjadi di Sleman, Yogyakarta. Bermula dari komplain Molly Andriana kepada managemen kost berkaitan dengan kenyamanan kost, tetapi komplain yang telah disampaikan tersebut tidak ditanggapi oleh pihak kost. Merasa jengkel karena tidak dihargai, kemudian Molly Andriana menulis curhatan yang mempunyai konotasi peghinaan di account twitter miliknya. Hukumantindak pidana pencemaran nama baik melalui media sosial sesuai perbuatannya dengan pidana penjara 4 (empat)
11
Zaqiu Rahman, Surat Edaran Kapolri Tentang Ujaran Kebencian (Hate Speech), Akankah Membelenggu Kebebasan Berpendapat ?, dalam jurnal Rechts vinding, Desember 2015, hlm. 1
12
7 bulan dan denda sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) subsidair 1 (satu) bulan kurungan. Tidak jauh berbeda dengan kasus yang terjadi di negara Arab Saudi, yaitu menyebarkan fitnah atau penghinaan di jejaring sosial seperti twitter. Dan si pembuat telah dijatuhi hukuman yaitu 80 cambukan, 3 bulan penjara dan denda 30.000.000 (tiga puluh juta). Di Arab Saudi menyangkut tindak pidana pencemaran nama baik melalui media internet, termasuk dalam hukuman berat. Perbuatan tersebut termasuk dalam jarimah ta‟zir.
Tindakan ini sangat familiar di lingkungan masyarakat di dalam negeri maupun di luar negeri. Tetapi yang membuat berbeda adalah hukuman yang dilaksanakan di beberapa negara terhadap pelaku tindak pidana pencemaran nama baik melalui media internet. Hukuman bagi pelaku tindak pidana pencemaran nama baik di Indonesia merupakan hukuman ringan. Menurut penulis, agar si pembuat jera dengan apa yang di lakukan oleh pelaku maka diperlukan hukuman berat. Karena akibat dari perbuatan pembuat sangat berpengaruh besar.Tindakan-tindakan tersebut apabila dibiarkan secara terus-menerus lama-kelamaan dapat menjadi penyebab timbulnya kebencian kolektif, pengucilan, diskriminasi, kekerasan, dan bahkan pada tingkat yang paling mengerikan, pembantain etnis atau genosida terhadap kelompok yang menjadi sasaran ujaran kebencian. Selain itu, apabila ujaran kebencian tidak ditangani secara baik dan segera, dapat meruntuhkan prinsip berbangsa dan bernegara Indonesia yang Berbhineka Tunggal Ika bertujuan untuk melindungi keragaman
8 kelompok dalam bangsa ini, terlebih pada era masyarakat yang belum sepenuhnya matang memahami demokrasi dan perbedaan 13.
Peraturan di Indonesi yang telah mengatur perbuatan tersebut adalah Undang Nomor 19 Tahun 2016 perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dalam Pasal 27 ayat (3) jo Pasal 45 ayat (3), disebutkan sebagai berikut.
Pasal 27 (3)
“Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.”
Dan pada pasal 45 (3)
Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).
Pasal di atas sudah sangat detail dan sesuai dengan perkembangan zaman, yaitu tindak pidana berupa pelanggaran kesusilaan, perjudian, pencemaran nama baik, pemerasan, dan/atau pengancaman yang dilakukan melalui media sosial atau internet 14.
Di dalam latar belakang yang telah dipaparkan, Hukuman yang diberikan oleh pelaku tindak pidana pencemaran nama baik melalui media internet di Indonesia. Penulis sadar bahwa hal tersebut hanya untuk pelajaran moral bagi sipembuat akan tetapi yang pembuat lakukan terhadap korban melalui media internet menyebabkan korban tertekan dan
13
Ibid.
14
9 bahkan mendapatkan kekerasan verbal dan psikis oleh masyarakat, walaupun korban tidak melakukan hal tersebut. Dalam hukum pidana Islam,hukuman terhadap hal ini menjadikan penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian. Dan melalui penelitian tersebut, penulis mengambil judul: Hukuman bagi Pelaku Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Melalui Media Internet Menurut Hukum Pidana Islam
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan Latar Belakang tersebut yang telah diuraikan maka dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaturan tindak pidana pencemaran nama baik melalui media internet dalam hukum positif?
2. Bagaimana perspektif hukum pidana Islam terhadap hukuman bagi pelaku tindak pidana pencemaran nama baik melalui media internet?
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan Penelitian adalah
1. Untuk mengetahui, kriteria pidana yang dapat dikatakan sebagai tindak pidana pencemaran nama baik melalui media internet.
2. Untuk mengetahui, hukum pidana Islam terhadap hukuman bagi pelaku tindak pidana pencemaran nama baik melalui media internet. Manfaat Penelitian adalah
1. Secara akademis, agar dapat memberikan pengetahuan tentang adanya hukuman bagi pelaku yang melakukan tindak pidana pencemaran nama baik melalui media internet.
10 2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian lebih lanjut untuk melahirkan konsep-konsep ilmiah dalam penelitian selanjutnya.
