BLOK 20 BLOK 20
SKENARIO III “Public Health Administration (PHA)” SKENARIO III “Public Health Administration (PHA)”
Wilayah kerja Puskesmas Makmur, sedang terjadi kejadian luar biasa Demam Wilayah kerja Puskesmas Makmur, sedang terjadi kejadian luar biasa Demam Berdarah Dengue (KLB-DBD). Setelah dilakukan pengamatan oleh petugas Berdarah Dengue (KLB-DBD). Setelah dilakukan pengamatan oleh petugas surveilens, ditemukan Angka Bebas Jentik (ABJ) sekitar 50% diakhir bulan ini surveilens, ditemukan Angka Bebas Jentik (ABJ) sekitar 50% diakhir bulan ini (Desember). Petugas surveilens juga menemukan masih banyaknya penduduk yang (Desember). Petugas surveilens juga menemukan masih banyaknya penduduk yang menggunakan bak-bak penampungan air terbuka.
menggunakan bak-bak penampungan air terbuka.
Dokter Agung selaku pimpinan Puskesmas dalam menghadapi KLB ini belum Dokter Agung selaku pimpinan Puskesmas dalam menghadapi KLB ini belum menerapkan prinsip administrasi kesehatan terutama dalam hal menggerakkan menerapkan prinsip administrasi kesehatan terutama dalam hal menggerakkan petugas
petugas Puskesmas Puskesmas dan dan memberdayakan memberdayakan sarana sarana pendidikan pendidikan di di wilayah wilayah kerjakerja Puskesmasnya.
Puskesmasnya.
I.
I. Klarifikasi IstilahKlarifikasi Istilah
1.
1. Kejadian Kejadian Luar Luar Biasa Biasa (KLB) (KLB) : : timbulnya timbulnya atau atau meningkatnya meningkatnya kejadiankejadian kesakitan atau kematian yang kesakitan atau kematian yang bermakna
bermakna secara secara epidemiologi epidemiologi padapada suatu daerah dalam kurva waktu suatu daerah dalam kurva waktu tertentu.
tertentu. 2.
2. Demam Berdarah Dengue (DBD) : penyakit infeksi yang disebabkan virusDemam Berdarah Dengue (DBD) : penyakit infeksi yang disebabkan virus dengue yang ditularkan melalui dengue yang ditularkan melalui nyamuk.
nyamuk. 3.
3. Angka Angka Bebas Bebas Jentik Jentik (ABJ) (ABJ) : : keadaan keadaan bebas bebas jentik jentik yang yang merupakanmerupakan keadaan dimana ABJ ≥ 95%
keadaan dimana ABJ ≥ 95% 4.
4. Surveilens Surveilens : : pengamatan pengamatan secara secara teratur teratur dan dan terusterus menerus terhadap semua aspek menerus terhadap semua aspek penyakit
penyakit tertentu, tertentu, baik baik keadaankeadaan maupun penyebarannya dalam suatu maupun penyebarannya dalam suatu
masyarakat tertentu untuk keperluan masyarakat tertentu untuk keperluan pencegahan dan penanggulangann pencegahan dan penanggulangann ya.ya. 5.
5. Prinsip Prinsip administrasi administrasi kesehatan kesehatan : prinsip : prinsip dari dari kegiatan kegiatan yang yang dilakukandilakukan bersama-sama
bersama-sama untuk untuk mencapai mencapai tujuantujuan pelayanan
pelayanan kesehatan kesehatan sebaik-baiknyasebaik-baiknya sehingga tercapai tujuan derajat sehingga tercapai tujuan derajat kesehatan masyarakat setinggi-kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.
tingginya.
II.
II. Identifikasi MasalahIdentifikasi Masalah
1.
1. Wilayah kerja Puskesmas Makmur sedang mengalami Kejadian Luar BiasaWilayah kerja Puskesmas Makmur sedang mengalami Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue (KLB-DBD)
Demam Berdarah Dengue (KLB-DBD) 2.
2. Petugas surveilens menemukan ABJ sekitar 50% dan juga masih banyaknyaPetugas surveilens menemukan ABJ sekitar 50% dan juga masih banyaknya penduduk yang menggunakan bak-bak p
penduduk yang menggunakan bak-bak penampungan air terbuka.enampungan air terbuka. 3.
3. Dokter Agung selaku pimpinan Puskesmas belum menggerakkan petugasDokter Agung selaku pimpinan Puskesmas belum menggerakkan petugas Puskesmas dan memberdayakan sarana pendidikan di wilayah kerja Puskesmas dan memberdayakan sarana pendidikan di wilayah kerja Puskesmasnya.
Puskesmasnya.
III.
III. Analisis MasalahAnalisis Masalah
1.
