PolitikEdisi 1, Vol. I, N0.1, 2010
Bisnis
dan
Politik
di Tingkat Lokal
dalam
Era
Otonomi
Daerah:
Studi Perbandingan
Batam
dan
Kutai Kartaneqara
Rosa
Evaquarta, PhD
Departemen Ilmu Politik, FISIP UI
Abstract
l.e;;':=c-*ic;-o4.
:n
mon\' 'third
u'orld
counffies'
of
Asia
qnd
Af-rica,
os
with ciemxratisotion. does not olu'cy's leod to the efficient and 'good governance' proposed. bS' their proponents. For countries with relatively short or no history of democracy, thenclean, efficient governqnce has hardly emerged. Instead, the confusing transfer of political
power has led to centralised locql politics, mounting power abuse and corruption at the
locallevel. The qrticle discusses these conf'licting outcomes through q. compqrqtive study
of two qreqs in Indonesia, Batam city and Kutai Kartanegara regency.
lt
focusses on theeffect of decentra.Iisation on local politics, particulorly the relationship between political
and economic elites. General outcomes of decentralisation policies has witnessed various development, such a.s a low controlling capacity from below, the diverse interpretations
of
decentralisationby
local
elitesand
recentralisation tend"enciesfrom the
central government. Decentralisqtion, particularly of a devolutionqry type, hcrs widened not onlythe scope of political authority of local governmentbut slso has resulted" in changes to the
pattern of relationships between entrepreneurs and politicat elites.
Wth
policy making and implementqtionpartly
transferredto
the local level, but without sufficient controleither
fromthe'top'
or from'below', this levelhqs become exceptionally vulnerable to the emer g ence of ' localising p atrimonialism' .Keywords: Decentralisqtion, qccountqbiliLy, patrimonia.lism, deepening democracy
***
Desentralisasi, seperti
juga
demokratisasidi
banyak
'negaradunia ketiga'
di
Asiadan
Afrika, tidak
selalu bermuara pada terciptanya 'good governqnce' yang efisienseperti yang didengungkan oleh para pendukungnya.Bagi negara-negarayana kurang memiliki pengalaman berdemokrasi yang mapan, fenomena ini jarang Uisa dicapai. pada kenyataannya, pemindahan kekuasaan
politik
yangtidak
menentu dan tergesa-gesa malah berujung padapolitik
lokal
yang tersentralisir, meningkatnya penyele*engart kekuasaan dantindak
korupsi padatingkat
lokal.Artikel
ini
membahas kontradiksiini
melalui studi
perbandingan antaradua
daerahdi
Indonesia, kotamadya Batamdan
kabupatenKutai
Kartanegara.Studi
ini
terfokus pada dampak
desentralisasi padapolitik
lokal,
terutama hubungan antaraelit politik
dan ekonomi. Hasil umumkebijakan
desentralisasi
menunjukkan
perkembangan
yang
bervariasi,
sepertikapasitas pengawasan masyarakat yang rendah, interpretasi terhadap desentralisasi yang beragam dari elit lokal dan kecenderungan resentralisasi dari pemerintah pusat. Desentralisasi, terutama devolusi, tidak hanya memperbesar lingkup pada
perubihan
Rosa Evaquafta, Bisnis dan Politik di Tingkat tokal
pada pola hubungan anrara pengusaha dan
elit politik.
Dengan adanya perpindahanotoritas pembuatan kebijakan dan implementasinya pada pemerintah daerah, tetapi
ranpa kontrol yang memadai baik dari 'atas' maupun 'bawah', politik lokal yang menjadi begitu lernah terhadap fenomena munculnya'patrimonialisme lokal'.
Katqkunci: Desentraliscsi, akuntabilitas, patrimoniqlisme, pendalamqn demokra.si.
atu
dekade'sudah
dilalui
sejakprogram
Otonomi
Daerah
(Otda)diperkenalkan
dalam
sistempolitik
Indonesia.
Dana
perimbangan,pemekaran daerah, dan pemilihan kepala daerah secara langsung (Pilkada) adalah
beberapa
fitur yang
diperkenalkandalam program Otda.
Sejalan
denganmakin
dekatnya
batas
waktu
evaluasipelaksanaan program tersebut, semakin
banyak
studi yang
dilakukan
untukmelihat dampak Otda pada perkembangan
efektMtas
pembangunan
di
daerah.Sebuah studi seputar pemekaran daerah
]'ang terkait langsung dengan pelaksanaan
Otda, misalnya menunjukkan hasil yang
tidak
cukup
menggembirakan.
Hasilsurvei Litbang
Kompas
terhadap
143daerah pemekaran menunjukkan sekitar
15%
memiliki
potensi
perkembanganpembangunan
yang
sangat
rendah.Sementara ttu
34/" dari
89 daerah induk]'ang dievaluasi juga menunjukkan potensi ]-ang serupa (Litbang Kompas 10 Maret 2007).
Pengenalan skema dana perimbangan ]-ang awalnya merupakan sebuah upaya
pemberian
kesempatan
pembangunandaerah yang disesuaikan dengan potensi
daerah
seringkali malah menjadi
pintu kesempatanbagi
sebagianelit
daerahuntuk
mendulang
bocoran
dana.Hipotesis
beberapa
studi
mengarahpada
pemanfaatanisu
pengembangansilayah
oleh
sebagianelit
daerah yang dikecewakan dalam prosespolitik
daerahinduk
(Nugraha 10Maret
2007). Dalampembahasan
yang
lebih
luas,
Hadizjuga
menegaskantren
"korupsi
yangsangat
tersebar
dan
mewabah"
dalamperkembangan
politik
lokal
setelah Otda yang masih terfokus pada permainan paraelit dan penggunaan strategi serupa pada
tingkat
nasional,yaitu
antaraelit
politik
dan pengusaha (Hadiz20O5, hal. 296).
Dalam
artikel
ini
akan
dibahashubungan dua diantara tiga
pilar
utamaelit
dalampolitik lokal
Indonesia, yaitu: aktor politik, baik yang berkuasa maupuntidak, dan
pengusaha
dalam
Otda.Ulasan
berikut
adalah
hasil
penelitianawal
hubungan kedua
aktor
ini
dankecenderungan
yang
terbentuk
sejak penerapan Otda, khususnya dalam kasusBatam dan Kutai Kartanegara.
Artikel ini
mengeksplorasi peran pengusaha dalampembentukan
dan
perubahan konstelasi kekuasaanlokal
dalam Otda. Sebaliknyaakan
dibahas
juga
peran
elit
politik
dalam
pengkondisian investasi
daerahserta pemberian kemudahan-kemudahan
usaha
di
daerah.
Desentralisasi dalamhal
ini
dipandang
tidak
serta
mertaakan
melahirkan
good-governancejlka
kondisi
dan
kemampuan
politik
lokaluntuk
mendukung
tujuan
akhir
Otda dikesampingkan. D alam kaitannya denganTahun Kebangkitan Nasional,
artikel ini
juga
mempertanyakan
komitmen
danpartisipasi
pengusahadan
politisi
lokaldalam
pembenahanpolitik lokal
danpenerapan Otda sebagai langkah lanjutan konsolidasi demokrasi di tingkatan lokal.
