BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Gap Filling Citra
Gap Filling citra merupakan metode yang dilakukan untuk mengisi
garis-garis yang kosong pada citra Landsat TM hasil download yang mengalami
SLC-off, sehingga tidak ada kekosongan data. Citra yang di Gap Filling adalah citra
Landsat TM tahun 2005,2007,2008,2009 dan 2013. Proses ini dilakukan dengan
menggunakan softwareFrame and Fill for windows 32.
Gambar 4.1 Perbandingan Citra Landsat TM 2013 Sebelum dan Sesudah Gap Filling
Proses ini dilakukan sebelum semua band digabungkan sehingga pengisian
kekosongan akibat stripping ini terjadi pada setiap band. Untuk citra utama dan
citra pengisi sebaiknya tidak dalam tahun yang jauh berbeda dan baiknya terdapat
dalam satu tahun sehingga terjadi korelasi antara citra utama dan citra pengisinya
dan hasil Gap Filling terlihat lebih baik.
IV.2. Koreksi Geometrik
Koreksi geometrik dilakukan untuk membuat citra yang digunakan sesuai
dengan koordinat yang digunakan untuk proses-proses selanjutnya. Dengan
menggunakan software er-mapper dan dengan data citra Landsat TM tahun 2013
Kabupaten Muaro Jambi dilakukan proses koreksi geometrik. Ketelitian dari
koreksi geonetrik dapat dilihat pada nilai RMS error pada setiap titik kontrolnya.
Semakin kecil nilai RMS errornya maka semakin baik karena menunjukan bahwa
koreksi geometrik yang dilakukan sudah mendekati benar.
Berikut merupakan nilai RMS error dari lima citra yang akan diproses lebih
lanjut.
Gambar 4.2 Nilai RMS error Citra Tahun 2005
Gambar 4.4 Nilai RMS error Citra Tahun 2008
Gambar 4.6 Nilai RMS error Citra Tahun 2013 IV.3. Koreksi Radiometrik
Koreksi radiometrik bertujuan untuk memperbaiki nilai piksel dan
mempertajam kontras warna pada citra sehingga secara visualisasi citra yang telah
dikoreksi radiometrik akan mempermudah dalam membedakan setiap objek
kenampakan pada citra. Metode yang digunakan adalah pergeseran histogram
merupakan metode paling sederhana dalam memperbaiki spektral pada citra.
Perbedaan citra yang sudah dikoreksi radiometrik dan belum dikoreksi
radiometrik dapat dilihat seperti berikut:
Untuk membuktikan atau cek seberapa besar pergeseran keadaan di
lapangan dengan keadaan pada hasil citra rektifikasi dilakukan validasi lapangan.
Pada penelitian ini, dilakukan uji ketelitian dengan mengukur panjang Jembatan
sebanyak dua panjangan.
Gambar 4.8 Pengukuran Pada Citra dan Pengukuran Pada Lapangan Dari hasil pengukuran pada citra dan pengukuran di lapangan, diperoleh
hasil dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 4.1 Perbandingan Citra dan Hasil Lapangan
Jembatan Aurduri I
No Tahun Citra (m) Lapangan (m) Selisih (m)
1 2005 579,56 583,4 3,84
2 2007 577,69 583,4 5,71
3 2008 582,32 583,4 1,08
4 2009 585,22 583,4 1,82
5 2013 584,36 583,4 0,94
Jembatan Aurduri II
No Tahun Citra (m) Lapangan (m) Selisih (m)
1 2005 615,62 612,5 3,12
2 2007 609,41 612,5 3,4
3 2008 611,5 612,5 1
4 2009 614,98 612,5 2,48
5 2013 608,68 612,5 3,82
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa selisih antara pengukuran pada citra
dan lapangan memiliki selisih yang cukup besar, namun apabila dilihat dari
resolusi citra yaitu 30mx30m, sehingga selisih paling besar adalah pada tahun
2005 yang hampir 1 piksel. Hal tersebut menunjukkan bahwa citra hasil rektifikasi
masuk dalam persyaratan ketelitian yang dianjurkan.
IV.4. Aplikasi NDVI Citra Landsat
Gambar 4.9 Perbandingan Citra Sesudah dan Sebelum NDVI tahun 2005
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa gambar pertama merupakan citra
Landsat TM tahun 2005 sedangkan gambar kedua merupakan hasil NDVI namun
masih dalam 255 colour dan gambar ketiga merupakan hasil NDVI dalam
pseudocolour.
Seperti yang terlihat pada gambar ketiga, dapat diartikan bahwa semakin
putih warna yang dihasilkan, maka semakin rapat vegetasi yang ada, begitu pula
sebaliknya semakin hitam warna yang dihasilkan maka vegetasinya semakin
-0,992 sampai 0,990. Ini berarti nilai vegetasi ditunjukan dengan rentang 0 – 0,990
sedangkan nilai 0 menunjukan tidak ada vegetasi.
IV.5. Klasifikasi Hasil NDVI
Seperti yang dijelaskan pada subbab di atas bahwa nilai indeks vegetasi
pada citra tahun 2005, 2007, 2008, 2009, dan 2013 adalah -0,992 sampai 0,990.
Untuk rentang vegetasi yang digunakan adalah dari 0 sampai dengan 1, sehingga
untuk nilai klasifikasinya adalah nilai NDVI maksimum yaitu 1 dibagi dengan
jumlah kelas yang diinginkan (Nanik Suryo, 2005).
