9 BAB II KAJIAN TEORI
A. Pengertian Peran
Peran menurut Soerjono Sukanto (2013 : 213) merupakan aspek dinamik kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peran. Kedua nya saling berhubungan satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan. Bila yang diartikan dengan peran itu adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang dalam suatu status tertentu, maka perilaku peran adalah perilaku yang sesungguhnya dari orang yang melakukan peran tersebut, hakikat peran juga dapat dirumuskan sebagai suatu rangkaian prilaku tertentu yang ditimbulkan oleh suatu jabatan tertentu. Menurut Samsul Munir (2010 : 16) Menjelaskan bahwa peran adalah tugas yang berlaku bagi siapa saja yang bertindak sebagai pembimbing dalam upaya pemberian bantuan yang tidak berdasar pada pekerjaan.
Menurut Abu Ahmadi (2009 : 235) mendefinisikan peranan sebagai harapan – harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu. Harapan tersebut merupakan imbangan dari norma – norma sosial dan oleh karena itu dapat dikatakan bahwa peranan – peranan itu ditentukan oleh norma – norma di masyarakat. Dalam peranan itu terdapat dua harapan yaitu harapan yang dimiliki oleh si pemegang peran terhadap masyarakat atau terhadap yang menjalankan peranannya atau kewajiban – kewajibannya.
Miftah Thoha (2012 : 13) mengatakan bahwa peranan adalah suatu rangkaian prilaku yang teratur, yang di timbulkan karena suatu jabatan tertentu, atau karena adanya suatu kantor yang mudah dikenal. Peranan timbul karena seseorang memahami bahwa ia bekerja tidak sendirian, mempunyai lingkungan yang setiap saat diperlukan untuk berinteraksi.
10
Peran menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu, dapat meramalkan perbuatan atau tindakan orang lain. Setiap individu yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan perilaku sendiri dengan perilaku orang-orang yang ada dalam kelompoknya. Sebagai pola perlakuan, peran memiliki beberapa unsur, antara lain:
1. Peran ideal, sebagaimana dirumuskan atau diharapkan oleh
masyarakat terhadap status-status tertentu. Peran tersebut merumuskan hak-hak dan kewajiban yang terkait dengan status tertentu.
2. Peranan yang dilaksanakan atau dikerjakan. Ini merupakan peranan
yang sesungguhnya dilaksanakan oleh seseorang dalam kehidupan nyata. Peranan yang dilakukan dalam kehidupan nyata mungkin saja berbeda dengan peranan ideal, yang ideal hanya berada dalam fikiran dan belum terealisasi dalam kehidupan yang sebenarnya. Soerjono Sukanto (2013 : 214) menyatakan bahwa syarat – syarat peran mencakup tiga hal yaitu:
1. Peran meliputi norma – norma yang dihubungkan dengan posisi
atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peran dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat. Norma – norma tersebut secara sosial ada empat meliputi :
a) Cara (Usage); lebih menonjol di dalam hubungan
antarindividu dalam masyarakat. Suatu penyimpangan terhadapnya tak akan mengakibatkan hukuman yang berat, akan tetapi hanya sekedar celaan dari individu yang dihubunginya.
b) Kebiasaan (folkways), sebagai perbuatan yang
berulang-ulang dalam bentuk yang sama merupakan bukti bahwa orang banyak menyukai perbuatan tersebut.
11
c) Tata kelakuan (mores), merupakan cerminan sifat-sifat
yang hidup dari kelompok manusia yang dilaksanakan sebagai alat pengawas, secara sadar maupun tidak sadar, oleh masyarakat terhadap anggota-anggotanya.
d) Adat istiadat (custom), merupakan tata kelakuan yang kekal
serta kuat integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat dapat meningkatkan kekuatan mengikatnya menjadi custom atau adat istiadat.
2. Peran adalah suatu konsep prilaku yang dapat dilaksanakan oleh individu – individu dalam masyarakat dalam organisasi.
3. Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting
bagi struktur sosial masyarakat.
Dari beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa peran adalah suatu sikap atau perilaku yang diharapkan oleh banyak orang atau sekelompok orang terhadap seseoraang yang memiliki status atau kedudukan tertentu. Berdasarkan hal tersebut dapat diartikan bahwa apabila dihubungkan dengan lembaga pemerintahan, peran tidak berarti sebagai hak dan kewajiban individu, melainkan tugas dan wewenangnya sebagai lembaga pemerintahan.
B. Pembimbing Kemasyarakatan ( PK ) 1.1 Pengertian Bimbingan
Menurut Achmad Jundika Nurihman ( 2014 : 7 ) Bimbingan Merupakan upaya pembimbing untuk membantu mengoptimakan individu. Yaitu merupakan pemberian bantuan kepada individu ysng dilakukan secara berkesinambungan agar mereka dapat memahami dirinya, lingkungan, dan tugas – tugasnya sehingga mereka sanggup mengarahkan diri, menyesuaikan diri, serta bertindak wajar sesuai dengan keadaan dan tuntutan lembaga pendidikan, keadaan keluarga, masyarakat, dan lingkungan kerja yang akan dimasuki kelak. Menurut Menurut Prayitno &
12
Erman Amti ( 2015 : 92 ) bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung.
Menurut Sofyan S Willis ( 2014 : 6 ) Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam membuat pilihan – pilihan dan penyesuaian – penyesuaian yang bijaksana. Bantuan itu berdasarkan atas prinsip demokrasi yang merupakan hak dan tugas setiap individu untuk memilih jalan hidupnya sendiri dan tidak mencampuri urusan orang lain.Tujuannya adalah orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku. bimbingan pada prinsipnya merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan, dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan berdasarkan norma - norma yang berlaku.
Dapat disimpulkan bahwa bimbingan yaitu sebuah pemberian bantuan yang diberikan oleh seseorang yang ahli kepada individu dalam memberikan bantuan baik berupa pemahaman – pemahaman agar individu bisa lebih memahami dirinya sendiri, bisa lebih mengembangkan dirinya, dan bisa memahami lingkungan tempat tinggalnya. Dalam upaya membantu individu ini seorang yang ahli akan mengarahkan individu bagaimana individu harus dapat memahami dirinya terlebih dahulu dan memberi arahan agar individu bisa menentukan sendiri langkah – langkah yang akan diambil agar bisa mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya.
13
Seperti pada ayat Al-qur‟an surat Al- Ashr Ayat 1 – 3 :
( ِسْصَعْلاَو
١
( ٍسْسُخ يِفَل َىاَسًْلإا َّىِإ )
٢
ِتاَحِلاَّصلا اىُلِوَعَو اىٌَُهآ َييِرَّلا لاِإ )
سْبَّصلاِب اْىَصاَىَتَو ِّقَحْلاِب اْىَصاَىَتَو
Yang Artinya : ”Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih, serta saling berwasiat dalam kebenaran dan saling berwasiat dalam kesabaran”.Allah SWT bersumpah dengan masa, yaitu waktu malam dan siang yang merupakan ladang bagi para hamba untuk berbuat dan beramal. Para ulama‟ telah bersepakat bahwa modal manusia dalam kehidupan di dunia adalah umurnya. Jika manusia mengisi umurnya dengan amalan kebaikan, maka ia akan beruntung. Namun jika manusia mengisi umurnya dengan amalan keburukan, maka ia akan merugi.
