• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. KONSTRUKSI BATU II 07 feb 14

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "1. KONSTRUKSI BATU II 07 feb 14"

Copied!
186
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 1

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SERTA LINGKUNGAN HIDUP A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR

Kompetensi Dasar Pengalaman Belajar

Setelah mengikuti

Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup siswa mampu:

Menyajikan hasil penerapan K3LH dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi batu sesuai peraturan yang berlaku

Melalui pembelajaran materi kesehatan dan keselamatan kerja, siswa memperoleh pengalaman belajar :

Penerapan K3LH pada pekerjaan konstruksi batu (Penggunaan peralatan, pemeriksaan bahan, pengukuran, pemasangan papan duga,

(2)
(3)

C. MATERI PEMBELAJARAN

Kegiatan Konstruksi merupakan unsur penting dalam pembangunan. Dalam melaksanakan Kegiatan konstruksi menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan antara lain yangmenyangkut aspek keselamatan kerja dan lingkungan. Untuk itu Kegiatan konstruksi harus dikelola dengan memperhatikan standar dan ketentuan K3 yang berlaku.

Bahaya yang paling sering terjadi di proyek konstruksi adalah : jatuh dari ketinggian, kecelakaan kendaraan bermotor, dan tertimpa benda yang jatuh.

Jatuh dari ketinggian adalah penyebab utama kecelakaan kerja dalam industri konstruksi. .Menurut buku OSHA (29 CFR), tindakan perlindungan agar tidak jatuh meliputi : pembuatan landasan untuk berpijak yang kuat, jalan setapak yang cukup lebar, dibuatkan pagar di sisi pinggiran. Perlindungan juga diperlukan ketika karyawan yang berisiko untuk jatuh ke peralatan berbahaya.

Gambar 1.1. landasan untuk berpijak tidak kuat

Tertimpa benda yang jatuh adalah kejadian kecelakaan kerja yang ke tiga. Tidak seorangpun diperbolehkan untuk menyeberang di bawah atau berdiri di bawah peralatan loading, semua pekerja seharusnya berada pada jarak yang aman, disamping itu ada ketidak disiplinan dalam pemakaian pelindung kepala.

(4)

- Melibatkan banyak tenaga kerja kasar (labour) yang berpendidikan relatif rendah - Memiliki intensitas kerja yang tinggi

- Bersifat multidisiplin dan multi crafts

- Menggunakan peralatan kerja beragam, jenis, teknologi, kapasitas dan kondisinya - Memerlukan mobilisasi yang tinggi (peralatan, material dan tenaga kerja)

- Dasar Hukum:UU No. 13/2003 : Ketenagakerjaan - UU No. 1/1970 : Keselamatan Kerja

Pelaksanaan suatu proyek konstruksi banyak menggunakan tenaga kerja manusia dan dalam setiap kegiatan pekerjaan konstruksi sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik pekerja serta area kerja yang terbuka, seperti iklim, cuaca. dan lingkungan. Oleh karena itu, pelaksanaan proyek konstruksi sangat rawan terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Masalah keselamatan kerja di Indonesia telah lama mendapat perhatian dan dukungan dari Pemerintah sejak ditetapkannya Undang-Undang Keselamatan Kerja Nomor 1 Tahun 1970. Bahkan sejak tahun 1993, keselamatan kerja telah ditingkatkan untuk mencapai kecelakaan nihil (zero accident) pada setiap proses produksi. Sejak dikeluarkannya peraturan pemerintah mengenai keselamatan kerja, perusahaan kontraktor wajib mengimplementasikan Program Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja (K3) pada setiap proyek konstruksi yang dikerjakannya. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara utuh dapat meminimalkan risiko terjadinya kecelakaan kerja. Namun, pada kenyataannya masih banyak hambatan yang sering dihadapi, baik dari pihak kontraktor maupun dari pihak pekerja. Di kalangan pekerja, banyak pekerja konstruksi yang mengalami kecelakaan kerja oleh karena faktor perilaku tindakan tidak aman (unsafe action) dalam bekerja oleh karena kurangnya pengetahuan pekerja tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3).

(5)

dan Kesehatan Kerja (K3) sehingga upaya pencegahan kecelakaan kerja dalam mencapai kecelakaan nihil (zero accident) dapat tercapai.

1. Cara penggunaan alat-alat tangan/mekanik

Dalam pelaksanaan suatu pekerjaan konstruksi pemahaman terhadap peralatan merupakan satu hal yang sangat penting, karena keberhasilam penanganan pekerjaan tersebut akan tergantung sekali kepada sejauh mana pekerja memahami jenis, fungsi dan penggunaan peralatan.

Harus kita akui bahwa kemampuan tenaga kerja di negeri kita pada umumnya, khususnya bidang keahlian konstruksi batu bukan diperoleh dari hasil pendidikan atau pelatihan secara formal tetapi diperoleh berdasarkan pengalaman kerja langsung di lapangan sehingga kemampuan mengenali peralatan perlu mendapatkan bimbingan secara khusus yang ditunjang oleh pengalaman yang cukup.

Kemampuan penggunaan peralatan bagi seorang ahli konstruksi adalah sangat penting, sehingga dalam melaksanakan tugasnya bisa betul-betul mengetahui secara pasti apa yang seharusnya dilakukan serta dimana digunakan, disamping tentunya diharapkan dengan meningkatnya kemampuan penggunaan peralatan dapat meningkatkan produktivitas dan penghasilan hariannya.

Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai pengunaan alat-alat tangan maupun alat mekanik pekerja memperhatikan terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3), pada pekerjaan ini dimana setiap alat yang akan digunakan harus tahu bagaimana cara menggunakannya, dengan terlebih dahulu membaca atau mempelajari buku manual alat agar alat digunakan sesuai dengan fungsinya.

2. Keselamatan kerja dalam pelaksanaan pemeriksaan bahan

(6)

menuntut para ahli terbuka terhadap perkembangan bahan bangunan, karena tidak jarang hal ini menyimpang dari cara pertukangan tradisional. Kajian ilmu bahan bangunan yang cukup sederhana dan formal selama ini kiranya perlu diubah sesuai dengan gagasan pembangunan yang menyeluruh. Ilmu bahan bangunan yang memberi pengertian terhadap cara, pengaruh, dan akibat bahan bangunan bekerja di dalam konstruksi gedung. Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai pemeriksaan bahan bangunan terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3) pada pekerjaan ini, adalah disarankan dalam setiap pemeriksaan bahan harus menggunakan alat pelindung diri (APD) : Sepatu Pengaman, Sarung tangan, Masker, Kaca Mata Pengaman Baju Kerja. Dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 1.2. Pemeriksaan Bahan 3. Pengukuran dan pemasangan papan duga

a) Pengukuran

(7)

Pekerjaan pengukuran dan leveling merupakan pekerjaan yang sangat penting karena hasil dari pekerjaan ini dapat mempengaruhi dan menentukan baik buruknya ukuran dan bentuk bangunan. Jenis pekerjaan ini harus dilaksanakan dengan penuh ketelitian, setiap langkah pekerjaan harus dilakukan pengontrolan kembali. Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai pengukuran selalu memperhatikan terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3) baik sumber daya manusia maupun peralatannya harus dijaga agar alat tersebut tidak rusak. Pada pekerjaan pengukuran ini, adalah disarankan dalam setiap pengukuran harus menggunakan alat pelindung diri (APD) : Helm, Sepatu Pengaman, Jas Hujan, Payung.

Gambar 1.3. Pekerjaan Pengukuran

b) Pekerjaan Papan Duga

Papan titik duga bangunan (Bowplank) merupakan sebuah benda kerja yang terdiri dari pasangan papan-papan. Pasangan ini dimaksudkan untuk menempatkan titik-titik hasil pengukuran yang diperlukan dalam mendirikan suatu bangunan dan membentuk bidang datar. Sehingga dapat mempermudah pengerjaan bangunan tersebut.

