• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK PENCEMARAN MERKURI TERHADAP MEDIA GEOLOGI PADA PERTAMBANGAN RAKYAT DI BANYUMAS, JAWA TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAMPAK PENCEMARAN MERKURI TERHADAP MEDIA GEOLOGI PADA PERTAMBANGAN RAKYAT DI BANYUMAS, JAWA TENGAH"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

M1O-08

DAMPAK PENCEMARAN MERKURI TERHADAP MEDIA

GEOLOGI PADA PERTAMBANGAN RAKYAT DI BANYUMAS,

JAWA TENGAH

Fraga Luzmi Fahmi1*, Wawan Budianta1**, Arifudin Idrus1***

Geological Engineering Department, Gadjah Mada University, Jln. Grafika No. 2, Yogyakarta, 55281, *Email: fraga.luzmi.fahmi@gmail.com, **Email:wbudianta@ugm.ac.id, ***Email: arif.idrus@gmail.com

Diterima 30 Oktober 2014

Abstrak

Dampak pencemaran merkuri pada tambang emas tradisional di Banyumas, Jawa Tengah, dipelajari khususnya pada tanah, air permukaan dan airtanah. Penelitian bertujuan meneliti sejauh mana tingkat dan penyebaran merkuri pada media geologi seperti tanah, airtanah dan air permukaan di daerah penelitian. Sampel diambil dari beberapa lokasi secara sistematis di daerah penelitian dan kemudian dianalisis di laboratorium. Keberadaan merkuri secara alamiah terdeteksi pada batuan termineralisasi di daerah penelitian, namun memberikan kontribusi yang tidak signifikan. Merkuri yang berasal dari kegiatn pertambangan memberikan kontribusi yang lebih nyata terhadap pencemaran merkuri yang terjadi di daerah penelitian. Hasil penelitian menunjukkan penyebaran merkuri dalam media geologi telah terjadi dan dituangkan dalam peta penyebaran merkuri. Faktor geologi terutama permeabilitas tanah dan aliran permukaan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penyebaran merkuri pada media geologi di daerah penelitian.

Kata Kunci: pencemaran, merkuri, media geologi, tambang emas tradisional, penyebaran merkuri,

Pendahuluan

Penambangan skala kecil atau penambangan tradisional banyak dijumpai di negara-negara berkembang yang memiliki potensi sumber daya emas. Perkembangan jumlah penambangan emas seiring dengan peningkatan eksplorasi dan penemuan lokasi penambangan baru, yang umumnya dijumpai di negara berkembang. Negara-negara di Asia dan Afrika menjadi produsen utama emas dunia berdasarkan data produksi emas dunia pada tahun 2011, seperti China (13,1%), Australia (10,0%), Amerika Serikat (8,85%), Rusia (7,4%), Afrika Selatan (7,0%), Peru (5,6%), Indonesia (4,4%), Kanada (4,1%), Ghana (3,7%), Uzbekistan (3,3%), dan negara lainnya (32,5 %) (www.goldsheetlink.com). Modal dan teknologi yang minim tidak mengurangi keinginan untuk melakukan penambangan. Praktik ini banyak dikenal dengan penambangan emas skala kecil atau penambangan emas rakyat atau tradisional (artisanal small scale gold mining - ASGM). Penambang emas skala kecil banyak menggunakan merkuri atau air raksa (Hg) dalam proses penambangan emas. Penggunaan merkuri untuk kegiatan tersebut banyak yang tidak diawasi dan dilakukan secara bebas. Oleh sebab itu, perlu dilakukan kajian terhadap merkuri dalam pertambangan emas tradisional dan dampaknya terhadap lingkungan serta penaganannya. Pemakaian merkuri untuk mengekstraksi emas dalam pertambangan emas skala kecil, khususnya di Indonesia, sudah menunjukkan indikasi membahayakan dan bisa dikatakan sebagai bencana lingkungan [1].

(2)

Indonesia merupakan negara terbesar ketiga di dunia yang sudah mengalami polusi Hg setelah Cina dan Pillipina [4].

Sejumlah kasus pencemaran merkuri yang dihasilkan dari proses pertambangan emas di Indonesia telah terindikasi menyebabkan pencemaran lingkungan seperti di di Desa Kalirejo, Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo [7], perairan laut Teluk Buyat, Kecamatan Kotabunan, Kabupaten Bolaang Mongondow [6], Dimembe, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara [11], Sungai Na’e, Desa Pesa, Kecamatan Wawo, Kabupaten Bima, NTB [10], Poboya, Palu, Sulawesi Tengah [5].

Salah satu prioritas riset Universitas Gadjah Mada (UGM) adalah penyelamatan lingkungan kritis serta pengelolaan bencana dan lingkungan. Permasalahan mengenai pencemaran merkuri di pertambangan tradisional tentunya menjadi topik yang relevan dengan prioritas riset UGM. Ditambah pula, salah satu langkah strategis yang ditetapkan United Nations Environment Programme (UNEP) untuk mengurangi dampak lingkungan adalah dengan memantau tingkat pencemaran merkuri pada lokasi dan di sekitar lokasi penambangan emas sebagai salah satu tahapan dalam rencana strategis nasional dalam pengurangan merkuri pada penambangan emas skala kecil (ASGM).

