• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi Level Substitusi Sargassum sp. dalam Ransum Terhadap Nilai Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Ternak Kelinci New Zealand White

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Korelasi Level Substitusi Sargassum sp. dalam Ransum Terhadap Nilai Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Ternak Kelinci New Zealand White"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional Dalam Rangka Dies Natalis UNS Ke 43 Tahun 2019

“Sumber Daya Pertanian Berkelanjutan dalam Mendukung Ketahanan dan Keamanan Pangan Indonesia pada Era Revolusi Industri 4.0”

Korelasi Level Substitusi Sargassum sp. dalam Ransum Terhadap Nilai Kecernaan

Bahan Kering dan Bahan Organik Ternak Kelinci New Zealand White

Muhammad Nasrudin, Sri Mukodiningsih dan Sutaryo

Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Jl. Prof. H. Soedarto, S. H.–Tembalang

Semarang, Indonesia 50275 E-mail : sutaryoundip@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengkajii korelasi substitusi rumput laut jenis Sargassum Sp. dalam ransum terhadap nilai kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik yang diberikan kepada ternak kelinci. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 8 ulangan. Perlakuan yang diberikan yaitu T1 (ransum kontrol tanpa substitusi rumput laut), T2 (pakan kontrol disubstitusi dengan 4% rumput laut), dan T3 (Pakan kontrol disubstitusi dengan 8% rumput laut). Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 24 ekor kelinci dengan umur 3 bulan dengan bobot awal rata-rata 1,736 ± 50,2kg. Pakan dan feses yang dikumpulkan selama total koleksi kemudian di oven dan di tanur untuk mengetahui kadar Bahan Kering dan Bahan Organik. Parameter yang diamati yaitu Korelasi Protein dalam ransum terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik serta Korelasi Pemberian level Sargassum yang bebeda terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik. Hasil dari analisis menunjukkan korelasi protein ransum dengan kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik sebesar -0,07 dan 0,14 serta tidak menunjukan pengaruh yang nyata (p>0,05), sedangkan korelasi level substitusi Sargassum Sp. terhadap tingkat Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik menunjukan nilai 0.06 dan -0.15 dan tidak menunjukan adanya pengaruh yang nyata (p>0,05). Hasil dari penelitian ini yaitu kadar Protein Kasar dalam ransum serta level substitusi Sargassum Sp. yang berbeda menunjukan hasil hubungan yang sangat lemah terhadap kecernaan bahan kering dan tidak berpengaruh nyata terhadap kecernaan bahan organik. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa substitusi Sargassum Sp. dalam ransum dengan level yang berbeda tidak mempengaruhi hubungan kecernaan bahan kering dan bahan organik serta tidak mempengaruhi nilai korelasi protein dalam ransum terhadap kecernaan bahan keirng dan bahan organik.

Kata kunci: Sargassum Sp., Korelasi, Substitusi, Kecernaan Bahan Kering, Kecernaan Bahan Organik

Pendahuluan

Pakan merupakan faktor terpenting dalam suatu usaha peternakan. Pakan ternak yang baik mengandung berbagai macam kandungan nutrisi, dibuat berdasarkan kebutuhan pemeliharaan dan kebutuhan fisiologis ternak. Pakan ternak dapat berasal dari hijauan seperti rerumputan dan

(2)

dapat terjadi kelangkaan di musim – musim tertentu sehingga ketersediaannya dapat berkurang (Sulistyawati dan Haris, 2012).

Peningkatan industri peternakan yang sangat pesat berimbas pada peningkatan kebutuhan pakan ternak. Dalam keadaan ini terjadi persaingan terhadap kebutuhan bahan pakan seperti jagung, dedak padi, dedak gandum dan lain semacamnya hingga menyebabkan terjadinya kelangkaan bahan pakan yang menimbulkan kenaikan nilai ekonomi pakan. Perusahaan peternakan membutuhkan pakan dengan harga yang murah agar mendapatkan produk hasil ternak yang dapat terjangkau oleh seluruh masyarakat, maka dari itu perlu adanya sumber bahan pakan alternatif yang dapat mengurangi persaingan serta menjaga kestabilitasan harga pakan (Natsir dkk, 2017).