(8)

bangunan (Bowplank) merupakan acuan awal dalam memulai pembangunan suatu bangunan. Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai pekerjaan pemasangan papan duga selalu memperhatikan terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3). Pada pekerjaan pemasangan papan duga ini, adalah disarankan dalam setiap pekerjaan harus menggunakan alat pelindung diri (APD) : Helm, Sepatu Pengaman, Masker, Sarung Tangan. Dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 1.4. Pekerjaan Papan Duga

4. Pekerjaan Pondasi

(9)

Gambar 1.5. Pekerjaan pasangan pondasi Faktor perilaku pekerja (unsafe action)

a) Tidak menggunakan helm, masker, dan sepatu pengaman

Faktor kondisi yang tidak aman (unsafe condition)

a) Bekerja di galian yang dalam tanpa dinding penahan sementara b) Banyak batu pondasi yang berserakan

c) Pakaian/perlengkanan tidak aman Rekomendasi

APD : Helm, Sepatu Pengaman, Sarung tangan, masker

5. Pasangan Batu bata dan Batu cetak

(10)

kolom praktis sejarak 3 - 4 m atau dalam 12 m2 harus dipasangakan sebagai perkuatan pada pasangan batanya. - Kolom praktis merupakan tiang dari besi yang di cor dengan adukan 1 Pc:2Ps:3Kr biasanya ditulis dengan 4 ø 12 atau empat batang besi berdiameter 12 mm dengan cincin / sengkang ø 8 mm sejarak 20 cm - 25 cm. Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai perilaku pekerja terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3) pada pekerjaan ini, dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 1.6. Pekerjaan pasangan batu bata Faktor perilaku pekerja (unsafe action)

a) Tidak menggunakan helm, masker, dan sepatu pengaman

Faktor kondisi yang tidak aman (unsafe condition)

a) Bekerja dalam pasangan batu-bata tanpa menggunakan APD b) Pakaian/perlengkanan tidak aman

Rekomendasi

APD : Helm, Sepatu Pengaman, Sarung tangan, masker

6. Pekerjaan sloof Beton

(11)

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3) pada pekerjan sloof beton. Perilaku pekerja terhadap Keselamatan dan Kesehatan kerja (K-3) pada pekerjaan ini, dapat dilihat pada penjelasan gambar berikut :

Gambar 1.7. Pekerjaan sloof Beton Faktor perilaku pekerja (unsafe action)

a) Pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan, helm pengaman, sepatu pengaman

Faktor kondisi yang tidak aman (unsafe condition) a) Daerah kerja banyak tulangan overlap

b) Banyak batu pondasi yang berserakan Rekomendasi

APD : Helm, sarung tangan, sepatu pengaman

7. Pekerjaan Beton Kolom

(12)

membutuhkan perhatian yang penuh dalam hal Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3). Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3) pada pekerjaan ini, dapat dilihat pada penjelasan gambar berikut :

Gambar 1.8. Pekerjaan kolom Beton

Faktor perilaku pekerja (unsafe action)

a) Pekerja tidak menggunakan sarung tangan, sepatu pengaman, helm, dan tali pengaman

Faktor kondisi yang tidak aman (unsafe condition) a) Bekerja di ketinggian tanpa jaring pengaman b) Sisa bahan material yang berserakan

c) Keruntuhan tiba-tiba dari kayu bekisting tempat pijakan pekerja Rekomendasi

(13)

8. Pekerjaan pelat lantai dan tangga

Sebagian besar dari pekerjaan struktur adalah beton, pekerjaan beton tersebut antara lain adalah pekerjaan pelat lantai 1 pada lantai 2 yang menggunakan beton tulangan. Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada pekerjaan ini, dapat dilihat pada penjelasan gambar berikut :

Gambar 1.9. Pekerjaan plat lantai dan tangga Faktor perilaku pekerja (unsafe action)

a) Pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan, sepetu pengaman, masker

b) Pekerja tidak menggunakan masker untuk pernafasan Faktor kondisi yang tidak aman (unsafe condition)

a) Bekerja dengan alat yang tingkat resiko kecelakaannya berbahaya b) Kondisi tanah yang berdebu

c) Pakaian/peralatan tidak aman Rekomendasi

(14)

9. Pekerjaan Dinding

Dalam suatu konstruksi bangunan tentunya dibutuhkan dinding sebagai suatu bagian bangunan. Dinding berfungsi untuk melindungi bagian-bagian di dalamnya seperti terhadap basah dan angin.

Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai perilaku pekerja terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3) pada pekerjaan ini, dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 1.10. Pekerjaan dinding

Faktor perilaku pekerja (unsafe action)

a) Pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri seperti helm, masker dan sarung tangan

Faktor kondisi yang tidak aman (unsafe condition) a) Prosedur kerja yang tidak aman

b) Sisa bahan material dan alat berserakan di tempat kerja c) Pakaian/perlengkapan pekerja tidak aman

d) Keruntuhan tiba-tiba dari kayu bekisting tempat pijakan kaki Rekomendasi APD :

(15)

10. Pemasangan Rangka Atap

Rangka atap adalah salah satu bagian struktural suatu bangunan yang berfungsi untuk tempat melekatnya atap, dimana atap itu sendiri berfungsi untuk melindungi bagian dalam gedung dari terpaan hujan dan panas matahari. Pekerjaan rangka atap adalah pekerjaan yang posisi pekerjaannya berada pada tempat yang paling atas dan paling tinggi dari suatu bangunan. Rangka atap yang digunakan pada proyek pembangunan ini adalah rangka atap baja ringan. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja (K-3) pada pekerjaan ini, dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 1.11. Pemasangan rangka atap

Faktor perilaku pekerja (unsafe action)

a) Pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri berupa helm, sarung tangan dan tali pengaman

Faktor kondisi yang tidak aman (unsafe condition)

a) Bekerja pada ketinggian dengan permukaan yang miring b) Kondisi cuaca yang tidak nyaman

Rekomendasi

(16)

Bab 2

MENGGUNAKAN PERALATAN TANGAN DAN MEKANIK/LISTRIK

PEKERJAAN KONSTRUKSI GEDUNG, BANGUNAN AIR

A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR

Kompetensi Dasar Pengalaman Belajar

Setelah mengikuti

pembelajaran Jenis-jenis Peralatan tangan mekanik siswa mampu:

Menggunakan peralatan tangan dan mekanik/listrik pekerjaan konstruksi gedung, bangunan air,

Melalui pembelajaran materi Jenis-jenis

Peralatan tangan mekanik, siswa memperoleh pengalaman belajar:

(17)
(18)

C. MATERI PEMBELAJARAN

Peralatan atau Perkakas adalah benda yang digunakan untuk mempermudah pekerjaan kita sehari-hari.Beberapa contoh alat adalah palu, tang, gergaji, dan cangkul.Beberapa benda sehari-hari seperti garpu, sendok dan pensil juga termasuk alat.Pisau merupakan salah satu alat yang diciptakan manusia.Dalam pelaksanaan suatu pekerjaan konstruksi pemahaman terhadap peralatan merupakan satu hal yang sangat penting, karena keberhasilam penanganan pekerjaan tersebut akan tergantung sekali kepada sejauh mana pekerja memahami jenis, fungsi dan penggunaan peralatan.Harus kita akui bahwa kemampuan tenaga kerja di negeri kita pada umumnya, khususnya bidang keahlian konstruksi batu bukan diperoleh dari hasil pendidikan atau pelatihan secara formal tetapi diperoleh berdasarkan pengalaman kerja langsung di lapangan sehingga kemampuan mengenali peralatan perlu mendapatkan bimbingan secara khusus yang ditunjang oleh pengalaman yang cukup.

Kemampuan penggunaan peralatan bagi seorang ahli konstruksi batu adalah sangat penting, sehingga dalam melaksanakan tugasnya bisa betul-betul mengetahui secara pasti apa yang seharusnya dilakukan serta dimana digunakan, disamping tentunya diharapkan dengan meningkatnya kemampuan penggunaan peralatan dapat meningkatkan produktivitas dan penghasilan hariannya.Berdasarkan fungsinya alat-alat yang digunakan untuk pekerjaan bata dapat dibedakan menjadi :

a) Alat Utama

Merupakan peralatan yang perlu digunakan oleh tukang batu dalam melakukan pekerjaannya, agar pekerkerjaan dapat sesuai dengan prosedur serta ketentuan yang disayaratkan.

b) Alat Pendukung atau Pembantu

(19)

yang baik sesuai dengan kebutuhan dan untuk menjaga peralatan tetap awet serta baik perlu dilakukan pemeliharaan secara rutin, sehingga peralatan tetap bisa dipergunakan sesuai kebutuhan.

1. PERALATAN TANGAN

1.1. Alat untuk pekerjan pemasangan fondasi atau dinding : a. Sendok adukan:

Sendok digunakan untuk meletakan adukan pada deretan batu yang akan dipasang, dari berbagai jenis yang ada, yang paling sering digunakan adalah sendok seperti tergambar di bawah ini:

Sendok adukan

b. Palu Pemotong

(20)

Palu pemotong batu bata Palu pemecah batu belah

c. Pahat Batu

Digunakan untuk membantu membelah batu yang keras atau membersihkan bekas adukan pada dinding.

Pahat Batu

d. Sikat Adukan

(21)

Sikat Adukan

e. Trowel:

Jika pasangan bata sudah terpasang rapi, maka alur adukan (nat) diratakan dengan bantuan trowel seperti tergambar di bawah ini:

1.2. Alat untuk pekerjaan plesteran dan pengakhiran : a. Sendok adukan:

Seperti halnya dengan pekerjaan pemasangan bata, maka dinding dilapisi dengan adukan dengan

(22)

Sendok adukan

b. Trowel Perata plesteran

Selanjutnya untuk meratakan plesteran digunakan trowel yang lebihbesar, biasanya terbuat dari kayu.