Alasan lainnya yang juga menjadi pertimbangan perlunya penelitian di pertambangan emas tradisional di daerah Banyumas dan penanganannya adalah karena:

1. Daerah lokasi penambangan merupakan penambangan emas primer yang relatif baru yaitu sekitar lima tahun terakhir, jika dibandingkan dengan penambangan emas tradisional lainnya yang sudah lama khususnya di Jawa, seperti Kokap Kulon Progo, Selogiri Wonogiri dan Pongkor Jawa Barat, sehingga penelitian yang berkaitan dengan topik yang diajukan masih sangat terbatas. Beberapa penelitian sudah dilakukan, namun hanya terbatas pada dampak yang spesifik dan belum dlilakukan secara komprehensif [15].

2. Daerah penelitian berdekatan dengan perumahan penduduk dan pusat keramaian/ aktivitas masyarakat serta berdekatan dengan hulu sungai yang mengalir menuju daerah hilir dan dipergunakan untuk kepentingan masyarakat sehari-hari.

3. Air tanah dan air sungai di daerah penelitian masih banyak dimanfaatkan untuk keperluan air minum dan kebutuhan sehari-hari masyarakat di sekitar lokasi penambangan emas.

4. Material alam seperti zeolit yang banyak tersedia belum banyak dipergunakan secara optimal untuk meremediasi merkuri sebagai akibat dari kegiatan pertambangan tradisional.

Lokasi penelitian berada pada area tambang rakyat Paningkaban-Cihonje dan sekitarnya yang secara administratif berada di Desa Paningkaban, Desa Cihonje dan Desa Gancang, Kecamatan Gumelar, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah, seperti terlihat pada Gambar 1.

Penelitian dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pencemaran merkuri pada air permukaan, air tanah, sedimen, dan tanah, yang disebabkan oleh praktik penambangan emas tradisional. Penelitian ini dibatasi dengan meneliti dampak pencemaran merkuri pada media geologi, seperti tanah, airtanah dan air permukaan.

Hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi masyarakat di daerah penelitian, untuk memberikan informasi mengenai sebarapa jauh tingkat pencemaran merkuri di lingkungan tempat tinggal mereka. Bagi pemerintah setempat, penelitian ini akan bermanfaat sebagai landasan untuk mengambil kebijakan dalam rangka mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkan akibat dari pencemaran merkuri.

(3)

Geologi Daerah Penelitian

Geologi daerah penelitian secara regional telah dilakukan oleh [14] serta [13] yang mana di daerah penelitian yang termasuk dalam batuan sedimen turbidit Formasi Halang. [12] menerangkan adanya mineralisasi tipe kuarsa-karbonat-logam dasar yang dijumpai pada batuan berumur Miosen Tengah-Atas pada Formasi Halang. [15] menjelaskan mengenai potensi sumber daya dan cadangan bahan tambang di Kabupaten Banyumas. Salah satu potensi bahan tambang ialah emas yang terdapat di Desa Gancang, Karang Alang, dan Cihonje. [9] mengidentifikasi mengenai geologi, alterasi, mineraliasasi bijih, dan karakterisasi fluida hidrotermal di daerah Desa Cihonje dan Paningkaban, Kecamatan Gumelar. Berdasarkan data penelitian tersebut, tipe endapan emas di daerah penelitian merupakan endapan epitermal sulfidasi rendah dengan tipe carbonate – base metal gold.

Satuan batuan di daerah ini dibagi menjadi 3 satuan batuan, sedangkan [9] yang memetakan pada daerah yang sama hanya membagi menjadi 2 satuan batuan. Pada penelitian ini, satuan batupasir graywacke dan satuan perselingan batulempung-batulanau. Stratigrafi daerah penelitian terdiri dari satuan batuan dari yang tertua hingga termuda yang juga dapat dilihat pada peta geologi (Gambar 2), yaitu: satuan batupasir graywacke, satuan perselingan batulempung-batulanau, satuan tuf lempungan.

Secara megaskopis, satuan batupasir graywacke mempunyai ciri litologi berwarna abu-abu, kemas tertutup, sortasi baik, kompak, ukuran butir dari pasir halus sampai pasir sangat kasar, matriks berupa material sedimen dan gelas vulkanik, sedangkan komposisi fragmen berupa plagioklas dan piroksen. Pada beberapa lapisan batuan ini ditemukan kandungan mineral karbonat. Sedangkan batulempung umumnya mempunyai ciri litologi berwarna coklat muda – coklat kekuningan, dengan komposisi tersusun oleh material sedimen berukuran lempung. Pada beberapa lapisan, dijumpai perulangan gradasi pada batulanau yang menghalus menjadi batulempung. Satuan tuf lempungan memiliki kenampakan dengan warna putih hingga kekuningan, berlapis baik hingga buruk, memiliki ukuran butir matriks <1mm dan fragmen antara 1 - 5 cm, tidak menunjukkan gradasi ukuran butir, dan memiliki berat jenis yang ringan yang disebabkan oleh kandungan gelas vulkanik.