Makna ayat ini adalah bahwa setiap manusia berada dalam kerugian, betapa pun banyaknya harta, anak dan tingginya kedudukan dan kemuliaan. Iman meliputi setiap hal yang mendekatkan diri kepada Allah SWT berupa keyakinan yang benar dan Ilmu yang bermanfaat. Sedangkan amal shalih meliputi setiap perkataan dan perbuatan yang mendekatkan diri kepada Allah SWT yang dilandasi dengan keikhlasan kerena Allah SWT dan mengikuti petunjuk Rasulullah Muhammad SAW.
Makna kalimat, “saling berwasiat dalam kebenaran,” adalah saling menasihati untuk istiqamah pada kebenaran yang harus dipegang teguh, yaitu iman dan tauhid kepada Allah SWT, dengan melaksanakan hal-hal yang disyari‟atkan dan menjauhi hal-hal yang dilarang. Karena kebenaran itu sangat berat dan tantangan dalam mengikuti kebenaran tidak ada hentinya. Oleh karena itu harus diikuti dengan saling menasihati untuk tetap beristiqamah di atasnya. Adapun makna kalimat, “saling berwasiat dalam kesabaran,” adalah saling menasihati kesabaran dalam
14
melaksanakan perintah Allah SWT, kesabaran dalam meninggalkan apa yang diharamkan Allah SWT, dan kesabaran dalam menerima takdir (ketentuan-ketentuan) nya.
(http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-al-ashr.html.Diunduh Pada 15 Juli 2018. Pukul 20.00 WIB).
Unsur – Unsur pokok Bimbingan menurut Prayitno & Erman Amti ( 2015 : 97 - 99 ) yaitu sebagai berikut :
1. Pelayanan bimbingan merupakan suatu proses, ini berarti bahwa
pelayanan bimbingan bukan merupakan sesuatu yang sekali jadi, melainkan melalui lika – liku tertentu sesuai dinamika yang terjadi dalam pelayanan
2. Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan, bantuan ini tidak
diartikan sebagai bantuan materiil seperti uang, hadiah sumbangan dan lain – lain, melainkan bantuan yang bersifat menunjang bagi kemampuan pribadi yang dibimbing.
3. Pemecaan masalah dalam bimbingan dilakukan oleh dan atas kekuatan
klien sendiri, tujuannya adalah memperkembangkan kemampuan klien untuk dapat mengatasi sendiri masalah – masalah yang dihadapinya dan mencapai kemandirian.
4. Bantuan diberikan kepada individu baik perorangan maupun kelompok.
5. Bimbingan dilakukan dengan berbagai bahan interaksi, nasehat, ataupun
gagasan, serta alat – alat tertentu baik yang berasal dari diri klien maupun dari lingkungan.
6. Bimbingan tidak hanya diberikan untuk kelompok – kelompok umur
tertentu, tetapi meliputi semua usia dari anak – anak, remaja, hingga dewasa.
7. Bimbingan diberikan oleh orang – orang yang ahli yaitu orang – orang yang memiliki kemampuan terpilih dan telah memperoleh pendidikan serta latihan yang memadai dalam bidang bimbingan
15
8. Bembimbing tidak selayaknya memaksakan keinginannya kepada klien
karena klien mempunyai hak dan kewajiban untuk menentukan arah dan jalan hidupnya sendiri.
9. Bimbingan dilakukan sesuai dengan norma – norma yang berlaku.
1.2 Tujuan Bimbingan
Tujuan pemberian layanan bimbingan ialah agar individu dapat merencanakan kegiatan dan langkah kedepan, perkembangan karir, serta kehidupan pada masa yang akan datang. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masayarakat dan lingkungan kerjanya. Mengatasi hambatan serta kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, ataupun lingkungan kerja.
Untuk mencapai tujuan – tujuan tersebut, maka harus mendapatkan kesempatan untuk mengenal dan memahami potensi, kekuatan, serta tugas – tugasnya. Mengenal dan memahami potensi – potensi yang ada di lingkungannya. Mengenal dan menentukan tujuan, rencana hidupnya, serta rencana pencapaian tujuan tersebut. Memahami dan mengatasi kesulitan kesulitan diri sendiri. Menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, lembaga, dan masyarakat. Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya. Mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara tepat, teratur, dan optimal. ( Achmad Jundika Nurihman. 2014 : 7 )
Menurut Samsul Munir Amin (2010 : 38) Tujuan bimbingan konseling sebagai berikut :
a. Membantu individu dalam mencapai kebahagiaan hiidup
pribadi, pembimbing mengarahkan individu dengan cara memahami diri sendiri.
16
b. Membantu individu dalam mencapai kehidupan yang
efektif dan produktif dalam masyarakat.
c. Membentu individu dalam mencapai hidup bersama dengan
individu lain.
d. Membatu individu dalam mencapai harmoni antara cita –
cita dan kemampuan yang dimilikinya.
1.3 Fungsi Bimbingan
Ada empat fungsi bimbingan yaitu :
a. Fungsi pengembangan, merupakan fungsi bimbingan dalam
mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki individu.
b. Fungsi penyaluran, merupakan fungsi bimbingan dalam membantu
individu memilih dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian, dan ciri – ciri kepribadian lainnya.
c. Fungsi adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana untuk
mengadaptasikan program terhadap latar belakang minat, kemampuan, dan kebutuhan individu. Dengan menggunakan informasi yang memadai tentang individu, pembimbing dapat membantu dalam memperlakukan individu secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun sesuai dengan kemampuan dan kecepatan individu.
d. Fungsi penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu
individu menemukan penyesuaian diri dan perkembangan secara optimal. ( Achmad Jundika Nurihsan, 2014 : 8 )
17
Menurut Prayitno & Erman Amti (2015 : 196 ) Fungsi dari Bimbingan ada empat yaitu :
a. Pencegahan (Preventif), yaitu layanan bimbingan dapat berfungsi
sebagai pencegahan. Artinya, ia merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah.
b. Fungsi Pemahaman, Yaitu fungsi pemahaman yang dimaksud yaitu
fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu, sesuai dengan keperluan pengembangan siswa.
c. Fungsi Perbaikan, Yaitu fungsi pencegahan dan pemahaman telah
dilakukan, namun mungkin saja siswa masih menghadapi masalah-masalah tertentu. Disinilah fungsi perbaikan itu berperan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terpecahkannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami siswa.
d. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan, Yaitu fungsi ini berarti
bahwa layanan bimbingan dan konseling yang diberikan dapat membantu para siswa dalam memelihara dan mengembangkan keseluruhan pribadinya secara mantap, terarah, dan berkelanjutan. Dalam fungsi ini hal-hal yang positif tetap dijaga agar tetap baik dan mantap. Dengan demikian siswa dapat memelihara dan mengembangkan berbagai potensi dan kondisi yang positif dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan. Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan melalui penyelenggaraan berbagai jenis layanan bimbingan dan pendukung bimbingan dan konseling untuk mencapai hasil sebagaimana terkandung didalam masing- masing fungsi bimbingan dan konseling
18 1.4 Prinsip – Prinsip Bimbingan
Menurut Achmad Jundika Nurihsan (2014 : 9) bimbingan memerlukan beberapa prinsip yaitu :
a. Bimbingan adalah suatu proses membantu individu agar mereka
dapat membantu dirinya sendiri dan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.