Trowel Perata

c. Trowel finishing

(23)

Trowel finishing

d. Alat pekerjaan beton :

Pengaduk dan pencampur beton.Pada lingkup pekerjaan yang cukup luas, beton dituangkan dengan bantuan sekop atau sejenis pacul kecil.

e. Palu

(24)

1) Jenis Palu. pemukulan terhadap suatu benda dan juga untuk pembongkaran. Palu kayu umumnya dipergunakan untuk konstruksi kayu yang biasanya dipergunakan untuk pemukulan pahat dan juga pemukulan untuk pemasangan spin kayu. Sedangkan Palu karet biasanya berhubungan dengan pekerjaan yang membutuhkan pukulan yang berskala rendah dimana ditujukan tidak mencederai benda yang dipukul, biasanya alat ini dipakai untuk pemsangan keramik, pemasangan bata, pemasangan porselin dan juga materila material artistik lainnya.

(25)

2) Ukuran Palu Besi.

Pemilihan palu besi harus disesuaikan dengan penggunaannya, misalnya untuk pemakuan paku ukuran kecil misalnya 1 inchi harus disesuaikan dengan palu kecil ukuran berat 1 kg.Hal ini dimaksudkan supaya beban yang diterima oleh paku sesuai dengan berat tekanan dari palu ketika dipukulkan. Disamping itu juga akan mempengaruhi tenaga yang hars dikeluarkan oleh tukangnya.

Ukuran palu besi berdasarkan berat kepala ada yang terdiri dari ukuran 1/2 kg, 1kg, 2kg, 3kg, 5kg. Untuk palu besi 10 kg biasanya dipakai untuk alat pemecah beton.Ukuran panjang pegangan biasanya sudah disesuaikan dengan berat kepala palu.

3) Pemilihan dan Pemakaian Palu Besi

Disamping pemilihan berat palu, hal lain yang perlu diperhatikan adalah palu dapat dipergunakan dalam berbagai fungsi. Palu yang dipilih harus diperhatikan penggunaannya sesuai dengan kebutuhan daya dorong kuku, palu harus bisa difungsikan untuk membengkok paku dan juga untuk mematahkan suatu benda dengan mudah.

(26)

terengaruh pada penempatan banyaknya tegangan pada pegangan, sehingga saat anda memilih palu anda juga harus memperhatikan jenis pegangan pada palu tersebut dimana anda harus memperhatikan kekuatan tegangan , kuatan ikatan tehadap kepala palu dan juga kenyamanan anda untun memegang palu tersebut. Saklah dimana hal ini berpengaruh terhadap penyerapan getaran saat anda memukulkan palu terhadap suatu benda, dimana dengan semakin kecilnya getaran yang diterima oleh tangan maka akan mengurangi stres pada tangan dan pergelangan tangan.

f. Sapu atau Screed beton

(27)

g. Alat pekerjaan pemasangan lantai (ubin) 1) Trowel bergerigi

Untuk memperoleh permukaan yang rata, apalagi jika digunakan sejenis mortar khusus untuk perekat ubin, maka jenis yang sering digunakan seperti tergambar di bawah ini:

2) Alat pemotong keramik

(28)

3) Pengisi celah

Setelah ubin terpasang, maka celah di antara ubin diisi dengan cairan semen yang diratakan dengan menggunakan kape:

Kape dapat juga digunakan untuk melapisi acian dengan plamur,sebelum dinding dilapisi dengan cat tembok.

(29)

Pada dasarnya alat bantu kerja batu yang dimaksud fungsinya untukmembantu dan memperlancar penyelesaian kerja batu, sehingga produktivitas kerja dapat meningkat.

Beberapa alat bantu yang umum digunakan dalam pekerjaan batu, di antaranya :

1) Saringan Pasir

Kadang kala ukuran butiran pasir terlalu kasar atau mengandung batuan, sehingga tidak baik untuk digunakan untuk pelsteran.Oleh karenanya, pasir terlebih dahulu harus diayak/disaring.

2) Gerobag Adukan

(30)

3) Bak adukan

Agar adukan yang sudah disiapkan tidak tercecer ke mana-mana, makan ditempatkan dalam kotak adukan, yang dari situ diangkut ke tampat pekerjaan.

4) Ember adukan

(31)

5) Tempat adukan:

Untuk mempermudah pelaksanaan pekerjaan adukan yang akan digunakan diletakkan pada sebuah tempat yang dipegang pada tangan sebelahnya.

i. Peralatan Penunjang

Kadangkala dibutuhkan peralatan lainnya yang disebut peralatan pendukung atau penunjang. Peralatan penunjang yang dimaksud diantaranya :unting-unting, penyipat dan benang, meteran, waterpass, alat siku, dan alat gores.

1) Unting-Unting

Digunakan untuk memastikan dinding lurus

(32)

Untuk memberi marka pada tempat di mana mau dipasang dinding, maka pada lantai kerja diberi tanda (sipat) agar pasangan batu dapat lurus dan siku.Selanjutnya dengan bantuan benang, pasangan bata diletakkan lapis demi lapis.

(33)

Siku Ukur adalah salah satu alat yang sangat penting dalam pertukangan. Siku ukur merupakan salah satu yang sering dipakai dalam dasar pekerjaan dan juga saat penguran bagian bagian yang sangat berhubungan dalam kesikuan bahan maupun ruang yang akan dikerjakan. Tidak hanya itu mungkin siku ukur adalah alat tercepat dan termudah untuk menandai garis persegi untuk pemotongan , tetapi dapat digunakan untuk dengan cepat menandai setiap sudut hingga 45 derajat dan 90 derajat dan juga alat yang paling sering dipergunakan untuk mengukur sampai enam inci (20 cm).

Siku Ukur L adalah alat ukur yang dirancang untuk membuat tanda persegi atau sudut pada suatu benda. Biasanya Siku Ukur tersedia dalam berbagai macam ukuran tetapi secara umum yang sering dipakai terdiri dari 2 model yaitu Siku Ukur Kecil dengan panjang ukur 6 inchi dan Siku Ukur besar dengan panjang ukur 12-inci.

(34)

1. Siku Ukur paling sering digunakan untuk membuat tanda ataupun sebagai penggaris pada suatu objek atau benda.

2. Siku Ukur memiliki tanda sehingga mudah untuk menentukan sudut perkiraan ataupun bidang potong. Dengan menempatkan pojok siku ukur pada titik di mana sudut memenuhi sumbu panjang dan maka dapat dilihat besaran sudut pada suatu garis yang akan diukur.

3. Dengan siku ukur memungkinkan pengguna untuk mengukur maupun membuat ukuran dalam ukuran kecil karena tersedia tanda ukuran panjang.

k. Jenis Siku Ukur derajat

Siku Ukur ada dua jenis, yaitu dengan alat pengukur derajat sudut dan tanpa alat pengukur derajat sudut. Untuk tanpa pengukur derajat berbentu segitiga dan yang tanpa pengukur derajat sudut berbentuk L . Alat ini biasanya tersedia dari bahan aluminium dan stainles steel dan juga dari bahan plastik. Siku Ukur dari bahan aluminium dan stainles steel adalah alat yang paling baik diperguankan karena tahan lama dan tidak mudah pecah. Siku Ukur yang terbuat dari plastik sedikit lebih murah, tetapi tidak terlalu tahan terhadap benturan sehingga mudah pecah.

Pemeliharaan :

(35)

membuat permuakaan akan bengkok. Juga saat pemakaian dianjurkan supaya ditempatkan pada tempat yang mudah dilihat karena biasanya alat ini sering terlupakan tertimpa oleh benda lain sehingga sering hilang.

l. Alat Penggores

Alat penggores keramik secara umum digunakan untuk menarik garis-garis yang dikehendaki, baik untuk menandai lebar atau yang lainnya.

1) Pisau gores

Pisau gores digunakan untuk menarik garis-garis yang melintasi keramik yang ingin dipotong. Garis yang terbentuk merupakan garis yang permanen yang mengggerus lapisan luar keramik. Daun pisau gores dibuat dari baja berkualitas tinggi, sedangkan pegangannya terbuat dari kayu.

2) Perusut (Alat gores)

(36)

m. Alat Ukur

(37)

1) Pita Ukur

Pemilihan pita ukur harus memperhatikan beberapa hal yang penting supaya saat penggunaan dapat dipergunakan secara akurat, cepat dan mudah untuk dipergunakan.

Untuk tukang yang paling populer dan sering digunakan adalah meter ukur panjang 3 m. Dalam pemilihan meter ukur harus diperhatikan jenis meteran harus memiliki standard metrik dimana harus terdapat ukuran meter dan inchi. Jenis meteran yang baik harus memiliki mekanisme penguncian yang akan memungkinkan untuk menarik keluar panjang pita yang dibutuhkan dan kemudian mengunci alat sehingga tidak akan menarik kembali sampai terkunci.

(38)

ujung lainnya yang diukur, sehingga pengukuran dapat dengan mudah dilaksanakan.

Kotak meteran saat ini mempunyai bentuk yang berbagai macam, pemilihan meteran yang baik adalah meteran yang mempunyai bahan yang kuat dan tahan jika terjatuh.Karena sifat pemakaian yang sering terpakai dan dilakukan pada berbagai tempat maka alat ini mudah beresiko terjatuh.Diusahakan kotak meteran mempunyai kaitan ataupun tali kait sehingga tukang saat selesai memakai dapat dengan cepat mengaitkannya pada kantong yang tersedia.Jenis kotak yang paling baik adalah kotak yang terlindungi oleh bahan karet.