Desentralisasi dan Asumsi Demokrasi
Partisipatif
Literatur-literatur
umum
yangmempromosikan
program
desentralisasiseringkali
mengacupada
ketimpanganStudi Politik Edisi 1, Vol, I, N0,1, 2010
ciri
khas
pemerintahan
sentralistis,sebagai
salah
satu
penyebab
gejolak ketidakpuasan di daerah. Hal ini terutamaberkaitan
dengan
perencanaan
danpelaksanaan pembangunan
di
daerahyang
dikendalikan
oleh
pemerintahpusat dengan memarjinalkan kebutuhan
sebenarnya
yang
diinginkan
daerah.Ketimpangan'
hubungan
pusat-daerahinilah
yang
ingin
diperbaiki
melaluiprogram desentralisasi.
Beberapa organisasi
internasionalseperti
IMF
dan Bank Dunia
menjadisponsor terbesar
promosi
programdesentralisasi
pada
negara-negara
dibelahan
bumi
selatanAsia dan
Afrika
pada
tahun
1980-an
dan
1990-an.Dalam
beberapa
artikel
Bank
Dunia,desentralisasi dianggap sebagai program
perpanjangan
yang
integral
dengandemokratisasi.
Dengan
mengalihkansebagian
kewenangan
pemerintahan dan fiskal pada daerah, kehidupan arenapolitik lokal
dan
partisipasi masyarakat setempat diasumsikanlebih
aktif
karena'mendekatnya' pembuat
kebijakan
padapolicy-user
yang
ikut
dilibatkan
dalampenentuan
pembuat kebijakan
selainsecara
tidak
langsung
terlibat
dalamproses pembuatan
dan
implementasikebijakan itu sendiri.
Program
desentralisasi
Indonesiabisa
dianggap sebagaiprogram
palingambisius (the big b ang of decentr alization)
yang
tidak
hanya melibatkan pengalihankekuasaan pengelolaan
fiskal
tetapijuga
kekuasaan
politik
pada
daerahdalam
bentuk pemilihan kepala
daerah(Savirani
2004,
hal.
7).
Terlebih
lagi,program
ini
disiapkan dalam waktu yangbegitu singkat sebagai buah ketergesaan
di
tengah
konflik
dan
tarik
menarikkekuasaan
di
tahun
1998.'
SosialisasiI
M"troi menggarisbawahi kenyataan ini dalam des-kripsinya tentang keterlibatan tokoh-tokohIrama-suka (Irian, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan)
yang sebagian besar tergabung dalam Golkar dan
oembentukan Direktorat Tenderal PUOD dan
awal yang
berlangsung
sejak
1999sampai 2001 masih menyisakan masalah-masalah implementasi dan efek samping
yang
sampai saatini
masih mengganjal(Matsui
2000).'
Hal
yang
seringkali menyulitkan adalahkonflik
prinsip dalamUU
Otda
dengan
aturan
perundanganlain yang belum direvisi dan menyangkut
kewenangan
institusi-institusi
nasionalyang terkait dengan perekonomian daerah
seperti
kementerianESDM,
Kehutanan dan Perdagangan (Jamalluddin 2007).Tidak
siapnya suatu negara
dalampenerapan
desentralisasi
seringkali mengakibatkantidak
tercapainya tujuanutama
pemberdayaan masyarakat lokaldan
penciptaan
good
governance.' Tersedianya struktur Otda dan demokrasitidak
otomatis
akan
berjalan
sesuaifungsinya
jika
tidak
didukung oleh dasarhukum
pelaksana ataupun sumber daya manajerial yang sepaham dengan tujuanakhir
program
desentralisasi
(Matsui2000,
hal
42-3;
Hidayat
2005).4 Smithmenegaskan
program
desentralisasiPembangunan Daerah dalam Depdagri yang sebagian besar berasal dari kawasan timur Indonesia KTD.
Kondisi tersebut diperberat juga dengan tuntutan tarik menarik kekuasaan menjelang pemilu 1999 sehingga tidak melibatkan diskusi dengan kekuatan
parpol-parpol lain dan temtama perwakilan daerah sebagai stake-holders kebijakan terpenting.
Rencana amandemen lanjutan terhadap LfU Otda 2004 masih terus dilakukan oleh jajaran Depdagri
pada tahun 2007.
Hal ini juga diakui oleh Bank Dunia. Walaupun tidak
sedramatis perubahan dan penerapan desentralisasi
di Indonesia, banyak kasus di Afrika dan Filipina bahkan Rusia menunjukkan penyebaran politik rente dan korupsi sejalan dengan adaptasi struktur
desentralisasi dan demokrasi. Prosram devolusi
dalam Republik Federasi Rusia ba'hkan berbalik arah oada tahun 2004 setelah lebih dari 10 tahun diterapkan dengan dipilihnya kembali para gubernur oleh presiden.
Matsui menegaskan ketidaksiapan SDM dan
rendah-nya pemahaman tentang otda di tingkat lokal untuk mendukung implementasi program sebagai salah satu masalah krusial yang membayangi tahun-tahun pertama otda. Bahkan di tingkat lokal, pemahaman ini lebih rendah dibandingkan di tingkat provinsi
)99 rh-ng
jal
ali rm an .ut ral ah 1n m rli tn al t.t sili
lr
,a n ri h ;iRosa Evaquarta, Bisnis dan Politik di Tingkat lokal
malah dapat memunculkan
pemerintahan
dari
pusat.'
Karenaitu,
banyak
pemdadaerah yang tidak demokratis
jika
kondisi
kemudian masih
merasa
perlu
untukpotitik
"lolial,
seperti budaya
politik,
mendapatkan pendapatantambahan
diiendahnya komitmen
elit
politik
dan
luar transfer dana dari pusat ini.bisnis lokal, ketidakjelasan fungsi
kontrol
Di
satu
sisi
memang Otda membuka dan evaluasi serta lemahnya civilsociety
pintu yang lebih lebai bagi
partisipasidi
tingkat
lokal,
dimana
kesemuanya
masvaiakut tot uluntuk
ikut
serta dalammendukung
demokrasimalah
T"lrylt
pem"buatan kebijakanpublik.
Namun dikarena adanya program
ini
(Smith1980,
,iri
luir,
tidakbiia
dinafikan asumsipar-hal.
