• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tepung Singkong dan Onggok. Proses pembelajaran 6 Bahan pakan sumber energi, vitamin dan mineral

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tepung Singkong dan Onggok. Proses pembelajaran 6 Bahan pakan sumber energi, vitamin dan mineral"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Proses pembelajaran 6

Bahan pakan sumber energi, vitamin dan mineral

Pada kegiatan belajar sebelumnya telah dipelajari bahan bahan pakan sumber protein, pada kesempatan ini anda akan mempelajari (1) bahan bahan pakan sumber energi dan (2) bahan pakan sumber vitamin dan mineral. Dengan mengetahui informasi ini, diharapkan anda dapat menentukan bahan pakan sumber energi dan vitamin / mineral yang sangat dibutuhkan oleh ternak.

3.2.1.. Bahan Pakan Sumber energi

A. Jagung

Jagung (Zea mays) merupakan bahan pakan sumber energi yang paling umum digunakan untuk pakan unggas, hal ini dikarenakan jagung sangat palatable dan sangat besar kandungan energinya. Jagung merupakan bahan baku ternak yang popular digunakan di Indonesia dan di beberapa negara. Jagung merupakan pakan yang sangat baik digunakan oleh ternak. Hal ini karena Jagung tidak mempunyai anti nutrisi dan sifat pencahar. Kandungan energi jagung cukup tinggi sekitar 3300 Kcal/kg.Walaupun demikian pemakaian dalam ransum ternak terutama untuk bibit perlu dibatasi karena penggunaan jagung yang tinggi dapat mengakibatkan sulitnya ternak untuk mengoptimalkan berproduksinya.

.

Secara kualitatif kualitas butiran jagung dapat dievaluasi dengan beberapa metode antara lain dengan menggunakan pengukuran bulk density ataupun uji apung. Bulk density butiran jagung yang baik adalah 626.6 g/liter, sedangkan untuk jagung giling yang baik berkisar antara 701.8 – 722.9 g/liter. Makin banyak jagung yang mengapung berarti besari kemungkinan banyak butiran jagung yang telah mengalami kerusakan.

Tepung Singkong dan Onggok

Ubi kayu (Manihot esculenta, Crantz) adalah tanaman asli dari Amerika latin dan merupakan makanan sumber karbohidrat terbesar ketiga setelah beras dan gandum. Tanaman ini adalah merupakan salah satu tanaman yang sudah lama dibudidayakan oleh ummat manusia. Di

(2)

Peru, tanaman ubi kayu diperkirakan telah dimanfaatkan oleh manusia sekitar 4000 tahun yang lalu dan di Meksiko sekitar 2000 tahun yang lalu. Tanaman ini cocok ditanami diwilayah tropis sampai 30 lintang utara dan selatan dengan ketianggian dari permukaan laut sekitar dibawah 2000 meter. Temperatur yang ideal untuk tanaman ubikayu sekitar 18-25oC dengan curah hujan 50-5000 mm/tahun.

Tanaman ini dapat tumbuh walaupun pada tanah yang tidak terlalu subur dan dengan penanganan yang minimal. Wilayah penyebaran tanaman ubikayu berada di afrika barat dan timur, Amerika latin, India dan asia tenggara. Ada dua jenis ubi kayu yang umum ditanam di Indonesia, yakni: ubi kayu untuk konsumsi manusia yang berasa manis dan ubi kayu untuk tanaman pelindung yang berasa pahit dan tidak dikonsumsi manusia. Tanaman ubikayu yang berasa pahit hanya dimanfaatkan untuk tujuan produksi tapioka dan produksi alkohol. Perbedaan rasa ini berhubungan dengan kandungan racun yang terdapat pada ubikayu. Ubikayu yang berasa pahit memiliki kandungan racun yang juga lebih tinggi.