Pemeliharaan Meter Ukur

(39)

2) Water pass

Water pass digunakan untuk memastikan bahwa pasangan bata atau lantai berada pada kondisi lurus, atau memenuhi kemiringan tertentu. Alat ini dapat digunakan pada posisi horizontal maupun vertikal. Pada posisi vertikal, biasanya diuji ulang dengan menggunakan unting-unting.

Leveling atau Waterpass Tukang adalah alat yang digunakan untuk mengukur atau menentukan sebuah benda atau garis dalam posisi rata baik pengukuran secara vertikal maupun horizontal.

(40)

paling sering dipergunakan adalah waterpass panjang 120 cm yang terbuat dari bahan kayu dengan tepi kuningan, dimana alat ini terdapat dua buah alat pengecehek kedataran baik untuk vertikal maupun horizontal yang terbuat dari kaca dimana didalamnya terdapat gelembung cairan, dan pada posisi pinggir alat terdapat garisan pembagi ayang dapat dipergunakan sebagai alat ukur panjang.

a) Jenis Water Pass

Saat ini waterpass banyak dijumpai dalam berbagai ukuran dan bahan. Ukuran yang umum dapat dijumpai adalag waterpass dengan panjang 0,5 m, 1 m, 2m, dan 3 m. Umumnya berbentuk persegi panjang dengan lebar 5-8 cm dan tebal 3 cm. Kedua sisi mempunyai permukaan rata sebagai bidang yang ditempatkan ke permukaan yang akan diperiksa kedatran atau ketegakannya. Ditengah bagian adalah terdapat berbentuk lobang dan ditengahnya sebagai penempatan kaca gelembung sebgai alat pemeriksaan kedataran, dan pada salah satu ujung terdapat lobang dan ditengahnya sebagai penempatan kaca gelembung sebagai alat pemeriksaan ketegakan vertikal.

(41)

mengyukai waterpass yang terbuat dari bahan aluminium karena lebih tahan lama dan lebih ringan untuk digunakan.

b) Pemakaian Waterpass

Pemakaian waterpass dilakukan dengan sederhana , yaitu menempatkan permukaan alat ke bidang permukaan yang di chek. Untuk mengechek kedatran maka dapat diperhatikan gelembung cairan pada alat pengukur yang ada bagian tengah alat water pas.Sedangkan untuk menchek ketegakan maka dapat dilihat gelembung pada bagian ujung waterpas.Untuk memastikan apakah bidang benar rata maka gelembung harus benar benar berada ditengah alat yang ada.

2. PERALATAN MEKANIK/LISTRIK

Dalam pekerjaan konstruksi batu beton di dalam melaksanakan pekerjaan suatu bagunan terutama bangunan gedung, diketahui beberapa jenis pekerjaan.Peralatan yang mendukung pekerjaan suatu konstruksi batu beton diantaranya peralatan tangan dan peralatan mekanik/listrik.

(42)

listrik, montir, dan ahli teknik lainnya. Bahkan, sekarang banyak dibeli sebagai perlengkapan pertukangan dalam rumah tangga.

Sebaiknya pada setiap pembelian mesin, harus dilakukan pemilihan yang teliti, terutama pada data-data tekniknya.Harga dipasaran juga bersaing.Perbedaan harga yang tinggi disebabkan oleh perbedaan kualitas atau kekuatan mesin.

Mesin tangan ada yang digerakkan oleh angina (pneumatic) disamping yang digerakkan dengan daya listrik(elektronik). Perbedaan sumber tenaga ini juga menimbulkan perbedaan jenis dan kekuatan mesin.Akan tetapi peralatan tangan yagn banyak digunakan adalah menggunakan tenaga listrik karena lebih murah harganya.Gerak alat kerja timbol karena pengubahan tenaga listrik menjadi mekanik oleh motor.

a. Mesin Bor Tangan Listrik

Mesin bor tangan digunakan untuk memberi, membuat lubang pada kayu, besi plastic, beton atau bahan lain. Jenis bahan benda kerja tersebut

(43)

(1) Penjepet mata bor (chuck) (2) Kunci penjepit

(3) Pelat pengait (4) Lubang sirkulasi (5) Sakelar utama (6) Kunci sakelar (7) Pegangan (8) Kabel listrik

b. Mata bor

Mata bor digunakan untuk membuat lubang pada kayu, besi, plastic, mika, dan lain-lain. Prinsipnya jenis mata bor harus disesuaikan dengan kekerasan bahan yang akan dibor.

c. Alat pemutar sekrup (obeng)

(44)

d. Alat pengaduk

Alat tambahan ini digunakan untuk mengaduk cat, bahan finishing, atau campuran adonan lainnya. Kecepatan mesin pemutar harus rendah.

(45)

Mesin bor tangan dapat pula digunakan untuk mengampelas, dengan menambah alat berpiringan ampelas.

f. Pemboran lubang tembus

(46)

Untuk memberi lubang pada tembok batu atau beton, anda sebaiknya menggunakan mesin bor tumbuk (hammer). Tumbukan bekerja searah dengan poros kerja mata mata bor. Pada pemboran lantai atau dinding sebaiknya kita gunakan air sedikit untuk membasahi dinding agar serpihan batu atau serbuk tidak berhamburan. Air juga sebagai pelindung mata bor. Untuk pemboran beton harus menggunakan mata bor khusus; mata bor beton.

h. Alat Potong Keramik Listrik

(47)

Memasang Alat-alat Pelindung

- Pada waktu mengganti piringan, cabut steker dari stopkontak.

- Pilihlah piringan pemotong yang cocok untuk bahan yang akan dikerjakan.

- Jika bekerja dengan mata gerinda dan mata potong kap pelindung 8 harus dipasangkan.

- Pelindung tangan 19 harus dipasangkan bersama dengan gagang tambahan

Memasang Alat-alat Kerja

- Matikan atau cabut hubungan arus listrik.

- Poros kerja 7 ditahan dengan cara menekan tombol penahan poros kerja 5. Tombol penahan poros kerja 5 hanya boleh ditekan jika poros kerja tidak berputar. - Flens untuk poros kerja 10 dan mata potong

dipasangkan pada poros kerja 7.

- Pasangkan flens untuk poros kerja sedemikian pada poros kerja, sehingga pas persis.

(48)

i. Mesin Aduk Beton/Molen

Dalam pelaksanaan pembuatan adukan beton, sekarang telah banyak digunakan mesin aduk-beton (molen). Dengan mesin aduk-beton hasil adukan tercampur lebih merata dan lebih sempurna.

Selain hasil adukan yang baik, ternyata juga lebih cepat, sehingga biaya menjadi lebih murah dibandingkan dengan pembuatan adukan beton dengan tenaga manusia.

Di bawah ini adalah contoh bentuk mesin aduk beton (Molen)

(1) Motor penggerak tabung aduk

Motor yang ditempatkan pada kerangka mesin aduk, berguna untuk menggerakkan tabung aduk, hingga tabung aduk dapat berputar.

(2) Tabung aduk

(49)

memasukkan bahan-bahan adukan dan juga menumpahkan adukan yang telah selesai dicampur. Didalam tabung aduk terdapat daun-daun baja yang membantu pencampuran bahan-bahan adukan hingga tercampur secara lebih sempurna.

(3) Kerangka

Kerangka merupakan konstruksi tubuh dari mesin aduk, yang dilengkapi dengan roda dan batang penarik mesin, hingga mesinnya dapat dengan mudah dipindah-pindah tempat.

(4) Roda pembalik tabung aduk

Roda pembalik berguna digerakkan dengan tenaga manusia untuk merubah kedudukan tabung aduk pada waktu diisi bahan-bahan susun ataupun pada waktu akan menumpahkan hasil adukan.

(5) Kunci roda pembalik tabung aduk

Kunci ini berguna untuk mengunci roda pembalik tabung aduk, agar tabung aduk tetap kedudukannya, lebih-lebih bila tabung aduk dalam keadaan berputar (sedang mengaduk).

(6) Batang Tarik Mesin

(50)

(7) Cara melayani mesin aduk (Molen):

(c) Mesin dihidupkan dengan kedudukan tabung aduk serong dan mulut tabung di atas (d) Bahan-bahan susun dimasukkan dengan

urutan sebagai berikut: pertama pasir, kedua krikil, ketiga S.P. (semen portland), setelah sebentar dibiarkan tercampur kering dahulu, baru kemudian air. Jumlah bahan-bahan susun tersebut sesuai dengan perbandingan, yang dikehendaki. (e) Setelah adukan betul-betul tercampur

sempurna, Tabung aduk dibalikkan ke sisi lain, agar adukkan dapat ditumpahkan. Sebaliknya adukan diterimadalam kotak aduk, dan selanjutnya adukan diambil dan diangkut ember-ember ke tempat-tempat yang membutuhkan.

(f) Demikian seterusnya caranya diulang lagi sesuai dengan jumlahnya adukan yang diperlukan.

