• Tidak ada hasil yang ditemukan

“Pengaruh Model Pembelajaran Guide Discovery Terhadap Hasil Belajar Siswa dan Kemapuan Kerjasama siswa Kelas XI SMA Negeri 1 luwu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "“Pengaruh Model Pembelajaran Guide Discovery Terhadap Hasil Belajar Siswa dan Kemapuan Kerjasama siswa Kelas XI SMA Negeri 1 luwu"

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)

i

Negeri 1 Belopa

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Fisika

pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

Oleh :

ASMITA RAHAYU RAMLI NIM: 20600114107

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR

(2)

ii Nama : Asmita Rahayu Ramli

NIM : 20600114107

Tempat, Tgl. Lahir : Kombong, 14 maret 1996 Jur/Prodi/Konsentrasi : Pendidikan Fisika

Fakultas/Program : Tarbiyah dan Keguruan

Alamat : Samata-Gowa

Judul : “Pengaruh Model Pembelajaran Guide Discovery Terhadap Hasil Belajar Siswa dan Kemapuan Kerjasama siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Luwu”

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Samata, September 2018 Penyusun,

Asmita Rahayu Ramli 20600114107

(3)
(4)

iv

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahi Rabbil Alamin, segala puji syukur tiada hentinya penulis haturkan kehadirat Allah swt yang Maha Pemberi petunjuk, anugerah dan nikmat yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

Pengaruh Model Pembelajaran Guide Discovery Terhadap Hasil Belajar Siswa dan Kemapuan Kerjasama siswa Kelas XI SMA Negeri 1 luwu”.

Allahumma Shalli ‘ala Sayyidina Muhammad, penulis curahkan kehadirat junjungan umat, pemberi syafa’at, penuntun jalan kebajikan, penerang di muka bumi ini, seorang manusia pilihan dan teladan kita, Rasullulah saw, beserta keluarga, para sahabat dan pengikut beliau hingga akhir zaman, Amin.

Penulis merasa sangat berhutang budi pada semua pihak atas kesuksesan dalam penyusunan skripsi ini, sehingga sewajarnya bila pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang memberikan semangat dan bantuan, baik secara material maupun spiritual. Skripsi ini terwujud berkat uluran tangan dari insan-insan yang telah digerakkan hatinya oleh Sang Khaliq untuk memberikan dukungan, bantuan dan bimbingan bagi penulis.

Oleh karena itu, penulis menghaturkan terima kasih dan rasa hormat yang tak terhingga dan teristimewa kepada kedua orang tuaku ayahanda Syahrudin Mahmud dan Ibunda Maryati, atas segala doa dan pengorbanannya yang telah melahirkan, mengasuh, memelihara, mendidik dan membimbing penulis dengan penuh kasih sayang serta pengorbanan yang tak terhitung sejak dalm kandungan hingga dapat

(5)

v

Selanjutnya ucapan terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya, penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. H. Musafir Pababbari, M.Si, selaku Rektor UIN Alauddin Makassar. Prof. Dr. Mardan, M.Ag., selaku Wakil Rektor Bidang Akademik, Prof. Dr. H. Lomba Sultan, M. A., selaku Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum dan Perencanaan Keuangan, Prof. Hj. Sitti Aisyah, M.A., PhD., selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni serta Prof. Hamdan Juhannis, M.Pd selaku Wakil Rektor Bidang Kerja Sama.

2. Dr. H. Muhammad Amri, Lc, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar. Dr. Muljono Damopoli, M.Ag., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. Misykat Malik Ibrahim, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, dan Prof. Dr. H. Syahruddin M.Pd., selaku Wakil Dekan Bidang kemahasiswaan.

3. Dr. H. Muhammad Qaddafi, S,Si. M.Si. dan Rafiqah, S.Si. M.Si., selaku Ketua dan Sekertaris Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar yang senantiasa memberikan dorongan, bimbingan dan nasehat penyusunan skripsi ini.

4. Munirah. S. Ag,M,ag.dan Ali Umar Dani.S.pd.M.P.fis. selaku Pembimbing I dan Pembimbing II, yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

(6)

vi

saya. Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Kepada seluruh dosen dan staf jurusan pendidikan fisika tanpa terkecuali yang telah banyak membantu dalam penyelesaian perkuliahan.

7. Kepada kepala sekolah SMA Negeri 1 Luwu,Kabupaten Luwu yang telah berkenan memperbolehkan sekolah sebagai tempat penelitian dan telah banyak membantu dalam proses penelitian.

8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati, penulis menerima saran dan kritik yang sifatnya konstruktif dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya hanya kepada Allah Swt, penulis memohon rida dan magfirah-Nya, semoga segala dukungan serta bantuan semua pihak mendapat pahala yang berlipat ganda disisi Allah swt, semoga karya ini dapat bermanfaat kepada para pembaca, Aamiin…

Wassalam.

Makassar, 2018 Penyusun

(7)

vii

JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

ABSTRAK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1-7 A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Defenisi Operasional Variabel ... 6

D. Kajian Pustaka ... 7

BAB II TINJAUAN TEORETIS ... 8-25 A. Model Pembelajaran guided discovery ... 8

B. Hasil belajar ... 16

C. Kemampuan kerja sama ... 19

D. Kerangka Fikir ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 26-43 A. Jenis dan DesainPenelitian ... 26

B. LokasiPenelitian ... 27 C.PopulasidanTeknikPengambilanSampel ... 28 D. Instrumen Penenlitian ... 29 E. Validitas ... 30 F. ProsedurPenelitian...34 G. TeknikAnalisis Data...36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...44-68 A. HasilPenelitian ... 44

(8)

viii

B. ImplikasiPenelitian ... 69 DAFTAR PUSTAKA

(9)

ix

Tabel 4. 1 : Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Kelas XI IPA 6.. ... 47

Tabel 4.2 : Data Post-Test Kelas XI IPA 4 Setelah diterapkan Model Pembalajaran guided discovery ... 47

Tabel 4.3 : Kategorisasi Hasil Belajar Kelas Eksperimen ... 48

Tabel 4.4 : Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Kelas XI IPA 4 ... 50

Tabel 4.5 : Data Post-Test Kelas XI IPA 4 Setelah diterapkan Metode Konvensioanal ... 51

Tabel 4.6 : Katagorisasi Hasil Belajar kelas kontrol ... 52

Tabel 4.7 : Disribusi Frekuensi Nilai lembar Observasi Kemampuan Kerja Sama Siswa Pada Kelas Eksperimen ... 54

Tabel 4.9 : Katagorisasi Kerja Sama kelas Eksperimen ... 55

Tabel 4.10 : Distribusi Frekuensi Nilai Observasi Kerja Sama Siswa Pada Kelas Kontrol ... 55

Tabel 4.11 : Data Obsevasi Kelas Eksperimen ... 55

Tabel 4.12 : Katagorisasi Kerja Sama Kelas Kontrol ... 56

Tabel 4.13 : Hasil Uji Normalitas Skor Hasil Belajar Kelas Kontrol ... 60

Tabel 4. 14 : Hasil Uji Normalitas Skor Kemampuan Kerja Sama Kelas Eksperimen... 61

Tabel 4. 15 : Hasil Uji Normalitas Skor Kemampuan Kerja Sama Kelas Kontrol... 62

Tabel 4. 16 : Hasil Uji Homogenitas Kelas Kontrol Hasil Belajar ... 66

Tabel 4. 17 : Hasil Uji Homogenitas Kelas Kontrol Kemampuan Kerja Sama... 67

(10)

x

Gambar 4.1 : Histogram Kategori Skor Hasil belajar kelas yang diajar dengan Menggunakan model pembelajaran guided discovery ... ... 49 Gambar 4.2 : Histogram Kategori Skor Hasil belajar kelas yang diajar dengan Menggunakan metode konvensional ... ...53 Gambar 4.3 :Grafik Distributor Normal Skor Hasil belajar fisika kelas