[13] dan [14] menunjukkan bahwa di daerah sekitar Banyumas terdapat perlipatan yang mempengaruhi batuan Neogen Muda dengan arah hampir utama hampir barat-laut. Beberapa lipatan yang arah sumbu lipatannya acak dipengaruhi oleh sesar-sesar regional. Pada daerah penelitian terdapat struktur geologi antara lain berupa kekar, sesar, dan lipatan. Struktur kekar berupa kekar gerus dan kekar ekstensi. Struktur lipatan yaitu Antiklin Ratadawa, Sinklin Cihonje, dan Sinklin Dawuhan. Struktur sesar berupa Sesar Geser Kiri Babakan, Sesar Geser Kiri Paningkaban, Sesar Geser Kanan Panaruban, Sesar Turun dan Sesar Naik Tajum.

Metode Penelitian

1. Tahap Kajian Pustaka

Tahapan ini terdiri dari pencarian, pengumpulan, dan pengkajian landasan teori, literatur penelitian terdahulu dan data sekunder yang berkaitan dengan daerah penelitian.

2. Tahap Pengambilan Data Lapangan

Pada tahapan ini dilakukan pengambilan data yang diperoleh dari kegiatan survei di lokasi daerah penelitian. Pengambilan data lapangan meliputi tiga kategori utama yang ditunjukkan pada Tabel 1 berikut ini:

(4)

Pada tahapan ini juga dilakukan pengambilan conto yang akan diuji kandungan merkurinya. Pengambilan data lapangan meliputi pengambilan data XRF dengan peralatan portable XRF dan alat ukur infiltrasi (infiltrometer Turf Tec).

3. Tahap Pengujian Laboratorium

Pada tahapan ini dilakukan pengujian terhadap data lapangan dan sampel. Pengujian kadar merkuri (Hg) pada sejumlah sampel dilakukan dari data portable XRF dan AAS (Atomic Absorption Spectrometry). Analisis laboratorium untuk mengetahui kadar merkuri (Hg) dilakukan dengan metode Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) yang dilakukan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jenis alat yang digunakan adalah Analytik Jena ZEEnit 700 dengan sistem hidrida HS60. Pengujian kadar merkuri dengan metode AAS dilakukan baik pada sampel mineral bijih, maupun media pencemar: mineral bijih, tailing, tanah/batuan, air sungai, dan air tanah Data geologi dianalisis melalui analisa citra satelit dan peta topografi, deskripsi batuan di laboratorium dengan metode petrologi makroskopik dan petrografi.

4. Tahap Analisis Data dan Interpretasi

Data yang diperoleh dari hasil pengambilan data lapangan dan uji laboratorium dianalisa dan dihubungkan dengan kajian pustaka yang telah diperoleh untuk mendapatkan hasil dan kesimpulan penelitian. Tahapan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi geologi daerah penelitian dan aktivitas manusia dalam proses penambangan, lalu menghubungkannya dengan tingkat pencemaran di daerah tersebut, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hasil dan pembahasan penelitian didasarkan pada hasil uji laboratorium dan data lapangan menggunakan peralatan geologi lapangan, portable XRF, dan uji laboratorium dengan metode AAS.

Tahapan penelitian iini secara komprehensif dapat dilihat pada skema penelitian pada Gambar 3.

Pengutaraan Data

Lokasi dan Wilayah Penambangan dan Pengolahan Bijih Emas

Lokasi penambangan dan pengolahan secara administratif termasuk ke dalam wilayah Desa Cihonje dan Desa Paningkaban, Kecamatan Gumelar, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Penyebaran lokasi penambangan ini memanjang ke arah barat-timur, mengikuti pola penyebaran urat-urat mineralisasi yang dijumpai. Berdasarkan pengamatan, bangunan yang digunakan untuk penambangan dan pengolahan emas ini memiliki ciri khas dari atap berupa terpal berwarna biru. Lokasi yang dijadikan penambangan memiliki ciri khas berupa lubang penggalian vertikal yang menerus ke bawah berupa terowongan dengan diamater sekitar 1,0 – 1,5 meter, yang terkadang disertai katrol untuk menarik batuan/bijih emas.