1. Apa masalah utama pada kasus ini?Apa masalah utama pada kasus ini? Jawab :
Jawab :
Masalah utama pada kasus ini adalah kejadian luar biasa Demam Masalah utama pada kasus ini adalah kejadian luar biasa Demam Berdarah Dengue (KLB-DBD) yang terjadi di Puskemas Makmur. Hal ini Berdarah Dengue (KLB-DBD) yang terjadi di Puskemas Makmur. Hal ini menjadi masalah utama karena telah terjadi peningkatan kejadian penyakit menjadi masalah utama karena telah terjadi peningkatan kejadian penyakit DBD dalam suatu periode tertentu dibandingkan periode sebelumnya, DBD dalam suatu periode tertentu dibandingkan periode sebelumnya, maka dari itu perlu dilakukan penanganan segera terhadap masalah ini. maka dari itu perlu dilakukan penanganan segera terhadap masalah ini.
2. Apa saja kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB)? Jawab :
Kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB) :
Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/tidak
dikenal
Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama 3 kurun
waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)
Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali atau lebih dibanding
dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun)
Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua
kali atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya
Angka rata-rata perbulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan
dua kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata-rata perbulan dari tahun sebelumnya.
CFR dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu
menunjukkan kenaikan 50 % atau lebih dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya.
Proportional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding periode yang sama dan kurun waktu/tahun sebelumnya
Beberapa penyakit khusus, DHF:
o Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah
endemis)
o Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4
minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.
3. Apa saja faktor resiko yang bisa menyebabkan KLB-DBD? Jawab :
Beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian luar biasa DBD :
a. Kepadatan penduduk, lebih padat lebih mudah untuk terjadi penularan DBD, oleh karena jarak terbang nyamuk diperkirakan 50 meter.
b. Mobilitas penduduk, memudakan penularan dari suatu tempat ke tempat lain.
c. Kualitas perumahan, jarak antar rumah, pencahayaan, bentuk rumah, bahan bangunan akan mempengaruhi penularan. Bila di suatu rumah ada nyamuk penularnya maka akan menularkan penyakit di orang yang tinggal di rumah tersebut, di rumah sekitarnya yang berada dalam jarak terbang nyamuk dan orang-orang yang berkunjung kerumah itu.
d. Pendidikan, akan mempengaruhi cara berpikir dalam penerimaan penyuluhan dan cara pemberantasan yang dilakukan.
e. Penghasilan, akan mempengaruhi kunjungan untuk berobat ke puskesmas atau rumah sakit.
f. Mata pencaharian, mempengaruhi penghasilan
g. Sikap hidup, kalau rajin dan senang akan kebersihan dan cepat tanggap dalam masalah akan mengurangi resiko ketularan penyakit.
h. Perkumpulan yang ada, bisa digunakan untuk sarana PKM
i. Golongan umur, akan memperngaruhi penularan penyakit. Lebih banyak golongan umur kurang dari 15 tahun berarti peluang untuk
sakit DBD lebih besar.
j. Suku bangsa, tiap suku bangsa mempunyai kebiasaannya masing-masing, hal ini juga mempengaruhi penularan DBD.
k. Kerentanan terhadap penyakit, tiap individu mempunyai kerentanan tertentu terhadap penyakit, kekuatan dalam tubuhnya tidak sama dalam
menghadapi suatu penyakit, ada yang mudah kena penyakit, ada yang tahan terhadap penyakit.
Sedangkan faktor yang dianggap dapat memicu kejadian DBD adalah :
a. Lingkungan.
Perubahan suhu, kelembaban nisbi, dan curah hujan mengakibatkan nyamuk lebih sering bertelur sehingga vektor penular penyakit bertambah dan virus dengue berkembang lebih ganas. Siklus perkawinan dan pertumbuhan nyamuk dari telur menjadi larva dan nyamuk dewasa akan dipersingkat sehingga jumlah populasi akan cepat sekali naik. Keberadaan penampungan air artifisial/kontainer seperti bak mandi, vas bunga, drum, kaleng bekas, dan lain-lain akan memperbanyak tempat bertelur nyamuk.
b. Perilaku.
Kurangnya perhatian sebagian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan tempat tinggal, sehingga terjadi genangan air yang menyebabkan berkembangnya nyamuk. Kurang baiknya perilaku masyarakat terhadap PSN (mengubur, menutup penampungan air), urbanisasi yang cepat, transportasi yang makin baik, mobilitas manusia antar daerah, kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan, dan kebiasaan berada di dalam rumah pada waktu siang hari.
4. Bagaimana cara menentukan Angka Bbebas Jentik (ABJ)? Jawab :
Angka bebas jentik normalnya adalah > 95% ABJ = jumlah rumah tanpa jentik
5. Apa saja peran Puskesmas dalam menghadapi maslaah ini? Jawab :
Sarana pendidikan
Mampu menerapkan upaya pengembangan kesehatan dengan mengaktifkannya UKS guna mengurangi jentik-jentik nyamuk dan memberantas sarang nyamuk dengan 3M+ di sekolah.
a. Terhadap Masyarakat
- Health Promotion penyuluhan mengenai pembersihan sarang
nyamuk, penyemprotan nyamuk dewasa, abatisasi
- Specific Protection beri imun pada host melalui imunisasi, beri obat
yang bersifat pencegahan penyakit, mematikan vektor penyebab penyakit (abatisasi dan fogging / pengasapan) untuk mematikan
nyamuk aedes aegypti. Ikanisasi sebagai pemangsa jentik nyamuk. b. Terhadap Lingkungan
- Lingkungan yang masih baik perlindungan sumber air dan
makanan. (sehingga tidak berperan sebagai faktor yang mendorong timbulnya penyakit).