b. Hendakya, bimbingan bertitik tolak ( berfokus ) pada individu yang
dibimbing.
c. Bimbingan diarahkan pada individu dan tiap individu memiliki
karakteristik tersendiri. Oleh karena itu, pemahaman keagamaan dan kemampuan individu yang dibimbing sangat diperlukan dalam pelaksanaan bimbingan.
d. Masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh tim pembimbing di
lingkungan lembaga pendidikan hendaknya diserahkan kepada ahli atau lembaga yang berwenang menyelesaikannya.
e. Bimbingan dimulai dengan identifikasi kebutuhan yang dirasakan
oleh individu yang akan dibimbing.
f. Bimbingan harus luwes dan fleksibel sesuai dengan kebutuhan
yang dirasakan oleh indiviidu yang akan dibimbing.
g. Progam bimbingan di lingkungan lembaga pendidikan tertentu
harus sesuai dengan program pendidikan pada lembaga yang bersangkutan.
h. Pelaksanaan proram bimbingan dikelola oleh orang yang memiliki
keahlian dalam bidang bimbingan, dapat bekerja sama dan menggunakan sumber – sumber yang relevan yang berada di dalam ataupun diluar lembaga penyelenggaraan pendidikan.
i. Pelaksanaan program bimbingan dievaluasi untuk mengetahui hasil
19
Sedangkan Menurut Prayitno dan Erman Amti ( 2015 : 218 - 220 ) prinsip bimbingan dan konseling yang berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan yaitu :
a. Prinsip-Prinsip Umum yaitu :
1) Karena bimbingan itu berhubungan dengan sikap dan
tingkah laku individu, perlulah diingat bahwa sikap dan tingkah laku individu itu terbentuk dari segala aspek kepribadian yang unik dan ruwet.
2) Perlu dikenal dan dipahami perbedaan individual daripada
individu-individu yang dibimbing, ialah untuk memberikan bimbingan yang tepat sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh individu yang bersangkutan.
3) Bimbingan harus berpusat pada individu yang dibimbing.
4) Masalah yang tidak dapat diselesaikan di sekolah harus diserahkan kepada individu atau lembaga yang mampu dan berwenang melakukannya.
5) Bimbingan harus dimulai dengan identifikasi kebutuhan - kebutuhan yang dirasakan oleh individu yang dibimbing.
6) Bimbingan harus fleksibel sesuai dengan kebutuhan
individu dan masyarakat.
7) Program bimbingan harus sesuai dengan program
pendidikan di sekolah yang bersangkutan.
8) Pelaksanaan program bimbingan harus dipimpin oleh
seorang petugas yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan dan sanggup bekerjasama dengan para pembantunya serta dapat dan bersedia mempergunakan sumber-sumber yang berguna diluar sekolah.
9) Terdapat program bimbingan harus senantiasa diadakan
20
dan manfaat yang diperoleh serta penyesuaian antara pelaksanaan dan rencana yang dirumuskan terdahulu b. Prinsip Prinsip Khusus yaitu :
1) Prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan, yaitu:
a) Bimbingan dan konseling melayani semua individu
tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, agama, dan status sosial ekonomi.
b) Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi
dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis.
c) Bimbingan dan konseling memperhatikan
sepenuhnya tahap dan berbagai aspek
perkembangan individu.
d) Bimbingan dan konseling memberikan perhatian
utama kepada perbedaan individual yang menjadi orientasi pokok pelayanannya.
2) Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan permasalahan
individu, yaitu:
a) Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal-hal
yang menyangkut pengaruh kondisi mental/ fisik individu terhadap penyesuaian dirinya di rumah, di sekolah serta dalam kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan, dan sebaliknya pengaruh lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu.
b) Kesenjangan sosial, ekonomi, dan kebudayaan
merupakan faktor timbulnya masalah pada individu dan kesemuanya menjadi perhatian utama pelayanan bimbingan.
21
3) Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program layanan,
yaitu:
a) Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral
dari pendidikan dan pengembangan individu; karena itu program bimbingan harus disesuaikan dan dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan peserta didik.
b) Program bimbingan dan konseling harus fleksibel,
disesuaikan dengan kebutuhan individu, masyarakat dan kondisi lembaga.
c) Program bimbingan dan konseling disusun secara
berkelanjutan dari jenjang pendidikan yang terendah sampai yang tertinggi. Terhadap isi dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling perlu adanya penilaian yang teratur dan terarah.
4) Prinsip yang berkenaan dengan pelaksanaan layanan, yaitu :
a) Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk
pengembangan individu yang ahirnya mampu
membimbing diri sendiri dalam menghadapi
permasalahan.
b) Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang
diambil dan hendak dilakukan oleh individu hendaknya atas kemauan individu itu sendiri, bukan karena kemauan atas desakan dari pembimbing atau pihak lain.
c) Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli
dalam bidang yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.
d) Kerjasama antara pembimbing, guru dan orangtua amat
22
e) Pengembangan program pelayanan bimbingan dan
konseling ditempuh melalui pemanfaatan yang
maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu yang terlihat dalam proses pelayanan dan program bimbingan dan konseling itu sendiri.
1.5 Asas – Asas Bimbingan
Pelayanan bimbingan adalah pekerjaan profesional. Dalam menyelenggarakan layanan bimbingan hendaknya selalu mengacu pada asas-asas bimbingan dan konseling, dan diterapkan sesuai dengan asas-asas bimbingan dan konseling. Asas-asas yang dimaksud adalah asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kekinian, kemandirian, kegiatan, kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan, keahlian (Prayitno dan Erman Amti, 2015: 223)
a. Asas Kerahasiaan.
Asas kerahasiaan ini menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan tentang peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaannya benar-benar terjamin.
b. Asas Kesukarelawanan
Jika asas kerahasiaan benar-benar sudah tertanam pada diri siswa atau klien, maka sangat dapat diharapkan bahwa mereka yang mengalami masalah akan dengan sukarela membawa masalahnya itu kepada pembimbing untuk meminta bimbingan.
c. Asas Keterbukaan
Bimbingan yang efisien hanya berlangsung dalam suasana keterbukaan. Baik klien maupun konselor harus
23
bersifat terbuka. Keterbukaan ini bukan hanya sekedar berarti “bersedia menerima saran-saran dari luar” tetapi dalam hal ini lebih penting dari masing-masing yang bersangkutan bersedia membuka diri untuk kepentingan pemecahan masalah yang dimaksud. Perlu diperhatikan bahwa keterbukaan hanya akan terjadi bila klien tidak lagi
mempersoalkan asas kerahasiaan yang semestinya
diterapkan oleh konselor. Untuk keterbukaan klien konselor harus terus menerus membina suasana hubungan konseling sedemikian rupa, sehingga klien yakin bahwa konselor juga bersikap terbuka dan yakin bahwa asas kerahasiaan memang terselenggarakan. Kesukarelaan klien tentu saja menjadi dasar bagi keterbukaannya.