6.1. Produksi tepung singkong dan onggok

Ubi Kayu adalah tanaman yang dipanen relatif tidak terlalu lama. Umur panen tanaman ubukayu sekitar 6-8 bulan dengan produksi sekitar rata - rata 25-60 ton/ha bergantung dari jarak tanam, cara pemeliharaan dan jenis tanaman ubikayu. Produksi tersebut diatas masih dapat ditingkatkan jika sistim pemeliharaan diperbaiki. Produksi ubikayu dunia berkisar 228 juta ton ditahun 2007 dengan produsen terbesar adalah Nigeria, Brasil, Thailand, Indonesia dan Republik Kongo. Kelima negara tersebut mengkontribusi hampir 70% produk ubikayu dunia.

Di Indonesia ubikayu lebih banyak digunakan untuk sumber pangan bagi manusia. Ubikayu juga dimanfaatkan untuk produk kanji yang bermanfaat dalam pembuatan kue dan untuk tujuan farmasi. Walaupun fungsi produk ubi kayu sangat beragam tetapi pemanfaatan produk dari ubikayu masih sangat rendah baik untuk konsumsi manusia maupun untuk konsumsi ternak. Untuk ternak, ubikayu lebih banyak digunakan untuk ternak ruminansia dari pada ternak unggas.

Penggunaan ubi kayu sebagai bahan pakan ternak sudah cukup lama dipraktekkan. Produksi ubikayu secara nasional meningkat sekitar lebih dari 4% pertahun dengan laju pertumbuhan yang tertinggi dihasilkan dari wilayah Sumatera sebesar 14% pertahun (lihat Tabel. 6.1). Produk yang sering digunakan untuk pakan ternak baik ruminansia maupun unggas adalah

(3)

chip ubikayu dan onggok. Pembuatan chip ubi kayu dilakukan dengan cara memotong – motong ubi kayu menjadi bentuk yang lebih kecil. Hasil potongan kemudian dijemur dibawah terik matahari selama 3 hari hingga kadar air ubi menjadi sekitar14%. Sedangkan, onggok adalah hasil ikutan dari pembuatan tapioka. Produk lain yang juga sering digunakan adalah pellet ubikayu dimana ubikayu yang telah kering digilling dan kemudian dibuat pellet.

Ubikayu merupakan tanaman pangan yang cukup pesat perkembangannya di Indonesia. Perkembangan ubi kayu nasional sekitar lebih dari 4% setiap tahun dengan perkembangan paling cepat terjadi di wilayah Sumatera. Cepatnya perkembangan produksi ubikayu nasional diakibatkan karena terjadinya peningkatan pemanfaatan ubikayu sebagai pakan ternak, utamanya ternak ruminansia, beragamnya produk pangan dari ubikayu untuk manusia dan mudahnya penanaman tanaman ini baik dalam skala kecil rumah tangga maupun dalam skala besar industri.

Tabel 6.1. Produksi ubi kayu di Indonesia tahun 2000 dan 2009

Daerah Produksi (ton) Peningkatan

pertahun (%) 2000 2009 Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi

Nusa Tenggara dan Bali

Maluku dan Irian

4.108.248 9.232.831 503.134 789.704 1.095.362 359.741 9.306.124 10.177.716 505.183 910.628 1.208.580 267.718 14,1 1,1 0,05 1,7 1,1 -2,8 Total 16.089.020 22.375.949 4,3 Sumber: BPS, 2009

Ketersediaan onggok sebagai bahan pakan ternak terus meningkat akibat dari peningkatan produksi ubi kayu nasional. Secara teoritis, setiap ton ubi kayu dapat dihasilkan sekitar 250 kg tapioka dan 114 kg onggok. Karena itu, jika 50% produk ubikayu nasional diproduksi untuk pembuatan tapioka, maka produksi onggok nasional diperkirakan sebesar 1,2 juta ton setiap tahun. Ini merupakan potensi bahan pakan yang cukup besar. Penggunaan onggok dalam pakan ternak masih digunakan untuk ternak ruminansia. Pada ternak unggas, penggunaan onggok sangat minimal karena kandungan nutrisinya yang rendah dan serat kasarnya yang relatif tinggi.