Dalam penelitian ini digunakan lima kelas yaitu kelas vegetasi sangat
jarang, vegetasi jarang, vegetasi sedang, vegetasi rapat, dan vegetasi sangat rapat.
Nilai rentang yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
a. Vegetasi sangat jarang dengan rentang 0 – 0,2
b. Vegetasi jarang dengan rentang 0,2 – 0,4
c. Vegetasi sedang dengan rentang 0,4 – 0,6
d. Vegetasi lebat dengan rentang 0,6 – 0,8
e. Vegetasi sangat lebat dengan rentang 0,8 – 1
Dari proses reclassify pada softwareArcGis dengan didasarkan pada rentang
yang tertera di atas, diperoleh lah hasil sebagai berikut.
1. Hasil reklasifikasi NDVI tahun 2005
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa sebagaian besar vegetasi yang ada di
kabupaten muaro jambi adalah bervegetasi Jarang dengan indeks vegetasi 0,2 –
0,4. Berikut merupakan Tabel klasifikasi NDVI.
Tabel 4.2 Hasil Klasifikasi Nilai NDVI Citra Landsat TM Tahun 2005
No Kerapatan Keterangan
Jumlah
Piksel Luas (Ha) Persentase
1 0% Tidak Ada Vegetasi 702.634 63.237,06 12,1 Sumber: Citra Landsat TM Tahun 2005 dan Pengolahan Citra Tahun 2013
Dari hasil proses reclassify pada NDVI akan diperoleh data dari atribut
berupa banyaknya piksel pada setiap kelas, oleh karena itu untuk luasannya
didapat dari luas satu piksel pada citra Landsat TM sama dengan 30 x 30 meter,
sehingga luasan setiap kelas dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut.
Luas (Ha) = Jumlah Piksel x 900 ……….(Boy Yudhistira, 2011)
10000
Tabel di atas menunjukan bahwa vegetasi dominan yang ada di Kabupaten
Muaro Jambi tahun 2005 adalah vegetasi jarang yaitu sebesar 46,9% dari
keseluruhan wilayah. Berikut adalah grafik dari persebaran vegetasi di Kabupaten
Muaro Jambi.
Diagram 4.1 Persebaran Vegetasi Tahun 2005
2. Hasil reklasifikasi NDVI tahun 2007
Gambar 4.11 Hasil Klasifikasi Indeks Vegetasi tahun 2007
Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa warna dominan yang muncul
adalah warna orange yang menunjukan kelas vegetasi jarang dengan rentang 0,2 –
0,4 pada nilai NDVInya. Informasi mengenai luasan tutupan lahan yang
didasarkan pada nilai NDVI yang tercantum dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.3 Hasil Klasifikasi Nilai NDVI Citra Landsat TM Tahun 2007
No Kerapatan Keterangan
Jumlah
Piksel Luas (Ha) Persentase
1 0% Tidak Ada Vegetasi 361.386 32.524,74 6,2 2 < 20 % Vegetasi Sangat Jarang 1.353.409 121.806,81 23,4 3 21 - 40% Vegetasi Jarang 4.025.456 362.291,04 69,6 4 41 - 60 % Vegetasi Sedang 15.294 1.376,46 0,3 5 61 -80 % Vegetasi Lebat 318 28,62 0,0 6 > 80 % Vegetasi Sangat Lebat 5.414 487,26 0,1 Sumber: Citra Landsat TM Tahun 2007 dan Pengolahan Citra Tahun 2013
Pada prinsipnya informasi yang dipaparkan pada tabel di atas sama dengan
yang telah dijelaskan pada tahun sebelumnya. Dari hasil luasannya dapat
disimpulkan bahwa pada tahun 2007 kabupaten Muaro Jambi hampir 70%
bervegetasi jarang sama sperti pada tahun 2005. Berikut adalah diagram luasan
Diagram 4.2 Persebaran Vegetasi Tahun 2007 3. Hasil reklasifikasi NDVI tahun 2008
Gambar 4.12 Hasil Klasifikasi Indeks Vegetasi tahun 2008
Berdasarkan hasil reclassify pada hasil NDVI, terlihat hampir sama dengan
tahun sebelumnya, sebagian besar wilayah kabupaten Muaro Jambi bervegetasi
jarang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel 4.4 Hasil Klasifikasi Nilai NDVI Citra Landsat TM Tahun 2008
No Kerapatan Keterangan
Jumlah
Piksel Luas (Ha) Persentase
1 0% Tidak Ada Vegetasi 525.029 47.252,61 9,0 Sumber: Citra Landsat TM Tahun 2008 dan Pengolahan Citra Tahun 2013
Dari tabel di atas dapat diamati bahwa 65% tutupan lahan didominasi oleh
vegetasi jarang, namun apabila dibandingkan dengan tahun 2007, nilai ini sudah
berkurang sekitar 4%, dan meningkat pada kelas tidak ada vegetasi. Pada vegetasi
sedang, mengalami peningkatan sebesar lebih dari 5 % dari tahun sebelumnya.
Hal ini dapat diartikan adanya perubahan penggunaan lahan yang terjadi di
kabupaten Muaro Jambi. Berikut adalah diagram dari vegetasi yang ada di
kabupaten Muaro Jambi.