145).
tisipasi masyarakatini
harus berhadapanpenerapan
Otda
awalnya
mencatat
dengan realitas
pembuatan
kebijakan peningkaianjumlah produksi
dankuali-
yang masihelitis,
baik
dalamartian
ke-ias ori-entasi perda yangmengindikasikan
bijakan
publik oleh
elit
maupununtuk
kecenderungan
elit, terutama saatmbengkokon
birok
civil
sociery yangser,/rs teriodi
don f,5llt-tT.,$;ff1
penggunAAn
APBD
secara
meratahun
2002menun-
(Anggoron Pendapq
besor
dori
tronsfer
ternatif yang lebih1999, dimana
dari
dono pe4mbangan
dori
pusot.ll
baik untuk
meng-1.500 perda
yang
'--..v
gantikan
prosesditeliti. sekitar
pemilihan
kepala30%-nya
menun-
daerah secarater-jukkan
potensi distorsi investasidengan
tutup oleh para anggota dewan yang lebih penerapan pajak berganda.Hal
ini
teru-
rentan terhadappolitik
uang. Namun,me-iu*u
teriaAi pada
daerah-daerahyang
kanisme penentuan langsungtop
policyberpotenii
sebagaisentra
perdagangan
maker
juga harus
disertai
denganme-tetapi
tidak
-"-itit
i
potensi alamyang
kanisme pengawasanyang
lebih
efektifUisa
aietsploitasi
untuk meningkatkan
dan mampu membatasi kemungkinanter-pAD.
Sebiliknya,
daerah-daerahyang
bentuknya kerjasamakorup
antaralem-memitiki
potenii
alam besar sepertisek-
baga eksekutif dan legislatif ataupun elittor
kehutanandan
pertambangan,yang
berkuasa dengan
kelompok-kelompokmemiliki
permintaan pasarinternasional
kepentingantertentu.yang tinggi,
berlomba-lombamemberi-kan-insentif guna mengundang
masuknya
Kontrol
dan Batas Kewenangan dalaminvestasi
tetapi
denganmengesamping-
Desentralisasikan potensi kerusakan lingkungan akibat
over-eksploitasi.
Sentimen
negatif terhadap
pemerin
tahan
sentralis
dan
otoriter
selamaKecenderungan pembengkakan
birok
era
Orde
Baru
seperti
mendapatkanrasi daerah yang sering
terjadi
dan jugapeningkatan
penggunaanAPBD
untukE ^ | t: --,-,- - l-^---^l L^-^-*: l.'
,n"-duyur
honorarium anggota
dewan
t
t'"1'19"11'Xi:l;f:?ji"?,iiif3*"mlJ;t1,1
untuk anggota dewansetempat menghabiskan porsi yang cukup
besar
dari
transfer dana
perimbanganbeberapa daerah, tidak hany.a untuk anggota dewan
setempat tetapi juga peiabat teras dan pegawai
setempat tetapl
'|
lloga pela pemda.
Studi Politik Edisi 1, Vol. I, N0.1, 2010
kesempatan
untuk
berkibar
sejakmerdekanya
Timor
Leste pada
tahun1999 dan menerbitkan harapan baru bagi
daerah-daerah
konflik
dan kaya
SDA (Sumber Daya Alam) seperti Aceh, Papuadan Riau. Walaupun kemunculan program
Otda
pada
1999bisa
dianggap sebagaijalan kompromi terbaik, kenyataan bahwa cetak
biru
program Otdatidak
disiapkandengan
baik
menyisakan
masalah-masalah
interpretasi
Otda
dan
kontrol
yang
krusial
dalam perkembangan otdapasca implementasi tahun 200I.
Salah satu masalah tersebut berkaitan
dengan
kontrol
struktural yang
sebel-umnya menjembatani antara pemerintah
pusat dan
lokal.
UU
No. 22tahun
1999mehilangkan peran pengawasan
provin-sial sehingga pemda lokal tidak lagi
men-jadi
bawahan pemda provinsi. Peralihanhak
penilaian tanggungjawab
lembagaeksekutif daerah pada DPRD
meningkat-pengelolaan
SDA,
perdagangan
danpajak
daerah.Tidak jarang
perda yangsudah
dibuat
kemudiandianulir
karena dinyatakan tidak sesuai dengan peraturan nasional yang beradadi
atasnya.u Dalam kasus pajak daerah minuman beralkohol@erda No. 19/ 2001) yang
ditarik
PemkotBatam misalnya,
terjadi
tarik
menarikantara Pemkot Batam dan Pemprov Kepri.T
Batam berhasil mendapatkan tambahan PAD sekitar 8,8
milyar
rupiah lebih padatahun
2002yang
sangatsignifikan
darisekitar
140-an
izin
yang
dikeluarkan.Namun
tahun
2004, Perda
tersebut dinyatakan tidak berlaku berdasarkan SK Mendagri No. 40 dengan alasan perizinantersebut
seharusnya
dikeluarkan
olehDinas Perindag Provinsi Kepri. Akibatnya
terjadi
penurunan drastis
PAD
yangberasal
dari
retribusi
izin
usaha bidangindustri dan perdagangan
(Iabel
1).Tabel 1. Pendapatan Retribusi (Berdasarkan Perda No. 12, 13,
SIUP Total Pemda Kota Batam
14
&
19 tahun 2001)kan
posisi
dan
keberadaan DPRD. UUNo.
3220At
kemudian didesain
untukmengembalikan sebagian hubungan dan
fungsi
pengas'asan pusat-daerah padagubernur zrnurra Lain dalam penyu sunan
APBD
lokal-
RFE =i
juga
mengemba-likan fungsi pe n3
r:a=
pusar 1-angleb-ih
ketat
dalamp€mbsian
dana perimbangan serta pem€liare
dasail
Sempat
hitaryat?
:d-,.rr
konrroldari
prorinsi
!81
rydai*an
-ring
terjadinl-a
kdrt.
irriltr****n
anlarapemerintah
loteL
Frms
du-
.irgaPusat
teruanra
I"@Elba'
-
,{g'g-n
Kasus
lainnya berkaitan
dengan kebijakan
pembentukan Kawasan
WisataTerpadu
Ekslusif
(IilV'TE)
di
pulauRempang pada tahun 200I
-
2003. Selainuntuk
menyaingi popularitas
pusat6 P.ose, penilaian ini seringkali berlangsung lama di
Depdagri sehingga melewati batas waktu 6 bulan
screening. Tidak jarang perda-perda tersebut baru
belakangan dinl'21rprtr ridak berlaku oleh Jakarta
':\-ggr
mendatangkan protes dari pemda yangodul-uns DPRD setempat.
- B<r,irsarkan \ra\\'ancara dengan responden M, Dinas
Pcrrndusrrian dan Perdagangan Kota Batam, 26
\l-a:=r
lt_tO-Year Target (Rp) Realisation (Rp) 2002 [ 0,600,000,000,00 8,881,613,647,00
r003 6,3 15,985,000,00 6,510,672,097 ,00
100+
7 00,000,000,00 5+5,479,570,00100;
7 00,000,000,00 839,4I1,250,001006
1,000,000,000,00 NAdan ,ang "ena lran lam rhol rkot
rrik
>ri.7 1an rda lari an.lut
SK ran eh Ya ng ng rl ^ T I t:-:'curan
dan perjudian
Tanah
Genting:-
\lalaysia, I(WTE
diproyeksikan akan:
ampu
meningkatkan
PAD
Pemkot::tam
dalam
waktu
singkat
dengan:-enjaring banyak
wisatawan
asing.?=r-judian
sendiri
walaupun
dilarang :=cenarnya sudah berkembangdi
Batam:=cara
klandestin
sehingga pemda saat-rj
dalam
justifikasinya
mengharapkan:ranya
pemasukanpajak
dari
legalisasi :engusahaan perjudian yang dilokalisir di:alam wadah KIMTE.
