• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Rasio Profitabilitas dan Rasio Aktivitas Sebagai Dasar Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT Indofarma (Persero) Tbk Periode Maret

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Rasio Profitabilitas dan Rasio Aktivitas Sebagai Dasar Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT Indofarma (Persero) Tbk Periode Maret"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL AKTIVA : RISET AKUNTANSI DAN KEUANGAN, 2 (1), 2020, 35-45 ISSN: 2686-1054 (media online)

Page | 35

Analisis Rasio Profitabilitas dan Rasio Aktivitas Sebagai Dasar Penilaian

Kinerja Keuangan Pada PT Indofarma (Persero) Tbk Periode Maret

2014-2018

Amelia Fernawati1

PT Dosan Dunia Busana1

Dhea Lestari Noor Putri2 PT Dosan Dunia Busana2

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan PT Indofarma (Persero) Tbk pada periode Maret 2014-2018 yang dilihat berdasarkan rasio profitabilitas dan rasio aktivitas serta penilaian kinerja berdasarkan standar industri Kasmir (2015). Menggunakan metode penelitian deskriptif. Objek penelitiannya adalah laporan keuangan PT Indofarma (Persero) Tbk. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kepustakaan. Menurut James C. Van Home dalam Kasmir (2015:104) rasio keuangan merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Perseroan jika ditinjau dari profit margin dapat dikatakan sehat, karena rata-rata profit margin Perseroan sebesar 31,5% berada di atas standar industri. Sedangkan apabila ditinjau dari net profit margin, return on investment, dan return on equity Perseroan dapat dikatakan tidak sehat, karena berada di bawah standar industri. Sementara berdasarkan rasio aktivitas, Perseroan belum mampu mengelola asetnya. Hal tersebut terlihat dari rata-rata tertinggi perputaran modal kerja hanya sebanyak 2,66 kali yang berada di bawah standar industri. Sementara rata-rata terendah perputaran total asetnya sebanyak 0,13 kali yang berada di bawah standar industri. Maka rasio aktivias Perseroan dinyatakan tidak sehat. Selain itu kinerja Perseroan berdasarkan rasio profitabilitas kinerjanya meningkat meskipun masih berada di bawah standar industri. Sedangkan menurut rasio aktivitas kinerja Perseroan menurun dan hasil perhitungan berada di bawah standar industri.

(2)

JURNAL AKTIVA : RISET AKUNTANSI DAN KEUANGAN, 2 (1), 2020, 35-45 ISSN: 2686-1054 (media online)

Page | 36 ABSTRACT

This study aims to determine the financial performance of PT Indofarma (Persero) Tbk in the period March 2014-2018 seen based on profitability ratios and activity ratios as well as performance appraisals based on Kasmir industry standards (2015). Using descriptive research methods. The object of research is the financial statements of PT Indofarma (Persero) Tbk. The type of data used in this study is secondary data. Data collection techniques in this research is to use the literature method. According to James C. Van Home in Kasmir (2015: 104) financial ratios are indices that connect two accounting numbers and are obtained by dividing one number by another. The results of this study indicate that the Company in terms of profit margins can be said to be healthy, because the Company's average profit margin of 31.5% is above the industry standard. Meanwhile, when viewed from the Company's net profit margin, return on investment, and return on equity it can be said to be unhealthy, because it is below the industry standard. While based on the activity ratio, the Company has not been able to manage its assets. This can be seen from the highest average working capital turnover of only 2.66 times which is below the industry standard. While the lowest average total assets turnover was 0.13 times which is below the industry standard. Then the Company's activity ratio is declared unhealthy. In addition, the Company's performance based on profitability ratios improved although it was still below the industry standard. Whereas according to the activity ratio the Company's performance has decreased and the calculation results are below the industry standard.

(3)

Page | 37

PENDAHULUAN

Finansial Statment atau sering disebut dengan suatu laporan keuangan, hal ini sangat bermanfaat untuk pengambilan keputusan, memudahkan memprediksi apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Laporan keuangan dengan mudah dapt diolah dengan melalui proses perbandingan, evaluasi dan analisis tren. Salah satu cara untuk menganalisis laporan keuangan, yaitu dengan cara menganalisis rasio keuangannya (Kasmir, 2015).