Diagram 4.3 Persebaran Vegetasi Tahun 2008 4. Hasil reklasifikasi NDVI tahun 2009
Gambar 4.13 Hasil Klasifikasi Indeks Vegetasi tahun 2009
Dari hasil reclassify nilai NDVI tahun 2009 di atas dapat dilihat bahwa
vegetasi sedang mulai meningkat dan vegetasi jarang menurun. Berikut adalah
Tabel 4.5 Hasil Klasifikasi Nilai NDVI Citra Landsat TM Tahun 2009
No Kerapatan Keterangan
Jumlah
Piksel Luas (Ha) Persentase
1 0% Tidak Ada Vegetasi 656.535 59.088,15 11,1 Sumber: Citra Landsat TM Tahun 2009 dan Pengolahan Citra Tahun 2013
Dari paparan tabel di atas dapat dilihat bahwa vegetasi jarang masih
mendominasi hanya saja persentasenya sudah mulai menurun jauh disusul oleh
vegetasi sedang yang meningkat jauh dari tahun sebelumnya. Sedangkan untuk
vegetasi lainnya persentasenya tidak jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
Berikut adalah diagram kelas vegetasi NDVI.
Diagram 4.4 Persebaran Vegetasi Tahun 2009
5. Hasil reklasifikasi NDVI tahun 2013
Gambar 4.14 Hasil Klasifikasi Indeks Vegetasi tahun 2013
Pada gambar di atas merupakan hasil reclassify nilai NDVI tahun 2013,
dimana dapat dilihat bahwa warna orange kembali mendominasi vegetasi yang
ada di Kabupaten Muaro Jambi. Berikut adalah tabel hasil klasifikasi NDVI
berdasarkan rentang nilainya.
Tabel 4.6 Hasil Klasifikasi Nilai NDVI Citra Landsat TMTahun 2013
No Kerapatan Keterangan
Jumlah
Piksel Luas (Ha) Persentase
1 0% Tidak Ada Vegetasi 591.005 53.190,45 10,0 2 < 20 % Vegetasi Sangat Jarang 785.783 70.720,47 13,3 3 21 - 40% Vegetasi Jarang 4.006.685 360.601,65 67,8 4 41 - 60 % Vegetasi Sedang 499.451 44.950,59 8,5
5 61 -80 % Vegetasi Lebat 536 48,24 0.01
6 > 80 % Vegetasi Sangat Lebat 381 34,29 0.01 Sumber: Citra Landsat TM Tahun 2013 dan Pengolahan Citra Tahun 2013
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa vegetasi jarang kembali meningkat
menjadi 67,8% atau sekitar 28,4% apabila dibandingkan dengan tahun 2009.
Sedangkan vegetasi sedang menurun 26% dibandingkan tahun 2009. Berikut
adalah diagram dari kelas vegetasi yang ada di Kabupaten Muaro Jambi tahun
Diagram 4.5 Persebaran Vegetasi Tahun 2013
Dari hasil reclassify citra-citra di atas dengan menggunakan rentang nilai
NDVI yang ada secara umum terjadi perbedaan pada tiap-tiap tahunnya dalam hal
luasan per kelasnya. Perubahan tiap tahun per kelas vegetasi dapat dilihat dalam
grafik berikut.
Diagram 4.6 Perubahan Kelas Vegetasi
Dari grafik perubahan kelas vegetasi di atas dapat diartikan bahwa dari
tahun 2005 sampai dengan tahun 2013 kelas vegetasi yang paling banyak adalah
vegetasi jarang, namun pada tahun 2009 mengalami penurunan yang cukup besar
kemudian naik kembali pada tahun 2013. 0
2005 2007 2008 2009 2013
Vegetasi sangat jarang terlihat dalam kondisi yang stabil hampir sama
dengan vegetasi lebat. Vegetasi sangat jarang sedikit meningkat pada tahun 2007
dan mengalami penurunan kembali ditahun-tahun sesudahnya. Sebaliknya dengan
kelas vegetasi sangat jarang, kelas vegetasi lebat pada tahun 2007 mengalami
penurunan dan peningkatan ditahun-tahun sesudahnya.
Kelas vegetasi sangat lebat terlihat pada grafik di atas dalam bentuk
konstan, namun bukan berarti luasan per tahunnya sama, dikarenakan luasannya
sangat kecil dan perubahannya pun sangat kecil jika dibandingkan dengan luasan
kelas vegetasi lainnya.Untuk yang tidak bervegetasi di dalamnya mencakup
sungai, awan, lahan tandus dan stripping yang masih ada pada citra.
IV.6. Dijitasi Citra Landsat TM
Selain menggunakan metode NDVI untuk menganalisis vegetasi, dijitasi
merupakan metode lain yang mengutamakan aspek visualisasi dan kemampuan
interpretasi citra dari pengguna yang hasilnya akan digunakan untuk mengetahui
penurunan hutan tiap tahunnya.
Dijitasi dilakukan dengan mengacu pada Peta Penggunaan Lahan
BAPPEDA Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2011 yang mengklasifikasikan
penggunaan lahan menjadi delapan jenis. Berikut merupakan hasil dari dijitasi
citra Landsat TM menggunakan software ArcGis 9.3.
