• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i

Kata Pengantar

Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) mempunyai kewajiban untuk melaksanakan program pendidikan dan pelatihan (Diklat), serta penyelenggaraan pelatihan. Program diklat untuk dosen yang sedang dirintis oleh pusdiklat adalah Pelatihan Dosen Profesional Pratama. Tujuan Pelatihan Dosen Profesional Pratama secara umum adalah meningkatkan kompetensi dan profesionalitas dosen dalam melaksanakan tridharma perguruan tinggi.

Berdasarkan undang-undang nomor 12 tahun 2012 pasal 46 ayat 2 yang menyatakan bahwa, hasil penelitian wajib disebarluaskan dengan cara diseminarkan, dipublikasikan, dan/atau dipatenkan oleh Perguruan Tinggi. Oleh karena itu menjadi kewajiban bagi seorang dosen untuk memublikasikan karya ilmiah minimal satu artikel dalam satu semester. Selain untuk meningkatkan kualitas mengajar dosen, memublikasikan karya ilmiah juga menjadi salah satu faktor pendukung untuk kenaikan pangkat jabatan fungsional dosen sehingga dosen diwajibkan menulis dan memublikasikan suatu karya tulis, baik hasil penelitian maupun masalah yang timbul dari kehidupan sehari-hari. Untuk memenuhi kewajiban tersebut, sering kali dosen mengambil tulisan orang lain tanpa mencantumkan sumbernya sehingga dikatakan melakukan tindakan plagiarisme.

Harapan kami, dosen sebagai salah satu sivitas akademik perguruan tinggi dapat tercerahkan dan jauh dari tindakan pelanggaran etika publikasi serta mampu menjadi jembatan untuk tercapainya pendidikan yang berkualitas dengan menggerakkan mahasiswa untuk menerapkan etika publikasi. Semoga modul ini dapat memberikan manfaat dan membantu mereka menjalankan perannya dengan integritas yang tinggi.

(3)

ii DAFTAR ISI Kata Pengantar ... i Daftar Isi ... ii BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Deskripsi Singkat ... 2 C. Capain Pembelajaran ... 3

D. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan ... 4

BAB II HAKIKAT ETIKA PUBLIKASI ... 5

A. Konsep Dasar Etika Publikasi ... 5

B. Prinsip-Prinsip Etika Publikasi ... 8

C. Pelanggaran Etika Publikasi ... 10

BAB III PENUTUP ... 30

A. Rangkuman ... 30 B. Evaluasi ... 31 C. Umpan Balik ... 32 D. Tindak Lanjut ... 32 E. Kunci Jawaban ... 32 DAFTAR PUSTAKA ... 35 GLOSARIUM ... 38

(4)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penelitian merupakan salah satu kewajiban dosen yang tertuang dalam tridharma perguruan tinggi. Kewajiban bagi seorang dosen untuk melakukan penelitian minimal satu kali dalam satu tahun harus dilakukan untuk mendukung kegiatan pengajaran pada perkuliahan. Selain untuk meningkatkan kualitas mengajar dosen, meneliti menjadi salah satu faktor pendukung untuk kenaikan pangkat jabatan fungsional dosen supaya ada kenaikan jenjang karier.

Pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat merupakan tiga hal yang saling terkait dan tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Untuk meningkatkan kualitas pengajaran yang bermutu, seorang dosen tidak hanya pintar dalam menjelaskan teori kepada mahasiswa tapi harus mampu menunjukkan aplikasi dari teori yang diajarkannya itu. Penelitian tanpa pengajaranpun akan merasa timpang jika saat melakukan penelitian tidak menguasi konsep dan teori yang sesuai dengan topik penelitian. Dampak dari pengajaran dan hasil dari penelitian tidak akan berguna jika tidak bisa dimanfaatkan oleh pasar, baik itu mahasiswa, masyarakat luas, ataupun dunia usaha. Pengajaran dan penelitian yang baik jika mampu membantu dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat dan memenuhi kebutuhan masyarakat.

Berdasarkan undang-undang nomor 12 tahun 2012 pasal 46 ayat 2 yang menyatakan bahwa, hasil penelitian wajib disebarluaskan dengan cara diseminarkan, dipublikasikan, dan/atau dipatenkan oleh Perguruan Tinggi, kecuali hasil Penelitian yang bersifat rahasia, mengganggu, dan/atau membahayakan kepentingan umum. Oleh karena itu menjadi kewajiban bagi seorang dosen untuk memublikasikan karya ilmiah minimal satu artikel dalam satu semester. Selain untuk meningkatkan kualitas mengajar dosen, memublikasikan karya ilmiah juga menjadi salah satu faktor pendukung untuk kenaikan pangkat jabatan fungsional dosen sehingga dosen diwajibkan

(5)

2

menulis dan memublikasikan suatu karya tulis baik hasil penelitian maupun masalah yang timbul dari kehidupan sehari-hari.

Untuk memenuhi kewajiban tersebut, sering kali dosen mengambil tulisan orang lain tanpa mencantumkan sumbernya sehingga dikatakan melakukan tindakan plagiarisme. Menurut Prent dalam Masri (2011), ditilik dari sisi etimologis, plagiat berasal dari bahasa Inggris yaitu plagiarism, sebelumnya plagiary. Bahasa Inggris ini diderivasi dari kata Latin, plagiarius yang berarti: penculik

(anak), penjiplak. Kata kerjanya adalah plagio yang berarti (saya) mencuri. Palgiarius sama artinya dengan plagiator.

Suyanto (2009) menyatakan, baik di kalangan akademisi, peneliti, atau siapapun yang mempunyai pendidikan yang tinggi, tetap saja masih ditemukan praktek plagiarisme. Mengutip karya seseorang tanpa mencantumkan source-nya dan memublikasikan karya tersebut sebagai karya tulisnya yang original, termasuk dalam kasus plagiarisme.

B. Deskripsi Singkat

Pada modul ini, peserta akan diantarkan supaya dapat memahami konsep-konsep etika publikasi. Diharapkan peserta dapat menjelaskan konsep etika publikasi yang diuraikan dalam modul ini dan dapat menyadari dampak dari tindakan pelanggaran etika publikasi, karena kesadaran tersebut dapat menjadi kemauan kuat serta semangat tinggi untuk menghindarkan diri dari tindakan pelanggaran etika publikasi, serta lebih jauh lagi membangun kepedulian untuk mengajak dan membangun sistem atau lingkungan

berintegritas supaya semakin banyak orang yang terhindarkan dari tindakan pelanggaran etika publikasi seperti duplikasi, fabrikasi, falsifikasi, dan plagiarisme. Setelah mempelajari modul ini, lebih khusus, peserta diharapkan dapat: (1) menjelaskan konsep dasar etika publiaksi; (2) menjelaskan

(6)

3

prinsi-prinsip etika publikasi; dan (3) menganalisis pelanggaran etika publikasi.

Untuk membantu peserta dalam mempelajari modul ini, ada baiknya diperhatikan petunjuk belajar sebagai berikut:

1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai dipahami secara tuntas tentang apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari modul ini;

2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dari kata-kata yang dianggap baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci tersebut pada kamus yang dimiliki;

3. Semaikan pengertian-pengertian dalam benak dari isi modul ini, melalui pemahaman sendiri dan tukar pikiran dengan sesama peserta atau fasilitator;

4. Untuk memperluas wawasan, baca dan pelajari sumber-sumber lain yang relevan. Peserta dapat menemukan bacaan dari berbagai sumber, termasuk dari internet;

5. Mantapkan pemahaman dengan mengerjakan latihan dalam modul dan melalui kegiatan diskusi dalam kegiatan tutorial dengan peserta lainnya atau teman sejawat;

6. Jangan lewatkan untuk mencoba menjawab soal-soal yang dituliskan pada akhir kegiatan belajar;

7. Buatlah semua pengertian yang didapat dalam bentuk peta pikiran (mind mapping) agar dapat bertahan lama dalam memori atau mudah untuk diingat kembali.

C. Capaian Pembelajaran

Capain pembelajaran yang ingin dicapai setelah mempelajari modul ini adalah sebagai berikut:

1) Peserta mampu menjelaskan konsep dasar etika publiaksi dalam memublikasikan karya ilmiah 2) Peserta mampu menjelaskan prinsi-prinsip etika publikasi dalam memublikasikan karya

ilmiah

(7)

4 D. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan

Pokok bahasan dari modul ini adalah konsep dasar etika publikasi, prinsip-prinsip etika publikasi, dan pelanggaran etika publikasi. Pokok bahasan konsep dasar etika publikasi akan membahas beberapa sub pokok bahasan, yaitu: (1) Pengertian etika publikasi dan (2) Tujuan etika publikasi. Pokok bahasan prinsip-prinsip etika publikasi akan membahas beberapa sub pokok bahasan, yaitu: (1) kejujuran, (2) kenetralan, dan (3) keadilan. Pokok bahasan pelanggaran etika publikasi membahas beberapa sub pokok bahasan, yaitu: (1) duplikasi, (2) fabrikasi, (3) falsifikasi, dan (4) plagiarisme.

(8)

5 BAB II

HAKIKAT ETIKA PUBLIKASI

A. Konsep Dasar Etika Publikasi

1. Pengertian Etika Publikasi

Hasil penelitian masuk ke dalam lingkup pengetahuan ilmiah terjadi setelah hasil penelitian tersebut dipresentasikan atau dikomunikasikan dengan cara tertentu sehingga dapat dinilai kebenarannya. Melalui cara ini, gagasan individu dinilai dan digunakan secara kolektif sehingga secara bertahap akan menjadi pengetahuan ilmiah. Cara yang efektif dan dijadikan standar dalam mempresentasikan dan mengkomunikasikan hasil penelitian adalah dengan cara ditulis dalam bentuk artikel (paper) ilmiah dan dipublikasikan pada majalah atau jurnal ilmiah yang di-review. Dengan demikian, publikasi ilmiah yang dilakukan sesuai dengan etika publikasi.