Rumput laut merupakan tanaman laut yang populasinya sangat banyak dan banyak ragam jenisnya. Salah satu rumput laut yang dapat tumbuh dengan subur salah satunya adalah Sargassum Sp. yang tumbuh dekat dengan pesisir pantai. Jenis tanaman ini masih belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat maupun peternak sebagai bahan pakan. Sargassum Sp. merupakan bahan pakan yang kaya akan mineral dan juga sebagai sumber serat kasar yang tinggi (Handayani dan Setyawan, 2004).

Kecernaan merupakan hal yang penting bagi pertubuhan ternak, hal ini dikarenakan dengan kecernaan pakan yang tinggi diharapkan nutrient dalam bahan pakan dapat diserap keseluruhan oleh tubuh. Faktor yang dapat mempengaruhi kecernaan bahan kering dan bahan organik diantaranya yaitu adalah serat kasar. Serat kasar diketahui dapat meningkatkan gerak peristaltik organ sehingga proses pencernaan zat – zat dalam bahan pakan berjalan dengan baik (Nurdiyanto dkk, 2015).

Penggunaan rumput laut Sargassum Sp. dalam pakan kelinci belum banyak digunakan untuk mengetahui kecernaan bahan kering dan bahan organik, sehingga perlu ada dilakukannya penelitian mengenai pemanfaatan Sargassum Sp. dalam ransum ternak untuk diketahui pengaruhnya terhadap kecernaan bahan kering maupun bahan organik. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kecernaan bahan kering, bahan organik serta tingkat konsumsi bahan pakan dengan menggunakan ransum yang mengandung rumput laut jenis Sargassum Sp..

Metodologi

Materi yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini yaitu 24 Ekor kelinci dengan strain New Zealand White berumur 3 bulan yang dibagi menjadi 3 perlakuan dengan 8 kali ulangan dengan jenis kelamin jantan dan betina dengan ratio masing–masing perlakuan yaitu sebanyak 4:4. Peralatan yang digunakan yaitu kandang kelinci dengan jenis invidu berukuran 60 x 40 x 40 cm, tempat penampungan feses untuk menampung feses saat total koleksi, timbangan digital untuk

(3)

menimbang dalam pembuatan ransum, bobot badan dan jumlah feses, Pelleter untuk membuat pellet, Oven untuk mengetahui bahan kering, Tanur untuk mengetahui jumlah bahan organik, Crushible Porselein sebagai wadah untuk pengovenan dan penanuran.

Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 8 ulangan. Perlakuan yang digunakan yaitu ransum kontrol (T0) Sargassum 0%, dan ransum perlakuan (T1) Sargassum 4% dan (T2) Sargassum 8%. Pemberian air dilakukan secara Ad libitum.

Prosedur Penelitian

Penelitian terdiri dari 4 tahap yaitu tahap persiapan, tahap adaptasi, tahap perlakuan dan tahap pengambilan data parameter yang diamati..

Tahap persiapan yaitu dengan melakukan pengumpulan bahan pakan dan analisis kandungan nutrisi bahan pakan. Rumput laut Sargassum Sp. didapat dengan dari pesisir pantai Bandengan, Jepara lalu dikeringkan dan dihaluskan menggunakan Grinder. Setelah melakukan analisis bahan pakan kemudian penyusunan ransum untuk kelinci dengan 3 perlakuan dan dilakukan pembuatan pellet. Tahap adaptasi dilakukan selama 10 hari dengan memberikan 3 ransum perlakuan terhadap 3 perlakuan kelinci dengan jumlah pemberian konsumsi sebanyak 130 gram/ekor/hari. Kemudian dilanjutkan dengan tahap pemeliharaan yang dilakukan selama 10 minggu dengan menggunakanpakan perlakuan dengan pemberian konsumsi sebanyak 130 gram/ekor/hari dan pemberian air secara Ad libitum, selama tahap pemeliharaan dilakukan pengambilan data konsumsi.