Dengan
berbekal
persetujuan DPRD,:.eng
notabene didominasi
oleh
PDIP:rat
itu,
pemda langsung
membangun ta\-TE yang untuk sementara dilokalisir di\ongsa.
Tidak
adanya wewenang kontrol-.eh
pemda
provinsi
menyebabkan -<.eberadaanI(MTE
menjadi
ambigu: engan perundangan pusat yangmelarang
::alcek
perjudian.
Pemkot
Batam:ersikukuh
dengan'keistimewaan' posisi:intu
gerbang' Batam sebagai justifikasi<eberadaan
I{\MTE,
walaupun
rencana:=rsebut banyak mengundang pro- tes dari
::asvarakat Melayu
setempatdan
sarat.su
kroniisme
dalam
pengelolaannya.Setidaknya
keluarga
dekat SR,
politisi =eniorPDI-P
setem-pat yang
saat
itu::--enjabat
wakil
ketua
DPRD
disinyalir sangat diuntungkanlewat
penunjukkan-angsung PT Dewa Menara Wisata (DMW)
:nruk
mengelola I{\MTE
di
Nongsa. ?ersiapan pulau Rempang seluas 13.000 ha-uga melibatkan pemilik PT Makmur Elok
lraha
(MEG), T'W tokoh pengusaha besar:i
Jakarta (Suarjana&
Syahril
3
MaretI
.r03).' Keberadaan I{\MTE saatini
belum:esmi dibekukan tetapi otomatis terhenti setelah
rentetan Pilkada provinsi
KepriRosa Evaquarla, Bisnis dan Politik di Tingkat lokal
dan kota Batam (2005
-
2006) mengubah konstelasipolitik
setempat.Simpang siurnya peran supervisi Pemda
juga
menyebabkankonflik
tarik
menarik kekuasaan antara bupati Kutai, SyaukaniHR dan
gubernur
Kaltim,
Suwarna AESyaukani yang juga adalah ketua APKASI
dan orang
kuat
Golkar
di
Kalimantansejak awal dikenal sebagai tokoh populis
dan berkedudukan kuat
di
antara para elitse-Kaltimn. Konflik muncul ke permukaan
saat
Suwarna
AF
merekomendasikanpengganti Syaukani
yang
masa jabatanpertamanya selesai
tahun
2004
pada Depdagri.'o Rekomendasi Suwarna, yang didukung PDIB dianggap membahayakan posisi Syaukani menjelang Pilkada. Untukmencegah berlarut-larutnya
konflik
yangmenyebar
luas
di
masyarakat,
Moch.Ma'ruf,
Mendagri
saat
itu
menunjukpejabat bupati
baru dan
menugaskanpenyiapan
penyelenggaraan
Pilkada. Persaingan pengamhdi
antara keduanyamakin
mengemcutketika
baik
Suwarnamaupun Syaukani
harus
menghadapitudingan korupsi yang diajukan KPK pada
tahun 2006
-
2007 atas kasus-kasus yang berbeda.":en klub malam.
n
qt""oan s
diK
di
tingkatan nasional. Perannya sebagai ketuaAPKASI terus mendorong pemberian kewenangan
yang lebih besar sehingga seringkali bertentangan
dengan usaha pusat untuk mempertahankan sisa-sisa kewenangannya di daerah melalui UIJ No. 32/ 200+. Setelah berhasil dipilih menjadi bupati
Kutai I(artanegara melalui musyawarah DPRD tahun 1999, ia juga berhasil menang kedua kalinya melalui PilkadaJuli 2005. Sejak berkuasa, Syaukani
praktis
menjadi
orgaPrsaslkemasyarakatan,
engaruhnYayang sangat
kua
di lingkuPKutii tetipi
juga
nasional'pada PilkadaJuni 2005.
Studi Politik Edisi 1, Vol. I, No.l, 2010
Permainan
Elit
(Lokal)
dan
proyek
fnfrastruktur
APBDFitur
otda
yang
diperkenalkan lewatUU
No. 22 tahun
1999 dengan
tegasmengaktifkan
kembali
peran
politik
elit
di
tingkat
lokal
dengan pemberiankewenangan
politis dan
administratifyang lebih besar pada pemerintah daerah.
Dalam hal
ini,
arena kompetisi distribusisumber-sumber ekonomi dan
politik
yangsebelumnya
selalu terpusat
di
Jakartasebagian
besar berpindah
ke
tingkatlokal.
Setidaknya tahun-tahun awal Otdadiwarnai
dengankemunculan
"konflik-konflik"
internal
daerahyang
mayoritasterkait
dengan penggunaan dana APBDdalam
proyek-proyekinfrastruktur
dantarik
menarik
kekuasaanbaik
di
dalampemerintahan
sendiri
maupun
antarkelompok masyarakat setempat.
APBD sejak penerapan Otda menjadi
komoditas
politik
yang begitu
diperde-batkan,
diperebutkan
bahkan
diperda-gangkan
antara
lembagaeksekutif
danperwakilan
daerah.Baik
lembagaekse-kutif
maupun legislatif
masing-masingmerasa berkepentingan
untuk
mengaju-kan proyek-proyek yang dipandangpent-ing
dengan menggunakanda
na APBD. Aksespublik
atas informasiApBD
yang seharusnya dibebaskan karenamenyang-kut
kepentingan masyarakat tetap sangatterbatas dengan alasan 'sangat sensitif,.
Akibatnya,
masyarakat
seringkali
sulitmemonitor kinerja pemda.
APBD
Batam adalah contoh
yangmenarik
unruk
dibahas.
WalaupunBatam sebagai sebuah kota industri vang
sebelumnya
dikendalikan
penuh
olehJakarta
melalui
BIDA
(Bqtqm Industrial D ev elopment Authority), struktur Pemkotbaru yang lebih kuat
berdasarkan UUNo. 53 tahun 1999 masih belum lengkap.
Proyek
pembangunan
gedung
DPRD padatahun
2002, misalnyadikritisi
oleh beberapa LSM dan ormas seperti DPOD (Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah)dan
Gapensi
(Gabungan
pelaksanaKonstruksi
Nasional Indonesia)
Batamkarena
dugaan
penggelembungan nilaiproyeknya
dan
penyimpangan
prosestender
yang
melibatkan
pimpinan-pimpinan DPRD saat itu.',
Tidak
adanya keharusankontrol
dariotoritas
yanglebih
tinggi
menyebabkanpenyusunan penggunaan
APBD
daerahsempat
berjalan
tanpa
panduan,cenderung
tidak
efisienjika
dilihat
darisisi kegunaan bagi masyarakat setempat
dan
rentan terhadap kepentingan pihaktertentu.