Menurut Direktorat Pengelolaan Kekayaan Intelektual Kemenristekdikit (2017), publikasi ilmiah merupakan suatu proses panjang yang dimulai dari penentuan topik penelitian (research conception), merancang penelitian (research design), melakukan pengumpulan penelitian (data collection), pengolahan data (data analysis), interpretasi hasil analisis (results interpretation), memublikasikan hasil penelitian (research publication). Longman Dictionary of Contemporary English (2009) dalam Direktorat Pengelolaan Kekayaan Intelektual (2017), menyatakan etika didefinisikan sebagai aturan moral atau prinsip bertingkah laku untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Penulis harus mempunyai integritas yang tinggi dan jujur terhadap informasi yang dipublikasikan dan menghindari pelanggaran etika publikasi ilmiah. Walaupun demikian, saat ini sering ditemukan pelanggaran etika publikasi ilmiah seperti: mengarang atau mengubah data (data fabrication); pengiriman ganda (multiple submission); plagiarisme (plagiarism); dan penyalahgunaan authorship (authorship missuses).

Setelah pembelajaran selesai peserta mampu menjelaskan pengertian etika publikasi dan tujuan etika publikasi

(9)

6

Perka LIPI nomor 5 tahun 2014 menyatakan publikasi merupakan salah satu hasil penelitian dan pengembangan, sehingga dapat dipertanggungjawabkan oleh pengarang yang terlibat di dalamnya. Selanjutnya dijelaskan bahwa publikasi ilmiah merupakan hasil karya pemikiran seseorang atau sekelompok orang, setelah melalui penelaan ilmiah disebarluaskan dalam bentuk karya tulis ilmiah, antara lain berupa: jurnal, buku, prosiding, laporan penelitian, makalah, dan poster ilmiah.

Etika publikasi menurut Direktorat Pengelolaan Kekayaan Intelektual Kemenristekdikti (2017: 167) adalah norma pengelolahan publikasi ilmiah yang bersumber pada Committee on Publication Ethics (COPE) dan memiliki prinsip menjunjung tiga nilai etik dalam publikasi, yaitu: kenetralan, yakni bebas dari pertentangan kepentingan dalam pengelolaan publikasi; keadilan, yakni memberikan hak kepengarangan kepada yang berhak sebagai pengarang; dan kejujuran, yakni bebas dari duplikasi, fabrikasi, falsifikasi, dan plagiarisme dalam publikasi. Sedangkan menurut Psychology Dictionary (2016) dalam presentasi Erawati (2018), etika publikasi merupakan aturan perilaku yang sudah disepakati dalam menerbitkan hasil penelitian ilmiah atau karya ilmiah lainnya. Menurut Herianto dalam paparannya di Universiti Kebangsaan Malaysia, etika publikasi meliputi: jangan mengirim artkel yang sama kepada lebih dari satu jurnal, jangan plagiat, kontribusi penulis yang tidak benar, pemalsuan dan rekayasa data, dan penggunaan subjek manusia dan hewan yang tidak sah. Penjelasan lebih lanjut mengenai materi etika publikasi silahkan akses link video berikut ini:

https://www.youtube.com/watch?v=URz1ewvc-xw 2. Tujuan Etika Publikasi

Hasil proses publikasi yang baik menurut Perka LIPI nomor 5 tahun 2014 adalah karya tulis ilmiah yang diterima untuk dipublikasikan, yaitu karya tulis yang telah melalui proses pemeriksaan dan terpercaya, yang (1) mengandung temuan ilmiah asli yang nyata untuk kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi; serta (2) mengkomunikasikan hasil penelitian secara utuh (upaya terdahulu, arti penting temuan, dan rincian teknis sumbangan pemecahan dan pendalaman). Jika hal tersebut terpenuhi, maka tujuan dari etika publikasi akan terpenuhi oleh penulis yaitu keterbukaan, jelas, menghargai, dan terhindar dari tindakan plagiasi.

Etika publikasi dibuat untuk melindungi hasil karya intelektual setiap orang supaya tidak ada pihak yang dirugikan. Seperti yang dijelaskan Sriyana (2014) dalam prensentasi Erawati

(10)

7

(2018), bahwa tujuan etika publikasi untuk: (1) menjamin akurasi peneliti dan pengembangan ilmu pengetahuan; (2) melindungi hak kekayaan intelektual penelitit; (3) melindungi objek penelitian dari pemalsuan dan kerusakan; (4) menjaga reputasi ilmuwan; dan (5) menegakkan etika moral dalam berperilaku ilmiah. Jadi, etika publikasi ada untuk memastikan publikasi ilmiah yang berkualitas, meningkatkan kepercayaan publik pada temuan ilmiah, dan memberikan penghargaan atas ide-ide atau hasil karya orang lain.

Latihan

Bacalah artikel berikut ini:

http://theconversation.com/efek-kobra-dosen-indonesia-terobsesi-pada-indeks-scopus-dan-praktik-tercela-menuju-universitas-kelas-dunia-105808

Setelah membaca artikel di atas,

1) Jelaskan pelanggaran apa yang sering dilakukan dalam memublikasikan karya ilmiah terkait pengertian etika publikasi dan tujuan etika publikasi!

2) Jelaskan konsekuensi apa yang tepat dilakukan kepada pelaku pelanggar etika publikasi! 3) Jelaskan dampak dari tidak diterapkannya etika publikasi dalam memublikasikan karya ilmiah!

(11)

8 B. Prinsip-Prinisp Etika Publikasi

Perka LIPI nomor 5 tahun 2014 menyatakan bahwa pengarang merupakan seseorang yang menuangkan hasil-hasil pemikiran dan/atau penelitian dan pengembangan dalam bentuk karya tulis yang telah memenuhi persyaratan kaidah ilmiah dan etik. Seorang pengarang melakukan publikasi sebagai ajang untuk menunjukkan dan mengaktualisasikan diri dalam dunia akademik. Seorang pengarang bebas untuk menentukan jurnal yang sesuai dengan bidang kajian keahliannya dan terbebas dari konflik kepentingan dari berbagai pihak. Dalam memublikasikan karya ilmiahmya, pengarang harus menerapkan prinsip-prinsip etika publikasi yang sesuai dengan pedoman publikasi ilmiah yang bersumber dari Committee on Publication Ethics (COPE), yaitu: 1. Kejujuran

Menurut Direktorat Pengelolaan Kekayaan Intelektual Kemenristekdikti (2017), kejujuran dalam publiaksi karya ilmiah adalah bebas dari duplikasi, fabrikasi, falsifikasi, dan plagiarisme dalam publikasi. Kejujuran juga ditunjukkan dengan sikap mampu menjaga rahasia yang mencakup hasil penelitian yang terkait kepribadian seseorang, rahasia perusahaan, dan rahasia negara yang mengganggu kestabilan pertahanan dan keamanan negara. Dalam penulisan karya ilmiah, pengarang harus secara jujur menyebutkan rujukan terhadap bahan atau pikiran yang diambil dari sumber lain. Pemakain bahan atau pikiran dari suatu sumber atau orang lain yang tidak disertai rujukan dapat diidentikkan dengan pencurian. Dalam melakukan penulisan karya ilmiah, kejujuran sangat dibutuhkan mengenai bagaimana peneliti mengumpulkan data, melaksanakan metode dan prosedur penelitian, mengumpulkan sumber atau referensi data berupa bahan pustaka, serta bagaimana peneliti memublikasikan hasilnya.

Majelis Profesor Riset LIPI (2013), menyatakan seorang pengarang harus tunduk terhadap kejujuran dan keterbukaan mengungkapkan posisi sumbangan ilmiah dalam memajukan ilmu pengetahuan, menemukan teknologi dan menghasilkan inovasi; jujur mengungkapkan proses penelitian/kajian dalam batasan dan cakupan aturan metode ilmiah baku atau modifikasi metode

Setelah pembelajaran selesai peserta mampu menjelaskan prinsip etika publikasi dalam memublikasikan karya ilmiah yaitu kejujuran, kenetralan, dan keadilan.

(12)

9

ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan; kebaruan substansi atau bebas dari plagiasi dan duplikasi; dan jujur dalam mengelola sumber daya keilmuan (bahan, alat, data) dengan penuh rasa tanggung jawab, sehingga memungkinan peneliti lain mereproduksinya agar mereka dapat membandingkan keandalan metode yang digunakan. Dengan menegakkan kejujuran, keberadaaan pengarang diakui sebagai insan yang bertanggung jawab.

2. Kenetralan

Menurut Direktorat Pengelolaan Kekayaan Intelektual Kemenristekdikti (2017), kenetralan dalam publiaksi karya ilmiah adalah bebas dari pertentangan kepentingan dalam pengelolaan publikasi. Majelis Profesor Riset LIPI (2013), menyatakan seorang pengarang harus tunduk terhadap pembahasan sumbangan ilmiah sejujurnya untuk memajukan ilmu pengetahuan, bebas dari berbagai pertentangan kepentingan; melaporkan hasil penenelitian/kajian ilmiah secara bertanggung-jawab, cermat dan saksama; dan ketelitian mengungkapkan kebenaran ilmiah dengan bahasa ilmiah yang logis atau memiliki landasan berpikir yang masuk akal dan betul. 3. Keadilan

Menurut Direktorat Pengelolaan Kekayaan Intelektual Kemenristekdikti (2017), keadilan dalam publiaksi karya ilmiah adalah memberikan hak kepengarangan kepada yang berhak sebagai pengarang seperti mencantumkan nama pengarang dan/atau mencantumkan urutan nama pengarang sesuai sumbangan intelektual. Selain itu, pengarang harus mendapatkan izin jika lembaga penyandang dana penelitian akan memublikasikan data dan/atau hasil penelitian.