D. TELAAH PUSTAKA
Penelusuran penelitian sebelumnya telah memberikan konsep-konsep ilmiah yang dapat mengembangkan kajian terhadap Pencemaran nama baik. Seperti yang telah diteliti oleh peneliti sebelumnya, ditemukan beberapa literatur atau penelitian yang berkaitan dengan judul penelitian skripsi ini, berikut akan penulis uraikan
Skripsi yang ditulis oleh Singgih Herwibowo, dengan judul
“Penegakan Hukum Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik MelaluiJaringan Internet oleh Polisi ( Studi di Kepolisian Resor Banyumas)”. Data penelitian di atas bersumber langsung dari individu Anggota Kepolisian Resor Banyumas dan masyarakat lokal wilayah Banyumas. Data sekunder yang digunakan adalah studi kepustakaan dan data yang diperoleh dari proses dokumentasi berupa data tertulis bersumber dari dokumen resmi yang ada di Kepolisian Resor Banyumas. Yang membahas mengenai penegakan hukum yang terfokus pada aktivitas, perilaku dan penilaian Anggota Kepolisian dalam menjalankan peranannya terhadap penanggulangan tindak pidana pencemaran nama baik dan dalam menjalankan peranannya terkait wewenangnya dalam melakukan penyelidikan dan penyidikan yang telah secara tegas diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
11 Hasil dari penelitianyang peneliti lakukan adalahpenegakan tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet di wilayah Banyumas oleh polisi dilakukan melalui upaya upaya. Yang pertama Upaya Preventif : melakukan sosialisasi Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang No 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, sosialisasi tersebut dilakukan melalu sarana jejaring sosial dan/atau media elektronik yang terintegrasi oleh jaringan internet yaitu akun Facebook Kepolisian Resor Banyumas. Dan yang kedua, Upaya Represif: Pedekatan penal, Kepolisian resor Banyumas menerima pengaduan dari masyarakat dan menindak lanjuti pengaduan tersebut dengan melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet. Pendekatan non penal, memberi kesempatan kepada tersangka dan korban untuk melakukan penyelesaian sengketa di luar pengadilan dan/atau perdamaian. Dalam penyelesaian sengketa diluar pengadilan, kepolisian dapat memfasilitasi sebagai pihak ketiga netral guna mencapaikesepakatan perdamaian antara kedua belah pihak yang bersengketa.15
Skripsi oleh Fahrurrozi, yang berjudul “Pencemaran Nama Baik
Akibat Salah Tangkap (Kajian Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Positif)”. Penelitian ini menggunakan Kitab Al-tasyri’ Al-jina’I Al-Islam
Muqoronan Bilqonun Al-wad’I, karangan Abdul Qadir Al-Audah, KUHP
karangan Moeljatno, KUHAP, Urgensi Perlindungan Kejahatan antara
15
Singgih Herwibowo, Penegakan Hukum Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik MelaluiJaringan Internet oleh Polisi ( Studi di Kepolisian Resor Banyumas). Fakultas Hukum, Universitas Jenderal Soedirman, Surakarta: Tidak Diterbitkan, 2014.
12
Norma dan Realita karangan Didik M. Arief Mansur dkk dan Pencemaran
Nama Baik dan Kebebasan Pers Antara Indonesia dan Amerika karangan
Tjiptro Lesman, sebagai bahan atau data utama dalam penelitian.
Penelitian ini membahas mengenai pengertian dari pencemaran nama baik dan sanksinya menurut dua perspektif hukum yaitu hukum pidana islam dan hukum pidana positif. Dan sebab akibat terjadinya salah tangkap menjadi titik fokus dalam penelitian. Kasus salah tangkap oleh jajaran kepolisian terhadap orang yang disangka melakukan tindak pidana membuktikan bahwa aparat penegak hukum kurang professional dan cenderung memaksakan diri untuk memenuhi target pengungkapan dan suatu kasus. Penulis menggolangkan pencemaran nama baik karena salah tangkap dalam jarimah qazaf (perbuatan membunuh zina).16
Skripsi oleh Hari Nur Sholeh, dengan judul skripsi“Penyidikan
Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Melalui Media Sosial (Studi kasus
Ervani Emy Handayani)”. Dalam penelitian ini peneliti melakukan
pengumpulan data dari sumbernya langsung yaitu Penyidik di Polda Daerah Istimewa Yogyakarta untuk dapat mengetahui proses penyidikan tindak pidana pencemaran nama baik dan hambatan-hambatan yang di hadapi penyidik DIY. Data primer sebagai bahan yang mempunyai keterkaitan dengan obyek penelitian, peneliti menggunakan KUHP, UU ITE dan KUHAP.
16
Fahrurrozi, Pencemaran Nama Baik Akibat Salah Tangkap (Kajian Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Positif). Fakutas Syari‟ah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
13 Penyidikan dilakukan atas dasar Laporan Polisi Nomor: LP/451/VI/2014/DIY/SPKT, pada tanggal 09 Juni 2014 atas nama pelapor Sdri. Diah Sarastuty Als Ayas, S.Sos dan Surat Perintah Penyidikan No.Pol : Sprin. Sidik102/VI/2014/Ditreskrimun pada tanggal 30 Juni 2014. Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda DIY selaku penerima laporan, kemudian menunjuk unit Vice Crime (VC) Ditreskrimun. Dalam perkara ini penyidik tidak melakukan penanggakapan, penggeledahan, dan penahanan tersangka. Alasan penyidik tidak melakukan penahanan, penyidik mempunyai keyakinan dan rasa kemanusiaan kepada Evani Emy Handayani dikarenakan tersangka kooperatif dan komunikatif pada waktu pemeriksaan. Kasus Ervani yang tidak terlalu menjerumus dalam muatan tindak pidana pencemaran nama baik yang dinyatakan oleh penyidik Reskrimun Polda DIY setelah melihat postingan Ervani di facebook.17
Skripsi yang ditulis oleh Arifin, berjudul “Pencemaran Nama Baik
Menurut Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Indonesia”. Membahas
secara detail atau rinci terhadap pencemaran nama baik dengan menggunakan sifat penelitian deskriptif komparatif, membandingkan hasil terhadap pencemaran nama baik yang didapat dari hukum pidana islam dan hukum pidana positif .di dalam penelitian ini terdapat perbandingan dari berbagai segi yaitu segi kriteria dan segi sanksi dari kedua hukum. Tetapi di dalam penelitian ini belum terdapat proses penjatuhan hukuman
17
Hari Nur Sholeh,Penyidikan Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Melalui Media Sosial (Studi kasus Ervani Emy Handayani). Fakultas Syari‟ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta : Tidak Diterbitkan, 2015.
