• Tidak ada hasil yang ditemukan

Monthly Report Fund Manager Summary

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Monthly Report Fund Manager Summary"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

CONTENTS

Macroeconomic Equity market Fixed-Income Market Key Economic Data

MACROECONOMIC

Surplus selama lima bulan berturut-turut

Neraca perdagangan masih mencatat surplus sebesar USD454mn di bulan Apr15, lebih kecil dibandingkan surplus di bulan Mar15 yang sebesar USD1,026mn. Deficit dari sektor migas sesungguhnya meningkat dari USD279mn di Mar15 menjadi USD 878mn di Apr15, namun dapat ditutupi oleh surplus dari sektor non migas sebesar USD 1,332mn di bulan Apr15, yang mengalami peningkatan dari USD 1,305mn di bulan Mar15.

Ekspor non migas sedikit menurun menjadi USD11,626mn di Apr15 (-0.2%MoM atau -0.1%YoY) walaupun ekspor CPO dan karet sesungguhnya mengalami peningkatan masing-masing sebesar 17.2%MoM dan 10.8%MoM. Peningkatan ekspor CPO dan karet ini

lebih kecil dibandingkan penurunan yang terjadi pada ekspor bahan bakar mineral dan mesin, yaitu masing-masing sebesar 11.7%MoM dan 3.7%MoM pada periode yang sama. Sementara itu, impor non migas turun lebih dalam yaitu 0.5%MoM menjadi USD10,293mn di bulan Apr15, yang antara lain mencerminkan melambatnya perekonomian domestik. Hal ini mengakibatkan sedikit peningkatan pada surplus non migas di bulan tersebut (+2.1%MoM).

Dari sektor migas, ekspor turun tajam yaitu 26.7%MoM (-45.0%YoY) sebagai akibat dari penurunan harga minyak dan berkurangnya produksi minyak, sementara di sisi lain impor tumbuh sebesar 3.0%MoM (-36.7%YoY). Pelemahan ekspor menyebabkan peningkatan deficit dii sektor migas menjadi USD878mn di bulan Apr15 dari USD279mn di bulan Mar15.

Terhadap total impor, impor barang modal mencatat penurunan tajam yaitu 13.6%MoM (-24.1%YoY), diikuti oleh impor barang konsumsi sebesar 2.1%MoM (-19.4%YoY). Sementara itu, impor bahan baku masih meningkat sebesar 3.9%MoM (-22.2%YoY). Impor bahan baku masih mengambil proporsi terbesar yaitu 76.7% dari total impor di bulan Apr15.

Secara kumulatif untuk 4 bulan di tahun ini, surplus neraca perdagangan tercatat sebesar USD2,886mn di 4M15, mengalami perbaikan dibandingkan deficit sebesar USD894mn di 4M14 seiring adanya penurunan deficit sektor migas dan peningkatan surplus sektor non migas. Defisit sektor migas turun dari USD4,172mn di 4M14

Indonesia trade data

Source: Central Bureau of Statistics (BPS)

Mar-15 Apr-15 %MoM Apr-14 % YoY Ytd14 Ytd15 % YoY

Exports (US$mn) 13,634 13,084 -4.0% 14,293 -8.5% 58,592 52,247 -10.8

Non-oil&gas Exports (US$mn) 11,645 11,626 -0.2% 11,641 -0.1% 48,068 44,969 -6.4

Oil&gas-Exports (US$mn) 1,989 1,458 -26.7% 2,651 -45.0% 10,524 7,277 -30.8

Imports (US$mn) 12,609 12,629 0.2% 16,255 -22.3% 59,486 49,360 -17.0

Non-oil&gas Imports (US$mn) 10,341 10,293 -0.5% 12,562 -18.1% 44,791 40,922 -8.6

Oil&gas-Imports (US$mn) 2,268 2,336 3.0% 3,693 -36.7% 14,695 8,439 -42.6

Trade balance (US$mn) 1,026 454 -55.7% -1,963 -123.2% -894 2,886 -422.8

Non oil and gas 1,305 1,332 2.1% -921 -244.6% 3,277 4,048 23.5%

Oil&gas balance -279 -878 NM -1,041 NM -4,172 -1,162 NM

Monthly Report

(2)

menjadi USD1,162mn di 4M15. Penurunan harga minyak membawa dampak positif terhadap kinerja sektor migas. Sementara itu, surplus dari sektor nonmigas meningkat dari USD3,277mn di 4M14 menjadi USD4,048mn (+23.5%YoY) di 4M15 karena impor turun lebih tajam dibanding ekspor. Pelemahan Rupiah diyakini menjadi alasan lemahnya impor selama periode tersebut.