Hak kepengarangan terikat dengan tanggung jawab publik, yaitu bertanggungjawab terhadap keseluruhan isi karangan. Meskipun peneliti memberikan sumbangan terbatas sesuai dengan bidang keahliannya dalam karangan bersama, peneliti bertanggung jawab memahami keseluruhan bagian meskipun bukan merupakan keahliannya. Pengarang bersama dengan pengarang lainnya bertanggung jawab atas segala pernyataan yang dikemukakan dalam karangan bersama.

Majelis Profesor Riset LIPI (2013), menyatakan seorang pengarang harus tunduk terhadap penghormatan pada nilai keadilan dan pemberian ucapan terima kasih kepada yang berhak menerimanya; penghormatan kepada nilai keadilan dengan pengakuan terhadap karya-karya ilmiah mutakhir terdahulu yang menjadi landasan; dan penghormatan pada nilai keadilan dan

(13)

10

tanggung jawab ilmiah dan pemberian hak kepengarangan kepada yang berhak. Dengan menjunjung keadilan, martabat pengarang tegak dan kokoh karena ciri moralitas yang tinggi. Latihan

Bacalah artikel berikut ini:

1. https://tirto.id/skandal-dwi-hartanto-dan-pantangan-etis-para-peneliti-cx5Y

2. https://sains.kompas.com/read/2017/10/02/214947623/plagiarisme-di-unj-persekongkolan-akademisi-dan-politikus

Setelah membaca artikel nomor 1 dan nomor 2,

1) Jelaskan prinsip-prinsip etika publikasi yang dilanggar!

(14)

11 C. Pelanggaran Etika Publikasi

1. Duplikasi

Duplikasi publikasi merupakan publikasi naskah yang tumpang tindih secara substansial dengan salah satu publikasi yang sudah diterbitkan, tanpa referensi yang dengan nyata merujuk pada publikasi sebelumnya. Setiap naskah yang memiliki hipotesis, karakteristik sampel, metodologi, hasil, dan kesimpulan yang sama (atau berdekatan) dengan naskah yang diterbitkan adalah artikel duplikat dan dilarang untuk dikirimkan, bahkan termasuk jika naskah itu telah diterbitkan dalam bahasa yang berbeda. Mengiris data dari suatu "penelitian tunggal" untuk membuat beberapa naskah terpisah tanpa perbedaan substansial harus dihindari (Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia http://biodiversitas.mipa.uns.ac.id/M/M01 07/M010700ac.pdf).

Menurut Direktorat Pengelolaan Kekayaan Intelektual (2017), duplikasi merupakan kegiatan memublikasikan narasi dan data yang sama, atau mengulang data dan narasi dari penelitian atau metodologi yang sejenis. Perka LIPI nomor 5 tahun 2014, menyatakan duplikasi merupakan penerbitan karya ilmiah secara utuh atau sebagian yang telah dipublikasikan sebelumnya tanpa memberikan sitasi dan tanpa adanya hasil tambahan yang signifikan yang berguna dalam pengembangan ipteks dalam bidang tersebut. Duplikasi menurut Jatmiko, dkk, (2015) dimaksudkan sebagai: pengiriman satu artikel ke lebih satu jurnal atau media publikasi ilmiah; least publishable units atau penghilangan sebagian hasil penelitian dengan memecah runtutan proses penelitian dan mengambil hanya sebagian hasil penelitian dengan penulisan yang tidak sesuai ketentuan umum yang berlaku sehingga dari satu penelitian dipublikasikan ke dalam beberapa publikasi ilmiah; dan tidak mencantumkan sumber referensi atau nama pihak pendukung (jika merupakan penelitian kerjasama).

Edward J. Huth dalam American Medical Association (AMA), menyatakan duplikasi publikasi adalah pelaporan simultan atau lanjutan dari informasi, artikel, atau komponen utama pada dua atau lebih artikel dalam satu atau lebih media (baik cetak maupun elektronik). Sedangkan

Setelah pembelajaran selesai peserta mampu menganalisis pelanggaran etika publikasi dalam memublikasikan karya ilmiah

(15)

12

menurut American Psychological Association (APA), duplikasi publikasi adalah penerbitan data yang sama lebih dari satu kali (sedikit demi sedikit) publikasi melibatkan pembagian laporan proyek penelitian menjadi beberapa artikel. Untuk memperjelas pengetahuan Anda terkait duplikasi publikasi, silahkan tonton link video berikut ini:

https://www.youtube.com/watch?v=6exx1C_MZzM https://www.youtube.com/watch?v=Qr7Bgj-puC4 https://www.youtube.com/watch?v=EZEXIve3hu0 https://www.youtube.com/watch?v=QEStIlo6CnM 2. Fabrikasi

Saat melakukan penelitian sering ditemukan hasil pengamatan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal tersebut akan menyulitkan ketika menginterpretasi data yang ada. Dosen sebagai sivitas akademik yang profesional seharusnya tidak melakukan perubahan terhadap data yang sebenarnya. Data yang dikumpulkan harus dianalisis secara benar dan obyektif, diberikan argumentasi kenapa hal tersebut terjadi, dan disajikan apa adanya. Jika ada kelemahan dalam proses pengumpulan data, hal ini sebaiknya disampaikan dalam naskah publikasi sehingga bisa menjadi pembelajaran bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian sejenis.

Perka LIPI nomor 5 tahun 2014 meyatakan, fabrikasi merupakan mengarang, membuat atau “mempercantik” data atau hasil penelitian tanpa adanya proses ilmiah untuk dilaporkan atau dipublikasikan. Menurut The Office of Research Integrity (ORI), fabrikasi adalah pembuatan data atau hasil dan merekam atau melaporkannya kembali. American Medical Association (AMA), menyatakan bahwa fabrikasi termasuk pernyataan atau sajian yang palsu dan data yang dibuat-buat, hasil, atau "fakta" yang tidak ada. Pemalsuan termasuk merupakan manipulasi bahan atau proses, mengubah data atau hasil, atau mengubah tampilan grafik data atau gambar digital dengan cara yang keliru.

Menurut Virgina Tech (VT), fabrikasi termasuk mengarang data dan hasil, dan merekam atau melaporkannya, atau mengirimkan dokumen yang dibuat atau usaha-usahanya. Contoh fabrikasi termasuk, tetapi tidak terbatas pada: (1) membuat atau memalsukan data laboratorium; (2) membuat dokumen palsu untuk alasan ketidakhadiran; dan (3) memodifikasi transkrip dari lembaga lain dalam upaya untuk mendapatkan kredit transfer untuk kelas yang tidak diselesaikan dengan memuaskan.

(16)

13

Sastroasmoro dalam editorial yang berjudul Beberapa Catatan Tentang Plagiarisme dalam Purnomo, dkk, menjelaskan bahwa fabrikasi merupakan tindakan yang membuat data fiksi menjadi seolah-olah ada. Hal ini berarti tindakan fabrikasi membuat hasil penelitian menjadi tidak valid karena sampel yang tidak benar. Menciptakan data sendiri demi kebutuhan bahan penelitian yang jelas tidak diperobehkan. Untuk memperjelas pengetahuan Anda terkait fabrikasi, silahkan tonton link video berikut ini:

https://www.youtube.com/watch?v=i6uXE3m8ACU https://www.youtube.com/watch?v=B_W_pUpDFng https://www.youtube.com/watch?v=QEStIlo6CnM&t=3s 3. Falsifkasi

Di dalam Perka LIPI nomor 5 tahun 2014, disebutkan bahwa falsifikasi adalah memalsukan atau memanipulasi hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan/atau hasil dengan mengubah atau melaporkan secara salah, termasuk membuang data yang bertentangan secara sengaja untuk mengubah hasil. The Office of Research Integrity (ORI), menyatakan bahwa falsifikasi adalah memanipulasi bahan penelitian, peralatan, atau proses, atau mengubah atau menghilangkan data atau hasil sehingga penelitian tidak secara akurat diwakili dalam catatan penelitian.

Falsifikasi menurut Jatmiko, dkk, (2015) adalah mengubah data dengan keinginan supaya mendapatkan hasil yang sempurna dan menggunakan data fiktif atau data yang sebenarnya tidak ada (data mustahil). Menurut Virgina Tech (VT), falsifikasi mencakup pernyataan ketidakbenaran apa pun, baik secara lisan atau tertulis, sehubungan dengan unsur apa pun dari karya akademis seseorang, atau usaha-usahanya. Contoh-contoh falsifikasi menurut Virgina Tech termasuk, tetapi tidak terbatas pada:

1) Pemalsuan tanda tangan resmi;

2) Mengubah respons atau jawaban pada ujian setelah periode pengujian berakhir;

3) Mengubah data laboratorium sehingga nilai yang terukur tampak lebih sesuai dengan nilai yang diharapkan;

4) Mengubah dokumen yang mempengaruhi catatan akademis, memalsukaan tanda tangan otorisasi atau memalsukan informasi pada dokumen akademik resmi, laporan kelas, surat izin, petisi, formulir penambahan / penurunan / penarikan, kartu identitas, atau dokumen resmi lainnya.