14 bagi pelaku. Pencemaran nama baik dalam penelitian di atas membahas secara luas. 18
Skripsi oleh M. David Faishal, yang berjudul “Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Melalui Media Elektronik (Studi Putusan
Pengadilan Tinggi Yogyakarta Nomor: 68/PID.SUS/2014/PT YYK)”, di
dalam skripi ini membahas mengenai putusan dan pengertian terhadap pencemaran nama baik melalui media elektronik menurut hukum pidana islam dan hukum pidana positif. Putusan yang di teliti berkaitan dengan pencemaran nama baik oleh sepasang suami istri. Istri sebagai pelapor dan suami sebagai pelaku pencemaran nama baik. Belum terdapat hukuman di dalam landasan teori yang berkenaan dengan tindak pidana pencemaran nama baik.19
Dari beberapa penelitian yang di deskripsikan di atas, belum ditemukan skripsi yang berjudul “Tinjaun Hukum Pidana Islam terhadap Hukuman bagi Pelaku Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Melalui Media Internet”. Perbedaan dengan penelitian di atas adalah mengenai variable penelitian. Variable penelitian yang telah diteliti adalah hukuman bagi pelaku tindak pidana pencemaran nama baik melalui media internet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui unsur-unsur yang dapat dikatakan sebagai tindak pidana pencemaran nama baik memalui media internet dan sanksi bagi pelaku dengan beberapa kategori sanksi dalam
18
Arifin, Pencemaran Nama Baik Menurut Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Indonesia. Fakultas Syari‟ah, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta : Tidak Diterbitkan, 2009.
19
Muchammad David Faishal, “Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Melalui Media Elektronik (Studi Putusan Pengadilan Tinggi Yogyakarta Nomor: 68/PID.SUS/2014/PT YYK)”, Fakultas Syari‟ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang : tidak diterbitkan,2015.
15 macam bentuk tindak pidana pencemaran nama baik melalui media internet.
E. METODE PENELITIAN
Metode merupakan suatu cara tentang bagaimana menyelidiki, mempelajari atau melaksanakan sesuatu secara sistematis, efektif dan terarah.20Adapun metode ini digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah metode yuridis normatif, artinya penelitian ini menggunakan peraturan perundang-undangan yang mengatur permasalahan yang bersangkut dan data-data dasar hukum dari bahan kepustakaan sebagai pedoman kerja yang utama.
Jadi jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian pustaka (library research). Penelitian yang dilakukan oleh dosen atau mahasiswa dalam rangka pengembangan teori, konsep-konsep dan metodologi ilmu-ilmu pengetahuan dan keagaman melalui kajian literature dan teks. Hasil kajian dari penelitian ini dapat diperoleh pengayaan, kontekstualisasi, pembaharuan pemahaman terhadap pemaknaan teks. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menekankan analisisnya pada data-data variable (huruf).
2. Sumber dan Jenis Data
20
A. Mursal H. M. Thohir, Kamus Ilmu Jiwa dan Pendidikan, (Bandung: PT. Al-Ma‟arif, 1997), hlm. 247.
16 Berhubung penelitian ini termasuk penelitian yang bersifat (library research) data banyak diambil dari buku-buku rujukan penelitian-penelitian mutakhir baik yang sudah dipublikasikan. Seperti buku-buku yang berkaitan dengan judul penulis.
a. KUHP : rujukan awal penulis dalam menganalisa tindak pidana makar yang dibahas.
b. Jurnal : jurnal merupakan upaya penulis dalam memutakhirkan data-data ilmiah terbaru yang mana dapat dipertanggungjawabkan kontennya.
c. Internet: internet menjadi rujukan penulis dalam mencar data-data terkini seputar permasalahan ang dibahas, penulis tidak lupa memasukkan data akses internet saat mencari data pada internet. Dengan meneliti, merujuk pada sumber-sumber, diantaranya:
a. Sumber data primer
Yaitu buku-buku tentang hukum pidana Islam, Kitab Undang-undang Hukum Pidana Pasal tentang penghinaan atau pencemaran nama baik dan Undang-undang No. 19 Tahun 2016 perubahan Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
b. Sumber data sekunder
Yaitu berbagai literatur yang menunjang tentang tindak pidana pencemaran nama baik, seperti buku-buku, artikel, jurnal, makalah, putusan pengadilan, putusan Mahkamah Konstitusi dan sebagainya.
17
3. Teknik Pengumpulan Data
Dokumentasi (Documentation) dilakukan dengan cara pengumpulan beberapa informasi pengetahuan, fakta dan data. Dengan demikian maka dapat dikumpulkan data-data dengan kategorisasi dan klasifikasi bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian, baik dari sumber dokumen, buku-buku, jurnal ilmiah, Koran, majalah, website dan lain-lain
Diantara buku-buku yang bersifat primer yaitu Qur‟an, Al-Hadist, Undang-Undang Informasi dan Transaksi Teknologi, dan Kitab
Undang-undang Hukum Pidana karya Moeljatno..
