• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KOMBINASI DEFAUNATOR DAN PROBIOTIK TERHADAP EKOSISTEM RUMEN DAN PERFORMAN TERNAK DOMBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KOMBINASI DEFAUNATOR DAN PROBIOTIK TERHADAP EKOSISTEM RUMEN DAN PERFORMAN TERNAK DOMBA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

TERHADAP EKOSISTEM RUMEN DAN PERFORMAN

TERNAK DOMBA

AMLIUS THALIB, B. HARYANTO, H. HAMID, D. SUHERMAN, danMULYANI

Balai Penelitian Ternak P.O. Box 221, Bogor 16002, Indonesia

(Diterima dewan redaksi 31 Mei 2001) ABSTRACT

THALIB, A., B. HARYANTO, H. HAMID, D. SUHERMAN, and MULYANI. 2001. Effect of combination of defaunator and probiotic on rumen ecosystem and sheep performance. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 6(2):83-88.

A study on the improvement of ruminants performance through direct intervension on their rumen has been conducted by using sheep animals. Thirty six of young ram were randomly distributed into 6 groups of dietary treatment and each group consisted of 6 animals. The treatments were (1). Control (K); (2). K + EKM (D); (3). D + Probion; (4). D + BSC; (5). D + BSR; (6). D + Commercial Probiotic (µBio). EKM is the extracted crude saponin of Sapindus rarak fruit with methanol, used as defaunator. BSC and BSR were consecutively cellulolytic cocci and cellulolytic rods. All animals were fed elephant grass ad

libitum and concentrate (0.5% of live weight). Feeding treatments were conducted for 16 weeks including 2 weeks adaptation

period. The measurements conducted were body weight gain, feed consumption, dry mater digestibility of feed (in vitro DMD and in vivo DMD), rumen ecosystem (pH, protozoal and bacterial populations, NH3-N and VFA contents). The results showed that defaunation changed the rumen ecosystem (P<0.05) when compared to control (i.e protozoa : 2.61 x 105 vs 4.73 x 105 sel/ml; total bacteria : 3.67 x 109 vs 2.46 x 109 colony/ml; total VFA : 2.23 vs 3.23 mg/ml), and also tended to increase body weight gain (ADG) of animals (P>0.05). Changes of fermentation product values, due to defaunation treatment could be rebalanced by additional of probiotic, such as NH3-N content could be rebalanced by addition of BSR and µBio, while total VFA concentration could be rebalanced by addition of BSC and BSR. Probiotics used, especially Probion and BSR, were able to improve the positive effects of defaunation on the animal performance in which ADG of (D + Probion) treatment was significantly higher than control (ie. 54.69 vs 44.36 g), and 56.26 versus 44.36 gram for (D + BSR) treatment.

Key words: Defaunation, probiotic, sheep performance

ABSTRAK

THALIB, A., B. HARYANTO, H. HAMID, D. SUHERMAN, dan MULYANI. 2001. Pengaruh kombinasi defaunator dan probiotik terhadap ekosistem rumen dan performan ternak domba. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 6(2):83-88.

Suatu studi mengenai perbaikan performan ternak ruminansia dengan pendekatan intervensi langsung terhadap sistem rumen telah dilakukan dengan menggunakan ternak domba. Tiga puluh enam ekor domba jantan muda didistribusikan secara acak ke dalam 6 grup perlakuan pakan dan setiap grup terdiri dari 6 ekor ternak. Perlakuan yang diberikan adalah (1). Kontrol (K); (2). K + EKM (D); (3). D + Probion; (4). D + BSC; (5). D + BSR; (6). D + probiotik komersial (µBio). EKM adalah ekstrak saponin kasar buah lerak dengan metanol, dan berfungsi sebagai defaunator. BSC dan BSR masing-masing adalah bakteri selulolitik coccus dan bakteri selulolitik batang. Seluruh hewan percobaan diberi hijauan rumput Gajah ad libitum dan konsentrat (0,5% dari bobot hidup). Percobaan perlakuan pakan dilakukan selama 16 minggu termasuk 2 minggu masa adaptasi. Parameter yang diamati adalah pertambahan bobot hidup, konsumsi ransum, kecernaan bahan kering (in vitro DMD dan in vivo DMD), ekosistem rumen (pH, populasi protozoa dan bakteri, kandungan N-NH3 dan VFA). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa proses defaunasi telah merubah beberapa parameter ekosistem rumen (P<0,05) bila dibandingkan dengan kontrol (yakni terhadap protozoa : 2,61 x 105 vs 4,73 x 105 sel/ml; bakteri total : 3,67 x 109 vs 2,46 x 109 koloni/ml; VFA total : 2,23 vs 3,23 mg/ml), dan juga cenderung meningkatkan pertambahan bobot hidup harian (PBHH) ternak (P>0,05). Perubahan nilai-nilai produk fermentasi rumen akibat defaunasi dapat diimbangi oleh perlakuan pemberian probiotik, seperti kandungan N-NH3 diimbangi oleh pemberian probiotik BSR dan µBio, dan kandungan VFA total dapat diimbangi oleh pemberian probiotik BSC dan BSR. Probiotik yang digunakan, terutama Probion dan BSR, dapat meningkatkan pengaruh positip defaunasi dengan lebih baik lagi terhadap performans ternak domba dimana nilai PBHH grup D + Probion lebih tinggi daripada kontrol, yakni 54,69 vs 44,36 g (P<0,05) dan 56,26 vs 44,36 g (P<0,05) untuk grup D + BSR.