(4)

Ubi kayu adalah bahan pakan sumber energi termasuk untuk ternak unggas. Ini disebabkan karena sebagian besar fraksi nutrisi yang terdapat pada ubi kayu adalah pati dengan distribusi 17% amylosa dan 83% amylopektin. Tingginya kandungan amylopektin menyebabkan kandungan pati yang mudah tercerna pada ubikayu lebih tinggi dibandingkan dengan jagung. Kandungan serat kasar dari ubi kayu juga sangat rendah hanya berkisar 1,2 – 4%. Kondisi ini menyebabkan secara nutrisi, ubikayu cocok digunakan sebagai bahan pakan unggas jika keseimbangan nutrisi yang terdapat dalam ransum dapat diperbaiki dan kandungan racun atau antinutrisi yang terdadapat pada ubikayu dapat diminimalkan.

Table 6.2. Kandungan nutrisi produk ubi kayu

Fraksi Ubi kayu Daun Ubi

Protein kasar (%)

Energi metabolis (K Cal) Serat kasar (%)

Lipid (%) Abu (%)

Bahan ekstrak tanpa Nitrogen

2,5 3156 2,9 3,0 3,8 89,9 23,2 1602 21,9 4,8 7,8 42,2

Penggunaan onggok untuk ternak unggas masih sangat terbatas karena kandungan proteinnya rendah (kurang dari 5%) dan tingginya kandungan serat kasar melebihi 10%. Pada keadaan segar, kandungan air onggok cukup tinggi sekitar 60-70%. Kualitas onggok sangat bervariasi, baik mineral maupun proteinnya. Kandungan Calcium bervariasi dari 3,15 – 6,5 mg/kg, Posfor (0,27 – 0,63), Na (0,21-1,20), dan K (2,28-3,86 mg/kg). Kandungan asam amino lysine bervariasi dari 43 – 64 g/kg protein. Kondisi ini menyebabkan penggunaan onggok dalam ransum unggas sering memberikan hasil yang tidak konsisten.

Akan tetapi, kandungan beberapa mineral dalam onggok cukup tinggi seperti mineral Cu, Zn, Mn, Fe dan Mg. Dengan proses bioteknologi melalui proses fermentasi, limbah onggok dapat ditingkatkan kualitasnya (lihat Tabel 6.3). Protein yang merupakan persoalan dalam penggunaan onggok sebagai pakan unggas dapat ditingkatkan kandungannya dari 2% menjadi 18% dan kandungan serat kasar dapat ditekan akibat proses fermentasi onggok.

Tabel 6.3. Komposisi gizi onggok Gizi Tanpa ferementasi

(%BK)

Fermentasi (% BK)

(5)

Karbohidrat 51,8 36,2

Abu 2,4 2,6

Serat Kasar 10,8 10,46

Kandungan protein dari tepung ubikayu relatif sangat rendah hanya berkisar kurang dari 5%. Walaupun kandungan protein daun ubikayu cukup tinggi, tetapi kandungan protein didaun tersebut tidak dibawah ke akar yang merupakan produk utama ubikayu. Kandungan arginine dari ubikayu relatif tinggi sebesar 1,2% melebihi kebutuhan arginine untuk poultry baik ayam broiler maupun untuk ayam ras petelur. Kandungan asam amino lain seperti methionine, threonine, cysteine dan phenilanine relatif sangat rendah.