Analisis rasio keuangan bertujuan untuk mendapat gambaran tentang baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan pada saat dianalisis. Berdasarkan hasil analisis tersebut manajemen akan memperoleh suatu informasi tentang kekuatan dan kelemahan perusahaan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan PT Indofarma (Persero) Tbk pada periode Maret 2014-2018 yang dilihat berdasarkan rasio profitabilitas dan rasio aktivitas serta penilaian kinerja berdasarkan standar industry. PT Indofarma (Persero) TBK ini adalah PT yang besar yang menghasilkan berbagai produk, maka pasti banyak laporan keuangan yang input, output di PT ini . Dan untuk mengetahui bagaimana laporan keuangan ini berjalan baik atau tidak, rasio frotabilitas dan rasio aktivitas ini dapat memudahkan kita dalam mencapai tujuan utama kita yaitu mengetahui laporan keuangan yang input ataupun output di PT Indofarma (Persero) TBK .

KAJIAN LITERATUR

Pengertian manajemen keuangan menurut Irham Fahmi (2018:2) adalah sebagai berikut:“Manajemen keuangan merupakan penggabungan dari ilmu dan seni yang membahas, mengkaji dan menganalisis tentang bagaimana seorang manajer keuangan dengan mempergunakan seluruh sumber daya perusahaan untuk mencari dana, mengelola dana, dan membagi dana dengan tujuan mampu memberikan profit atau kemakmuran bagi para pemegang saham dan suistainability (keberlanjutan) usaha bagi perusahaan”.

Kasmir (2015:7) menyatakan bahwa: “laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu”. James C. Van Home dalam Kasmir (2015:104) mengemukakan sebagai berikut: “Rasio keuangan merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya”.

Pengertian rasio aktivitas menurut Kasmir (2015:114) adalah sebagai berikut:

“Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan (penjualan, sediaan, penagihan piutang, dan lainnya) atau rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari”. Berikut ini merupakan jenis-jenis rasio aktivitas yang dikemukakan oleh Kasmir (2015:176), yaitu:

1. Perputaran Piutang (Receivable Turn Over) 2. Perputaran Sediaan (Inventory Turn Over)

3. Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over) 4. Fixed Assets Turn Over

5. Total Asset Turn Over

Kasmir (2015: 114) berpendapat bahwa: “rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu”.

(4)

Page | 38 Berikut ini merupakan jenis-jenis rasio profitabilitas yang dikemukakan oleh Kasmir (2015:199), yaitu:

1. Profit Margin On Sales

2. Hasil Pengembalian Investasi (Return On Investment /ROI) 3. Hasil Pengembalian Ekuitas (Return On Equity/ROE)

Menurut Irham Fahmi (2014:2) adalah sebagai berikut: “Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini mengggunakan metode analisis deskriptif. Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data laporan keuangan PT Indofarma (Persero) Tbk.

2. Data laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi PT Indofarma (Persero) Tbk.

HASIL DAN PEMBAHASAN

PT. Indofarma (Persero) Tbk merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berada di bawah departemen kesehatan, berdasarkan PP No. 20 tahun 1981, Pusat Produksi Farmasi diubah menjadi perusahaan umum dengan nama Indonesia Farma (Perum Indofarma) yang direalisasikan pada tanggal 1 April 1988 Mulai pertengahan tahun 1991, hampir seluruh kegiatan produksi telah menempati lokasi di Cibitung, kecuali sediaan steril. Tanggal 31 Januari 1995 fasilitas produksi steril diresmikan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia dengan dana pembangunan seluruhnya ditanggung oleh Perum Indofarma.

Beberapa analisis kemampuan PT.INDOFARMA (Persero TBK) Dalam menghasilkan laba. Yaitu :

1. Margin Laba Atas Penjualan (Profit Margin On Sales)

Berikut ini merupakan tabel margin laba atas penjualan pada PT Indofarma (Persero) Tbk selama periode Maret 2014-2018 adalah sebagai berikut:

Tabel 1 Profit Margin On Sales PT Indofarma (Persero) Tbk

Sumber: Hasil perhitungan

Tahun Jenis Rasio Profit Margin Standar Industri Net Profit Margin Standar Industri 2014 32% 30% -24% 20% 2015 27,8% 30% -10% 20% 2016 27% 30% -9% 20% 2017 30% 30% -16% 20% 2018 41% 30% -5% 20% Rata-rata 31,5% -0,12

(5)

Page | 39 Setelah menganalisis profit margin dan margin laba bersih PT Indofarma (Persero) Tbk selama periode Maret 2014-2018, dapat diketahui bahwa profit margin tertinggi terjadi pada Maret 2018 yaitu sebesar 41% hal tersebut terjadi karena beban pokok penjualan pada triwulan ini menurun, hanya sebesar Rp. 87.111.969.558. Namun penurunan beban pokok tersebut diikuti dengan penjualan yang menurun. Sedangkan profit margin terendah terjadi pada Maret 2016, karena pada Maret 2017 Perseroan mengalami kerugian sebesar Rp. 34.831.765.052. Hal ini merupakan dampak dari tidak terjadinya penjualan untuk produk bermarjin tinggi dan penundaan tender untuk obat kombinasi dosis tetap tenofovir.