Bahan sekunder sebagaimana yang tercantum dalam daftar pustaka diantaranya adalah Fiqhul Islam (Syarh Bulugh al-Maram Min jam’Adillatil Ahkam) karya Abdul Qadir Syaibah Al-Hamd, . Islamic Criminal Law and Criminal Behavior karya Hashim Mehat, Delik-Delik Tertentu (Speciale Delicten) di dalam KUHP (Edisi kedua) karya Andi Hamzah, Ghibah karya Ibnu Taimiyah, Imam Suyuti, Cyber Law : Aspek Hukum Teknologi Informasi karya Dikdik M. Arief Mansur Elisatris Gulto.
4. Teknik Analisis Data
Data penelitian yang telah diperoleh kemudian dianalisis berdasarkan teknik analsis data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Tahap ini akan releven dengan masalah dan tujuan masalah,. Maka dari
18 tiuperlu mencapai kesimpulan yang dapat menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam sebuah penelitian.21
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari tiga bagian utama, yaitu (i) bagian awal, (ii) bagian isi, dan (iii) bagian akhir, Mengenai sistematika dan alur pikiran dalam skripsi ini, maka penulis mensistemalisir sebagai berikut:
1. Bagian awal skripsi
Pada bagian ini berisi: Halaman Judul, Halaman Pengesahan, Motto dan Persembahan, Kata Pengantar, Abstraksi, Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Lampiran.
2. Bagian isi skripsi
Pada bagian ini memuat lima bab, yaitu:
BAB I : Pendahuluan yang merupakan gambaran secara global isi skripsi ini yang meliputi: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Telaah Pustaka, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan Skripsi.
BAB II : Menguraikan tentang Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Melalui Media Internet Melalui Media Internet
BAB III: Menguraikan tentang Hukuman Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Melalui Media Internet Melalui Media Internet
21
Tim Penyusun, Penulisan Skripsi, Fakultas Syari‟ah , IAIN Walisongo, Semarang : Tidak
19 BAB IV: Analisis tentang perspektif hukum pidana islam terhadap hukuman bagi pelaku tindak pidana pencemaran nama baik melalui media internet.
BAB V: Bab ini merupakan bab terakhir yang berisikan kesimpulan-kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran kata penutup.
20
BAB II
LANDASAN TOERI TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA INTERNET
A. Tindak Pidana Menurut Hukum Pidana Positif 1. Pengertian Tindak Pidana
Istilah Peristiwa Pidana atau Delik atau Tindak Pidana mempunyai arti: „Tindakan manusia yang memenuhi rumusan undang-undang bersifat melawan hukum dan dilakukan oleh orang yang dapat dipertanggungjawabkan‟. Kepada seseorang yang telah memenuhi rumusan tersebut di atas dapat dijatuhkan pidana. Peristiwa pidana ini mempunyai dua segi yaitu:
a. Segi objektif yang menyangkut kelakuan yang bertentangan dengan hukum.
b. Segi subjektif yang menyangkut pembuat/pelaku yang dapat dipertanggungjawabkan atas kelakuan yang bertentangan dengan hukum.22
Pembentukan undang-undang Indonesia telah menggunakan perkataan “ strafbaar feit” untuk menyebutkan apa yang kita kenal sebagai
“tindak pidana” di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana tanpa memberikan sesuatu penjelasan mengenai apa yang sebenarnya yang dimaksud dengan perkataan “strafbaar feit”23 tersebut 24. Dalam
22
A. Siti Soetami, Pengantar Tata Hukum Indonesia, (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), hlm.63-64
23Perkataan “
feit” itu sendiri di dalam bahasa Belanda berarti “sebagian dari suatu kenyataan”
atau “een gedeelte van de werkelijkheid”), sedang “strafbaar” berarti “ dapat dihukum”, hingga
secara harfiah perkataan “strafbaar feit” itu dapat diterjemahkan sebagai “sebagian dari suatu
kenyataan yang dapat dihukum”, yang tentu tidak tepat, oleh karena itu dapat diketahui bahwa yang dapat dihukum adalah manusia sebagai pribadi dan bukan kenyataan, perbuatan ataupun
21 perundang-undangan Negara Indonesia dapat dijumpai istilah-istilah lain yang juga dimaksud “strafbaar feit” misalnya:
1. Peristiwa pidana (Undang-undang Dasar Sementara 1950 fasal 14 ayat 1).
2. Perbuatan pidana (Undang-undang No.1 tahun 1951, Undang-undang mengenai: Tindakan sementara untuk menyelenggarakan kesatuan susunan, kekuasaan dan acara Pengadilan-pengadilan Sipil, fasal 5 ayat 3b).
3. Perbuatan-perbuatan yang dapat dihukum (Undang-undang Darurat No. 2 tahun 1951 tentang : Perubahan Ordonantie tijdelijke byozondere straf bepalingen” S. 1948-17 dan Undang-undang R.I. (dahulu) No. 8 tahun 1948 fasal 3.
4. Hal yang diancam dengan hukum dan perbuatan-perbuatan yang dapat dikenakan hukuman (Undang-undang Darurat No. 16 tahun 1951 tentang penyelesaian perselisihan perburuhan, fasal 19, 21, 22).
5. Tindakan pidana (Undang-undang Darurat No. 7 tahun 1953 tentang pemilihan umum, fasal 129).
6. Tindak pidana (Undang-undang Darurat No. 7 tahun 1955 tentang pengusutan, penuntutan dan peradilan Tindak Pidana Ekonomi, fasal 1 sdb.).