Kondisi Tata Guna Lahan di Daerah Penelitian

Dari hasil pengamatan lapangan dan interpretasi citra satelit, maka dapat diklasifikasikan tata guna lahan di daerah penelitian. Di daerah Cihonje – Paningkaban, penggunaan lahan didominasi oleh perkebunan. Umumnya daerah ini ditanami tanaman kayu berdiamater antar 20 – 30 meter, dan banyak berupa tanaman kayu. Daerah pemukiman juga mendominasi dengan penyebaran yang setempat-setempat, menyebar di daerh selatan, utara, dan barat laut pada peta. Di bagian lain, lahan di daerah penelitian dimanfaatkan sebagai persawahan baik sawah irigasi maupun sawah tadah hujan dan tegalan.

(5)

Kadar dan Sebaran Merkuri pada Mineral Bijih

Pengambilan sampel dilakukan pada daerah yang dijumpai adanya urat-urat yang dimungkinkan membawa mineral – mineral logam dan unsur lainnya, termasuk merkuri (Hg). Kadar merkuri dari sampel diperoleh dari hasil pengujian laboratorium dengan metode AAS (Atomic Absorption Spectroscopy). Hasil pengukuran kadar merkuri pada 3 sampel mineral bijih dengan kode sampel PWT 02A, PWT 02B, dan PWT 03 menunjukkan nilai yang bervariasi masing-masing 0,007 ppm, 0,012 ppm, dan 0,005 ppm. Dari ketiga sampel tersebut, rata-rata nilainya sebesar 0,008 ppm. Lokasi (koordinat) pengambilan sampel dan kadar merkuri pada sampel dapat dilihat pada Tabel 2.

Kadar dan Sebaran Merkuri pada Mineral Tailing

Pengambilan sampel di daerah penelitian diutamakan pada daerah yang banyak dijumpai alat-alat gelundung atau tromol yang digunakan untuk menghancurkan mineral bijih emas. Hasil pengolahan mesin tersebut membentuk suatu batuan berbutir halus berukuran lempung-lanau berwarna keabu-abuan bergantung dari warna batuan asalnya, yang dikenal dengan istilah tailing. Hasil pengukuran kadar merkuri pada sampel tailing dapat dilihat pada Tabel 3, dan penyebarannya pada peta dapat dilihat pada Gambar 5.

Kadar merkuri yang diperoleh dari media tailing memiliki nilai yang tinggi, yaitu pada rentang 7,49 – 604,00 ppm. Dari kedua metode pengukuran tersebut, hasil pengukuran dengan metode Portable XRF memiliki pembacaan pengukuran yang lebih besar. Perbandingan antara hasil pengukuran dengan Portable XRF dan AAS memiliki rentang yang cukup jauh berbeda, dimana pengukuran kadar merkuri pada 20 sampel dengan Portable XRF memberikan hasil antara 27,05 – 604,0 ppm, sedangkan 2 sampel yang diuji dengan AAS masing-masing memberikan hasil 7,493 ppm (sampel SS-001) dan 12,782 ppm (sampel SS-008). Hasil tersebut mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan nilai yang signifikan antara pengukuran dengan metode Portable XRF dengan metode AAS. Hasil yang diberikan dari pengukuran AAS dapat mencapai ketelitian 3 desimal, sedangkan Portable XRF hanya 1 desimal. Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah perlu adanya koreksi pada pengukuran lapangan dengan metode XRF tipe Portable. Dengan mengabaikan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai pengukuran kadar merkuri, hasil pengukuran degnan kedua metode tetap dapat dijadikan acuan dalam penelitian. Nilai rata-rata pengukuran dengan metode AAS sebesar 10,138 ppm, sedangkan metode Portable XRF sebesar 138,423 ppm.

Kadar dan Sebaran Merkuri pada Tanah dan Batuan

Sampel tanah yang diambil di daerah penelitian berupa hasil pelapukan batuan yang terdiri dari batulempung karbonatan, batulempung pasiran, batulanau. Kondisi batuan di lapangan banyak yang dijumpai telah mengalami perubahan menjadi tanah. Kadar dan sebaran merkuri pada tanah dan batuan secara langsung di lapangan diperoleh dari hasil pengukuran dengan metode Portable XRF dan uji AAS. Hasil pengukuran dan lokasi pengambilan sampel tanah dan batuan disajikan pada Tabel 4.

Dari data tersebut terlihat bahwa nilai pengukuran dengan metode Portable XRF lebih tinggi daripada hasil pengukuran dengan metode AAS. Hasil pengukuran kadar dengan metode Portable XRF memiliki rata-rata 72,8 ppm. Sampel S-1, S-10, dan S-6 memperlihatkan hasil hampir sama, yaitu pada rentang 48,0 - 62,0 ppm. Kadar merkuri yang tinggi dijumpai pada sampel S-5 dan S-8 masing-masing 97,0 ppm dan 102,0 ppm.