Selain itu, net profit margin tertinggi terjadi pada Maret 2018, hal itu disebabkan karena beban pokok penjualan pada triwulan ini menurun sebesar 40%, dari tahun 2017 sebesar Rp. 145.284.550.327 menjadi Rp.87.111.969.558 di tahun 2018.

Sementara net profit margin terendah terjadi pada Maret 2014, penurunan tersebut disebabkan PT Indofarma (Persero) Tbk mengalami kerugian sebesar Rp. 38.385.036.030. 2. Hasil Pengembalian Investasi (Return On Investment /ROI)

Berikut ini merupakan tabel margin laba atas penjualan pada PT Indofarma (Persero) Tbk selama periode Maret 2014-2018, adalah sebagai berikut:

Tabel 2 Return On Investment PT Indofarma (Persero) Tbk

Sumber: Hasil perhitungan

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa return on investment tertinggi terjadi pada Maret 2018, hal tersebut terjadi karena menurunya beban pokok penjualan perseroan, dari Maret 2017 yang mencapai Rp. 145.284.550.327 menjadi Rp. 87.111.969.558 pada Maret 2018. Sedangkan return on investment terendah terjadi pada Maret 2014, Penurunan pada Maret 2014 disebabkan oleh kerugian sebesar Rp. 38.385.036.030 dan persediaan perseroan berkurang, karena persediaan perseroan telah diasuransikan kepada PT Asuransi Ramayana, PT Asuransi Parolamas, PT Asuransi Tri Pakarta, PT Asuransi Dayin Mitra, PT Asuransi Wahana Tata dan PT Asuransi Jasindo terhadap risiko yang disebabkan oleh bencana alam, kebakaran, dan pencurian dengan total pertanggungan asuransi sebesar Rp.382,5 Milyar.

Tahun Return On Investment Standar Industri 2014 -0,03 -3% 30% 2015 -0,017 -1,7% 30% 2016 -0,014 -1,4% 30% 2017 -0,02 -2% 30% 2018 -0,005 -0,5% 30%

(6)

Page | 40 3. Hasil Pengembalian Ekuitas (Return On Equity/ROE)

Berikut ini merupakan tabel margin laba atas penjualan pada PT Indofarma (Persero) Tbk selama periode Maret 2014-2018, adalah sebagai berikut:

Tabel 3 Return On Equity PT Indofarma (Persero) Tbk

Sumber: Hasil perhitungan

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa pada Maret 2018 perseroan mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yakni return on equity pada Maret 2017 sebesar -6,5% sementara pada Maret 2018 sebesar -1%. Hal tersebut dikarenakan beban keuangan pada Maret 2017 mencapai Rp. 14.853.952.458 sedangkan pada Maret 2018 hanya sebesar Rp. 13.665.860.183. Sementara itu, return on equity terendah terjadi pada Maret 2014, hal tersebut terjadi karena menurunnya penjualan sebesar 25,5% yang dipengaruhi oleh menurunnya penjualan ethical.

Selain itu, untuk mengetahui kemampuan PT. Indofarma (Persero) Tbk dalam mengelola asetnya, adalah sebagai berikut:

1. Perputaran Piutang (Receivable Turn Over)

Berikut ini merupakan tabel margin laba atas penjualan pada PT Indofarma (Persero) Tbk selama periode Maret 2014-2018, adalah sebagai berikut:

Tabel 4 Perputaran Piutang PT Indofarma (Persero) Tbk Sumber:Hasil perhitungan Tahun Return On Equity Standar Industri 2014 -0,065 -6,5% 40% 2015 -0,03 -3,5% 40% 2016 -0,03 -3,4% 40% 2017 -0,064 -6,4% 40% 2018 -0,01 -1% 40% Tahun Perputaran Piutang Standar Industri 2014 0,78 15 kali 2015 1,13 15 kali 2016 1,10 15 kali 2017 0,93 15 kali 2018 0,83 15 kali

(7)