1. Hasil Dijitasi Citra Tahun 2005
Gambar 4.15 Hasil Dijitasi Citra Landsat TM Tahun 2005
Gambar di atas adalah peta penggunaan lahan yang merupakan hasil dijitasi
dengan peta penggunaan lahan dari BAPPEDA Kabupaten Muaro Jambi tahun
2011 serta peta administrasi Kabupaten Muaro Jambi tahun 2011. Berdasarkan
peta penggunaan lahan di atas diperoleh informasi sebagai berikut :
Tabel 4.7 Luas Penggunaan Lahan Tahun 2005
No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase
1 Hutan Lahan Gambut 65.033,482 12,35 2 Hutan Lahan Gambut Terdegradasi 47.598,473 9,04
3 Hutan Sekunder 32.184,424 6,11
4 Pemukiman 32.443,866 6,16
5
Perkebunan Rakyat/Lahan yang
Dikelola 280.268,439 53,20
6 Sawah 7.349,229 1,40
7 Semak Belukar 46.922,953 8,91
8 Tanah Terbuka 14.984,835 2,84
Total 52.6785,699 100
Sumber : Citra Satelit Landsat TM 2005 dan pengolahan citra tahun 2013
Dari tabel tersebut, terdapat delapan kategori Penggunaan lahan yang
digunakan, ini disesuaikan dengan peta penggunaan lahan dari BAPPEDA
Kabupaten Muaro Jambi. Berikut diagram yang menggambarkan penggunaan
lahan tahun 2005.
Diagram 4.7 Penggunaan Lahan Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2005
Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa penggunaan lahan didominasi oleh
oleh hutan lahan gambut sebesar 12,35%. Sedangkan pemukiman rakyat hanya
sebesar 6,16%. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa mayoritas mata
pencaharian masyarakat di kabupaten ini adalah sebagai petani perkebunan seperti
sawit dan karet, hal ini juga dikuatkan dengan luas sawah yang hanya 1,40%.
2. Hasil Dijitasi Citra Tahun 2007
Gambar 4.16 Hasil Dijitasi Citra Landsat TM Tahun 2007
Gambar di atas merupakan hasil dijitasi citra Landsat TM tahun 2007
dengan data pendukung yang sama seperti pada tahun 2005 yaitu data peta
penggunaan lahan tahun 2011 maka terbentuklah peta penggunaan lahan tahun
2007. Dibawah ini merupakan paparan hasil dijitasi tahun 2007 sebagai berikut.
Tabel 4.8 Luas Penggunaan Lahan Tahun 2007
No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase
1 Hutan Lahan Gambut 64.059,437 12,16
2 Hutan Lahan Gambut Terdegradasi 48.720,403 9,25
3 Hutan Sekunder 29.839,171 5,59
4 Pemukiman 35.570,924 6,75
5
Perkebunan Rakyat/Lahan yang
Dikelola 270.950,107 51,43
6 Sawah/Vegetasi Rawa 6.710,976 1,27
7 Semak Belukar 49.574,893 9,41
8 Tanah Terbuka 21.357,721 4,13
Total 526.783,633 100
Dari tabel tersebut, terdapat delapan kategori Penggunaan lahan yang
digunakan, ini disesuaikan dengan peta penggunaan lahan dari BAPPEDA
Kabupaten Muaro Jambi. Berikut diagram yang menggambarkan penggunaan
lahan tahun 2007.
Diagram 4.8 Penggunaan Lahan Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2007
Dari diagram di atas, perkebunan rakyat masih yang memiliki wilayah yang
paling luas, secara keseluruhan apabila dibandingkan dengan tahun 2005 tidak
terlalu banyak yang berubah. Hutan lahan gambut terdegradasi, pemukiman,
semak belukar dan tanah terbuka mengalami peningkatan walau tidak terlalu
besar, dan sebaliknya tutupan lahan lainnya mengalami penurunan walau dalam
jumlah yang kecil.
3. Hasil Dijitasi Citra Tahun 2008
Gambar 4.17 Hasil Dijitasi Citra Landsat TM Tahun 2008
0 50000 100000 150000 200000 250000 300000
L
ua
s
(H
a
)
Seperti pada hasil dijitasi lainnya, berlaku juga pada tahun 2008. Peta
penggunaan lahan di atas merupakan hasil dijitasi citra Landsat TM tahun 2008,
dengan data pendukung yang sama dengan tahun sebelumnya.
Tabel 4.9 Luas Penggunaan Lahan Tahun 2008
No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase 1 Hutan Lahan Gambut 58.597,008 11,12 2 Hutan Lahan Gambut Terdegradasi 49.664,589 9,43
3 Hutan Sekunder 29.835,143 5,66
4 Pemukiman 37.715,592 7,16
5
Perkebunan Rakyat/Lahan yang
Dikelola 280.756,204 53,30
6 Sawah/Vegetasi Rawa 6.921,958 1,31
7 Semak Belukar 46.899,624 8,90
8 Tanah Terbuka 16.394,198 3,11
Total 526.784,316 100
Sumber : Citra Satelit Landsat TM 2008 dan pengolahan citra tahun 2013
Dari tabel tersebut, terdapat delapan kategori Penggunaan lahan yang
digunakan, ini disesuaikan dengan peta penggunaan lahan dari BAPPEDA
Kabupaten Muaro Jambi. Berikut diagram yang menggambarkan penggunaan
lahan tahun 2008.
Diagram 4.9 Penggunaan Lahan Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2008
Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, perkebunan rakyat masih yang
tertinggi dibandingkan tutupan lahan lainnya yaitu sebesar 53,30%, disusul oleh
hutan lahan gambut sebesar 11,12% dan hutan lahan gambut terdegradasi sebsar
9,43%. Secara keseluruhan kawasan hutan kabupaten muaro jambi meliputi hutan
sekunder, hutan lahan gambut, dan hutan hutan lahan gambut terdegradasi
mengalami penurunan.