d. Asas Kemandirian
Dalam memberikan layanan pembimbing hendaklah selalu menghidupkan kemandirian pada diri orang yang dibimbing, jangan sampai orang yang dibimbing itu menjadi tergantung kepada orang lain, khususnya para pembimbing/ konselor. Individu yang dibimbing setelah dibantu diharapkan dpat mandiri dengan ciri-ciri: Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya, menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis, mengambil keputusan dan untuk diri sendiri, mengarahkan diri sesuai dengan keputusan itu, dan mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi, minat, dan kemampuan yang dimiliki.
e. Asas Kegiatan
Usaha layanan bimbingan dan konseling akan memberikan buah yang tidak berarti, bila individu yang dibimbing tidak melakukan kegiatan dalam mencapai tujuan-tujuan bimbingan. Hasil-hasil usaha bimbingan tidak
24
tercipta dengan sendirinya tetapi harus diraih oleh individu yang bersangkutan. Para pemberi layanan bimbingan dan konseling hendaknya menimbulkan suasana individu yang dibimbing itu mampu menyelenggarakan kegiatan yang dimaksud.
f. Asas Kedinamisan
Upaya layanan bimbingan dan konseling
menghendaki terjadinya perubahan dalam individu yang dibimbing yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Perubahan tidaklah sekedar mengulang - ulang hal-hal lama yang bersifat monoton, melainkan perubahan yang selalu menuju ke suatu pembaruan, sesuatu yang lebih maju.
g. Asas Keterpaduan
Layanan bimbingan dan konseling memadukan berbagai aspek individu yang dibimbing, sebagaimana diketahui individu yang dibimbing itu memiliki berbagai segi kalau keadaanya tidak saling serasi dan terpadu justru akan menimbulkan masalah. Disamping keterpaduan dalam
diri individu yang dibimbing, juga diperhatikan
keterpaduan isi proses layanan yang diberikan jangan aspek layanan yang satu tidak serasi atau bahkan bertentangan dengan aspek layanan yang lain.
h. Asas Kenormatifan
Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, baik ditinjau dari norma agama, norma adat, norma hukum/negara, norma ilmu ataupun kebiasaan sehari-hari. Asas kenormatifan ini diterapkan terhadap isi maupun
proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling.
25
tidak menyimpang dari norma-norma yang dimaksudkan. Jika ada klien yang mengalami permasalahan karena melanggar norma, hendaknya layanan bimbingan dan konseling atau pembimbing mengarahkannya ke hal yang positif dan bersesuaian dengan norma.
i. Asas Keahlian
Usaha layanan bimbingan dan konseling secara teratur, sistematik dan dengan mempergunakan teknik serta alat yang memadai. Untuk itu para konselor perlu mendapatkan latihan secukupnya, sehingga dengan itu akan dapat dicapai keberhasilan usaha pemberian layanan Pelayanan bimbingan dan konseling adalah pelayanan profesional yang diselenggarakan oleh tenaga-tenaga ahli yang husus di didik untuk pekerjaan itu. Dan seorang konselor harus benar-benar menguasai teori dan praktik konseling secara baik.
2.1 Pengertian Pembimbing Kemasyarakatan
Pembimbing kemasyarakatan adalah pegawai/petugas pemasyarakatan pada balai pemasyarakatan yang ditunjuk dan/atau diangkat menjadi pembimbing kemasyarakatan serta dapat diberhentikan oleh Menteri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengaturnya. Pembimbing kemasyarakatan bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan kewajibannya kepada kepala balai pemasyarakatan. ( Menteri Kehakiman RI Nomor M.01- PK.04.10 Tahun 1998 )
Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak menyebutkan bahwa pembimbing kemasyarakatan adalah pejabat fungsional penegak hukum yang melaksanakan penelitian
26
terhadap anak, baik di dalam maupun di luar proses peradilan pidana. (Undang – Undang RI Nomor 11 Tahun 2012 )
Pembimbing kemasyarakatan ( PK ) yang biasa disebut Probation Officer, yaitu pekerja sosial dalam bidang kehakiman. Pembimbing Kemasyarakatan dapat dikatakan sebagai pekerja kehakiman sebab memiliki disiplin ilmu tentang kesejahteraan sosial atau social work disamping ilmu pengetahuan laiinya dalam usaha pelaksanaan bimbingan klien secara terpadu. ( Modul Pembimbing Kemasyarakat, 2012 : 18 ).
Menurut Sumarsono (2011 : 5) pembimbing kemasyarakatan, yang dulu disebut sebagai pekerja sosial kehakiman adalah pegawai yang salah satu tugasnya menyajikan data tentang diri klien, keluarga dan masyarakat, latar belakang, dan sebab-sebab mengapa seorang anak sampai melakukan pelanggaran hukum. Keterangan/data itu antara lain diperoleh melalui pendekatan/metode ilmu pekerja sosial. Menurut Marianti Soewandi ( 2014 : 27 ) Pembimbing Kemasyarakatan dapat dikatakan sebagai pekerja sosial dalam bidang kehakiman. Pembimbing kemasyarakatan yang disebut Probation, Parole, dan After Care Officer harus memiliki disiplin ilmu tentang pekerjaan sosial, di samping disiplin ilmu lainnya dalam usaha pelaksanaan bimbingan klien secara terpadu.
Dapat disimpulkan bahwa Pembimbing Kemasyarakatan adalah orang yang menjadi pekerja sosial yang berkerja dalam membimbing para Klien Pemasyarakatan yang akan dibina dan di bimbing dalam naungan Balai Pemasyarakatan (BAPAS). Pembimbing Kemasyarakatan akan melakukan penelitian kemasyarakatan (LITMAS) dalam langkah awal agar dapat mengetahui identitas dari klien yang akan mengajukan Bebas Bersyarat. Pembimbing kemasyarakatan juga akan melakukan survei ke lokasi tempat tinggal klien dan melakukan survei bagaimana kondisi keluarga, masyarakat jikalau klien mendapatkan Bebas Bersyarat. Lalu Pembimbing Kemasyarakatan akan membimbing klien yang berhasil mendapatkan
27
bebas bersyarat agar klien bisa kembali ke masyarakat, bisa mendapatkan pekerjaan setelah keluar dari penjara. Pembimbing Kemasyarakatan akan melakukan bimbingan kepada klien hingga klien benar – benar sudah selesai dalam melakukan bimbingan di Balai Pemasyarakatan (BAPAS).