(2)

PENDAHULUAN

Perbaikan produktivitas ternak ruminansia yang memperoleh pakan hijauan berkualitas rendah dapat dilakukan dengan mengoptimalkan efisiensi fermentasi rumen. Efisiensi fermentasi rumen dapat dicapai melalui berbagai pendekatan, termasuk pra perlakuan bahan pakan yang akan diberikan kepada ternak (KLOPFENSTEIN, 1978; RANGNEKAR et al., 1982), defaunasi (JOUANY, 1991; THALIB et al., 1996), pemberian suplemen mikroorganisme (probiotik) (FALLON dan HARTE, 1987; MUTSVANGWA et al., 1992; HARYANTO et al., 1998), inhibitor metanogenesis (FONTY dan MORVAN, 1995), inhibitor protease dan deaminase (BROCK et al., 1982), dan faktor pertumbuhan mikroba (HUNGATE dan STACK, 1982; THALIB et al., 1998).

Metode defaunasi secara parsial dapat memberikan pengaruh positif terhadap kinerja rumen dan penampilan domba yang diberi pakan berkualitas rendah (THALIB et al., 1996). Hal ini disebabkan oleh berkurangnya pengaruh sifat predasi protozoa terhadap bakteri sebagai akibat dari penurunan populasi protozoa secara signifikan tanpa menghilangkan peranan positif protozoa dalam rumen.

Penggunaan probiotik pada ternak ruminansia (YOON dan STERN, 1995) dapat meningkatkan produksi susu sapi perah, pertambahan bobot hidup, dan efisiensi pakan pada penggemukan sapi potong. Penggunaan probiotik di Indonesia dilaporkan juga dapat memberikan pengaruh positif terhadap ternak ruminansia (WINUGROHO et al., 1995; HARYANTO et

al., 1998).

Probiotik didefinisikan FULLER (1989) sebagai bentuk suplemen mikroba hidup yang memberikan efek menguntungkan terhadap ternak. Mikroorganisme utama dalam probiotik yang umum diberikan pada ternak ruminansia adalah biakan jamur seperti

Aspergillus oryzae dan Saccharomyces cerevisiae dan

bakteri asam laktat seperti Lactobacillus (YOON dan STERN, 1995). Probiotik yang kandungan mikro-organismenya berasal dari mikroba rumen telah dikembangkan di Indonesia sejak sekitar 10 tahun terakhir seperti Starbio, Bioplus, dan Probion. Probiotik tipe ini dapat memberikan efek sinergistik terhadap pencernaan serat pakan di dalam rumen, sehingga sangat bermanfaat untuk ternak ruminansia di negara-negara tropis. Mengacu pada ragam dan peran probiotik yang berbeda, maka upaya untuk meningkatkan efisiensi fermentasi rumen dilakukan pada penelitian ini dengan perlakuan kombinasi defaunasi dan penggunaan probiotik.

MATERI DAN METODE

Tiga puluh enam ekor domba Garut jantan sedang tumbuh dengan bobot hidup rata-rata 17,97 ± 1,10 kg,

didistribusikan secara acak ke dalam 6 kelompok perlakuan pakan dan setiap kelompok terdiri dari 6 ekor.

