• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BIDANG ARSIP DAN MUSEUM"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

PROSFS PY\1ttAH \S.:\'.'[

IU .. '\CA.'\G.\..c \ C:\D.-..XG-L\DA .. \G n.EPl.~BLIK INDONESIA Tl<:NTAi'\TG

PERLBA.IL-\~'\ ATAS C:'.TIAJ.~G-CNDAJ.'\G NO~IOR 14 TAHUK 1970 TEXTA.:."\G KETENTUAN - KETENTUA.'\T POKOK KEKPASAA.L'\f KEHAKil\·t~N

PE:MBICAlUAJ.~ TINGKAT I, II DA.t'\T IV BUKUI

1. Proses Pembahasan

2. Amanat Presiden Republik Indonesia Nomor R. 29/PU/VI/1999 tanggal 9 Juni 1999 sebagai pengantar RUU

3. Pembicaraan Tingkat I/Keterangan Pemerintah c.q. Menteri Kehakiman, Prof DR. Muladi, SH, dalam Rapat Paripuma DPR RI hari Senin, tanggal 12 Juli 1999.

4. Pembicaraan Tingkat III/Pembahasan atas RlJU tersebut dilak.ukan mulai tanggal 15 s.d. 29 Juli 1999 antara Komisi I dengan Menteri Kehakiman RI dan Pembahasannya menempuh Prosedur Singkat (Short Cut) dengan komposisi Keanggotaan Komisi I sebagai beri.kut :

a. F.A.BRI 9 .Anggota

b. F.KP : 39 Anggota

c. F.PP : 11 Anggota

d. F.PDI 1 Anggota

5. Pemhicaraan Tingkat IV /Pengambilan Keputusan atas RUU ten tang Perubahan Undang-undang Nomor 14 tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman disampaikan dalam Rapat Paripurna DPR RI pada hari Jum'at, tanggal 30 Juli 1999

a. Laporan Ketua Komisi I DPR RI, Hj. Aisyah Aminy, SH. Menyampaikan Hasil

Pembicaraan Tingkat III RUlJ tentang Perubahan Undang-undang Nomor 14 tahun

1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. b. Pendapat Akhir Frak.si-fraksi :

-F.ABRI disampaikan oleh : Soenarto, SH

-F.PP di'!ampaikan oleh : K. H. Amin Bunyamin, LC -F.PDI disampaikan oleh : Y. B. Wiyaajono, SH

-F.KP disampaikan oleh : Drs. Agun Gunandjar Sudarsa

c. Sambutan Pemerintah c.q :Nlenteri Kehakiman, Prof. DR. l\foladi, SH atas disetujuinya RUU.

(2)

6. Surat Kcnutusan Dewan Penvaldlan Rakyat Rcpubl1k Indonesia Nomor : 44.iDPR Rl'T\."'1998-1999 tanggal 30 Juli 1999 tentang Persetujuan terhadap Rancangan

Cndang-undang tentang Pernbahan atas Undang-undang Nomor 14 tahun 1970

tentang ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman.

7. Surat Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia kepada Presiden Nomor : RU.01/2886/DPR Rl/1999 tanggal 30 Juli 1999 Sebagai Pengantar RUU untuk disahkan menjadi Undang-undang.

8. NaskahlDraft Akhir RUU tentang Pernbahan Undang-undang Nomor 14 tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman yang disahkan pada Rapat paripuma tanggal 30 Juli 1999.

BIDANG DOKUMENTASI

(3)

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PROSES

PEMBAHASAN RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS lJNOANG-UNDANG NOMOR 14 'fAHUN 1970 lENlANG KETENTUAN~

KETENTUAN POKOK KEKUASAAN KEHAKIMAN

1. Amanat Preslden Republik Indonesia Nomor : R.29/PU/Vl/1999 tanggal 9 Juni 1999, perihal : Pengantar RUU Tentang Perubahan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman kepada Plmplnan DP R - RI.

2. Sesuai Pasal 131 ayat (1) Tata Tertib DPR RI, RUU dimaksud dlberitahukan /dlbaglkan kepada anggota Dewan dalam Rapat Paripurna pada hari Kamis, tanggal 14 Juni 1999 dipimpin oleh wakil Ketua DPR Rl/Korpol (Harl Sabarno, S.IP., MBA., MM).

3. Pembicaraan Tingkat l/Keterangan Pemerintah atas RUU Ten-tang Perubahan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tenTen-tang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehaklrnan dlsampalkan oleh Menter! kehaklman RI (Prof, DR. Muladi, SH) dalam Rapat Paripurna DPR RI pada hari Senin, tanggal 12 Juli 1999 yang dipimpln oleh Wakil Ketua DPR Rl/Korlnbang (H. Ismail Hasan Metareum, SH).

4. Pembicaraan Tlngkat 111/Pembahasan atas RUU tersebut dllakukan mulal tanggal 15 sampal dengan 29 Juli 1999 antara Komlsl I dengan Menteri kehaklman RI dan pembahasannya dilakukan dengan prosedur singkat (short Cut), dengan komposisi Keanggotaan Komisi I DPR RI sebagai berikut :

a. Fraksi ABRI 9 Anggota

b. Fraksi Karya Pembangunan 39 Anggota

c. Fraksi Persatuan Pembangunan 1 1 Anggota

d. Fraksi Partai Demokrasl Indonesia 1 Anggota -·-·---~-·-·

JUMLAH 60 Anggota

(4)

...

- L

5. Pernbicaraan Tingkat IV/Pengambilan Keputusan atas RUU tentang Hubungan Luar Negeri disampaikan dalam Rapat Paripurna DPR RI pada hari Jum'at, tanggal 30 Juli 199~)

diplmpin oleh Wakll Ketua DPR RI/ Korpol (Hari Saba mo,

S. IP, MBA, MM), dengan urutan pembicara sebagai berikut : . a. Hj. Aisya h Aminy, SH ( Ketua kornisi I ) b. K.H. ~min Bunyarnin, LC ( F P P/Nomor a nggota 21) c. J.B. Wiyanjono,SH. ( FPDl/Nornor Anggota 424)

d. Ors. Agun Gunandjar Sudarsa (FKP/Nomor Anggota 202) e. Soenarto, SH

(FABRl/Nomor Anggota 46.7) f. Prof. DR. Muladi, SH

( M enteri Kehakima n RI)

- Menyampaikan Laporan Hasil Pernbicaraan Tingkat 111 RUU tentang Perubahan Unda ng-unda ng Norn or 14 Tahun 1970 tentang Keten-tuan-ketentuan Pokok Ke-kuasaan Kehakiman

- Menyampaikan Pendapat Akhir Fraksi atas RUU Ten-tang Perubahan Undang-undang Nomor 14 Tahun

·J 970 tentang Ketentuan-ketentua n Pokok Kekua

sa-a n Kehaklman

"

" "

- Menyampaikan Sambutan Pernerintah atas disetujui

nyf:' RULi terse but.

6. Surat Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor: 44/DPR Rl/IV/1998·"1999 Tentang Persetujuan DPR RI terhadap Rancangan Unda.ng-undang Republik Indonesia tentang Perubahan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, tanggal 30 Juli 1999.

7. Surat Ketua DPR RI Pengantar Persetujuan Rancangan Undang-undang Republlk Indonesia Tentang Perubahan Undang-Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman Nomor: RU.01/2886/DPR-Rl/1999 tanggal 30 Juli 1999, kepada Presiden RI.

8. Naskah/Draft Akhir RUU Tentang Perubahan Undang-.. undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman yang telah mendapat persetujuan dalam Rapat Paripurna DPR RI tanggal 30 Juli 1999.

---

---

Rosid 99

---

(5)

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

Nomor R.29/PU/Vl/1999

Sifat : Segcra

Lampiran : l (satu)

Perihal : Rancangan Undang-undang ten-tang Pcruhahan Atas Um.iang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Kctcntuan-ketentuan Pokok Kckuasaan Kehakiman.

Jakarta, 9 Juni 1999

Kcpada Yth.

Sdr. PIMPINAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

di

Jakarta

Dcngan ini Pernerintah menyampaikan :

Rancangan Undang-undang tcntang Pcrubahan Atas Undang-um.lang Nomor 14 Tahun 1970 tcntang Kctentuan-kctcntuan Pokok Kckuasaan Kcliakiman

untuk dibicarakan dalam sidang Dewan Pcrwakilan Rakyat, g.una mendapatkan persetujuan.

Selanjutnya untuk .kepcrluan pembahasan Rancangan Undang-undang lerscbut, kami menugaskan Saudara Mcnteri Kchakiman guna mewakili Pemerintah.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

µ~(

~

Tembusan disampaikan kepada:

l. Yth. Sdr. Ketua Mahkamah Agung~

~

..f3ACHARUDDIN JUSUF HABIBIE

2. Yth. Sdr. Menteri Negara Koordinator Bidang Politik dan Keamanan;

3. Yth. Sch. Menteri Negara Koordinalor Bidang Pengawasan Pcmhangunan dan Pcndaya-gunaan Aparalur Negara;

4. Yth. Sdr. Menteri Kehakiman;

· .. ' 5. Xt!J.,S,d~ .. 1Mentf;ri Penahanan Kcamamm/Panglima TNT;

6. Yti{'sJ,~.1..Ment~h

Aga:1\a.

(6)

'

~

RAN CAN GAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NO MOR

TAHUN

TENTANG

PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG .

