114
EdwinAnugrah Ramadhani,, 2014
KANDUNGAN NILAI KEARIFAN LOKAL
DALAM LEKSIKON KAULINAN BARUDAK DI KAMPUNG SUKARAME (SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
PENUTUP
A.
Simpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan-pembahasan sebelumnya, penulis
membuat simpulan sebagai berikut.
1)
Kaulinan barudakyang terdapat di Kampung Sukarame ini dapat
diklasifikasikan berdasarkan sifatnya, yaitu
kaulinan barudakyang bersifat
kompetitif berjumlah 35
kaulinan,
kaulinan barudakyang bersifat edukatif
yang meliputi semua
kaulinan barudak, dan
kaulinan barudakyang bersifat
rekreatif berjumlah 7
kaulinan.
Kaulinan barudakyang bersifat kompetitif
dibagi menjadi dua, yaitu
kaulinan barudakyang bersifat kompetitif yang
memerlukan alat dan
kaulinan barudakyang bersifat kompetitif yang tidak
memerlukan alat. Selain
kaulinan barudak, penulis juga menemukan
pakakas kaulinanatau
cocooanyang akrab disebut dengan mainan sejumlah 15 buah
dan bahan/material dalam
kaulinandan
pakakas kaulinanatau
cocooan. Dari
semua data tersebut, penulis klasifikasikan lagi berdasarkan satuan lingual
yang meliputi bentuk tunggal dan bentuk kompleks. Bentuk tunggal dan
bentuk kompleks dalam
kaulinandan
pakakas kaulinanatau
cocooanmemiliki jumlah yang berbeda. Dari perbedaan jumlah itu, penulis dapat
menyimpulkan bahwa data-data tersebut menunjukkan bahwa masyarakat
Kampung Sukarame hidup secara bersama-sama dan menjunjung tinggi nilai
kebersamaan. Simpulan tersebut didasarkan pada hakikat bentuk kompleks
yang terbentuk dari satuan-satuan bebas dan satuan-satuan terikat yang tidak
dapat berdiri sendiri.
115
EdwinAnugrah Ramadhani,, 2014
KANDUNGAN NILAI KEARIFAN LOKAL
DALAM LEKSIKON KAULINAN BARUDAK DI KAMPUNG SUKARAME (SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3)
Cerminan gejala kebudayaan yang hadir dalam
kaulinan barudakmeliputi
prinsip harmonisasi dengan Tuhan, prinsip harmonisasi dengan antarmanusia,
dan prinsip harmonisasi dengan alam.Pertama, prinsip harmonisasi
denganTuhan tercermin dalam
kaulinan barudak wawayangan/gogolékan.
Masyarakat Kampung Sukarame memercayai bahwa
wawayangan/gogolékandigunakan sebagai media penyebaran agama Islam oleh Wali Songo. Dalam
penyebaran agama Islam di Jawa Barat, wayang yang digunakan adalah
wayang golék
. Kedua, prinsip harmonisasi dengan antarmanusia tercermin
dalam
kaulinan barudak anyangan. Kaulinan anyanganini meniru kebiasaan
masyarakat Kampung Sukarame berupa saling mengunjungi dan mengirim
makanan pada saat
hajatan. Kebiasaan tersebut mencerminkan nilai
kerukunan antarmanusia. Ketiga, prinsip harmonisasi dengan alam tercermin
dalam bahan/material dalam
kaulinan barudakdan
pakakas kaulinanatau
cocooan
tersebut sebagian besar berasal dari alam, khususnya
tumbuh-tumbuhan, seperti
daun kalapa, gagang paré, awi,dan
gagang daun sampeu.
4)
Persepsi masyarakat Kampung Sukarame terhadap
kaulinan barudaktergolong bagus. Hal tersebut dibuktikan dengan anak-anak Kampung
Sukarame yang memainkan
kaulinan barudak, seperti
kaulinan barudak endog-endoganyang memiliki jumlah jawaban “jarang” dan jumlah jawaban
“sering” adalah 96%.
Lalu, pada komponen perasaan, sikap, harapan, dan
keinginanmasyarakat Kampung Sukarame menunjukkan tingkat kepedulian
yang tinggi terhadap
kaulinan barudak. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan
salah satu contoh pertanyaan “
ketika mengetahui bahwa
kaulinan barudak116
EdwinAnugrah Ramadhani,, 2014
KANDUNGAN NILAI KEARIFAN LOKAL
DALAM LEKSIKON KAULINAN BARUDAK DI KAMPUNG SUKARAME (SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B.
Rekomendasi
Berdasarkan temuan penelitian, penulis memberikan rekomendasi sebagai
berikut.
1)
Penelitian ini hanya meneliti nama-nama
kaulinan barudak,nama-nama
pakakas kaulinan
atau
cocooan, bahan/material dalam
kaulinan barudakdan
pakakas kaulinan