Perlakuan pakan yang diberikan untuk setiap kelompok adalah sebagai berikut:

1). Kontrol : K

2). K + defaunator EKM : D 3). D + probiotik probion : D-ProB 4). D + probiotik BSC : D-BSC 5). D + probiotik BSR : D-BSR 6). D + Probiotik BioMikro : D-µBio

EKM adalah ekstrak saponin kasar dari serbuk buah lerak (Sapindus rarak DC) yang disiapkan menurut prosedur THALIB et al. (1994). Zat defaunator EKM diberikan 3 hari sekali dengan dosis 0,06% dari bobot hidup. Probion disiapkan menurut prosedur HARYANTO

et al. (1998) dan diberikan bersama-sama konsentrat

dengan dosis 1,0% dalam konsentrat. Probion pada prinsipnya merupakan campuran isi rumen sapi dan kompos yang diproses melalui inkubasi anaerob dengan penambahan ZnSO4. Probiotik bakteri selulolitik cocci

(BSC) dan bakteri selulolitik rod (BSR) disiapkan menurut prosedur THALIB et al. (2000) dalam bentuk sediaan cair dengan jumlah total bakteri 2-3 x 109

koloni/ml. Dosis BSC dan BSR masing-masing diberikan sejumlah 150 ml setiap 3 minggu sekali secara oral. Isolat bakteri selulolitik yang di-kembangbiakan menjadi sediaan BSC maupun BSR berasal dari rumen kerbau. Tipe struktur dinding sel BSC adalah positif sedangkan BSR adalah Gram-negatif. Biomikro diperoleh dari PT BIOSELARAS dan diberikan secara oral kepada hewan 4 hari sekali dengan dosis per ekor 2 ml Biomikro/100 ml larutan (yakni ekivalen dengan 2 ml Biomikro per ekor).

Seluruh ternak percobaan diberi rumput Gajah secara ad libitum dan konsentrat 0,5% dari bobot hidup. Hasil analisis proksimat bahan pakan yang diberikan disajikan pada Tabel 1.

Penelitian berlangsung selama 16 minggu, yang diawali dengan masa adaptasi selama 2 minggu dan koleksi data selama 14 minggu.

Tabel 1. Analisis proksimat bahan pakan yang diberikan pada ternak (domba)

Bahan pakan Kandungan

konstituen

berdasarkan BK Rumput Gajah Konsentrat GT-03 Protein kasar (%) Lemak (%) Serat kasar (%) Lignin (%) Energi kasar (MJ/kg) Abu (%) Ca (%) P (%) 9,12 1,94 33,92 4,78 - 11,15 0,39 0,38 15,64 5,43 8,58 - 14,2 9,73 1,85 0,77

(3)

Parameter yang diamati

Jumlah pemberian pakan dan sisa pakan dicatat setiap hari untuk mendapatkan data konsumsi pakan. Penimbangan bobot hidup dilakukan 2 minggu sekali. Kecernaan bahan kering pakan (DMD) dilakukan secara

in vitro dan in vivo. Nilai in vitro DMD didasarkan pada

pengukuran kecernaan substrat pakan menurut prosedur THEODOROU dan BROOKS (1990). Prosedur mencakup inkubasi substrat dengan inokulum cairan rumen domba (10 ml) dalam media fermentasi pada suhu 39°C. Komposisi media terdiri dari 86 bagian volume larutan basal (mengandung bufer, makromineral, dan mikromineral), dan 4 bagian volume larutan pereduksi. Nilai in vivo DMD diperoleh dengan menempatkan 4 ekor domba dari masing-masing kelompok perlakuan ke dalam kandang metabolisme selama 2 minggu.

Produk fermentasi dan ekosistem rumen diamati dengan mengukur kandungan N-NH3 (dengan metode

cawan Conway), kandungan asam-asam lemak volatil (VFA) dianalisis dengan kromatografi gas (Gas Chromatograph, Hewlett Packard seri S 890), pH (dengan pH meter), populasi protozoa (dengan haemocitometer), populasi bakteri total dan bakteri selulolitik dihitung menurut prosedur OGIMOTO dan IMAI (1981) dan MCKINNEY (1962).