(51)

1) Setelah selesai digunakan, mesin dibersihkan dengan air, hingga sisa-sisa adukan, yang melekat pada mesin hilang.

2) Mesin dikeringkan sampai betul-betul kering, bebas dari air (tidak basah).

3) Diolesi dengan minyak (oli), terutama bagian-bagian yang berputar, misalnya as, roda, gigi tabung atau gigi-gigi roda pembalik, agar tidak berkarat.

4) Kemudian disimpan di tempat yang terlindung dari hujan, bila perlu diberi selubung.

k. Mesin poles tegel (bahan bakar bensin/solar)

Mesin polis tegel ialah suatu mesin untuk menghaluskan permukaan lantai tegel yang masih kasar.

1) Bagian-bagian yang penting;

(a) tangkai kerangka/pegangan pendorong (b) motor bakar

(52)

Yang dimaksud dengan pompa hisap tekan mekanis dengan bahan bakar disini ialah suatu pompa yang bekerjanya, digerakkan oleh putaran mesin yang menggunakan bahan bakar solar ataupun bensin (motor bakar).

Dalam pekerjaan konstruksi batu beton pompa air ini digunakan untuk mengambil air ataupun menghisap air pada bagian konstruksi yang akan dibangun supaya tidak kebanjiran.

m. Mesin Penggetar (Mesin Trailler)

(53)

Petunjuk pemakaian:

(1) Periksalah dahulu pelumas dan bahan bakarnya. (2) Jalankan mesin tersebut dengan memutarkan

stater yaitu dengan memutar tali.

(3) Pada waktu bergerak mesinnya, trailler harus diangkat sebab trailler tersebut sudah mulai bergetar.

(4) Untuk memasukkan trailler ke dalam adukan beton, beton tersebut harus dalam keaddaan cair (belum mengeras). Dan tidak dibenarkan memasukkan trailler pada spesi beton yang sudah mulai mengeras.

(5) Tidak dibenarkan terlalu lama dalam adukan beton, sebab beton akan memaik, menyebabkan terjadinya pori-pori pada beton.

(6) Tidak dilbenarkan trailler menyentuh besil beton yang dicor, sebab akan menyebabkan beton yang mengeras akan melepaskan ikatannya dengan besi tersebut.

(54)

tersebut, sehingga ini dapat mengganggu pekerja yang ada dilsampingnya.

(55)

Bab 3

MEMBUAT LAPORAN PENGELOLAAN PEKERJAAN PADA KONTRUKSI

A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR

Kompetensi Dasar Pengalaman Belajar

Setelah mengikuti

pembelajaran pengelolaan pekerjaan konstruksi siswa mampu:

Membuat laporan

pengelolaan pekerjaan pada kontruksi gedung,bangunan air terdiri dari: pengelolaan material, tenaga kerja, peralatan dan waktu pekerjaan.

Melalui pembelajaran, pengelolaan pekerjaan konstruksi siswa memperoleh pengalaman belajar:

(56)
(57)

C. MATERI PEMBELAJARAN

Laporan adalah bentuk penyajian fakta tentang suatu keadaan atau suatu kegiatan.pada dasarnya,fakta yang disajikan itu berkenaan dengan tanggung jawab yang ditugaskan kepada si pelapor.Fakta yang disajikan merupakan bahan atau keterangan berdasarkan keadaan objektif yang dialami sendiri oleh si pelapor (dilihat,didengar,atau dirasakan sendiri) ketika si pelapor melakukan suatu kegiatan.Kemudian,laporan itu diberitahukan oleh si pelapor.

Dalam pembuatan suatu laporan formal bahasa yang digunakan haruslah bahasa yang baik,jelas dan teratur.Bahasa yang baik tidak berarti bahwa laporan itu mempergunakan gaya bahasa yang penuh hiasan,melainkan dari segi sintaksis bahasanya teratur,jelas memperlihatkan hubungan yang baik antara satu kata dengan kata yang lain dan antara satu kalimat dengan kalimat lain. Penggunaan kata ganti orang pertama dan kedua harus dihindari,kecuali penggunaan kata”kami” bila yang menyampaikan laporan adalah suatu badan atau suatu tugas.

1. Jenis laporan

Pelaporan pada pekerjaan struktur di suatu proyek dapat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu, meliputi :

a) Laporan Harian ( Daily Report )

Laporan harian ini dibuat setiap hari secara tertulis dengan ditandatangani oleh pihak kontraktor utama dan pihak dari konsultan pengawas. Laporan harian berisikan antara lain :

- Waktu dan jam kerja

- Pekerjaan yang telah dilaksanakan pada hari yang bersangkutan

- Keadaan cuaca

(58)

Dengan adanya laporan harian ini, maka kegiatan proyek yang ada dilapangan dapat dipantau dengan baik setiap harinya.

b) Laporan Mingguan ( Weekly Report )

Laporan mingguan ini bertujuan agar memperoleh gambaran kemajuan pekerjaan yang telah dicapai dalam satu minggu, yang disusun dalam laporan harian selama satu minggu tersebut. Pada laporan ini pihak kontraktor diwajibkan melakukan pemotretan yang menggambarkan tiap tahap kemajuan pekerjaan.Laporan mingguan berisikan tentang :

- Jenis pekerjaan yang telah diselesaikan

- Volume dan prosentase pekerjaan dalam satu minggu - Catatan lain yang diperlukan, seperti halnya instruksi dan

teguran/evaluasi dri konsultan pengawas dan catatan yang telah dicapai pada minggu ini kemudian dibandingkan dengan prosentase pekerjaan yang telah dicapai pada minggu yang bersangkutan, maka akan diketahui prosentase keterlambatan atau kemajuan yang diperoleh. Laporan mingguan ini merupakan realisasi dan time schedule yang berupa kurva ”S”.

c) Laporan Bulanan ( Monthly Report )

(59)

teknis, dana maupun manajerial. Untuk tujuan itu dibuatlah rekapitulasi laporan harian maupun laporan mingguan dengan dilengkapi data-data foto selama pelaksanaan pekerjaan sebulan itu. Laporan bulanan dibuat oleh kontraktor utama dan diberikan kepada konsultan pengawas dan pemilik proyek.

2. Manfaat Pembuatan Laporan

Laporan kegiatan merupakan alat yang penting untuk :

a) Dasar penentuan kebijakan dan pengarahan pimpinan. b) Bahan penyusunan rencana kegiatan berikutnya.

c) Mengetahui perkembangan dan proses peningkatan kegiatan. d) Data sejarah perkembangan satuan yang bersangkutan dan

lain-lain.

3. Persiapan pekerjaan

Persiapan pekerjaan terdiri dari :

a) Perencanaan Tenaga kerja (SDM)

(60)

diartikan sebagai suatu proses menentukan kebutuhan akan tenaga kerja berdasarkan peramalan pengembangan, pengimplementasian, dan pengendalian kebutuhan tersebut yang berintegrasi dengan perencanaan organisasi agar tercipta jumlah pegawai, penempatan pegawai yang tepat dan bermanfaat secara ekonomis.

h. Menyiapkan Peralatan dan Bahan yang

akan digunakan

Dalam hal ini harus menyiapkan peralatan dan bahan apa saja yang nantinya akan digunakan dalam melakukan pekerjaan di lapangan..

i. Jadwal Waktu Pekerjaan

(61)

Bab 4

MEMERIKSA BAHAN KONSTRUKSI PASANGAN BATU DAN BATU

CETAK BERDASARKAN SNI

A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR

Kompetensi Dasar Pengalaman Belajar

Setelah mengikuti

pembelajaran pemeriksaan bahan konstruksi batu siswa mampu:

Memeriksa bahan konstruksi pasangan batu dan batu cetak berdasarkan SNI

Melalui pembelajaran materi pemeriksaan bahan konstruksi batu, siswa memperoleh pengalaman belajar:

(62)
(63)

C. MATERI PEMBELAJARAN

PEMERIKSAAN BAHAN KONSTRUKSI BATU BATA

1. Maksud

Kehalusan semen portland adalah perbandingan berat benda uji yang tertahan di atas ayakan nomor 100 ( 1,2 mm) dan 200 ( 0,09 mm) dengan berat benda uji semula. Pemeriksaan ini dimasukkan untuk menentukan kehalusan semen portland dengan menggunakan ayakan  1,2 mm dan 

0,09 mm. Kehalusan semen merupakan suatu faktor penting yang dapat mempengaruhi kecepatan reaksi antara partikel semen dengan air.

b. Peralatan

1. Ayakan standar  1,2 mm ;  0,09 mm dan pan/wadah sesuai SK-SNI 1990

2. Timbangan dengan ketelitian 0,01gram

3. Cawan atau Wadah untuk menimbang contoh uji 4. Sapatula 2,5 x 150 cm

4. Kuas dengan ukuran tangkai dan bulu kuas yang sesuai dengan keperluan

5. Stop Watch dan Sarung tangan

c. Benda Uji

Contoh semen portland sebanyak 100 gram d. Proses Pengujian

(64)

2. Goyangkan ayakan ini perlahan-lahan sehingga bagian benda uji yang tertahan kelihatan bebas dan partikel-partikel (pekerjaan ini dilakukan antara 3 sampai 4 menit).