(17)

14

Akademi Integritas Totorial Northern Illinois University (NIU), falsifikasi melibatkan penciptaan yang tidak sah, perubahan atau pelaporan informasi dalam kegiatan akademik. Contoh falsifikasi menurut NIU sebagai berikut:

1) Membuat data secara artifisial (data palsu buatan) ketika harus dikumpulkan dari percobaan yang sebenarnya;

2) Mengganti atau memalsukan data, dokumen, gambar, musik, karya seni atau karya lain tanpa izin;

3) Penghilangan data, informasi, atau hasil yang tidak sah dalam dokumen, laporan, dan presentasi;

4) Menyembunyikan data, hasil, atau informasi menggunakan skala, pembesaran dan representasi yang tidak sesuai dalam grafik, grafik dan bentuk representasi lainnya;

5) Memalsukan informasi yang berkaitan dengan subjek yang berpartisipasi dalam percobaan; 6) Memalsukan subjek untuk eksperimen tanpa mengungkapkan tujuan percobaan atau menerima

persetujuan institusional untuk melibatkan subjek dalam eksperimen; 7) Membuat-buat sumber informasi;

8) Peniruan yang tidak sah dari orang lain untuk menyelesaikan kegiatan akademik; 9) Penggunaan ID dan kata sandi komputer orang lain secara tidak sah;

10) Penyimpangan yang tidak disetujui dari prosedur eksperimental yang telah ditentukan.

Sastroasmoro dalam editorial yang berjudul ”Beberapa Catatan Tentang Plagiarisme” dalam Purnomo, dkk menjelaskan, bahwa falsifikasi merupakan tindakan mengubah data, menjadikan data agar seperti yang diinginkan oleh penulis. Dengan kata lain dapat diartikan dengan memanipulasi data yang diperoleh. Data yang digunakan dalam suatu penelitian hendaklah merupakan data yang valid dan jujur agar hasil penelitian dapat menggambarkan yang sebenarnya. Jika data yang digunakan merupkan data manipulasi, maka hasil penelitian yang didapatkan akan salah, menyesatkan dan menyimpang dari kenyataan. Untuk memperjelas pengetahuan Anda terkait falsifikasi, silahkan tonton link video berikut ini:

https://www.youtube.com/watch?v=j9YyxdjdLa8

4. Plagiarisme

(18)

15

Masih banyak dijumpai di kalangan sivitas akademik yang belum paham mengenai plagiarisme sehingga sering terjadi tindakan plagiarisme. Ada juga yang sudah tahu tapi tidak menghiraukan dan sengaja melakukan tindakan tersebut. Kata plagiarisme sesungguhnya berasal dari sebuah kata dari bahasa Latin, yaitu plagiarius, yang artinya seseorang yang menculik anak atau budak orang lain. Istilah ini kemudian mulai mengemuka dan umum dipakai untuk menggambarkan apa yang kadang-kadang disebut sebagai “pencurian karya sastra” sekitar tahun 1600-an (Weber-Wulff, 2014).

Plagiarisme menurut American Psychological Association (APA) merupakan mencuri dan mengambil (gagasan atau kata-kata orang lain) sebagai milik sendiri dan digunakan (produksi orang lain) tanpa menyatakan sumbernya. American Medical Association (AMA) meyatakan bahwa, plagiarisme berarti mencuri dan curang (gagasan atau kata-kata orang lain) dengan menyatakan sebagai miliknya; menggunakan (produksi orang lain) tanpa mencantumkan

sumbernya; melakukan pencurian sastra; menyajikan sebagai ide atau produk baru dan asli yang berasal dari sumber yang ada.

Modern Language Association (MLA) menyatakan, plagiarisme merupakan menyajikan ide, informasi, ekspresi, atau karya orang lain sebagai milik sendiri, sedangkan menurut Online Writing Lab (OWL), plagiarisme merupakan mengambil kata-kata, gagasan, atau analisis yang ditulis oleh orang lain dan menyajikannya sebagai kata-kata, gagasan, atau analisis sendiri. Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE), menyatakan plagiarisme adalah penggunaan ulang ide seseorang, proses, hasil, atau kata-kata tanpa memberikan pengakuran kepada pengarang dan sumber aslinya. Berikut adalah lima (5) tingkat plagiarisme berdasaran petunjuk IEEE:

1. Tingkat 1, menyalin (tanpa memberikan pengakuan) kata-perkata dari seluruh tulisan, atau sebagai besar tulisan (>50%), atau menyalin kata-perkata dalam lebih dari satu tulisan oleh pengarang yang sama;

2. Tingkat 2, menyalin (tanpa memberikan pengakuan) kata-perkata sebagian tulisan (antara 20%-50%), atau menyalin kata-perkata lebih dari satu tulisan oleh pengarang yang sama;

(19)

16

3. Tingkat 3, menyalin (tanpa memberikan pengakuan) kata-perkata elemen-elemen tulisan (paragraf, kalimat, ilustasi, dll.) yang memberikan bagian penting (hingga 20%) dalam sebuah tulisan;

4. Tingkat 4, menyalin dengan memparafrasekan secara tidak benar paragraf atau halaman tanpa memberikan pengakuan;

5. Tingkat 5, menyalin (dengan memberikan pengakuan) kata-perkata sebagian besar tulisan tanpa memberikan delineation (quote atau indent) yang jelas.

Peraturan menteri pendidikan RI nomor 17 tahun 2010 tentang pencegahan dan penanggulangan plagiat di perguruan tinggi pasal 1 menjelaskan bahwa, plagiat adalah perbuatan sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan atau karya ilmiah pihak lain yang diakui sebgai karya ilmiahnya tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai. Nurgiyantoro, dkk. (2015), menyatakan plagiarisme adalah mengambil karya, tulisan, atau pendapat orang lain tanpa menyebutkan sumber, dan kemudian diakui sebagai karyanya sendiri. Sumber yang dimaksud adalah penulis, pembuat, atau penghasil karya ilmiah atau seni yang dibuat, diterbitkan, dipresentasikan, atau dimuat dalam bentuk tertulis cetak, elektronik, atau media lain. Untuk memperjelas pengetahuan Anda terkait pengertian plagiarisme, silahkan tonton link video berikut ini:

https://www.youtube.com/watch?v=Ly_AeHl4t5M https://www.youtube.com/watch?v=_mTnv2Ep_1I https://bethelu.libguides.com/apa101/plagiarism b. Tipe-Tipe Plagiarisme

Tipe-tipe plagiarisme yang biasa dilakukan plagiator dalam membuat karya tulis ilmiah sangat beraneka ragam. Dalam era digital yang sangat modern saat ini, sepintar apapun cara yang dilakukan plagiator akan sangat mudah dideteksi oleh aplikasi yang mampu mencek keaslian sebuah karya tulis. Menurut Shankar dan Ramasesh (2015) dalam artikelnya yang berjudul Anti-plagiarism Software – A tool to ensure quality research output, tipe-tipe Anti-plagiarisme meliputi: 1. Blatant plagiarism, yaitu penulis hanya menyalin teks tanpa mengakui penulis aslinya; 2. Potluck paper, yaitu penulis mempertahankan ide aslinya tetapi menyalin frasa dari sumber

(20)

17

3. Word switch, yaitu penulis menyalin teks asli dari sumber lain dan mengubah kata kuncinya dengan cara memparafrase tanpa menyebutkan sumber aslinya;

4. Mosaic (Labour of laziness), yaitu penulis memparafrasekan sebagian besar tulisan dari sumber lain dan mencoba untuk menyesuaikannya untuk mempersiapkan frasa sendiri; 5. Self-stealing, yaitu penulis memublikasikan kembali makalah-makalah sebelumnya yang telah

diterbitkan;

6. Ghost writer, yaitu penulis menulis untuk orang lain.

Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh American Psychological Association (APA). APA menyatakan tipe-tipe plagiarisme meliputi:

1. Blending atau Percampuran, yaitu percampuran kata-kata atau gagasan-gagasan dengan pembahasaan yang berbeda dari sumber yang tidak disebutkan dalam artikel. Itu juga berarti mencampurkan gagasan-gagasan yang tidak disitasi dalam suatu bentuk karya tunggal. Selain itu, mencampurkan gagasan yang disitasi dengan benar bersamaan dengan gagasan yang tidak disitasi dengan benar;

2. Direct Plagiarism atau Plagiarisme Langsung, merupakan bentuk plagiat dari suatu frasa atau paragraph yang disalin secara sama tanpa menggunakan tanda petik;

3. Paraphrasing atau parafrase, merupakan bentuk pembahasaan ulang dari gagasan atau hasil tulisan orang lain dan memasukkannya menjadi gagasan seseorang tanpa menyebutkan sumber diambilnya gagasan tersebut;

4. Insufficient Acknowledgement atau penyebutan sumber yang kurang tepat, merupakan bentuk plagiat yang memberikan penghargaan pada sumber gagasan namun tidak dilakukan secara berkelanjutan. Hal yang dimaksud ialah ketika seseorang menyebutkan sumber gagasan yang disitasi pertama kali namun kemudia menggunakan gagasan-gagasan sumber tersebut tanpa memberikan identitas sumber lagi.

Untuk memperjelas pengetahuan Anda terkait tipe-tipe plagiarisme, silahkan tonton link video berikut ini:

https://www.youtube.com/watch?v=kNIiMnGnp9c

(21)

18 c. Bentuk-Bentuk Plagiarisme

Banyak para ahli yang memaparkan pendapatnya terkait bentuk tindakan plagiarisme. Bentuk plagiarisme menurut Nurgiyantoro (2014), meliputi:

1. Mengambil mentah-mentah secara apa adanya karya orang lain dari suatu sumber;

2. Mengambil dan atau menulis kembali karya orang lain dari suatu sumber dengan perubahan di sana-sini untuk menyamarkannya;

3. Memakai jasa orang lain untuk menulis suatu karya atau “membeli” karya tulis karya orang lain;

4. Menggunakan gagasan, pendapat atau kata-kata orang lain yang diambil dari suatu sumber; 5. Memparafrase, mengubah, memodifikasi, atau meringkas karya orang lain dari suatu sumber; 6. Mengambil sebagian atau seluruhnya karya orang lain yang berupa foto, rupa, video, gerak, dan

bunyi.