Eksperimen... 55 Gambar 4.4 : Grafik Distributor Normal Skor Hasil belajar fisika kelas kontrol.. 57 Gambar 4.5 : Grafik Distributor Normal Kemampuan Kerja sama belajar fisika kelas Eksperimen ... ... 59 Gambar 4.6 : Grafik Distributor Normal Kemampuan Kerja sama belajar fisika kelas Kontrol ... ... 61

(11)

xi Lampiran A

A.1. Data Hasil Penelitian Kelas Eksperimen A.2. Data Hasil Penelitian Kelas Kontrol Lampiran B

B.1 Analisis Deskriptif Hasil Belajar Kelas Eksperimen

B.2 Analisis Deskriptif Kemampuan Kerja Sama Kelas Eksperimen B.3 Analisis Deskriptif Hasil Belajar Kelas Kontrol

B.4 Analisi Deskriptif Kemampuan Kerja Sama Kelas Kontrol Lampiran C

C.1 ANALISIS NORMALITAS HASIL BELAJAR KELAS EKSPERIMEN C.2 ANALISIS NORMALITASKEMAMPUAN KERJA KELAS EKPERIMEN C.3 ANALISIS NORMALITAS HASIL BELAJAR KELAS KONTROL C.5 ANALISIS NORMALITASKEMAMPUAN KERJA KELAS KONTROL C.6 UJI HIPOTESIS

Lampiran D

D.1 SOAL TES HASIL BELAJAR D.2 KEMAMPUAN KERJA SAMA

D.3 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) D.3 LEMBAR OBSERVASI GURU

D.4 LEMBAR OBSERVASI SISWA

D.5 LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) Lampiran E

E. 1 ANALISIS VALIDASI TES HASIL BELAJAR

E. 2 ANALISIS VALIDASI LEMBAR OBSERVASI GURU

E. 3 ANALISIS VALIDASI LEMBAR OBSERVASI PESERTA DIDIK E. 4 ANALISIS VALIDASI RPP

E. 5 ANALISIS VALIDASI LEMBAR KEMAMPUAN KERJA SAMA Lampiran F

(12)

xii

Judul : “Pengaruh Model Pembelajaran Guide Discovery Terhadap Hasil Belajar Siswa dan Kemapuan Kerjasama siswa Kelas XI SMA Negeri 1 luwu”

Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Guide Discovery, untuk mengetahui seberapa besar hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Konvensional, dan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa dan kemapuan kerjasama antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran guided discovery dan siswa yang diajar dengan menggunakan model Konvensional pada kelas XI SMA NEGERI 1 LUWU Desain penelitian yang digunakan adalah The Matching Only Post-Test Control Group Design. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA NEGERI 1 LUWU yang berjumlah 226 orang yang tersebar dalam 7 kelas. Sampel penelitian berjumlah 60 orang yang dipilih dari dua kelas dengan menggunakan teknik matching.

Hasil penelitian deskriptif menunjukkan bahwa nilai rata-rata pemahaman konsep fisika siswa yang diajar dengan metode guided discovery sebesar 86,97 dan yang diajar menggunakan model konvensional sebesar 71,4. Di mana frekuensi tertinggi yang diperoleh peserta didik pada dua kelas tersebut berada pada kategori sedang.Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis statistik yang menunjukkan bahwa Zhitung yang diperoleh sebesar 6,654 dan Ztabel sebesar 1,96, sehingga Zhitung>Ztabel. Hal

ini menunjukkan bahwa ”Terdapat perbedaan hasil belajar siswa dan kemapuan kerjasama siswa yang signifikan antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran guided discovery dan siswa yang diajar dengan model

Konvensional pada kelas XI SMA NEGERI 1 LUWU”.

Implikasi Penelitian ini yaitu (1) hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan dengan model pembelajaran guided didscovery berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dan kemapuan kerjasama siswa. (2) bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dan rujukan untuk mencari model pembelajaran lain yang dapat meningkat kanpemahaman konsep fisika siswa.

(13)

xiii

Title :“Analysis of The Influence of Learning Motivation on Student Physics Learning Outcomes by Using SEM (Structural Equation Modeling) in Class XI-MIA (Mathematics and Natural Science) SMA Negeri Bolo sub-District Bima Regency”

This research is aimed at 1) to know the description of student's learning motivation, 2) to find out the learning result of physics student learning, 3) to know the influence of learning motivation toward student physics learning result, 4) to know the level of match model influence of learning motivation toward learning result physics students of class XI-MIA SMA Negeri Bolo sub-district Bima regency.

This research approach uses quantitative approach with type of post-facto research which is correlation. The population in this research is all students of class XI- MIA in SMA Negeri in Bolo sub-district of Bima regency which amounted to 362 people so that obtained the sample in this research obtained 190. Sampling is done by cluster sampling with technique determination of number of sample based on formula from Slovin. To obtain the purpose of the study, researchers used the instrument in the form of a questionnaire motivation to learn and documents student learning outcomes. In the data processing used descriptive analysis and inferential data analysis by using structural equation modeling (SEM) analysis method.

The results obtained by using descriptive analysis that the average student has the motivation and learning outcomes in the high category. Inferential analysis shows there is a significant influence between learning motivation on student learning outcomes. This is demonstrated by hypothesis testing that the load factor of the structural model is greater than the criterion specified (t-value = 2.76> t-value criterion = 1.96) which means Ho is rejected with an influence value of 11%. Match model influence of influence model of learning motivation to student physics learning result is a good model (fit) based on match test result. The model fit overall test is based on the RMSEA value of 0.058 (p-value = 0.28) and the GFI value (goodness fit indeces) of 0.92 which indicates a good match. The measurement fit test model is judged by the validity and reliability of the measurement model which shows good match and the size of the fit of the structural model is also in good category.

The implication of this research is to conduct research with similar analysis by paying attention to other things that influence student's learning outcomes, both internal and external factors such as interest, and learning environment.

(14)

1 A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang amat penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.Kualitas dari suatu negara dapat dilihat dari kualitas pendidikannya, semakin berkualitas suatu pendidikan maka semakin berkualitas negara tersebut.Sebaliknya, semakin rendah kualitas pendidikan maka semakin rendah juga kualitas sumber daya manusia (SDM) suatu negara tersebut.

Pendidikan di Indonesia melalui beberapa jenjang tingkatan, mulai dari pendidikan dasar (SD) sampai perguruan tinggi (Universitas). Tujuan pendidikan nasional pada dasarnya mengantarkan peserta didik menuju perubahan-perubahan tingkah laku, baik dalam bentuk iman dan taqwa kepada Allah, berakhlaq mulia yang didasari oleh islam dan berwawasan budaya Indonesia, memfungsikan nalar yang benar, memiliki kemampuan untuk melaksanakan komunikasi sosial dengan baik, sehingga menjadi manusia yang mandiri baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial.

Pendidikan tidak lepas dari proses belajar mengajar, belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya atau melakukan aktivitas belajar. Sedangkan mengajar yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar anak didik. Proses belajarmengajar,

(15)

guru dan siswa merupakan dua faktor yang sangat penting, di mana di antara keduanya saling berkaitan. Kegiatan belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kegiatan mengajar guru, karena dalam proses pembelajaran guru tetap mempunyai suatu peran yang penting dalam memberikan suatu ilmu kepada anak didiknya. Salah satu masalah yang dihadapi guru dalam menyelenggarakan pelajaran adalah bagaimana menimbulkan aktivitas dan keaktifan dalam diri siswa untuk dapat belajar secara efektif karena proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru saat ini lebih banyak mengandalkan cara-cara konvensional dan guru sebagai pusat perhatian utama. Dalam hal ini pada mata pelajaran fisika.