3. Tutuplah ayakan dan lepaskan pan : ketok ayakan perlahan-lahan dengan tangkai kuas sampai abu yang menempel terlepas dari ayakan. 4. Bersihkan sisi bagian bawah ayakan dengan kuas, kosongkan pan dan

bersihkan dengan kain, kemudian dipasang kembali. 5. Ambilah tutup, kembalikan ke dalam ayakan

6. Lanjutkan penyaringan dengan menggoyang-goyangkan ayakan perlahan-lahan selama 9 menit.

7. Tutuplah ayakan : penyaringan dilanjutkan lagi selama 1 menit dengan cara mengggerakkan ayakan ke depan dan belakang dengan posisi sedikit dimiringkan. Kecepatan gerakkan kira-kira 150 x per menit, setiap 25 kali gerakan, putar ayakan kira-kira 60o. Pekerjaan ini dilakukan di atas kertas putih ; bila ada partikel keluar dari ayakan dan atau pan serta tertampung di atas kertas, kembalikan ke dalam ayakan. Pekerjaan penyaringan distop setelah benda uji tidak lebih dari 0,05 gram lewat ayakan dalam waktu penyaringan selama 1 menit.

8. Timbang benda uji yang tertahan di atas masing-masing ayakan  1,2 mm dan  0,09 mm. Kemudian hitung dan nyatakan dalam prosentase berat terhadap berat benda uji semula.

e. Perhitungan

F = A

B x 100 (%) F = kehalusan  (%)

(65)

B = berat benda uji semula f. Pelaporan

Laporan prosentase benda uji yang tertahan di atas masing-masing ayakan

 1,2 mm dan  0,09 mm sesuai dengan rumus di atas.

Laporan pengujian kehalusan semen mencantumkan data sbagai berikut; 1. Identitas contoh;

 Nomor contoh  Tipe contoh  Asal contoh

 Proyek yang akan menggunakan 2. Laboratorium yang melakukan pengujian;

 Nama teknisi penguji

 Nam penanggung jawab penguji  Tanggal pengujian

3. Hasil pengujian

4. kelainan/kegagalan selam pengujian 5. Rekomendasi dan saran-saran.

Catatan :

a. Benda uji memenuhi syarat kehalusan apabila 0% tertahan di atas ayakan  1,2 mm dan maksimum 10% tertahan di atas ayakan  0,09 mm.

(66)

Gambar 3.1 Peralatan Pengujian Kehalusan Semen

Contoh isian Formulir Nama contoh : 3/88

Contoh dari : Tiga Roda Jenis contoh : PCC

(67)

Penguji : Avanza Berat contoh mula-mula (W) 59 gram Berat tertahan ayakan no 100 (1,2 mm) 0,8 gram Berat tertahan ayakan no 200 (0,09 mm) 3,5 gram

Kehalusan

Lolos ayakan no 100 (1,2 mm) 98,64 % Lolos ayakan no 200 (0,09 mm) 94,06 %

Tabel 3.1 Pengujian Kehalusan Semen Portland Tanda tangan pemeriksa, Diperiksa oleh, 1). ...

2). ... (Avanza)

PENGUJIAN KEHALUSAN SEMEN DENGAN PESAWAT BLAINE

a. Maksud

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kehalusan semen portland dengan menggunakan pesawat Blaine.

Kehalusan merupakan suatu faktor penting yang dapat mempengaruhi kecepatan reaksi antara partikel semen dengan air.

(68)

2. Timbangan elektronik dengan ketelitian 0,01 gram 3. Cawan procelain (wadah)

4. Kertas saring

5. Gelas beaker 500 ml 6. Sapatula (2,5 x 15) cm 7. Kerosin

8. Semen yang akan diuji

9. Stop Watch dan Sarung tangan

c. Benda Uji

Dalam mempersiapkan contoh semen portland untuk pengujian kehalusan dengan pesawat Blaine adalah sebagai berikut :

1. Hitung berat jenis semen (kegiatan belajar 4)

2. Berat semen yang di uji dapat dihitung dengan rumus Rumus : W = BJ. V (1-0,5)

Keterangan : W = berat contoh semen

BJ = berat jenis semen (Hasil pengujian atau ambil 3,15) V = volume sel (standar = 1,76)

d. Proses Pengujian

1. Masukkan contoh uji semen ke tabung sel sesuai dengan hasil perhitungan di atas (lihat c.2), Sebelum semen dimasukkan diberi 1 lapis kertas saring, semen dan ditutup lagi dengan 1 lapis kertas saring.

2. Tutup tabung sel dengan torak penutup dan taruh pada pesawat Blaine

(69)

Angka no. 1 dari bawah : untuk mensejajarkan cairan Angka no. 2 – 3 : batas pembacaan waktu (t)

Angka no. 4 : batas atas untuk menaikkan cairan kerosin (minyak tanah)

4. Pengujian pesawat Blaine, dimulai dengan menaikkan cairan kerosin sampai dengan angka no. 4.

5. Buka tutup pada tempat semen dan biarkan udara masuk, cairan kerosin akan turun.

6. Pada saat cairan kerosin turun pada angka 3, hidupkan Stop Watch dan distop pada saat cairan kerosin turun mencapai angka 2.

Waktu = t, adalah waktu yang dibutuhkan untuk penurunkan cairan kerosin dari angka 3 sampai dengan 2.

e. Perhitungan

S

=

ss

t

√Ts

Keterangan : S = kehalusan contoh semen portland

(70)

Ts = waktu standar = 92,25 untuk BJ = 3,15 (t/m3) f. Pelaporan

Laporkan hasil perhitungan angka kehalusan dengan pesawat Blaine Catatan :

a. Benda uji memenuhi syarat kehalusan semen portland dengan pesawat Blaine apabila angka kehalusan Minimum 2800 cm2/gram

b. Ts = waktu standar didapat dari hasil peneraan semen standar BJ semen standar = 3,15 t/m3

W = BJ V (1 – €) € = 0,500 ± 0,005 V = Volume sel c. Cara menera volume sel :

1. 2 helai kertas saring masukkan ke dalam tabung sel dan timbang misal A1 gram.

2. Lanjutkan langkah point 1 dengan mengisi air raksa sampai penuh dan timbang misal A2 gram.

3. Berat air raksa seluruh = (A2 – A1) gram = A gram

4. Kertas saring 1 helai masukkan ke dalam tabung sel, isi semen sebanyak 2,8 gram ke dalam tabung sel dan tutup dengan 1 helai kertas saring, timbang missal B1 gram.

(71)

Faktor koreksi suhu diperhitungkan

(72)

28 Tabel 4.1 Berat Jenis Air Raksa Berdasarkan Temperatur

Manual Book of ASTM Standards, Construction, 1985

a. Maksud

Pemeriksanaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis semen portland. Berat jenis semen adalah perbandingan antara berat isi kering semen pada suhu kamar dengan berat isi kering air suling pada 4oC yang isinya sama dengan isi semen.

b. Peralatan

1. Botol Le Chatelier 2. Kerosin bebas air

3. Corong (alat memasukkan semen ke dalam botol Le chatelier) 4. Termometer

5. Timbangan elektronik dengan ketelitian 0,01 gram 6. Cawan porselin (wadah)

7. Sapatula 2,5 x 15 cm

8. Air dengan suhu 4o C dan Sarung tangan

(73)

Contoh semen portland sebanyak ± 50 gram (sesuaikan dengan alat) d. Cara Melakukan

1. Isi botol Le Chatelier dengan kerosin atau naptha sampai antara skala 0 dan 1 ; bagian dalam botol di atas permukaan cairan dikeringkan.

2. Masukkan botol ke dalam bak air dengan suhu konstan dalam waktu yang cukup lama untuk menghindarkan variasi suhu botol lebih besar dari 0,2o C. 3. Setelah suhu air sama dengan suhu cairan dalam botol, baca skala pada

botol (V1).

4. Masukkan benda uji sedikit semi sedikit ke dalam botol ; jangan sampai ada semen yang menempel pada dinding dalam botol di atas cairan.

5. Setelah semua benda uji dimasukkan, putar botol dengan posisi miring secara perlahan-lahan sampai gelembung udara tidak timbul lagi pada permukaan cairan.

6. Ulangi pekerjaan pada langkah 2 Setelah suhu air sama dengan suhu cairan dalam botol, baca skala pada botol (V2)

e. Perhitungan

Berat Jenis =

berat semen (V2V1) x d

V1 = pembacaan pertama pada skala botol V2 = pembacaan kedua pada skala botol

V2 – V1 = isi cairan yang dipindahkan oleh semen dengan berat tertentu d = berat isi pada suhu 4oC. (1 g/cm3).

(74)

Catatan :

Berat jenis semen portland sekitar (3,00 sd 3,30) t/m3 (3,15 t/m3). Percobaan dibuat dua kali; selisih yang diizinkan 0,01.