Page | 41 Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa PT Indofarma (Persero) Tbk pada Maret 2014 mengalami penurunan sebesar 45% dari Maret 2014 sebesar 0,78 kali menjadi 1,13 kali pada Maret 2015. Hal ini terjadi karena piutang pada Maret 2014 mencapai Rp. 196.478.418.634, berarti dapat dikatakan bahwa pada triwulan ini perseroan masih belum baik dalam hal penagihan piutangnya. Selain itu, penjualan obat ethical dan over the counter mengalami penurunan sebesar 23%, dari Maret 2014 sebesar Rp. 122.291.384.716 menjadi Rp. 149.899.537.502 pada Maret 2015. Sementara pada Maret 2017 mengalami kenaikan sebesar 28%, yakni dari Maret 2017 sebesar 1,15 kali menjadi 0,83 pada Maret 2018. Hal tersebut terjadi karena piutang yang jatuh tempo 61 sampai 90 hari pada Maret 2017 hanya berjumlah Rp. 9.311.241.153. sedangkan pada Maret 2018 mencapai Rp. .283.987.924. Selain itu, penjualan tertinggi terjadi pada Maret 2017 karena didukung oleh penjualan Diagnostik terbesar terjadi pada tahun ini, yakni mencapai Rp. 675.801.575.

2. Perputaran Sediaan (Inventory Turn Over)

Berikut ini merupakan perputaran persediaan perseroan selama Maret 2014-2018, yaitu sebagai berikut:

Tabel 5 Perputaran Persediaan PT Indofarma (Persero) Tbk

Tahun Perputaran Sediaan Standar Industri 2014 0,71 20 kali 2015 0,79 20 kali 2016 0,62 20 kali 2017 0,63 20 kali 2018 0,47 20 kali

Sumber: Hasil perhitungan

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa PT Indofarma (Persero) Tbk mengalami penurunan perputaran persediaannya pada Maret 2018 sebesar 21,5%, yakni 0,63 kali pada Maret 2017 menjadi 0,47 kali pada Maret 2018. Hal tersebut disebabkan oleh persediaan seperti obat, alat kesehatan, diagnostic dan lain-lain cukup besar pada periode ini yakni mencapai Rp. 340.398.479.286. Hal tersebut bisa terjadi karena tidak diimbangi dengan penjualan yang tinggi. Sementara pada Maret 2015 PT Indofarma (Persero) Tbk mengalami peningkatan sebesar 11% dari Maret 2014 sebesar 0,71 kali menjadi 0,79 kali pada Maret 2015, karena pada periode tersebut persediannya ditunjang dengan penjualan obat ethical yang cukup tinggi, yaitu mencapai Rp. 148.988.271.432.

3. Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over)

Berikut ini merupakan perputaran modal kerja perseroan selama Maret 2014-2018, yaitu sebagai berikut:

(8)

Page | 42 Tabel 6 Perputaran Modal Kerja PT Indofarma (Persero) Tbk

Tahun Perputaran Modal Kerja Standar Industri 2014 0,85 6 kali 2015 0,96 6 kali 2016 1,06 6 kali 2017 6 6 kali 2018 4,44 6 kali

Sumber: Hasil perhitungan

Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa PT Indofarma (Persero) Tbk pada Maret 2014 menurun sebesar 13% dari Maret 2014 sebanyak 0,85 kali perputaran modal kerjanya, sementara pada Maret 2015 sebanyak 0,96 kali. Hal tersebut dikarenakan kas perseroan yang ada di Bank Mandiri dan Bank BNI mencapai Rp. 104.028.403.698, hal itu tidak diimbangi dengan penjualan yang tinggi. Sedangkan pada Maret 2017 perputaran modal kerja perseroan mengalami peningkatan yang cukup besar yakni sebanyak 6 kali, sementara pada Maret 2018 hanya sebanyak 4,44 kali. Hal tersebut terjadi karena modal kerja perseroan diimbangi dengan penjualan yang cukup tinggi.