4. Hasil Dijitasi Citra Tahun 2009
Gambar 4.18 Hasil Dijitasi Citra Landsat TM Tahun 2009
Seperti pada hasil dijitasi lainnya, berlaku juga pada tahun 2009. Peta
penggunaan lahan di atas merupakan hasil dijitasi citra Landsat TM tahun 2009,
dengan data pendukung yang sama dengan tahun sebelumnya.
Tabel 4.10 Luas Penggunaan Lahan Tahun 2009
No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase 1 Hutan Lahan Gambut 57.482,342 10,91 2 Hutan Lahan Gambut Terdegradasi 50.052,544 9,50
3 Hutan Sekunder 29.431,906 5,59
4 Pemukiman 38.804,061 7,37
5
Perkebunan Rakyat/Lahan yang
dikelola 279.596,118 53,08
6 Sawah/ Vegetasi Rawa 6.293,027 1,19
7 Semak Belukar 46.798,245 8,88
8 Tanah Terbuka 18.324,372 3,48
Total 526.782,615 100
Dari tabel tersebut, terdapat delapan kategori Penggunaan lahan yang
digunakan, ini disesuaikan dengan peta penggunaan lahan dari BAPPEDA
Kabupaten Muaro Jambi. Berikut diagram yang menggambarkan penggunaan
lahan tahun 2009.
Diagram 4.10 Penggunaan Lahan Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2009 Perkebunan rakyat pada tahun 2009 kembali memiliki luas yang paling
besar, hanya saja sedikit mengalami penurunan sebesar 0,22% dari tahun 2008.
Hal ini dapat diartikan bahwa wilayah non hutan mengalami perubahan fungsi
penggunaan lahan yang juga menyebabkan penurunan wilayah hutan jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
5. Hasil Dijitasi Citra Tahun 2013
Gambar 4.19 Hasil Dijitasi Citra Landsat TM Tahun 2013
0 50000 100000 150000 200000 250000 300000
L
ua
s
(H
a
)
Seperti pada hasil dijitasi lainnya, berlaku juga pada tahun 2013. Peta
penggunaan lahan di atas merupakan hasil dijitasi citra Landsat TM tahun 2013,
dengan data pendukung yang sama dengan tahun sebelumnya, berikut adalah
paparan luasan tata guna ahan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.11 Luas Penggunaan Lahan Tahun 2013
No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase
1 Hutan Lahan Gambut 55.135,420 10,47
2 Hutan Lahan Gambut Terdegradasi 50.781,772 9,64
3 Hutan Sekunder 29.062,877 5,52
4 Pemukiman 48.274,976 9,16
5
Perkebunan Rakyat/Lahan yang
Dikelola 281.460,477 53,43
6 Sawah/Vegetasi Rawa 53.22412 1,01
7 Semak Belukar 29.122,323 5,53
8 Tanah Terbuka 27.621,196 5,24
Total 526.781,453 100
Sumber : Citra Satelit Landsat TM 2013 dan pengolahan citra tahun 2013
Dari tabel tersebut, terdapat delapan kategori Penggunaan lahan yang
digunakan, ini disesuaikan dengan peta penggunaan lahan dari BAPPEDA
Kabupaten Muaro Jambi. Berikut diagram yang menggambarkan penggunaan
lahan tahun 2013.
Diagram 4.11 Penggunaan Lahan Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2013
Diagram di atas menunjukan kondisi penggunaan lahan yang terbaru karena
menggunakan citra Landsat TM tahun 2013 pada bulan februari. Sama halnya
dengan tahun sebelumnya urutan berdasarkan luasannya masih sama dengan
perkebunan paling besar.
. Seperti terlihat dalam grafik perubahan penggunaan lahan dari tahun 2005,
2007, 2008, 2009 dan 2013 sebagai berikut.
Diagram 4.12 Grafik Perubahan Penggunaan Lahan Kabupaten Muaro Jambi Dari grafik di atas terlihat bahwa selama kurun waktu tersebut perkebunan
rakyat masih menempati wilayah paling luas, terjadi penurunan luas pada tahun
2007 dan tahun 2011 meskipun demikian pada tahun 2013 kembali naik. Karena
wilayahnya yang begitu luas, sehingga perubahan yang terlihat dalam grafik tidak
terlalu drastis. Begitu pula pada tutupan lahan lainnya, mengalami perubahan
yang tidak terlalu besar. Khususnya pada wilayah hutan mengalami penurunan
dari tahun ke tahun.
NDVI berfungsi untuk mengetahui kerapatan vegetasi yang ada pada jenis
penggunaan lahan khususnya wilayah hutan, agar pemerintah mendapat informasi
mengenai area yang harus segera ditangani. Besarnya perubahan pertahunnya
dapat dilihat dalam tabel berikut. 0
2005 2007 2008 2009 2013
Tabel 4.13 Perubahan Penggunaan Lahan Kab. Muaro Jambi
Penggunaan Lahan
Perubahan Penggunaan Lahan (Ha)
2005 ke 2007 2007 ke 2008 2008 ke 2009 2009 ke 2013
Hutan Lahan
Gambut -974,045 -5.462,430 -1.114,665 -2.346,922
Hutan Lahan Gambut
Terdegradasi 1.121,931 944,186 387,955 729,227
Hutan Sekunder -2.345,252 -4,028 -403,238 -369,028 Pemukiman 3.127,058 2.144,668 1.088,469 9.470,915 Perkebunan
Rakyat/Lahan yang
Dikelola -9.318,331 9.806,097 -1.160,087 1.864,359 Sawah/Vegetasi
Rawa -638,253 210,982 -628,931 -970,615
Semak Belukar 2.651,941 -2.675,269 -101,380 -17.675,922 Tanah Terbuka 6.372,886 -4.963,523 1.930,174 9.296,824
Total -2,066 0,683 -1,702 -1,162
Sumber : Pengolahan Citra Tahun 2013 dan Citra Landsat TM
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa selama delapan tahun
atau dari tahun 2005 sampai tahun 2013 wilayah pemukiman naik sebesar
15.831,111 Ha, perkebunan rakyat/lahan yang dikelola naik sebesar 1.192,038 Ha,
sawah/vegetasi rawa menurun hingga 2.026,817 Ha, semak belukar menurun
hingga 17.800,629 dan tanah terbuka naik sebesar 12.636,361. Perubahan
penggunaan lahan tersebut berkaitan erat dengan kondisi hutan yang ada, untuk
perubahan wilayah hutan akan dijelaskan di subbab selanjutnya.