Dalam Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M.01-PK.04.10 Tahun 1998 tentang Tugas, Kewajiban, dan Syarat-Syarat bagi Pembimbing Kemasyarakatan, seorang pembimbing kemasyarakatan mempunyai tugas antara lain:
a) menyusun laporan hasil penelitian kemasyarakatan yang
telah dilakukannya yang dikenal dengan nama laporan hasil penelitian kemasyarakatan (litmas).
b) mengikuti sidang tim pengamat pemasyarakatan guna
memberikan data, saran, dan pertimbangan atas hasil penelitian dan pengamatan yang telah dilakukannya.
c) mengikuti sidang pengadilan yang memeriksa perkara anak
nakal guna memberikan penjelasan, saran, dan
pertimbangan kepada hakim mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan anak nakal yang sedang diperiksa di pengadilan berdasarkan hasil penelitian kemasyarakatan yang telah dilakukannya.
d) melakukan pendampingan, pembimbingan, dan
pengawasan terhadap anak dalam proses Sistem Peradilan Anak.
e) Melaporkan setiap pelaksanaan tugas kepada kepala balai pemasyarakatan. ( Menteri Kehakiman RI Nomor M.01- PK.04.10 Tahun 1998 )
Seseorang yang bekerja dalam bidang tertentu sepatutnya memiliki pengetahuan dan kemampuan di bidangnya agar dapat menjalankan pekerjaannya secara profesional. Seorang pembimbing kemasyarakatan
28
dituntut memiliki pengetahuan tentang ilmu pekerjaan sosial dan ilmu pengetahuan lainnya, seperti psikologi, psikiatri, sosiologi, kriminologi, ilmu pemasyarakatan, dan ilmu hukum, khususnya hukum pidana.
Sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M.01-PK.04.10 Tahun 1998 tentang Tugas, Kewajiban, dan Syarat-Syarat bagi Pembimbing Kemasyarakatan Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, dan Pasal 7 adalah sebagai berikut:
Pasal 4
Syarat-syarat yang harus dipenuhi petugas kehakiman agar dapat diangkat menjadi pembimbing kemasyarakatan ialah:
a. pegawai negeri sipil yang berpendidikan serendah-rendahnya
lulusan:
1. sekolah menengah kejuruan bidang pekerjaan sosial.
Pendidikan yang ditempuh selama 4 (empat) tahun, diajarkan tentang membuat sistem pelaporan, salah satunya “riwayat sosial” yang dikembangkan menjadi Laporan Penelitian Kemasyarakatan.
2. sekolah menengah umum atau kejuruan lainnya.
b. telah berpengalaman kerja sebagai pembantu pembimbing
kemasyarakatan bagi lulusan:
1. sekolah menengah kejuruan bidang pekerjaan sosial
berpengalaman sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun.
2. sekolah menengah umum atau kejuruan lainnya
berpengalaman sekurang- kurangnya 3 (tiga) tahun.
3. sehat jasmani dan rohani.
4. pangkat serendah-rendahnya Pengatur Muda
(Golongan/Ruang II/a).
5. telah mengikuti Pelatihan Teknis Pembimbing
29
6. mempunyai minat, perhatian, dan dedikasi di bidang
kesejahteraan sosial. Pasal 5
1. Pembimbing kemasyarakatan diangkat dan diberhentikan oleh
Menteri Kehakiman Republik Indonesia.
2. Pengangkatan dan pemberhentian pembimbing kemasyarakatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan atas nama Menteri Kehakiman Republik Indonesia.
Pasal 6
Pengangkatan dan pemberhentian pembimbing kemasyarakatan dilakukan atas usul kepala bapas melalui kepala kantor wilayah Departemen Kehakiman setempat.
Pasal 7
1. Pembimbing kemasyarakatan diberhentikan dengan hormat
karena: a. Mencapai usia pensiun. B. Permintaan sendiri. C. Keadaan badan atau kesehatan jiwanya tidak lagi mampu menjalankan tugasnya setelah dinyatakan oleh tim pemeriksa kesehatan yang berwenang. D. Tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik; dan e. Meninggal dunia.
2. Pembimbing kemasyarakatan diberhentikan dengan tidak
hormat karena: a. Melakukan perbuatan tercela. B. Melakukan pelanggaran terhadap tugas dan kewajiban.
30
2.2 TugasPembimbing Kemasyarakatan
Dalam Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M.01-PK.04.10 Tahun 1998 tentang Tugas, Kewajiban, dan Syarat-Syarat bagi Pembimbing Kemasyarakatan dijelaskan bahwa tugas pembimbing kemasyarakatan adalah sebagai berikut :
a. Melakukan penelitian kemasyarakatan untuk :
1. membantu tugas penyidik, penuntut umum, dan hakim
dalam perkara anak nakal, Pembimbing kemasyarakatan bukan lagi hanya sebagai pembantu, tetapi statusnya sama-sama sebagai penegak hukum yang masing-masing mempunyai tugas khusus.
2. menentukan program pembinaan narapidana di lapas
dan anak didik pemasyarakatan di lapas anak.
3. menentukan program perawatan tahanan di rutan.
4. menentukan program bimbingan atau bimbingan
tambahan bagi klien pemasyarakatan.
b. melaksanakan bimbingan kemasyarakatan dan bimbingan kerja
bagi klien pemasyarakatan.
c. memberikan pelayanan terhadap instansi lain dan masyarakat
yang meminta data atau hasil penelitian kemasyarakatan klien tertentu.
d. Mengoordinasikan pembimbing kemasyarakatan dan pekerja
sukarela yang melaksanakan tugas pembimbingan.
e. melaksanakan pengawasan terhadap terpidana anak yang
dijatuhi pidana pengawasan, anak didik pemasyarakatan yang diserahkan kepada orang tua, wali atau orang tua asuh dan orang tua, wali, dan orang tua asuh yang diberi tugas pembimbingan.
31
Dalam Pasal 65 Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, yang belum lama disahkan juga disebutkan bahwa Pembimbing kemasyarakatan bertugas:
a. membuat laporan hasil penelitian kemasyarakatan untuk
kepentingan diversi, melakukan pendampingan,
pembimbingan, dan pengawasan terhadap anak selama proses diversi dan pelaksanaan kesepakatan, termasuk melaporkannya kepada pengadilan apabila diversi tidak dilaksanakan.
b. membuat laporan hasil penelitian kemasyarakatan untuk
kepentingan penyidikan, penuntutan, dan persidangan dalam perkara anak, baik di dalam maupun di luar sidang, termasuk di dalam LPAS dan LPKA.
c. menentukan program perawatan anak di LPAS dan pembinaan
anak di LPKA bersama dengan petugas pemasyarakatan lainnya.
d. melakukan pendampingan, pembimbingan, dan pengawasan
terhadap anak yang berdasarkan putusan pengadilan dijatuhi pidana atau dikenai tindakan.
e. melakukan pendampingan, pembimbingan, dan pengawasan
terhadap Anak yang memperoleh asimilasi, pembebasan bersyarat, cuti menjelang bebas, dan cuti bersyarat.
2.3.Fungsi Pembimbing Kemasyarakatan
Fungsi pembimbing kemasyarakatan dalam melaksanakan program
bimbingan terhadap klien adalah untuk (modul Pembimbing
Kemasyarakatan, 2012 : 20 ) :
a) menyadarkan klien untuk tidak melakukan kembali
32
b) menasihati klien untuk selalu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang positif/baik.
c) menghubungi dan melakukan kerja sama dengan pihak
ketiga/pihak tertentu dalam menyalurkan bakat dan minat klien sebagai tenaga kerja, untuk kesejahteraan masa depan ari klien tersebut.