Salah satu pokok ajaran yang tergantung dalam AlQuran adalah kewajiban untuk belajar dan menggunakan akal untuk berfikir. Allah swt berfirman dalam QS Ali-Imran/3:190





























Terjemahan : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya

malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,

Fisika adalah salah satu mata pelajaran dan merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern serta mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia.Pembelajaran fisika memenuhi pengetahuan dasar yang dimiliki semua manusia yaitu membaca, menulis, dan berhitung.Siswa diharuskan memiliki kemampuan membaca menulis dan berhitung.Tiga hal itu harus dimiliki siswa karena terkait dengan karakteristik ilmu

(16)

fisika yang membutuhkan penguasaan konsep, bersifat konstektual, berkembang mengikuti jaman, serta menuntut kemampuan untuk menyelesaikan masalah. Hal yang terjadi jika siswa hanya mempunyai kemampuan membaca dan menulis dalam pembelajaran fisika tanpa disertai kecakapan berhitung maka siswa tidak akan bisa mengerjakan soal fisika yang kebanyakan adalah soal hitungan.

Guru dituntut mampu memotivasi siswa agar mereka dapat meningkatkan aktualisasi dirinya dengan memanfaatkan berbagai media yang ada. Seorang guru tidak hanya dituntut untuk memiliki kemampuan dalam menyampaikan teori saja tetapi juga harus berusaha agar mata pelajaran yang disampaikan menjadi kegiatan yang menyenangkan dan bermanfaat bagi siswa.Salah satunya adalah penggunaan metode pembelajaran yang tepat dan cocok untuk mata pelajaran dan tingkatan kelas. Tidak semua mata pelajaran dan tingkatan kelas dapat menggunakan metode pembelajaran yang sama dengan yang lain. Hal ini dikarenakan pemilihan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik materi, sehingga materi dapat diserap dengan baik dan pembelajaran berjalan efektif.

Berdasarkan dari hasil wawancara kepada guru mata pelajaran fisika kelas XI di SMAN 1 LUWU, ditemukan beberapa permasalahan selama proses pembelajaran fisika yang bersumber dari guru maupun siswa. Dari hasil wawancara dengan guru fisika, diperoleh data bahwa gejala yang terjadi selama proses pembelajaran fisika adalah kurang aktifnya siswa ketika proses pembelajaran, guru menerangkan dan siswa hanya duduk mendengarkan dan mencatat. Sehingga dalam pembelajaran tersebut guru yang paling dominan aktif dalam proses pembelajaran. Dari kondisi

(17)

proses pembelajaran tersebut siswa cenderung merasa jenuh dan bosan, sehingga siswa kurang fokus terhadap materi yang diterangkan oleh guru. Kurangnya interaksi antara siswa dan pelajaran menyebabkan kemampuan analisis siswa sangat kurang.Hal ini terlihat dari tugas-tugas latihan siswa, siswa hanya menjawab dengan memasukan angka-angka ke dalam rumus yang telah ada.Apabila diperhatikan secara cermat, aspek analisis dalam penyelesaian tugas-tugas atau soal-soal tersebut belum tampak karena bagian penyelesaian langsung akhirnya.Sikap pasif siswa ini salah satunya disebabkan pola pembelajaran yang membiasakan siswa untuk menerima bukan mencari.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Revolis Setyastuti pada tahun 2015 dengan judul “ Penerapan Medel pemblajaranpada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Menengah Kejuruan” hasil penelitianya yaitu Penerapan model pembelajaran guided discovery dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas X-APH 1SMK Negeri 3 Probolinggo. Hal ini terlihat dari hasil belajar IPS siswa untuk setiap siklus yakni pada siklus I, rata-rata skor hasil belajar adalah 56 dengan rata-rata persen 58% berada pada kategori cukup. Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan metode yang berbeda, rata-rata skor hasil belajar IPS siswa meningkat menjadi 86 dengan rata-rata persen 86% berada pada kategori baik. Hasil belajar siswa diperoleh persentase pada siklus I sebesar 58% dan siklus II

(18)

sebesar 86%.Jadi mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 18%.Sehubungan dengan hasil yang telah dicapai dalam penelitian ini1.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan dan salah satu penelitian sebelumnya terkait model pembelajaran guided discovery, maka peneliti melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Model Pembelajaran Guided Discovery Terhadap Hasil Belajar dan Kemampuan Kerjasama SMA Negeri 1 BelopaB. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan maslah yang diangkat oleh penulis adalah:

1. Bagaimana hasil belajar siswa dan kemampuan kerjasama siswa kelas XI SMAN 1 Belopa yang di ajar dengan menggunakan model pembelajran guide discovery ?

2. Bagaiman hasil belajar siswa dan kemampuan kerjasama siswa kelas XI SMAN 1 Belopa yang tidak di ajar dengan menggunakan model pembelajaran

3. Apakah ada perbedaan tingkat hasil beajar siswa dan kemampuan kerjasama siswa yang di ajar dan tidak di ajar menggunakan model pembelajaran guide discovery?

(19)

C. Defenisi Operasional Judul

1. Model pembelajaran guide discovery

Guided discovery learning merupakan pembelajaran yang dimulai dengan memberikan pertanyaan yang menantang lalu siswa berkontribusi sendiri terhadap perkembangan pengetahuannya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalahnya. .2. Hasil belajar

Hasil belajar fiika di maksudkan di sini adalah hasil dari proses pembelajaran yang di perlihatkan oleh siswa secara individu ataupun kelompok. Hasil tersebut dapat meningkatkan atau menurun dari hasil yang telah di capai setelah mangikuti pembelajaran fisika di lihat dari Penilaian dilakukan secara menyeluruh yaitu mencakup semua aspek kompetensi yang meliputi kemampuan kognitif, psikomotorik, dan afektif. Kemampuan kognitif adalah kemampuan berpikir yang menurut taksonomi Bloom secara hierarkis terdiri atas pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pada tingkat pengetahuan, peserta didik menjawab pertanyaan berdasarkan hapalan saja. Pada tingkat pemahaman, peserta didik dituntut untuk menyatakan jawaban atas pertanyaan dengan kata-katanya sendiri.

3. Kemampuan kerjasama

kemampuan kerjasama siswa yang diukur adalah kerjasama suplementer yaitu tidak ada pembagian tugas oleh ketua kelompok, anggota harus berkumpul, tugas dikerjakan secara bersama-sama sedangkan kerjasama berbeda yaitu pembagian tugas

(20)

secara teratur oleh ketua kelompok, setiap anggota memiliki peran, dikerjakan individu sesuai dengan tugas yang dibagikan lalu berkumpul mendiskusikan

D. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui hasi belajar siswa dan kemampuan kerjasama siswa kelas XI di SMAN 1Belopayang diajar menggunakan model pembelajaran guide discovery

2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dan kemampuan kerjasama kelas XI di SMAN 1Belopa yang tidak diajar menggunakan model pembelajaran guied discovery

3. Untuk mengetahui adanya perbedaanhasail belajar siswa dan kemampuan kerjasama siswa yang diajar dan yang tidak diajar menggunakan model pembelajaran guide discovery pada siswa kelas XI di SMAN 1 belopa.

(21)

8 A. GuidedDiscovery

Guide discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikansesuatu konsep atau prinsip”. Proses mental tersebut ialah mengamati, mencerna, mengerti, mengolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Kegiatan belajar menggunakan metode discovery mirip dengan inquiri. Inquiri adalah proses proses menjawab pertanyaan dan menyelesaikan masalah berdsarkan masalah fakta dan pengamatan sementara itu, discovery adalah menemukan konsep melalui serangkain data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan sains di laboraturium yang masih membutuhkan bantuan guru, yang disebut guide discovery.

Guided discovery terbimbing merupakan metode yang digunakan untuk membangun konsep dibawah pengawasan guru. Pembelajaran discovery merupakan metode pembelajaran kognitif yang menurut guru untuk lebih kreatif menciptakan situasi yang membuat peserta didik belajar aktif menemukan pengetahuan sendiri. Metode belajar ini sesuai dengan teori bruner yang menyarankan agar pserta didk belajar secara aktif untuk membangun konsep dan prinsip. Kegiatan discovery melalui kegiatan eksprimen dapat menambah penegetahuan dan keterampilan peserta didik secara simultan.

(22)

Langkah-langkah pembelajaran discoveryterbimbing adalah sebagai berikut.

a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran

b. Guru membagi petunjuk praktikum eksperimen

c. Peserta didik melaksanakan eksperimen di bawah pengawasan guru. d. Guru menunjukkan gejala yang diamati.

e. Peserta didik dapat menyimpulkan hasil eksperimen.