Semua yang dipaparkan di atas merupakan karya orang lain yang dipublikasikan kembali sebagai publikasi sendiri. Selain itu karya-karya yang diambil tanpa mencantumkan sumber yang jelas dan/atau melakukan pengutipan yang tidak tepat.

Bentuk-bentuk plagiarisme menurut American Medical Association (AMA) meliputi: pertama, menyerahkan pekerjaan orang lain sebagai milik sendiri; kedua, menyalin kata-kata atau ide dari orang lain tanpa mencantumkan sumbernya; ketiga, gagal menempatkan kutipan dalam tanda kutip; keempat, memberikan informasi yang salah tentang sumber kutipan; kelima, mengubah kata-kata tetapi menyalin struktur kalimat dari sumber tanpa mencantumkan sumbernya; keenam, menyalin banyak kata atau ide dari sumber yang membentuk sebagian besar pekerjaan sendiri.

Weber-Wulff (2014) dalam Peraturan Rektor Universitas Pendidikan Indonesia nomor 6411/UN40/HK/2016 tentang Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI tahun akademik 2016 menyatakan, bentuk-bentuk tindakan plagiarisme meliputi:

1) Penerjemahan, artinya dalam menerjemahkan tanpa mengutip atau merujuk secara tepat; 2) Shake & paste collections, yaitu pengumpulan beragam sumber tulisan untuk kemudian

mengambil darinya ide dalam level paragraf bahkan kalimat untuk menggabungkannya menjadi satu;

(22)

19

3) Plagiat terselubung, yaitu tindakan mengambil sebagian porsi tulisan orang lain untuk kemudian mengubah beberapa kata atau frasa dan menghapus sebagian lainnya tanpa mengubah sisa dan konstruksi teks lainnya;

4) Copy & paste, yaitu mengambil sebagian porsi teks yang biasanya dari sumber daring (online) kemudian dengan dua double keystrokes (CTRL + C dan CTRL + V) salinan dokumen kemudian diambil dan disisipkan ke dalam tulisan yang dibuat;

5) Clause quilts, yaitu mencampurkan kata-kata yang dibuat dengan potongan tulisan dari sumber-sumber yang berbeda;

6) Plagiat struktural, yaitu peniruan pola struktur tulisan, dari mulai struktur retorika, sumber rujukan, metodologi, bahkan sampai tujuan penelitian;

7) Pawn sacrifice, yaitu mengaburkan berapa banyak bagian dari teks yang memang digunakan

walaupun penulis menuliskan sumber kutipannya;

8) Cut & slide, yaitu mengambil satu porsi teks dari sumber lain. Sebagian teks tersebut dikutip dan diberi pengakuan dengan cara yang benar dengan kutipan langsung, sementara sebagian lain yang jelas-jelas diambil langsung tanpa modifikasi dibiarkan begitu saja masuk dalam tulisannya;

9) Self plagiarism, yaitu menggunakan ide dari tulisan-tulisan sendiri yang telah dibuat sebelumnya namun menggunakannya dalam tulisan baru tanpa kutipan dan pengakuan yang tepat; 10) Other dimensions, yaitu menjiplak dari satu sumber atau lebih, atau menggabungkan dua atau

lebih bentuk plagiat yang disebutkan di atas dalam tulisan yang dia buat. d. Faktor Penyebab Plagiarisme

Perilaku plagiarisme pada umumnya berasal dari diri sendiri, dimana plagiator tersebut tidak mau mengembangkan diri untuk meningkatkan kompetensinya. Banyak juga penulis yang menyatakan bahwa selain faktor internal, faktor eksternal juga mempengaruhi seseorang melakukan tindakan plagiarisme. Gulliver dan Tyson (2010) dalam Anney dan Mosha (2015) menyatakan bahwa, plagiarisme pada mahasiswa disebabkan oleh waktu yang kurang untuk belajar; takut gagal pada nilai semester; terlalu banyak mata kuliah yang dipelajari dan harus

(23)

20

mengerjakan banyak tugas; dosen tidak memiliki cukup waktu untuk mengoreksi tugas secara rinci. Pendapat tersebut didukung Hengki Wijaya (2017) yang menyataka faktor pendorong terjadinya tindakan plagiat yaitu:

1) Kurangnya pemahaman tentang kapan dan bagaimana harus melakukan kutipan;

2) Terbatasnya waktu untuk menyelesaikan sebuah karya ilmiah sehingga mencari cara mudah dengan copy-paste atas karya orang lain;

3) Malas membaca buku-buku yang berhubungan dengan penelitian dan kurang melatih pikiran untuk melakukan analisis dan logika terhadap sumber pustaka yang dimiliki; 4) Kurang mencari referensi berbahasa Inggris yang lebih

banyak dan juga referensi jurnal.

Likewise Betts et al (2012) dalam Anney dan Mosha (2015) juga menyatakan beberapa faktor yang sama mengenai plagiarisme pada mahasiswa yaitu: (1) mahasiswa tidak membaur dengan budaya akademik komunitas; (2) mahasiswa bekerja paruh waktu; (3) tekanan orang tua yang menuntut anaknya memiliki prestasi yang baik; (4) lemahnya kemampuan belajar; dan (5) dosen tidak memberikan hukuman dalam kecurangan akademik. Sutopo (2014) dalam makalahnya menyatakan, orang melakukan plagiarisme karena managemen waktu yang buruk, tidak tahu bahwa plagiarisme adalah tindak kejahatan akademik, tahu bahwa plagiarisme adalah tindakan ilegal tapi tidak tahu bagaimana cara menghindarinya dan tidak peduli.

e. Sanksi Bagi Pelaku Plagiarisme

Apabila memang terbukti secara jelas dan sah seseorang melakukan plagiarisme dalam karya ilmiahnya, pihak universitas akan melakukan tindakan tegas dengan merujuk pada aturan yang berlaku, yakni Permendiknas No. 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi. Pada aturan tersebut, Pasal 12 Ayat 1 dan 2 menyatakan secara eksplisit mengenai sanksi tindakan plagiat baik untuk mahasiswa, dosen, peneliti, maupun tenaga kependidikan. Menurut Pasal 12 Ayat 1 disebutkan bahwa mahasiswa yang terbukti melakukan tindakan plagiat dapat diberikan sanksi berupa:

(24)

21 1) teguran;

2) peringatan tertulis;

3) penundaan pemberian sebagian hak mahasiswa;

4) pembatalan nilai satu atau beberapa mata kuliah yang diperoleh mahasiswa; 5) pemberhentian dengan hormat dari status sebagai mahasiswa;

6) pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai mahasiswa; 7) pembatalan ijazah apabila mahasiswa telah lulus dari suatu program.

Sanksi bagi dosen/peneliti/tenaga kependidikan yang terbukti melakukan tindakan plagiat menurut Pasal 12 Ayat 2 dapat berupa:

1) Teguran dan peringatan tertulis;

2) Penundaan pemberian hak dosen/peneliti/tenaga kependidikan; 3) Penurunan pangkat dan jabatan akademik/fungsional;

4) Pencabutan hak untuk diusulkan sebagai guru besar/profesor/ahlipeneliti utama bagi yang memenuhi syarat;

5) Pemberhentian dengan hormat dari status sebagai dosen/peneliti/tenaga kependidikan; 6) Pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai dosen/peneliti/tenaga kependidikan; 7) Pembatalan ijazah yang diperoleh dari perguruan tinggi yang bersangkutan.

Pada Pasal 12 Ayat 3 disebutkan bahwa: apabila dosen/peneliti/tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f, huruf g, dan huruf h menyandang sebutan guru besar/profesor/ahli peneliti utama, maka dosen/peneliti/tenaga kependidikan tersebut dijatuhi sanksi tambahan berupa pemberhentian dari jabatan guru besar/profesor/ahli peneliti utama oleh Menteri atau pejabat yang berwenang atas usul perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau atas usul perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh masyarakat melalui Koordinator Perguruan Tinggi Swasta. Sedangan sanksi yang diberikan dalam Undang-undang SISDIKNAS jika mempergunakan karya ilmiah jiplakan untuk memperoleh gelar akademik, profesi, vokasi dipidana penjara paling lama 2 tahun dan/atau denda paling banyak Rp 200 juta. f. Mencegah Tindakan Plagiarisme

Perilaku plagiarisme harus dicegah dan ditanggulangi di dunia akademik perguruan tinggi. Segenap sivitas akademika perguruan tinggi harus bersama-sama secara sadar dan bertanggung jawab mendukung gerakan anti plagiarisme.

(25)

22

Menurut Wibowo (2012), pencegahan plagiarisme bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu pencegahan secara umum dan pencegahan secara khusus. Secara umum, pencegahan antara lain dilakukan dengan menghargai karya orang lain, melakukan parafrase, bantuan piranti lunak, dan bertanya untuk mendapatkan pengarahan. Sedangkan pencegahan secara khusus meliputi peningkatan integritas akademi seluruh sivitas akademik; pemaparan pengetahuan dan sosialisasi peraturan plagiarisme; ketersediaan pedoman praktis pencegahan dan penanggulangan plagiat; serta peningkatan peran tim kaji etik. Berikut ini cara-cara yang dilakukan untuk mencegah dan terhindar dari plagiarisme:

1) Langkah Akademis

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan RI Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi Pasal 1, ada sejumlah alasan mengapa hal itu mesti dilakukan antara lain sebagai berikut:

1) Pengedepanan pentingnya nilai-nilai karakter yang menjunjung tinggi kepribadian bangsa yang bermartabat;

2) Penegasan implementasi pendidikan karakter bagi segenap sivitas akademika baik secara individual, kelompok, maupun kelembagaan;

3) Penegasan pentingnya kejujuran intelektual untuk menghasilkan karya dan hak cipta yang bermanfaat bagi kemajuan ilmu dan teknologi;

4) Penegasan pentingnya kejujuran bahwa diri sendiri tidak menghasilkan karya dan hak cipta keilmuan sebagaimana yang dirujuk;

5) Penegasan pentingnya pengakuan dan penghargaan terhadap karya, temuan, atau hak cipta orang lain;

6) Penegasan pentingnya perguruan tinggi menghasilkan lulusan yang bermartabat secara sikap dan intelektual;

7) Pengedepanan sikap dan perilaku yang menentang sikap dan perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai moral, karakter, dan akademis.

