• Tidak ada hasil yang ditemukan

Presentasi Matei Cvp

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Presentasi Matei Cvp"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

AKUNTANSI MANAJEMEN LANJUTAN AKUNTANSI MANAJEMEN LANJUTAN

“PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI UNTUK PERENCANAAN “PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI UNTUK PERENCANAAN

LABA” LABA”

OLEH OLEH EDI

EDI FAHRUDIN FAHRUDIN 17076110011707611001

IQRAM 1707611002

IQRAM 1707611002

KADEK

KADEK UPAWITA UPAWITA CANDRA CANDRA PERTIWI PERTIWI 17076110041707611004

PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI (PPAk) PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI (PPAk)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA UNIVERSITAS UDAYANA

2018 2018

(2)

1.

1. Pengertian dan Tujuan Analisis CVPPengertian dan Tujuan Analisis CVP

Analisis Cost Volum Profit (CVP) atau analisis biaya volume laba, merupakan Analisis Cost Volum Profit (CVP) atau analisis biaya volume laba, merupakan suatu analisis yang dilakukan dalam tahap perencanaan untuk menentukan berapa volume suatu analisis yang dilakukan dalam tahap perencanaan untuk menentukan berapa volume  barang yang

 barang yang harus dijual untuk harus dijual untuk mencapai suatu tingkatan mencapai suatu tingkatan laba tertentu. Untuk laba tertentu. Untuk melakukanmelakukan analisis CVP ini semua biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan harus dibedakan analisis CVP ini semua biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan harus dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya variable. Penggolongan biaya periode dan biaya produk menjadi biaya tetap dan biaya variable. Penggolongan biaya periode dan biaya produk tidak relevan untuk analisis ini.

tidak relevan untuk analisis ini.

Dalam konteks CVP biaya variable adalah biaya total yang akan meningkat atau Dalam konteks CVP biaya variable adalah biaya total yang akan meningkat atau menurun secara proporsional sesuai dengan unit barang yang dijual, sedangkan biaya menurun secara proporsional sesuai dengan unit barang yang dijual, sedangkan biaya tetap adalah total biaya yang tidak akan berubah berapapun jumlah barang yang dijual tetap adalah total biaya yang tidak akan berubah berapapun jumlah barang yang dijual  perusahaan, selama masih berada dalam suatu kapasitas tertentu

 perusahaan, selama masih berada dalam suatu kapasitas tertentu

Karena pengelompokkan tersebut maka format laporan laba rugi yang dibutuhkan Karena pengelompokkan tersebut maka format laporan laba rugi yang dibutuhkan  juga berbeda. Format laporan laba rugi yang dibutuhkan dalam hal ini adalah laporan laba  juga berbeda. Format laporan laba rugi yang dibutuhkan dalam hal ini adalah laporan laba rugi yang membedakan biaya menjadi boaya tetap dan biaya variable, bukannya biaya rugi yang membedakan biaya menjadi boaya tetap dan biaya variable, bukannya biaya  periode

 periode dan dan biaya biaya produk. produk. Laporan Laporan laba laba rugi rugi tersebut tersebut dinamakan dinamakan sebagai sebagai laporan laporan labalaba rugi dengan format direct costing atau variable costing. Bentuk format dari laporan laba rugi dengan format direct costing atau variable costing. Bentuk format dari laporan laba rugi tersebut adalah

rugi tersebut adalah

2.

2. Rumus Perhitungan Cost Volum ProfitRumus Perhitungan Cost Volum Profit

Dari format tersebut terlihat bahwa tiga unsur pertama yaitu, penjualan, biaya Dari format tersebut terlihat bahwa tiga unsur pertama yaitu, penjualan, biaya variabel, dan margin konstribusi semuanya bersifat variabel. Artinya semakin banyak unit variabel, dan margin konstribusi semuanya bersifat variabel. Artinya semakin banyak unit yang terual maka penjualan, total biaya variabel dan konsekuensinya total margin yang terual maka penjualan, total biaya variabel dan konsekuensinya total margin kontribusi akan meningkat dan sebaliknya. Dengan demikian, bila perusahaan dapat kontribusi akan meningkat dan sebaliknya. Dengan demikian, bila perusahaan dapat memaksimalkan margin konstribusimya maka otomatis laba perusahaan juga akan memaksimalkan margin konstribusimya maka otomatis laba perusahaan juga akan

Pendapatan xxx

Pendapatan xxx

Biaya

Biaya Variabel Variabel xxxxxx Margin

Margin Kontribusi Kontribusi xxxxxx Biaya

Biaya tetap tetap xxxxxx

Laba

(3)

maksimal karena biaya tetap tidak akan berubah. Namun jika perusahaan hanya dapat menjual sejumlah unit tertentu yang menyebabkan total konstribusi marjinnya sama dengan total biaya tetap, maka perusahaan dikatakan dapat mencapai titik impas atau  break even point.

Dari format laporan laba rugi direct costing tersebut dapat dibuat rumus untuk mencari titik impas sebagai berikut :

Dalam perencanaan laba, perusahaan tentu saja tidak akan puas hanya mencapai titik impas, perusahaan tentunya ingin mendapatkan keuntungan. Target keuntungan  perusahaan biasanya bersifat absolut dan berperilaku seperti biaya tetap, misalkan target keuntungan perusahaan Rp 500.000.000 atau Rp 1.000.000.000. jika demikian keadannya maka rumus untuk menghitung berapa besarnya unit yang harus dijual perusahaan untuk mendapatkan suatu keuntungan tertentu adalah :

Dari rumus tersebut terlihat bahwa untuk mendapatkan suatu tingkat keuntungan tertentu, maka jumlah target unit yang harus dijual perusahaan tidak hanya menutupi biaya tetap saja, namun juga harus mencapai tingkat keuntungan perusahaan. Variasi dari rumus ini adalah apabila terdapat tingkat pajak tertentu yang akan dikenakan perusahaan. Jika demikian keadaannya maka rumus tersebut akan dimodifikasi menjadi :

Tingkat keuntungan sebelum pajak diperoleh dengan rumus :