NOMOR 14 TAHUN 1970 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN

POKOK KEKUASAAN KEHAKIMAN

(7)

RAN CAN GAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR

TAHUN

TENT ANG

PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

14

TAHUN

1970

TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK KEKUASAAN

KEHAKIMAN

Menimbang

DEN GAN RAHMAT

TIJHAN

YANG MAHA ESA

a.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

bahwa untuk lebih menJamm kelancaran dan

kelangsungan berperannya hukum sebagai

pengatur kehidupan nasionaL dipandang perlu untuk memisahkan secara tegas fungsi yudikatif dari fungsi eksekutif;

b. bahwa pengorganisasian, pengadministrasian dan pengaturan finansiil serta penyelesaian perkara koneksitas yang ada di dua lingkungan peradilan sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman dipandang sudah tidak sesuai lagi dengan tun tu tan perkem bangan keadaan;

c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada hun1f a dan b, dipandang perlu untuk mengubah Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tersebut;

(8)

2

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat ( 1 ), Pasal 20 ayat ( 1 ), Pasal 24, clan Pasal 25 Undang-Undang Dasar 1945;

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor X/MPR/1998 tentang Pokok-pokok Reformasi Pembangunan Dalam Rangka Penyelamatan clan Normalisasi Kehidupan Nasional Sebagai Haluan Negara;

3. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2951);

Dengan persetujuan:

DEW AN PERW AK.ILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Menetapkan:

MEMUTUSKAN:

UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1970 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POK OK KEKUASAAN KEHAK.IMAN

Pasal I

Mengubah ketentuan Pasal 11 dan Pasal 22 Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang

(9)

3

Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman sehingga seluruhnya berbunyi sebagai

berikut:

"Pasal 11

( 1) Badan-badan yang melakukan peradilan terse but Pasal 10 ayat (1) organisatoris, administratif dan finansiil ada di bawah kekuasaan Mahkamah Agung.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1) untuk masing-masing lingkungan peradilan diatur lebih lanjut dengan undang-undang.

Pasal 22

Tindak pidana yang dilakukan bersama-sama oleh mereka yang termasuk lingkungan peradilan umum dan lingkungan peradilan militer diperiksa dan diadili oleh pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum, kecuali jika menurut Keputusan Ketua Mahkamah Agung perkara itu harus diperiksa dan diadili oleh pengadilan dalam lingkungan Peradilan Militer."

(10)

Diundangkan di Jakarta pada tanggal

4

Pasal II

Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang mt dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta pada tanggal

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BACHARUDDIN nJSUF HABIBIE

MENTER! NEGARA SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONES~

MULADI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA T AHUN NOMOR

(11)

RAN CAN GAN PENJELASAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR TAHUN

TENT ANG

PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1970 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK

KEKUASAAN KEHAKIMAN

I.

UMUM

5

Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan bahwa kekuasaan kehakiman ialah kekuasaan yang merdeka, artinya terlepas dari pengahih kekuasaan pemerintah. Berhubungan dengan

itu

harus diadakan jaminan dalam Undang-undang tentang kedudukan para hakim.

Dari ketentuan kekuasaan kehakiman yang ada, khususnya yang berkaitan dengan pengaturan masalah organisasi, administrati( dan finansiil Badan-badan peradilan serta penyelesaian perkara koneksitas yang termasuk dalam 2 ( dua) lingkungan peradilan, yaitu pera.dilan

I

umum dan peradilan militer sebagaimana diatur dalam:·

Undang-• \••J.'l I

undang Nomor 14 tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman dipandang kurang memberika:n jaminan bagi terselenggaranya kekuasaan kehakiman yang merd.eka, sehingga perlu diadakan perubahan.

(12)

6

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal I Pasal 11

Dengan ketentuan ini terjadi perpindahan kewenangan organisasi, administrasi, dan finansiil bagi Badan-badan yang melakukan peradilan di lingkungan Peradilan Umum, Peradilan

Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara dari Departemen-departemen yang bersangkutan menjadi di

bawah kekuasaan Mahkamah Agung. Perpindahan tersebut dilaksanakan secara bertahap dan diselesaikan paling lama dalam 5 (lima) tahun sejak diundangkaney.a Undang-undang

rni.

Pasal 22

Cukupjelas

Pasal II

Cukupjelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR

(13)

Nomor Si fat Derajat Lampiran Perihal Tembusan:

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Jalan Jenderal Gatot Subroto - Jakarta 10270 SURAT UNDANGAN

PW.001/2429 /DPR-Rl/1999 Pen ting

Jakarta, 7 Juli 1999 Kil at

Undangan Rapat Paripuma DPR-RL tanggal 12 Juli 1999

KEPADA:

YTH. SDR. MENTERI KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA

JAKARTA

Sesuai dengan perubahan acara Rapat-rapat DPR-RI Masa Persidangan IV Tahun Sidang 1998-1999 hasil Keputusan Rapat Badan Musyawarah tanggal 24 Juni 1999, bersama ini kami beritahukan dengan honnat bahwa DPR-RI akan mengadakan Rapat Paripuma Terbuka pada:

Hari/tanggal Waktu Temp at Acara Senin, 12 Juli 1999 09.00WIB

Ruang Rapat Bamus (d/h KK II) Gedung Nusantara, MPR/DPR-Rl Jin. Jend. Gatot Subroto - Jakarta

1. Pembicaraan Tingkat l/Keterangan Pemerintah atas RUU tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman.

2. Tanggapan Fraksi-fraksi atas Penjelasan Pengusul Usul lnisiatif RUU tentang Pers, dilanjutkan dengan pengambilan keputusan terhadap RUU tersebut untuk menjadi RUU Usul Inisiatif DPR-Rl.

Sehubungan dengan itu, kami mengharapkan kehadiran Saudara pada acara pertama dan sekaligus untuk menyampaikan Keterangan Pemerintah atas RUU dimaksud dalam Rapat Paripuma tersebut di atas.

Demikian untuk menjadikan maklum, dan atas perhatian serta kehadiran Saudara, kami ucapkan terima kasih.

I. Yth. Sdr. Ass. MENSESNEG. Ur. Hub. dengan Lembaga Tertingg!/Tinggi Negara.

2; Yth. Sdr. Penghubmgyepartemen.Kehakiman.

; .

(14)

MENTER! KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA

KETERANGAN PEMERINTAH DI HADAPAN RAPAT PARIPURNA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENGENAI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG

NO. 14 TAHUN 1970 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK KEKUASAAN KEHAKIMAN

TANGGAL, 12JULI 1999

DEPARTEMEN KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA Jalan H.R. Rasuna Said Kav. 4 - 5 Jakarta

(15)

MENTERI KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA

KETERANGAN PEMERINTAH DI HADAPAN RAPAT PARIPURNA

DEW AN PER\VAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENGENAI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14TAHUN 1970TENTANG

KETENTUAN-KETENTUAN POKOK KEKUASAAN KEHAKIMAN T ANGGAL 12 JULI 1999

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Saudara Pimpinan dan Para Anggota Dewan Yang Terhormat Hadirin dan Sidang Yang Kami Muliakan,

Sebagai umat beragama, perkenankanlah kami mengajak hadirin memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan YME sebagai pengakuan yang sedalam-dalamnya atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga pada hari

ini, 12 Juli 1999, kita masih memperoleh kesempatan untuk bertemu kembali dalam keadaan sehat wal' afiat. Dengan hati dan pikiran

yang

jemih kita bermaksud hendak menjalankan tugas-tugas konstitusional bersama-sama

(16)

2

untuk membahas suatu Rancangan Undang-undang yang bennuara dari Undang-Undang Dasar 1945, khususnya dalam kaitannya dengan kekuasaan kehakiman yang merdeka.

Atas nama Pemerintah, kami menf:.rucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya atas kesempatan yang diberikan kepada kami untuk menyampaikan Keterangan Pemerintah mengenai Rancangan Undang-undang tentang Pernbahan atas Undang-Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, yang telah disampaikan kepada Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, dengan Amanat Presiden Nomor R.29/PU/VI/1999 tanggal 9 Juni

1999.

Saudara Pimpinan dan Anggota Dewan Yang Terhormat,

Sebelum kami menyampaikan pokok-pokok pikiran mengenat pengajuan RUU ini ke hadapan Allggota Dewan yang terhonnat,

'

perkenankanlah kami secara singkat menguraikan perkembangan pelaksanaan kekuasaan kehakiman <li Indonesia.

Pembentukan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 dilatarbelakangi oleh keinginan yang sungguh-sungguh untuk melaksanakan pemumian pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945, sesuai dengan ketentuan TAP MPRS Nomor XIX/MPRS/l 966 juncto Nomor XXXIX/MPRS/1968. Sebab dalam praktek pelaksanaannya, proses peradilan telah menyimpang dari

(17)

3

Undang-Undang Dasar 1945,. antara lain dimungkinkannya Pemerintah melakukan intervensi terhadap pengadilan berdasarkan Pasal 19 Undang-undang Nomor 19 Tahun 1964, yang memberikan wewenang kepada Presiden untuk dalam beberapa hal dapat turut atau campur tangan dalam soal-soal Pengadilan. Maka pada waktu itu Pemerintah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong telah mengadakan peninjauan kembali atas Undang-undang Nomor 19 Tahun 1964 dengan

Undang-w~dang Nomor 6 Tahun 1969 Pasal 2 Lampiran II Nomor 3 yang menghendaki adanya suatu Undang-undang penggantinya. Dengan dicabutnya Undang-undang Nomor 19 Tahun 1964 terjadilah suatu kekosongan hukum yang menghambat jalannya peradilan pada umumnya.

Untuk memenuhi kekosongan hukum tersebut segera dibentuk Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, yang mengatur dasar-dasar bagi pelaksanaan Pengadilan dan ketentuan-ketentuan pokok mengenai hubungan Pengadilan dan pencari keadilan, yang sejiwa dengan Undang-Undang Dasa1 1945.

Lahimya Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tidak terlepas dari semangat .fogin mengatur dengan sebaik-baiknya "kekuasaan kehakiman" sebagai kekuasaan negara yang merdeka. Dalam penjelasan Undang-w1dang Nomor 14 Tahun 1970 ditegaskan bahwa pelaksanaan tugas badan-badan penegak hukum dan keadilan tersebut baik buruknya tergantung dari

manusia-manusia pelak.r..·ananya, in casu Hakim. Oleh karena itu

Undang-undang mencantumkan syarat-syarat yang senantiasa harus dipenuhi oleh

(18)

seorang hakim, yaitujujur. merdeka. herani mengamhil keputusan Jan hehas dari pengaruh. baik pengaruh dari dalam maupun dari luar.