Inflasi di May15, suku bunga acuan BI tetap

Inflasi sebesar 0.50%MoM tercatat di bulan May15, sehingga membawa inflasi YoY menjadi 7.15% (dari 6.79%YoY di Apr15). Inflasi di bulan May15 dipicu oleh inflasi di sektor bahan makanan (+1.39% MoM) dan makanan jadi (+0.50% MoM). Kedua sektor ini menyumbang 0.36ppt terhadap total inflasi bulanan. Penyumbang inflasi bulan May15 berdasarkan tipe pengeluaran adalah sebagai berikut: bahan makanan (+1.39%MoM), makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (+0.50%MoM), perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (+0.20%MoM), sandang (+0.23%MoM), kesehatan (+0.34%MoM), pendidikan (+0.06%MoM) dan transportasi (+0.20%MoM).

Sementara itu, inflasi inti tercatat sebesar 5.04%YoY di bulan May15 (tidak berubah dari bulan sebelumnya). BI mempertahankan suku bunganya di 7.50% pada bulan May15.

Rupiah mengalami sedikit depresiasi, harga minyak menurun

The Bloomberg-JP Morgan Asia Dollar Index (ADXY), yang mengikuti pergerakan 10 mata uang teraktif selain JPY mengalami penurunan menjadi 111.93 di bulan May15 dari 112.96 di bulan Apr15. Rupiah mengalami sedikit depresiasi yaitu 2.0%MoM menjadi Rp13,224/USD di bulan May15. Harga minyak Brent turun menjadi USD65.56/barrel di bulan May15 dari USD66.78/barrel di bulan sebelumnya. Cadangan devisa sedikit mengalami penurunan menjadi USD110.8bn di akhir May15 dibandingkan dengan USD110.9 bn di akhir Apr15.

Berita penting lainnya:

Data penjualan bulanan: penurunan penjualan otomotif dan semen

Di bulan Apr15, penjualan mobil tercatat sebanyak 81,600 unit (-17.9% MoM, -23.1%YoY), membawa penjualan kumulatif 4M15 menjadi 269,751 unit atau turun sebesar 16.3% YoY. Sementara itu, penjualan motor domestik tercatat sebanyak 524,775 unit (3.9% MoM; -27.9%YoY), sehingga membawa penjualan kumulatif 4M15 menjadi 2,129,818 unit (-21.5%YoY). Penjualan semen tercatat sebesar 4,518mn ton di bulan Apr15 (-2.4%MoM atau -0.3%YoY). Hal ini membawa penjualan kumulatif sebesar 18,253 mn ton di 4M15 (-2.0%YoY).

PDB 1Q15 di bawah ekspektasi

Indonesia melaporkan pertumbuhan PDB sebesar 4.7%YoY di 1Q15, lebih kecil dari ekspektasi yang sebesar 4.9%-5.0%YoY. Pengeluaran konsumsi swasta stabil di kisaran 5.0%YoY, sementara pengeluaran pemerintah mengalami penurunan menjadi 2.2%YoY di 1Q15 dari 2.8%YoY di 4Q14. Disamping itu, investasi tumbuh sebesar 4.4%YoY di 1Q15 dari 4.3%YoY di 4Q14.

Indonesia akan menurunkan pajak perusahaan menjadi 17-18%

Kepala Staf Presiden mengatakan bahwa pemerintah Indonesia berencana menurunkan pajak perusahaan menjadi 17- 18% dari 25%

yang berlaku saat ini. Disamping itu, batas pendapatan tidak kena pajak individual akan dinaikkan dari Rp24juta menjadi Rp36juta.