- Lingkungan yang telah tercemar kloridasi sumber air, pemberian
antiseptik, pemusnahan barang yang telah tercemar. (sehingga mengurangi kadar pencemaran yang telah terjadi).
- Lingkungan yang dipakai sebagai sarang vektor pengobatan <jika
lingkungan tersebut masih diperlukan oleh manusia abatisasi> dan pemusnahan <jika lingkungan tidak diperlukan oleh manusia
penimbunan rawa>. (mengupayakan agar lingkungan tersebut bebas dari vektor penyebab penyakit.
6. Apa saja prinsip fungsi administrasi kesehatan yang perlu diterapkan pada kasus ini?
Jawab :
Fungsi administrasi kesehatan
a. Perencanaan ( planning ) didalamnya termasuk penyusunan anggaran belanja.
b. Pengorganisasian (organizing ) didalamnya termasuk penyusunan staf.
c. Pelaksanaan (implementing ) didalamnya termasuk pengarahan, pengkoordinasian, bimbingan, penggerakkan dan pengawasan.
d. Penilaian (evaluation)didalamnya termasuk penyusunan laporan.
7. Bagaimana cara pengelolaan Puskesmas? Jawab :
- Membuat Laporan setelah dapat dibuktikan adanya wabah, dan
dibuat kepada Dinas Kesehatan Tingkat II (atasan langsung). Diharapkannya adanya bantuan dari instansi yang lebih atas.
- Melibatkan Pemerintah Daerah Setempat laporan masalah wabah,
satu kopinya harus harus ditembuskan kepada camat dan tripida kecamatan. Karena sebenarnya, Pemda lah yang dapat secara sendiri mengambil inisiatif melakukan penanggulangan wabah yang ditemukan berdasarkan pasal 12 ayat 1 UU wabah.
- Mempersiapkan PUSKESMAS rapat PUSKESMAS:
memberitahukan adanya wabah, penanggulangan wabah tersebut secara teknik medis menjadi tanggung jawab aparat kesehatan, melaksanakan pembagian tugas meliputi tugas penyuluhan kesehatan, pencarian kasus baru, perawatan, pengobatan, penelitian, dan
pelaporan. Bekerja sama dengan sektor lain (lintas program) serta pertugas dari Dinas Kesehatan Tingkat II.
- Melaksanakan rapat lintas sektoral dengan camat dan tripida
setempat serta sektor-sektor lainnyayang ada di kecamatan yang membahas: adanya wabah penyakit tertentu di wilayah ini, bahwa penganggulangan wabah adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat (pasal 6 dan 10 UU wabah), untuk itulah diharapkan semua sektor yang ada di Kecamatan dapat berperan serta, misalnya dalam hal pencarian/penemuan kasus, penyuluhan kesehatan, bantuan pengadaan sarana, dana, dan tenaga. Hasil rapat diharapkan terbentuknya satuan tugas yang bersama-sama sektor kesehatan tergabung dalam Tim Penanggulangan Wabah, hasil lain yang diharapkan ialah munculnya peran serta masyarakat yang ikut aktif dalam Tim penganggulangan Wabah yang terbentuk.
- Melaksanakan penangunggulangan wabah sesegera mungkin,
kegiatan-kegiatannya: 1. Pemeriksaan, pengobatan, dan isolasi penderita (rujukan medis), 2. Penemuan sumber penularan (mencucihamakan sumber air jika sumber penularan tersebut adalah air, 3. Perlindungan masyarakat (pada masyarakat yang belum terserang) dengan penyuluhan kesehatan.pemberian imunisasi (bagi yang ada tindakan imunisasinya) serta kalau perlu dilakukan evakuasi masyarakat, 4. Penutupan daerah/lokasi yang tersangka terjangkit penyakit wabah (dengan bantuan Pemerintah Daerah yang mempunyai
8. Bagaimana bentuk kerja sama lintas program dan sektorial di bidang kesehatan dalam menghadapi kasus ini?
Jawab :
Tugas dan tanggung jawab pemerintah dalam upaya pemberantasan penyakit DBD antara lain
membuat kebijakan dan rencana strategis penanggulangan penyakit
DBD
mengembangkan teknologi pemberantasan mengembangkan pedoman pemberantasan memberikan pelatihan dan bantuan teknis
melakukan penyuluhan dan promosi kesehatan serta penggerakan
masyarakat
Konsep pencegahan dan pemberantasan DBD secara teknis dapat ditampilkan dalam tabel berikut.