Jika yang diinginkan adalah perhitungan target penjualan bukan dalam unit, namun dalam rupiah maka rumus yang akan dipakai adalah :

Titik Impas (Break Even Point) = Total Biaya Tetap / (Harga Jual Per Unit –  Biaya Variabel per Unit

Unit Terjual untuk Mencapai Keuntungan Tertentu = (Total Biaya Tetap + Tar get Keuntungan) / (Harga Jual per Unit –  Biaya Variabel per Unit)

Unit Terjual untuk Mencapai Keuntungan Tertentu = (Total Biaya Tetap + Tar get Keuntungan Sebelum Pajak) / (Harga Jual per Unit –  Biaya Variabel per Unit)

Tingkat Keuntungan Sebelum Pajak = Tingkat Keuntungan Setelah Pajak / (1 -Tingkay Pajak)

Target Rupiah Terjual = (Total Biaya Tetap + Target Keuntungan) / (Rasio Marjin Konstribusi)

(4)

3. Contoh Soal Perhitungan CVP

Misalkan PT X sedang melakukan perencanaan laba. Informasi yang dapat dikumpulkan adalah sebagai berikut :

 Harga jual per unit adalah Rp 500

 Biaya variabel per unit adalah Rp 250

 Total biaya tetap Rp 10.000.000

 Total target keuntungan setelah pajak adalah Rp 15.000.000

 Tarif pajak 25%

Dari informasi tersebut, dengan mempergunakan rumus yang telah dibahas, maka titik impas perusahaan adalah Rp 10.000.000 / (Rp 500

 – 

  Rp 250) = 40.000 unit. Sedangkan untuk menghitung untit terjual untuk mencapai tingkat keuntungan Rp 15.000.000 setelah pajak, perusahaan harus terlebih dahulu menghitung tingkat keuntungan sebelum pajak yaitu Rp 15.000.000/(1-25%) = Rp 20.000.000. angka tersebut akan dipakai untuk menghitung target unit yang harus dijual yaitu Rp 20.000.000 / (Rp 500- Rp 250) = 80.000 unit

Setelah angka 80.000 unit tersebut diperoleh angka tersebut tidak dapat langsungdimasukkan sebagai target penjualan perusahaan untuk tahun depan. Pertama angka tersebut akan diperbandingkan dengan kapasitas produk perusahaan, apakah kapasitas produk dapat memenuhi target penjualan sebanyak 80.000 unit tersebut. Jika kapasitas produk perusahaan kurang dari itu maka asumsi-asumsi penyusunan CVP harus diperbaiki misalnya peningkatan harga jual, penambahan kapasitas produk, outsourcing dan sebagainya. Selain kapasitas produk, hal lain yang harus dipertimbangkan adalah tingkat permintaan dari produk tersebut, dalam hal ini apakah pasar dapat menyerap target penjualan tersebut. Jika tingkat permintaan maksimal di pasar hanya 75.000 unit maka sekali lagi perusahan harus mengubah asumsi awal mereka, misalkan pengurangan  biaya tetap, penambahan biaya iklan dan seterusnya. Angka yang dapat dipakai sebagai target penjualan tahun depan adalah angka yang sesuai dengan kapasitas produksi  perusahaan dan diperkirakan dapat diserap pasar.

(5)

4. Analisis CVP Untuk Lebih dari Satu Jenis Produk

Semua ilustrasi diatas mengasumsikan bahwa produk yang dihasilkan hanya satu jenis. Bagaimana jika perusahaan memproduksi lebih dari satu jenis peoduk bahkan bisa jadi  puluhan atau ratusan jenis produk. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah :

1. Apakah produk tersebut diproduksi atau dijual dengan mempergunakan kapasitas yang sama ? jika antara satu produk dengan produk lain dihasilkan dari fasilitas yang  berbeda, maka analisis CVP dapat dilakukan secara terpisah untuk masing-masing  produk

2. Jika produk-produk yang dihasilkan berasal dari fasilitas yang sama, maka harus dilihat lagi, apakah produk-produk tersebut memiliki marjin konstribusi per unit yang sama. Jika produk-produk tersebut memiliki konstribusi marjin yang sama maka analisis CVP dapat dilakukan seolah-olah produk-produk tersebut tersebut merupakan satu produk

3. Jika produk-produk yang dihasilkan berasal dari fasilitas yang sama, namun memiliki marjin konstribusi per unit yang berbeda-beda, maka yang dapat dilakukan adalah melakukan alokasi biaya untuk masing-masing produk tersebut, lalu melakukan analisi CVP untuk masing-masing produk secara terpisah. Namun, cara seperti ini tidak disarankan karena biasanya perusahaan mengalami kesulitan untuk mengalokasikan biaya secara akurat pada masing-masing produknya. Karena itu, cara yang disarankan adalah menggabungkan marjin konstribusi per unit dari masing-masing produk berdasarkan target baruan penjualan dari masing-masing-masing-masing produk. Hasilnya adalah rata-rata tertimbang dari marjin konstribusi untuk kesemua produk tersebut (weighted average contribution margin).

Tabel berikut ini memberikan contoh cara perhitungan Weighted Average Contribution  Margin :

(6)

Produk

Per Unit Target

Bauran Penjualan Proporsi Harga Jual Biaya Variabel Margin Konstribuasi A 1.000 300 700 6.000 0,6 420 B 2.000 800 1.200 3.000 0,3 360 C 2.500 1.200 1.300 1.000 0,1 130

Weighted Average Constribution Margi n

910

Setelah angka tesebut diperoleh, maka analisis CVP dapat dilakukan dengan rumus seperti yang telah dibahas sebelumnya. Misalkan total biaya tetap perusahaan adalah Rp 18.200.000, maka jumlah total unit barang yang harus dijual adalah Rp 18.200.000/910 = 20.000 unit. Dari total penjualan tersebut 12.000 unit (60%) merupakan target penjualan produk A, 6.000 unit (30%) merupakan target penjualan  produk B dan 2.000 unit (20%) merupakan target penjualan produk C.