Data hasil percobaan diuji menggunakan analisis varian berdasarkan rancangan acak lengkap, dan perbedaan antara perlakuan diuji berdasarkan uji beda nyata terkecil (STEEL dan TORRIE, 1980).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh pemberian kombinasi defaunator (EKM) dan probiotik terhadap performan domba diperlihatkan

pada Tabel 2. Defaunasi protozoa rumen yang dilakukan secara parsial cenderung meningkatkan pertambahan bobot hidup, namun tidak berbeda nyata dengan kontrol (P>0,05). Kombinasi defaunasi dengan probiotik (Probion dan BSR) meningkatkan pertambahan bobot badan secara nyata (P<0,05) bila dibandingkan dengan ternak tanpa defaunasi (perlakuan K). Dibandingkan dengan ternak yang didefaunasi (perlakuan D), semua perlakuan pemberian probiotik (kecuali BSC) cenderung memperlihatkan pertambahan bobot badan yang lebih tinggi (P>0,05). Defaunasi tanpa probiotik (D) memperlihatkan konsumsi pakan yang lebih rendah (P<0,05) namun diimbangi oleh rasio konversi pakan yang lebih baik daripada ternak kontrol (P<0,05). Rasio konversi pakan untuk seluruh ternak yang didefaunasi dan diberi probiotik (D-ProB, D-BSC, D-BSR, D-µBio) menunjukkan nilai yang lebih baik daripada ternak kontrol (P<0,05).

Peningkatan bobot hidup akibat pengaruh defaunasi parsial (perlakuan D) yang tidak berbeda dengan perlakuan kontrol tanpa defaunasi (Tabel 2) dalam penelitian ini, berbeda dengan hasil sebelumnya (THALIB et al., 1996). Hal ini diduga karena dosis zat defaunator (EKM) yang diberikan dalam penelitian ini lebih rendah (yakni 0,06% dari bobot hidup vs 0,07% dari bobot hidup pada penelitian sebelumnya). Namun nilai rasio konversi pakan yang diperoleh dalam penelitian ini (Tabel 2) sama dengan yang dilaporkan sebelumnya (THALIB et al., 1996), yakni menunjukkan bahwa rasio konversi pakan perlakuan yang didefaunasi (dengan maupun tanpa probiotik) lebih baik daripada perlakuan yang tidak didefaunasi.

Tabel 2. Pengaruh kombinasi defaunator dan probiotik terhadap performans domba Perlakuan Parameter K D D-ProB D-BSC D-BSR D-µBio BH awal (kg) BH akhir (kg) PBH (kg) PBHH (g) KBK (g/ekor/hari) Rasio konversi pakan

18,07 23,04 4,97a 44,36a 588,17b 13,29b 17,89 23,36 5,47ab 48,83ab 528,17a 10,79a 17,84 23,90 6,06b 54,69b 580,67b 10,62a 18,02 23,44 5,42ab 48,45ab 567,67b 11,72a 17,86 24,12 6,26b 56,26b 582,50b 10,35a 18,10 23,82 5,72ab 51,46ab 566,83b 11,02a

Keterangan: BH = bobot hidup; PBH = pertambahan bobot hidup PBHH = rataan pertambahan bobot hidup harian KBK = konsumsi bahan kering

(4)

Pertambahan bobot hidup (PBH) pada perlakuan kombinasi defaunasi-probion (Tabel 2) memperlihatkan bahwa probion dapat meningkatkan nilai PBH dari ternak yang didefaunasi. Dengan demikian pengaruh probion terhadap nilai PBH dapat meningkat lebih tinggi lagi bila dikombinasikan dengan proses defaunasi. Manfaat probion pada ternak ruminansia (domba) dilaporkan dapat meningkatkan nilai kecernaan serat hingga 30%, mempercepat kecernaan, dan meningkatkan pertambahan bobot hidup domba (HARYANTO et al., 1998).

Pengaruh probiotik BSR terhadap nilai PBH lebih tinggi daripada BSC. Hal ini diasumsikan karena adanya perbedaan karakteristik bakteri antara BSR dan BSC sebagai pencerna substrat selulosa/serat pakan sebagaimana yang dilaporkan oleh THALIB et al. (2000). Pengujian manfaat probiotik dalam bentuk bakteri selulolitik cocci (BSC) dan bakteri selulolitik batang (BSR) didasarkan pada perbedaan morfologis dan uji Gram (THALIB et al., 2000). Bakteri selulolitik cocci yang terpenting dan lazim terdapat dalam rumen adalah Ruminococcus flavefaciens dan R. albus (HUNGATE, 1966). Ruminococci memperlihatkan tipe struktur dinding sel Gram-positif (OGIMOTO dan IMAI, 1981). Tiga spesies bakteri selulolitik batang yang terdapat dalam rumen adalah Bacteroides succinogenes,