Untuk memperoleh hakim sepe11i itu, telah dibentuk Forum Mahkamah Agung-Departemen Kehakiman (MAHDEP) sebagai pelaksanaan dari Pasal

11 UU No. 14 tahun 1970 yang mempakan forum konsultasi dalam pengangkatan, pemberhentian, pemindahan, kenaikan pangkat atau tindakan/hukuman administratif terhadap para hakim Pengadilan Um um.

Saudara Pimpinan dan Anggota Dewan Yang Terhormat,

Dalam perjalanan waktu lebih dari tiga dasawarsa terbukti keinginan

i

untuk melaksanakan "kekuasaan kehakiman" yang merdeka itu temyata tidak sepenuhnya berlangsung dengan baik karena ada indikasi telah terjadi berbagai penyimpangan dari ketentuan Undang-undang Nomor 14 Tahun

1970.

Bentuk-bentuk peny1mpangan tersebut antara lain masih adanya camp! tr tangan atau intervensi yang bersifat horizontal maupun vertikal terhadap kemandirian hakim dalam memutus perkara. Namun demikian berbagai ekses penyimpangan-penyimpangan tersebut sangat sulit diatasi karena sistem kekuasaan yang sangat dominan dari pihak eksekutif selama lebih dari tiga dasawarsa telah memandulkan kekuasaan kehakiman yang merdeka di lingkungan peradilan. Bahkan kekuasaan kehakiman yang merdeka sebagai salah satu pengawal utama supremasi hukum dan agen

(19)

pembaharuan hukum, tidak mampu berperan baik sebagai katup pengaman terhadap senma tindakan inkonstitusional maupun sebagai benteng terakhir penegakan hukum, keadilan, dan demokrasi (the Independence <?l.ludicim:r is core e/emenl o(.rnpremlll:\' <?llaw and democra9).

Saudara Pimpinan dan P~ra Anggota Dewan Yang Terhormat,

Sidang lstimewa MPR-RI yang berlangsung tanggal I 0 s/d 13 Nopember 1998 telah menghasilkan berbagai ketetapan, antara lain Ketetapan Majelis Pennusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor X/MPR/1998 tentang Pokok-pokok Refonnasi Pembangunan Dalam Rangka Penyelamatan dan Nonnalisasi Kehidupan Nasional Sebagai Haluan Negara.

Pemerintah menyadari sepenuhnya kehendak rakyat yang tercennin dalam TAP MPR tersebut, yang menginginkan terwujudnya kekuasaan kehakiman yang merdeka dan supremasi hukum dalam kehidupan bennasyarakat, berbangsa, dan bemegara. Di dalam TAP MPR-RI Nomor

'

X/MPR/1998 telah diamanatkan agar ada pemisahan yang tegas antara fungsi kekuasaan eksekutif dan fungsi kekuasaan yudikatif.

Saudara Pim1>inan dan Anggota Dewan Yang Terhormat,

Untuk mewujudkan substansi TAP MPR tersebut Pemerintah berdasarkan Keppres Nomor 21 Tahun 1999 telah membentuk Tim Kerja Terpadu Pengkajian Pelaksanaan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat

(20)

6

Republik Indonesia Nomor X/MPR/1?98 Berkaitan dengan Pemisahan Yang Tegas Antar Fungsi-fungsi Yudikatif dari Eksekutif, yang be11ugas antara lain melakukan pengkajian, analisa, dan telaah atas berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan proses peradilan dan menyusun rekomendasi. Tim Kerja Terpadu tersebut terdiri dari unsur-unsur Mahkamah Agung, Departemen Kehakiman, Departemen Agama, Departemen Pertahanan Keamanan, serta pakar hukum dari berbagai perguruan tinggi dan praktisi hukum.

Tim Kerja Terpadu merumuskan pula masalah substansial yudikatif yang berhubungan dengan mang lingkup peradilan,' hak uji materiil Oudicial review), serta perkara koneksitas (tindak pidana yang dilakukan bersama-sama oleh warga sipil dan militer) sebagai konsekuensi pen1bahan terhadap Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman.

Tim Kerja Terpadu telah menghasilkan berbagai rekomendasi, yang terpenting di antaranya adalah :

1. perlu diadakan pen1bahan terhadap Pasal 11 dan Pasal 22 Undang-undang no. 14 tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman sebelum Sidang Umum Majelis Pennusyawaratan Rakyat 1999, yang diikuti pula oleh perubahan beberapa peraturan perundang-undangan secara menyeluruh yang berkaita11 dengan pemisahan kekuasaan yudikatif dan eksekutif;

(21)

7

2. perlu diadakan perubahan dan penataan kemba1i bidang-bidang organisasi, administrasi, keuangan, dan personalia yang dilakukan secara bertahap paling lama dalam jangka waktu 5 (lima) tahun oleh Pemerintah/Kabinet hasil Pemilu 1999~

3. Untuk meningkatkan checks and ha lances terhadap lembaga peradilan harus dibentuk Dewan Kehonnatan yang berwenang:

l) mengawasi perilaku hakim;

2) memberikan rekomendasi dalam rekruitmen, promosi, dan mutasi hakim; dan

3) menyusun code of conduct bagi para hakim

4. perlu meningkatkan kewenangan Mahkamah Agung untuk

melaksanakan hak uji materiil (judicial review) baik terhadap ketentuan semua peraturan perundang-undangan di bawah Undang-Undang Dasar maupun semua tindakan pemerintah.

Saudara Pimpinan dan Anggota Dewan Yang Terhormat,

Selanjutnya perkenankanlah kami menyampaikan beberapa pokok pemikiran tentang perubahan yang ingin dilakukan Pemerintah terhadap Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970.

Pertama, perubahan yang diajukan dalam RUU ini adalah perubahan terhadap ketentuan Pasal 11 dari Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970. Alasan Pemerintah meng~jukan perubahan adalah karena pasal tersebut mengandung substansi yang sangat penting yaitu menyangkut masalah

(22)

pengaturan mengenai aspek-aspek organisatoris, administratif, dan finansiil dari badan-badan peradilan. Jika saran perubahan ini dapat ditetima dan disepakati oleh Dewan, maka berarti akan te1jadi perpindahan kewenangan organisasi, administrasi, dan finansiil Badan-badan peradilan di lingkungan Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan Peradilan Tata Usaha Negara dari departemen-departemen yang bersangkutan menjadi di bawah kekuasaan Mahkamah Agung.

Penibahan organisasi, administrasi dan finansiil Badan-badan peradilan akan membawa konsekuensi yang sangat luas, yang tidak mungkin dilaksanakan sekalit:,,us melainkan harus bertahap. Perubahan tersebut harus diikuti pula dengan pernbahan terhadap berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait. Hal itu disebabkan karena Undang-undaiig Nomor 14 Tahun 1970 menduduki tempat paling sfrategis dan merupakan

umbrella act terhadap berbagai Undang-undang yang mengatur sistem

peradilan kita.

Kedua, selain pernbahan terhadap Pasal 11, perlu pula dilakukat1

perubahan terhadap Pasal 22 yang menyangkut pengaturan mengenai tindak pidana yai1g dilakukan bersama-sama oleh mereka yang tennasuk lingkungan peradilat1 umum dan lingkungan peradilan militer, yang diperiksa dan diadili oleh pengadilan dalam lingkungan Pengadilan Umum. Hal ini perlu dilakukan dengan pertimbangan bahwa pada saat ini Mahkamah Agung tidak terlibat

dalam penentuan kewenangan peradilan terhadap perkara koneksitas dan

(23)

9

penunjukan hakim yang akan mengadiJi. Kewenangan tersebut ditetapkan oleh Menteri Pertahanan Keamanan atas persetujuan Menteri Kehakiman.

Saudara Pimpinan dan Anggota Dewan Yang Terhormat,

Di daJam kesempatan ini perJu kami sampaikan bahwa di pelbagai negara sistem kekuasaan kehakiman yang merdeka dapat diJaksanakan dalam bentuk seperti yang dilaksanakan selama ini di Indonesia, dan ada juga model di bawah satu lembaga yaitu pada Mahkamah Agung. Kedua model sistem kekuasaan kehakiman tersebut di negara maju tidak menimbulkan masalah-masalah yang krusial dan berdampak negatif serta meluas terhadap fungsi pelayanan hukum dan pencapaian keadilan bagi para pencari keadilan. Tampaknya bagi lm;lonesia terutama di saat reformasi kebutuhan pemisahan yang tegas antara fungsi eksekutif dan fungsi yudikatif untuk mewujudkan sistem kekuasaan kehakiman yang merdeka merupakan satu-satunya solusi dan satu-satunya harapan untuk menegakkan hukum dan peradilan, dan diharapkan dapat menghilangkan trauma masa lalu.

Saudara Pimpinan dan Anggota Dewan Yang Terhormat,

Demikianlah Keterangan Pemerintah yang dapat kami sampaikan dengan harapan kiranya Dewan dapat membahas dan membicarakannya secara seksama dan mendalam bersama-sama dengan Pemerintah. Hasil akhir dari pembahasan tersebut, yang insya Allah akan melahirkan sebuah Undang-undang barn, merupakan salah satu tonggak sejarah penting dalam upaya

(24)

IO

refonnasi hukum demi tegaknya supremas1 hukum di negara kesatuan Republik Indonesia.

Atas perhatian dan kesabaran Saudara Pimpinan dan Anggota Dewan dalam mengikuti Keterangan Pemerintah ini kami ucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT meridhoi setiap usaha kita yang tidak pemah kenal lelah dalam melakukan penataan kembali sendi-sendi dari sistem peradilan kita di masa yang akan datang:.

\Vassalamu'alaikum Warahmatullahi \Vabarakatuh.

ATAS NAMA PEMERINTAH

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PltNGAWASAN PEMBANGlJNAN/ PENDA YAGUNAAN APARATUR NEGARA,

IR. HART ARTO.