Tidak jarang yang
terjadibahkan adalah kerjasama antara lembaga eksekutif dengan para wakil rakyat untuk
pembangunan proyek yang didanai APBD, masing-masing berperan sebagai',broker,,
untuk
kelompok-kelompok
tertentuyang
ingin
memenangkan tender proyektersebut.
Pengusahayang
ikut
dalamtender harus mengalokasikan biaya-biaya
ekstra
dalam
perencanaan pembiayaanproyek sebesar potongan yang dikenakan
oleh
oknum-oknum
tertentu
dalampemerintahan."
Bagi
pengusaha
atauS ur.'erni t< :-ii:: --;:- ;€1-i:
=.: --:i:r r< =i..-uan Lrrr d g
tan ggn S -rs- ;-=-:
--- :--r =--, i =: -i;:: : z::r L-:n i un g;n
r_t
ke luer i:-ia:-- :ri-:: i.-:-:r=---. i-=1-;1; ;rLr.]].rg
men\-3l-l;::-j:=jj: = a= :-- j--j :j--- ::--.=:---;:--:f.: :'.l:-it
tertentrl ;:l;::: Ls.-.1= :t=:=-:-.i.t--- r-=;- l::--.::- -::.::i
13 Potong^n tidak resmi
yang sering dialami terutama
:g+ J-- +- .
r=-h
tl
)t J ).)
h)
)I
1i
lter:jadi pada proyek-proyek yang didanai APBD.
l,Ienurut sebuah sumber dari akademisi lokal,
jurnalis, 28 Maret 2007 .
pengelolaannya dialihkan dari Perusda Tunggang
Pr."ttg"n tahott 2005 pada dinas-dinas pemda
terkait.
OL, staf perwakilan LSM lokal, dalam wawancara
16
DH,
8 Januari 2008. Mekanismepartis
biasanya dengan memberikand".r"
ertentu yang kemudian dikelolaoleh
dengan rencana Pembangunan tahunan. Vico biasanya mempercayakan penggunaan dana berdasarkan hasil audit internal Pemda, tanpabisa menentukan jenis proyek pembangunan yang
ingin diikuti. terjadi, berda dengan FW[,
Maret 2008.
te nder horus me ng a I okosrkon b i oY o - b i oY
a
ekstro
dolam
perencanaan
pernbiaYaon
-S\l
yang
tidakll
:1au
mengikuti-:iuran
main'.:::. kemungkinan
:3sar tidak
akan ::sa mendapatkan-resempatan
un::k
berpartisipasi :alam pengerjaan f,ro\rek lainnya.Pengerjaan
proyek
pembanSunan
jalan
dan sekolahdi
daerahpesisir
dan
ter-pencil
kabupatenKutai
Kartanega-ra
tidak
berbedajauh,
seringkali menyisakan infrastrukturl-ang
tidak
selesai atau berguna.'* Proyekinfrastruktur bermuatan politis
ini
banyak ]'ang tidak berlanjut karena parakontrak-tor
tidak
mendapatkan pelunasan biaya pembangunan sesuaiyang
direncanakan oleh pemda setempat, antatalain
karenakorupsi."
Daerahpesisir
di
timur
Kutaipembangunan ProYek
Yang
didonoi
R.osa Evaquafia, Bisnis dan
Tidok
jorong yang teriodi
bohkon
odoloh
keriosomo
antara
lembogo
eksekutif
dengon
paro
wakil
rawot
untuk
"
broker"
untuk kelompok-kelonpok tertentu
yong
ingin
memenlngkon tender
proYekfersebuf.
Pengusoho
YanE
ikut
dqlom
proYek
sebesor
potongqn
yang
tertentu
dikenakon
oleh
oknum-oknum
dalom
pemerintqhqn...,
11Politik di Tingkat tokal
memiliki
posisisignifikan
bagiKutai
karenakekayaan
minyak bumi
dangas.
Beberapaperusahaan
mi-gas besar, seper
ti
Total,
Vico,dan Unocal,
su-dah sejak lama
beroperasi
dibagian
pesisirKukar
terse-but.
Ironisnyawalaupun
sangat kaya
danperusahaan
pertambangan
berskala besar diwajibkan untukikut
ber-partisipasi dalam program pembangunan masyarakat (ComDev), pembangunan
in-frastruktur dasar di daerah pesisir ini tetap
sangat
minim.'uAkibatnya,
tokoh-tokoh pesisir aktif menyuarakan pemekaran dae-rah dan pemisahandiri
dari Kukar karena merasa tidak diperhatikan sebagaipenyum-bang terbesar pendapatan kabupaten.
Bupati Kukar sendiri sejak
akhir
2006dikaitkan
dengan tuduhankorupsi
yangSrudi Politik Edisi 1, Vol. I, No.1, 2010
dilayangkan KPK dengan jumlah kerugian negara _mencapai
lebih
dari
120 milyarrupiah." Tuduhan dikaitkan dengan empat kasus krusial yaitu: pengadaan lahan dan
uji
kelayakan proyek bandara Loa Kulu, penggunaan dana bantuan sosial untuk masyarakat, serta pemberian insentif dariDBH
(Dana BagiHasil)
migas. Tuduhankolusi
dan
nepotisme
pada
proyekbandara menyangkut peruntukkan lahan
bandara
yang
notabene
sebelumnyadimiliki oleh
ketiga
anak
Syaukani.Demikian
juga
dengan. pengerjaanuji
kelayakan yang melibatkan badan usahamilik
bupati
iUinahasaUtara,
pT
DMI,mengindikasikan nepotisrne dan marh-up
nilai proyek.'*
Program bantuan
sosial pemda jugatidak luput
dari
sorotan
massa karenaseringkali mengalami kebocoran
dandistribusi
yang kurang merata.
Selainmeliputi
program subsidi
2
milyar
perdesa
dan
program pinjaman
UKMdan
koperasi, bantuan
sosial
itu
jugadigunakan
untuk
subsidi pendidikan danguru.