Secara rinci fungsi pembimbing kemasyarakatan adalah sebagai berikut:
a) melaksanakan pelayanan penelitian kemasyarakatan tahanan
(untuk menentukan pelayanan dan perawatan) dan narapidana (menentukan program pembinaan) yang menghasilkan laporan hasil penelitian kemasyarakatan yang digunakan untuk kepentingan penyidikan, penuntutan, dan persidangan dalam perkara anak. Dalam Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak disebutkan bahwa laporan hasil penelitian kemasyarakatan dapat digunakan untuk kepentingan diversi.
b) melakukan registrasi klien pemasyarakatan.
c) melakukan pengawasan, pembimbingan, dan pendampingan
bagi klien pemasyarakatan/anak yang berdasarkan putusan pengadilan dijatuhi pidana atau dikenai tindakan.
d) mengikuti sidang anak di pengadilan negeri dan sidang tim pengamat pemasyarakatan (TPP).
e) melaksanakan pencegahan terhadap timbul dan
berkembangnya masalah yang mungkin akan terjadi kembali,
melaksanakan pengembangan kemampuan individu,
kelompok, dan masyarakat dalam meningkatkan taraf klien dan mendayagunakan berbagai potensi dan sumber.
33
f) memberikan dukungan terhadap profesi dan sektor lain guna
peningkatan kualitas pelayanan terhadap klien
pemasyarakatan.
g) membantu klien memperkuat motivasi; posisi klien sebagai
narapidana memerlukan seseorang yang dapat membangkitkan semangat klien agar tetap memiliki motivasi kuat dalam menjalani kehidupan.
h) memberikan kesempatan kepada klien untuk menyalurkan
perasaannya; klien membutuhkan seorang teman sebagai tempat menyalurkan perasaan, hal tersebut akan meringankan beban yang dirasakan klien.
i) memberikan informasi kepada klien; dalam menjalani masa
pidananya klien sangat membutuhkan informasi dari luar yang mungkin sangat jarang dia dapatkan, peran pembimbing
kemasyarakatan diharapkan dapat menjadi sumber
informasi/media bagi klien.
j) membantu klien untuk membuat keputusan; posisi klien
membutuhkan seorang yang dapat membantu ketika klien akan mengambil keputusan.
k) membantu klien merumuskan situasinya; seorang narapidana
membutuhkan seseorang yang mampu menjelaskan situasi dirinya secara utuh.
l) membantu klien mengorganisasikan pola perilaku.
34 C. Klien Pemasyarakatan
1. Pengertian Klien Pemasyarakatan
Menurut Marianti Soewandi (2014 : 25) Klien Pemasyarakatan adalah seseorang yang berada dalam bimbingan BAPAS. Yaitu seseorang pelanggar hukum yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap yang dibimbing oleh pembimbing kemasyarakatan ( PK ) pada BAPAS, termasuk seseorang yang baru dalam pembuatan penelitian masyarakat (Litmas). Litmas ini dibuat atas permintaan Kalapas, Hakim, dan instansi lain untuk kepentingan klien yang bersangkutan tetap dalam keluarga sendiri. Menurut ( Undang – Undang Nomer 12 Tahun 1995 ) Klien Pemasyarakatan adalah seseorang yang berada di dalam bimbingan dan binaan Balai Pemasyarakatan (BAPAS), klien ini akan dibimbing dan di bina oleh pembimbing kemasyarakatan baik dalam hal bimbingan sosial, bimbingan karir, agar dapat kembali dan diterima oleh masyarakat dimana dia tinggal.
Klien Pemasyarakatan itu sendiri yaitu seseorang yang sudah mengajukan Bebas Bersyarat, Cuti Bersyarat, Atau Cuti menjelang Bebas dan berada dalam bimbingan Balai Pemasyarakatan. Mereka akan dibimbing dalam naungan Balai Pemasyarakatan agar bisa kembali bersosialisasi ke dalam masyarakat tempat tinggal mereka, Klien Pemasyarakatan akan dibimbing dalam bidang pekerjaan, rohani, sosial masyarakat dalam bentuk bimbingan individu ataupun kelompok hingga massa bimbingan mereka selesai, hingga mereka bisa seutuhnya kembali kepada masyarakat dengan tidak mengulangi perbuatan pelanggaran hukum dan menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Klien Pemasyarakan biasanya akan kesulitan dalam mencari pekerjaan, kesulitan dalam bermasyarat, karena itu bimbingan dari Pembimbing Kemasyarakatan ini sangat penting dalam membantu
35
klien agar bisa menjalani hidupnya seperti semula dan tanpa mengulangi perbuatan yang melanggar hukum.
Seperti pada ayat Al-qur‟an surat Al-ra‟du ayat 11 :
ْيِه ُهًَىُظَف ْحَي ِهِفْلَخ ْيِهَو ِهْيَدَي ِيْيَب ْيِه ٌتاَبِّقَعُه ُهَل
ُسِّيَغُي َلا َ َّاللَّ َّىِإ ۗ ِ َّاللَّ ِسْهَأ
اَهَو ۚ ُهَل َّدَسَه َلََف اًءىُس ٍمْىَقِب ُ َّاللَّ َداَزَأ اَذِإَو ۗ ْنِهِسُفًَْأِب اَه اوُسِّيَغُي ٰىَّتَح ٍمْىَقِب اَه
ٍلاَو ْيِه ِهًِوُد ْيِه ْنُهَل
Yang artinya : “bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”Ayat ini menerangkan bahwa pada tiap manusia baik yang bersembunyi ataupun yang nampak ada malaikat yang terus menerus bergantian memelihara dari kemudharatan dan memperhatikan gerak gerik setiap manusia, sebagaimana berganti-ganti pula malaikat yang lain yang mencatat segala amalannya, baik maupun buruk. Ada malaikat malam dan ada malaikat siang, satu berada disebelah kiri yang mencatat segala amal kejahatan dan satu disebelah kanan yang mencatat segala amal kebajikan, dan dua malaikat bertugas memelihara dan mengawasi manusia. Allah tidak akan mengubah apa yang ada pada suatu kaum berupa nikmat dan kesehatan, lalu mencabutnya dari mereka sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri. Allah juga menyuruh kita (umat-Nya) untuk mengubah suatu kedzaliman karena jika kita tidak merubahnya, maka Allah akan memperluas siksaannya, sedangkan Allah menciptakan manusia di bumi ini untuk menjadi penguasa (khalifah) yang bertugas
36
memakmurkan dan memanfaatkan segala isinya dengan baik bukan untuk merusaknya. (http://sultonimubin.blogspot.com/2012/11/ar-rad-ayat-11-20-dan-terjemah.html. Diunduh Pada 15 Juli 2018. Pukul 20.00 WIB).
2. Jenis – Jenis Klien Pemasyarakatan
Menurut Marianti Soewandi (2014 : 29) Klien pemasyarakatan yang menjadi tanggung jawab BAPAS terdiri dari macam – macam klien yang masing – masing berbeda status yaitu :
a. Klien yang berasal langsung dari Pengadian Negeri.
1). Anak yang diputus dikembalikan kepada orang tua atau walinya.
2). Anak yang diserahkan kepada Departemen Sosial atau Organisasi.
3). Terpidana pengawasan Dewasa dan Anak. 4). Terpidana bersyarat dewasa dan anak. 5). Pidana denda.