(6)

Kadar dan Sebaran Merkuri pada Sedimen Sungai

Hasil dari pengukuran kadar merkuri pada sedimen sungai di Sungai Tajum, yang berada di sekitar lokasi penambangan emas tradisional di Desa Cihonje dan Desa Paningkaban memiliki rentang nilai 6,993 – 11,886 ppm. Kadar merkuri tertinggi dijumpai pada sampel SS-002 dan SS-010, dengan kadar masing-masing mencapai 11,886 ppm dan 11,812 ppm. Hasil pengukuran dan lokasi pengambilan sampel tanah dan batuan disajikan pada penyebarannya pada peta dapat dilihat pada Tabel 5.

Kadar dan Sebaran Merkuri pada Air Sungai

Kadar merkuri yang berasal dari sampel air Sungai Tajum di Desa Cihonje dan Paningkaban memiliki rentang nilai 0,479 – 1,928 ppm. Nilai tersebut memiliki variasi apabila dimasukkan data spasial yang berhubungan dengan lokasi titik pengambilan sampel. Kadar dan sebaran merkuri pada sampel air sungai dapat dilihat pada Tabel 6.

Kadar dan Sebaran Merkuri pada Air Tanah

Hasil pengukuran kadar merkuri pada air tanah di Desa Cihonje dan Desa Paningkaban memberikan hasil yang rentang dari 0,219 ppm sampai dengan 1,574 ppm dari data 7 sampel air tanah. Nilai rata-rata dari ketujuh sampel air tanah tersebut adalah 0,867 ppm. Ketujuh pengukuran diperoleh dari uji laboratorium dengan metode AAS. Dibandingkan dengan jenis sampel yang lain, kadar merkuri paling rendah dijumpai pada jenis sampel air tanah. Hasil pengukuran kadar merkuri dan lokasi pengambilan sampelnya dapat dilihat pada Tabel 7.

Pembahasan

Dalam penelitian ini, dapat diklasifikasikan menjadi 6 jenis sampel yang diuji kadar merkurinya, yaitu: urat/mineral bijih emas, tailing, tanah dan batuan, sedimen sungai, air sungai, dan air tanah. Dari keenam jenis sampel tersebut, 4 jenis sampel diantaranya merupakan sampel padatan (solid) dan 2 lainnya berupa zat cair (liquid). Sampel yang termasuk dalam zat padat terdiri dari: urat/mineral bijih, tailing, tanah dan batuan, dan sedimen sungai. Sampel yang termasuk dalam zat cair adalah air sungai dan air tanah. Jenis sampel, banyaknya sampel, rentang kadar merkuri, dan rata-rata kadar merkuri pada tiap sampel disajikan pada Tabel 8 berikut:

Perbandingan dari hasil pengukuran kadar merkuri pada berbagai jenis sampel dapat memberikan variasi kadar merkuri pada berbagai jenis sampel. Dari data tersebut, dapat terlihat bahwa sampel tailing dan tanah/batuan memiliki rata-rata kadar merkuri yang lebih tinggi dibanding dengan sampel lainnya. Kadar rata-rata merkuri pada seluruh sampel tailing sebesar 126,761 ppm, sedangkan pada sampel tanah/batuan memiliki rata-rata kadar merkuri sebesar 72,800 ppm. Nilai rata-rata kadar merkuri terendah dijumpai pada sampel air sungai, yaitu sebesar 1,003 ppm dan pada sampel air tanah sebesar 0,867 ppm.

Penyebaran merkuri secara alamiah dikontrol oleh proses alam yang terjadi baik melalui persitiwa geologi yang mengubah tatanan geokimia maupun siklus hidrologi yang membant proses transportasi zat pencemar. Pencemaran merkuri yang masuk ke dalam batuan dan air tanah dikontrol oleh penyebaran urat-urat yang berasal dari proses mineralisasi hidrotermal di daerah penelitian. Proses penyebaran urat-urat ini umumnya dikontrol oleh adanya rongga atau zona lemah yang disebabkan oleh struktur geologi. Fluida hidrotermal yang mengisi pada kekar maupun sesar dapat mengendapkan mineral logam emas dan mineral bijih lainnya serta unsur-unsur yang berasosiasi dengan proses mineralisasi tersebut [9]. Penyebaran merkuri yang mengalami kontak dengan air tanah akan mengikuti penyebaran urat-urat yang terbentuk akibat proses mineralisasi.

(7)

Pergerakan aliran air permukaanakan mengikuti gradien hidraulik, dimana air akan bergerak menuju daerah dengan gradien hidraulik yang lebih rendah. Dalam penelitian ini, aliran air permukaan bergerak menuju lembah sungai. Selanjutnya logam berat merkuri terendapkan bersama sedimen sungai. Mekanisme transport pada air sungai dan sedimen sungai banyak dipengaruhi oleh kecepatan air sungai. Kecepatan air biasanya mencapai maksimum di sekitar bagian tengah dan pada bagian dasar akan mengalami penurunan karena adanya gesekan [8].