IV.7. Perhitungan Deforestasi Hutan
Deforestasi adalah perusakan lapisan atas hutan dengan cara merubah
penggunaan lahan secara permanen, berdasarkan ketentuan dari departemen
kehutanan Indonesia, perhitungan deforestasi hutan dapat dilakukan dengan cara
Gambar 4.21 Diagram Perhitungan Deforestasi Hutan (http://appgis.dephut.go.id/appgis/download.aspx)
Keterangan :
H(t0) = Hutan Tahun ke-0
H(t1) = Hutan Tahun ke-1
NH(t0) = Non Hutan Tahun ke-0
NH(t1) = Non Hutan Tahun ke-1
Berdasarkan diagram di atas untuk perhitungan deforestasi hutan dilakukan
pemisahan wilayah hutan dan wilayah non hutan tiap tahunnya untuk
mempermudah perhitungan.Perhitungan penurunan lahan hutan secara
Tabel 4.14 Perhitungan Selisih Wilayah Hutan dan Non Hutan
Tahun
Luas Wilayah
Hutan (Ha) Selisih (Ha)
2005 144.816,379
-2.197,366
2007 142.619,012
-4.522,272
2008 138.096,740
-1.129,948
2009 136.966,792
-1.986,723
2013 134.980,069
Total -9.836,310
Tahun
Luas Wilayah Non Hutan
(Ha) Selisih (Ha)
2005 381.969,321
2.195,300
2007 384.164,621
4.522,955
2008 388.687,576
1.128,246
2009 389.815,822
1.985,562
2013 391.801,384
Total 9.832,063
Berdasarkan tabel di atas, wilayah hutan hampir setiap tahunnya mengalami
penurunan luas. Sedangkan wilayah non hutan mengalami peningkatan hampir
disetiap tahunnya, ini dapat diartikan bahwa terjadi perubahan penggunaan tanah
dari hutan menjadi non hutan. Berikut adalah diagram perubahan wilayah hutan
Diagram 4.13 Perubahan Wilayah Hutan
Secara keseluruhan, penurunan wilayah hutan selama delapan tahun adalah
sebesar -9.836,310 Ha dari luas pada tahun 2005. Hal ini terjadi disebabkan
banyaknya penebangan liar yang dilakukan oleh oknum masyarakat setempat, dan
adanya perluasan wilayah perkebunan yang mulai menggerogoti wilayah hutan.
Berdasarkan laporan moratorium Dinas Kehutanan Provinsi Jambi tahun
2009 lalu, Luas wilayah hutan di Kabupaten Muaro Jambi adalah seluas
136.976,70 Ha yang terdiri dari Hutan lahan gambut yang termasuk dalam
kawasan hutan lindung gambut yang berfungsi untuk penyeimbang tata air yang
dikenal dengan nama air hitam dalam. Hutan lahan gambut terdegradasi adalah
hutan lahan gambut yang sudah mulai mengalami penurunan kerapatan hutan
namun masih masuk dalam kawasan hutan. Sedangkan untuk hutan sekunder
terdiri dari hutan produksi tetap, hutan produksi tetap terbatas, kawasan suaka
alam dan areal penggunaan lain (APL).
Berikut adalah persebaran hutan di wilayah kabupaten muaro jambi beserta
kelas vegetasinya. 130000 135000 140000 145000 150000
2005 2007 2008 2009 2013
L
ua
s
(H
a
)
Tahun
Tabel 4.15 Persebaran Hutan dan Kerapatan Vegetasi Tahun 2005
Kecamatan Jenis Hutan Kerapatan Vegetasi (Ha) Tahun 2005 Total
1 2 3 4 5 6
KEC. BAHAR
SELATAN Hutan Sekunder 0,781 108,709 589,186 8,881 0,000 0,000 707,557 KEC. JAMBI
LUAR KOTA Hutan Sekunder 8,290 432,375 4.434,380 1.126,578 0,000 0,000 6.001,623
KEC. KUMPEH
Hutan Lahan
Gambut 0,000 19.837,720 25.255,802 19.889,685 3,211 47,372 65.033,790 Hutan Lahan
Gambut
Terdegradasi 13,249 355,413 284,671 499,973 0,540 42,545 1.196,390
KEC.