(25)

, 181/KOM.I/1999 Rapat ke Jenis Rapat Masa Persidangan Te..hun 3.i.darn;i D A F T A R H A D I R KOMISI I BERSENJATA FENERANGAN~

DPR-RI (BIDANG DEPARTEMEN PERTAHANAN KEAMANAN~

REPUBLIK INDONESIA~ DEPARTEMEN LUAR NEGERI~

DEPARTEMEN KEHAKIMAN, KEJAKSAAN AGUNG, DEWAN

ANG KATAN

DEPARTEMEN

F'ERTAHAMAN

KEAMANAN NASIONAL, BADAN KOORDINASI INTELIJEN NEGARA, LEMBAGA SANDI NEGARA}

=====================================================================

H1.:m I / TANGGAL 1.1 A f-, T !J .. ...,_, ~-=-~ ~ [~ ; "··· r.,.i r.::~ {~ !

.

~~

..

L- !..~.., F·~ A A. PIMPINAN KOMIS! I !ND ' -~,, I 11 ih'LJ--I !

!

1 1 2 3 .rt 5 INO AMGGi N A M A 2 7 I I I 467 !

I

I

28;:'1

I

I

~:2.3.lf

I

I

424

I

7 ._:· INY.HJ.AISYAH AMINY, j ( KETUt:;)

IS

0 E N A R T O, SH

I

(WAKIL KETUA) .U ,1.\1 1.-i--1 . _f::i_ H

I

t:•.1~t-'UL' r'I-! T~.R~HIM

SH

I

(WAKIL KETUA)

jNY.HJ.FARIDA SYAMSI C~

·1 \ . . . I . '!..iA!( IL "'~E-T! I'. '_,_, • i,-" I

I.,. -_ '( • B. •1-v~·JJO"'n ~i. l i HI'.

'°"-

~ ~-~ t:!. , ( V.JAK IL KETW~} SH 1 ~

!

FRAKSI

I

i _ _ ! FPP

I

T ANDA TANG1~N 5

I

1 . • . . . • . . .

l

H~BRl .2. !

I

I

I

I

I

I 3: : : = : = : : r i = = = = = = = s c s Fi<P 4 . • • • • • . . . • • • • • . • .

i

FPDI !=: ~ = s s • = = • = c • = a e s : -··---~---'---'----~---~

(26)

B. FF:AKS I ABR I r---y----; ---,

I

1

i

~2

I

3

!

~---+----+-

---+---!

I 6 1441 jACHMAD ROESTANDI. SH

I

I

7 j429 jF.X. FERRY TINGGOGOY

i

I

8 1492 jDRS. IGN.KOES SUJUDONO, SH

I

I

I

I

9 1494 !DRS. F. ISNAWAN, M.PHIL

I

110 I j11

I

112

I

I

1458 jH. SUWANDI, SIP

I

j475

I

1478

!

!ISHAK LATUCONSINA

I

. I

hlVOt.1•'·N T''MU A""~~-~

I 111 1 ~1 _,...., H1 i ! , r-.; Y HbH , MBA

i

j6. I !

I

j13

I

1476

i

!CHRISTINA -M I • ii"-DA~~1ETA~A .! ,.. . M :I • . , S'kM - ·- -= MP4f"L f ~ 11

I

I

I

I 5

I

-1

7. 'II:•=-···=··· 9 ... = ... •=r•==i ; i ' 11.

. . . l

!

I • ~ ~ a = • • • 3 m • f I.

,

__

_,_

__

,

__ _

_________ _L_ _____________________________ _ I I

C. FRAKSI KARYA PEMBANGUNAN ;---,-~ ! ; I I I t i 2 ~ I 5

I

--f

~----+---t---

- - -

---·---+---!

! 1.4

L

! J.5

I

j16 j j17

I

j 18 I i 1 G I~,

!

120

i

121

I

122

I

l23 ;

I

l ? 4 ,~

i

I

i

1246

i

j .1.84 '

!

--11 . .:_, . .:_,

I

i

98

I

!124

I

I

94 I j112

I

1114

!

1120 •

I

1128

I

1145

I

I

I

!DRS. SEDIA OETOMO

i

!DRG. NIKNIK TOMMY YOESOEF

I

lRIDWAN SANI. SH

I

-i

IH= SOFYAN LUBIS

I

!DRS. DARUL SISKA I

jDR. BACHTIAR ALY; MA

i

jAMIR LIVEN SIRAIT. MBA

i

llWAN SEMBIRING MELIALA

i

jOMAN RAFLIES, SE

i

lDRS. H. ZAMHARIR A. RADHI l

I

iKARSIDI. SH I .

!

!14 ' i16 I ! 1.8 = i

i

i i I I~---! ~:::u =

I

I

! i j22 • I

i

I

, c: • l.-i-! = ... :: .... := • • i!ll' J I ! • • • • • • • • • = • I

!

17 ==:1===-:1•s=-=i

i

...

I

19. 21. j : : = = = = = • • = • ' ~

i

!

I

= = • • • • • • • = • !

.

I

..:::.. ... ) = = :r .. -= = = • ~ s = =

I

(27)

r--·---r---1---·---·--- ---... · --- --- ·---.. - -.. -- --- ---r---.. ---.. --- --- ----1 I 1 I ,, ' ·::: l I -'- ! ~

+--t---.. . ---. --·--·---.. --.--

----j25

i

I I-'-~' "f....

I

I-~-· ,L.iF

l

128

l

lr:;q -~-~ f ?." 1 ' ·. ' --~ ! I f .158

i

1165

!

I .-~~ .1. / .::.: l ! 1180 !

i

1188

!DRS.ABU HASAN SAZILI MARJANI

I

jNY. RINNIE AMALUDDIN, SH

I

!

DRP1. ~·JATTY AM IF:

j

!H· AGUS MUHYIDIN, SIP !ABDULLAH ALATAS FAHMI

!DRS. AGUN GUNANDJAR GUNARSA '

I

iATTIE D. ANDJAR RACHMAN, SH ' I

:::.1.

~ ".,? \ .::'08 j K!-"'.tM IL HU~:JN I ~ SE

I

:;.q_ •

I

t3~r

;

f .:)6

l

I ..,..---, I-..:·;

I

j38

l

__ ..,. :' 1' 7 Q

!

j40 j41 i I !43 1239 ;

I

I •""'"J,ll of -<--T . .l

I

1--;no 1-"--'t'

I

1264 I

I

J ,,-,,-,. I I L l o

I

1281

I

i

1282

i

1294 l

I

j296 I !301

I

~3t)9

i

1341 I

i

1~~· 1-Y:::•o

I

! 1 .-- 1:;1 1HA~--u T ! ,:J" -- __ .... h } l i

/DRS. SLAMET EFFENDY YUSUF '

.. :.._·,.) ..

!H·

ALIEF MEILANA~ SE 35.

i

11 -~~--l 1·---M ,... Hi~ I L:• " • BOER _ -; •,,;-:i .-,, !·1t:-h

!

!BAMBAMG SADONO SY. SH.MA 37.

i

l

lH·

NADJIB SUNGKAR B.A.M.S

i

jPROF.DR.KH.SJECHUL H.P, SH.MA -)~.

l

!DRA. IRIS INDIRA MURTI, MA

lIR.NY.ARIJANTI BAMBAMG SP 41.

i

/IR.NY. ENDANG WIBAWATI R

i

!PROF.H.A.MASVHUR E, SH.MS 43.

i

'''i "~HvA ~ ~ T''JI ~H l ! - • Y H. I _ , L H -I - ~ t) .

!

!RAZIAN AGUS TONIMAN 45.

I

!PROF. PUTU JAYANEGARA, SH

i

!ANSEL DA LOPEZ 47. •

I

46.

i

f ; i

!

- ...•• = ....

! I

i

... ! ' IC r.: .. :::: :.~ "" I':" ill! ll: ,.. "" i I "' ~ ... "" '=' = .,. '"' .. :::' = t ' i

=·=···=·!

I

I

• • • • = = • • • • •

I

I

!

j l . . . I

I

e ~ = = ~ ~ = ~ = = ~ i

I

J

!

__J

(28)

-- 4 r·---r----r---I·---I .t l 2 l j ~---+--+---- - - j---!

I

I

148 j378 jDRS.MOELJONO MS~ SE, SH i ,+8 i I I . I

I

1384 !DRS. YASRIL ANANTA BAHARUDDINI

I

I

j407 jDRS. SIMON PATRICE MORIN

I

I

!411 jWILLEM PAUL BONAY

I

I

D. FRAKSI PERSATUAN PEMBANGUNAN

I

!50

I

I

I

49 l

·---i

I

s1 . z = . . . II' s: II" ==

I

I

J r-- __ .. ____________________ ---r---1

I

1 -_7

I

..,..

.. ;. i l ::1 ~ , '

!---·__,_ ___

+--- ---~

!

I

!52 49 IDRS.H. HADIMULYO, MSC

I

I

153 ::::6 jH. DJUHAD MAHJA~ SH.CN

I

!

j54 3 (DRS. H. GHAZALI ABBAS ADAN

I

I

j55 8 jH. ABDUL KADIR ABBAS, SH

I

I

l56 21 IKH. AMIN BUNYAMIN

i

I

157 ; '

i

f 60

j

i61 !

I

j62

I

jRH. DIKDIK ISKANDAR, SH

!

23

IH·

HUSSEIN UMAR

i

32 jH. OESMAN SAHIDI, SH

i

54 jDRS. H. MUSLICH, S.F.

I

60 jKH. MUAMAL HAMIDY

I

71 !DRS. H. USAMAH HISYAM

I

JUMLAH KEHADIRAN : 1. FABRI : 9 ORANG -·. L. -;r __ ",i = 4. FKP : FPP : PDI 40 12 1 ORANG ORANG ORANG JUMLAH: 62 ORANG

I

I

156.

l

I

I

! ~58. I i 160.

i

i

i

j6L

!

I £::.. -:;: ~-· ·--= ., = c "" ,,. .. "' .. I:: ~ 55 =" ,,. • = ... = ~ "' = I 57. i '

I

59.