Table 2. Asam amino dan kecernaannya pada tepung ubi kayu Amino acids Komposisi (%) Kecernaan

Arginine Cysteine Leucine Lysine Methionine Threonine Valine Tryptophan 0,120 0,030 0,080 0,080 0,040 0,080 0,090 0,020 0,090 0,020 0,050 0,040 0,020 0,050 0,060 0,015

Persoalan yang paling mendasar dalam penggunaan ubi kayu sebagai pakan ternak unggas adalah kandungan antinutrisi berupa linamarin sebesar 93% dan ethyl linamarin sebesar 7%. Linamarin adalah komponen yang mirip dengan glukosa tetapi berikatan dengan cyanida. Kandungan linamarin pada ubikayu sekitar 2 – 395 mg/100 kg ubikayu segar. Hydrolisis linamarin oleh enzim linamarinase akan menghasilkan produk cyanida bebas yang bersifat racun dan aseton serta glukosa. Reaksi itu terjadi akibat adanya air. Konsentrasi asam cyanida yang disebabkan oleh enzim hydrolitis ditemukan lebih tinggi pada daun ubikayu yang berasa pahit. Kandungan asam cyanida melebihi dari 500 - 600 mg/kg pakan akan mempengaruhi pertumbuhan ayam broiler dan ayam petelur.

Upaya untuk meminimalkan dampak dari asam cyanida adalah dengan cara pemanasan. Pemanasan dapat dilakukan melalui penjemuran, pelleting dan perebusan. Penjemuran adalah cara yang paling ekonomis terutama diwilayah – wilayah tropis yang sinar mataharinya cukup panjang. Penjemuran ubikayu selama 6 hari dapat menurunkan kandungan cyanida dari 111,83

(6)

ppm menjadi 22,97 ppm (Khajarern, et al., 1982). Penurunan kandungan cyanida ini diakibatkan oleh penguapan cyanida bebas karena pemanasan diatas temperatur 28oC.

Fermentasi juga dapat menurunkan kandungan asam cyanida dari ubikayu. Fermentasi dengan menggunakan media padat lebih efektif dalam menurunkan kandungan asam cyanida. Penelitian dari Muzanila et al. (2000) menunjukkan bahwa terjadi penurunan kandungan asam cyanida sebesar 5,84 mg asam cyanida / kg dengan fermentasi pada media cair sedangkan pada media padat penurunan asam cyanida tersebut mencapai 14,0 mg asam cyanida/kg. Karena ubikayu merupakan produk yang masih mengandung air yang cukup tinggi, kerusakan produk ini akibat penyimpanan sering terjadi. Kontaminasi jamur merupakan masalah yang paling umum terjadi pada produk ubikayu sebagai pakan ternak. Kontaminasi jamur ini berdampak pada penurunan kualitas ubikayu akibat adanya produksi mikotoksin dari jamur tersebut. Karena itu penjemuran yang tepat dan penyimpanan yang baik akan dapat menekan kemungkinan terkontaminasinya produk ubikayu dari jamur.

6.3. Tepung ubikayu dalam ransum unggas

Walaupun tepung ubikayu memiliki kandungan asam cyanida yang merupakan faktor pembatas untuk unggas, penggunaan tepung ubikayu dalam peternakan unggas telah lama dipraktekkan. Dalam aplikasi penelitian penggunaan ubi kayu untuk unggas sudah dimulai sejak tahun 1935. Awalnya penggunaan ubikayu dalam pakan unggas diyakini dapat menekan performa ternak ayam. Pada kajian – kajian yang lebih mutakhir, penggunaan tepung ubikayu menunjukkan hasil yang menggembirakan.

Hasil – hasil penelitian tentang penggunaan tepung ubikayu menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Ini menunjukkan bahwa kualitas ubikayu yang diproduksi dan tersedia dipasar sangat bervariasi. Penelitian yang menggunakan ubikayu pada ayam broiler sampai pada level 45% tidak mengurangi pertambahan bobot badan ayam. Akan tetapi beberapa hasil penelitian menunjukkan hasil yang berbeda dimana Ravindran et al. (1986) hanya merekomendasikan penggunaan ubikayu dalam pakan unggas sebesar 15%. Perbedaan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persoalan yang utama dalam penyusunan ransum yang mengandung ubikayu adalah menyeimbangkan kandungan nutrisinya karena profil nutrisi pada ubikayu cenderung tidak seimbang.