KUMPEH ULU
Hutan Lahan Gambut
Terdegradasi 56,280 3.865,359 4.809,440 338,228 0,000 0,000 9.069,306 Hutan Sekunder 6,588 1.003,105 9.118,305 375,779 0,000 0,000 10.503,777
KEC. SUNGAI GELAM
Hutan Lahan Gambut
Terdegradasi 12,040 11.419,632 24.856,954 240,891 2,880 0,000 36.532,397 KEC. TAMAN
RAJO Hutan Sekunder 0,000 7.306,826 4.704,249 3.417,951 43,603 0,000 15.472,629 Total 97,227 44.329,139 74.052,988 25.897,966 50,234 89,917 144.517,470
Sumber : Citra Landsat TM Tahun 2005 dan Pengolahan Citra Tahun 2013
Tabel 4.16 Persebaran Hutan dan Kerapatan Vegetasi Tahun 2007
Kecamatan Jenis Hutan Kerapatan Vegetasi (Ha) Tahun 2007 Total
1 2 3 4 5 6
Gambut 0,000 25.060,787 30.172,754 8.825,768 0,000 0,000 64.059,309 Hutan Lahan
Gambut
Terdegradasi 12,125 1.209,689 66,162 120,814 0,000 0,000 1.408,791
KEC.
KUMPEH ULU
Hutan Lahan Gambut
Terdegradasi 38,007 7.859,611 2.954,618 0,000 0,000 0,000 10.852,236 Hutan Sekunder 0,000 2.983,245 6.789,558 18,172 0,000 0,000 9.790,974
KEC. SUNGAI GELAM
Hutan Lahan Gambut
Terdegradasi 39,268 27.761,982 8.008,259 0,000 0,000 0,000 35.809,509 KEC. TAMAN
RAJO Hutan Sekunder 6,356 6.822,412 8.014,126 0,000 0,000 0,000 14.842,894 Total 99,196 72.082,623 59.047,428 10.740,192 0,000 0,000 141.969,438
Tabel 4.17 Persebaran Hutan dan Kerapatan Vegetasi Tahun 2008
Kecamatan Jenis Hutan Kerapatan Vegetasi (Ha) Tahun 2008 Total
1 2 3 4 5 6
Hutan Lahan Gambut 0,000 7.970,238 24.399,644 25.864,477 3,855 358,819 58.597,033 Hutan Lahan Gambut
Terdegradasi 6,029 743,842 947,926 273,487 0,000 0,000 1.971,284 KEC.
KUMPEH ULU
Hutan Lahan Gambut
Terdegradasi 49,684 2.619,258 0,000 7.442,262 0,000 0,000 10.111,204 Hutan Sekunder 0,000 2.387,113 7.228,920 173,420 0,000 0,000 9.789,453 KEC.
RAJO Hutan Sekunder 0,000 8.609,389 270,218 5.960,870 0,000 0,000 14.840,477
Total 62,524 52.216,900 33.414,401 52.038,226 3,855 358,819 138.094,724
Sumber : Citra Landsat TM Tahun 2008 dan Pengolahan Citra Tahun 2013
Tabel 4.18 Persebaran Hutan dan Kerapatan Vegetasi Tahun 2009
Kecamatan Jenis Hutan Kerapatan Vegetasi (Ha) Tahun 2009 Total
1 2 3 4 5 6
Hutan Lahan Gambut 0,913 10.758,931 38.438,430 8.198,401 0,000 86,002 57.482,677 Hutan Lahan Gambut
Terdegradasi 4,356 775,997 857,007 921,044 0,000 0,000 2.558,404 KEC.
KUMPEH ULU
Hutan Lahan Gambut
Terdegradasi 61,884 0,000 0,000 10.090,126 0,000 0,000 10.152,010 Hutan Sekunder 0,000 5.420,309 144,766 4.155,684 0,000 0,000 9.720,759 KEC.
SUNGAI GELAM
Hutan Lahan Gambut
Terdegradasi 21,505 7.533,875 26.201,780 3.583,071 0,000 0,000 37.340,231 KEC.
TAMAN
RAJO Hutan Sekunder 1,954 2.774,327 8.974,984 2.929,192 0,000 0,000 14680,456 Total 96,941 28.437,421 77.469,136 30.874,916 0,000 86,002 136.964,415
Tabel 4.19 Persebaran Hutan dan Kerapatan Vegetasi Tahun 2013
Kecamatan Jenis Hutan Kerapatan Vegetasi (Ha) Tahun 2013 Total
1 2 3 4 5 6
Hutan Lahan Gambut 0,770 10.632,998 16.966,108 28.531,535 1,319 3,428 56.136,158 Hutan Lahan Gambut
Terdegradasi 27,264 1.351,688 1.342,237 37,229 0,000 0,000 2.758,418 KEC.
KUMPEH ULU
Hutan Lahan Gambut
Terdegradasi 24,591 3.949,947 5.471,577 235,334 0,000 0,000 9.681,448 Hutan Sekunder 0,000 9.282,648 67,324 0,000 0,000 0,000 9.349,972 KEC.
SUNGAI GELAM
Hutan Lahan Gambut
Terdegradasi 12,497 29.392,482 0,000 8.936,045 0,000 0,000 38.341,024 KEC.
TAMAN
RAJO Hutan Sekunder 5,535 7.717,138 6.316,139 0,000 0,000 0,000 14.038,812
Total 72,754 62.754,934 34.186,706 37.962,089 1,319 3,428 134.981,229
Sumber : Citra Landsat TM Tahun 2013 dan Pengolahan Citra Tahun 2013
Tabel di atas merupakan persebaran wilayah hutan berdasarkan kerapatan
vegetasinya. Kerapatan vegetasi dominan yang ada pada kawasan hutan berkisar
antara vegetasi sangat jarang, vegetasi jarang dan vegetasi sedang. Vegetasi lebat
dan vegetasi sangat lebat hanya terdapat pada hutan lahan gambut di kecamtan
Kumpeh pada tahun 2005, 2008 dan 2013. Kerapatan vegetasi ini selain
dipengaruhi oleh perekaman citra pada muka bumi tapi juga dipengaruhi oleh
kualitas citra tersebut.