Salah
satu
kasus
yang
menarikz
-o r
r:a:ah
pemberian
bantuan
pembelian-;*eda motor untuk guru yangmelibatkan
:€notongan
subsidiyang diterima
guru-ragai
cicilan atas sepeda motor tersebut. ?'.da kenyataannya, pengimplementasian r r.r,ET&rnsukarela
ini
diwajibkan
dan:=:indikasi
marLz-up.Subsidi
Pemda;::1
sebagianbesar
akhirnya
"kembali-=n-
pada Pemda untuk melunasi sepeda:-,rtor
tersebut,
dan
juga
memberikan-i.untungan sampingan bagi para broker
::ovek
tersebut.Permainan
Elit
(Lokal) dan
Politik
Balas
Budi Pilkada
Salah satu aspek Otda
di
Indonesia:.ang
paling
vital
adalah
kebijakan:emilihan
Kepala
Daerah
(Pilkada).Proses
ini
menjadi
sangatkrusial
tidak
:.anva
untuk
pemerintah pusat
yangrarus
melepaskan
"hak
prerogatif"-r)'a
tetapi
juga
membuka
pintu
bagi:eralihan
aktivitas
serta
pendanaanrampanye ke
tingkat
regional danlokal
sehingga
mengakselerasi
dinamikaekonomi
politik
dan
munculnya
elit-elit
kuat
politik
dan ekonomidi
tingkat
daerah,Kuatnya
posisi
Syaukani
sebagaibupati Kukar
selama dua periodetidak
bisa
dilepaskandari
suksesnya strategimobilisasi dukungan terstruktur
yangsejakera
Pra-Otda sudah
dipupuk
dankemudian berkembang pesat
denganmemanfaatkan momen Otda." Pengaliran uang
insentif dari
DBH, yang kemudiandituduhkan KPK sebagai
tindak
korupsisecara tidak langsung berkontribusi pada
kemenangan
Syaukani
pada
Pilkadatahun
2005dan
merupakansalah
satustruktur
mobilisasi dukungan
financialRosa Evaquarta, Bisnis dan Politik di Tingkat Lokal
yang merugikan negara sekitar 93
milyar
rupiah dalam kurun waktu 2001 - 2005.'o
Sumber
dana
politik lokal
di
Kutaiberasal
dari
sektor pertambangan sejakIama
adalah andalan karena
mampumenyrmbang
lebih
dari
75%
PDRBtahunan
Ookoh
Indonesia 2007,
hal.39). Walaupun terbatas
untuk
perizinanusaha
pertambangan
berskala
keciltetapi
monopoli keputusan
akhir
ditangan
bupati
membuka
kesemPatanlobi
dan praktek broher bagi para patron menengah,terutama mereka
yang
adadi
lingkungan dalam
pendukung
setiaSyaukani." Perizinan berskala besar yang
harus
dimiliki
perusahaanbesar
tetapharus
mendapatkan rekomendasi
daribupati
yang sangatkrusial
sebelum bisa memperoleh izin usaha dari pusat melalui Departemen ESDM.Grafik
di
bawah
menggambarkanpeningkatan dramatis
jumlah
izin
usahayang
dikeluarkan
Pemkabpada
tahun2004
-
2005, atau menjelang pelaksanaan Pilkada, dan kembali menurun walaupuntidak
drastis pada
tahun
2006."
Daripemberian
izin
tambang 2004
-
2005,Pemda
Kutai
menuai 3,14milyar
rupiah. Pemasukanini
belum termasuk pungutan 2oB"rrttry" bagian insentifdari
transfer drnrperimbangan yang berkisar antara 1,5
-
-i'. memberikan sambaran dan indikasi efektifnr aoemberian inJentif
ini
untuk memelihara bri:. Sl"S"S."l yang solid terutama dalam birokrasi c:-, institusi-institusi yang seharusnya bias menqinth.::.kekuasaan Syaukani sebagai bupati, terlep.r. ::.
peruntukkan insentif sebagai penunj ang pe nin l.:= :-, PAD. Ironisnva. institusi-institusi vane lebi h I -lr.'.' I r,
mendapat aliran insentif
ini
tidak berhu:':..==.langsung dengan sektor-sektor penehrsi-perimbangan, terutama dari bagi hasii pertarn':'=:
ZrWu*^n
^ra dengan MY, staf Dinas
Pertan:-',-Kukar, Januari 2007 .
221{J., aktivis, dalam wawancara Januari
I '
data dari JATAM Kaltim menguatkan .i:-'. - .-kedekatan para pemilik KP (Kuasa Pen.:::- --. batubara dengan oknum-oknum Per-.:, : sejalan dengan pemberian begitu bar'.'-:.. dan meluasnya lahan yang rusak ;.--.--'
' , ---pertambangan baik legal maupun ile:-:
t4 # 6 H l!:i F€ ;3
-i* {t: # & :n 4 € 67 fl il ,# ,q f fr E fi t I F I rt
Studi PolitikEdisi 1, Vol. I, N0,1, 2010
resmi sebesar 50 sen USD
per
ton
hasilproduksi sesuai Perda
No.
2
tahun2001
pasal
2I.
Implementasiperda ini
tidak
berlangsung secaraefektif
untukmeningkatkan pendapatan daerah dan lebih
banyak bermuara
pada
insentif-insentif ekstra yang harus dikeluarkan pengusahauntuk
mengisi kantong
oknum-oknumpemda
untuk
menghindari
kewajibanpungutan tambang."
Ironis
bahwa perda tersebut dikeluarkan untuk mendongkrakpendapatan
daerah kemudian
sengaja tidak diimplementasikan dengan tegas olehpara
oknum pejabatuntuk
memperkayadiri
dan kelompoknya (McChesney lgg7,hal.38-41).'n
Kuatnya dukungan terhadap Syaukani,
baik
dalam bentuk sumber
danakampanye Pilkada 2005 maupun pada saat
ia
menghadapituntutan
kasus
korupsiyang
dilayangkanKPK,
dapat dikatakansebagai
petunjuk
keberhasilan
strategimobilisasi dukungan
dan
akomodasimodal yang bermanfaat bagi kepentingan
politik
Syaukani."Dalam
pilkada
2005,dibandingkan
dengan
dua
pasangankandidat lainnya,
kampanye
yangdilakukan
Syaukani
diduga
melibatkanpenggunaan
dana yang
sangat
besar.'uPilkada 2005 menjadi tolok ukur bagi usaha
Syaukani
untuk maju
lebih
jauh
dalamPilkada Provinsi 2008, sebelum akhirnya
tersandung kasus korupsi tahun 2007.
Sementara itu studi kasus lain di Batam
menunjukkan bahwa
kesimpangsiuranregulasi ekonomi
dan
status
setelahOtda
justru
mendorong elemen-elemen ekonomi di Batam untuk melakukan lobi-lobi khusus tidakhanyapadatingkat DpRDdan
Pemkot sajatetapi
juga
di
tingkat yang lebihtinggi
dan berwenang, dalam halini
Jakarta. Halini
tampak jelas padainisiatif pemerintah pusat untuk meninjau ulang keistimewaan posisi ekonomi Batam
sebagai sebuah
pulau yang
bebas dari PPnBM dan PPh selama masa Orde Barudan
kembali pada
implementasi tegasatas
PP
No.