Butyrivibrio fibrisolvens, dan Clostridium lochheadii

(HUNGATE, 1966). Tipe struktur dinding sel dari ke tiga spesies bakteri ini termasuk Gram-negatif (OGIMOTO dan IMAI, 1981). Perbedaan morfologis dan tipe struktur dinding sel antara kelompok sediaan probiotik ini memperlihatkan perbedaan karakteristik aktivitas dalam mencerna serat kasar (THALIB et al., 2000). Manfaat BioMikro pada dasarnya adalah untuk kesuburan dan kesehatan tanah, namun juga dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan pertanian lainnya termasuk untuk ternak. Penggunaan untuk ternak dapat diberikan melalui air minum maupun pakan (Informasi PT BIOSELARAS).

Pengaruh pemberian probiotik terhadap daya cerna dan ekosistem rumen domba yang telah didefaunasi diperlihatkan pada Tabel 3. Nilai kecernaan bahan kering pakan/ransum (in vitro DMD) perlakuan D (rumen domba yang didefaunasi), memperlihatkan kecenderungan meningkat namun tidak berbeda nyata bila dibandingkan dengan ternak tanpa defaunasi (K). Nilai kecernaan bahan kering (DMD) meningkat secara nyata (P<0,05) bila ternak yang didefaunasi diberikan probion dan probiotik BSR.

Berbeda dengan nilai in vitro, bahwa nilai in vivo DMD oleh rumen ternak terdefaunasi yang dikombinasikan dengan probiotik menunjukkan ke-cenderungan lebih tinggi namun tidak berbeda nyata (P>0,05). Demikian pula dengan derajat keasaman (pH) cairan rumen dari seluruh perlakuan tidak menunjukkan perbedaan. Populasi protozoa rumen dari ternak terdefaunasi tanpa maupun dengan probiotik turun

secara nyata (P<0,05) dibandingkan ternak tanpa defaunasi. Sebaliknya populasi bakteri (total maupun selulolitik) rumen dari ternak terdefaunasi tanpa maupun dengan probiotik meningkat secara nyata (P<0,05) dibandingkan ternak kontrol. Pola berbedaan kandungan N-NH3 antar perlakuan diduga karena

adanya perbedaan peranan dan karakteristik mikroba yang terdapat dalam masing-masing bahan probiotik. Pola yang hampir sama juga diperlihatkan oleh kandungan VFA total dimana terdapat mikroba (perlakuan D-BSC dan D-BSR) yang dapat mengimbangi pengaruh defaunasi terhadap perubahan kandungan VFA.

Dari Tabel 3 terlihat bahwa perubahan komposisi protozoa dan bakteri rumen disebabkan oleh pengaruh defaunasi, dan pola perubahannya sama dengan hasil yang dilaporkan pada penelitian sebelumnya (THALIB et

al., 1996). Namun demikian derajat penurunan populasi

protozoa yang berakibat terhadap peningkatan populasi bakteri dalam rumen terdefaunasi (Tabel 3) lebih kecil daripada hasil yang dilaporkan THALIB et al. (1996) yakni lebih rendah 12% unit untuk derajat penurunan protozoa rumen dan 20% unit untuk derajat peningkatan jumlah bakteri total.

Perbedaan kandungan N-NH3 antar perlakuan

diasumsikan karena adanya perbedaan peranan dan karakteristik mikroba yang terdapat dalam masing-masing sediaan. Perbedaan secara nyata terjadi pada perlakuan D-BSR dan perlakuan D-µBio dibandingkan terhadap perlakuan-perlakuan lainnya. Butyrivibrio

fibrisolvens (selulolitik batang) memiliki sifat

memproduksi ammonia lebih tinggi daripada bakteri selulolitik lainnya (WALLACE, 1995). Hal ini diduga sebagai dasar asumsi kenapa perlakuan BSR menghasilkan N-NH3 lebih tinggi daripada perlakuan

lainnya. Hasil yang sama juga diperlihatkan dalam penelitian sebelumnya (THALIB et al., 2000). Perlakuan BioMikro juga memperlihatkan kandungan N-NH3

yang lebih tinggi. Pola yang hampir sama dengan kandungan N-NH3, juga diperlihatkan oleh kandungan