7. Tindak pidana (Penetapan Presiden No. 4 tahun 1964 tentang kewajiban kerja bhakti dalam rangka pemasyarakatannya bagi
tindakan. Lihat P.A.F Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, (Bandung : Sinar Baru, 1984), hlm.172
24
22 terapidana karena melakukan tindak pidana yang merupakan kejahatab fasal 1).25
Seperti yang telah dikatakan di atas, bahwa pembentuk undang-undang Indonesia tidak memberikan suatu penjelasan mengenai apa yang sebenarnya ia maksud dengan perkataan “strafbaar feit”, maka timbullah
berbagai pendapat tentang apa sebenarnya yang dimaksud dengan
“strafbaar feit” tersebut. HAZEWINKEL-SURINGA misalnya, mereka
telah membuat suatu rumusan yang bersifat umum dari “strafbaar feit”
sebagai “suatu perilaku manusia yang pada suatu saat tertentu telah ditolak di dalam sesuatu pergaulan hidup tertentu dan dianggap sebagai perilaku yang harus ditiadakan oleh hukum pidana dengan menggunakan sarana-saran yang bersifat memaksa yang terdapat di dalamnya”. 26
2. Unsur-unsur Tindak Pidana
Setiap tindak pidana yang terdapat di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana, pada umumnya dapat dijabarkan ke dalam unsur-unsur yang pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua macam unsur, yakni unsur subyektif dan unsur obyektif. Yang dimaksud dengan unsur-unsur subyektif adalah unsur-unsur-unsur-unsur yang melekat pada diri si pelaku atau yang berhubungan dengan diri si pelaku, dan termasuk ke dalamnya yaitu segala sesuatu yang terdapat di dalam hatinya.Sedang yang dimaksud dengan unsur-unsur obyektif adalah unsur-unsur yang ada hubungannya dengan keadaan-keadaan, yaitu di dalam keadaan-keadaan mana tindakan-tindakan dari si pelaku harus dilakukan.
25
Sudarto, Hukum Pidana 1, (Semarang : Yayasan Sudarto, 1990), hlm. 38-39
26
23 Unsur-unsur subyektif dari suatu tindak pidana adalah :
1. Kesengajaan atau ketidaksengajaan (dolus atau culpa);
2. Maksud atau voornemen pada suatu percobaan atau poging seperti yang dimaksud di dalam pasal 53 ayat 1 KUHP;
3. Macam-macam maksud atau oogmerk seperti yang terdapat misalnya di dalam kejahatan-kejahatan pencurian, penipuan, pemerasan, pemalsuan dan lain-lain;
4. Merencanakan terlebih dahulu atau voorbedachte raad seperti yang misalnya yang terdapat di dalam kejahatan pembunuhan menurut pasal 340 KUHP;
5. Perasaan takut atau vrees seperti yang antara lain terdapat di dalam rumusan tindak pidana menurut pasal 308 KUHP.
Unsur-unsur obyektif dari sesuatu tindak pidana adalah :27 1. Sifat melanggar hukum atau wederrechtelijkheid;
2. Kualitas dari si pelaku, misalnya “keadaan sebagai seorang pegawai negeri” di dalam kejahatan jabatan menurut pasal 415 KUHP atau “keadaan sebagai pengurus atau komisaris dari suatu perseroan terbatas” di dalam kejahatan menurut pasal 398 KUHP;
3. Kausalitas, yaitu hubungan antara sesuatu tindakan sebagai penyebab dengan sesuatu kenyataan sebagai akibat.
3. Jenis-jenis Tindak Pidana
Pada mulanya para ahli hukum telah membagi tindak pidana ke dalam tiga jenis tindakan yang mereka sebut crimina-atrocissima, atrocia
dan levia, yang tidak didasarkan pada suatu asas tertentu, melainkan hanya
27
24 didasarkan pada berat-ringannya kejahatan, di mana berat-ringan kejahatan itu semata-mata berdasarkan pada berat-ringannya hukuman yang telah diancamkan terhadap masing-masing kejahatan 28. Para pembentuk Kitab Undang-undang Hukum Pidana berusaha untuk menemukan suatu pembagian yang lebih tepat mengenai jenis-jenis tindakan melawan hukum, semula telah membuat suatu pembagian ke dalam rechtsdelicten dan wetsdelicten 29. Pembagian delik atas kejahatan dan pelanggaran ini disebut oleh KUHP buku ke II memuat delik-delik yang disebut: kejahatan dan dalam buku ke III memuat delik-delik yang disebut: pelanggaran.30
Ilmu pengetahuan mencari secara intensif ukuran (kriterium) untuk membedakan kedua jenis delik itu. Ada dua pendapat :
a. Ada yang mengatakan bahwa antara kedua jenis delik itu ada perbedaan yang bersifat kwalitatif. Dengan ukuran ini lalu didapati 2 jenis delik, ialah :
1. Rechtsdelicten dan 2. Wetsdelicten
b. Ada yang mengatakan bahwa antara kedua jenis delik itu ada perbedaan yang bersifat kwantitatif. Pendirian ini hanya meletakkan kriterium pada perbedaan yang dilihat dari segi kriminologi, ialah “ pelanggaran” itu lebih ringan dari pada” kejahatan”.31
Kecuali pembagian-pembagian seperti yang telah disebutkan, di dalam ilmu pengetahuan hukum pidana selanjutnya masih terdapat 28 Ibid., hlm.198 29 Ibid., hlm. 199 30
Sudarto, Op. Cit., Hukum Pidana 1, hlm.56
31
25 sejumlah pembagian-pembagian dari tindak pidana – tindak pidana, sebagai berikut:
a. Delik formal (formeel delict) adalah delik yang dianggap telah selesai dengan dilakukanya tindakan yang dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-undang. Delik material (materiel delict) adalah delik yang dianggap telah selesai dengan ditimbulkannya akibat yang dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-undang.32
b. Delicta commissionis adalah delik yang berupa pelanggaran terhadap larangan, ialah berbuat sesuatu yang dilarang, pencurian, penggelapan, penipuan. Delicta omissionis adalah delik yang berupa pelanggaran terhadap perintah, ialah tidak melakukan seuatu yang diperhatikan yang diharuskan, misal: tidak menghadap sebagai saksi dimuka pengadilan (pasal 522 KUHP). Delicta commissionis per omissionem commissa adalah delik yang berupa pelanggaran larangan (dus delik commissionis), akan tetapi dapat dilakukan dengan cara tidak berbuat. Misalnya : seorang ibu yang membunuh anaknya dengan tidak memberi air susu (pasal 338, 340 KUHP).