41l
1978tentang
kawasanbebas perdagangan
(Free
Trade
ZonelFTZ)
yang
seharusnyaberlaku
enclaveatau
terlokalisir
pada kawasan-kawasan23Produksi batubara Kukar lebih banyak diekspor
ke.Taiwan, Jepang dan Cina daripada digunalan oleh pasar domestik. Produksi batubari tahun
Tltq
kuan S, anggotaDPRD
2008, pemdalldakpernah
aerah1arj setoranproduk
24M.Ch"rtrey menggarisbawahi mekanisme
rente ini yang disebutnya sebagai 'money for doing nothing', dimana pejabat mendapat rente karen"a berhaiii
mengancam p_emb erl akuan suaru kebijakan / lan gkah
(tidak melakukan apapun)
Rosa Evaquafia, Bisnis dan Politik di Tingkat lokal kan at.tu aha am :rya am ran Iah ren
bi-iD
<at lm da au lrnrri
ru ASln
el
/e ln -lo ^b tii isi N ). ar to -b lr h n n h ii 0 h ) ;i j ) r i I -00 90 BO 70 r5O ..,1 4u 30 20 10 0Grafik. Perkemb angan Jumlah Izin Usaha Pertamban gan 2002 - 2006
Nurnbers of Mining Licences Produced 2OO2 - 2OAB
2002
il. ill
2003 2o04
tl
2006
berkepanj angan, strategi yang digunakan adalah menempatan tokoh-tokoh BIDA di dalam struktur Pemkot dilakukan dengan
agenda pemenangan
Pilkada
Gubernurtahun
2005dan
Pilkada Walikota tahun2006'n.
pusat untuk menerapkan PPnBM dan PPh, banyak
diskusi artt^r^ Pemkot dan asosiasi-asosiasi bisnis diselenggarakan di Batam untuk mengagregasikan
input kebijakan.
29\\-r., tr,.rrr denqan YD, pengusaha, pejabat teras K{Df\- Pror insi & ketua tim sul.<ses salah satu pasa ngan k:.-rcidar pada Pilkada walikota 2007 ,26 Maret l0O-: r.r.:apJ pejabat BIDA, 23 -24Jantari 2008.
\\-:-r-:-r \D
menvebutkan tidak ada preferensite.i.r.:. ::ri kalangan pengusaha tentang iiapa ytng n'r;::---: ::l:;n Pilkada walikota tahun 2006' halyang
b.::.::
:,:loak pada Pilkada g'ubernur tahun 2005.:ieterangal: Pedzrnan ini tidak termasuk sektot migas yang halmya drkuasai oieh pemerrrtah pusat.
S,rn-rber: LaponnReahsasi Periztnat& Penerimaan Pt1ak2002_2006,Dinas Pertambangan & Energi
Ifubup aten I{utar l(artanegara.
Tabel 2. Perolehan Suara Pilkada Kabupaten Kutai Kartanegara, Juli 2005
No. Umt Nama Pasangan Suara Sah Suara tidak Sah Aji Softan Alex
Muhammad Irkham
73.054 17 4)o/^
3.246 1,49y"
2 Tajuddin Noor
Abdul Diabar Bukran
t2.199 5,58y"
3 Syaukani HR
Svamsuri fupar
130.068 59,5Iy"
Total Q18.567\ 215.32r 98,51"/"
Sumber: Laporan Pilkada & Wakada tahun 2005 Kabupaten Kutai Kartanegara, Pokja Pelaporan KPU Kabupaten Kutai Kartanegara, Tenggarong
:ndustri saja." Hal ini tidak hanya menjadi Derhatian
elit politik
lokal-provinsi-pusatretapi
juga
meresahkan
dunia
usahaBatam dan regional Asia Tenggara.
Proses
perundingan
dan
lobi
politik
)'ang berlarut-larut karena
pergantiankekuasaan
dan
ketidaktegasan
di:ingkat
pusat
menyebabkan status FTZBatam
mengalarni
kerancuan
sejakOtda diberlakukan
sampaiakhir
tahun2007."
{.Jntukmengatasi
konflik
yang :TPPtIBM meliputi produk elektronik, kendaraanbermotor dan rokok.
lSst"tor Batam yang masih terkatung-katung ini juga
berimbas pada rencana penerapan PPnBM dan
PPh yang sempat ditunda sejak tahun 2002 sampai 2004. S;jak dikeluarkannya rencana pemerintah
Studi PolitikEdisi 1, Vol.I, No.l, 2010
Tcbel 3. *I*sfl Fitlrads GtbernurTahun ?)05 dln Wallkota Tahun 2006 Bceults in nurshe:s asd
200$ Gubematorial Ele*tion ?006 Mavoral Election I*meth AlrduHah IVfuh" S*n{ 309,11t f60) Ahxnad Dahlan Ri* Saperil*a ,3.6x6 {41.46} N1,at *'"ar'lir Scer','lr llesp:ttitxro I Tl,9?i i3,1.; :\l':rr'incl I )ar:l'ilarr ,/"r.rilr*hri -1.5.(i51 {i9..{jf-* ltizsl Zca 1?irnran llisorvanro 27,372 {,:1\ r\lrrt- llasuirl l*ch*trl P;r.-:rriltu +3,926 {1e.45}
Nazief Soesila Dl:asma S*hat Sianruti
43,1r)3 fl9.13\
LoL Ntnkvuntr. Lrrca} Elecdons *nr'l
= $u,mber: Ctrroi, l.Innkyunq,
Wofting Papcr No. Indr.rstrj. dsaft buk*.
:cal lilections *nd f)crnocracy irl Indonesi*; The case of tl.lc Riau ;\rclripelago,
91, Sirrgapore: IDSS, ?ft)5, p. 16; I(FL1D Baranr, Ditran:ika Der:rokmei di Xota
Lengsernya
Nyat Kadir
sebagaiwalikota Batam digantikan oleh pasangan
kepala daerah
dari
kubu
pro
OtoritaBatam/BIDA (smeth Abdullah dan Ahmad
Dahlan),
yang
notabenemasih
menjadi perpanjangan tangan pusat, baik di tingkat provinsi dan kotamadya secara signifikan mengubahdan
mengharmoniskan arah pengelolaan Batam (Choi200b).
IsmethAbdullah
(mantanketua
BIDA)
terpilih
sebagai gubernur Kepri padatahun
Z00Edan
Ahmad Dahlan
(mantan
kepala Dinas Pendidikan BIDA) sebagai walikotaBatam
pada
tahun
2006.
Walaupundemikian,
kemenangankepala
daerahdengan
patron
pusat
dan
BIDA
tidak
sepenuhnya menghapuskurn persaingan
politik
patronaselain
yang
masih tetapeksis, termasuk dalam DPRD.