Penyebaran merkuri yang dikontrol oleh faktor non alamiah berasal dari aktivitas manusia yang menyebabkan peningkatan kadar merkuri dalam kadar yang jauh melebihi ambang batas lingkungan hidup. Logam berat merkuri yang masuk ke lingkungan berasal dari lokasi pengolahan mineral bijih emas. Persebaran ini dikontrol oleh aktivitas manusia yang menempatkan lokasi pengolahan bijih emas yang umumnya berdekatan dengan lokasi penggalian bijih. Proses penyebaran merkuri dari data-data penelitian tersebut pada media geologi dari berbagai sampel yang diteliti dapat dimodelkan seperti pada peta berikut (Gambar 3).

Kesimpulan dan Saran

Dari hasil analisa spasial data kadar merkuri dan lokasi pengambilan sampelnya, maka dapat disimpulkan bahwa kadar merkuri yang tinggi ditemukan pada tailing, tanah, dan batuan yang berada di area penambangan emas tradisional di wilayah Desa Paningkaban dan Desa Cihonje, Kecamatan Gumelar, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Kadar merkuri tertinggi pada sampel sedimen sungai dan air tanah ditemukan pada 2 daerah utama, yaitu di Desa Cihonje dan Desa Paningkaban, yang berdekatan dengan lokasi pengolahan bijih emas.

Dari hasil penelitian ini, kadar merkuri menjadi lebih tinggi di atas baku mutu lingkungan (0,001 ppm). Merkuri yang berasal dari kegiatn pertambangan memberikan kontribusi yang lebih nyata terhadap pencemaran merkuri yang terjadi di daerah penelitian. Hasil penelitian menunjukkan penyebaran merkuri dalam media geologi telah terjadi dan dituangkan dalam peta penyebaran merkuri.

Oleh sebab itu, penelitian mengenai kadar dan sebaran merkuri di daerah penelitian ini harus dilakukan peningkatan dan perbaikan kepada peneliti berikutnya antara lain dengan: menambah jumlah sampel dan menambah luas titik pengambilan, membandingkan pengukuran kadar merkuri dengan dua metode yang berbeda, mendistribusikan pengambilan sampel pada tanah dan batuan, menambah luas daerah penelitian untuk mengetahui kadar dan sebaran merkuri.

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik UGM atas dukungan pendanaan dalam kegiatan penelitian ini. Kami juga berterima kasih kepada Balai Besar Laboratorium Kesehatan Kemenkes RI di Surabaya atas dukungan peralatan dan analisis laboratorium yang mendukung penelitian ini.

Daftar Pustaka

[1] C. Aspinall, “Small-scale Mining in Indonesia,” International Institute for Environment and Development, Mining Minerals and Sustainable Development Report, Jakarta, 2001.

(8)

[3] K. Telmer dan M. Veiga, “World Emissions of Mercury From Artisanal And Small Scale Gold Mining,” UNEP, 2008.

[4] UNEP (United Nations Environment Programme), “Reducing Mercury Use in Artisanal and Small Scale Gold Mining,” http://www.unep.org/hazardoussubstances/ [5] Mirdat, Y. S. Patadungan dan Isrun, “Status Logam Berat Merkuri (Hg) dalam Tanah

pada Kawasan Pengolahan Tambang Emas di Kelurahan Poboya, Kota Palu,,” e-J. Agrotekbis, vol. 1 Juni 2013, no. (2) , pp. 127-134, 2013.

[6] K. Lutfillah, “Kasus Newmont (Pencemaran di Teluk Buyat),” Jurnal Kybernan, vol. Vol. 2, no. No. 1, Maret 2011, 2011.

[7] R. Larasati, P. Setyono dan K. A. Sambowo, “Evaluasi Ekonomi Eksternalitas Penggunaan Merkuri pada Pertambangan Emas Rakyat dan Peran Pemerintah Daerah Mengatasi Pencemaran Merkuri (Studi Kasus Pertambangan Emas Rakyat di Kecamatan Kokap Kulon Progo),” 2012.

[8] H. F. Hemond dan E. J. Fechner-Levy, Chemical Fate and Transport in the Environment, second penyunt., San Diego, California: Academic Press, 2000.

[9] F. Hakim, "Geologi, Alterasi, Mineralisasi Bijih, dan Karakteristik Fluida Hidrotermal pada Endapan Emas Epitermal Sulfidasi Rendah di Daerah Cihonje-Paningkaban, Kecamatan Gumelar, Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah," Skripsi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta, 2014.

[10] M. Fatoni, “Kajian Kadar Merkuri (Hg) dalam Air pada Sungai Na’e Akibat Pengolahan Tambang Rakyat Bijih Emas di Desa Pesa Kecamatan Wawo Kabupaten Bima NTB,” 2012.

[11] H. Sumual, “Karakterisasi Limbah Tambang Emas Rakyat Dimembe Kabupaten Minahasa Utara,” AGRITEK, vol. VOL. 17, no. NO. 5 SEPTEMBER 2009,, 2009. [12] S. Prihatmoko, S. Digdowirogo and D. Kusumanto, "Potensi cebakan mineral di Jawa

Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta," in Proceedings XXXII Annual Convention of the Indonesian Association of Geologists (IAGI), 2002.