VFA dimana terdapat kecenderungan adanya mikroba (perlakuan D-BSC dan D-BSR) yang dapat mengimbangi pengaruh defaunasi terhadap perubahan kandungan VFA. Penambahan probiotik dalam pakan dilaporkan dapat meningkatkan kandungan VFA rumen (YOON dan STERN, 1995). Konsentrasi VFA total pada percobaan ini (Tabel 3) menunjukkan kecenderungan yang tidak sesuai dengan laporan YOON dan STERN (1995). Hal ini diduga karena akibat dikombinasikan dengan proses defaunasi. Namun demikian komposisi asam-asam lemaknya terutama perbandingan asam asetat dan asam propionat mengalami perubahan yang nyata (P<0,05) akibat pengaruh probiotik sebagaimana yang diperlihatkan pada perlakuan D-BSC dan D-BSR.

Gambaran mengenai pola rasio populasi bakteri terhadap populasi protozoa akibat perlakuan pakan,

(5)

pertambahan bobot hidup harian (ADG) dan rasio koversi pakan (FCR) selama percobaan diperlihatkan pada Gambar 1.

Walaupun nilai PBHH (ADG) antara perlakuan dan tanpa perlakuan ada yang memperlihatkan perbedaan nyata dan yang tidak nyata (Tabel 2), namun secara konsisten terlihat bahwa rasio komposisi bakteri-protozoa berpengaruh terhadap ADG dan FCR (Gambar 1).

Gambar 1. Pola rasio bakteria-protozoa, pertambahan bobot hidup harian (ADG) dan konversi pakan (FCR) pada semua ternak perlakuan

Nilai FCR bergantung pada konsumsi bahan kering (KBK) dan pertambahan bobot hidup harian. Konsumsi bahan kering yang rendah belum tentu menyebabkan

nilai FCR menjadi rendah atau sebaliknya KBK yang tinggi juga belum tentu menyebabkan nilai FCR menjadi tinggi. Nilai KBK dipengaruhi oleh kualitas pakan, dan nilai PBHH ternak bergantung pada efisiensi pemanfaatan nutrien dalam proses metabolisme di dalam jaringan tubuh. Makin baik kualitas pakan makin efisien penggunaannya oleh ternak dan akibatnya akan diikuti oleh nilai PBH yang makin tinggi (JUARINI et al, 1995). Pertambahan bobot hidup ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas ransum, yakni nilai PBH ternak sebanding dengan jumlah ransum yang dikonsumsi (TILLMAN et al., 1983).

Konsumsi bahan kering untuk semua perlakuan (Tabel 2) memperlihatkan bahwa tingkat konsumsi ternak cukup rendah yakni kurang dari 3% bobot hidup. Menurut NRC (1981), kebutuhan bahan kering ternak ruminansia kecil dengan bobot hidup 20 kg adalah minimal 700 g (yakni ± 3,5% dari bobot hidup) untuk mencapai 50 g PBHH. Kebutuhan bahan kering untuk ternak ruminansia kecil di daerah tropis basah lebih tinggi lagi, yakni ± 800 g untuk bobot hidup ternak sekitar 20 kg (HARYANTO et al., 1992). Disamping jumlah bahan kering yang dikonsumsi lebih sedikit dari kebutuhan, rendahnya PBHH pada penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya kualitas hijau-an yhijau-ang diberikhijau-an. Hal ini diketahui denghijau-an tingginya porsi batang tua sebagai akibat umur potong yang telah melewati umur panen. Berdasarkan penampilan data (Gambar 1) dapat diasumsikan bahwa pengaruh rasio komposisi bakteri-protozoa dan aditif probiotik terhadap ADG dan FCR akan lebih signifikan bila kualitas hijauan pakan lebih baik.

Tabel 3. Pengaruh kombinasi defaunator dan probiotik terhadap daya cerna dan ekosistem rumen domba Perlakuan Parameter K D D-ProB D-BSC D-BSR D-µBio pH Protozoa (x 105 sel/ml) Bakteri : • Total (x109 koloni/ml) • Selulolitik (x107 koloni/ml) N-NH3 (mg/L) VFA : • Total (mg/ml) • C2/C3 In vitro DMD (%) In vivo DMD (%) 6,83 4,73b 2,46a 2,04a 131,00ab 3,23b 3,07b 45,63a 61,42 6,81 2,61a 3,67b 2,95b 110,00a 2,23a 2,67ab 46,09ab 61,63 6,83 2,77a 4,06b 2,92b 122,83ab 2,40a 2,84ab 46,59b 63,54 6,86 2,51a 3,85b 3,10b 109,67a 3,05b 3,87c 45,56a 63,20 6,82 2,72a 3,95b 3,42b 156,40bc 3,33b 3,87c 46,55b 63,51 6,84 2,57a 3,84b 3,53b 141,33bc 2,45ab 2,47a 45,66a 63,68