Dalam konteks Eliatam, berbagai patron
politik tersebut memiliki posisi tawar yang
relatif imbang dalam era Otda- Dalam hal
stafus Batam, sintesis
antar
patronasepolitik diaffiafkan
para pengusalla yang tergabrrng dalam KADIN memiliki agendayang
soli4
'raitu
kejdasan
status
danperundang-rmdangrn
rrsaha
di
Batam.Bahkan
uffift
nengEplkatr status
FTZ,keseluruhan
wilaFh
Batan,
banyakdana
dihimlrm
pila
pqabat teras Apindodan
KADIN
yilg
Aigrmakan
untukmengadakan
lobi-lobi
khusus
dengan anggota dewan di Jakarta.'oSetidaknya
untuk
agenda
ini,
baikPemkot maupun
BIDA bisa
menjalinkerjasama
untuk
mendukung
I(ADINdalam
lobi
di
tingkat
pusat
karenabagaimana
pun
hal
ini
sangat
terkaitdengan
inflow
PAD. Walaupun demikian,tarik
menarik wewenang antara pemkotdan
BIDA
dalam
pengelolaan
Batamyang
terjadi
sejak penerapanOtda
danpembentukkan Pemkot
Batam
tahun200I tidak
hanya
mempengaruhi
danmembingungkan
jalannya
bisnis
secaraumum tetapi
juga
mempengaruhikesuksesan
lobi-lobi
pengusaha tentang status Batam.Lobi
FTZ yang
lebih
solid
tersebutmenampakkan
hasil
pada
tahun
2007setelah secara maraton DPR-RI
danpemerintah pusat sepakat mengeluarkan
UU No. 4412007 dan serangkaian peraturan
pemerintah (No. 46
-
48) yang mengaturF'IZ di
seluruh
kawasan
kepulauanBarelang @atam, Rempang dan Galang)
dan Bintan serta Karimun. Pada tahun 2009
Pemerintah Pusat
juga
terus melakukankoordinasi penyesuaian regulasi dengan para elit yang berkepentingan di Batam.
fr ta n n n 'a
li
g INik
in N IA iit n, )tn
rt 7 n n nr
1 ) ) 1 1 SesimpulanPaparan beberapa kasus
di
atas yang::1adi
di kota Batam dan kabupaten Kutaiitartanegara menggarisbawahi dinamika
:konomi
politik lokal
yang terakselerasi .r€ngan penerapanOtda yang
beragam.?engalaman
Batam
memperlihatkansadasi pergumulan kekuasaan yang lebih 3lural dan dinamis dibandingkan apa yang :erjadi di Kukar. Batam lebih diwarnai oleh kepentingan pluralis antara begitu banyak
selompok
yang saling
bersaing
untuk=endominasi
kekuasaan,
tidak
hanyaxrtara BIDA dengan Pemkot (2001
-
2006) :etapi juga Pemkot dengan DPRD setelah Prlkada 2006. Dukungan pebisnis terkesan :erbagi-bagi di antara kelompok-kelompokni
walaupun sebenarnya siapapun yangrerhasil
mendominasi,
mereka
tetapakan diuntungkan karena
kondisi
usaha]-ang kondusif dan jelas menjadi agenda
utzuna semua kelompok. Kooptasi ormas-orrnas
di
Batamterlihat
lebih eleganjika
dibandingkan dengan Kutai.
I^ain
halnya
dengan
kabupatenKutai
yang
memperlihatkan
dominasi kelompok tertentu saja dalam konstelasipolitik lokal
setelah
penerapan
Otda.Usaha-usaha
untuk
mengontrol lembaga eksekutif baik dari dalam struktur pemdamaupun
dari luar
menjaditidak
efektif.Hal ini disebabkan karena kecenderungan
kooptasi
elit
berkuasaatas
organisasi-organisasi
massa
dan
institusi-institusipemerintahan yang ada, termasuk dunia
bisnis, sehingga menj adi sangat tergantung
pada sang
patron
utama.
Jikapun
ada organisasi yangtidak
terkooptasi, peran mereka sendiri terlalu lemah untuk dapat memobilisasi dukungan untuk mengkritikkinerja elit berkuasa.
Rosa Evaquafta, Bisnis dan Politik di Tingkat lokal
Referensi
Choi,
N.
2005.
"Local
Elections
&Democracy
in
Indonesia",
Worhing Paper, No. 91,Institute
of
Defence &Strategic Studies Singapore.
Dalle,
R.
2003,
"Kejaksaan
PeriksaPenggelembungan Dana Gedung DPRD Batarn". Tempo lnteraLztif .
Hadiz,
V
R.. (2005) DinamiLzaKehuqsaan,Ehonomi
PolitiLz.Indonesia
pqsca-Soeharto, J akarta, LP3ES.
Hidayat,
S.
2005."'Hidden
Autonomy':Understanding
the Nature
of Indonesian Decentralization ona
day-to-day
Basis"
dalam
Regionalism inPost-Suharto
Indonesia.
M.S.
Erb,Priyambudi, Faucher, Carole,
NewYork, RoutledgeCurzon: 54
-
74.Jamalluddin (2007), Konflih Emas Hitam
dan
upqya
Membangun
Kemitrqqndalam Pengeloloqn Sumber doya Alom, Seminar Nasional
XXI AIPI,
Manado,14-15 Agustus 2007.
KPUD Batam, Dinamika Demokrasi
di Kota Industri, draft bukuMatsui,
K.
(2000)
"Decentralization:Seeking
a New
Central-RegionalRelationship"
dalam
AbdurrahmanWqhid government
and its
Challenge,Indonesia Entering
a
NewEra,Y.
Sato. Tokyo, IDE-JETRO.McChesney,
E S.
(1997),
Money
for
Nothing:
Politicians,Rent
Extraction,and
Politicql Extortion,
Cambridge:Harvard University Press.
Nugraha,
P,
"Akal-akalan Pemekaratf',Kompas,l0
Maret 2007Octarevia, D. (2003) Tinjauan suatu Model
FTZ
di
lndonesia.FTZ Khas
Bqtam:Berp enduduh dan B erp emerintah Kota, Jakarta: UI Press.
Peraturan
Daerah
Kabupaten
KutaiNo.
2
tahun
2001 tentangIzin
UsahaSerdi PolitikEdisi l, Vol.
I,
No.l, 2010Peraturan Daerah Kota Batam No. I 9 tahun
2001 tentang Pengaturan, Pengawasan dan Pengendalian Minuman Beralkohol Kota Batam.
Prasojo, E., Maksum, IR
&
Kurniawan, T.(2006) Desentralisosi
&
PemerintahanDaerah:
Antara
Model
DemohrasiLohal
&
EfisiensiStruhtural,
Depok:Departemen
Ilmu
Admirqistrasi FISIP UI.Savirani,
A.
Q004) I-ocal Strongmen inNew
Regional Politics
in
Indonesia,Thesis,
Amsterdam: Universiteit
vanAmsterdam,''International
School
ofHumanities and Social Sciences.
Smith,
B.
(1980) Meqsuring Decentrali-sotion, dalam New Approachesto
the Study of Central-Local GovernmentRe-lationships,
G. Jones (ed.) Hampshire, Gower Publ. Comp. Ltd., hal. 137-51.Suarjana,
I
M.
&
Syahril,
S.
(3
March2003)"Bakin Menentang
Judi
Batam", Gatra.Tokoh
Indonesia,
Edisi
Khusus
2l 2007, "Selayang PandangKukar",
www. tokohindonesia.com.