Pelindo menandatangani kredit sindikasi dengan Bank BUMN

Pelindo I menandatangani kredit sindikasi sebesar Rp 3tn dari Bank Mandiri, Bank BNI dan Bank BRI, untuk ekspansi terminal peti kemas tahap I di Pelabuhan Kuala Tanjung. Secara terpisah, Bank Mandiri juga akan menyalurkan kredit sebesar Rp 4tn ke Pelindo IV, untuk

mengembangkan pelabuhan di wilayah bagian timur Indonesia.

Bank Indonesia melonggarkan aturan LTV

Bank Indonesia telah mengumumkan rencananya untuk menurunkan uang muka pembelian rumah pertama dari 30% menjadi 20%, mengindikasikan kenaikan LTV sebesar 80% dari sebelumnya 70%. Aturan baru ini hanya akan berlaku untuk bank dengan NPL di bawah 5% dari total KPR.

EQUITY MARKET

Slightly Improved

Indikator ekonomi AS bergerak mixed selama bulan May. Data jobless claim mencapai angka 15 tahun terendah dan jumlah lapangan kerja meningkat lebih tinggi ~8% dari yang diperkirakan dengan tambahan 280,000 lapangan kerja baru pada bulan ini. Namun demikian, data pabrik manufaktur menunjukan tanda pelemahan. Selain itu, konstruksi perumahan baru meningkat mencapai level tertinggi sejak 2007, namun data penjualan rumah menurun. Dengan kondisi ekonomi AS yang tidak menentu seperti sekarang ini, Managing Director IMF, Christine Lagarde menyarankan sentral bank AS untuk untuk menunda kenaikan suku bunga acuan AS hingga tahun 2016. Menurutnya, Sentral Bank AS sebaiknya menunggu tanda perbaikan ekonomi AS yang lebih kuat dan berkelanjutan sebelum memutuskan untuk meningkatkan suku bunga acuan. Hal ini membuat prediksi kenaikan suku bunga acuan AS di bulan Juli hampir tidak mungkin terjadi. Disisi lain, bursa saham di Eropa secara keseluruhan bergerak datar selama bulan May. Penurunan yang cukup signifikan terlihat pada bursa Euro Stoxx indeks sebesar (-1.24%), dan bursa IBEX spanyol sebesar (-1.47%). Melemahnya mata uang Euro relative terhadap dolar AS dan ditundanya pembayaran hutang Yunani ke IMF diyakini sebagai alasan pergerakan bursa saham Eropa yang datar ini. Selain itu, indeks Eurozone PMI naik ke level 51.4, setelah sebelumnya berada di level 49.5 di bulan April. Bursa saham Asia ditandai dengan terus menguatnya Shanghai, Sensex index, dan juga Nekkei index secara signifikan. GDP growth Jepang tumbuh lebih tinggi dari ekspektasi sebesar 0.7%QoQ. Namun demikian, data perdagangan China masih belum menunjukan adanya tanda-tanda perbaikan. Ekspor melemah 2.8%YoY dan berada di angka 1.17Triliun Yuan, sedangkan impor melemah 18.1%YoY dan berada di level 803.3Milyar Yuan. Dengan kata lain, dalam 5 bulan pertama di tahun 2015 ini, kombinasi ekspor dan impor China melemah 7.8%. Kinerja indeks global selama bulan May antara lain : S&P 500 (1.05%), Dow Jones (0.95%), NASDAQ (2.60%), Brazil Ibovespa (-6.17%), Swiss Index (1.77%), DJ Euro Stoxx (-1.42%), Sensex (3.02%), Shanghai (3.83%), Nikkei 225 (5.34%). Setelah penurunan tajam di bulan April, IHSG menguat 2.55%MoM dan ditutup pada level 5216 pada 29 May. Namun, dengan pelemahan