Bagimana jika perusahaan memproduksi puluhan atau ratusan produk. Dalam hal ini, perusahaan harus mengelompokkan produk tersebut berdasarkan kesamaan marjin konstribusi per unitnya. Biasanya produk-produk yang memiliki kesamaan marjin konstribusi adalah produk-produk yang berasal dari satu lini produk walaupun keadaannya tidak selalu begitu. Jika memang produk-produk yang berasal dari satu lini  produk memiliki marjin konstribusi per unit yang sama atau hamper sama, maka produk- produk tersebut bisa digabungkan dan dianggap sebagai satu jenis produk tersendiri. Dengan cara ini, maka diharapkan jumlah kelompok yang dipakai untuk analisis CVP dapat dikurangi.

5. Identifikasi Biaya Variabel dan Biaya Tetap

Masalah tersulit dalam analisis CVP adalah membagi semua biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Analisis CVP tidak mengenal jenis biaya lain, seperti biaya semu variabel, step cost, dan sebagainya. Jadi sekali lagi, semua biaya yang dikeluarkan perusahaan semuanya harus dikelompokkan menjadi biaya tetap maupun biaya variabel. Masalahnya tidak semua biaya dapat diklasifikasikan dengan mudah menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Seringkali banyak  biaya perusahaan yang tidak dapat diklasifikasikan menjadi baya tetap dan biaya variabel.

(7)

Kelompok pertama adalah biaya yang sering disebut sebagai mixed costs. Contoh  biaya ini adalah biaya listrik, air, telepon dimana biaya-biaya tersebut memiliki unsur  biaya tetap dan biaya variabel. Untuk biaya seperti ini maka unsur biaya tetap dan biaya variabel harus dipisahkan. Cara-cara untuk memisahkan kedua sifat biaya tersebut antara lain dapat mempergunakan high-low point method   atau pemisahan secara statistic. Disarankan untuk melakukan pemisahan secara statistic karena pemisahan berdasarkan high-low point method  tidak akan menghasilkan angka pemisahan yang akurat

Kelompok biaya kedua adalah biaya-biaya yang memang tidak dapat dikelompokkan sebagai biaya tetap ataupun biaya variabel. Dalam pembahasan sebelumnya dikatakan dalam analysis CVP biaya variabel adalah biaya yang secara total akan meningkat atau menurun secara proporsional sesuai dengan jumlah unit yang terjual. Karena itu, jika terdapat biaya yang angkanya berubah-ubah namun perubahan tersebut tidak proporsional dengan unit terjual, maka biaya tersebut dapat dikatakan sebagai biaya variabel. Contohnya misalkan ada sebuat took roti yang akan melakukan analisis CVP. Dalam analisis CVP nya, took tersebut memperkirakan bahwa setiap hari sabtu dan minggu karyawab akan melakukan lembur selama dua jam. Dalam hal ini,  biaya lembur bukan merupakan biaya variabel karena biaya lembur akan meningkat atau menurun sesuai dengan jumlah jam lembur. Namun demikian, tidak ada jaminan bahwa setiap jam lembur akan menghasilkan tingkat penjualan roti yang sama, karena itu biaya lembur bukan merupakan biaya variabel. Karena dalam analisis CVP hanya ada dua golongan biaya maka biaya lembur tersebut akan dimasukkan dalam kategori biaya tetap. Dengan demikian definisi biaya tetap dalam analysis CVP ada;ah semua biaya-biaya yang dikeluarkan perusahan yang tidak dapat dikategorikan sebagai biaya variabel

Masalah lain yang timbul adalah rumus CVP menyatakan bahwa biaya variabel harus dinyatakan secara per unit dan tidak dapat dinyatakan dalam bentuk total. Misalkan dalam contoh toko roti terseb untuk membuat roti dibutuhkan berbagai bahan baku termasuk air. Biaya air untuk membuat roti merupakan biaya variabel karena makin  banyak roti yang dibuat makin banyak air yang dipakai dan kenaikannya adalah  proporsional. Masalahnya adalah jika perusahaan ingin memperlakukan biaya air sebagai  biaya variabel maka perusahaan harus dapat menghitung berapa biaya air untuk satu roti. Jika jenis roti yang dihasilkan perusahaan cukup banyak, maka perhitungan biaya air per

(8)

unit roti menjadi cukup sulit untuk dilakukan. Jika toko roti tersebut tidak menghitung  biaya biaya air per unit roti dan hanya memiliki informasi mengenai angka total biaya air maka biaya air untuk pembuatan roti tersebut, meskipun sebenarnya bersifat variabel terpaksa akan dimasukkan dalam kelompok biaya tetap dari penjelasan tersebut terlihat  bahwa dalam analisis CVP banyak biaya dalam kelompok biaya tetap bukan merupakan  biaya tetap seperti pada definisi awal

6. Ilustrasi Analisis CVP dengan Identifikasi Biaya Tetap dan Biaya Variabel

PT Jaja Marja adalah sebuah perusahaan yang mengelola jalan tol. Luas jalan tol yang dikelola adalah 80 Km. jalan tol ini merupakan jalan tol dalam kota sehingga tariff yang dibeban pada setiap kendaraan tidak tergantung dari jarak. Untuk satu kali masuk setiap kendaraan sedan akan dibebani biaya sebesar Rp 8.000, sedangkan kendaraan jenis truk akan dikenakan tariff Rp 10.000 Untuk mengoperasikan jalan tol diperlukan sebanyak 12 orang petugas tol dengan gaji sebesar Rp 2.000.0000 per bulan. Pada jam- jam sibuk diperlukan petugas tol lebih banyak sehingga diperkirakan setiap hari senin sampai jumat adalah perusahaan akan memberikan total lembur sebanyak 10 jam  perharinya. Upah lenbur yang dibayarkan adalah Rp 20.000 per jam. Diluar petugas tol,

PT. Jaja Marja juga memilikidireksi dan karyawan berjumlah 30 orang dengan total biaya gaji Rp 120.000.000 per bulannya. Selain itu PT Jaja Marja juga mengeluarkan biaya  pemeliharaan jalan sebesar Rp 4.000.000 per kilometer per tahun.