Pembelajaran discovery dapat dipadukan dengan inkuiri dengan mengajukan hipotesis tentang sebuah percobaan. Metode penemuan (discovery) tingkat lanjut ini membutuhkan kreativitas peserta didik untuk mengembangkan percobaan dan melakukan penyelidikan. Berikut ini diberikan contoh diskusi yang dapat dilakukan untuk pelaksanaan discoveryyang dimaksud.

Berapa lama kamu dapat mendidihkan ar dalam cangkir kertas ?

Hipotesi Menurut kamu, apa yang terjadi pada cangkir kertas yang berisi air dan di panaskan?

Hipotesis Menurut kamu, apakan cangkir akan

terbakar lebih dahulu air dapat mendidih? Rancangan penyelidikan Apa yang harus kamu lakukan untuk

menjawab pertanyaan diatas?

Kegiatan discovery Lakukan percobaan untuk menguji hipotesis

(23)

cangkir kertas, lilin atau lampu spritus, statif dengan klem lingkar,grid atau asbes untuk menyangga cangkir?

Salah satu metode mengajar yang yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah “metode penemuan” hal itu disebabkan karena metode penemuan itu:

1. Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif;

2. Dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tak mudah dilupakan anak;

3. Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain

4. Dengan menggunakan strategi penemuan anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkannya sendiri;

5. Dengan metode penemuan ini juga, anak belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan problema yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat.Dengan demikian diharapkan metode penemuan ini lebih dikenal dan digunakan di dalam berbagai kesempatan proses belajar mengajar yang memungkinkan.

Dengan menemukan sendiri, siswa akan sampai pada pengalaman gembira “AHA! Aku menemukan!” siswa akan menjadi senang. Discovery merupakan metode belajar berbasis pencarian, penyelidikan.Sebagaimana dikutip Bruner pembelajaran

(24)

discovery adalah pendekatan kognitif dalam pembelajaran di mana guru menciptakan situasi sehingga siswa dapat belajar sendiri.Siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep dan prinsip-prinsip.Siswa didorong untuk mempunyai pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau pengetahuan bagi dirinya.Jadi, dalam discovery yang sangat penting adalah siswa sungguh terlibat pada persoalan-persoalannya, menemukan prinsip-prinsip atau jawaban lewat suatu percobaan.

Hal yang menarik dalam discovery adalah selalu dalam situasi problem solving, di mana pelajar diharapkan pada pengalaman sendiri dan pengetahuan awal mereka, untuk menemukan kebenaran atau pengetahuan baru yang harus dipelajari.Maka discovery sering disebut pembelajaran personal, internal, dan konstruktivistik. Metode discovery menurut Kaufman sebagaimana yang dikutip oleh Paul Suparno adalah bahwa apa yang dipelajari sendiri akan dimengerti lebih baik. Modelnya adalah pencarian induktif.

Dalam pencarian itu siswa menemukan atau mengkonstruksi prinsip dan konsep dengan berhadapan pada contoh atau pengalaman dari prinsip itu. Pada model ini siswa berperan aktif dalam proses belajar dengan menjawab berbagai pertanyaan atau persoalan, memecahkan persoalan, untuk menemukan konsep dasar. Peran guru hanya memberikan arahan. Unsur penting dalam proses ini adalah siswa dengan menggunakan pikirannya sendiri mencoba menemukan suatu pengertian dari yang digeluti.

(25)

Macam-Macam Discovery Menurut Weimer sebagaimana yang dikutip oleh Paul Suparno mengidentifikasi adanya 6 tipe Discovery, yaitu:

1) Discovery, proses menemukan sesuatu sendiri. Prosesnya lebih bebas, yang terpenting adalah orang menemukan sesuatu hukum, prinsip, atau pengertian sendiri.

2) Discovery Teaching, model mengajar dengan cara menemukan sesuatu. Discovery teaching lebih digunakan guru untuk mengajar siswa dengan cara penemuan.

3) Inductive Discovery, penemuan sesuatu dengan pendekatan induktif, yaitu dari pengamatan banyak data, lalu disimpulkan. Prosesnya lengkap seperti metode ilmiah.

4) Semi-inductive Discovery, penemuan dengan pendekatan induktif, tetapi tidak lengkap. Ketidaklengkapan bisa berupa data yang diambil hanya sedikit, prosesnya yang disederhanakan, dll.

5) Unguided or Pure Discovery atau Discovery murni, siswa diberi persoalan dan harus memecahkan sendiri dengan sedikit sekali petunjuk dari guru. Guided Discovery, siswa diberi soal untuk dipecahkan sedangkan guru menyediakan hint (petunjuk), dan arahan bagaimana cara memecahkan persoalan itu.

Model pembelajaran Guided discovery Guided discovery menurut Eggen & Kauchak sebagaimana yang dikutip oleh David merupakan suatu model pengajaran yang dirancang untuk mengajarkan konsep-konsep dan hubungan antar konsep.

(26)

sebagaimana yang dikutip oleh Bruce dalam merencanakan dan menyiapkan pembelajaran dengan penemuan terbimbing langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Menetapkan topik yang akan dipelajari oleh siswa. 2) Memilih metode yang sesuai dengan kegiatan penemuan.

3) Menetapkan lembar pengamatan data yang akan digunakan siswa. 4) Menyiapkan alat dan bahan secara lengkap.

5) Menentukan apakah siswa akan bekerja secara individu atau kelompok. 6) Melakukan terlebih dahulu kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa.

Kelebihan dan Kekurangan Belajar dengan Guided Discovery Ada banyak kelebihan dari penggunaan model pembelajaran guided discovery dalam belajar fisika. Menurut Bruner kelebihan dari penggunaan guided discovery dalam belajar fisika antara lain:

1. mengembangkan potensi intelektual. Siswa hanya akan dapat mengembangkan pikirannya dengan berpikir, dengan menggunakan pikiran itu sendiri. Dengan model guided discovery pikiran siswa digunakan, dilatih untuk memecahkan persoalan.

2. mengembangkan motivasi intrinsik. Siswa akan merasa puas secara intelektual dengan menemukan sendiri. Kepuasan ini merupakan penghargaan dari dalam diri sendiri yang akan lebih menguatkan lagi untuk terus mau menekuni sesuatu.

(27)

3. belajar menemukan sesuatu. Siswa akan terampil menemukan sesuatu hanya dengan cara praktik menemukan sesuatu. guided discovery ini adalah praktik menemukan sesuatu yang dapat memperkaya siswa dalam penemuan hal-hal lain dikemudian hari.

4. ingatan lebih tahan lama. Siswa akan lebih ingat akan hal yang dipelajari dengan menemukan sendiri. Sesuatu yang ditemukan sendiri biasanya akan tahan lama, tidak mudah dilupakan.

5. guided discovery juga menimbulkan keingintahuan siswa dan memotivasi siswa untuk terus berusaha menemukan sesuatu sampai ketemu.

6. melatih keterampilan memecahkan persoalan sendiri dan melatih siswa untuk dapat mengumpulkan dan menganalisis data sendiri.

Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran guided discovery adalah sebagai berikut:

1. dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini. Misalnya siswa yang lamban mungkin bingung dalam usahanya mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak, atau menemukan saling ketergantungan antara pengertian dalam suatu subyek, atau dalam usahanya menyusun suatu hasil penemuan dalam bentuk tertulis. Siswa yang lebih pandai mungkin akan memonopoli penemuan dan akan menimbulkan frustasi pada siswa yang lain.

2. metode ini akan kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa

(28)

menemukan teori-teori, atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata- harapan yang ditumpahkan pada startegi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional.

3. mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan keterampilan. Sedangkan sikap dan keterampilan diperlukan untuk memperoleh pengertian atau sebagai perkembangan emosional sosial secara keseluruhan.

4. dalam beberapa ilmu (misalnya IPA) fasilitas yang digunakan untuk mencoba ide-ide mungkin tidak ada.