6). Wajib mengikuti latihan kerja sebagai pengganti denda.
b. Klien yang berasal dari LAPAS.
1). Pembebasan bersyarat Narapidana Dewasa, Anak, dan Anak Negara.
2). Anak Asuh.
3). Anak Sipil yang bebas sebelum habis masa pendidikan 4). Cuti Menjelang Bebas untuk narapidana Anak, Dewasa, Anak Negara.
5). Cuti sekolah bagi Anak Negara dan Anak Sipil.
6). Bimbingan Kerja bagi narapidana Anak, Dewasa, dan Anak Sipil.
37
3. Tujuan Bimbingan Klien Pemasyarakatan
Untuk membimbing klien tidak lepas dari undang – undang pemasyarakatan tentang sistem pemasyarakatan yang bertujuan untuk membentuk warga binaan pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahannya, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana, sehingga dapat diterima kembali dilingkungan masyarakat, dapat berperan aktif dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggungjawab.
Bimbingan klien dalam daya upaya yang bertujuan untuk memperbaiki klien dengan maksud secara langsung dapat menghindari diri atas terjadinya pengulangan tingkah laku atau perbuatan yang melanggar norma atau hukum yang berlaku. Bimbingan yang diberikan harus mendorong dan memantapkan hasrat klien untuk sembuh dan memiliki kedudukan sosial serta dapat melaksanakan peran sosial secara wajar dalam masyarakat.
Bimbingan klien pemasyarakatan bertujuan akan kesadaran dan tanggungjawab klien terhadap diri sendiri dan lingkungan masyarakat. Tujuan akhirnya adalah aman, tertib, dan stabilitas nasional, adil dan makmur. (Marianti Soewandi 2014 : 30)
38 D. Bebas Bersyarat
1. Pengertian Pembebasan Bersyarat
Pembebasan bersyarat adalah proses pembinaan narapidana di luar Lembaga Pemasyarakatan setelah menjalani sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) masa pidananya dengan ketentuan 2/3 (dua per tiga) masa pidana tersebut minimal 9 (sembilan) bulan. Pembebasan bersyarat tersebut merupakan bagian dari fungsi Lembaga Pemasyarakatan, yang merupakan salah satu dari bagian sistem peradilan pidana Indonesia, yaitu Kepolisian, Kejaksaan, dan Pengadilan. (Petrus Irwan Panjaitan, 2008 : 30)
Pembebasan Bersyarat atau PB adalah suatu proses pembinaan narapidana di luar Lembaga Pemasyarakatan yang dilaksanakan berdasarkan Pasal 15 dan Pasal 16 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana serta Pasal 14, Pasal 22 dan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, pembebasan bersyarat diberikan sebagai proses pembinaan kepada narapidana di luar Lapas/Rutan setelah menjalani sekurang-kurangnya 2/3 masa pidananya minimal 9 bulan.Pembebasan Bersyarat diatur berdasarkan kebijakan pemerintah dalam implementasi sistem pembinaan diluar Lapas atau Rutan untuk menangani masalah over kapasitas. (Anonymous, diunduh pada 24 juni 2018, Pukul 19.00 WIB)
Pada Pasal 15 KUHP yang diubah dengan Stb 1926-251 jo 486, yang merupakan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang berlaku hingga sekarang, pelepasan bersyarat dapat diberikan kepada terpidana yang telah menjalani 2/3 (dua per tiga) dari lamanya pidana penjara yang dijatuhkan kepadanya, yang sekurang - kurangnya harus 9 (sembilan) bulan, dimana ketentuan ini juga berlaku pada saat istilah pembebasan bersyarat digunakan.
Terdapat pengaturan mengenai bimbingan dan pembinaan dalam ketentuan pembebasan bersyarat, yaitu dalam Undang - UndangNomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, yang menyatakan bahwa terpidana yang
39
menjalani pembebasan bersyarat wajib mengikuti bimbingan yang diberikan oleh Balai Pemasyarakatan (BAPAS).
pengawasan terhadap narapidana yang sedang menjalankan
pembebasan bersyarat dilakukan oleh Kejaksaan Negeri dan BAPAS. Pengawasan tersebut dimaksudkan untuk tetap memonitor segala perbuatan narapidana dalam menjalani cuti yang diberikan. Apabila nantinya dalam pelaksanaan bebas bersyarat terdapat narapidana ternyata hidup secara tidak teratur, bermalas-malasan berkerja, bergaul dengan residivis, mengulangi tindak pidana, menimbulkan keresahan dan melanggar ketentuan mengenai pelaksanaan pembebasan bersyarat maka pembebasan yang di berikan dicabut kembali. (Petrus Irwan Panjaitan, 2008 : 32)
2. Dasar Hukum Pembebasan Bersyarat
Dasar hukum yang utama mengenai pembebasan bersyarat adalah
tertuang dalam Pasal 15 KUHP, disamping itu terdapat pula aturan
pelaksanaan yang lain dalam berbagai bentuk peraturan perundang -
undangan. Dalam Pasal 15 KUHP tersebut terdapat syarat - syarat untuk
mendapatkan pembebasan bersyarat ( Peraturan Perundang – Undangan Pasal 15 KUHP) yaitu :
Pasal 15 KUHP :
1. Jika terpidana telah menjalani dua pertiga dari lamanya pidana penjara
yang dijatuhkan kepadanya, sekurang-kurangnya harus sembilan bulan, maka ia dapat dikenakan pelepasan bersyarat. Jika terpidana harus menjalani beberapa pidana berturut- turut, pidana itu dianggap sebagai satu pidana.
2. Ketika memberikan pelepasan bersyarat, ditentukan pula suatu masa
percobaan, serta ditetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi selama masa percobaan.
40
3. Masa percobaan itu lamanya sama dengan sisa waktu pidana penjara yang belum dijalani, ditambah satu tahun. Jika terpidana ada dalam tahanan yang sah, maka waktu itu tidak termasuk masa percobaan Pasal 15a KUHP :
1. Pelepasan bersyarat diberikan dengan syarat umum bahwa terpidana
tidak akan melakukan tindak pidana dan perbuatan lain yang tidak baik.
2. Selain itu, juga boleh ditambahkan syarat-syarat khusus mengenai
kelakuan terpidana, asal saja tidak mengurangi kemerdekaan beragama dan kemerdekaan berpolitik.
3. Agar supaya syarat-syarat dipenuhi, dapat diadakan pengawasan
khusus yang semata- mata harus bertujuan memberi bantuan kepada terpidana.
4. Selama masa percobaan, syarat-syarat dapat diubah atau di hapus atau
dapat diadakan syarat-syarat khusus baru; begitu juga dapat diadakan pengawasan khusus. Pengawasan khusus itu dapat diserahkan kepada orang lain daripada orang yang semula diserahi..
5. Orang yang mendapat pelepasan bersyarat diberi surat pas yang
memuat syarat-syarat yang harus dipenuhinya. Jika hal-hal yang tersebut dalam ayat di atas dijalankan, maka orang itu diberi surat pas baru.