Besarnya biaya penyusutan jalan per tahunnya adalah Rp 300.000.000. selain itu untuk melakukan penerangan jalan dimalam hari diperlukan listrik sebesar 20.000 Kwh  per bulan. Biaya listrik per Kwh adalah Rp 1.000. biaya untuk mencetak buku karcis tol adalah Rp 100 per lembar dan setipa kendaraan yang memasuki jalan tol akan diberikan satu lembar karcis. Diluar biaya-biaya diatas perusahaan juga mengeluarkan biaya administrasi dan umum sebesar Rp 100.000.000 per tahun (semua biaya administrasi merupakan biaya tetap).

Perusahaan juga merencanakan untuk menyewakan pinggiran tol untuk  pemasangan papan iklan. Terdapat 12 spot yang dapat dipergunakan untuk pemasangan iklan. Tariff untuk pemasangan iklan adalah Rp 20.000.000 per spot per tahun dan diperkirakan akan terdapat 10 spot yang dapat disewakan. Untuk membangun papan iklan tersebut diperkirakan perusahaan akan mengeluarkan biaya sebesar Rp 3.000.000 per

(9)

spot. Selain itu, perusahaan juga harus membayar pajak kepada pemerintah daerah sebesar Rp 1.000.000 per spot, tidak peduli apakah papan iklan tersebut laku atau tidak.

Semua data tersebut merupakan data yang diperkirakan akan terjadi di tahun 20X2. Untuk tahun 20X2 tersebut diperkirakan jumlah kendaraan yang melalui jalan tol ada;ah 90% kendaraan sedan dan 10% kendaraan truk. Berdasarkan data diatas hitunglah :

1. Jumlah kendaraan sedan dan truk yang harus melewati jalan tol tersebut agar  perusahaan mencapai titik break even

2. Jumlah kendaraan sedan dan truk yang harus melewati jalan tol tersebut agar  perusahaan mendapatkan keuntungan setelah pajak Rp 50.400.000 per tahun (pajak

yang dikenakan terhadap perusahaan ada;ah 20%)

7. Jawaban Ilustrasi Soal

Tahap pertama untuk melakukan analisis CVP adalah menentukan mana biaya yang dikelurkan perusahaan merupakan biaya tetap dan mana yang merupakan biaya variabel. Dalam hal ini biaya variabel yang dikeluarkan perusahaan hanya satu yaitu  biaya pencetakan karcis karena biaya karcis merupakan satu-satunya biaya yang akan meningkat atau menurun secara proporsional sesuai dengan jumlah kendaraan yang memasuki jalan tol. Semua biaya lainnya merupakan biaya tetap, dengan perkiraan total  biaya sebesar :

Biaya Gaji Petugas tol (12 orang x Rp 2.000.000 x 12 bulan) 288.000.000 Biaya Lembur Petugas Tol (10 jam x 5 hari x 52 minggu x Rp 20.000) 52.000.000

Biaya Gaji (diluar petugas tol) 120.000.000

Biaya Pemeliharaan (80 kilometer x Rp 4.000.000 320.000.000

Biaya Peyusutan 300.000.000

Biaya Listrik (20.000 Kwh x Rp 1.000 x 12 bulan) 240.000.000

Biaya Administrasi dan Umum 99.980.000

Biaya Pajak Iklan (Rp 1.000.000 x 12) 12.000.000

Biaya Pembangunan Papan Iklan (Rp 3.000.000 x 10) 30.000.000

Penerimaan Pendapatan Iklan 200.000.000

(10)

Karena perusahaan memiliki dua jenis produk dengan dua marjin konstribusi yang  berbeda, maka langkah berikutnya adalah menghitung rata-rata tertimbang dari marjin

konstribusi kedua produk tersebut, yaitu :

Marjin Konstribusi

Bauran

Mrjin Konstribusi 7.900 90% 7.110

Marjin Konstribusi Truk 9.900 10% 990

Total Rata-rata Tertimbang Marjin Konstribusi 8.100

Berdasarkan kedua perhitungan tersebut dapat diperoleh besarnya titik impas  perusahaan yaitu Rp 1.261.980.000/ Rp 8.100 = 155.800 yang terdiri dari 15.580

kendaraan truk (10%) dan 140.220 kendaraan mobil (90%).

Untuk menjawab pertanyaan kedua terlebih dahulu harus dihitung besarnya target keuntungan sebelum pajak, yaitu Rp 504.000.000 /(1-20%) = Rp 630.000.000. untuk mencapai target keuntungan tersebut maka jumlah kendaraan yang harus lewat jalan tol adalah (Rp 1.261.980.000 + Rp 630.000.000) / Rp 8.100 = 233.578 kendaraan yang terdiri dari 23.358 kendaraan truk (10%) dan 201.220 kendaraan mobil (90%)

8. Analisis CVP dalam Ketidakpastian

Analisis CVP dilakukan dalam tahap perencanaan dimana asumsi yang dibuat perusahaan  belum tentu sama dengan kondisi sebenarnya saat rencana tersebut dilaksanakan. Karena itu unsur ketidakpastian harus dipertimbangkan. Ada tifa cara yang dapat dilakukan  perusahaan untuk mengantisipasi ketidakpastian tersebut yaitu :

1. Safety Margin

Safety margin merupakan selisih antara unit yang diperkirakan dapat dijual  perusahaan pada periode analisis dengan unit yang harus terjual untuk mencapai titik impas. Semakin besar safety margin yang dimiliki perusahaan maka posisi  perusahaan akan semakin aman karena jika terdapat asumsi yang sedikit meleset,  perkiraan posisi perusahaan masih jauh dari titik impas. Sebaliknya jika safety margin  perusahaan rendah maka perusahaan berada dalam posisi rawan karena jika terdapat

(11)

asumsi yang meleset maka laba yang diperoleh perusahaan bisa dibawah titik impas dengan kata lain perusahaan merug