[13] Kastowo, “Peta Geologi Lembar Majenang, Jawa, Skala 1:100.000,” Direktorat Geologi, Departemen Pertambangan Indonesia, Bandung, 1975.

[14] M. Djuri, H. Samodra dan S. Gafoer, “Peta Geologi Lembar Purwokerto dan Tegal, Jawa, Skala 1:100.000,” Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung, 1996.

[15] R. Hutamadi dan Mulyana, “Evaluasi Sumberdaya dan Cadangan Bahan Galian untuk Pertambangan Sekala Kecil, Daerah Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Proceeding Pemaparan Hasil-Hasil Kegiatan Lapangan dan Non Lapangan Tahun 2006,” Pusat Sumberdaya Geologi, Bandung, 2006.

(9)

Tabel 1. Data yang diambil saat tahapan pengambilan data lapangan.

Data Geologi Data Spasial Data Sumber dan

Media Pencemaran

1. Relief & kelerengan 2. Litologi 3. Stratigrafi 4. Struktur geologi 1. Lokasi penambangan 2. Lokasi pengolahan 3. Titik sumber pencemaran 4. Lokasi perumahan penduduk 1. Mineral bijih 2. Air sungai 3. Air tanah 4. Tailing 5. Sedimen Sungai, 6. Tanah & Batuan

Tabel 2. Hasil pengukuran kadar merkuri pada sampel mineral bijih beserta koordinatnya.

Pengujian kadar merkuri menggunakan metode AAS. Detection limit AAS = 0,001 ppm.

No Kode Sampel Koordinat Hg (ppm) x y 1 PWT-02A 279236 9179710 0,007 2 PWT-02B 279181 9179737 0,012 3 PWT-03 279095 9179879 0,005

Tabel 3. Hasil pengukuran kadar merkuri pada sampel tailing, beserta koordinat dan

metode pengujiannya (detection limit AAS = 0,001 ppm, P-XRF=0,01 ppm)

No Kode Sampel Koordinat Hg (ppm) Metode x y 1 SS-001 279102 9179911 12,782 AAS 2 SS-008 279117 9179894 7,493 AAS 3 T-02 279147 9179938 94,000 P-XRF 4 T-03 279114 9179923 240,333 P-XRF 5 T-04 279136 9179897 64,000 P-XRF 6 T-05 279123 9179918 352,333 P-XRF 7 T-06 279093 9179866 27,500 P-XRF 8 T-07 279098 9179889 55,667 P-XRF 9 T-09 279120 9179868 29,000 P-XRF 10 T-10 279050 9179874 37,667 P-XRF 11 T-11 279119 9179813 92,000 P-XRF 12 T-13 279148 9179794 340,667 P-XRF 13 T-14 279091 9179722 105,500 P-XRF 14 T-15 278968 9179756 52,000 P-XRF 15 T-16 279187 9180029 132,000 P-XRF 16 T-19 279116 9180052 109,300 P-XRF 17 T-20 279131 9180077 96,000 P-XRF 18 T-22 279142 9180100 604,000 P-XRF 19 T-23 279122 9180108 141,700 P-XRF 20 T-25 279094 9180107 85,000 P-XRF

(10)

Tabel 4. Hasil pengukuran kadar merkuri pada sampel tanah dan batuan, beserta koordinat

dan metode pengujiannya. (detection limit AAS = 0,001 ppm, P-XRF=0,01 ppm)

No Kode Sampel Litologi Koordinat Hg (ppm) Metode x y 1 S-1 Lempung lanauan 279151 9179930 48,00 P-XRF 2 S-10 Lempung 279190 9180029 55,00 P-XRF 3 S-5 Lempung pasiran 279115 9179909 97,00 P-XRF 4 S-6 Lempung lanauan 279080 9179875 62,00 P-XRF 5 S-8 Lempung pasiran 279146 9179794 102,00 P-XRF 6 SS-004 Lempung 279160 9180091 11,75 AAS

Tabel 5. Hasil pengukuran kadar merkuri pada sampel sedimen sungai di Sungai Tajum.

Detection limit AAS = 0,001 ppm

No Kode Sampel Koordinat Hg (ppm) x y 1 SS-002 278782 9179785 11,886 2 SS-003 279305 9180794 10,938 3 SS-005 278327 9180349 8,024 4 SS-006 278969 9179327 7,673 5 SS-007 278688 9179031 6,993 6 SS-009 278802 9180772 10,904 7 SS-010 278719 9179646 11,812

Tabel 6. Hasil pengukuran kadar merkuri pada sampel air sungai di Sungai Tajum.