=····=···!

i

61 . • . . . • . . . . • ·I ' l Jakarta,= =-. = =. ,., .... = = =- o; =,. :::r • "" •

(PI MP I NAN RAP?~ T )

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(29)

Nomor Si fat De raj at Lampi ran Perihal TEMBUSAN : '> ,, ' '

SEKRET ARIA T JENDERAL

DEWAN PERW AKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Jalan Jenderal Gatot Subroto - Jakarta 10270 PW. 001/ 2760 /DPR-RI/1999

Biasa Segera :

-Permintaan Nama Juru Bicara Fraksi-fraksi.

Jakarta, 26 Juli 1999

K E P A D A

YTH. BAPAK/IBU PIMPINAN : 1. FRAKSI KARYA PEMBANGUNAN 2. FRAKSI A.B.R.I.

3. FRAKSI PERSATUAN PEMBANGUNAN

4. FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT R.I. J A K A R T A

Sesuai dengan perubahan acara rapat-rapat DPR-RI

Masa Persidangan IV Tahun Sidang 1998-1999 yang telah disahkan dalam Rapat Badan Musyawarah tanggal 24 Juni 1999, bersama ini kami beri tahukan dengan hormat bahwa DPR-RI akan mengadakan Rapat Paripurna Terbuka pada hari Jum'at, tanggal 30 Juli 1999 dengan acara antara lain Pembicaraan Tingkat IV/Pengambilan Keputusan atas RUU tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman.

Sehubungan dengan itu, dan untuk persiapan serta pelaksanaan yang sebaik-baiknya, maka kami mengharapkan bantuan Bapak/Ibu agar kepada Sekretariat Jendera1 selambat-lambatnya tanggal 28 Juli 1999 sudah dapat disampaikan Nama Juru Bicara masing-masing Fraksi untuk keperluan penyampaian Pendapat Akhir Fraksi atas RUU dimaksud pada acara Rapat Paripurna tersebut di atas.

Demikian untuk dimaklumi dan atas perhatian serta bantuan Bapak/Ibu kami ucapkan terima kasih.

)

1. Yth. Bapak SEKJEN DPR-RI.

8EHAJ'TA 210000416 2. Yth. Ibu WASEKJEN DPR-RI.

3. Yth. 4. Yth. 5. Para

(30)

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN KOI\·1181 l Dl'H.-IU

DALAM PEMDICAH.AAN TINGKAT IV/PENGAMHILAN

KEPUTUSAN

MltNGENAI RANCANGAN UNDANG-UNIJANG

TEN TANG

PERUDAIIAN UNDANG UNDANG NO. 14 TAIIUN 1970 TENTANG

KETENTUAN-KE'l'ENTUAN POKOK KEKUASAAN K~:llAKll\llAN

TANGGAL 30 JULI 1999

Assalrunu'aluik.mn Warolunalul.lru.ti

Wabamkaluh.

YU1. Sau<lara Kelua Si<lang Paripurnn;

Ylh. Sau<lara Menleri Kehakiuum Rcpublik In<loncsiu~

Yth. Sau<lara-sau<lara Anggola Dewan ~

Sidw1g yw1g mulia.

I.

PENDAIIULUAN

Perkcnankan

kami

lerlebih

dnhulu

mcng~jak.

para

hadirin

mcmpersen1bahkru1

Pttji

<lnn

Syukur yung luk

hcnli-hcntinyu

kclm<li1ul

Allah Yru1g Maha Ku0s0, kmcna hcrknl ralmml <lrut rctlhn-Nyn, k..ita <fopul mclaksrumkan tugas sebagn.i unggotn Dewun <lan sccara kJmsus Jmri ini

kiln

<lapul

mcnyclcnggarnkru1

Rnpul J>mipm1rn DPR-RI unluk

Pembicaroan Tingkal IV /PengmnbiJan

Kepulusan ulns

Rancru1gnn

Undang Un<lm1g lcnlru1g Pcrubahan Un<lang Um.hmg No. 14 Talnm 1970

Tcnlang Ketcnluan-kclcnluru1 Pokok Kckunsaru1 Kchak.inmn.

Sebagaimru1a kila kctaJrni bcn:mna, lmhwn pa<la

Lru1ggal

12 Juli 1999 ym1g

lalu Pemerinlah

yru1g tliwakili oleh Sau<larn Menteri Kehak.inu.u1 teloh

mengru1larkru1 RUU i.ni bcr<lasarkrut Amanal Prcs.i<len No. 29/PU/VJ/1999

kc1mda

DPR-RI m1luk dapal <libalms <lan

n1cmpcroleh l'ersehtjuan

Dcwru1.

Der<lasarkru1 Kepulusru1 Rapnl Ba<lan Musyawruah Tru1ggal 24 Jmti 1999,

Pembicaraan

di Tingkal

III RUU lcrscbul

pcnangnnannya Jiseruhkan

kcpada Komisi I DPR-RI, deng.an prosc<lur singlrnl,

<lru1

alas kcpernayaan

yang

diberikan

knmi ucnpkan

lcrimn

kusih.

(31)

Saudara Pitnpinan dan Sidang yang k.ami honuati,

Pembicaraan Tingkat III telah dimulai Tanggal 16 Juli 1999 diawali dengan penyelenggaraan Rapat Kerja dengan Saudara Menteri Kehakiman selama 2 hari, wituk n1en1bahas substw1si RUU. Selwtjutnya dibahas oleh Panitia Kerja dan Tim Perumus pada tenggal 19 sampai 29 Juli 1999. · Panitia Kerja dipimpin oleh

Wakil

Ketua Kornisi

I

DPR-RI, Ny. Farida

Syamsi

Chadarie, SH

dengan

18

anggota yw1g mewakili keempat Fraksi.

Saudara Pimpinan, dan Sidang Paripurna DPR-RI yang kwni hormati,

Pengajuan RUU Tentang Perubahan Undang-Undang No.

14

Tahwi

1970

Tentang Kete11tuan-k.ete11tuw1 Pokok. Kekua.~aan Kelmkinum kepacla

Dewan mernpnknn salah :::o.tu mnanal kom;Lilusionul. bcrdasw:kw1

TAP

MPR

RI

No.

X

Tahw1

1998

tentang Pokok-pokok Refonnasi Pembangunan Dalam Rw1gka Penyelwnatan dan Normalisasi Kehidupan Nasional Sebagai. Haluau Negara k.hususnya bah IV Butir C n1enegaske11 perlunya dilakuk.an ref ormasi di bi dang huk.um, dan salah satu age11da yang hams dilaksanakan adalah pemisahan yang tegas antara fim.gsi yudikatif dan fungsi ek.sekutif. Pemisahan dalam RUU ini dilak.sanak.an dengan mengalihkan organisasi, administrasi dan fmw1sial badan peradilan yang semula di bawah departemen terkai.t kepada

Mahkamah

Agwig.

RUU ini kelil1atatmya sederhana, karena hanya me111uat perubalum terhadap Pasal 11 dan Pasal 22 UU No. 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kek.uasaan Kehak.iman, nwnun didalwunya terkandung masalah yang cukup luas.

Didalam pembahasan oleh fraksi-fraksi, ~tara lain dike111ukak.an tentang pengertian pemisahan yang tegas antara fungsi yudikatif dan fungsi eksekutif dalam rengka ke1na11diria11 peradilan, antara lain dipahami bahwa fungsi

yudikatif

ialah menerima, memeriksa dan memutus perk.am. Delam kai.tan itu pula dipertw1yakan tentang pengertian "Kemandirian", apakah kemanclirian fungsional atau kemandirian struktural. Disamping itu berkembang pula pendapat den pertanyaan setelah semua peradilan berada dibawah k.ek.uasaan

Mahkamah

Agung lembaga mana yang akan melakukan pengawasatUlya.

Sehubungan dengan itu, dalwn Penjelasan Umum dinyatakan bahwa dalam upaya wituk 111eningkatkw1 checks and balances terhadap lembaga-· 1e1nbaga peradilan, perlu dibentuk Dewan Kehonnatan

Hakim.

yang

berwenang n1engawasi perilaku

hakitu,

1nemberikwi rekomendasi mengenai perekruitan, promosi dan mutasi

hakim

serta menyuswt kode etik (code of c01iduct) bagi para hakim.

Perubahan terhadap UU No.

14

Tahwi

1970

ini barn 1nerupakan tahap awal, yang akan diik.uti dengan p~bahan terhadap berbagai. peraturan.

(32)

i •

perw1dang-widaugan yang berkaitan dengan badan-badan peradilau, tentunya tennasuk Undang-undang tentang Mahkwnah Agung. Pembahasan tentang pengalihw1 organisasi, administrasi dw1 finansial

Peradilan Agama temyeta tidak. dapet diselesaik.an dalam Komisi, clan

oleh karenw1ya Pimpinan DPR-RI bidw1g Korpol mengadakan loby dengan Ketua keempet fraksi, Menteri Kehakiman, Menteri Agama den Pimpinan Komisi I DPR-Rl pada tanggal 27 Juli 1999.

II. PEMBAHASAN MATER! RUU.

Saudara Pimpinwt dan Sidang yang kami honnati,

Mengenai pembahasan meteri RUU ini dapat kami kemukak.an sebagai

b~: .

1. Judul : disepakati tetap sesuai dengan uaskah awal dari

Pemerintalt:~

.. yaitu RUU tentang Perubahan Undang-undang No. 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuw1 Pokok Kekuasaan Kehakiman.

2. Konsiderans menimbang :

Semula dalam naskal1 RUU hanya ada 3 butir, dan setelab pembahasan ditambahkan 1 ( setu) butir yaitu n1engenai perkara koneksitas, sedangk.an meteri Konsiderans lainnya disempurnakan.

3. Batang

Tubuh

a. Pada Pasal 1 yang menyatakwi perubahwi terhadap Pasal 11 UU No.

14 TahWl 1970 dinyat.akan bahwa mengenai organisasi, administrasi dwi finansial dari masing-n1asing lingkungan peradilan diatur lebilt lanjut dengan Undang-widang sesuai dengan kekhususan lingkungwi peradilan masing-masing.

b. Diantara Pasal 11 dan Pasal 12 UU No. 14 Tahun 1970 disisipk.an

1 (satu) pasal, yaitu Pasal 11 A yang berbunyi sebdgai berikut:

( 1)

Pengalihan organisasi, administrasi dan finansial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayet ( 1 ), dilaksanakwi secara bertehap, paling lama 5 (lima) talrnn sejak undwig-wtdang ini mulai berlaku.