2. Operating Leverage

Operating leverage mengukur besarnya proporsi biaya tetap dibandingkan dengan total biaya yang dikeluarkan perusahaan. Semakin tinggi operating leverage berarti semakin tinggi proporsi biaya tetap dalam perusahaan. Proporsi biaya tetap yang semakin tinggi akan menambah risiko yang dihadapi perusahaan, karena semakin tinggi biaya tetap perusahaan maka fluktuasi laba yang diperoleh perusahaan akan cenderung semakin besar. Rumus untuk meghitung operating leverage adalah total margin konstribusi dibagi dengan total laba operasi. Jika perusahaan memiliki operatimg leverage sebesar 5 hal ini berat jika target penjualan perusahaan meleset sebanyak 1 % maka laba yang diperoleh perusahaan akan meleset sebanyak 5%

3. Analisis Sensitivitas (That if Analysis)

Analisis sensitivitas merupakan analisis yang dilakukan untuk mencari unsur yang  paling sensitive dalam analisis CVP, yang dimaksud factor yang paling sensitive

adalah fakto yang jika meleset paling memperngaruhi perolehan laba perusahaan. Misalkan perusahaan menganggap faktoryang paling sensitive adalah harga maka dalam analisis ini harga akan dinaikkan atau diturunkan sebesar 1% dari rencana awal, dan dilihat dampaknya terhadap laba yang diperoleh perusahaan. Factor yang  paling sensitive inilah yang harus dijaga perusahaan agar dalam masa pelaksanaannya

tidak meleset dari rencana

9. CVP Dengan Model Activity Based Costing

Dalam hal ini definisi biaya tetap dan biaya variabel akan dikaitkan bukan hanya terhadap produk namun juga terhadap aktivitas. Dengan konsep activity based costing ini,  biaya variabel hanyalah merupakan biaya variabel dari aktivitas tingkat unit, sedangkan  biaya tetap untuk aktivitas tingkat unit dan juga biaya-biaya dari ringkat aktivitas lainnya

(12)

10. Kasus Skyview Manor Latar Belakang

Skyview Manor hanya buka selama musim ski. Perusahaan ini buka pada tanggal 2 Desember dan tutup pada hari terakhir bulan Maret. Pemerintah hanya memperbolehkan perusahaan ini untuk beroperasi selama 120 hari dalam setahun. Terdapat 50 kamar di sisi sebelah timur yang tarifnya masing-masing adalah sebesar $15 untuk hunian sendiri dan sebesar $20 untuk hunian ganda. Sisi sebelah barat memiliki 30 kamar yang memiliki pemandangan yang spektakuler. Tarif sewa kamar disisi ini adalah sebesar $20 dan $25 untuk hunian sendiri dan ganda. Rata-rata tingkat pemakaian kamar selama musim adalah sebesar 80% (umumnya hotel penuh pada akhir pekan dan rata-rata sekitar 50 sampai 60 kamar terisi di hari biasa). Rasio antara hunian sendiri dan ganda rata-rata adalah 2:8.

Hasil operasi untuk tahun lalu ditunjukkan pada Exbihit 1. Tuan Kacheck, manajer hotel, mengkhawatirkan tentang bulan-bulan off-season yang setiap bulannya mengalami kerugian dan menguragi laba tinggi yang telah diperoleh dan dilaporkan  perusahaan selama musim ski. Beliau telah merekomendasikan kepada kepada pemilik hotel, yang telah mengakuisisi hotel pada akhir tahun 1961, bahwa untuk mengurangi kerugian dari off-season, mereka seharusnya setuju untuk tetap mengoperasikan hotel untuk sisi sebelah barat selama sepanjang tahun. Beliau memperkirakan bahwa rata-rata tingkat sewa kamar selama off-season beberapa tahun kedepan adalah sekita 20%-40%. Kacheck mengestimasikan bahwa untuk mencapai hasil tersebut dari 30 kamar yang tersedia, diperlukan biaya iklan sebesar $4000 setiap tahun ($500 untuk 8 bulan). Tidak terdapat kemungkinan perbedaan rasio perbandingan hunian sendiri dan ganda sebesar 2:8. Namun demikian, perusahaan perlu menurunkan harga sewa kamar menjadi $10 dan $15 untuk hunian sendiri dan ganda.

Gaji manajer dibayar selama 12 bulan. Manajer bertindak sebagai caretaker fasilitas dan kontrak sebagian besar pekerjaan perbaikan dan pemeliharaan. Menggunakan sisi sebelah barat tidak akan mengganggu pekerjaan ini, tetapi diperkirakan akan menyebabkan tambahan $2000 per tahun untuk perbaikan dan  pemeliharaan.

(13)

 Nyonya Kacheck dibayar sebesar $20 per hari untuk mengawasi para pelayan hotel dan juga membantu dibagian check-in. Selama musim tersebut beliau bekerja 7 hari dalam seminggu, karyawan administrasi dan pelayan hotel digaji setiap hari sebesar $24 dan $15. Pajak pendapatan dan tunjangan lain yang diperoleh adalah sebesar 20% dari gaji. Meskipun beban depresiasi dan pajak properti tidak akan dipengaruhi oleh keputusan untuk membuka hotel dibagian sisi barat, namun beban asuransi akan meningkat sebesar $500 untuk tahun tersebut. Selama off-season, diestimasikan bahwa  perusahaan tidak memerlukan pegawai tambahan. Ketika off-season, Nyonya Kacheck

hanya akan dibayar untuk 5 hari kerja dalam seminggu.

Perlengkapan kebersihan dan setengah dari beban lain-lain dibebankan sebagai  biaya langsung dari masing-masing kamar yang disewa. Sedangkan separuh lainnya dicatat sebagai biaya tetap dan tidak akan berubah selama 12 bulan operasi. Linen juga disewa dari sebuah supply house dan besarnya biaya tergantung dari banyaknya ruangan yang disewa. Utilitas mencakup dua hal, yaitu listrik dan telepon. Tidak ada beban listrik yang harus dikeluarkan ketika perusahaan tidak beroperasi. Sedangkan ketika  perusahaan beroperasi, beban listrik akan tergantung dari penggunaan listrik oleh masing-masing kamar. Kamar yang ada harus dihangatkan atau didinginkan menggunakan AC. Tagihan telepon setiap bulan selama musim tersebut adalah sebagai berikut:

80 telepon @ $3.00/bulan $240

Biaya pelayanan dasar 50

$290

Selama off-season, hanya biaya pelayanan dasar yang dibayarkan. Sedangkan tagihan bulanan sebesar $3.00 yang dibayarkan digunakan untuk mengaktifkan telepon kamar.