(3)

rupiah yang terus terjadi, dalam USD, IHSG hanya tumbuh sebesar 0.71%MoM. Rupiah melemah ke level Rp13224/USD atau melemah sebesar 2%MoM. Imbal hasil obligasi pemerintah naik 46 basis poin ke angka 8.17%. Standard and Poor's (S&P) merevisi outlook ekonomi Indonesia menjadi positif (setelah sebelumnya netral) dengan kredit rating BB+. Hal ini menunjukan adanya kepercayaan terhadap susunan pemerintah baru yang akan mendorong pretumbuhan ekonomi secara struktural. Termasuk didalamnya perbaikan pada framework politik Indonesia, dan kinerja di bidang fiskal, moneter dan finansial sektor yang lebih baik. Di sisi lain, Bank Dunia dan Korea Selatan menawarkan USD11 milyar dan USD9.7 milyar untuk berinvestasi di Indonesia. Nilai rata-rata transaksi pasar berada di level USD462 juta, lebih tinggi 12.5% dibanding bulan sebelumnya. Investor asing melakukan penjualan bersih, selama tiga bulan berturut-turut sebesar USD0,23 milyar di bulan Mei. Kinerja bulanan relative terhadap IHSG menguat yang didominasi oleh sektor Perkebunan (+13.08%) yang disebabkan adanya kabar akan terjadinya El Nino dalam tahun ini. Sektor lain yang mengalami kinerja positif selama bulan May antara lain Industri Dasar (+4.81%), Infrastruktur dan Telekomunikasi (2.51%), dan Aneka Industri (2.37%). Sedangkan sektor-sektor dengan kinerja negatif antara lain Perdagangan dan Jasa (-3.25%), Properti dan Konstruksi (-2.27%), Pertambangan (-2.27%), Konsumen (-1.62%), dan Keuangan (-0.63%).

FIXED-INCOME MARKET

Di bulan Mei secara keseluruhan pasar obligasi Indonesia melemah dimana perkembangan perekonomian dalam negeri kembali menekan harga obligasi. Angka inflasi di bulan Mei tercatat lebih tinggi di 7,15% YoY (0,50% MoM)dibandingkan dengan konsensus yaitu di 7,01% YoY (0,40% MoM). Penyebab utama kenaikan tingkat inflasi adalah kenaikan harga bahan makanan dan harga barang yang dikendalikan oleh Pemerintah. Inflasi inti tercatat di 5,0% (April: 5,04%). Walaupun neraca perdagangan di bulan April kembali mencatatkan surplus sebesar USD 454mn (proyeksi : USD 77mn), angka surplus terlihat menurun dari surplus di bulan Maret yang tercatat di USD 1,1bn. Angka ekspor bulan April sebesar -8,5% YoY (proyeksi: -7,5% YoY) sementara angka impor sebesar -22,3% YoY (-18,7% YoY). Berdasarkan data-data tersebut, Bank Indonesia (“BI”) mempertahankan suku bunga BI, suku bunga simpanan FASBI dan suku bunga pinjaman FASBI masing-masing di 7,5%, 5,5% dan 8%. Selanjutnya dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi, BI melonggarkan kebijakan makroprudensial dengan menaikkan LTV untuk Kredit Kepemilikan Rumah dan Kredit Kendaraan Bermotor sebesar 10% dari sebelumnya 70%. Sementara posisi cadangan devisa Indonesia akhir Mei 2015 tercatat sebesar USD

110,8bn, sedikit lebih rendah dari posisi akhir April 2015 yaitu USD 110,9bn.