(26)

23

Menurut Soelistyo (2011), langkah akademis untuk menghindari plagiarisme dilakukan lebih berdimensi strategis, meliputi:

a. Hak cipta menjadi kurikulum

Perguruan tinggi merupakan produsen utama karya ilmiah, ciptaan buku, dan karya tulis lainnya. Perguruan tinggi sebagai sumber karya scientific dan literary, diperlukan edukasi yang terstruktur dan sistematis. Tujuannya untuk memberikan pembekalan yang cukup sehingga perlu menjadikan substansi Hak Cipta sebagai bagian dari kurikulum. Menjadikan hak cipta sebagai materi ajar dan masuk dalam kurikulum perkuliaah di Perguruan Tinggi sangat penting supaya menumbuhkan kesadaran akan pentingnya perlindungan Hak Cipta dan HKI. Selain itu juga dapat mewujudkan sistem hukum yang handal dan efektif serta hal itu sebagai bagian dari pembangunan budaya hukum dan etika.

b. Menggalakkan komitmen bersama anti plagiarisme

Penyelesaian masalah plagiarisme memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perlu kerja keras dari semua kalangan untuk menghilangkan tindakan plagiarisme. Berikut ini tindakan komitmen untuk menghilangakn plagiarisme:

1. Mengatur mahasiswa, dosen, dan para akademis lainnya untuk tidak melakukan plagiarisme;

2. Memiliki komitmen sendiri-sendiri untuk tidak melakukan plagiasi;

3. Membekali pengetahuan yang cukup tentang teknik penulisan karya ilmiah, termasuk langkah dan cara-cara mencegah serta menghindari plagiarisme;

4. Menjunjung tinggi norma dan budaya akademik serta nilai-nilai kejujuran; 5. Melakukan sosialisasi mulai sejak masa orirentasi mahasiswa baru;

6. Membuat aturan yang mewajibkan mahasiswa dan dosen membuat surat pernyataan pada waktu nanti bahwa karya tulisnya merupakan hasil karyanya sendiri, asli, dan bukan hasil plagiat;

7. Mengembangkan metode pencegahan sistematik, yaitu dalam proses penyusunan skripsi, mahasiswa harus menjalani bimbingan sekurangkurangnya 10 kali tetap muka.

Pembuatan karya tulis dan penciptaan karya seni adalah sesuatu yang melekat dan tidak terpisahkan dengan kegiatan akademik di perguruan tinggi. Untuk menghindari adanya unsur plagiarisme dalam karya yang dihasilkan, ada beberapa tip menurut Nurgiyantoro (2015) yang dapat dipertimbangkan. Tip-tip yang dimaksud ditunjukkan sebagai berikut: (1) meningkatan

(27)

24

kompetensi akademik; (2) mempelajari karya penulis ilmiah atau pencipta seni terkenal; (3) memahami dengan baik tentang plagiarisme; (4) katakan “Tidak” untuk perilaku plagiarisme dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab; dan (5) meningkatan pemahaman tentang “perujukan” yang dibenarkan secara akademik berdasarkan ketentuan yang berlaku.

Menurut Jatmiko, dkk (2015), ada beberapa cara lain untuk menghindari plagiarisme yaitu: (1) banyak membaca artikel ilmiah yang sudah dipublikasi untuk melihat kesamaan artikel ilmiah; (2) berhati-hati dalam membaca artikel ilmiah milik peneliti lain; (3) setiap artikel ilmiah yang dibaca harus dipahami dengan benar; (4) materi yang digunakan harus sesuai dengan identitas dan tulisan referensi lengkap; dan (5) jika ingin meneliti ulang artikel ilmiah yang belum dipublikasi, harus meminta izin tertulis dari penulis asli. Nurgiyantoro (2015) menambahakan cara mencegah perilaku plagiarisme, antara lain: (1) peneguhan prinsip kejujuran pada diri sendiri; (2) peneguhan sikap menjaga nama baik diri sendiri dan Lembaga; (3) peningkatan fungsi pengawasan baik oleh sesama mahasiswa dan pembimbing (untuk mahasiswa), kolega (untuk dosen dan peneliti), maupun pimpinan perguruan tinggi (untuk mahasiswa, dosen, dan peneliti); dan (4) penggunaan software anti plagiarisme.

2) Langkah Teknis (Tata Cara Pengutipan)

Menurut Wahyudi dalam Sulistiyo (2011), langkah teknis untuk mencegah plagiarisme meliputi:

a. Kutipang langusung

Dalam hal ini, perlu pedoman mengenai kapan harus mengutip dan apa yang akan dikutip. Berikut pedomannya:

1. Apabila kalimat asli penulis diungkapkan secara ringkas dan sangat meyakinkan, maka yang dilakukan adalah pengutipan secara apa adanya akan semakin memperjelas, mempertegas atau memperkuat argumen yang ditulis pada karya ilmiah;

2. Apabila digunakan untuk menampilkan argumen utama ketika catatan kaki dianggap tidak mencukupi, maka yang akan dilakukan adalah panjang kutipan harus dibatasi dan hanya bagian-bagian yang esensial atau elemen penting saja yang dikutip;

3. Digunakan sebagai isu permasalahan yang akan dikomentari, dibahas ataupun dianalisis, termasuk menggunakan kutipan dari penulis lain untuk tambahan pemikiran dalam merumuskan argumentasi dan mempertajam topik diskusi;

(28)

25

4. Apabila digunakan pada perumusan ulang atau parafrase yang dapat menimbulkan kesalahpahaman, maka yang akan dilakukan adalah mengutip seperti apa adanya. Misalnya: kutipan doktrin hukum, ketentuan perundang-undangan, asumsi-asumsi, resume perdebatan, atau publikasi pemerintah yang penting dan strategis.

b. Kutipan pendek

Dalam hal ini, perlu pedoman mengenai kapan harus mengutip dan apa yang akan dikutip. Berikut pedomannya:

1. Tempatkan penomoran kecil ke atas (superscript) pada akhir kutipan, sumber kutipan, diberikan dalam catatan kaki (footnote);

2. Gunakan tanda kutipan ganda pada awal dan akhir kutipan, dan tempatkan spasi yang sama sebagaimana teks yang lain (yaitu, garis spasi satu setengah atau ganda);

3. Tanda atau nomor kutipan dapat ditulis dengan angka berukuran huruf kecil yang diposisikan di atas kata terakhir kutipan atau menempatkan penomoran diantara dua tanda kurung persegi [...];

4. Gunakan teknik pengutipan (citation) dalam teks yang langsung menunjuk pada daftar referensi;

5. Model pengutipan dalam teks langsung menunjuk pada daftar refrensi atau sistem penanggalan pengarang (authordate system): menempatkan sumber kutipan dalam paranthesis (tanda kurung bulat) setelah akhir kutipan kalimat. Nama pengarang, tahun terbit, dan halaman dicantumkan dalam tanda kurung.

c. Kutipan Panjang

Dalam hal ini, perlu pedoman mengenai kapan harus mengutip dan apa yang akan dikutip. Berikut pedomannya:

1. Jangan menggunakan tanda kutipan pada awal dan akhir kutipan;

2. Pergunakan satu spasi (spasi rangkap) untuk kutipan dan pergunakan alinea masuk (biasanya 1 cm) dari margin kiri;

3. Beri pendahuluan kutipan secara benar. Titik dua (:) sering kali ditambahkan setelah kata-kata pendahuluan;

4. Kutipan tahun pengarang dalam dua tanda kurung (parentheses) menyusul tanda titik akhir (.) karena di sini menunjuk pada kutipan keseluruhan, bukan hanya kalimat akhir.

(29)

26

d. Elipsis, menyiadakan beberapa kata atau kalimat dari bagian tulisan yang dikutip untuk menampilkan inti sari atau ekstrak tulisan;

e. Interpolasi, digunakan untuk menyisipkan koreksi atau penjelasan dalam teks kutipan, dengan ketentuan setiap perubahan editorial harus dituliskan dalam tanda kurung persegi [...] dan dengan memasukkan kata sic setelah kata yang salah dalam kutipan itu. Sisipan kata sic menunjukkan bahwa penulis menyadari jika kata yang dikutip mengandung kesalahan ejaan;

f. Komentar, diperlukan untuk menjelaskan makna kata atau pengertian satu kalimat dalam tulisan. Tujuannya untuk menghindari kesalahan intersepsi atau ketidaktepatan pemahaman pembaca. Komentar dituliskan diantara tanda kurung persegi;

g. Kutipan khusus, diperlukan untuk kebutuhan khusus yang terkait dengan disiplin ilmu tertentu. Terdiri dari:

1. Kutipan dalam kutipan. Jika kutipan relatif pendek, metodenya adalah menyertakan seluruh kutipan dalam tanda kutipan ganda. Sebaliknya, apabila kutipannya cukup panjang maka dilakukan dengan mengunakan tanda pengutipan dan tanda pengutipan ganda, untuk kutipan internal;

2. Kutipan puisi. Jika kutipannya pendek, maka cukup dimasukkan atau disertakan di antara tanda kutipan dan dirangkaikan dalam kalimat atau teks pembahasan. Apabila kutipannya panjang, gunakan spasi rangkap dan dibuat alinea masuk;

3. Kutipan dari pidato, sebaiknya teks kutipan diserahkan dulu ke narasumber untuk mendapatkan persetujuan. Teknik pengutipannya bersifata bebas, dan lazimnya disebut dalam catatan kaki;

4. Kutipan dalam catatan kaki, ditunjukkan dengan menggunakan tanda kutipan ganda. Metode ini berlaku untuk kutipan yang dimasukkan dalam rangkaian kalimat maupun yang dibuat dalam uraian catatan kaki.