Aspek tambahan yang diusulkan oleh Tuan Kacheck adalah terkait dengan kolam renang tertutup dan hangat. Beliau percaya bahwa dengan adanya fasilitas tersebut, maka tingkat sewa kamar perusahaan akan lebih dari 30%. Estimasi yang benar-benar tepat tidaklah mungkin dilakukan. Meskipun selama musim dingin tingkat penyewaan kamar tidak akan terpengaruh secara signifikan dengan adanya keputusan untuk menambah kolam renang indoor, namun kolam renang tersebut akan bermanfaat untuk menghadapi

(14)

kompetisi yang ada di industri tersebut. Biaya untuk pengadaan kolam renang adalah sekitar $40,000. Jumlah ini dapat didepresiasikan selama 5 tahun tanpa adanya nilai sisa ($15,000 dari $40,000 adalah untuk pembelian pelampung dan unit penghangat yang hanya akan digunakan selama 9 bulan dalam setahun). Biaya lain yang berkaitan dengan kolam renang adalah gaji lifeguard sebesar $400 per bulan, asuransi tambahan $1,200 dan  biaya penghangatan $1,000 dan biaya perawatan sebesar $1,800. Jika usulan tersebut disetujui, lifeguard akan diperlukan selama 12 bulan. Namun jika usul tersebut tidak disetujui, penjaga hanya diperlukan selama 3 bulan musim panas (dari 15 Juni sampai 15 September), dan tidak diperlukan biaya penghangat ruangan.

(15)

Pemasalahan

1. Secara rata-rata, berapa banyak kamar yang harus disewakan setiap malam dalam musim ski supaya hotel mencapai titik breakeven?

2. Hotel penuh terisi pada akhir minggu selama musim ski. Jika seluruh harga kamar dinaikkan sebesar $5 pada malam-malam akhir minggu, tetapi tingkat occupancy turun menjadi 72 kamar, bukannya 80 kamar, berapakah nilai profit before taxes yang telah direvisi, berdasarkan Exhibit 1?

3. Berapa kenaikan contribution margin yang diusulkan per kamar disewa/hari selama off-season?

4. Untuk setiap alternative dalam kasus, buatlah daftar pengeluaran tahunan yang akan  bertambah atas keputusan yang diambil dari alternatif yang ada, tetapi yang tidak  berhubungan dengan biaya kamar/hari yang disewa.

5. Untuk setiap altenatif, hitunglah tingkat hunian yang diperlukan untuk mencapai titik  breakeven atas tambahan beban tahunan tersebut.

6. Alternatif apa yang Anda rekomendasikan?

7. Evaluasi profitabilitas Hotel sebagai sebuah investasi para pemiliknya. Apakah hal ini mempengaruhi jawaban Anda untuk Pertanyaan 6?

Pembahasan

1. Secara rata-rata, berapa banyak kamar yang harus disewakan setiap malam dalam musim ski supaya hotel mencapai titik breakeven?

Kami mengasumsikan bahwa laporan keuangan dalam Exhibit 1 merupakan laporan keuangan dengan jam operasional hanya pada musim ski.

Jumlah Kamar

50 Kamar Bagian Timur 30 Kamar Bagian Barat 80 Kamar

Jumlah hari : 120 hari

(16)

Penjabaran sesuai dengan Exhibit 1 (dengan total kamar selama setahun 7.860 kamar)

Total per Year Per Room Cost

Revenue $ 160,800.00 $ 20.46

Expense

- Cleaning Supplies $ 1,920.00 $ 0.25

- Linen Service - Singel Room $ 4,640.00 $ 0.60 - Linen Service - DoubeL Room $ 9,280.00 $ 1.21 - Electricity ($6.360 - $ 1.160) $ 5,200.00 $ 0.68 - Miscelaneous Expense (half) $ 3,657.00 $ 0.48

Total Variable Expense $ 24,697.00 $ 3.22

Contribution Margin 136,103.00 $ 17.72 Fixed Cost - Salari Manager $ 15,000.00 Manager's Wife $ 2,400.00 Desk Clerk $ 2,880.00 Maids (four) $ 7,200.00 - Total Salaries $ 27,480.00 - Payroll Taxes and Fringe Benefits $ 5,496.00

- Depreciation $ 30,000.00

- Property Tax $ 4,000.00

- Insurance $ 3,000.00

- Repair and Maintanance $ 17,204.00

- Telephones $ 1,160.00

- Interest on Mortgage(5%interest

rate) $ 21,716.00

- Miscelaneous Expense (half) $ 3,657.00

Total Fixed Expense $ 113,713.00

Profit berfore Federal Income Taxes $ 22,390.00 - Federal Income Taxes (48%) $ 10,747.20

NET INCOME $ 11,642.80

Break Even Point

= Fixed Expense / Contribution Margin Per Unit = $ 113.713 / $ 17.72

= $ 6.417.22

Room Night : Jumlah kamar x Jumlah hari x rata-rata pemakaian kamar selama musim ski : 80 kamar x 120 hari x 80%

(17)

 Note : Untuk Electricity (listrik)

Utilities $6.360

Telephone $290 x 4musim $1.160

Listrik $5.200

Jadi, kamar yang harus disewakan setiap malam dalam musim ski supaya hotel mencapai titik break even point adalah sebanyak 6.417 kamar.

2. Hotel penuh terisi pada akhir minggu selama musim ski. Jika seluruh harga kamar dinaikkan sebesar $5 pada malam-malam akhir minggu, tetapi tingkat occupancy  turun menjadi 72 kamar, bukannya 80 kamar, berapakah nilai  profit before taxes  yang telah direvisi,  berdasarkan Exhibit 1?