Keterangan: C2 = asam asetat; C3 = asam propionat

(6)

KESIMPULAN

Disimpulkan dari hasil penelitian ini bahwa: (1). Pengaruh positif defaunasi terhadap performans ternak domba dapat ditingkatkan bila dikombinasikan dengan probiotik terutama Probion dan BSR; (2). Perubahan nilai-nilai hasil fermentasi seperti kandungan N-NH3

dalam cairan rumen yang terjadi akibat defaunasi dapat diimbangi oleh pemberian probiotik BSR dan BioMikro, sedangkan perubahan kandungan VFA total cairan rumen domba dapat diimbangi oleh perlakuan probiotik BSC dan BSR.

DAFTAR PUSTAKA

BROCK, F.M., C.W. FORSBERG, and J.G. BUCHANAN-SMITH. 1982. Proteolytic activity of rumen microorganisms and effect of proteinase inhibitors. Appl. Environ. Microbiol. 44: 561-569.

FALLON, R.J. and F.J. HARTE. 1987. The effect of yeast culture inclusion in the consentrate diet on calf performance. J. Dairy Sci. 70 (Suppl. 1):143.

FONTY, G. and B. MORVAN. 1995. Ruminal methanogenesis and its alternatives. Sattelite symposium of the IVth International Symposium on the Nutrition of Herbivores. Clermont-Fd., France. pp. 34-40.

FULLER, R. 1989. A Review: Probiotic in man and animals. J. Appl. Bacterial. 66: 365-378.

HARYANTO, B., A. THALIB, dan ISBANDI. 1998. Pemanfaatan probiotik dalam upaya peningkatan efisiensi fermentasi pakan di dalam rumen. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Pusat Pelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. pp. 496-502.

HARYANTO, B., M. PELAMONIA, KUSWANDI, dan M. MARTAWIDJAJA. 1992. Pengaruh suplementasi energi dan protein terhadap nilai kecernaan dan pemanfaatan pakan pada domba. I. Bahan kering, bahan organik, protein dan energi. Pros. Pengolahan dan Komunikasi Hasil-hasil Penelitian Ternak Ruminansia Kecil. Balai Penelitian Ternak, Bogor. pp. 44-48.

HUNGATE, R.E. and R.J. STACK. 1982. Phenylpropionic acid : Growth factor for Ruminococcus albus. Appl. Environ.

Microbiol. 44: 79-83.

HUNGATE, R.E. 1966. The Rumen and Its Microbes. Academic Press, Inc. N.Y.

JOUANY, J.P. 1991. Defaunation of the rumen. In: Rumen

Microbial Metabolism and Ruminant Digestion. (ed.

J.P. Jouany). INRA : 239-261.

JUARINI, E., I. HASAN, B. PRABOWO, dan A. THAHAR. 1995. Penggunaan konsentrat komersial dalam ransum domba di pedesaan dengan agroekosistem campuran di Jawa Barat. Pros. Seminar Nasional Sains dan Teknologi Peternakan. Balai Penelitian Ternak, Bogor. pp. 182-187.

KLOPFENSTEIN, T. 1978. Chemical treatment of crop residues. J. Anim. Sci. 46: 841-848.

MCKINNEY, R.E. 1962. Microbiology for Sanitary Engineers. McGraw Hill Book Co. Inc. N.Y.

MUTSVANGWA, T., I.E. EDWARDS, J.H. TOPPS, and G.F.M. PATERSON. 1992. The effect of dietary inclusion of yeast culture (yen-sace) on patterns of rumen fermentation, food intake and growth of intensively fed bulls. Anim.

Prod. 55: 35-40.

OGIMOTO, K. and S. IMAI. 1981. Atlas of Rumen

Microbiology. Jap. Sci. Soc. Press, Tokyo.

RANGNEKAR, D.V., Y.C. BADVE, B.N. SOBALE, and A.L. JOSHI. 1982. Effect of high-pressure steam treatment on chemical composition digestibility in vitro of roughages. Anim. Feed Sci. Technol. 7: 61-70.