c. Doleuse/opzettelijke delicten adalah delik yang memuat unsur
kesengajaan, misal: pasal-pasal 187, 197, 245, 310 (penghinaan) KUHP. Culpooze/culpose delicten adalah delik yang memuat kealpaan sebagai salah satu unsur, misal: pasal-pasal 195, 197, 201, 203 KUHP. d. Delik tunggal (enkelvoudige delicten) adalah delik yang cukup
dilakukan dengan perbuatan satu kali. Delik berganda (samengestelde delicten) adalah delik yang baru merupakan delik, apabila dilakukan
32
26 beberapa kali perbuatan, misal: pasal 481 (penadahan sebagai kebiasaan).
e. Delik yang berlangsung terus dan delik yang tidak berlangsung terus (voordurende en niet voortdurende/ aflopende delicten). Delik yang berlangsung terus: delik yang mempunyai ciri, bahwa keadaan terlarang itu berlangsung terus, misal: merampas kemerdekaan seseorang (pasal 333 KUHP).
f. Delik aduan dan bukan delik aduan (klachtdelicten en niet klacht deicten). Delik aduan: delik yang penuntutannya hanya dilakukan apabila ada pengaduan dari pihak yang terkena (gelaedeerde partij), misal penghinaan (pasal 310 dst. yo. 319 KUHP), perzinahan (pasal 284 KUHP), chantage (pemerasan dengan ancaman pencemaran, pasal 335 ayat 1 sub 2 KUHP yo. ayat 2).
g. Delik sederhana dan delik yang ada pemberatannya (eenvoudige dan gequalificeerde delicten). Delik yang ada pemberatannya, misal: penganiayaan yang menyebabkan luka berat atau matinya orang (pasal 351 ayat 2, 3 KUHP), pencurian pada waktu malam hari dsb. (pasal 363). Ada delik yang ancaman pidananya diperingan karena dilakukan dalam keadaan tertentu, misal: pembunuhan kanak-kanak (pasal 341 KUHP) delik ini disebut “geprivilegeerd delict”. Delik sederhana,
misalnya: penganiayaan (pasal 351 KUHP, pencurian (pasal 362 KUHP).
h. Delik ekonomi (biasanya disebut tindak pidana ekonomi) dan bukan delik ekonomi. Apa yang disebut delik ekonomi itu terdapat dalam
27 pasal 1 Undang-undang Darurat No. 7 tahun 1955, U.U. Darurat tentang tindak pidana ekonomi.
i. Kejahatan ringan: dalam KUHP ada kejahatan-kejahatan ringan ialah: pasal 364,373, 375, 482.33
B. Tindak Pidana Menurut Hukum Pidana Islam 1. Pengertian Tindak Pidana
Di dalam Hukum Islam, pengertian jarimah tidak berbeda dengan pengertian tindak-pidana, (peristiwa pidana, delik) pada hukum pidana positif. Para fuqaha sering memakai kata-kata “jinayah” untuk “jarimah”. Semula pengertian “jinayah” ialah hasil perbuatan seseorang, dan biasanya dibatasi kepada perbuatan yang dilarang saja 34. Yaitu setiap perbuatan yang dilarang oleh syara‟, baik perbuatan itu mengenai jiwa, harta benda, atau lain-lainnya. Sayid Sabiq memberikan definisi jinayah sebagai berikut.
ِب ُداَزُمْلاَو
ُيَزَظَح ٍلْؼِف ُّلُك ُمَّزَحُمْلا ُلْؼِفْلاَو .ٍمَّزَحُم ٍلْؼِف ُّلُك : ِعْزَّشلا ِفْزُػ يِف ِتٍَاَىِجْلا
ِضْزَؼْلا ِوَا ِلْقَؼْلا ِوَا ِسْفَّىلا ِوَا ِهٍِّْذلا يَلَػ ٍغِقاَو ٍرَزَض ْهِم ًَِِْف اَمِل ،ًَِِْف َغَىَم َو ُعِراَّشا
ِلاَمْلا ِوَا
.
“Yang dimaksud dengan jinayah dalam istilah syara‟ adalah setiap perbuatan yang dilarang. Dan perbuatan yang dilarang itu adalah setiap perbuatan yang oleh syara‟ dilarang untuk melakukannya, karena adanya bahaya terhadap agama, jiwa, akal, kehormatan, atau harta benda.”35
Di samping itu, Abu Zahrah mengutip definisi jarimah dalam perspektif hukum pidana positif, yaitu:
ًَُل ٍةَرَّزَقُم ٍتَب ْوُقُػ يَلَػ ُنوُواَقْلا َّضَو ًذَّلا ُك ْزَّتلا وَا ُلْؼفْلا
33
Sudarto, Op. Cit., Hukum Pidana 1, hlm. 57-59
34
Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1967), hlm.1
35
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam “Fiqh Jinayah”, (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), hlm. 13
28 “ Perbuatan melakukan atau tidak melakukan yang diancam oleh undang-undang dengan pidana tertentu.”