Weekend days (120 x 2/7) 34 roundling

Jika kita mau menaikkan harga $ 5 per malam Maka :

Menghasilkan tambahan $5/malam untuk 72 kamar per weekend night $ 12.240,00 Kehilangan rata-rata CM $18.40 per malam untuk 8 kamar yg tidak

disewakan $ 5.004,80

Incremental pre-tax profit $ 7.235.20

Original profit before taxes $ 22.390,00

Revised profit before taxes $ 29.625.20

 Nilai profit before taxes yang telah direvisi adalah$29.625.2

3. Berapa kenaikan contribution margin yang diusulkan per kamar disewa/hari selama off-season?

Asumsi : tingkat penyewaan kamar 40% setelah menggunakan jasa periklanan senilai $4.000 ($500 untuk 8 bulan), jasa iklan ini sesuai dengan anjuran dari Nyonya Kacheck

Jumlah kamar 30 kamar (sisi barat)

Kamar disewa 12 kamar

Jumlah hari 245 hari

Rasio Singel Room 2 dari 10 Rasio Doubel Room 8 dari 10

(18)

Contribution Margin = Total Revenue - Variable Cost

Berdasarkan perhitungan diatas, dapat dilihat bahwa Skyview Manor akan memperoleh contribution margin yang positif apabila tetap beroperasi selama off-season.Artinya dengan membuka hotel sisi barat selama off-season, perusahaan akan mampu mengurangi kerugian yang terjadi setiap bulannya selama off-season dibandingkan ketika  perusahaan tidak beroperasi total selama off-season.Namun demikian, sebelum perusahaan memutuskan untuk beroperasi selama off-season, perlu dipertimbangkan fixed cost yang harus ditanggung, termasuk incremental cost yang muncul.Selain itu, dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa contribution margin akan lebih tinggi dari kamar yang dihuni secara ganda (double), sehingga sebaiknya apabila perusahaan memutuskan untuk beroperasi selama off-season, perusahaan berusaha untuk mendorong penyewaan kamar secara double occupancy.

(19)

4. Untuk setiap alternative  dalam kasus, buatlah daftar pengeluaran tahunan yang akan  bertambah atas keputusan yang diambil dari alternatif yang ada, tetapi yang tidak  berhubungan dengan biaya kamar/hari yang disewa

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa atas setiap alternatif yang diambil, terdapat konsekuensi yang harus ditanggung oleh Skyview manor, yaitu berupa penambahan  biaya yang terjadi. Sehingga sebelum perusahaan memutuskan untuk mengambil suatu suatu keputusan dari alternatif yang ada, perlu dilakukan perhitungan terlebih dahulu apakah alternatif tersebut menguntungkan bagi perusahaan atau tidak. Selain pertimbangan keuntungan dalam jangka pendek, perlu diperhatikan keuntungan dalam jangka panjang. Misalnya terkait dengan pembukaan kolam renang, meskipun dalam jangka pendek apabila dilakukan hal tersebut kurang menguntungkan bagi perusahaan, perlu dipertimbangkan keuntungan dalam jangka panjang, termasuk terkait dengan strategi perusahaan untuk  berkompetisi dalam industri tersebut.

(20)

Selain itu karena estimasi pendapatan atas penyewaan kamar tidak dapat dilakukan secara akurat, maka perusahaan perlu mempertimbangkan juga hal tersebut dan mengambil langkah lebih lanjut untuk meminimalisir kesalahan estimasi. Misalnya dengan cara melakukan survei terhadap para penyewa ataupun masyarakat di sekitar daerah tersebut untuk mengetahui respon potensial dari alternatif tersebut. Selain perusahaan juga dapat mempertimbangkan cara untuk mendapatkan penambahan pendapatan (incremental revenue) dari alternatif yang ada. Misalnya terkait dengan kolam renang, adalah dengan cara membuka kolam renang tersebut untuk umum. Hal ini mungkin saja dapat meningkatkan pendapatan  bagi perusahaan, karena mungkin terdapat sebagian orang hanya ingin berenang saat waktu

luang, namun tidak berniat untuk menginap.

5. Untuk setiap altenatif, hitunglah tingkat hunian yang diperlukan untuk mencapai titik breakeven atas tambahan beban tahunan tersebut.

Alternatif 1 : Tetap buka hanya pada bulan –  bulan musim dingin (sesuai dengan diskusi  jawaban 1, maka dibutuhkan

occupancy rate

 sebesar 67% untuk mencapai BEP)

Jadi, untuk Alternatif 1, yaitu tetap menjalankan operasi hotel hanya pada musim ski, dibutuhkan occupancy rate sebesar 67% untuk mencapai titik breakeven, sebagaimana sudah dihitung dalam Jawaban Pertanyaan 1.

Sedangkan untuk Alternative 2, yaitu membuka operasi hotel juga selama off-season, dilakukan  penghitungan breakeven point   (BEP) dengan menggunakan incremental annual cost   dan  proposed increment contribution margin terkait dengan alternatif tersebut. Lalu, selama periode

(21)

ski. Ditemukanlah bahwa occupancy rate yang dibutuhkan adalah sebesar 18.34%.

Untuk Alternative 3, yaitu membangun kolam renang tertutup sehingga dapat dipakai selama 12 bulan dalam setahun, penghitungan BEP-nya menggunakan penjumlahan incremental annual cost   untuk Alternative 3, dan juga sekaligus incremental annual cost   untuk Alternative 2. Hal ini dikarenakan Alternative 3 dapat dijalankan hanya jika Alternative 2  pun dijalankan. Tujuan utama usulan kolam renang ini juga sejatinya untuk mendongkrak kemungkinan pencapaian occupancy rate  sebesar 30% pada off-season. Jumlah hari yang digunakan adalah 365 hari, yaitu seluruh hari selama setahun. Ditemukanlah bahwa occupancy rate  yang dibutuhkan adalah 9.62% untuk mencapai breakeven incremental annual costs.

Untuk Alternative 4, yaitu membangun kolam renang tidak tertutup sehingga hanya dapat digunakan selama tiga bulan musim panas, penghitungan BEP-nya juga menggunakan  penjumlahan incremental annual cost   untuk Alternative 4 dan incremental annual cost   untuk

Alternative 2. Hal ini dikarenakan Alternative 4 dapat dijalankan hanya jika Alternative 2 pun dijalankan. Jumlah hari yang digunakan adalah 245 hari, karena alternatif ini merupakan bagian integral dari Alternative 2 itu sendiri. Ditemukanlah bahwa occupancy rate  yang dibutuhkan adalah 29.23% untuk mencapai breakeven incremental annual costs.