Analisis Kecernaan Bahan Kering (KcBK) dan Kecernaan Bahan Organik (KcBO) dilakukan secara In Vivo yang dilakukan dengan total koleksi pada minggu ke – 9 dan ke – 10 bertujuan untuk mengetahui KcBK dan KcBO dari pakan yang diberikan.

Parameter yang diamati pada penelitian ini yaitu Korelasi antara Protein kasar dalam Ransum dengan Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik serta korelasi antara level substitusi Sargassum Sp. yang berbeda terhadap Ransum Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik. Hasil dan Pembahasan

Kecernaan Bahan Kering

Hasil penelitian penggunaan rumput laut dengan level yang bebeda dalam ransum terhadap Kecernaan Bahan Kering dan bahan organik disajikan dalam Gambar 1 dan Gambar 2.

(4)

Gambar 1. Korelasi Protein Ransum Dengan Kecernaan Bahan Kering

Gambar 2. Korelasi Level Sargassum sp Dengan Kecernaan Bahan Keing

Berdasarkan data kecernaan pada gambar 1. dapat diketahui bahwa hasil analisis korelasi antara protein kasar (PK) dalam ransum dengan KcBK kelinci dengan berbagai perlakuan memiliki hubungan yang sangat lemah (r = -0,24) dan menunjukan tidak adanya pengaruh yang dibeirkan perbedaan PK dalam ransum terhadap KcBK ternak kelinci (p > 0,05). Hasil uji korelasi rumput laut dengan level yang berbeda dengan kecernaan bahan kering menunjukan nilai hubungan yang sangat lemah (r = 0.05) dan menunjukan tidak ada pengaruh yang nyata antara substitusi level rumput laut Sargassum Sp. terhadap Kecernaan Bahan Kering (p > 0,05). Hal ini sesuai dengan pernyataan Aoetpah dkk, (2010) yang menyatakan bahwa tingkat protein dalam ransum mempengaruhi tingkat kecernaan bahan kering. Menurit Cheeke (1987) pada umumnya kelinci

y = -12.151x + 233.46 R² = 0.0589 r = - 0.24 p > 0.05 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 14.70 14.75 14.80 14.85 14.90 14.95 15.00 15.05 15.10 15.15 15.20 Ke ce rn aa n Ba ha n Ke rin g Protein Kasar y = 0.165x + 51.133 R² = 0.0039 r = 0.06 p > 0.05 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Ke ce rn aa n Ba ha n Ke rin g

(5)

yang diberikan ransum komplit yang berbentuk pellet hanya memiliki kecernaan terhadap bahan kering sebesar 47%.

Kecernaan Bahan Organik

Hasil penelitian penggunaan rumput laut dengan level yang bebeda dalam ransum terhadap Kecernaan Bahan Organik disajikan dalam Gambar 3. dan Gambar 4.

Gambar 3. Korelasi Protein Ransum Dengan Kecernaan Bahan Organik

Grafik 4. Korelasi Level Sargassum sp. Dengan Kecernaan Bahan Organik

Berdasarkan hasil analisis korelasi protein ransum dengan kecernaan bahan organik menunjukan nilai hubungan yang lemah (r = -0,11) dan nilai protein dalam ransum tidak mempengaruhi nilai kecernaan bahan organik ternak kelinci (p > 0,05), sedangkan hasil korelasi

y = -6.7994x + 149.09 R² = 0.013 r = - 0.11 p> 0.05 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 14.70 14.75 14.80 14.85 14.90 14.95 15.00 15.05 15.10 15.15 15.20 Ke ce rn aa n Ba ha n Orga nik Protein Kasar y = -0.4788x + 49.351 R² = 0.0232 r = - 0.15 p > 0.05 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Ke ce rn aa n Ba ha n Orga nik

(6)

menunjukan adanya hubungan (r = -0,15) dan tidak ada pengaruh yang nyata antara tingkat level rumput laut yang berbeda dalam ransum terhadap kecernaan bahan organic (p > 0,05). Menurut Rohimah (2012) kecernaan bahan organik dan kecernaan bahan kering adalah sejalan, yang berarti apabila kecernaan bahan keirng tinggi maka kecernaan bahan organik ternak tersebut juga tinggi dan sebaliknya. Tillman dkk.(1997) juga menyatakan bahwa persentase kecernaan bahan kering yang tinggi akan menunjukan juga kecernaan bahan organik yang tinggi.