Hampir sama dengan definisi Abu Zahrah, Al-Mu‟jam Al-Wasith, mendefinsikan jarimah secara umum dengan
وواَقْلا ًََْلَػ ُبق اَؼٍُ ٌٍّبْلَس ْوَا ٌٍّب اَجٍْا ٍزْمَا ُّلُك
,ُتٍَاَىج ما ٌتَحْىُج ما ٌتَفَلاَخُم ْتَواَك ٌءاَوَس ن
ُتَىجلا )ٍصاَخ ً ْجَوب( ُتَمٍْزَجلا و
“Setiap tindakan melakukan atau tidak melakukan yang diancam oleh undang-undang, baik tindakan itu berupa pembangkangan, pidana ringan, atau jinayah. Secara khusus, jarimah memang berarti jinayah.”Definisi jarimah pada bagian terakhir secara tegas dikatakan bahwa dalam arti khusus jarimah berarti jinayah 36. Al-Mawardi dalam kitabnya Al-Ahkaam As-Sulthaaniyah mendefinisikan jarimah sebagai berikut,”Jarimah adalah larangan-larangan syara‟ yang diancam Allah dengan hukuman had atau ta‟zir” 37
. Larangan syara‟ yang disebut jarimah itu dapat berupa pelanggaran terhadap hal-hal yang dilarang, seperti melanggar larangan zina, minum minuman keras, dapat pula berupa meninggalkan hal-hal yang diperintahkan, seperti mengabaikan kewajiban zakat.38 Pelanggaran terhadap ketentuan hukum syari‟at, dapat merupakan perbuatan atau tidak perbuatan. Perbuatan pidana atau tindak pidana tersebut dinamakan peristiwa pidana 39. Penjelasan jarimah menurut istilah hukum pidana Islam tersebut diatas hampir sesuai dengan pengertian menurut hukum positif (hukum pidana Indonesia).40
2. Unsur-unsur Tindak Pidana
36
M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Amzah, 2016), hlm. 9-10
37
Ahmad Azhar Basyir, Ikhtisar Fiqih Jinayat (Hukum Pidana Islam), …hlm.1
38
Ibid., hlm 2
39
Haliman, Hukum Pidana Sjari’at Islam Menurut Adjaran Ahlus Sunnah, (Jakarta: Bulan Bintang,1971), hlm.65
40
29 Unsur-unsur dalam jarimah ada dua macam, yaitu unsur umum dan unsur khusus. Unsur umum berlaku untuk semua jarimah, sedangkan unsur khusus hanya berlaku untuk masing-masing jarimah dan berbeda antara jarimah yang satu dengan jarimah yang lain. Abdul Qadir Audah mengemukakan bahwa unsur-unsur umum untuk jarimah itu ada tiga macam.
1) Unsur formal (
ُّيػ ْزَّشلا ُهْكُّزلَا
) yaitu adanya nash (ketentuan) yang melarang perbuatan dan dengan mengancamnya dengan hukuman.41 Unsur ini sesuai dengan prinsip yang menyatakan bahwa jarimah tidak terjadi sebelum dinyatakan dalam nas. Alasan harus adanya unsur ini antara lain firman Allah dalam QS Al-Isra‟ (17) ayat 15:
Artinya: Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), Maka Sesungguhnya Dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang sesat Maka Sesungguhnya Dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan meng'azab sebelum Kami mengutus seorang rasul.42
Yang mengajarkan bahwa Allah tidak akan menyiksa hamba-Nya sebelum mengutus utusan-Nya. Ajaran ini berisi ketentuan bahwa hukuman akan ditimpakan kepada mereka yang membangkang ajaran Rasul Allah, harus terlebih dulu diketahui adanya ajaran Rasul Allah yang dituangkan dalam nas.
41
Ahmad Hanafi, Op. Cit., Asas-asas Hukum Pidana Islam, hlm.6
42
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur‟an Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya Syaamil quran, hlm. 283
30 2) Unsur material
)ُّىداَمْلا هكزلا(
yaitu adanya tingkah laku yang membentuk jarimah, baik berupa perbuatan nyata (positif) maupun sikap tidak berbuat (negatif). Yaitu perbuatan atau ucapan yang dapat menimbulkan kerugian kepada individu atau masyarakat.433) Unsur moral (
ُّيبَدَلاا هكزلا
) yaitu bahwa pelaku adalah orang yang mukallaf yakni orang yang dapat dimintai pertanggungjawaban atas tindak pidana yang dilakukannya.44 Unsur ini menyangkut tanggung jawab pidana yang hanya dikenakan atas orang yang telah balig, sehat akal,dan ikhtiyar (berkebebasan berbuat). Dengan kata lain, unsur moral ini berhubungan dengan tanggung jawab pidana yang hanya dibebankan atas orang mukalaf dalam keadaan bebas dari unsur keterpaksaan atau ketidaksadaran penuh.45Unsur-unsur yang bersifat khusus, misalnya dalam peristiwa pencurian, selain telah memenuhi unsur-unsur umum yaitu adanya nash yang melarang mencuri, perbuatan itu baru dianggap pencurian jika barang yang dicuri itu bernilai ¼ dinar keatas, dilakukan dengan diam-diam, dan benda itu disimpan ditempat yang pantas. Jadi jika barang tersebut diambil dari tempat yang tidak layak untuk untuk menyimpan, atau diambil tidak secara diam-diam, atau barang itu nilainya kurang ¼ dinar, meskipun telah memenuhi unsur-unsur umum tersebut diatas bukanlah dinamakan pencurian yang dapat diterapi hukum potong tangan sebagaimana ditentukan oleh nash Qur‟an. Ia hanya dapat diterapi
43
Ahmad Wardi Muslich, Op. Cit., Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, hlm. 59
44
Ibid., hlm.27-28
45
31 hukuman ta‟zir yang besar kecilnya hukuman diserahkan kepada pihak penguasa (Hakim) 46.