6. Alternatif apa yang Anda rekomendasikan?

Berdasarkan hasil penghitungan di Jawaban Pertanyaan 5, Kami merekomendasikan untuk melaksanakan Alternatif 3, yaitu membuka hotel sepanjang tahun, ditambah dengan

(22)

 pembangunan kolam renang tertutup. Terdapat beberapa alasan yang mendasari rekomendasi Kami ini, yaitu:

a. Dibutuhkan occupancy rate  sebesar 9.62%, yang bernilai terkecil dibandingkan dengan occupancy rate  yang dibutuhkan oleh dua alternatif lainnya untuk mencapai titik breakeven. Dengan demikian, pencapaian titik tersebut lebih besar kemungkinannya.

 b. Kolam renang tersebut meski memiliki initial cost   yang cukup besar, tetapi memiliki kemampuan untuk mendukung posisi kompetisi Skyview Manor di pasar. Jadi, keputusan ini tidak hanya berdampak baik dalam jangka pendek, tetapi juga untuk jangka panjang.

c. Kolam renang ini dipercaya untuk menarik konsumen yang lebih banyak lagi, terutama untuk sepanjang musim off-season. Kemungkinan pencapaian occupancy rate  sebesar 30% akan lebih besar jika dibangun pula kolam renang ini. Hal ini juga membawa dampak baik dalam periklanan yang dibuat, karena publik akan memandang bahwa Skyview Manor mampu beradaptasi dengan lingkungan persaingan yang menuntut para  pemain untuk mampu membawa competitive advantage dibandingkan pesaingnya. Belum lagi, kolam renang yang tertutup ini dapat digunakan sepanjang tahun, sehingga selama musim dingin pun para penginap dapat melaksanakan kegiatan baru selain ski.

7. Evaluasi profitabilitas Hotel sebagai sebuah investasi para pemiliknya. Apakah hal ini mempengaruhi jawaban Anda untuk Pertanyaan 6?

Kami melakukan evaluasi profitabilitas dengan aspek Operating Profit Margin. Operating  profit margin  menunjukkan bagaimana kondisi kesehatan keuangan perusahaan, terutama

kekuatan pendapatan perusahaan dari operasinya saat ini. Rasio ini juga menunjukkan kemampuan manajemen untuk mengelola operasi untuk menjadi efektif dan efisien. Operating profit  adalah sumber utama dana untuk operasi, untuk itu peningkatan operating  profit dapat menunjukkan peningkatan kemampuan pengelolaan manajemen untuk

memberikan output yang terbaik untuk para stakeholders.

Karena rasio ini tidak memasukkan aspek pajak, kami merasa bahwa rasio ini lebih obyektif dibandingkan dengan rasio net profit margin. Berdasarkan Operating Statement akhir tahun 1962, berikut hasil penghitungannya:

(23)

Operating Profit Margin : Operating Profit (before tax) x 100%

: 14%

Jika Skyview Manor memutuskan untuk membuka penginapan sepanjang off-season  dan ingin meningkatkan, atau paling tidak mempertahankan rasio operating profit margin  ini, dibutuhkan occupancy rate yang di atas 9.62%, yang merupakan suatu hal yang tidak dapat dipastikan. Untuk itu, para pemilik Skyview Manor memiliki tambahan pertimbangan lagi, yaitu kemampuan perusahaan untuk menarik pelanggannya sehingga operating profit   perusahaan tetap prima.

Kami menyarankan bagi para pemilik perusahaan untuk mencoba membuka  penginapan sepanjang off-season  selama setahun dan sekaligus menilik minat pasar atas

kolam renang yang akan dibangun. Jika occupancy rate  selama setahun tersebut memadai untuk kebutuhan pencapaian target operasi perusahaan, program pembukaan sepanjang off- season  dapat dilanjutkan. Jika tidak, perusahaan dapat saja kembali ke operasi awal yang

hanya membuka penginapan selama musim dingin.

Terkait dengan kolam renang, setelah dilakukan proses menilik pasar, misalnya melalui survey, atau benchmarking   ke penginapan sejenis Skyview Manor, proses pembangunan kolam renang dapat dilakukan jika memang pasar memberikan respon positif. Jika tidak,  perusahaan dapat beralih ke hanya membuka hotel selama off-season, tanpa kolam renang, dan bekerja keras untuk mencapai titik occupancy rate  yang dibutuhkan untuk mencapai target operasi.

(24)
(25)

Daftar Pustaka

IAI. 2016. Modul Chartered Accountant Akuntansi Manajemen Lanjutan. Jakarta Pusat: IAI. https://www.scribd.com/document/265387965/Skyview-Manor-Fix (Diakses pada tanggal 22 Februari 2018)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak maksimal yang dapat dicapai bluetooth dari smartphone android untuk dapat saling berkomunikasi dengan modul bluetooth RN-42

Tempat : Ruang Bidang Perumahan dan Permukiman Dinas Tarkim Prov. AP

DI FA PUTRI JAMBI Jl.. CAKRA

TERBILANG : EMPAT RATUS TUJUH BELAS JUTA LIMA RATUS RIBU RUPIAH RENCANA ANGGARAN BIAYA KONSULTAN PERENCANA.. BILL

Kontribusi Total PAD Perbandingan Terhadap Total Belanja Daerah Kota Mojokerto Tahun 2001-2011 .... Komposisi Jenis Retribusi Daerah Kota Mojokerto

Tujuan menghasilkan sistem yang mendukung proses kinerja pada Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa khususnya dalam melakukan pelayananan terhadap donatur yaitu

Dalam proses membuat kartu anggota perpustakaan melalui aplikasi Senayan Library Management System (SLiMS), 10 orang mahasiswa yang peneliti uji dapat melakukan

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 48/M-IND/PER/5/2015 tentang Kriteria dan/atau Persyaratan dalam Implementasi Pemanfaatan