4. Fixed Assets Turn Over

Berikut ini merupakan fixed assets turn over PT Indofarma (Persero) Tbk selama periode Maret 2014-2018, yaitu sebagai berikut:

Tabel 7 Fixed Assets Turn Over PT Indofarma (Persero) Tbk

Sumber: Hasil perhitungan

Dari tabel 7, dapat diketahui bahwa PT Indofarma (Persero) Tbk pada Maret 2018 mengalami penurunan sebesar 29% dari Maret 2017 sebanyak 0,34 kali, sementara pada Maret 2018 hanya 0,24 kali. Penurunan tersebut diakibatkan dari aset tetap perseroan seperti tanah, bangunan kendaraan dan lain-lain mencapai Rp.659.941.646.315, sementara penjualan hanya sebesar Rp. 148.947.262.044. hal tersebut berarti perseroan belum menggunakan kapasitas aktiva tetap sepenuhnya. Sedangkan pada Maret 2016 perseroan

Tahun Fixed Assets

Turn Over Standar Industri 2014 0,33 5 kali 2015 0,414 5 kali 2016 0,417 5 kali 2017 0,34 5 kali 2018 0,24 5 kali

(9)

Page | 43 meningkat sebesar 7% dari Maret 2015 sebanyak 0,414 kali menjadi 0,417 pada Maret 2016. Peningkatan tersebut dikarenakan Beban Pokok Penjualan berhasil ditekan dengan pencapaian sebesar 87,63%, yaitu realisasi Beban Pokok Penjualan sebesar Rp1,32 triliun berbanding anggaran Beban Pokok Penjualan yang sebesar Rp1,51 triliun. Demikian pula dengan Beban Usaha, dimana pencapaian antara realisasi dan target mampu mencapai 89,74%, yaitu realisasi Beban Usaha sebesar Rp318,50 miliar berbanding anggaran yang sebesar Rp354,92 miliar. Hal ini menunjukkan keberhasilan kebijakan untuk menekan biaya hingga mampu memberikan dampak yang cukup baik terhadap kinerja Perseroan secara keseluruhan.

5. Perputaran Total Aset (Total Assets Turn Over)

Berikut ini merupakan total assets turn over PT Indofarma (Persero) Tbk selama periode Maret 2014-2018, yaitu:

Tabel 8 Total Asset Turn Over PT Indofarma (Persero) Tbk

Sumber: Hasil perhitungan

Dari tabel 8, dapat diketahui bahwa perseroan pada Maret 2018 mengalami penurunan sebesar 29% dari Maret 2017 sebanyak 0,14 kali menjadi 0,10 pada Maret 2018. Penurunan tersebut terjadi karena kas dan setara kas dari pihak berelasi seperti Bank Mandiri, Bank BNI dan Bank BRI mencapai Rp.13.878.855.520 serta kas dan setara kas dari pihak ketiga (Bank BCA, Bank Bukopin, Bank Danamon, dan Bank Pembangunan Daerah) mencapai Rp.15.173.345.669. Akan tetapi peningkatan aset tersebut tidak diimbangi dengan penjualan, pada tahun ini tidak terdapat penjualan pada satu entitas yang melebihi 10% dari total total penjualan pada tahun yang berakhir 31 Maret 2018.

Hal tersebut mengindikasikan bahwa perseroan belum mampu memaksimalkan aktiva yang dimilikinya, karena setiap Rp.1.00 aktiva tetap hanya dapat dapat menghasilkan 0,10 penjualan. Sedangkan pada Maret 2015 total assets turn over perseroan meningkat sebesar 33% yakni dari Maret 2014 sebanyak 0,12 kali menjadi 0,16 pada Maret 2015. Peningkatan tersebut dikarenakan penjualan bersih perseroan tumbuh sebesar 26%, dari penjualan bersih Rp. 155.073.949.188 pada Maret 2014 menjadi Rp.194.728.874.248 pada Maret 2015. Dan beban penjualan berhasil di tekan sebesar 34% dari Rp.104.377.703.441 pada Maret 2014 menjadi Rp.140.551.354.953 pada Maret 2015 walaupun beban lain-lain meningkat akibat fluktuasi nilai tukar mata uang asing.

Tahun Total Asset

Turn Over Standar Industri 2014 0,12 2 kali 2015 0,16 2 kali 2016 0,15 2 kali 2017 0,14 2 kali 2018 0,10 2 kali

(10)

Page | 44

PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada PT Indofarma (Persero) Tbk selama periode Maret 2014-2018, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Perseroan jika ditinjau dari profit margin dapat dikatakan sehat, karena rata-rata profit margin Perseroan sebesar 31,5% berada di atas standar industri. Sedangkan apabila ditinjau dari net profit margin, return on investment, dan return on equity Perseroan dapat dikatakan tidak sehat, karena rata-rata dari net profit margin, return on investment, dan return on equity berada di bawah standar industri. Kondisi perseroan yang tidak sehat ini disebabkan harga pokok produksi yang meningkat akibat tingginya nilai tukar rupiah terhadap dollar, yang tidak diimbangi dengan penjualan yang tinggi.