Teknis pelaksanaan program
No. Jenis Program Aplikasi Pelaksanaan Program Media Pelaksana
Sadar Sosialisasi kesadaran (kepedulian)
masyarakat
Poster dan media massa
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Lembaga Swadaya Mayarakat (LSM), Perguruan Tinggi
Aktif Pelatihan teknis,
dorongan, dan motivasi yang mengarah pada keaktifan (tindakan) masyarakat Forum pertemuan dalam berbagai kesempatan resmi
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, LSM, Perguruan Tinggi, tokoh masyarakat
Mandiri Pelatihan yang dimaksudkan untuk tanggap secara cepat,
Forum pertemuan
dalam berbagai
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, LSM, Perguruan Tinggi
tanpa menunggu petunjuk Pemerintah
kesempatan resmi
9. Bagaimana cara memberdayakan masyarakat pada kasus ini? Jawab :
Peran petugas kesehatan dalam pemberdayaan masyarakat
a. Memfasilitasi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan maupun program- program pemberdayaan masyarakat meliputi pertemuan dan pengorganisasian masyarakat.
b. Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan agar masyarakat mau berkontribusi terhadap program tersebut.
c. Mengalihkan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi kepada masyarakat dengan melakukan pelatihan-pelatihan yang bersifat vokasional.
Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat dengan mengajak masyarakat serta memberikan penyuluhan secara terus menerus melalui berbagai media komunikasi massa seperti televisi, koran,majalah dan lain-lain, sehingga masyarakat dalam hal iniadalah keluarga menjadi tahu akan pemberantasan dan pencegahan demam berdarah, setelah tahu maka diharapkan masyarakat menjadi mau melakukantindakan pencegahan yaitu dengan melakukan kegiatan PSN serta 3M. Setelah masyarakat mau melakukan tindakan pencegahan maka diharapkan hal tersebutmenjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-harinya.Upaya yang dapat dilakukan sehingga masyarakat dapat berdaya dalampenanggulangan demam berdarah yaitu dengan membentuk organisasi kemasyarakatan yang di dalamnya terlibat tokoh agama, masyarakat dan orgamaspemuda serta
ibu-ibu kader di mana organisasi tersebut merupakan organisasiyang sadar lingkungan sehingga penanggulangan demam berdarah dapat dilakukan secara terus menerus dan jangka panjang.
10. Bagaimana cara memberdayakan sarana pendidikan pada kasus ini? Jawab :
IV. Hipotesis
Wilayah kerja Puskesmas Makmur mengalami KLB – DBD karena belum diterapkannya prinsip administrasi kesehatan.
DBD
Morbiditas dan Mortalitas tinggi KLB terjadi tiap tahun
ABJ ≥ 95% Pendidikan kesehatan Surveilens Preventif Promotif Preventif : Gerakan 3M+ Promotif :
Perilaku hidup bersih dan sehat
Pemberdayaan siswa sekolah
Surveilens :
- Identifikasi tempat sumber
sarang nyamuk
- Menghitung jumlah dentik - Menghitung jumlah kontainer
V. Kerangka Konsep
VI. Sintesis
Faktor penyebab demam dengue pada kasus
a. Pengetahuan masyarakat tentang penyebab DD dan mekanisme penularan virus dengue masih rendah.
b. Belum semua anggota masyarakat menganggap bahwa DD adalah penyakit yang serius.
c. 3M bukan tindakan utama sebagian masyarakat dalam mencegah DD.
d. Upaya pendidikan kesehatan untuk penanggulangan dan penggerakan masyarakat dalam penanggulangan DD belum optimal.
Puskesmas Makmur
Belum ada penerapan prinsip administrasi Masyarakat Bak penampungan air terbuka KLB - DBD ABJ 50% UKS 3M+
Belum ada pemberdayaan sarana Puskesmas Belum ada gerakan dari
e. Kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya masih rendah.
Penyebaran dan siklus hidup nyamuk aedes aegypti
1. Perilaku Mencari Darah
- Setelah kawin, nyamuk betina memerlukan darah untuk bertelur - Nyamuk betina menghisap darah manusia setiap 2 – 3 hari sekali
- Menghisap darah pada pagi hari sampai sore hari, dan lebih suka pada jam 08.00 – 12.00 dan jam 15.00 – 17.00
- Untuk mendapatkan darah yang cukup, nyamuk betina sering menggigigt lebih dari satu orang
- Jarak terbang nyamuk sekitar 100 meter
- Umur nyamuk betina dapat mencapai sekitar 1 bulan. 2. Perilaku Istirahat
- Setelah kenyang menghisap darah, nyamuk betina perlu istirahat sekitar 2 – 3 hari untuk mematangkan telur.