5. strategi ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berfikir kreatif, kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru, demikian proses-proses di bawah pembinaannya. Tidak semua pemecahan masalah menjamin penemuan yang penuh arti. Pemecahan masalah dapat bersifat membosankan mekanisasi, formalitas dan pasif seperti bentuk terburuk dari metode ekspositories verbal

(29)

B. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh oleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Menurut Benjamin S. Bloom ada tiga ranah hasil belajar diantaranya yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.

a. Ranah kognitif Kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Tujuan kognitif berorientasi kepada kemampuan berfikir, mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan gagasan, metode atau prosedur yang sebelumnya dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge dalam taksonomi Bloom. Pemahaman Tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari pada pengetahuan adalah pemahaman. Pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori yaitu tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan. Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran. Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi. Aplikasi Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau aplikasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori atau petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi.Analisis Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan susunannya. Sintesis adalah penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh. Berfikir sintesis adalah berfikir

(30)

divergen. Berfikir sintesis merupakan salah satu terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif. Berfikir kreatif merupakan salah satu hasil yang hendak dicapai dalam pendidikan. 6) Evaluasi Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan metode, materil, dll.

b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Krathwohl membagi hasil belajar afektif menjadi lima tingkat yaitu: Evaluasi Hasil Belajar,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 51. 1) Penerimaan (receiving) atau menaruh perhatian (attending) adalah kesediaan menerima rangsangan dengan memberikan perhatian kepada rangsangan yang datang kepadanya. 2) Partisipasi atau merespons (responding) adalah kesediaan memberikan respons dengan berpartisipasi. Pada tingkat ini siswa tidak hanya memberikan perhatian kepada rangsangan tapi juga berpartisipasi dalam kegiatan untuk menerima rangsangan. 3) Penilaian atau penentuan sikap (valuing) adalah kesediaan untuk menentukan pilihan sebuah nilai dari rangsangan tersebut. 4) Organisasi adalah kesediaan mengorganisasikan nilai-nilai yang dipilihnya untuk menjadi pedoman yang mantap dalam perilaku. 5) Internalisasi nilai atau karakterisasi (characterization) adalah menjadikan nilai-nilai yang diorganisasikan untuk tidak hanya menjadi pedoman perilaku tetapi juga menjadi bagian dari pribadi dalam perilaku sehari-hari.

(31)

c. Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Menurut Simpson hasil belajar psikomotorik dapat diklasifikasikan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua kategori yaitu:

1. Faktor-faktor internal Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berasaldari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu.

a) Faktor kesehatan, sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya.

b) Cacat tubuh, merupakan sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Peserta didik yang cacat belajarnya akan terganggu. 2. Faktor psikologis, faktor psikologis merupakan keadaan psikologis seseorang

yang dapat mempengaruhi proses belajar, meliputi:

1) Inteligensi atau kecerdasan Kecerdasan merupakan fator psikologis yang paling penting dalam proses belajar peserta didik, karena itumenentukan kualitas belajar peserta didik. Semakin ti

2) Motivasi Motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keaktifan kegiatan belajar peserta didik.

3) Minat Minat merupakan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan..

(32)

4) Bakat merupakan kemampuan seseorang yang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajari, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil. 5) Sikap Sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajar. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relative tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif atau negatif. C. Kemampuan kerjasama siswa

Kemampuan Kerjasama Pembelajaran dapat tercapai dengan baik dengan adanya kerjasama. Bekerja sama akan membuat seseorang mampu melakukan lebih banyak hal daripada jika bekerja sendirian. Riset membuktikan bahwa pada bidang aktivitas dan upaya manusia, jika dilakukan dengan adanya kerjasama secara kelompok, maka akan mengarah pada efisiensi dan efektivitas yang lebih baik (West dalam Nurnawati, Yulianti dan Susanto, 2012: 2).

Kerjasama merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh suatu kelompok sehingga terdapat hubungan erat antar tugas pekerjaan anggota kelompok lain, demikian pula penyelesainnya (Poerwadarminta dalam Ruandini, Akhdinirwanto, dan Nurhidayati, 2011: 2).

Timbulnya kerjasama karena adanya kepentingan bekerjasama.Kebudayaan adalah hal yang mendorong terjadinya kerjasama. Beberapa bentuk kerjasama antara lain sebagai berikut. Kerjasama spontan (spontaneous cooperation), yaitu kerjasama

(33)

serta-merta, tanpa adanya suatu perintah atau tekanan tertentu.Kerjasama langsung (directed cooperation), yaitu kerjasama yang berasal dari perintah atasan atau penguasa.Kerjasama kontrak (contractual cooperation), yaitu kerjasama atas dasar atau perjanjian tertentu.Kerjasama 11 tradisional (traditional cooperation), yaitu kerjasama sebagai suatu sistem sosial.Misalnya gotong royong atau gugur gunung (Soekanto, 2002: 268).

Bentuk kerjasama lainnya menurut (Saputra, 2005: 42) ditinjau dari kedudukan atau status pelakunya ada dua, yakni kerjasama setara yaitu bentuk kerjasama yang terjadi antar orang yang mempunyai kedudukan yang sama seperti anak dengan anak dan kerjasama tak setara yaitu kerjasama yang terjadi antar orang yang berbeda posisi, namun kedua belah pihak saling membutuhkan untuk kepentingan masing-masing.

Adapun kerjasama ditinjau dari proses kerjanya dapat dibedakan menjadi tiga, yakni kerjasama berkawan yang dilakukan dengan berkumpul bersama-sama untuk menambah kesenangan dalam rangka melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawab mereka, kerjasama sumplementer dilakukan untuk mencapai tujuan yang sama, namun tidak dapat dilakukan sendiri maka dari itu kerjasama ini dilakukan secara langsung dan setiap anggota harus berkumpul untuk melaksanakan kegiatan tersebut secara bersama-sama dan kerjasama berbeda dilakukan melalui pembagian tugas secara teratur, kegiatan terbagi-bagi tidak sama bagi setiap orang dan jika kegiatan lebih kompleks lagi diperlukan keahlian atau spesialisasi

(34)

a. Mengungkapkan gagasan dalam kelompok secara efektif yaitu responsif, runtut, mudah dipahami dan disertai contoh,.

b. Pola pembicaraan yang terfokus dalam diskusi kelompok seperti pola pembicaraan yang runtut, mudah dipahami dan terarah,

c. Mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat dengan cara berusaha memperhatikan, menyimak dan mencatat,

d. Memberikan kesempatan berpendapat kepada teman dalam kelompok merupakan salah satu indikator adanya kebiasaan yang baik dalam kerjasama, hal ini dapat dilihat dari sikap siswa yang responsif, menyimak, dan tidak memotong pembicaraan pada saat teman berpendapat,

e. Memberikan gagasan yang cemerlang dapat dilihat dari kemampuan memahami materi, mengorganisasikan ide dan mengaitkan materi dengan keseharian dalam mengungkapkan gagasan (Purnomo, 2008: 37-43).

Ketika melakukan diskusi secara tidak langsung terbentuk pola kerjasama siswa seperti:

a. Kemampuan siswa dalam mengorganisir kelompok dapat dilihat dari kelompok bekerja sesuai dengan langkah kerja, setiap anggota melaksanakan tugasnya terlihat dengan adanya koordinasi,

b. Membuat perencanaan dan pembagian kerja yang matang dapat dilihat dari langkah kerja tepat dan efektif, memiliki jadwal kerja dan setiap mengetahui job description,

(35)

c. Pengambilan keputusan berdasarkan pertimbangan anggota lain dapat dilihat dari mengidentifikasi masalah, mengemukakan ide, memberi tanggapan dan keputusan bersama,

d. Memanfaatkan potensi anggota kelompok dapat dilihat dalammengidentifikasi potensi tiap anggota.

Keterampilan kerjasama sangat penting untuk dimiliki oleh siswa. Ada tiga bentuk keterampilan.

1. Keterampilan tingkat awal

Meliputi: menggunakan kesepakatan, menghargai kontribusi,

mengambil giliran dan berbagi tugas, berada dalam kelompok, berada dalam tugas, mendorong partisipasi, mengundang orang lain untuk berbicara, menyelesaikan tugas pada waktunya, dan menghormati

perbedaan individu.