(2) Pengalihan organisasi, admininstrasi dwi fmansial bagi Peradilan

Agama wak.twiya tidak. ditentukan sebagaimana

dimaksud dalam

ayat

(1).

(3) Ketentuan mengenai tel.a cara. pengaliltan secara bertehap sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1 ). ditetapkan · dengan Keputusan Presiden.

Penjelasan

ayat

(2) berbunyi: "Selama belwn dilakukan pengalihan, mak.a organisasi, administrasi, dw1 finansial bagi Peradilan Agama

masih tetap berada di bawah kekuasaan Departemen Agama•.

c. Perubahan terhadap Pasal 22 mengenai perkara koneksi~ disetujui sesuai dengan naskah awal, namun diantara Pasal 40 dan Pasal 41

UU No. 14 Tahun 1970 disisipkwi 1 (satu) pasal yakni Pasal 40 A yang berbunyi sebagai berikut : "Dengan memperhetikan ketentuan

(33)

sebagai.n1an.a cfunak.sud dalam Pasal 40, se1nua ketentuan peraturan perundang-w1dangan sebagai pelaksanaan Pasal 11 at.au yang berkaitan dengan Pasal 22 n1asih tetap berlaku sepanjang belwn diganti dengan ketentuan perahuan perundang-undangan yang barn".

4. Penjelasan

Baik Penjelasan Umwn maupwi Penjelasan Pasal demi Pasal, disempumakan sesuai deugan perken1ba11ga11 pen1bahasa11 Konsidemns dan batang tubuhnya.

Saudara Ketua, Sid.mtg Paripwna DPR-RI yang kami muliakan,

III. PENUTUP

Demikianlah

pokok-pokok Laporat1 Komisi I DPR-RI terhadap pembahasan Tingkat III Rancangan Undang Undang Tcntang Prnthahan Undang llndang No. 14 Talmn l~>10 Ttmh:utg K.cl.cnluan-k.elentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman yang telah disetujui dat1 ditanda-tangatti oleh Fraksi-fraksi dan Pemerinlah dalam Rapat Kerja Komisi I DPR RI Tanggal 29 Juli 1999

Pen1bahasan RUU itu dalwn Rapat-:-rapat Konlisi I DPR RI baik dalam Raker maupwi dalwn Panja dan Titnus, telah berlangsw1g secara 1nendalrun. Meskipwi terjadi pen1bahasan yang cukup alot, loby dat1 konsultasi, disebabkan adanya aspirasi dan perbedaau pendapat dengan berbagai argwnentasinya, natn\m sen1uanya telah dapat diselesai.kan secara tnusyarawah, dan mufakat.

Kerjasatna dan saling pengertiatt dari semua Fraksi dan sikap ak.omodatif dari Pen1erintah sangat besar artinya dalrun penyelesaian RUU ini. Perlu · pula katni trunbahkan bahwa sementara berlangswignya pembabasan

RUU itti telah pula disrunpaikan sarat1 dru1 pendapat dari kalangan

n1asyarakat seperti Lembaga Kajian dat1 Advokasi w1tuk Independensi Peradilan, YLBHI, IK.ADIN, wisur Universitas Indonesia, demikiat1 juga dari Majelis Ulama Indonesia dan Ketua-ketua Pengadilatt Tinggi Agama. Sejauh mungkit1 semua aspirasi sudah menjadi perhati3ll Komisi I DPR-RI, namun tentu tidak semuanya dapat kanu ak.omodir, karena terdapat juga pendapat yang bertentangan antara yat1g salu dengatt yang lain.

Oleh karena RUU Perubahau UU No. 14 Tahwi 1970 itti merupakan tahap awal, kiranya perlu menjadi perhatian semua pihak, bahwa langkah lanjut

.baik dalatn rattgka perubahru1 peraturatt perundang-undangan terkait maupun upaya pengawas3llllya, sehingga benar ak.311 dapat mewujudkan harapan masyarak.at yaitu bahwa peradilan merupak.311 tempat mencari

(34)

keadilru1 dan kcbenanm sehingga inembawa ketentraman <lalam kchidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Ak.himya kami tnengucapkru1 tcrima kasih kcpa<la FABRl,: FKP, FPP, FPDI dan Pemerintah yang Lelah sungguJ1-sungguh dru1 cennat men1bahas RUU ini sehingga daput mcnghasiJkan sualu produk Undang-un<lang yang mcnjadi lan<lasan untuk n1clangkah lehih lanjut.

Tcruna kasih juga kami srunpaikru1 kepada media n1assa baik cetak 1naupun elektron.ik · yang telah menginformasikan RUU kepada inasyarnkat, sehingga masyarakat 1nengctahui seGara luas adanya

perubahan UU No. 14 Tahun 1970 Tentang Ketcntuan-kelenluan pokok kekuasaan Kehakiman.

De1nikia11 pula ucapru1 Leri.ma kasil1 kami sampaikan kepada Sekretariat Konusi I DPR-RI dan sluf Sckretaris Jen.dcral Departemcn Kehakiman yang Lelah n1c1nbru1tu <lalam pen yiapan administrnsi malcri RUU.

Dengan disetujuinya

11asil

pen1bahasan RUU ini, maka pada kesetnpatan

ini kruni tnenyerahkan Rancangan Undang-undang tentang Perubahan Undru1g-Undang No. 14 Talnm 1970 Tentang Kelentuan-ketentuan Pokok Kekuasaru1 Kehak.unan ini kcpa<la Si<lang Ocwm1 Ym1g Terhormal. untuk dinuntakru1 persetujuan dari n1asing-1nasing Fraksi untnk disahkan

menjadi Undang-undru1g.

Demi.kian dan Teri.ma kasih.

Wassalruuu'alaikun1

WaroJunatullahi \Vabarn.k.atuh .

. J AK.ART A, 30 Juli 1999

KETUA KOlYIISI I DPR RI

NY. AISYAII Al\UNY, SH

(35)

DEWAN PERWAKIL/\N RAKYAT

FRAKSI AflRI

-PENDAPAT AKI-HR FRAKSI ABRI DPR-Rl ATAS

RANCANGAN VNDANG-UNDANG REPVBLIK INDONESIA

TENT ANG

PERIJBAllAN VNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1970

TENT ANG

KETEN'IUAN-KETEN'IUAN POKOK KEKUASAAN KEHAKIMAN Yth. Saudara Phn11lnan Rapat

Yth. Saudara Menterl Kebaklman sclaku wakll Peme1·lntah. Yt'1. Saudara-saudara Anggota Dewan dan hadirin sekalian

Mengawali Pendapat Akhir Fraksi AI3Rl i.ni, marilah terlebih dahulu ki.ta mernanjatkan puji syukur kehadirat , Tulian Yang Maha Kuasa, atas raklm1at dan perkenan-Nya, pada hari ini kita dapat rnenghadiri Rapat Paripwna · Dewan dalam kea<laan seh1tt walaifat tmtuk mengikuti Pembicaraan Tingkat IV atas Rancangan Undang-Wldang tentang Perub3han Undnng-tmdang Nomor 14 T3hun 1970 tentang Ketenh1an-ketentuan Pokok Kekuasaan

--Kehak:imait. ·

-Pada kesempatan ini atas nama Fraksi ABRI perkenanka.nlah kami menyampaikan ucapan terima kasih<~

·-kepada Saudara Pimpinan Rapat, alas kesempatan yang diberikan ·-kepada kami Wltuk menyampaikan Pendapat'_ Akhir Fraksi ABRI atas Rnnc::ing::in Und::ing-tmdnng tersebut.

Kita semua wa_iib bersyukur karena Komisi I DPR-RT bersama Pemerintah dalam sempitnya waktU pada\; akllir masa bhakti DPR-RI periode 1997 - 2002, telah berhasil menyelesa:ikan pembahasan Rancangan

Undang-tm<lang lcntang Peruba11w1 Undang-undang Nomor 14 Tahw1 1970 tenlang Ketentuan - ketentuan Pokok Kekuasaan · Kehakim:m.

Rancangan Undang-umlang tersdmt memang hanya menmat dua pasal perubahan, narnun demild.an --pembahasam1ya temyata memerlukan waktu. tenaga dan piki.ran, tidak semudah yang semula diperki.rakan, karena ·-kedua pasal lersebut memuat materi yang sangat substansial clan menjadi tonggak sejarah bagi perkembangan ·_-_ kekuasaan keh::ik:iman yang merdeka., sebaga:imana telah diamanatkan oleh Unclang-Wldang Dasar 1945. · · '

Namun demikian berlandaskan sernangat kekeluargaan dan rnusyawarah wituk mufakat di antara fraksi-fraksi dan Pemerintah untuk menghasilkan w1dang-widang yang terbaik bagi bangsa dan negara, maka Segala' . perbedaan pendapat dapat diselesaikan dan pembahasan atas Rancangan Undang-undang tei-sebut dapat diselesaikan': dengnn baik.

Yth. Saudara Phnplnan Rapat dan hadil'ln sekalian ·' "~~{;j Sebagaimana telah kita ketahui,. ki-isis ekonomi dan moneter yang mulai melanda negara ki.ta sejak tahw(;_: ;S~f:

1997 d:m masih berlangs1mg dampaknya hingga saat ini, telah rnenimbulkan berbagai krisis tennasuk krisis)- ·

kepercayaan alas peranan lmkwn sebagai pranata kehidupan berbangsa clan bemegara. _._ "2t, _ , .