- Tempat istirahat yang disukai :
o Tempat-tempat yang lembab dan kurang terang, seperti kamar
mandi, dapur, WC
o Di dalam rumah seperti baju yang digantung, kelambu, tirai o Di luar rumah seperti pada tanaman hias di halaman rumah.
3. Perilaku Berkembangbiak
- Nyamuk Aedes Aegypti bertelur dan berkembang biak di tempat penampungan air bersih seperti :
o Tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari : bak mandi,
WC, tempayan, drum air, bak menara (Tower air) yang tidak tertutup, sumur gali
o Wadah yang berisi air bersih atau air hujan : tempat minum burung,
vas bunga, pot bunga, ban bekas, potongan bambu yang dapat menampung air, kaleng, botol, tempat pembuangan air di kulkas dan
barang bekas lainnya yang dapat menampung air meskipun dalam volume kecil.
- Telur diletakkan menempel pada dinding penampungan air, sedikit di atas permukaan air.
- Setiap kali bertelur, nyamuk betina dapat mengeluarkan sekitar 100 butir telur dengan ukuran sekitar 0,7 mm per butir.
- Telur ini di tempat kering (tanpa air) dapat bertahan sampai 6 bulan . - Telur akan menetas menjadi jentik setelah sekitar 2 hari terendam air. - Jentik nyamuk setelah 6 – 8 hari akan tumbuh menjadi pupa nyamuk. - Pupa nyamuk masih dapat aktif bergerak didalam air, tetapi tidak makan
dan setelah 1 – 2 hari akan memunculkan nyamuk Aedes Aegypti yang baru.
Siklus Hidup Nyamuk Aedes Aegypti
TELUR
- Satu per satu pada dinding bejana. - Telur tidak berpelampung.
- Sekali bertelur nyamuk betina menghasilkan 100 butir.
- Telur kering dapat tahan 6 bulan. - Telur akan menjadi jentik setelah
JENTIK
- Sifon dengan satu kumpulan rambut. - Pada waktu istirahat membentuk
sudut dengan permukaan air. - 6 – 8 hari menjadi pupa.
P u p a
- Sebagian kecil tubuhnya kontak dengan permukaan air.
- Bentuk terompet panjang dan ramping.
- 1 – 2 hari menjadi nyamuk Aedes Aegypti.
Nyamuk Dewasa Aedes Aegypti
- Panjang 3 – 4 mm
- Bintik hitam dan putih pada badan dan kepala, dan punya ring putih di kakinya
- Posisi menggigit nyamuk Aedes Aegypti pada kulit manusia
A. Promosi Kesehatan oleh Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatuwilayah kerja. Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagisetiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya, agar terwujud derajatkesehatan yang setinggi-tingginya, dalam rangka mencapaivisi “IndonesiaSehat”. Untuk mencapai tujuan tersebut, Puskesmas harus menyelenggarakan tigafungsi, yaitu sebagai:
o pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, o pusat pemberdayaan masyarakat, dan
o pusat pelayanan kesehatan stratapertama.
a. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat dengan mengajak masyarakat serta memberikan penyuluhan secara terus menerus melalui berbagai media
komunikasi massa seperti televisi, koran,majalah dan lain-lain, sehingga masyarakat dalam hal iniadalah keluarga menjadi tahu akan pemberantasan dan pencegahan demam berdarah, setelah tahu maka diharapkan masyarakat menjadi mau melakukantindakan pencegahan yaitu dengan melakukan kegiatan PSN serta 3M. Setelah masyarakat mau melakukan tindakan pencegahan maka diharapkan hal tersebutmenjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-harinya.Upaya yang dapat dilakukan sehingga masyarakat dapat berdaya dalampenanggulangan demam berdarah yaitu dengan membentuk organisasi kemasyarakatan yang di dalamnya terlibat tokoh agama, masyarakat dan orgamaspemuda serta ibu-ibu kader di mana organisasi tersebut merupakan organisasiyang sadar lingkungan sehingga penanggulangan demam berdarah dapat dilakukan secara terus menerus dan jangka panjang.
b. Penyuluhan Bagi Masyarakat
Seperti diuraikan di atas bahwa sampai sekarang belum ada obat yang dapat membunuh virus dengue ataupun vaksin demam berdarah, maka upaya untuk pencegahan demam berdarah ditujukan pada pemberantasan nyamuk beserta tempat perindukannya. Oleh karena itu, dasar pencegahan demam berdarah adalah memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat bagaimana cara
memberantasan nyamuk dewasa dan sarang nyamuk yang dikenal sebagai pembasmian sarang nyamuk atau PSN. Demi keberhasilan pencegahan demam berdarah, PSN harus dilakukan secara
bersama-sama oleh seluruh lapisan masyarakat, baik di rumah, di sekolah, rumah sakit, dan tempat-tempat umum seperti tempat ibadah, makam, dan lain-lain. Dengan demikian masyarakat harus dapat mengubah perilaku hidup sehat terutama meningkatkan kebersihan lingkungan.