2. Keterampilan tingkat menengah

Meliputi: menunjukkan penghargaan dan simpati, mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima, mendengarkandengan aktif, bertanya, membuat ringkasan, menafsirkan.

3. Keterampilan tingkat mahir

Meliputi: mengelaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakankebenaran, menetapkan tujuan, dan berkompromi\

(36)

Dalam membentuk pola kerjasama siswa, dapat dilihat dari bagaimanasiswa mengambil keputusan dalam kelompoknya. berdasarkan pengambilan keputusan dalam kelompok yaitu:

1) Otoritas

Kelompok mengumpulkan ide dan melakukan diskusi terbuka, tetapi

salah seorang diantara mereka, misalnya ketua kelompok/siswa tertentu adalah orang yang akan mengambil keputusan.

2) Mayoritas

Setelah kelompok melakukan diskusi selama beberapa saat, kelompok melakukan pemungutan suara berkenaan dengan masalah yang sedang diahadapi, dan suara mayoritaslah yang menang.

D. Kerangka fikir

Belajar adalah aktivitas yang disengaja dan dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri.Hasil belajar adalah tolak ukur dalam pembelajaran.Hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil aktivitas belajar.Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan karena kurangnya motivasi siswa dalam belajar, karena kuat atau lemahnya motivasi belajar seseorang mempengaruhi keberhasilan danhasil belajarnya.Dengan demikian, perlu adanya motivasi dari dalam diri sendiri terlebihdahulu untuk belajar yang kemudian menghasilkan sebuah hasil belajar.Pembelajaran Discovery (penemuan) adalah model yang mengajar dan mengatur pengajaran sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya

(37)

belum diketahui.

Discovery adalah proses mental pada siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental yang di maksud antara lain mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Guru hanya membimbing. Pada siswa SMAN, model yang digunakan adalah Guided Discovery (penemuan terbimbing) hal ini dikarenakan siswa SMP masih memerlukan bantuan guru sebelum menjadi penemuan murni.

Guided Inquiry (Inkuiri terbimbing) yaitu pendekatan inkuiri guru membimbing siswa untuk melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengakhirinya pada 8 suatu diskusi. Guru mempunyai peranan aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap- tahap pemecahannya. Pada pembelajaran guided inquiry siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelmpok maupun individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan. Pada penelitian ini meggunakan dua kelas ekperimen yaitu kelas Guided Discovery

(38)

Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan, maka selanjutnya dapat digunakan untuk menyusun kerangka berpikir.Dengan kerangka berpikir ini selanjutnya dapat digunakan untuk menyusun hipotesis.Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan oleh penulis, yang dijabarkan dari landasan teori dan masih harus diuji kebenarannya.Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa yang diajar dan siswa yang tidak diajar menggunakan model pembelajaran guided discovery pada siswa kelas XIdi SMAN 1LUWU.

Pembelajaran fisika Kelas eksperimen Kelas kontrol Penerapan model pembelajaran konvensional Penerapan model pembelajran guided discovery

Hasil belajar dan kerja sama siswa

(39)

26 A. Metodologi Penelitian

1. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen. Quasi Eksperimen atau eksperimen semu merupakan suatu desain penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan kolompok kontrol disamping kelompok eksperimental (Mustamil,2015:86).

Pada penelitian ini satu kelas sebagai kelas eksperimen (treatment) dan satu kelas yang lain sebagai kelas pembanding atau kontrol. Kelas eksperimen diberikan treatment yaitu pembelajaran dengan model PBL dengan teknik pertanyaan menuntun, sedangkan kelas kontrol melakukan proses pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran langsung (direct instruction).

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah The Matching Only

Post-Test Control Group Design, yaitu suatu teknik untuk penyamaan kelompok

pada satu atau lebih variabel yang telah diidentifikasi peneliti sebagai berhubungan dengan performansi pada variabel terikat. Dengan kata lain, untuk setiap subjek yang ada, peneliti berupaya menemukan subjek yang lain yang sama atau skor yang sama pada variabel control( Emzir, 2015: 87-88).

(40)

Teknik matching dilakukan dengan memasangkan kelas yang memiliki nilai rata-rata yang sama, karena pertimbangan untuk menghindari perbedaan keadaan sampel sebelum penelitian dimulai.

(Emzir, 2015: 87-88) Keterangan :

M = Matching sampel (pemasangan sampel)

X = Treatment/ perlakuan yakni dengan model guided discovery

O1 = Pengukuran hasil belajar dan kemampuan kerjasamakelas

eksperimen

O2 = Pengukuranhasil belajar dan kemampuan kerjasamakelas

pembanding

C = Kelas pembanding 2. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA NEGERI 1 LUWU b. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2017/2018.

B. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi memegang peran yang amat penting dalam suatu penelitian.Dari populasi, peneliti dapat menentukan subyek atau sampel yang benar-benar representatif yang dapat digunakan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitian (Darmadi, 2014: 55).Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

Treatment Group M X1 O1

(41)

dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2004: 57).

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA NEGERI 1 LUWU yangterdiri dari 7 kelas yaitu, XI IPA 2 -XI IPA 4.

Tabel 1: Rekapitulasi peserta didik kelas XI.IPA SMA NEGERI 1 LUWU semester ganjil tahun ajaran 2017/2018

NO Kelas Jumlah 1 XI IPA 1 31 orang 2 XI IPA 2 31 orang 3 XI IPA 3 33 orang 4 XI IPA 4 31 orang 5 XI IPA 5 32 orang 6 XI IPA 6 34 orang 7 XI IPA 7 34 orang b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada di populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi yang betul-betul representatif (mewakili) (Sugiyono, 2014: 118).

(42)

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini, dilakukan dengan carapemadanan sampel (sampel sepadan). Menurut Emzir (2013:89), teknik sampel pemadanan (matching) adalah teknik penyamaan kelompok pada satu atau lebih variabel secara rendom. Teknik sampling ini dilakukan dengan cara memadankan antara satu subjek dengan subjek yang lain berdasarkan nilai prates ataupun IQ, yakni dengan cara meranking semua subjek dari tertinggi sampai terendah. Subjek dengan skor tertinggi dan subjek dengan skor tertinggi lainnya adalah pasangan pertama dan begitupun dengan pasangan selanjutnya.

Pengambilan sampel dengan teknik ini yaitu dengan cara melihat nilai rata-rata dari semua kelas yang ada pada populasi. Dua kelas yang memiliki rata-rata yang sama atau hampir sama dari populasi ditarik sebagai kelompok sampel. Peserta didik yang menjadi anggota dari 2 kelas yang terpilih kelompok sampel, kemudian dipasangkan kembali berdasarkan nilai dari masing-masing peserta didik. Dua peserta didik dari masing-masing kelas yang memiliki nilai yang sama atau hampir sama kemudian ditarik menjadi satu pasangan sampel. Teknik ini dilakukan sampai mendapatkan minimal 20 pasangan sampel.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk memperoleh atau mengumpulkan data. Dengan demikian, instrumen penelitian harus relevan dengan masalah dan aspek yang akan diteliti, agar memperoleh data yang akurat, karena

(43)

instrumen penelitian termasuk sebagai alternatif untuk menjawab problema yang terdapat pada penelitian sekaligus untuk menguji kebenaran suatu hipotesis.

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Penelitian sebagai suatu cara ilmiah dalam menyelesaikan masalah, akan berhubungan dengan instrumen pengumpulan data. Tanpa instrumen yang tepat, penelitian tidak akan menghasilkan sesuatu yang di harapkan. Karena penelitian memerlukan data empiris dan data tersebut hanya mungkin diperoleh melalui instrumen dan teknik pengumpulan data yang tepat. Dengan demikian instrumen penelitian dapat menentukan kualitas penelitian itu sendiri (Sanjaya, 2013: 247).

Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

a. TesHasil belajar

Tes ini digunakan untuk mengukur pemahaman konsep peserta didik setelah perlakuan.Tes ini disusun dalam tes tertulis yang berbentuk 30 butir soal pilihan ganda. Untuk pilihan ganda terdiri dari 5 pilihan jawaban, dimana salah satu diantara pilihan adalah jawaban yang benar dan yang lainnya merupakan pengecoh. Jika soal yang dijawab benar mendapat poin 1 dan jika dijawab salah mendapat nilai 0. Tes hasil belajar ini disusun berdasarkan indikator-indikatorhasil belajar yang terdiri dari. Mengidentifikasi pertanyaan jenis-jenis gelombang, Mendefenisikan pengertian gelombang meknik, Mengidentifikasi simpangan pada gelombang transversal, Mengidentifikasi pengertian frekuensi, Mengidentifikasi gelombang bunyi, Mengidentikasi jumlah gelombang pada pipa organa, Membandingkan

(44)

panjang gelombang dengan frekuensi bunyi, Mengemukakan persamaan efek dopler dalam suatu kejadian, Menjelaskan gerak harmonic yang terjadi pada bandul, Mengemukakan cirri-ciri intensitas bunyi, Membandingkan frekuensi yang dihasilkan benda, Mencontohkan difraksi pada gelombang bunyi, Mengidentifikasi pengertian gelombang transversal, Memahami suatu peristiwa amplitudo, Menghitung taraf intensitas bunyi

b. Kemampuan kerja sama

Kemampuan kerja samaadalah bentuk dari lembar pertanyaan kerja samaberupa sederetan pertanyaan mulai dari pertanyaan yang bersifat umum sampai pada pertanyaan-pertanyaan yang bersifat kerja samajika dilakukan dengan adanya kerjasama secara kelompokdan lebih mengarah pada jawaban yang diinginkan.

c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan skenario pelaksanaan proses pembelajaran dalam kelas yang diatur secara sistematis, dimana RPP yang dibuat oleh penulis adalah RPP yang berbasis kurikulum 2013 yang disesuaikan dengan materi dan modelpembelajaran yang digunakan yaitu modelpembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan Teknik Pertanyaan Menuntun.

d. Lembar Observasi

Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Apabila objek penelitian bersifat perilaku

(45)

dan tindakan manusia, fenomena alam (kejadian-kejadian yang ada di alam sekitar), proses kerja dan pengguanaan responden kecil (Ridwan, 2009: 76).

Lembar Observasi yang digunakan yaitu keterlaksanaan langkah pembelajaran dan lembar kerja peserta didik

1) Keterlaksanaan Langkah pembelajaran

Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui kegiatan dan proses pelaksanaan pembelajaran dalam kelas, yang dibuat sesuai dengan skenario pelaksanaan yang telah dicantumkan di RPP. Dalam bentuk daftar kegiatanatau langkah-langkah pembelajaran menggunakan model pembelajaran problem based learning dengan teknik pertanyaan menuntun. 2). Lembar observasi peserta didik

Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui bagaimana respon peserta didik yang telah diajar dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning dengan teknik pertanyaan menuntun, dalam bentuk angket yang berisi daftar pertanyaan tentang pendapat siswa mengenai penggunaan model pembelajaran tersebut.

D. Validitas

Sebelum semua instrumen digunakan maka semua instrumen terlebih dahulu dilakukan validasi.Validasi yang digunakan adalah validasi oleh pakar. Uji validasi yang digunakan adalah sebagai berikut:

(46)

a. Uji validasi hasil belajar

Sebelum instrumen tes hasil belajardigunakan maka dilakukan validasi instrumen.Instrumen yang telah dibuat oleh peneliti diperiksa dan diberi skor oleh dua orang pakar. Skor-skor tersebut kemudian diolah dan dianalisis dengan uji

gregory.

𝑉 = 𝐷

𝐴 + 𝐵 + 𝐶 + 𝐷

Keterangan: V = Nilai validitas

A =Relevansi lemah-lemah, jika validator 1 memberikan skor = 1 dan validator 2 = 1

B = Relevansi kuat-lemah, jika validator 1 memberikan skor = 3 atau 4 dan validator 2 = 1 atau 2

C = Relevansi lemah-kuat, jika validator 1 memberikan skor = 1 atau 2 dan validator 2 = 3 atau 4

D = Relevansi kuat-kuat, jika validator 1 memberikan skor =3 atau 4 dan validator 2 = 3 atau 4

(Retnawati, 2016: 33) e. Uji validasi instrumen non tes

Uji validasi instrumen non tes yang digunakan untuk instrumen RPP, lembar pertanyaan menuntun, dan lembar observasi yaitu dengan menggunakan

indeks aiken.

V = Ʃ𝑠 𝑛 (𝑐−1)

Keterangan:

V = indeks kesepakatan rater mengenai validasi butir

s = skor yang ditetapkan setiap rater dikurangi skor terendah dalam kategori

yang dipakai (s = r – lo,dengan r = skor kategori pilihan rater dan lo skor

terendah dalam kategori penyekoran) n = banyaknya rater

(47)

c= banyaknya kategori yang dapat dipilih rater.

(Retnawati, 2016: 18)

Dengan kategori kevalidan sebagai berikut: Rentang Indeks Kategori

V ≤ 0,4 Kurang valid

0,4 < V ≤ 0,8 Valid 0,8 < V ≤ 1 Sangat valid

E. Prosedur Penelitian

Tahap-tahap prosedur penelitian dalam penilitian adalah sebagai berikut: a. Tahap persiapan

Tahap ini merupakan suatu tahap persiapan untuk melakukan suatu perlakuan, pada tahap ini langkah-langkah yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

1) Melengkapi surat-surat izin penelitian.

2) Melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing serta pihak sekolah mengenai rencana teknis penelitian.

3) Mengobservasi sekolah yang akan menjadi tempat penelitian sebagai langkah awal yang dilakukan oleh peneliti untuk mengamati dan menggolongkan siswa yang memiliki gaya belajar auditori dan siswa yang memiliki gaya belajar visual.

4) Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan instrumen penelitian.

(48)

5) Meminta validator (Pembimbing) untuk memvalidasi perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian.

6) Membuat soal-soal tentang materi yang akan diberikan kepada siswa sebagai tes setelah diberi perlakuan untuk kedua kelas. Soal yang dibuat telah divalidasi terlebih dahulu.

7) Mengumpulkan data untuk dianalisis. b. Tahap pelaksanaan

Guided discovery Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok kecil yang heterogen terdiri dari 5-6 orang

Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari

Guru memberikan orientasi atau gambaran umum tentang gejala fisika sesuai dengan materi.

Guru menjelaskan materi pelajaran Peserta didik menyampaikan

pendapat awalnya terhadap suatu permasalahan.

Guru menjelaskan materi pelajaran dengan metode ceramah

Pada tahap ini peserta didik saling bertukar pendapat dengan teman kelompoknya untuk mengetahui perbedaan antara masing-masing pendapat tersebut.

Guru menjelaskan materi pelajaran

Peserta didik menyusun hipotesis Guru menjelaskan materi pelajaran Peserta didik memaparkan hasil

diskusinya berdasarkan konsepsi awal.

Guru menjelaskan materi pelajaran Tahap ini terdiri dari pertukaran

pendapat peserta didik dengan kelompok lain.

Guru menjelaskan materi pelajaran Pendapat siswa yang keliru akan

(49)

memberikan kembali pertanyaan yang sifatnya menuntun.

Peserta didik menyampaikan kembali jawabannya dengan membandingkannya dengan pendapat awal, pada tahap ini akan muncul gagasan baru yang sesuai dengan konsep ilmiah

Guru menjelaskan materi pelajaran

Guru mengevaluasi siswa dengan cara membagi tes.

Guru mengevaluasi siswa dengan cara membagi tes.

F. Teknik Analisis Data

a. Analisa statistik deskriptif.

Analisis statistik deskriptif, dimaksudkan untuk memperoleh nilai rata-rata hitung, variansi, standar deviasi median ,dan modus dari variabel yang diteliti. Digunakan untuk memberikan gambaran tentang skor pengetahuan fisika peserta didik.