Sejalan dengan tuntutan refonnasi disegala bidang, supremasi hukwn harus ditegakkan clan wituk ''/i}l,:/

menegakkan supremasi hukum tersebut pedu dia<lakan refo1masi di bi<lang hukum, khususnya kekuasaan> ; t'~_t

kehakim::in yang hams diletakk::in pada ftmgsi dan kewenangan yang sesuai dengan UUD 1945 dalam sistem ~ ;;k:}

kctatancgaraan Republik Indonesia. ,; ~ '">;

-Ketentuan tentang kekuasaan kehak:iman dalam WD 1945 diatur dalam pasal 24 clan pasal 25 beserta · , · -penjelasa1mya. Menumt UUD 1945, kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung clan lain-lain;.:'~,;,;;' Badnn Kenakiman menurut lmdnng-undang. Kekuasaan kehaki.rnan ialah kekuasaan yang merdeka. artinya terlepas}; -:~~' dari kck.11a.-;aan P.:merintah. Sebagai lembagn Tinggi Negara, Mahkarnah Agm1g beiperan sebagai Pengadilan Negara : . ·:·;~~ Tertinggi dan pw1cak d::ui semua lingk-ung::u1 peradilan yang bertugas rnengawasi semua lingkungan peradilanL f-~r~

terse but. '.-:

-.:~~ '.·~~

Yth. Saudara Plmpinan Rapat dan hadiri•• ~ekalian \;{~'.Y1

Sebelum kami menyarnpaikl!n ulasan lebih lanjut tentang kek-uasaan kehakiman yang bebas dari perigaruh ' -.-- :. t.

kckuasaru1 Pe1Herintah sebagaimana dialur dalam Rancangan Un<langw1dang tentang Perubahan Undang.undang · -Nornor 14 Tnhun 1970 ini, ijlnkanlah k::imi menyampaikan kembali pokok-pokok pikiran atas Rancangan Unclang-'.;

undang ini sebagai h1.:rilmt: -_

Pertama Bahwa w1d::u1g-widang ini hendaknya dapat mewujudkan kekuasaan kehakiman yang,.-. bdms dari pengaru11 kekuasaan Pemerintah sebagaiomana telah diamanatkan dalamPasal'.:' 24 dan Pasal 25 Undang-undang Dasar 1945 dan Ketetapan MPR-Rl Nomor{ Xl!v!PR/l 998 tentnng Pokok-pokok Refonnasi Pemba11gunan Dalam Rangka'; i

.-Penyelamatan dan Nonnalisasi Kehidupan Nasional sebagai .Haluan Negara.

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(36)

Kedirn Ketiga

B:ihwa Und:ing-un:ing ini hend:iknya dap:it mewujudkan kesamaan derajat ant

k~crnpat li1wk11nga11 peradilnn sdingai pengadilan negara.

Baltwa 11mla11g 1111da11g ini h<.!ndaknya tic.lak mengcsampi.ngkan ketl!ntuan kelJmsus

Y•lll.I! b..:rhiku dt li11gku111.w11 pt!rnd1Jan masing-masing.

R~rbicara k11fa11t! kcmandi1ian haJ..im yang hehas dari pengarnh keJ.,.,iai;aan pernerintah da.11 ekstra }'11disi laiimya, berbag::u penc.lapat telah berlangstmg lama, setidak-tidaknya sejak diberlak-uka.tmya Undang-w1dang Norn~

l .t Talnm 1904 tenlang Kelt:11tuan-kek11luan Pokok Kekuasaan Kehakiman. Pennasalaban kemandirian kekuasaJ

kehakirnan selama ini telah mencuat menjadi pembicaraan tunurn yang berkembang menjadi polernik. Burukn}i kondisi huk11rn yang herhu1gsung hingga saat ini antara lain adalal1 karena tidak adanya independensi lemblllJ . peradilan, sehi.ngga sangat mempengaruhi integritas para hakim dalam mewujudkan supremasi hukum di Indonesia, P.:ngaruh kckuasaan cksek-ulif dalam bidang pera<lilan secara nyata dapat kita lihat dari penjelasan Pasal I

Undang-undang Nomor I ,I Tahun 1964 yang antara lain berbunyi: "Pen.t:adlla11 adala11 tldak bebas darl pengan~

kelma.rna11 ekrekutif don kek11asaa11 membuat t111da11g-1111dw1g ... Adakalmiya Preside111Pemimpin Best

Rei·olusi llarw; dapal turut alait campur tallgllli baik dallllt1 perkara perdaJa maupun dalam perkara pidan•

llal ini disehahkan karena adanya kepentinga11 negara dan ban,tfSO)'ang lebih besar ...•... "

Dengan bunyi penjelasan Pasal 19 Undang-undang Nomor 14 Tahun 1964tersebut, maka walaupun camp1

tangan Presiden dibatasi dengan persyaratan yang ketat, namw1 tolok ublf apa yang dimaksud dengan kepenting~

negara clan bangsa yang lebih besar masih ti<lak jelas dan penatSiran pengertiannya sangat tergantlmg kepa< kepentingan Pemerintah.

Dalam masa Orde Bam penyimpangan tcrsebut telah dikoreksi dengan dicabutnya Undang-undang Norn~

14 Tabw1 1964 dan diganti dengan Undang-w1dang Nomor 14 Tahun 1970 dengan judul yang sama. Deng!

dicabutnya Undang-undang Nomor 14 ta11w1 1964. sudah bebaskah kek"U8saan kehakiman dari pengaruh kekuasaa: eksekutif '! Pasnl 4 ayllt 13) Undang-unrlang Nomor 14 Tahun 1970 memang sudah menyebutkan bahWa sega campur tangan dalrun urnsan pcradilan oleh pihak-pihak lain di luar kekuasaan kehakiman dilarang kecuali da1ain h~

hal yang disebutkan dalam Undang-widang Da:;ar.

Na.mun Pasal l l ayat (1) Undang-undang tersebut menyatakan bal1wa badan-badan yang melakub peradilan scbagaimana climaksud dalam Pasal 10 ayat (1), yaitu lingkungan Peradilan UmlllD, Peradilan Ag8In

Peradilan Militer dan Peradilan Tnta Usaha Negara, organisatoris, administratif dan finansial ada di bawah masin: masing departemen yang bersangk"Utan. Peradilan Umum dan Peradilan Tata Usal1a Negara dibawah Departemc Kchaki.man. Peradilan Ag.una di bawah Departemen Agama dan Peradilan Militer dibawah Departemen Pertaharu rlan Keamllnan.

Dengan adanya ketentmm pembinaan badan-badan peradilan secara organisatoris, administratif d1 finansial d1uawah d\!pat1emen ym1g bersangkutan, maka hal ini menwtjukkan pula masih terbukanya pelwu campur tangan eksela1tifyang akan berpcngaruh terhadap kcbebasan da.t1 kemandiri::1.11 para hakim dalaln mengaml keputusan. Hal ini memmjnkkan bahwa kekuasaAn kehakiman tidak lagi merupakan kekuasaan yang bebas di pengarull kek1.msaan eksek•1tif dan tidak bcrada di bawah l\fahkamah Agung sebagaimana diamanatkan oleh Pasal : dan Pasal 25 CJndang-undang !Jasar 1945.

Demikian pula apabila cliti.njau dari segi administratif peradilan., kewenangan kekuasaan kehakiman ju: tirlak scpcnnhnyll dilaksanakan, karena pelaksanaan pengawasan dan pembinaan personil yang berkait:an · dCJ181 mutasi, promosi dan jenjnng knrier di bawah kek.1.msaan ekseh1tit: sehingga dapat mengurangi pula kemandirian pa

hakim.

Ketenh1an Undang-w1dang Nomor 14 Tahw1 1970 yang bertentangan dengan asas kekuasaan kehakim yang merdeka ctan bebas dari penganlh pemcrint.ah sebagaimana telah diamanatkan dalain penjelasan UUD 1~

sebenamya sudah lama disadari oleh para wakil ral')'at di MPR, sehingga menganggap perlu untuk menegask kembali asas kekuasaan kehakiman yang merdeka i.ni dalaJn ketetapan MPR-RI Nomor lll/MPR/1978 ya: menyatakan bahwa l\lahkamah Agw1g adala11 badan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman yang dah pelaksanaan tugasnya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh-pengamh lainnya.

Penegasan kembali asns kelmasaan kehakiman yang merdeka ini temyata tidak segera ditindak lanJ <lengm1 mengadahn perubahan Pasal 11 Undang-undang 14 Tahun 1970. Perubahan tersebut baru dilaksanakan sa

ini setelah dalam era refom1asi, yaitu dengan diamanatka.imya oleh MPR-RI dengan Ketetapan Nomor :X/MPR/19 tentang Pokok Pokok Rcfonna.c;i Pembnngunan Dalnm Rangka Penyelarnatan dan Nonnalisasi Kehidupan Nasi01 Sebagai Haluan Negara. yang mengagendakan harus clijalankannya pemisohan yang tegas antara fungsi-funi

yudikatif dari eksekuti( ·

Fraksi ABRI berpendapat bal1wa terwujudnya kekuasaa.n kehakiman yang ma.11diri dan bebas tidak sema mata hanya dengan melepaskan pengaruh kekuasaan yudikatif dari kekuasaan eksekutif dengan rnengalihk pembinaan organisasi, administrasi dan finansiil dari departemen yang bersangkutan kepada Mahkamah Agw rn1mw1 kiranya perlu juga dipertimbangkan adanya pengaruh-pengaruh yang bersifat ekstra yudisial baik beru tekanan-tekanan secara fisik atau mental, pengaruh pers da.11 masyarakat, maupun pengaruh lain yang berupa mab Selai.n pengaruh-pcngamh sebaiwimiina tadi telah kami sampaikan, sesungguhnya yang paling uitama adalah terle1

kepadaintegritaspriOOdiporaho!cim;scn~·-

~

"@-(:!:~

-~·~~

2

(37)

Yth.

Yth.

Saudara Plmplnan Ha1lat

Saudara 1\lt>ntcri Kt'hakhnan dan hadirin segkallan yang kaml hormatl.