Kesimpulan dan Saran

Pemberian Sargassum Sp. dengan level yang berbeda dan kadar protein kasar dalam ransum tidak memberikan hubungan terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik, serta tidak memberikan dampak pada kecernaan bahan kering dan bahan organik kelinci.

Rumput laut jenis Sargassum Sp. perlu diteliti lebih lanjut untuk mengetahui adakah pengaruh yang lebih nyata apabila level pemberian ditingkatkan atau dijadikan sebagai suplemen dalam pakan.

Ucapan Terima Kasih

Ucapan Terima Kasih penulis tujukan kepada Dosen Pengampu Dr. Ir. Sri Mukodiningsih, M. S., Sutaryo, S.Pt, M. P., Ph. D. dan juga kepada Prof. Ir. Agung Purnomoadi, M.Sc., Ph.D. yang telah membantu dalam proses penyusunan serta kepada seluruh Tim Penelitian Rabbit Laut dan seluruh Asisten Laboratorium Ternak Kerja dan Potong yang telah membantu mendukung penulis dalam penyusunan Makalah Seminar Nasional ini.

Daftar Pustaka

Aoetpah, A., T. O. Dami Dato, dan S. Ghunu. 2010. Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Ransum Ternak Kambing Kacang yang Diberi Suplementasi Dedak Padi dan Daun Turi. J. Partner, 17 (1). 12-17.

Cheeke. 1987. Rabbit Feeding and Nutrition. Oregon State University. Corvalis, Oregon.

Handayani, T., dan Setiyawan, A. D. 2004. Analisis Komposisi Nutrisi Rumput Laut Sargassum crassifolium. J. Agardh. Biofarmasi, 2(2), 45-52.

Natsir, M. H., E. Widodo, O. Sjofjan. 2017. Industri Pakan Ternak. UB Press. Malang

Nurdiyanto, R., R. Sutrisna, dan K. Nova. 2015. Pengaruh ransum dengan persentase serat kasar yang berbeda terhadap performa ayam jantan tipe medium umur 3-8 minggu. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. 3(2): 12-19

Rohimah. 2012. Kecernaan Nutrient Pada Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan yang Diberikan Pellet Ransum Komplit Mengandung Indigofera zollingeriana dan Leucaena lucophala

(7)

Sulistyawati, I., dan L. Harris. 2012. Sistem pengendalian intern pembelian bahan baku dalam menunjang kelancaran proses produksi (Studi Kasus pada PT. Suri Tani Pemuka Unit Aquafeed Banyuwangi). Jurnal Ilmiah Mahasiswa , 1(1).

Tillman, A. D., S. Reksohadiprodjo & H. Hartadi. 1997. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Cetakan keempat. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Gambar

Gambar 2. Korelasi Level Sargassum sp Dengan Kecernaan Bahan Keing
Grafik 4. Korelasi Level Sargassum sp. Dengan Kecernaan Bahan Organik

Referensi

Dokumen terkait

Penetapan kadar triklosan yang di lakukan secara kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) memperoleh hasil bahwa triklosan yang terdapat dalam pasta gigi ini memenuhi

[r]

The Parties shall endeavor to strengthen bilateral relations to develop further cooperation and to facilitate exchange of visits as well as to conduct

[r]

Hasil docking dapat diamati pada tabel 1 dimana dari 19 ligan yang dianalisis, nilai skor CHEMPLP yang terendah berada pada ligan senyawa biji buah nangka yaitu senyawa

Berdasarkan uraian tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui ketersediaan makanan jajanan olahan di sekolah dasar (2) mempelajari

Persentase sumber daya aparatur yang memiliki kompetensi sesuai bidangnya 06 Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Tingkat ketepatan pelaporan capaian Capaian Kinerja

(pengargaan dan hukuman), Pemberian nasehat, dan Melalui kegiatan ekstrakulikuler. Adapun faktor pendukung dan penghambatdalam proses pembinaan mental keagamaan santri Pondok