1. Cara Memberantas Jentik
Cara memberantas jentik dilakukan dengan cara 3 M yaitu menguras, menutup, dan mengubur, artinya :
o Kuras bak mandi seminggu sekali (menguras), o Tutup penyimpanan air rapat-rapat (menutup), o Kubur kaleng, ban bekas, dll. (mengubur).
Kebiasaan-kebiasaan seperti mengganti dan bersihkan tempat minum burung setiap hari atau mengganti dan bersihkan vas bunga, seringkali dilupakan. Kebersihan di luar rumah seperti membersihkan tanaman yang berpelepah dari tampungan air hujan secara teratur atau menanam ikan pada kolam yang sulit dikuras, dapat mengurangi sarang nyamuk.
Pada kolam atau tempat penampungan air yang sulit dikuras dapat diraburkan bubuk abate yang dapat ditaburkan bubuk abate yang dapat membunuh jentik. Bubuk abate ini dapat dibeli di apotek.
Pedoman Penggunaan Bubuk Abate (Abatisasi)
o Satu sendok makan peres (10 gram) untuk 100 liter air o Dinding jangan disikat setelah ditaburi bubuk abate o Bubuk akan menempel di dinding bak/ tempayan/ kolam o Bubuk abate tetap efektif sampai 3 bulan
2. Cara Memberantas Nyamuk Dewasa
Untuk memberantas nyamuk dewasa, upayakan membersihkan tempat-tempat yang disukai oleh nyamuk untuk beristirahat.
o Kurangi Tempat Untuk Nyamuk Beristirahat
o Jangan menggantung baju bekas pakai (nyamuk sangat suka
bau manusia)
o Lindungi bayi ketika tidur di pagi dan siang hari dengan
kelambu
o Semprot obat nyamuk rumah pagi & sore (jam 8.00 dan 18.00) o Perhatikan kebersihan sekolah, bila kelas gelap dan lembab,
semprot dengan obat nyamuk terlebih dahulu sebelum pelajaran mulai
o Pengasapan (disebut fogging) hanya dilakukan bila dijumpai
penderita yang dirawat atau menginggal. Untuk pengasapan diperlukan laporan dari rumah sakit yang merawat.
B. Bina Suasana
Bina suasana dalam hal ini adalah dengan mengajak tokoh masyarakat agar mau menyebarkan opini-opini yang positif terhadap perlunya perubahan perilakudalam hal ini adalah melakukan 3M dan pemberantasan sarang nyamuk.Tokoh masyarakat yang berperilaku menguras, menutup dan mengubursehingga dengan perilaku tersebut tokoh masyarakat dan keluarganya terhindardari demam berdarah akan menjadi perhatian bagi masyarakat dan akhirnyadiharapkan masyarakat/keluarga mau meniru perilaku dari tokoh mas yarakattersebut.
C. Advokasi
Melakukan berbagai lobi sehingga penanggulangan demam berdarah dapatberjalan yaitu kepada Lurah sehingga Lurah mau memberikan keputusan yangmendukung penanggulangan demam berdarah dengan cara pemberantasan sarangnyamuk setiap hari Jumat yang disebut juga jumat bersih secara kontinu diwilayah kerjanya. Bersama Lurah mengadakan advokasi untuk mendapatkandukungan dari Camat sehingga didapatkan dukungan yang lebih besar dan padaakhirnya didapat sebuah kesepakatan bersama sehingga terbentuk sebuahketetapan yang bisa
mengikat seluruh masyarakat seperti peraturan yang melarangmasyarakat membuang sampah secara sembarangan terutama sampah yang dapatmenampung air di dalamnya seperti ban bekas, ember bekas dan sampah padatlainnya sehingga akhirnya masyarakat sadar dan mau melakukan tindakanpencegahan demam berdarah yaitu PSN serta 3M.
Upaya Perubahan Perilaku Kesehatan
Hal yang penting di dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku
merupakan tujuan dari pendidikan kesehatan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program kesehatan lainnya. Perubahan yang dimaksud bukan hanya sekedar covert behaviour tapi juga overt behaviour .
Di dalam program – program kesehatan, agar diperoleh perubahan perilaku yang sesuai dengan norma – norma kesehatan diperlukan usaha –
usaha yang konkrit dan positip. Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku bisa dikelompokkan menjadi tiga bagian:
1. Menggunakan kekuatan / kekuasaan atau dorongan
Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran sehingga ia mau melakukan perilaku yang diharapkan. Misalnya dengan peraturan – peraturan / undang – undang yang harus dipatuhi oleh masyarakat. Cara ini menyebabkan perubahan yang cepat akan tetapi biasanya tidak berlangsung lama karena perubahan terjadi bukan berdasarkan kesadaran sendiri. Sebagai contoh adanya perubahan di masyarakat untuk menata rumahnya dengan membuat pagar rumah pada saat akan ada lomba desa tetapi begitu lomba / penilaian selesai banyak pagar yang kurang terawat.