No Kode Sampel Koordinat Hg (ppm) x y 1 SW-001 278782 9179785 1,509 2 SW-002 279305 9180794 1,928 3 SW-003 278327 9180349 0,752 4 SW-004 278969 9179327 0,522 5 SW-005 278688 9179031 0,479 6 SW-006 279117 9179894 0,695 7 SW-007 278802 9180772 0,862 8 SW-008 278719 9179646 1,280

(11)

Tabel 7. Hasil pengukuran kadar merkuri pada sampel air sungai di Sungai Tajum. No Kode Sampel Koordinat Hg (ppm) Kedalaman MAT (m) x y 1 GW-001 279102 9179911 1,574 23,0 2 GW-002 278775 9179760 0,479 6,5 3 GW-003 279259 9180699 1,419 15,3 4 GW-004 279160 9180091 1,381 23,6 5 GW-005 279187 9179562 0,609 12,4 6 GW-006 279761 9179618 0,219 13,2 7 GW-007 279836 9179584 0,385 32,4

Tabel 8. Perbandingan jenis sampel dan kadar merkuri di dalam penelitian.

No. Jenis Sampel Banyak Sampel Rentang Kadar Merkuri (ppm) Rata-rata kadar merkuri (ppm) 1 Urat/mineral bijih 3 0,005 – 0,012 0,008 2 Tailing 22 7,493 - 604,000 126,761

3 Tanah dan Batuan 6 11,748 - 102,000 72,800

4 Sedimen Sungai 7 7,673 - 11,886 9,747

5 Air Sungai 8 0,479 - 1,928 1,003

(12)

Gambar 2. Peta geologi daerah penelitian dan sayatan geologinya.

Gambar 3. Peta model konseptual penyebaran pencemaran merkuri pada permukaan,

da ri

sumber pencemaran hingga penyebaran melalui air sungai dan sedimen sungai. Lingkaran merah ( ) menunjukkan dua titik masuknya pencemar ke dalam sungai.

(13)

TAHAP PENGAMBILAN DATA LAPANGAN TAHAP KAJIAN PUSTAKA TAHAP PENGUJIAN LABORATORIUM TAHAP ANALISIS DATA DAN INTERPRETASI TAHAP PENYUSUNAN LAPORAN

Pengambila Data Lapangan

Data Geologi dan Geomorfologi

1. Relief & kelerengan 2. Litologi 3. Stratigrafi 4. Struktur geologi Data Media Pencemaran 1. Mineral Bijih 2. Air permukaan 3. Air tanah 4. Tailing

5. Sedimen & tanah

Uji petrografi dan uji infiltrasi

Kajian Pustaka

1. Dasar teori dan konsep pencemaran merkuri 2. Geologi regional daerah penelitian

uji kadar Hg (portable XRF dan

AAS)

Klasifikasi kondisi batuan dan tanah

klasifikasi tingkat dan persebaran Hg Peta Pencemaran Hg Penyusunan laporan Data Spasial 1. Lokasi penambangan 2. Lokasi pengolahan 3. Titik sumber pencemaran 4. Lokasi perumahan penduduk penempatan (plotting) data spasial pada peta

klasifikasi tata guna lahan

peta geologi dan peta inflitrasi

peta tata guna lahan dan peta lokasi penambangan

peta kadar pencemaran dan

persebaran Hg

Gambar

Tabel 1. Data yang diambil saat tahapan pengambilan data lapangan.
Tabel 4. Hasil pengukuran kadar merkuri pada sampel tanah dan batuan, beserta koordinat dan metode pengujiannya
Tabel 8. Perbandingan jenis sampel dan kadar merkuri di dalam penelitian.
Gambar 3. Peta model konseptual penyebaran pencemaran merkuri pada permukaan,
+2

Referensi

Dokumen terkait

Data dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan lembar aktivitas guru dan siswa serta pengisian angket percaya diri siswa, tes evaluasi yang berbentuk uraian

Berdasarkan latar belakang yang ada, maka permasalahan yang akan diselesaikan pada penelitian tugas akhir ini adalah bagaimana penentuan jumlah truk dan

Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen tanpa ijin tertulis dari Fakultas Ekonomi. Universitas

 Menyimpulkan dan meringkas hasil diskusi dari setiap issue yang akan dipelajari pada tahap belajar mandiri  Membuat tulisan ringkas yang jelas untuk setiap kontribusi

Selain dengan menilai hasil belajar siswa, penelitian ini juga ditunjang dari hasil respon siswa yaitu dengan skor 90,6 % menyatakan anak-anak lebih menyukai

Aksesi-aksesi ini juga menunjukkan nilai berat kering dan pan- jang akar maupun berat kering dan panjang hipokotil yang tinggi (Tabel 2). Untuk dapat digunakan sebagai

Namun dalam layanan akademik disekolah tersebut masih dilakukan secara manual (Khotimah, &amp; Iriani, 2013), diantaranya pengolahan nilai siswa yaitu dengan cara

Behavioral Intention Di Curug Cimahi” (Survei terhadap wisatawan nusantara yang berkunjung ke Curug Cimahi, Kabupaten Bandung Barat) disusun guna memenuhi salah satu