• Tidak ada hasil yang ditemukan

abstraksi indonesia dan inggris

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "abstraksi indonesia dan inggris"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

KOMPETENSI KOMUNIKASI PASANGAN BEDA AGAMA DALAM BERKOMUNIKASI DENGAN ORANG TUANYA UNTUK MEMBANGUN

HARMONISASI KELUARGA

Abstraksi

Kompetensi komunikasi adalah seperangkat kemampuan seorang komunikator untuk menggunakan berbagai sumberdaya yang ada di dalam proses komunikasi. Kompetensi komunikasi merupakan syarat utama yang harus dimiliki individu dalam melakukan proses komunikasi yang efektif dengan orang lain. Dengan memiliki kompetensi komunikasi individu dapat mengkomunikasikan maksud dan tujuan komunikasinya dengan baik dan tepat sasaran. Pada pasangan beda agama yang telah berorientasi pada pernikahan, kompetensi komunikasi tentunya sangat dibutuhkan dalam bekomunikasi dengan orang tuanya agar tidak merusak harmonisasi keluarga. Kompetensi komunikasi yang dimiliki pasangan beda agama ini berkaitan erat dengan pola asuh yang diterapkan orang tua mereka.

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Penelitian ini melibatkan pasangan beda agama yang telah memiliki komitmen kuat dalam menjalin hubungan dengan pasangannya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui ada tidaknya kompetensi komunikasi pasangan pacaran beda agama dalam mengkomunikasikan keseriusan hubungan mereka kepada orang tuanya. Pendekatan teori dalam penelitian ini adalah Teori Kompetensi Komunikasi (Spitzberg, 2004), dan Pola Asuh Orang Tua (Le Poire, 2006). Melalui pendekatan fenomenologi dalam metode kualitatif, peneliti menggunakan indepth interview sebagai teknik pengumpulan data.

Ketika berkomunikasi dengan orang tuanya, pasangan beda agama diharapkan memiliki kompetensi komunikasi yang terdiri dari tiga komponen utama, yaitu motivasi, pengetahuan, dan kemampuan. Ketiga komponen tersebut erat kaitannya dengan pola asuh orang tua yang diterapkan dalam keluarga mereka. Pasangan beda agama yang dibesarkan dengan pola asuh gabungan (authoritative dan authoritarian) memiliki ketiga komponen utama kompetensi komunikasi sehingga kompetensi komunikasi mereka berkembang. Mereka bisa menyampaikan dengan baik kepada orang tua keinginan untuk serius dengan pasangan. Sebaliknya, pasangan beda agama yang dibesarkan dengan pola asuh authoritarian murni tidak bisa memenuhi ketiga komponen utama kompetensi komunikasi sehingga kompetensi komunikasi mereka tidak berkembang. Mereka cenderung takut untuk menyampaikan hal apa pun pada orang tua, termasuk keinginan untuk serius dengan pasangan.

(2)

COMMUNICATION COMPETENCE OF INTERFAITH COUPLE IN COMMUNICATING WITH THEIR PARENTS TO CONSTRUCT

HARMONIZATION OF FAMILY

Abstract

Communication competence is communicator capabilities to use various resources in the communication process. Communication competence is a major requirement to possess an individual in the process of effective communication with others. By having individual communication competence, humans could communicate their purpose well and right on target. Interfaith couple who have been oriented for marriage is supposed to have communication competence. It is important to communicate parents so the harmonization of family won’t be broken. Communication competence of interfaith couple is related to their parents’ parenting style.

The research involved interfaith couple who had a solid commitment. The research’s purpose is to know whether there is communication competence of interfaith couples in communicating their seriousness relationship to their parents. Theoretical approach in this study are Communication Competence Theory (Spitzberg, 2004), and Parenting Style Theory (Le Poire, 2006). Through a phenomenological approach in qualitative methods, researcher used an indepth interview as a data collection technique.

In communicating with parents, interfaith couples are expected to have communication competence consists of three components which are motivation, knowledge, and skill. Those three components are related to parenting style that applied in their family. Interfaith couples who grew up with general parenting style, the combined parenting (authoritative and authoritarian) tend to have three main components of communication competence. Otherwise, interfaith couples who grew up with pure authoritarian parenting style can’t comply the three main components of communication competence. Interfaith couples who have communication competence can communicate their serious relationship with their partner to parents. Meanwhile, interfaith couples who don’t have communication competence tend to be affraid to communicate anything to their parents, including communicate their serious relationship with their partner.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian secara umum dapat disimpulkan bahwa pola asuh orangtua demokratis/authoritative berhubungan positif secara signifikan dengan kreativitas anak, pola asuh

Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa persepsi pola asuh authoritative yang memberikan pengaruh positif bagi konsep diri remaja akhir karena skor konsep diri persepsi pola asuh

Seorang wali asuh dapat menggunakan metode authoritative parenting dalam mendidik santri, karena pola asuh tersebut sangat mengutamakan musyawarah mufakat dalam menentukan

Lain halnya jika seorang anak dibesarkan dengan pola asuh yang mengutamakan kedisplinan yang tidak dibarengi dengan toleransi, wajib menaati peraturan, memaksakan kehendak,

Pertimbangan keras mengenai perkawinan pasangan beda agama ini menjadi pijakan dalam menetapkan status hukum perkawinan yang beda agama karena memicu potensi konflik dan

“Berdasarkan jenis-jenis pola asuh orang tua salah satunya adalah pola asuh Authoritative (demokratis). Pola asuh demokratis ditandai dengan adanya pengakuan orang tua

Pola asuh authoritative yang memiliki kecenderungan pada sikap “acceptance” dan kontrol yang tinggi, bersikap responsif terhadap kebutuhan anak, mendorong anak untuk

Berbeda dengan tipe pola asuh authoritative, pola asuh authoritarian yang berada pada kategori sedang akan menyebabkan hasil belajar siswa menjadi rendah c Pola asuh Permissive berada