Di pasar perdana, terlihat perbedaan minat investor di kedua lelang konvensional yang diselenggarakan di bulan ini. Lelang pertama menarik minat tinggi dengan total permintaan masuk sebesar Rp 13,30tn, dimana pemerintah memaksimalkan target penerbitan dari Rp 10tn menjadi Rp 11,8tn sehingga hasil leang menjadi long-tailed dimana imbal hasil obligasi yang diterbitkan melalui lelang lebih tinggi dari imbal hasil di pasar sekunder. Jumlah obligasi yang diterbitkan (vs permintaan masuk) sebesar Rp 1,25tn (Rp 1,35tn) SPN 3 bulan, Rp 0,6tn (Rp 1,5tn) SPN 1 tahun, Rp 7,2tn (Rp 7,4tn) FR70 bertenor 9 tahun, dan Rp 2,75tn (Rp 2,97tn) FR68 bertenor 19 tahun di rata-rata tertimbang (cut-off yields) 5,77% (5,9%), 6,52% (6,7%), 8,16% (8,25%), dan 8,48% (8,55%) secara berurutan. Sentimen lemah terhadap pasar obligasi Indonesia tercermin melalui rendahnya minat di lelang kedua yang hanya mengumpulkan Rp 11,59tn permintaan masuk, dimana pemerintah hanya menyerap Rp 7,2tn. Jumlah obligasi yang diterbitkan (vs permintaan masuk) sebesar Rp 1,85tn (Rp 2,35tn) SPN 9 bulan, Rp 4,1tn (Rp 6,97tn) FR70 bertenor 9 tahun, dan Rp 1,25tn (Rp 2,27tn) FR68 bertenor 19 tahun masing-masing di rata-rata tertimbang (cut-off yields) 6,60% (6,75%), 8,20% (8,22%), dan 8,40% (8,43%). Masih dari sisi suplai, seiring dengan perbaikan sentimen pasar di penghujung bulan, pemerintah berhasil menggunakan momentum tersebut dan berhasil menerbitkan Sukuk Global berdenominasi USD dengan tenor 10 tahun sebesar USD 2bn di harga par dengan imbal hasil 4,325%. Di pasar sekunder, tekanan jual lebih besar dari minat beli dilatarbelakangi meningkatnya kekuatiran atas perlambatan pertumbuhan ekonomi dan tingginya volatilias Rupiah. Nilai tukar Rupiah terhadap USD ditutup melemah di bulan ini di level 13.211 (April: 12.937) berdasakan kurs tengah transaksi BI. Sentimen negatif terlihat sejak minggu pertama dimana interbank dan investor asing mengurangi posisi mereka. Pelaku pasar juga mengurangi posisi sebelum lelang terjadwal sehingga menekan harga obligasi. Di bulan ini BI terlihat melakukan pembelian obligasi setidaknya tiga kali serta menyelenggarakan lelang FX swap untuk menstabilkan pasar FX dan pasar obligasi. Akan tetapi, intervensi bank sentral tidak berhasil membalikkan sentimen karena tingginya minat jual investor. Perbaikan sentimen baru terlihat menjelang akhir bulan saat Lembaga Pemeringkat S&P menaikkan outlook Indonesia dari stabil menjadi positif. Namun bahkan kabar tersebut gagal membalikkan kerugian akibat penurunan harga obligasi di bulan ini. Kurva imbal hasil ditutup naik sebesar 30-40 bps. Per 29 Mei 2015 kepemilikan asing mencapai Rp 514,49tn (+Rp 6,31tn), setara dengan 38,39% (-0,12%pt) dari total

(4)

obligasi pemerintah berdenominasi Rupiah yang dapat diperdagangkan. Kinerja pasar obligasi yang diindikasikan oleh indeks obligasi HSBC yang mengukur total return ditutup di 737,242, membukukan penurunan bulanan sebesar -1,64%. Kurva imbal hasil bergerak naik dimana obligasi pemerintah bertenor 5, 10, 15, dan 20 tahun ditutup masing-masing di 7,99% (+37bps), 8,12% (+45bps), 8,34% (+34bps), dan 8,34% (+30bps).

(5)
(6)

Disclaimer

MUTUAL FUND INVESTMENTS CONTAIN RISK. PROSPECTIVE INVESTORS MUST READ AND COMPREHEND THE PROSPECTUS PRIOR TO INVESTING IN MUTUAL FUND. PAST PERFORMANCE DOES NOT REPRESENT FUTURE PERFORMANCE.

This material is issued and has been prepared by PT. BNP Paribas Investment Partners a member of BNP Paribas Investment Partners (BNPP IP)**.