Langkah-langkah statistik deskriptif yaitu : 1. Membuat tabel distribusi frekuensi

2. Mean/ rata-rata (𝑥̅) 𝑥̅ =∑(𝑥𝑖𝑓𝑖) ∑ 𝑓𝑖 Keterangan : 𝑥̅ = mean hitung 𝑓𝑖 = Frekuensi 𝑥𝑖 = Titik Tengah (Ridwan, 2010: 55).

(50)

3. Standar Deviasi (S)

SD = √𝑓𝑖[𝑋𝑖 − 𝑥̅]2 𝑛 − 1

Keterangan :

S = Standar deviasi

𝑥̅ = Mean (rata- rata)

𝑓𝑖 = Frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas 𝑥𝑖

𝑥𝑖 = Tanda kelas interval atau nilai tengah dari kelas interval

𝑛 = jumlah responden (Sudjana, 2005:67) 4. Variansi (S2) Varians = SD2 Keterangan : SD = Standar deviasi (Siregar, 2015:169) 5. Koefisien Variansi (KV)

Koevisien variansi (KV) berguna untuk mengamati variasi data atau sebaran data dari rata-rata hitungnya. Jika koevisien variansinya semakin kecil, maka datanya semakin seragam (homogen).Sebaliknya jika koefisien variansinya besar maka datanya semakin heterogen. Besarnya koefisien variansi dinyatakan dengan rumus:

𝐾𝑉 =𝑆𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑢

𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑥 100%

(51)

6. Kategorisasi Hasil

Standar penilaian untuk melihat tingkat pemahaman konsep siswa dapat ditunjukkan berdasarkan tabel berikut ini:

No Rentang Predikat

1 < 72 Kurang

2 72-8 Sedang

3 85-91 Baik

4 92-100 Amat baik

(sumber: Raport siswa) b. Analisis Statistik Inferensial

1) Uji Prasyarat Analisis a)Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diteliti berasal dari polpulasi yang terdistribusi normal.Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan metode Kolmogorof- Smirnov, prinsip kerjanya membandingkan frekuensi kumulatif distribusi teoritik dengan frekuensi kumulatif distribusi empirik (observasi). Dengan rumus :

𝐷 = max {(𝑖 𝑛− ∅ (

𝑡𝑖− 𝑡̅ 𝑠 ))}

(Siregar,2014 : 156 )

Data dinyatakan terdistribusi normal apabilaDhitung< Dtabel pada taraf

signifikan 𝛼 = 0,05.Dengan kriteria pengujian sebagai berikut.

a) Nilai sig. ≥ 0,05; H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa

(52)

b) Nilai sig. < 0,05; H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel

berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal b) Uji Homogenitas Varians

Pengujian homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui bahwa kedua sampel yang dibandingkan merupakan kelompok-kelompok yang mempunyai varians yang sama atau homogen. Dalam penelitian ini, pengujian homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji-Fmax dari Hartley-Pearson,

dengan rumus sebagai berikut:

𝐹𝑚𝑎𝑥 = 𝑠𝑚𝑎𝑥2 𝑠𝑚𝑖𝑛2 Keterangan: 𝐹𝑚𝑎𝑥 : nilaiF hitung 𝑠𝑚𝑎𝑥2 : varians terbesar 𝑠𝑚𝑖𝑛2 : varians terkecil

Dengan kriteria pengujian, jika nilai Fhitung<Ftabelmaka H0 diterima

Dimana:

H0 : tidak ada perbedaan varian dari beberapa kelompok data

H1 : ada perbedaan varian dari beberapa kelompok data

c) Uji Independensi

Uji independensi merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara dua faktor.Uji independensi termasuk ke dalam uji chi-square. Uji independensi berfungsi untuk menganalisis frekuensi dari dua variabel dengan multiple kategori untuk menentukan apakah 2 variabel saling bebas (tidak berhubungan)

(53)

Adapun persamaan uji independensi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji chi-square

X2

= Ʃ

𝑓𝑜−𝑓𝑒 𝑓𝑒 Keterangan: X2= Chi-square fe = frekuensi harapan fo = frekuensi mula-mula dimana : fe = Ʃ 𝑓 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚− Ʃ 𝑓 𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

Dengan kesimpulan sebagai berikut:

 Jika X2hitung> X2tabelmaka dua kelompok sampel yang dibandingkan saling

berkaitan atau berhubungan.

 Jika X2hitung< X2tabelmaka dua kelompok sampel yang dibandingkan tidak

saling berkaitan atau berhubungan. 2) Pengujian Hipotesis

Setelah uji prasyarat dilakukan dan terbukti bahwa data- data yang diperoleh normal dan homogen, maka dilanjutkan dengan pengujian hipotesis.Uji hipotesis digunakan untuk menjawab hipotesis yang dipaparkan dalam penelitian ini.Setelah uji prasyarat dilakukan dan terbukti bahwa data- data yang diperoleh normal dan homogen, maka dilanjutkan dengan pengujian hipotesis.Uji hipotesis digunakan untuk menjawab hipotesis yang dipaparkan dalam penelitian ini.Uji hipotesis yang

(54)

digunakan dalam penelitian ini adalah uji t dua sampel independent (Sudjana, 2005: 239).

Langkah- langkah pengujian sebagai berikut : a) Merumuskan hipotesis secara statistik

H0 :𝜇1 = 𝜇2

H1 :𝜇1 ≠ 𝜇2

H1= Terdapat perbedaan hasil belajar dan kemampuan kerja samayang signifikan

antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran guided discovery dan siswa yang diajar dengan model Konvensional pada kelas XI SMA NEGERI 1 LUWU

H0 = Tidak Terdapat perbedaan hasil belajar dan kemampuan kerja sama yang

signifikan antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran guided discovery terhadap hasil belajar siswa dan kemampuan kerja sama yang diajar dengan model Konvensional pada kelas XI SMA NEGERI 1 LUWU

b) Menentukan nilai derajat kebebasan (dk) dk = N1 + N2 -2

dengan 𝛼 = 0,05

c) Menentukan nilai ttabel pada 𝛼 = 0,05

Gambar

Gambar  4.1  :  Histogram  Kategori  Skor  Hasil  belajar  kelas  yang  diajar  dengan        Menggunakan model pembelajaran guided discovery   .............
Tabel  1:  Rekapitulasi  peserta  didik  kelas  XI.IPA  SMA  NEGERI  1  LUWU semester ganjil tahun ajaran 2017/2018
Tabel  4.1.  Distribusi  frekuensi  nilai  Hasil  Belajarfisika  siswa  Kelas  XIIPA 6 SMA NEGERI 1 LUWU
Tabel 4.3: Kategorisasi Hasil Belajar Fisika kelas Eksperimen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diffusion bonding : Mono filament diperkuat AMCs terutama dihasilkan oleh ikatan difusi (foil-serat-foil) rute atau oleh penguapan lapisan yang relatif tebal dari

Kesimpulan dari penelitian ini adalah pelatihan diagnosis dan penatalaksanan gangguan jiwa di puskesmas terhadap tenaga medis dan paramedis efektif dalam meningkatkan pemahaman

Alhamdulillahhirobbil’alamin yang selalu penulis panjatkan atas nikmat dan berkah yang senantiasa Allah SWT limpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan terhadap layanan jasa pada Telkomsel Selaku penyelenggara operator seluler kartu Simpati berdasarkan

Modal kerja permanen, yaitu jumlah modal kerja minimal yang harus tetap ada dalam perusahaan untuk dapat melaksanakan operasinya atau sejumlah modal kerja yang secara

Pada simpulan hasil belajar siswa dalam melakukan gerak dasar guling depan. melalui permainan sundul bola di matras mengalami

Persyaratan Kualifikasi Ijin Usaha SBU yang disyaratkan adalah : Kecil, Yang masih berlaku, Subklasifikasi BG007/BG0093.

Perhatikanlah salah satu akar yang sudah diketahui adalah berupa bilangan irasional(bilangan bentuk akar), maka salah satu akar yang lainpun juga akan berupa bilangan irasional