Gambar 5.1 Alat uji berat jenis semen (ASTM C.188-84)

PENGUJIAN KONSISTENSI NORMAL SEMEN a. Maksud

Pemeriksaan ini dimasukkan untuk menentukan konsistensi normal semen portland dengan vicat atau dengan kata lain pemeriksaan ini untuk menentukan fas dari konsistensi normal semen.

Konsistensi normal semen portland tercapai bila jarum vicat Ø 10 mm yang mempunyai berat 300 gram menembus pasta 10 ± 1 mm atau 9 sd 11 mm  maka fas adukan tersebut merupakan fas konsistensi normal semen.

(75)

1. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gr 2. Gelas ukur 200 ml, dengan ketelitian 1 ml

3. 1 (satu) set alat vicat terdiri dari, alat vicat dan cincin ebonit (Conical-ring) 4. Stop-watch

5. Sendok perata (sapatula 2,5 x 15 cm) 6. Sarung Tangan

7. Air suling sebanyak ± 300 ml

c. Benda Uji

Contoh semen portland sebanyak 300 gram d. Proses Pengujian

1. Memasukkan air (air suling) sebanyak ± 28% dari berat benda uji ke dalam mangkok alat pengaduk.

2. Masukkan benda uji ke dalam mangkok dan diamkan selama 30 detik

3. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (140 ± 5) rpm, selama 30 detik 4. Hentikan mesin pengaduk selama 15 detik, sementara itu bersihkan pasta yang

menempel dipinggir mangkok.

5. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (285 ± 10) rpm selama 60 detik 6. Buatlah pasta berbentuk seperti bola dengan tangan, kemudian dilemparkan 6

kali dari satu tangan ke tangan yang lain dengan jarak kira-kira 15 cm.

7. Pegang bola pasta dengan satu tangan, kemudian tekankan ke dalam cincin ebonit yang dipegang dengan tangan lain melalui lubang besar : sehingga cincin ebonit penuh dengan pasta.

8. Kelebihan pasta pada lubang besar diratakan dengan sendok perata yang digerakkan dalam posisi miring terhadap permukaan cincin.

(76)

10. Letakkan cincin ebonit dibawah jarum besar vicat, dan kontakkan jarum dengan bagian tengah permukaan pasta.

11. Jatuhkan jarum dan catat penurunan yang berlangsung selama 30 detik.

e. Perhitungan

Fas

=

Berat Air

Berta Semen

×

100

f. Pelaporan

a. Grafik penurunan terhadap konsistensi normal

b. Konsistensi normal, yang didapat pada penurunan (10 ± 1) mm

Gambar 6.1 Alat Menguji Konsistensi Normal Semen a. Maksud

Pemeriksaan dimaksud untuk menentukan waktu pengikatan awal dan pengikatan akhir semen.

(77)

Waktu pengikatan akhir adalah waktu mulainya pengukuran pasta pada konsistensi normal sampai pasta kehilangan sifat beku (menjadi sifat keras).

b. Peralatan

1. Timbangan dengan ketelitian 0,01gram 2. Gelas ukur 200 ml, dengan ketelitian 1 ml

3. 1 set alat vicat terdiri dari alat vicat dan cincin ebonit (conical ring) 4. Stop-watch,

5. Thermometer beton

6. Sapatula dan Sarung tangan 7. Air suling lebih kurang 300 ml

c. Benda Uji

Contoh semen Portland sebanyak 300 gram

d. Proses Pengujian

1. Masukkan air pencampur berupa air suling yang banyaknya sesuai dengan jumlah air untuk mencapai konsistensi normal, ke dalam mangkok alat pengaduk.

2. Masukkan benda uji ke dalam mangkok, diamkan selama 30 detik

Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (140 ± 5) putaran per menit (rpm) selama 30 detik.

3. Hentikan mesin pengaduk selama 15 detik, selama waktu ini bersihkan pasta yang menempel dipinggir mangkok.

(78)

5. Buatlah pasta berbentuk seperti bola dengan tangan, kemudian dilemparkan 6 kali dari satu tangan ke tangan yang lain melalui lubang besar, sehingga cincin terisi penuh dengan pasta.

6. Pegang bola pasta dengan satu tangan, kemudian tekankan ke dalam cincin ebonit yang dipegang pada tangan lain melalui lubang besar, sehingga cincin terisi penuh dengan pasta.

7. Kelebihan pasta pada lubang besar diratakan dengan sendok perata yang digerakkan dalam posisi miring terhadap permukaan cincin.

8. Letakkan pelat kaca pada lubang besar ; balikkan, ratakan dan licinkan kelebihan pasta pada lubang kecil cincin ebonit dengan sendok perata.

9. Taruh termometer beton di atas cincin dan simpan pada moist cabinet selama 30 menit kemudian baca termometer udara dan termometer beton.

10. Keluarkan cincin ebonit dibawah jarum kecil vicat, dan kontakkan jarum dengan bagian tengah permukaan pasta.

11. Jatuhkan jarum 15 menit sampai mencapai penurunan dibawah 25 mm. Setiap menjatuhkan jarum catatlah penurunan yang berlangsung selama 30 detik. Jarak antara titik-titik setiap menjatuhkan jarum adalah ½ cm dan jarak titik dari pinggir cincin ebonit tidak boleh kurang dari 1 cm.

e. Perhitungan

1. Masukkan hasil pengujian ke grafik pada menit ke 45, 60, 75, 90 dan 105. Tarik garis lengkung.

2. Tarik garis pada penurunan 25 horizontal memotong garis lengkung dan proyeksikan ke bawah.

3. Waktu penurunan di dapat 95 menit

f. Pelaporan

(79)

Catatan :

1. Selama pelaksanaan pemeriksaan tersebut, alat-alat harus bebas getaran dan jarum dijaga supaya tetap lurus dan bersih dari semen yang menempel

2. Waktu pengikatan awal paling cepat 60 menit.

3. Pengaruh suhu udara, air pencampur dan kelembaban ruangan diabaikan

4. Apabila waktu pengikatan awal telah tercapai dapat dilanjutkan dengan pengujian pengikatan akhir.

5. Waktu pengikatan akhir tercapai bila jarum vikat  1 mm tidak menembus permukaan pasta semen.

6. Waktu pengikatan akhir maksimum 10 jam

(80)

6

Tabel 7.1 Pemeriksaan Pengujian Pengikatan Catatan :

(81)

Gambar 7.1 Alat Menguji Pengikatan Awal dan Akhir Semen

PENGUJIAN KUAT TEKAN MORTAR SEMEN a. Maksud

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kekuatan tekan mortar semen portland dengan contoh benda uji berbentuk kubus berukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm. Kekuatan tekan mortar adalah beban tiap satuan luas permukaan yang menyebabkan mortar hancur.

b. Peralatan

(82)

5. Mixer ( Mesin Pengaduk Semen)

6. Meja leleh (flow table, ASTM C-230-68),

7. Cetakan kubus 5 cm x 5 cm 5 cm dan alat pemadat 8. Mesin tekan, dengan ketelitian pembacaan 1% 9. Pasir standar (pasir kuwarsa)

10.Air suling lebih kurang 500 ml

c. Benda Uji

Kubus mortar berukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm d. Proses Pengujian

1. Masukkan air pencampuran berupa air suling sebanyak 242 ml atau fas 0,484 dari berat semen ke dalam mangkok alat pengaduk.

2. Tambahkan 500 gram semen dan masukkan ke dalam mangkok

3. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan rendah (145 ± 5) putaran per menit (rpm) selama 30 detik.

4. Masukkan pasir standar (pasir kuwarsa) sebanyak 1375 gram perlahan-lahan sambil pengaduk dijalankan dengan kecepatan rendah (145 ± 5) putaran per menit (rpm) selama 30 detik.

 Perbandingannya adalah: 1 : 2,75 : 0,484 (dalam berat).

5. Hentikan mesin pengaduk, naikkan kecepatan putaran menjadi sedang (285 ± 10) putaran per menit dan jalankan selama 30 detik.

6. Hentikan mesin pengaduk, segera bersihkan mortar yang menempel pada pinggir mangkok selama 15 detik. Kemudian biarkan mortar selama 75 detik.

7. Aduklah lagi mortar dengan kecepatan pengaduk (285 ± 10) putaran per menit selama 1 menit.

(83)

9. Mencetak benda uji dengan cetakan 5 cm x 5 cm x 5 cm ; cetakan diisi dalam 2 lapisan di mana setiap lapis dipadatkan dengan menumbuk sebanyak 32 kali dalam 4 putaran. Keseluruhan waktu yang dipergunakan untuk mencetak tidak boleh lebih dari 2,5 menit.

10.Ratakan permukaan mortar dengan sendok perata kemudian simpan di atas ”moist cabinet” (dalam ruangan lembab) selama 24 jam.