2. Pemberian informasi
Adanya informasi tentang cara mencapai hidup sehat, pemeliharaan kesehatan , cara menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat. Selanjutnya diharapkan
pengetahuan tadi menimbulkan kesadaran masyarakat yang pada akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai pengetahuan yang dimilikinya. Perubahan semacam ini akan memakan waktu lama tapi perubahan yang dicapai akan bersifat lebih langgeng.
3. Diskusi partisipatif
Cara ini merupakan pengembangan dari cara kedua dimana penyampaian informasi kesehatan bukan hanya searah tetapi dilakukan secara partisipatif. Hal ini berarti bahwa masyarakat bukan hanya penerima yang pasif tapi juga ikut aktif berpartisipasi di dalam diskusi tentang informasi yang diterimanya. Cara ini memakan waktu yang lebih lama dibanding cara kedua ataupun pertama akan tetapi pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku akan lebih mantap dan mendalam sehingga perilaku mereka juga akan lebih mantap.
Fase 1 :
Diagnosis sosial : Demam Dengue Fase 2 :
Diagnosis epidemiologi : kelompok yang berisiko adalah anak-anak Fase 3 :
Diagnosis perilaku dan lingkungan :
- Kental dengan ritual adat
- Kurangnya dukungan dari lingkungan sosial - Keterjangkauan untuk mendapatkan informasi
- Daerah tempat tinggal di pegunungan dengan perkebunan karet
Fase 4 :
Diagnosis pendidikan dan organisasi :
- Faktor predisposisi : ketidak tahuan masyarakat tingkat pendidikan yang rendah
- Faktor pemungkin : banyak tempat potensial yang memungkinkan nyamuk Aedes Aegypti berkembang biak daerah pegunungan yang sulit dijangkau
- Faktor penguat : sikap petugas kesehatan dan tokoh masyarakat yang tak peduli terhadap keadaan yang terjadi.
Fase 5 :
Diagnosis administratif dan kebijakan : belum ada kebijakan/ peraturan tentang 3M
1. Cara menerapkan strategi komunikasi atau promosi kesehatan
Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni membantu masyarakat menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Ini bukan sekedar pengubahan gaya hidup saja, namun berkairan dengan pengubahan lingkungan yang diharapkan dapat lebih mendukung dalam membuat keputusan yang sehat. Pengubahan gaya hidup dapat difasilitasi melalui penggabunngan:
a. Menciptakan lingkungan yang mendukung. b. Mengubah perilaku, dan
c. Meningkatkan kesadaran.
Dalam Konferensi Internasional Promosi Kesehatan I yang diadakan di Ottawa, Kanada, menghasilkan sebuah kesepakatan yang dikenal sebagai Piagam Ottawa. Dalam piagam ini tertera strategi dalam meningkatkan kontrol masyarakat terhadap kesehatan diri mereka sendiri.
Menurut Konferensi Internasional Kesehatan I, Promosi kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan orang dalam mengendalikan dan meningkatkan kesehatannya. Untuk mencapai keadaan sehat, seseorang atau kelompok harus mampu mengidentifikasi dan
menyadari aspirasi, mampu memenuhi kebutuhan dan merubah atau mengendalikan lingkungan (Piagam Ottawwa, 1986).
Indikator keberhasilan Promosi Kesehatan 1. Indikator masukan
Masukan yang perlu diperhatikan berupa komitmen, sumber daya manusia, sarana/peralatan, dan dana.
Indikator masukan mencakup :
a. Ada tidaknya komitmen pimpinan yang tercermin dalam rencana upaya pengembangan promkes.
b. Ada tidaknya komitmen seluruh jajaran yang tercermin dalam rencana operasional promkes.
c. Ada tidaknya tenaga promkes sesuai standar.
d. Ada tidaknya tenaga promkes/ tenaga kesehatan lainnya yang sudah terlatih.
e. Ada tidaknya sarana dan peralatan promkes.
f. Ada tidaknya dana yang mencukupi untuk penyelenggaraan promkes.
2. Indikator proses
Proses yang dipantau adalah proses pelaksanaan promkes yang meliputi promkes di dalam gedung dan di luar gedung.
Indikator proses meliputi:
a. Sudah belum dilaksanakannya kegiatan promkes di dalam gedung dan atau frekuensinya.
b. Kondisi media komunikasi yang digunakan, masih bagus/layak atau sudah rusak.
c. Sudah belum dilaksanakannya promosi kesehatan di luar gedung/masyarakat (kunjungan rumah dan pengorganisasian masyarakat.