Pcmbahas:m Pembicaraan Tingkat Ill atas Rancangan Undang-undang i.tri telah diserahkan kepada Komisi I DPR-Rl bersama Pemerinlah dan tdah menghasilkan Rancangan Undang-m1<lang tentang Pembahan Undang· undang Nomor 14 tahun 1970 tentang Ketentuan-ketcntuan Pokok Kekuasaan Kehakiman yang telah

disempumakan. Dalam Pasal 11 ayat (1) Rancangan Undang-1mdang yang telah disempwnakan tersebut dapat kita

ketahui bahwa badan-badan peradilan sebagai.tnana c:limaksud dalam Pasal 10 ayat (l) Undang-w1dang Nomor 14

Talum 1970, yailu Pera<lilan Umum, Pera<lilan Agama, Pera<lilan Militer dan Pera<lilan Tata Usaha Negara;

organisatoris; administratif dan finansial tidnk lagi berada di hawah Departemen yang bersangkutan, tetapi dialihkan

mer~jadi di bawah Mahkamah Agung. Dengan pemhahan keduduka.11 pembinaan organisasi, administrasi dan finansial keempat lingkw1gan peradilan menja(li di baW{Ul Mahka.mah Agw1g tersebut, maka diharapkan kekuasaan

· kehakiman yang bebtts dmi. pengaruh Pemerintah sebagai.mana diamanatkan oleh UUD 1945 clan Ketetapan MPR·RI Nomor XIMPR/l 998 serta kesetarnan antara keempat lingkungan peradilan dapat diwujudkan.

Dt.>tnikim1 pula dengan diterimanya usulan fraksi ABRI tentang perlu diperhatikannya ke.khususan · lingkw1gan peradilan masing-masi.ng d:.tlam und:mg-undang yang akan dibentuk sebagai pelaksanaan Undang-m1<lang ini, dan telah dicanlwnkan usulan lersebut dalam Pasal II, Pasal 11 ayat (2), ke.khawatiran akan hapusnya kekhususan lingklmgan peradilan masing-masing, termasuk lingkungan Peradilan Militer telah dapat dihindarkan. .

nerdasarkan Rancangan Undang-w1dang lrnsil pembahasan dalam Pembicaraan Tingkat III oleh Komisi I·;~

DPR-RI bersama Pemerintal1, Fraksi ABRI berkesimpulan bal1wa Rancangan Undang-undang tentang Perubahan · \Jnda.ng-undang Nomor 14 Tahw1 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehak:iman yang

disempumakan telah memenuh.i a.m.·mat Pasal 24 dan Pasal 25 UUD 1945 dan amanat Ketetapan MPR Nomor X/MPRJI 998 tenlang Pokok-pokok Refonnasi Pembm1gm1an -Dalam Rangka Penyelamatan dan Nonnalisasi Kehidupan Nasional sellagai Halm111 Negara, serta tela.h sesuai pula dengan Pokok-pokok Pikiran Fmksi ABRI.

Oleh karena itu <lenga.n mengucapkan syukur Alham<lulillah, Fraksi ABRI <lengan ini menyatakan

~ menyetujui .Rancangan Undang-undang tentang Perubahan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang

"V\'

Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman sebagai hasil Pembicaraan Tingkat III w1tuk disahkan menjadi Undang·

w1dang oleh Presiden Republik Indonesia.

Berkaitan dengan persetujuan lersel.lut., maka pa<la kesempalan ini Fraksi ABRI ingin menyampaikan harapan-harapan sebagai berikut:

Yth. YtlL Yth. Pe1tama Kedua Kt!tiga Keempal

Pemerintah agar segera menyusWl dan menyampaikan kepada DPR·RI

Rancangan Undang-undang sebagai pelaksanaan Undang-undang ini tanpa perlu , · · memmggu batas waktu li.ma tahun. Sedangkan pelimpahan organisasi, ;: . "h· :: administrnsi dan finnnsiol bagi Peradilan Agama kepada Mahkamah ·Agung. :,if;;i~:~'.

walaupun waktunya tidak ditentul<an, nanmn wituk mewujndkan keset.araan '';'.'.'° ;€!.,~

antara keempat lingk'UJlgan peradilan kiranya perlu dipertimbangkan : agar '~'.::k·f{

pelaksan1:111Jmya ti<lak terlalu lama berbeda dengan ketiga lingkungan peradilan \~ : :

;:-lainnya. Pemerintah diharapkan agar segerajuga menyiapkan berbagai Rancangan

f

·

Unchmg-un<lang tentang Perubahan Undang-widang yang berkaitan dengan '.\ adanya perubaha.n Undang-undang Nomor 14 Tahwi 1970 ini. · · SambiJ memmggu pelaksanaan pelimpahan pemb.inaan organisasi, administrasi dan finansial kepada Mahkarnah Agm1g, Pemerintah hendaknya tetap meningkatkan profesionalisme para hakim sesuai lingkungan peradilan masing-. masi.tig.

Pemerintah agar memberikan perlindwigan dan jaminan keamanan kepada para

hakim agar dalam tugasnya dapat melaksanakan kekuasaan kehakiman. yang .

bebas dari pengaruh tekanan ekstra yudisial bail< secara fisik maupun m~ta,J.'.~ dalam bentuk dan dari pihak manapunjuga. . '.,"-''.'~; · , Pemerintah agar sw1gguh·sw1ggul1 memperhatikan kesejahteraan para hakimdari ~.;-:~' :;~/~· keempat lingkungan peradilan, dengan memberikan tunjangan fungsional yang J(>

+

< • memHdai, dan berbagai tunjru1ga11 lain yang dulu pernah diberikan, penyediaan .' ( _ penuna11an. alat transportasi clan sarana lainnya yang dapat meningkatkan ·,:/ :: ,, 1

kesejahteraan para hakim beserta keluarganya. Namwi sebaliknya : wituk

f: ' '

membentuk hakim yang mernpunyai integritas tinggi , Undang·undang Nomor 28

:t ·

~;~

';

Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,. :·:, Kolusi dan Nepotisme perlu segera ditegakkan di lingkungan peradilan, karena · · hakim tennasuk dalam pengerti.an penyelenggara negara.. · · 1

·

Saudara Pimpinan Rapat,

Saudara l\lcntcd Kclmklmau bcsc1·ta slaf. Pa1·a Anggota Dewan serta hadlrln sekalian

Sebelum rnengakhiri Pendapat Akhir ini, perkenankanlah atas narna Fraksi ABRI kami menyampaikan fe1ima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Fraksi Karya Pembangunan, Fraksi Persatuan ,, Pembangunan dan Fraksi Prutai Demokrasi Indonesia atas pemahaman clan penerimaan yang bail< terhadap aspirasi · ' " Fraksi ABRI tent.mg perlu <lipertimba.ngkam1ya kekhususan Peradilan Militer dala.m penyusunan Undang·widang

3

(38)

I

yang akan cfatang, ~chagai tindak lan_i11t amanat llJJdang-nnrtaJJg ini. Fraksi ABRI juga mengucapknn terima ka atas h:ria sama yang .crat <kngan dilandasi okh semangat musyawarnh wlluk mencapai mufakat, sehin pcmbahas'1t1 R::mcar1g~1n l;ncla11g w1dang cfapat kita laksfillakan clcngan bfilk.

Ucapan krima kasilt dan pen~hargaan yang setin~gi-tingginya juga kami sampaikan kepada Sau; Menteri Kehal-iman yang mewakili Pemerintah. heserta stafyang telah bersifat terbuka dan akomodatif nienangga p1.;ndapat dan mi1suhm ,1a11 f7r.1bi-liabi. Dt:mikian pula 11capan terinrn kasil1 ka..··ni sampaikan kepada Sekretari

Komisi I DPR-RI yang dcngan µcnuh pc1ha_tian dan ketekt!n;m tclah memperlancar pembahasan pada Pembicarj Tmgkal lll al<'-; H..a11ca11ga11 Umla11g-1.;1<lu11g uu.

Tak lupa kami sampaikan ucapan terima kasih clan renghargaan kepada saudara-saudara wartawan bmk

media cetak ma11p11n nwdia dektronik yang tel11h meliput kegiatan pembahasan Rancangan Undang-w1dang ini:J.·

m~nyebarluaskan wuuk diketahui oleh masyruakat.

· Sl!moga Tuhat1 Yang Maha Esa sdalu melimpahkan taufik dan hidayah-Nya kepada kita sekalian,

pengabdfan kep:id:i bangs:i d:in negara tercinta ini.

~lengctahui/ \ fcnyl!tujui Ketua Fraksi ABRJ DPR-RI

TID H. ACHMAD RQESTJ\Nj)l, sn A"'141 MSlPA-UUM 4 Jakarta. 30 Juli 1999 Juru Uicara TIO SOENARIO. SH A-467 ; , ..

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh air kelapa muda dan madu sebagai bahan pengencer terhadap motilitas dan lama hidup spermatozoa pada proses penyimpanan,

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dengan judul Faktor-faktor yang mempengaruhi duplikasi penomoran berkas rekam medis dengan menggunakan hasil uji

Sumber sekunder adalah sumber yang memberi penjelasan terhadap sumber primer. Sumber tersebut sebagian besar merupakan literatur yang terkait dengan konsep hukum islam

Substrat yang digunakan untuk masing-masing perlakuan yakni media lumpur dari habitat asli, tanah rawa, tanah kuning, kombinasi lumpur dari habitat asli dengan tanah rawa

Menimbang, bahwa setelah mempelajari dan memperhatikan secara seksama berita acara sidang dan salinan Putusan Pengadilan Agama Cikarang Nomor 0626/Pdt.G/2016/PA.Ckr

Seiring dengan perkembangan tekhnologi informasi (TI) yang semakin pesat, kebutuhan akan suatu konsep dan mekanisme belajar mengajar berbasis TI menjadi tidak

Merujuk pada pentingnya pengembangan jasa pariwisata di wilayah kabupaten Buleleng, khususnya di desa Banyupoh, kecamatan Gerokgak; pentingnya pemberdayaan masyarakat

Berbagi link melalui note dapat dilakukan oleh guru Anda, kawan-kawan Anda, maupun Anda sendiri. Apabila Anda ingin berdiskusi atau menanyakan sesuatu melalui