11.Bukalah cetakan dan rendamlah mortar dalam air bersih kemudian periksalah kekuatan tekan mortar pada mesin tekan sesuai dengan umur yang diinginkan, biasanya pada umur 3 hari, 7 hari dan 28 hari.

e. Perhitungan

σ=P

F kgf/cm2 (N/mm2) Dimana :

P adalah beban (kgf atau N)

F adalah luas penampang benda uji (cm2)

Gradasi pasir kuarsa untuk pengujian kuat tekan semen (SK SNI)

 0,15 mm = 98  2 %  0,30 mm = 75  5 %

 0,425 mm = 20  5 %  0,60 mm = 2  2 %  1,2 mm = 0,0 %

f. Pelaporan

Laporan nilai kekuatan tekan mortar pada tiap umur pemeriksaan

(84)

Gambar 8.1 Peralatan Untuk Menguji Kuat Tekan Semen

2. PENGUJIAN AGREGAT HALUS a. Maksud

Sampel agregat yang akan diuji harus diusahakan diambil sebagai bagian yang mewakili keseluruhan agregat yang akan digunakan, sehingga mencerminkan kondisi dan karakteristik yang sebenarnya.

b. Peralatan

1. Kotak splitter 2. Sekop

3. Sendok specil

(85)

c. Benda Uji (contoh agregat halus)

d. Proses Pengujian

Pengambilan Sampel dengan Splitter

1. Aduklah pasir agar homogen, pengadukan merata sehingga sampel yang kita ambil dapat mewakili seluruh agregat halus.

2. Ambilah sejumlah sampel untuk disaring kembali dengan splitter

3. Di dalam alat splitter sampel akan terbagi menjadi dua bagian. Setengah bagian pertama dibuang, setengah yang lain dimasukkan kembali ke splitter.

4. Di dalam alat splitter, sampel akan terbagi menjadi dua bagian. Setengah bagian pertama dibuang, setengah yang lain dimasukkan kembali ke dalam splitter.

5. Dari setengah bagian ini, splitter akan membagi lagi menjadi dua bagian. Bagian pertama dibuang, sedangkan sisanya kita gunakan sebagai sampel. Jadi yang kita ambil adalah seperempat bagian dari asal.

6. Ulangi langkah 3 sd 5 hingga sampel yang di dapat memenuhi jumlah yang diperlukan.

7. Pisahkan sampel yang akan dipakai dan simpan untuk dilakukan pengujian selanjutnya.

Pembagian Sampel Dengan Cara Quartering

1. Dari contoh yang tersedia, aduklah pasir hingga merata

2. Ambil sejumlah sampel dari bagian bawah, sisi kiri, sisi kanan, tengah, kemudian bagian atas.

(86)

4. Aduklah tumpukkan pasir hingga membentuk kawat seperti bentuk gunung 5. Bagilah menjadi empat bagian yang jumlahnya kira-kira sama banyak

6. Beri tanda nomor 1 sampai dengan 4 dari mulai bagian kiri atas, kanan atas, kanan bawah dan bagian kiri bawah dengan berurutan sehingga nomor 1 bersilang dengan nomor 3 dan nomor 2 bersilangan dengan nomor 4.

7. Pilih salah satu persilangan tersebut, misalnya nomor 1 dan nomor 3

8. Pisahkan bagian persilangan nomor 1 dan nomor 3 dan persilangan nomor 2 dan 4.

9. Aduklah persilangan nomor 1 dan nomor 3 hingga merata dan hasilnya ditempatkan secara terpisah untuk dilakukan pengujian selanjutnya.

10. Siapkanlah sampel yang diperlukan hingga mencukupi dan timbang beratnya

e. Laporan

(87)

100 Penyerapan SSD 100 BJ. SSD

500 Bulking Faktor Tabel 3.2 Pengambilan Sampel

Gambar 3.1 Kotak Splitter dan Tumpukan Pasir

(88)

PENGUJIAN KADAR AIR AGREGAT HALUS

a. Maksud

Pengujian kadar air agregat halus dimaksud untuk menentukan perbandingan berat air terhadap berat kering butir pasir yang dinyatakan dalam prosentase (%) perolehan kadar air.

Ada berbagai cara untuk menentukan kadar air, salah satunya ialah dengan mencari kehilangan berat pada agregat akibat pemanasan. Kadar air agregat diperhitungkan sebagai bagian untuk menentukan kebutuhan air dalam suatu pembuatan adukan beton.

B. Peralatan

1. Cawan keramik  12 cm 2. Oven pemanas

3. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram 4. Sendok spesi

5. Desicator

6. Sarung tangan asbes

C. Benda Uji

(89)

Gambar 4.1 Tumpukan Agregat Halus D. Proses Pengujian

1. Sebelum penentuan kadar air agregat halus dilakukan, lihat dan pelajari lembar operasi, pengoperasian timbangan elektronik dan oven pemanas. 2. Ambil sampel pada keadaan aslinya sebanyak lebih kurang 100 gram 3. Berat sampel ditimbang = A gram

4. Sampel dikeringkan dalam oven dengan temperatur 105o ± 5o C sampai berat tetap.

5. Sampel kondisi berat tetap ditimbang = B gram

E. Perhitungan

Kadar air agregat halus dapat dihitung dengan rumus : AB

B x 100 %

F. Pelaporan

1. Laporkan hasil pengujian kadar air agregat halus dengan menggunakan formulir B.

2. Bila benda uji lebih dari 5 laporan hasil rata-rata pengujian dengan ketelitian perhitungan 0,1 desimal.

LEMBAR OPERASI

 Pengoperasian Timbangan Elektronik ketelitian 0,01 gram 1. Perhatikan dan pelajari gambar di bawah ini

(90)

4. Atur balance (no. 3) pada posisi :

5. Perhatikan kapasitas penimbangan (1000 gram, atau 2000 gram) 6. Putar tombol no. 4 untuk menaikkan piringan (no. 5)

Gambar 4.2 Timbangan Elektronik 7. Letakkan benda yang ditimbang pada piringan (no.5) 8. Lihat angka penimbangan pada lensa (no. 6)

9. Putar tombol pengatur ketepatan penimbangan ke arah atas atau ke bawah sampai dengan jarum penunjuk ketepatan pembacaan sebelah kiri (warna terang) dan sebelah kanan (warna hitam) berimpit.

10. Baca hasil penimbangan dan catat

11. Kembalikan posisi tombol seperti posisi semula

12. Penimbangan dilakukan sampai dengan berat tetap. Berat tetap berarti penimbangan dua kali terakhir mempunyai perbedaan maksimum 0,01 gram.

 Pengoperasian Oven Pemanas

1. Perhatikan dan pelajari gambar di bawah ini

(91)

Gambar 4.3 Oven (Pemanas)

4. Atur suhu penimbangan dengan memutar tombol pengatur suhu (3) (misal 110oC).

5. Atur tombol pengaman suhu supaya stabil tidak naik turun dengan memutar tombol pengaman (4) sampai dengan 110oC (sama atau berada di antara toleransi suhu pengoperasian bahan).

6. Masukkan bahan yang akan di oven

7. Penimbangan dilakukan sampai dengan berat tetap

8. Setiap penimbangan harus melalui proses pendinginan bahan dengan cara disimpan dulu pada disicator.

9. Lakukan langkah no. 6 sampai dengan no. 8 untuk pengovenan selanjutnya

NO. PENGUJIAN I II III IV

Berat Wadah/cawan Berat Sampel + Cont. (gr) Berat Sampel (A gr)

(92)

Berat Sampel Kering (B gr) Kadar Air = (A-B) x 100 Kadar air rata-rata

Tabel 4.1 Pengujian Kadar Air Agregat Halus

Gambar 4.4 Bahan dan Alat Pengujian Kadar Air Agregat Halus

PENGUJIAN KADAR LUMPUR AGREGAT HALUS A. Maksud

(93)

Selain itu dapat membentuk lapisan-lapisan tipis pada permukaan agregat, sehingga akan mempengaruhi ikatan antara pasta dan agregat. Ikatan yang baik sangat diperlukan untuk menjamin kekuatan tekan serta keawetan beton.

Kadar lumpur yang terdapat pada pasir dapat ditentukan dengan mencari kehilangan berat pada pasir kering oven setelah mengalami pencucian.

Apabila kadar lumpur sampel lebih besar dari 5%, maka pasir tersebut harus dicuci dahulu sebelum dipakai sebagai campuran beton.

B. Peralatan

1. Baku plastik ukuran 15 x 30 cm 2. Beberapa buah wadah/cawan 3. Beaker kapasitas 500 ml 4. Kaca pengaduk

5. Cawan porselen 6. Oven

7. Timbangan elektronik ketelitian 0,1 gram 8. Desicator

9. Sendok spesil

C. Benda Uji

Sampel pasir dalam kondisi kering oven D. Proses Pengujian

1. Ambil sampel dalam keadaan kering oven sebanyak lebih kurang 100 gram 2. Berat sampel ditimbang ; A gram

Gambar

Gambar 3.1 Peralatan Pengujian Kehalusan  Semen
Gambar 4.1 Alat Blaine Air Permeability (ASTM C 204-84)
Tabel 4.1  Berat Jenis Air Raksa Berdasarkan Temperatur
Gambar 5.1  Alat uji berat jenis semen (ASTM C.188-84)
+7

Referensi

Dokumen terkait