Dari sebelas kecamatan yang ada di Kabupaten Muaro Jambi, Hanya ada
enam kecamatan yang memiliki kawasan hutan. Kecamatan Kumpeh adalah
kecamatan dengan kawasan hutan yang paling luas karena memiliki Hutan Lahan
Gambut yang termasuk salah satu hutan lindung yang ada di Provinsi Jambi.
Namun meskipun tergolong kawasan hutan lindung, hutan lahan gambut tidak
lepas dari penjarahan liar dan kebakaran hutan, sehingga masih saja mengalami
penurunan tiap tahunnya.
Untuk kawasan hutan sekunder, pada dasarnya dimaksudkan untuk
sewaktu-waktu dapat berubah fungsi atau disebut juga area penggunaan lain agar
menghindari kasus penyerobotan kawasan hutan lainnya.
Secara keseluruhan, selama delapan tahun atau mulai tahun 2005 sampai
dengan tahun 2013 kawasan hutan mengalami penurunan. Untuk kawasan hutan
lahan gambut berkurang sebesar 9.898,062 Ha yang dibuktikan dengan naiknya
kawasan hutan lahan gambut terdegradasi sebesar 3.183,299 Ha, sehingga dapat
diartikan bahwa berkurangnya hutan lahan gambut sebagian disebabkan adanya
degradasi sedangkan selebihnya disebabkan perubahan fungsi hutan. Sedangkan
hutan sekunder sendiri mengalami penurunan sebesar 3.121,547 Ha.
IV.8. Survei Lapangan
Tahap validasi data dilakukan dengan menggunakan survei lapangan
dengan menggunakan uji ketelitian terhadap hasil interpretasi dan untuk
memperoleh data variabel kualitas lingkungan yang tidak dapat diperoleh melalui
interpretasi citra. Validasi data merupakan hal yang sangat penting dilakukan oleh
pengguna data penginderaan jauh sebelum melakukan analisis selanjutnya. Hal ini
karena ketelitian data hasil interpretasi sangat berpengaruh terhadap besarnya
kepercayaan yang dapat diberikan oleh data tersebut (Sutanto, 1986). Kegiatan
validasi data hasil interpretasi dan perolehan data variabel non interpretasi
dilakukan terhadap sampel yang telah ditentukan terlebih dahulu.
IV.9. Penentuan Jumlah Sampel
Metode pemilihan sampel yang digunakan pada penelitian ini
menggunakan metode stratified random sampling yaitu pengambilan sampel
berdasarkan pertimbangan tertentu dengan sebelumnya membagi populasi ke
dalam beberapa tingkatan dan dari setiap tingkatan dapat diambil sampel secara
acak dengan jumlah yang telah ditentukan (Meita, 2011).
Penentuan jumlah sampel dan lokasi sampel dapat ditentukan setelah
satuan pemetaan dibuat. Satuan pemetaan yang berupa wilayah hutan terdiri dari
40 poligon. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini dihitung dengan
Untuk mempermudah perhitungan, persamaan 1.1 dijabarkan terlebih
dahulu. Misalkan dengan mencari nilai D terlebih dahulu dan seterusnya, sehingga
perhitungan untuk memperoleh data sampel menjadi seperti berikut ini :
D = B
Pada penelitian ini derajat ketepatan yang diharapkan adalah 90%,
sehingga nilai bound on error (B) adalah 10% (0,1).
Langkah selanjutnya yaitu mencari nilai N2D dan [Ni.Pi (1-Pi)]. Pada
penelitian ini total polulasi hutan yang diperoleh pada satuan pemetaan sebanyak
583 poligon, sehingga :
N2D = (40)2 x 0,0025
= 3,61
Untuk mempermudah perhitungan nilai [Ni.Pi (1-Pi)], maka dapat dibuat matriks
seperti pada tabel berikut :
Tabel 4.20. Perhitungan Matriks
Nama Ni Pi (1-Pi) Ni.Pi Ni.Pi.(1-Pi)
Pi = Total unit sampling pada suatu kategori tertentu dalam strata i
Jumlah sampel pada setiap kelas (sub populasi) yang memiliki nilai
variabel yang sesuai kelas (baik/sedang/buruk) terbanyak diperkirakan
mencapai 75% (0,75).
Ni = Total sub populasi dari strata i
� = N [Ni Pi 1−Pi ]
� = 38 x 7,126
Berdasarkan perhitungan jumlah sampel dengan menggunakan persamaan
yang telah ditentukan, maka jumlah tiap sampel jenis hutan disajikan pada tabel
berikut ini :
Tabel 4.21. Jumlah Sampel Jenis Hutan
No Klasifikasi Jumlah Poligon Jumlah Sampel
1 Hutan Lahan Gambut 3 3
(Sumber : Hasil Analisis, 2013)
Setelah jumlah sampel tiap kelas diketahui, maka pemilihan lokasi sampel
dilakukan secara random dengan mempertimbangkan luas dan persebarannya
disetiap Kecamatan, sehingga tiap jenis hutan memiliki kesempatan yang sama