3) Parafrase

Soelistyo (2011) menyatakan, cara lain menghindari plagiarisme adalah melakukan parafrase yang dipadukan dengan kutipan, artinya penulis memasukkan pandangan orang lain baik yang bersifat mendukung maupun yang menantang gagasan yang dipaparkan. Tahapan melakukan parafrase meliputi:

(30)

27

a. Baca refrensi secara seksama dan pahami sungguh-sungguh substansi atau makna kalimat yang akan dikutip;

b. Kesampingkan rumusan kalimat aslinya dan segera tuliskan ulang isi gagasannya dengan menggunakan sebanyak mungkin kata-kata sendiri;

c. Periksa kembali rumusan kalimat hasil parafrase untuk memastikan bahwa isinya telah mencakup pengungkapan semua gagasan yang relevan yang telah dikutip; dan

d. Pergunakan tanda kutip untuk memberi ciri pada kata-kata atau ungkapan yang unik yang dikutip seperti apa adanya dari sumber kutipan.

Menurut Wahyudi dalam Soelistyo (2011), parafrase adalah kegiatan mengambil ide atau gagasan orang lain dan kemudian mengungkapkannya dengan kalimat atau kata-kata sendiri. Mengutip dengan cara parafrase harus tetap mempertahanakan keaslian atau orisinalitas ide si penulis. Pengertian lain yang diungkapkan Masri (2011) bahwa parafrase adalah pengungkapan kembali suatu tuturan dari sebuah tingkatan atau macam bahasa menjadi yang lain tanpa mengubah pengertian. Penguaraian kembali suatu teks (karangan) dalam bentuk (susunan kata-kata) yang lain, dengan maksud untuk dapat menjelaskan makna yang tersembunyi.

Menurut Purdue Online Writing Lab, parafrase didefinisikan sebagai: (1) kemampuan seseorang untuk menulis ulang ide atau gagasan orang lain dengan kata-katanya sendiri dan ditampilkan dalam bentuk yang baru; (2) cara yang legal dan sah dalam meminjam gagasan orang lain; dan (3) sebuah pernyataan ulang (restatement) yang lebih lengkap dan detail dibandingkan dengan sebuah ringkasan. Sedangkan menurut American Medical Association (AMA), parafrase adalah meletakkan bagian atau ide dari karya lain dan ke kata-kata sendiri.

Melakukan parafrase merupakan tindakan yang rumit. Selain harus cermat dan akurat, kemampuan untuk menunjukkan pemahaman penulis atas materi yang dibacanya dengan kata-kata sendiri juga sangat diperlukan. Berikut ini menurut Wahyudi dalam Soelistyo (2011) Teknik-teknik parafrase:

a. Upayakan untuk mengubah penghubung kalimat (misalnya, tetapi, di pihak lain, sementara, sama halnya, seperti halnya, baik...maupun) yang terdiri dari dua frase yang mengungkapkan perbandingan atau dua pandangan yang bersifat kontras;

b. Mengganti bentuk kata kerja pasif dengan kata kerja aktif atau sebaliknya sehingga berkonsekuensi mengubah struktur kalimat yang dikutip;

(31)

28

c. Mengubah bentuk kata (misalnya, kata kerja diubah menjadi kata benda, kata sifat menjadi kata keterangan), dengan konsekuensi harus melakukan perubahan pada rumusan kalimat yang dikutip;

d. Mengubah kalimat melalui penggunaan sinonim atau persamaan kata yang sekaligus dapat memperkaya perbendaharaan kata dalam tulisan.

Purdue Online Writing Lab menyatakan langkah efektif dalam melakukan parafrase, yaitu: (1) membaca kembali teks sumber sampai memahami benar isi teks tersebut; (2) menyingkirkan teks/naskah asli dan mnulis ulang gagasan dalam teks tadi dalam sebuah kertas; (3) membuat daftar beberapa kata di bawah parafrase untuk mengingatkan kembali; (4) membandingkan tulisan parafrase dengan naskah aslinya untuk mengecek apakah semua gagasan, terutama gagasan yang penting telah tercantum dalam hasil paraphrase; (5) menggunakan tanda petik ganda untuk mengidentifikasi istilah-istilah khusus, terminologi, atau frase yang dipinjam dari naskah asli, dan yang diambil sama pesis dengan naskah asli; dan 6 menuliskan sumber (termasuk halaman) pada kertas catatan sehingga mempermudah untuk menuliskan sumber pustaka atau referensi.

Tata cara membuat parafrase diatur sesuai dengan gaya pengutipan yang dipilih. Berikut ini cara mengutip menurut American Psychological Association (APA), yaitu: (1) baca artikel asli; (2) buat catatan dan tuliskan apa yang penting untuk Anda; (3) integrasikan informasi ke dalam argumen Anda sendiri; (4) kutip penulisnya; (5) lihat kembali karya asli untuk memastikan Anda tidak menjiplak tulisan.

Modern Language Association (MLA), menyatakan teknik melakukan parafrase meliputi: pertama, mengubah beberapa kata menjadi sinonim; kedua, mengurutan kata-kata yang tepat dari aslinya. Pastikan menempatkan tanda kutip di sekitar frasa tersebut, atau tulis ulang sampai seluruh parafrase adalah kata-kata sendiri; dan ketiga, mempertahankan arti aslinya. Mengubah makna penulis bukanlah plagiarisme, tetapi kejujuran akademik mengharuskan untuk merepresentasikan karya orang lain secara akurat dalam tulisan.

(32)

29 Latihan

Bacalah artikel berikut ini:

https://kumparan.com/@kumparannews/4-akademisi-tanah-air-yang-terjerat-kasus-plagiarisme 1. Setelah membaca artikel tersebut,

a. Analisislah tipe plagiarisme yang dilakukan! b. Apa bentuk tindakan plagiarisme yang dilakukan? c. Sanski apa yang diberikan akibat tindakan tersebut?

2. Bagaimana mencegah dan menanggulangi tindakan plagiarisme bagi sivitas akademik (untuk dosen dan untuk mahasiswa)?

(33)

30 BAB III PENUTUP A. Rangkuman

Dalam memublikasikan sebuah karya ilmiah seorang penulis diharuskan sudah memahami etika publikasi. Etika publikasi merupakan pedoman yang wajib dituruti siapapun khususnya dosen sebagai sivitas akademik dimana diharuskan untuk memublikasikan karya ilmiah. Publikasi ilmiah merupakan hasil karya pemikiran seseorang atau sekelompok orang setelah melalui proses penelaahan ilmiah dan disebarluaskan dalam bentuk karya ilmiah.

Etika publikasi merupakan sebuah pedoman atau aturan perilaku yang sudah disepakati berbagai pihak dalam memublikasikan hasil penelitian ilmiah. Untuk memublikasikan sebuah karya ilmiah perlu diperhatikan kaidah-kaidah atau kode etika publiaksi supaya tidak merugikan pihak lain dan menjamin keaslian karya publikasi yang dihasilkan.

Etika publiaksi dibuat untuk menjungjung nilai etik dalam publikasi yaitu kenetralan, keadilan, dan kejujuran. Etika publiaksi tersebut menjadi pedoman bagi pengelola, editor, mitra bestari, pengarang, dan sponsor/pihak ketiga untuk mematuhi kode etik, mengikuti standar dan menerima tanggung jawab praktik-praktik pengelolaan publikasi ilmiah yang baik dalam sistem publikasi jurnal ilmiah.

Dalam memublikasikan karya ilmiahmya, pengarang harus menerapkan prinsip-prinsip etika publikasi yang sesuai dengan pedoman publikasi ilmiah yang bersumber dari Committee on Publication Ethics (COPE) yaitu kejujuran, kenetralan, dan keadilan. Kejujuran dalam publiaksi karya ilmiah adalah sikap bebas dari duplikasi, fabrikasi, flasifikasi, dan plagiarisme dalam publikasi, sedangkan kenetralan merupakan sikapvbebas dari pertentangan kepentingan dalam pengelolaan publikasi. Adapun dengan keadilan merupakan sikap memberikan hak kepengarangan kepada yang berhak sebagai pengarang seperti mencantumkan nama pengarang dan/atau mencantumkan urutan nama pengarang sesuai sumbangan intelektual. Dengan menerapkan prinsip-prinsip tersebut, seorang pengarang telah melakukan tindakan yang bertanggung jawab dan memiliki ciri moralitas yang tinggi.

Pelanggaran etika publikasi sangat sering kita jumpai di kalangan sivitas akademik, baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Beberapa pelanggaran tersebut berupa duplikasi, fabrikasi, falsifikasi, dan plagiarisme. Menurut Direktorat Pengelolaan Kekayaan Intelektual (2017),

(34)

31

duplikasi merupakan memublikasikan narasi dan data yang sama, atau mengulang data dan narasi dari penelitian atau metodologi yang sejenis. Sedangkan fabrikasi merupakan mengarang, membuat atau “mempercantik” data atau hasil penelitian tanpa adanya proses ilmiah untuk dilaporkan atau dipublikasikan. Flasifikasi adalah memalsukan atau memanipulasi hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan/atau hasil dengan mengubah atau melaporkan secara salah, termasuk membuang data yang bertentangan secara sengaja untuk mengubah hasil.