(7)

Karena onggok merupakan limbah produk pembuatan tapioka dan bergizi rendah, penggunaan onggok fermentasi sebagai bahan pakan unggas dapat dilakukan apabila kandungan nutrisi onggok dapat ditingkatkan. Peningkatan nutrisi onggok ini sering dilakukan dengan teknik fermentasi. Penggunaan onggok fermentasi pada level 10% dianggap masih aman untuk ternak unggas. Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa penggunaan onggok fermentasi sebesar 10% tidak menunjukkan perbedaan nyata baik pada aspek pertambahan bobot badan, konsumsi ransum maupun konversi pakan.

Pada ayam petelur, ubikayu dapat digunakan sebagai bahan pakan sumber energi baik untuk ayam petelur fase grower maupun untuk fase layer. Akan tetapi, penggunaan ubikayu pada ayam petelur cenderung lebih rendah dibandingkan dengan ayam broiler. Penggunaan ubikayu sampai level 20% dianggap aman untuk ayam petelur. Penambahan sampai pada level 30% telah menunjukkan performa ayam petelur menjadi menurun.

Karena ubikayu adalah bahan pakan sumber energi, pemanfaatannya dalam ransum sering digunakan untuk mengganti bahan pakan sumber energi terutama jagung. Penggunaan ubikayu dalam mennganti jagung telah banyak dilakukan. Penggantian jagung dengan ubikayu sampai pada level 66,7% masih dianggap aman untuk ternak ayam broiler. Penggantian sampai 80% jagung dengan ubikayu dapat dilakukan jika ubikayu tersebut difermentasi, akan tetapi penggantian 100% jagung dengan ubikayu fermentasi menurunkan pertambahan bobot badan ayam broiler secara signifikan. Pada ayam petelur penggantian 50% jagung dengan ubikayu yang telah direbus dapat dilakukan tanpa menurunkan produksi telur.

Penggunaan ubikayu untuk fungsi kesehatan ternak unggas telah menjadi perhatian banyak peneliti dalam 5 tahun terakhir ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ubikayu pada ternak unggas dapat menurunkan populasi bakteri pathogen E. Coli pada jejenum, ileum dan caecum. Karena pemberian bahan pakan ini untuk ternak unggas dapat meningkatkan status kesehatan ternak. Peningkatan jumlah vili – vili di usus halus dan peningkatan jumlah sel goblet terjadi akibat dari penambahan ubikayu dalam ransum unggas.

Bahan Pakan sumber mineral dan vitamin

Mineral adalah komponen utama dalam makanan karena setiap bahan pakan mengandung mineral. Kandungan mneral bahan pakan bervariasi tergantung pada jenis bahan pakan. Bahan mineral yang terdapat dialam dapat berupa garam anorganik atau bahan organik, seperti fosfor

(8)

yang digabung dengan fosfoprotein dan logam digabung dengan enzim. Mineral dapat berfungsi sebagai zat pembangun pertumbuhan dan produksi. Kebutuhan mineral bagi ternak relatif sedikit tetapi, apabila terjadi kekurangan mineral dapat mengakibatkan efek yang tidak menguntungkan pada ternak.

Fungsi mineral bagi tubuh ternak adalah:

• Mineral berperan untuk membentuk jaringan tulang dan urat.

• Mineral berperan untuk membantu proses dan keperluan berproduksi.

• Mineral berperan untuk membantu proses pencernaan serta penyerapan zat-zat makanan. • Mineral juga membantu proses metabolisme

• Mineral yang diberikan melalui pakan berperan untuk menggantikan mineral tubuh yang hilang, dan memelihara kesehatan.