This material is produced for information purposes only and does not constitute:

1. an offer to buy nor a solicitation to sell, nor shall it form the basis of or be relied upon in connection with any contract or commitment whatsoever or

2. any investment advice.

This material makes reference to certain financial instruments (the “Financial Instrument(s)”) authorized and regulated in its/their jurisdiction(s) of incorporation.

No action has been taken which would permit the public offering of the Financial Instrument(s) in any other jurisdiction, except as indicated in the most recent prospectus, offering document or any other information material, as applicable, of the relevant Financial Instrument(s) where such action would be required, in particular, in the United States, to US persons (as such term is defined in Regulation S of the United States Securities Act of 1933). Prior to any subscription in a country in which such Financial Instrument(s) is/are registered, investors should verify any legal constraints or restrictions there may be in connection with the subscription, purchase, possession or sale of the Financial Instrument(s).

Investors considering subscribing for the Financial Instrument(s) should read carefully the most recent prospectus, offering document or other information material and consult the Financial Instrument(s)’ most recent financial reports. The prospectus, offering document or other information of the Financial Instrument(s) are available from your local BNPP IP correspondents, if any, or from the entities marketing the Financial Instrument(s). Opinions included in this material constitute the judgment of PT. BNP Paribas Investment Partners at the time specified and may be subject to change without notice. PT. BNP Paribas Investment Partners is not obliged to update or alter the information or opinions contained within this material. Investors should consult their own legal and tax advisors in respect of legal, accounting, domicile and tax advice prior to investing in the Financial Instrument(s) in order to make an independent determination of the suitability and consequences of an investment therein, if permitted. Please note that different types of investments, if contained within this material, involve varying degrees of risk and there can be no assurance that any specific investment may either be suitable, appropriate or profitable for a client or prospective client’s investment portfolio.

Given the economic and market risks, there can be no assurance that the Financial Instrument(s) will achieve its/their investment objectives. Returns may be affected by, amongst other things, investment strategies or objectives of the Financial Instrument(s) and material market and economic conditions, including interest rates, market terms and general market conditions. The different strategies applied to the Investment Products may have a significant effect on the results portrayed in this material. Past performance is not a guide to future performance and the value of the investments in Financial Instrument(s) may go down as well as up. Investors may not get back the amount they originally invested.

The performance data, as applicable, reflected in this material, do not take into account the commissions, costs incurred on the issue and redemption and taxes.

* PT BNP Paribas Investment Partners (address: World Trade Center Building, 5th Floor, Jl. Jend Sudirman Kav.29-31, Jakarta 12920 - INDONESIA).

** “BNP Paribas Investment Partners” is the global brand name of the BNP Paribas group’s asset management services. The individual asset management entities within BNP Paribas Investment Partners if specified herein are specified for information only and do not necessarily carries on business in your jurisdiction. For further information, please contact your locally licensed Investment Partner.

.

Referensi

Dokumen terkait

Team keabsahan berhak melakukan pemeriksaan melalui Test Forensik bagi pemain yang diragukan kebenaran umurnya, atlit yang menolak Test Forensik akan didiskualifikasi dan

Anda dapat memilih Grafik yang ingin ditampilkan dengan meng-Klik Grafik 1, Grafik 2, Grafik 3, atau Grafik 4 Akan muncul grafik yang diinginkan. Pilihan grafik ini hanya ada

Pada angka 1 sub angka 3 huruf b: Yang disebut dengan “sentana rajeg” ialah biasanya seorang anak perempuan tunggal yang oleh orang tuanya ditetapkan sebagai sentana dalam

P embahasan dalam perhitungan dan Pemotongan PPh 21 menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008 terhadap gaji

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pemetaan konten matakuliah kompetensi utama pada Jurusan Manajemen terdiri dari 24 sampai 25 matakuliah dengan beban 92

[r]

Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran, dan Pendanaan Indikatif SKPD Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan..

Hasilnya Bahwa saat bekerja karyawan SPBU bagian operator yang bekerja secara shift karyawan akan mengalami perbedaan situasi dan kondisi yang berbeda disetiap shiftnya,