Pasal 15b KUHP :
1. Jika orang yang diberi pelepasan bersyarat selama masa percobaan
melakukan hal-hal yang melanggar syarat-syarat tersebut dalam surat pasnya, maka pelepasan bersyarat dapat dicabut. Jika ada sangkaan keras bahwa hal-hal di atas dilakukan, Menteri Kehakiman dapat menghentikan pelepasan bersyarat tersebut untuk sementara waktu.
2. Waktu selama terpidasna dilepaskan bersyarat sampai menjalani
41
3. Jika tiga bulan setelah masa percobaan habis, pelepasan bersyarat tidak
dapat dicabut kembali, kecuali jika sebelum waktu tiga bulan lewat, terpidana dituntut karena melakukan tindak pidana pada masa percobaan, dan tuntutan berakhir dengan putusan pidana yang menjadi tetap. Pelepasan bersyarat masih dapat dicabut dalam waktu tiga bulan bersyarat masih dapat dicabut dalam waktu tiga bulan setelah putusan menjadi tetap berdasarkan pertimbangan bahwa terpidana melakukan tindak pidana selama masa percobaan.
E. Balai Pemasyarakatan (BAPAS) 1. Pengertian Balai Pemasyarakatan
Menurut pasal 1 ayat 4 Undang – Undang Nomor 12 tahun 1995
tentang pemasyarakatan memberikan pengertian bahwa Balai
Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut BAPAS adalah pranata untuk melaksanakan bimbingan klien pemasyarakatan. Pengertian klien pemasyarakatan sendiri ialah seseorang yang berada dalam bimbingan BAPAS. ( Undang – Undang No 12 Tahun 1995 )
Menurut Purnianti,Mimik Sri Supatmi, dan Ni Made Martini Tinduk (2004: 8) Balai Pemasyarakatan adalah unit pelaksana teknis pemasyarakatan yang mengenai pembinaan klien pemasyarakatan yang terdiri dari terpidana bersyarat (Dewasa dan Anak), narapidana yang mendapat pembebasan bersyarat, cuti menjelang bebas, serta anak Negara yang mendapat pembebasan bersyarat atau diserahkan kepada keluarga asuh, anak Negara yang mendapat cuti menjelang bebas serta anak Negara yang diputus oleh Hakim dikembalikan kepada orang tuanya
Balai Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut BAPAS awalnya disebut dengan Balai Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak (BISPA) yang merupakan dari hasil unit pelaksana teknis di bidang bimbingan klien pemasyarakatan. Bimbingan Kemasyarakatan bagian dari
42
sistem pemasyarakatan yang merupakan bagian tata peradilan pidana dengan aspek hukum berdasarkan pancasila.
Pembimbingan yang dilakukan oleh BAPAS merupakan bagian dari suatu Sistem Pemasyarakatan yang diselenggarakan dalam rangka membentuk warga binaan pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab ( Pasal 2 Undang – Undang No 12 Tahun 1995 )
Adanya sistem pemasyarakatan Balai Bimbingan dan Pengentasan Anak (BISPA) menjadi bagian dari sistem pembinaan tuna warga, tugasnya mencakup segala macam bentuk pembinaan bagi warga tuna warga, termasuk anak nakal yang dianggap membahayakan oleh masyarakat.
Balai Bimbingan Masyarakat dan Pengentasan Anak (BISPA) berdasarkan surat keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.01.PR.07.03 tahun 1997 berubah menjadi Balai Pemasyarakatan (BAPAS). Namun yang berubah hanya namanya saja, sedangkan dalam hal tata kerja dan organisasi tetap sama seperti organisasi Balai BISPA. Dengan demikian mulai 12 febuari 1997 nama Balai BISPA diganti dengan Balai Pemasyarakatan (BAPAS).
2. Sejarah Singkat Balai Pemasyarakatan (BAPAS).
Balai Pemasyarakatan yang disingkat BAPAS pada awalnya disebut dengan Balai Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak (Balai BISPA) yang merupakan unit pelaksana teknis di bidang bimbingan klien kemasyarakatan. Bimbingan kemasyarakatan adalah bagian dari sistem pemasyarakatan yang merupakan bagian dari tata peradilan pidana yang mengandung aspek penegakan hukum berdasarkan pada Pancasila. Sistem
43
pemasyarakatan ini merupakan pembaharuan dari sistem kepenjaraan yang baku pada tanggal 27 April 1964 Lahirnya sistem pemasyarakatan tersebut, kemudian terbentuk unit pelaksana teknis bidang Balai Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak (BISPA) pada tahun 1966 dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Presiden Kabinet tanggal 3 Nopember 1966 Nomor 75/4/Kep/1966. Oleh karena Balai Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak (BISPA) menjadi bagian dari sistem pembinaan tuna warga, maka tugasnya mencakup segala macam bentuk pembinaan bagi tuna warga, termasuk anak nakal yang dianggap membahayakan masyarakat. ( Purnianti, Mimik Sri Supatmi, Ni Made Martini Tinduk, 2004 : 10 )
Lahirnya sistem pemasyarakatan tersebut, kemudian terbentuk unit pelaksana teknis bidang Balai Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak (BISPA) pada tahun 1966 dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Presiden Kabinet tanggal 3 Nopember 1966 Nomor 75/4/Kep/1966. Oleh karena Balai Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak (BISPA) menjadi bagian dari sistem pembinaan tuna warga, maka tugasnya mencakup segala macam bentuk pembinaan bagi tuna warga, termasuk anak nakal yang dianggap membahayakan masyarakat.
3. Tugas dan Fungsi Balai Pemasyarakatan
Balai Pemasyarakatan (BAPAS) mempunyai tugas untuk memberikan bimbingan kemasyarakatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. „Tugas dari BAPAS salah satunya adalah membantu memperlancar tugas penyidik, penuntut umum, dan hakim dalam perkara anak nakal, baik di dalam maupun di luar sidang Anak dengan membuat Laporan Hasil Penelitian Kemasyarakatan (Litmas).
Berdasarkan (Pasal 34 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997) tentang Pengadilan Anak, tugas pokok Balai Pemasyarakatan adalah:
44
a. Membantu memperlancar tugas penyidik, penuntut umum, dan
hakim dalam perkara anak nakal, baik di dalam maupun di luar sidang anak dengan membuat laporan hasil penelitian kemasyarakatan.
b. Membimbing, membantu, dan mengawasi anak nakal yang
berdasar putusan hakim dijatuhi pidana bersyarat, pidana pengawasan, pidana denda diserahkan kepada negara dan harus mengikuti latihan kerja atau anak yang memperoleh pembebasan bersyarat dari lembaga pemasyarakatan.
Untuk melaksanakan tugas tersebut, Balai Pemasyarakatan mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Melaksanakan penelitian kemasyarakatan untuk sidang
pengadilan anak maupun untuk pembinaan dalam Lapas (asismilasi, cuti menjelang bebas dan pembebasan bersyarat).
b. Melakukan registrasi klien pemasyarakatan.
c. Melakukan bimbingan kemasyarakatan dan pengentasan anak.
d. Mengikuti sidang peradilan di pengadilan negeri dan sidang
TPP (Tim Pengamat Pemasyarakatan) di lembaga
pemasyarakatan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
e. Memberikan bantuan bimbingan kepada bekas narapidana,
anak negara dan klien pemasyarakatan yang memerlukan.