3. Indikator keluaran
Keluaran yang dipantau adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan baik secara umum maupun secara khusus. Indikator yang digunakan berupa cakupan dari kegiatan, yaitu:
a. Apakah semua tenaga kesehatan telah melaksanakan promkes. b. Berapa banyak pasien atau klien yang sudah terlayani oleh
berbagai kegiatan promkes dalam gedung.
c. Berapa banyak keluarga yang telah mendapat kunjungan rumah. d. Berapa banyak kelompok masyarakat yang sudah digarap dengan
pengorganisasian masyarakat.
e. Tempat pelayanan kesehatan sebagai model institusi kesehatan yang ber-PHBS, yaitu:\
- Bebas rokok - Lingkungan bersih - Bebas jentik
- Jamban sehat 4. Indikator dampak
Indikator dampak mengacu kepada tujuan dilaksanakannya promkes, yaitu tercapainya PHBS di masyarakat.
Tatanan yang dianggap mewakili untuk dievaluasi adalah tatanan rumah tangga.
Indikator dampaknya adalah berapa presentase keluarga atau rumah tangga yang telah mempraktekkan PHBS. PHBS itu sendiri merupakan komposit dari sejumlah indikator perilaku.
2. Pemberdayaan Masyarakat dalam Promosi Kesehatan
Pemberdayaan masyarakat ialah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi, dan meningkatkan
kesejahteraan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2007). Batasan pemberdayaan dalam bidang kesehatan meliputi upaya untuk
menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan sehingga secara bertahap tujuan pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk:
o Menumbuhkan kesadaran, pengetahuan, dan pemahaman akan
kesehatan individu, kelompok, dan masyarakat.
o Menimbulkan kemauan yang merupakan kecenderungan untuk
melakukan suatu tindakan atau sikap untuk meningkatkan kesehatan mereka.
o Menimbulkan kemampuan masyarakat untuk mendukung terwujudnya
tindakan atau perilaku sehat
Suatu masyarakat dikatakan mandiri dalam bidang kesehatan apabila: 1) Mereka mampu mengenali masalah kesehatan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan terutama di lingkungan tempat tinggal mereka sendiri. Pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan tentang penyakit, gizi dan makanan, perumahan dan sanitasi, serta bahaya merokok dan zat-zat yang menimbulkan gangguan kesehatan. 2) Mereka mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri dengan
menggali potensi-potensi masyarakat setempat.
3) Mampu memelihara dan melindungi diri mereka dari berbagai ancaman kesehatan dengan melakukan tindakan pencegahan.
4) Mampu meningkatkan kesehatan secara dinamis dan terus-menerus melalui berbagai macam kegiatan seperti kelompok kebugaran, olahraga, konsultasi dan sebagainya.
Peran petugas kesehatan dalam pemberdayaan masyarakat
Memfasilitasi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan maupun program- program pemberdayaan masyarakat meliputi pertemuan dan pengorganisasian masyarakat.
Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan agar masyarakat mau berkontribusi terhadap program tersebut.
Mengalihkan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi kepada masyarakat dengan melakukan pelatihan-pelatihan yang bersifat vokasional.
Ciri pemberdayaan masyarakat
1) Community leader : petugas kesehatan melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat atau pemimpin terlebih dahulu. Misalnya Camat, lurah, kepala adat, ustad, dan sebagainya.
2) Community organization: organisasi seperti PKK, karang taruna, majlis taklim, dan lainnnya merupakan potensi yang dapat dijadikan mitra kerja dalam upaya pemberdayaan masyarakat. 3) Community Fund: Dana sehat atau Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Masyarakat (JPKM) yang dikembangkan dengan prinsip gotong royong sebagai salah satu prinsip pemberdayaan
masyarakat.
4) Community material : setiap daerah memiliki potensi tersendiri yang dapat digunakan untuk memfasilitasi pelayanan kesehatan. Misalnya, desa dekat kali pengahsil pasir memiliki potensi untuk melakukan pengerasan jalan untuk memudahkan akses ke puskesmas.
5) Community knowledge: pemberdayaan bertujuan meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan berbagai penyuluhan kesehatan yang menggunakan pendekatan community based health education.
6) Community technology: teknologi sederhana di komunitas dapat digunakan untuk pengembangan program kesehatan misalnya penyaringan air dengan pasiratau arang.
Indikator hasil pemberdayaan masyarakat
1) Input , meliputi SDM, dana, bahan-bahan, dan alat-alat yang mendukung kegiatan pemberdayaan masyarakat.
2) Proses, meliputi jumlah penyuluhan yang dilaksanakan, frekuensi pelatihan yang dilaksanakan, jumlah tokoh masyarakat yang terlibat, dan pertemuan-pertemuan yang dilaksanakan.
3) Output , meliputi jumlah dan jenis usaha kesehatan yang bersumber daya masyarakat, jumlah masyarakat yang telah meningkatkan pengetahuan dan perilakunya tentang kesehatan, jumlah anggota keluarga yang memiliki usaha meningkatkan pendapatan keluarga, dan meningkatnya fasilitas umum di
masyarakat.
4) Outcome dari pemberdayaan masyarakat mempunyai kontribusi dalam menurunkan angka kesakitan, angka kematian, dan angka kelahiran serta meningkatkan status gizi masyarakat.