2. Perseroan belum mampu mengelola asetnya. Hal tersebut terlihat dari rata-rata tertinggi perputaran modal kerja hanya sebanyak 2,66 kali yang berada di bawah standar industri. Sementara rata-rata terendah perputaran total asetnya sebanyak 0,13 kali yang berada di bawah standar industri. Maka rasio aktivias Perseroan dinyatakan tidak sehat.

3. Berdasarkan rasio profitabilitas, apabila kinerja ditinjau dari margin laba Perseroan dinilai sehat karena kinerja Perseroan pada Maret 2017 dan Maret 2018 meningkat dan rata-rata margin laba berada di atas standar industri. Sedangkan apabila kinerja ditinjau dari margin laba bersih, hasil pengembalian investasi, dan hasil pengembalian ekuitas kinerja Perseroan mayoritas mengalami peningkatan. Meskipun rata-rata margin laba bersih, hasil pengembalian investasi, dan hasil pengembalian ekuitas berada di bawah standar industri atau tidak sehat. Sementara itu, kinerja Perseroan menurut rasio aktivitas dapat dikatakan tidak sehat. Hal tersebut terlihat dari mayoritas kinerja menurun dan rata-rata dari perputaran piutang, perputaran sediaan, perputaran modal kerja, perputaran aset tetap dan perputaran total aset berada di bawah standar industri atau tidak sehat.

DAFTAR PUSTAKA

Amirullah. 2015. Pengantar Manajemen. Jakarta : Mitra Wacana Media Effendi, Usman. 2015. Asas Manajemen, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Fahmi, Irham. 2014. Analisis Kinerja Keuangan,Bandung: Alfabeta

Fahmi, Irham. 2018. Pengantar Manajemen Keuangan, Bandung: Alfabeta

Harahap, Sopyan Syafri. 2016. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

(11)

Page | 45 Kasmir, 2015. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Priansa, Donni Juni dan Agus Garnida. 2015. Manajemen Perkantoran. Bandung: Alfabeta, Sudaryono, 2017. Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Center for Academic Publishing

Service (CAPS)

Sujarweni, V. Wiratna. 2017. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press Wibowo. 2017. Manajemen Kinerja. Depok: PT Raja Grafindo Persada

Sumber Internet:

KementerianKeuanganwebsite.[Online].Tersedia:https://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/1989/ 740~KMK.00~1989Kep.HTM, Diakses tanggal: 11 Juli 2019

Indofarma website. [Online]. Tersedia: http\\www.indofarma.co.id, Diakses tanggal: 15 April 2019

Indofarma website. [Online]. Tersedia: https://m.bisnis.com, Diakses tanggal: 15 April 2019 Seputar Financial statemen. [Online]. Tersedia: https://www.jojonomic.com/blog/financial-statement/ Diakses tanggal: 03 Januari 2021

Gambar

Tabel 1 Profit Margin On Sales PT Indofarma (Persero) Tbk
Tabel 2 Return On Investment PT Indofarma (Persero) Tbk
Tabel 3 Return On Equity PT Indofarma (Persero) Tbk
Tabel 5 Perputaran Persediaan PT Indofarma (Persero) Tbk
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pengalihan nilai-nilai remaja yang dibesarkan pada lingkungan otoritarian menjadi lingkungan otoriter ditinjau dari perkembangan tugas perkembangan remaja..

Height Equivalent of Theoritical Plate atau sering disebut HETP, banyak terdapat proses pemisahan seperti dalam menara destilasi, proses absorpsi dan proses adsorpsi HETP adalah

Dimasa ini perlu diajarkan pelajaran kreativitas dalam bentuk seni karena kreativitas adalah sebuah bagian penting dalam proses pendidikan. Kreativitas perlu diajarkan

[r]

Faktor utama yang menentukan kinerja suatu perusahaan adalah kualitas barang dan jasa dan untuk menjaga kualitas produk dan jasa yang dihasilkan dan sesuai dengan tuntutan

Dalam menganalisis data penulis menggunakan analisis secara deskriptif kualitatif berdasarkan landasan teori yang ada, yaitu dengan melakukan penelaahan dan pengkajian

Sikap tentang buah dan sayur terdiri dari 10 pernyataan, subjek yang merespon dengan positif (setuju) terdapat pada konsumsi buah dan sayur beraneka ragam tiap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Sanggar Sastra Teater Angin memiliki visi dan misi sanggar, prinsip dan sistem aktivitas sanggar, strategi