Plagiarisme merupakan tindakan yang mengambil karya orang lain tanpa mencantumkan sumber, kemudian mengakui sebagai karyanya sendiri. Tipe-tipe plagiarisme bisa berupa kata demi kata, plagiarisme atas sumber, plagiarisme kepengarangan dan self plagiarism. Bentuk-bentuk tindakan plagiarisme sangat banyak. Beberapa ahli menyampaikan pendapatnya terkait bentuk-bentuk plagiarisme kurang lebih hampir sama yaitu berupa copy & paste, penerjemahan yang tidak tepat, plagiat terselubung, shake & paste collections, clause quilts, plagiat struktural, pawn sacrifice, cut & slide, Self-plagiarism, dan other dimensions. Faktor penyebab tindakan plagiarisme pada umumnya berasal dari diri penulis, yaitu kurang membaca buku, buruknya manajemen waktu, dan tidak mau bekerja keras.

Cara efektif untuk mencegah tindakan plagiarisme adalah motivasi dan kesungguhan dari diri sendiri untuk berperilaku jujur dan bermoral yang baik. Kalaupun harus mengutip pendapat orang lain di dalam tulisannya, hendaklah dibuat sumbernya. Salah satu hal yang perlu dilakukan untuk menghindari dari tindakan plagiarisme adalah dengan cara melakukan parafrase yang benar. Semoga dengan pembahasan modul ini, peserta dapat menulis dan memublikasikan karya ilmiah. B. Evaluasi

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan lengkap dan jelas: 1) Jelaskan pengertian etika publikasi menurut Anda! 2) Jelaskan tujuan etika publikasi!

3) Jelaskan pengertian prinsip-prinsip dalam etika publikasi

4) Jelaskan bentuk-bentuk tindakan plagiarisme menurut beberapa ahli! 5) Jelaskan perbedaan antara duplikasi, falsifikasi, fabrikasi, dan plagiarisme! 6) Jelaskan bagaimana cara melakukan parafrase!

(35)

32 C. Umpan Balik

Coba Saudara periksa hasil jawaban Saudara pada evaluasi di atas. Apabila jawaban Saudara sudah tepat, maka Saudara dianggap telah menguasai konsep dasar etika publikasi, apabila belum, Saudara dapat mengulang kembali untuk mempelaari kembali.

D. Tindak Lanjut

Dalam penulisan bahan ajar ini, disadari masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun akan sangat bermanfaat bagi kami dalam menyempurnakan dan mengembangkan bahan ajar ini lebih lanjut. Besar harapan kami, bahan ajar yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membutuhkannya terutama peserta diklat penulisan artikel ilmiah untuk pemahaman yang lebih baik dalam melakukan penulisan artikel ilmiah.

Ada kata-kata bijak yang mungkin bisa menjadi bahan renungan kita, yaitu: untuk mempelajari sesuatu, praktikkanlah (Roger C. Schank). Dalam pembelajaran ini tidak hanya sebatas pemahaman saja. Hal ini diperkuat oleh Vernon A. Magnesen sebagai berikut: KITA BELAJAR:

• 10 % dari apa yang kita baca • 20 % dari apa yang kita dengar • 30 % dari apa yang kita lihat

• 50 % dari apa yang kita lihat dan dengar • 70 % dari apa yang kita katakan

• 90 % dari apa yang kita katakan dan lakukan E. Kunci Jawaban

1. Etika publikasi adalah norma pengelolan publikasi ilmiah yang bersumber pada Committee on Publication Ethics (COPE) dan memiliki prinsip menjunjung tiga nilai etik dalam publikasi, yaitu: kenetralan, yakni bebas dari pertentangan kepentingan dalam pengelolaan publikasi; keadilan, yakni memberikan hak kepengarangan kepada yang berhak sebagai pengarang; dan kejujuran, yakni bebas dari duplikasi, fabrikasi, flasifikasi, dan plagiarisme dalam publikasi

(36)

33 2. Tujuan Etika Publikasi

1) sebagai standar untuk melindungi kekayaan intelektual;

2) larangan menerbitkan ulang karya orang lain tanpa penghargaan yang tepat; 3) larangan plagiarisme atas karya orang lain;

4) data dan informasi yang dipublikasikan harus original 3. Prinsip-Prinsip Etika Publikasi

1) Kejujuran adalah bebas dari duplikasi, fabrikasi, flasifikasi, dan plagiarisme dalam publikasi

2) Kenetralan adalah bebas dari pertentangan kepentingan dalam pengelolaan publikasi 3) Keadilan adalah memberikan hak kepengarangan kepada yang berhak sebagai

pengarang seperti mencantumkan nama pengarang dan/atau mencantumkan urutan nama pengarang sesuai sumbangan intelektual

4. Bentuk-Bentuk Tindakan Plagiarisme

Menurut American Medical Association (AMA):

1) menyerahkan pekerjaan orang lain sebagai milik sendiri;

2) menyalin kata-kata atau ide dari orang lain tanpa mencantumkan sumbernya 3) gagal menempatkan kutipan dalam tanda kutip;

4) memberikan informasi yang salah tentang sumber kutipan;

5) mengubah kata-kata tetapi menyalin struktur kalimat dari sumber tanpa mencantumkan sumbernya;

6) menyalin banyak kata atau ide dari sumber yang membentuk sebagian besar pekerjaan sendiri.

5. Perbedaan antara duplikasi, falsifikasi, fabrikasi, dan plagiarisme

1) Duplikasi merupakan publikasi naskah yang tumpang tindih secara substansial dengan salah satu publikasi yang sudah diterbitkan, tanpa referensi yang dengan nyata-nyata merujuk pada publikasi sebelumnya

2) Fabrikasi merupakan mengarang, membuat atau “mempercantik” data atau hasil penelitian tanpa adanya proses ilmiah untuk dilaporkan atau dipublikasikan

(37)

34

3) Flasifikasi adalah memalsukan atau memanipulasi hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan/atau hasil dengan mengubah atau melaporkan secara salah, termasuk membuang data yang bertentangan secara sengaja untuk mengubah hasil

4) Plagiarisme merupakan mencuri dan mengambil (gagasan atau kata-kata orang lain) sebagai milik sendiri dan digunakan (produksi orang lain) tanpa menyatakan sumbernya

6. Cara melakukan parafrase Baca halaman 25-26

7. Cara mencegah plagiarisme Baca halaman 22-26

(38)

35

DAFTAR PUSTAKA

Academi Integrity Totorial Northern Illinois University (NIU). https://www.niu.edu/academic-integrity/students/cheating/fabrication-or-falsification.shtml (diakses pada hari Sabtu, 20 Oktober 2018).

Anney dan Mosha. 2015. Student’s Plagiarisms in Higher Learning Institutions in the Eraof Improved Internet Access: Case Study of Developing Countries. University of Dar es Salaam- Tanzania: Journal of Education and Practice.

American Medical Association (AMA). http://research.wou.edu/ama/amaparaphrasingsummary. (diakses pada hari selasa, 16 Oktober 2018).

American Medical Association (AMA).

http://www.amamanualofstyle.com/view/10.1093/jama/9780195176339.001.0001/med-9780195176339-div2-144. (diakses pada hari Sabtu, 20 Oktober 2018).

American Psychological Association (APA). https://bethelu.libguides.com/apa101/plagiarism. (diakses pada hari Kamis, 11 Oktober 2018).

American Psychological Association (APA). https://www.apa.org/pubs/authors/openletter.pdf. (diakses pada hari Senin, 22 Oktober 2018).

Direktorat Pengelolaan Kekayaan Intelektual. 2017. Pedoman Publikasi Ilmiah. Jakarta: Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi

Direktorat Pengelolaan Kekayaan Intelektual. 2017. Pedoman Tata Kelola Jurnal Menuju Bererputasi Internasional. Jakarta: Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Herianto. PPT Publikasi Karya Ilmiah. Univeristas Kebangsaan Malaysia.

IEEE, A Plagiarism FAQ.

http://www.ieee.org/publications_standards/publications/rights/plagiarism_FAQ.html (diakses pada hari Rabu, 24 Oktober 2018).

Jatmiko, W.,dkk, 2015. Panduan Penulisan Artikel Ilmiah. Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia.

Lembaga Administrasi Negara. 2014. Anti Korupsi: Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan I/II dan Golongan III. Jakarta: LAN.

Lukman, dkk. 2018. Pedoman Akreditasi Jurnal Ilmiah. 2018. Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh sebab itu, karena sepeda motor tidak termasuk dalam kelompok kendaraan bermotor umum sebagaimana yang diatur pada Pasal 47 Ayat (3) UU Lalu Lintas dan Angkutan

Cecurut rumah (Suncus murinus) yang ditangkap di Kabupaten Kepulauan Seribu dilaporkan terinfeksi salah satu spesies virus hantavirus yaitu virus Thottapalayam (TMPV)

Hasil tersebut sesuai dengan uji pengaruh perlakuan varietas dan tunda secara individu yang menunjukkan pengaruh secara nyata terhadap gula reduksi %brix..

Gambar 23 Jarak antar eksit.. Jarak tempuh diukur dari lintasan yang sesungguhnya ditempuh oleh pengguna bangunan untuk mencapai eksit. Jarak tempuh ini harus diukur

Artinya pada saat mahasiswa mengalami masa transisi dari masa sekolah menuju universitas dibutuhkan berbagai faktor pendukung agar mereka dapat mencegah stres yang

6 Dengan dipahaminya kepuasan kerja, komitmen afektif dan kinerja dari karyawan yang bekerja di Chevron Indonesia Company – Kalimantan Operation, termasuk bagaimana

belakangi oleh faktor ekonomi, dikarenakan untuk mengadakan pernikahan dibutuhkan biaya yang tidak sedikit, jika mengadakan pernikahan dua mempelai dalam waktu yang sama

Dari data-data mengenai trayek angkutan Kota Bogor, ditemukan sebuah algoritma sederhana yang dapat digunakan sebagai solusi dari permasalahan pengguna angkutan