• Mineral juga merupakan komponen enzim dan antioksidan Beberapa bahan pakan yang mengandung mineral tinggi adalah:

1. Garam Dapur (banyak mengandung yodium dan Na serta Clorida) 2.Tepung Tulang (banyak mengandung Ca dan posfor)

3.Tepung Ikan (banyak menagndung calcium dan posfor)

4.Tepung cangkang kerang (banyak mengandung calcium dan posfor) 5.Tepung kapur (banyak mengandung calcium dan posfor)

Untuk sumber vitamin, penggunaanya banyak melalui penggunaan premiks. Beberapa mineral mikro juga telah ditambahkan ke dalam premiks. Jadi penyusunan ransum dalam memnuhi kekurangan vitamin dan mineral lebih diarahkan melalui penambahan premiks yang banyak tersedia di pasar atau poultry shop.

Intisari

Bahan pakan sumber enrgi adalah bahan pakan yang megandung energi metabolis yang melebihi dari 3000 Kcal/kg. Bahan pakan biji bijian cenderung dikategorikan sebagai bahan pakan sumber energi. Bahan pakan sumber mineral adalah bahan pakan yang berasal dari hean terutama untuk mendapatkan kandungan Cacium dan posfor yang berasal dari tulang dan kapur.

(9)

Sedangan bahan pakan sumber vitamin biasanya diberikan dalam bentuk premix dan vitamin miks

Evaluasi

1. Apa yang dimaksud dengan bahan pakan sumber energi?

2. Sebutkan salah satu bahan pakan sumber energi yang kamu ketahui dan jelaskan? 3. Sebutkan bahan pakan sumber mineral dan jelaskan?

Daftar Pustaka

America Feed Industry Association Inc. 1985. Feed Manufacturing Technology. Arlington, Virginia,

Anggorodi. R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Dasar Umum. Gramedia. Jakarta. Bongdan. A.V. 1977. Tropical Agriculture Series. Longman. London.

Cullison, A.E. 1982. Feeds and Feeding. Reston Pub. Inc., Virginia.

Ensminger, M.E., J.E. Oldfield, W.W. Henemann. 1990. Feeds & Nutrition. The Esminger Pub. Com., California.

Hartadi, S., S. Reksodihadiprodjo, A.D. Tillman. 1997. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia, UGM Press, Yogyakarta.

Lloyd, L.E., B.E. McDonald, E.W. Crampton. 1978. Pundamentals of Nutrition. W.H. Freeman and Com., San Francisco.

McDonald, P., R.A. Edwards, J.F.D. Greenhalg, C.A. Morgan. 1995. Animal Nutrition, 5th Ed. John Wiley & Sons Inc., New York.

Patthack, N. 1997. Textbook of Feed Processing Technology. Vikas Pub. House PVT. Ltd., New Delhi.

Prosea. 1992. Plant Resources of South-East Asia 4, Forages. Prosea Foundation, Bogor.

Referensi

Dokumen terkait

Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan salah satu upaya mengimplementasi Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan menjadi kegiatan pembelajaran

El primer grupo de variables analizaban aquellos elementos estructurales del di- seño que determinan el aspecto visual de la portada: la retícula (en la que se analizó la longitud

Fisioterapi akan membantu pasien stroke mengembalikan fungsi fisik mereka dalam berbagai aspek, mengajarkan perawatan yang benar kepada pasien dan anggota keluarganya, dan

Menjelaskan gambaran umum tentang lokasi penelitian, serta menganalisa proses penyidikan yang dilakukan oleh penyidik untuk menentukan unsur berencana dalam

Efektivitas penyelenggaraan unit produksi disekolah dikategorikan efektif dilihat dari 2 hal sesuai dengan pernyataan yang dikutip oleh Sutopo (2012) yaitu yang

1) Perceive usefulness (persepsi kegunaan) didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan meningkatkan kinerja pekerjaannya.

Selain itu, pemilik industri ini juga mengatakan kalau tidak mudah merubah sikap para pekerja untuk menerapkan penataan tempat kerja yang baik, karena dari diri