3. Jenis –jenis Tindak Pidana
Adapun mengenai pembagian jarimah jika dipandang dari berat ringanya hukuman adalah :
1. Jarimah hudud
Jarimah hudud adalah bentuk jama‟ dari kata had, artinya baik macamnya jarimah maupun hukumannya sudah ditentukan oleh syara‟, tidak boleh ditambah ataupun dikurangi, dan ia menjadi hak Allah. Menurut syafi‟i jarimah hudud itu ada tujuh macam yaitu:
a) Zina
b) Qadzaf (menuduh orang baik-baik berbuat zina) c) Syirqa,,,,,,,,,h (pencurian)
d) Syirbah (minum khamr)
e) Hirabah atau maharibah (membegal, merampok, merusak, membuat onar)
f) Murtad
g) Baghyu (pemberontakan) 2. Jarimah qisos-diyat
Jarimah qisos diyat yaitu jarimah yang diancam hukuman qisos atau hukuman diyat. Hukuman itu telah ditentukan oleh syara‟ tidak mempunyai batas terendah atau tertinggi tetapi menjadi hak manusia, artinya si korban atau walinya dapat memaafkan si berbuat denan minta diyat (ganti rugi) atau memaafkan tanpa minta diyat, atau minta
46
32 dilaksanakannya hukuman qisos. Apabila si berbuat dimaafkan ia bebas dari hukuman qisos dengan membayar ganti rugi atau tanpa membayar ganti rugi. Jarimah qisos diyat ini ada 5 yaitu :
a) Pembunuhan sengaja (qotlul „amadi)
b) Pembunuhan serupa sengaja (qotlul syibhul „amadi) c) Pembunuhan silap (qotlul qoto‟)
d) Penganiayaan sengaja (jarkhul „amadi) e) Penganiayaan tak sengaja (jarkhul qoto‟) 3. Jarimah ta‟zir
Jarimah ta‟zir, yaitu jarimah yang diancam hukuman ta‟zir (pengajaran atau ta‟dzib dalam artian sendiri). Semua macam jarimah selain jarimah hudud dan jarimah qisos diyat termasuk jarimah ta‟zir. Penguasa dalam mengatur tatatertib masyarakat berdasarkan kemaslahatan umum. Jarimah ta‟zir ada dua macam yaitu :
a) Perbuatan-perbuatan jahat yang telah ditentukan oleh syara‟ tetapi hukumannya diserahkan kepada manusia.
b) Perbuatan-perbuatan jahat yang baik bentuknya maupun hukumannya diserahkan kepada manusia berdasarkan kemaslahatan umum.
Selain pembagian jarimah yang berdasarkan berat ringannya hukuman sebagaimana tersebut diatas, para ulama juga membaginya berdasar beberapa macam tinjauan. Dari segi niat siberbuat, jarimah itu dibagi :
a) Jarimah sengaja
Jarimah sengaja yaitu siberbuat sengaja melaksanakan sesuatu perbuatan sedang ia mengerti bahwa perbuatan itu terlarang. Kalau ia
33 mengerti akan tetapi ia tidak menghendaki akibatnya maka hal itu disebut serupa sengaja. Dalam KUHP disebut penganiayaan yang membawa kematian.
b) Jarimah tidak sengaja
Kalau si berbuat tidak sengaja maka hal ini disebut kekeliruan (hilap). Kekeliruan ini mungkin disebabkan salah duga atau memang sama sekali tidak mengerti.
Dari segi mengerjakan, jarimah itu dibagi: jarimah positif dan jarimah negatif. Jarimah positif ialah karena melakukan perbuatan-perbuatan terlarang; misalnya mencuri, merampok, melukai dan lain sebagainya. Jarimah negatif ialah kerena tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang diperintahkan; misalnya tidak mau bayar zakat, tidak mau menolong orang yang tenggelam sedang ia mampu dan lain sebagainya. Disamping itu ada jarimah negatif; misalnya menahan orang lain dan tidak memberi makan dan karenanya ia mati.
Dari segi sikorban, jarimah itu dibagi : jarimah perorangan dan jarimah masyarakat. Jarimah masyarakat ialah dimana hukuman terhadap perbuatan itu demi untuk melindungi masyarakat, baik jarimah itu mengenai perorangan ataupun masyarakat; yang tergolong dalam jarimah masyarakat ini ada jarimah-jarimah hudud. Jarimah perorangan adalah dimana hukuman terhadap perbuatan itu demi melindungi kepentingan perorangan; yang tergolong dalam jarimah ini ialah jarimah qisos diyat. Dari segi situasi zaman, jarimah itu dibagi: jarimah biasa dan jarimah politik. Jarimah biasa ialah jarimah yang diperbuat dalam keadaan biasa