STEEL, R.G.D. and J.H. TORRIE. 1980. Principles and

Procedures of Statistic. A Biometrical Approach.

McGraw Hill Int. Book Co., Singapore.

THALIB, A., Y. WIDIAWATI, H. HAMID, D. SUHERMAN, and M. SABRANI. 1996. The effects of saponin from Sapindus

rarak fruit on rumen microbes and performance of

sheep. J. Ilmu Ternak Vet. 2(1): 17-21.

THALIB, A., D. DEVI, Y. WIDIAWATI, dan Z.A. MAS’UD. 1998. Efek kombinasi defaunator dengan faktor pertumbuhan mikroba terhadap kecernaan ruminal jerami padi. J.

Ilmu Ternak Vet. 3(3): 171-175.

THALIB, A., B. HARYANTO, S. KOMPIANG, I.W. MATHIUS, dan A. AINI. 2000. Pengaruh mikromineral dan fenil-propionat terhadap performans bakteri selulolitik cocci dan batang dalam mencerna serat hijauan pakan. J. Ilmu

Ternak Vet. 5(2): 92 - 99.

THALIB, A., M. WINUGROHO, M. SABRANI, Y. WIDIAWATI, dan D. SUHERMAN. 1994. Penggunaan ekstrak metanol buah lerak (Sapindus rarak DC) untuk menekan pertumbuhan protozoa dalam rumen J. Ilmu dan

Peternakan 7(2):17-21.

THEODOROU, M.K. and A.E. BROOKS. 1990. Evaluation of A

New Laboratory Procedure for Estimating the Fermentation Kinetics of Tropical Feeds. Annual

Report. AFRC Inst. Hurley, Meidenhead, U.K.

TILLMAN, A.D., H. HARTADI, S. REKSOHADIPRODJO, S. PRAWIROKUSUMO, dan S. LEBDOSOEKOJO. 1983. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press.

Fapet. UGM, Yogyakarta.

WINUGROHO, M., A.D. SOEDJANA, and Y. WIDIAWATI. 1995. Evaluasi pemanfaatan Bioplus dan CYC-100 (Sacharomyces cereviceae) pada sapi ex-import. Pros. Seminar Nasional Fakultas Peternakan, IPB, Bogor. WALLACE, R.J. 1995. Rumen microbiology. Proc. Sattelite

Symposium of the IVth Int. Symp. on the Nutr. of Herbivores. Clermont-Ferrand, France. 20-29.

YOON, I.K. and M.D. STERN. 1995. Influence of directed microbial on ruminal microbial fermentation and performance of ruminants: A Review. AJAS 8(6): 533-555.

(7)

40 50 60 70 5,2 14,1 14,5 14,7 14,9 15,3 (Kolonibakteri) x 10 3 (Sel Protozoa) ADG (g) 10 11 12 13 14 15 ADG FCR FCR K D D-BSR D-ProB D-µBio D-BSC

Gambar 1. Pola rasio bakteria-protozoa, pertambahan bobot hidup harian (ADG) dan konversi pakan (FCR) pada semua ternak perlakuan

Gambar

Tabel 1.  Analisis proksimat bahan pakan yang diberikan  pada ternak (domba)
Tabel 2. Pengaruh kombinasi defaunator dan probiotik terhadap performans domba  Perlakuan  Parameter  K D  D-ProB  D-BSC  D-BSR  D-µBio  BH awal  (kg)  BH akhir (kg)  PBH        (kg)  PBHH      (g)  KBK (g/ekor/hari)  Rasio konversi pakan
Gambar 1.  Pola rasio bakteria-protozoa, pertambahan  bobot hidup harian (ADG) dan konversi  pakan (FCR) pada semua ternak perlakuan  Nilai FCR bergantung pada konsumsi bahan kering  (KBK) dan pertambahan bobot hidup harian
Gambar 1.  Pola rasio bakteria-protozoa, pertambahan bobot hidup harian (ADG) dan konversi pakan (FCR) pada semua  ternak perlakuan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat minat menonton film Drama Korea, mengetahui tingkat kecenderungan narsistik, dan Untuk menganalisis pengaruh dari

Hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini adalah Variabel Kepribadian, Lingkungan, Demografis, Ketersediaan Informasi Kewirausahaan, Kepemilikan Jaringan Sosial,

Peningkatan dari pelaksanaan permainan membaca melalui metode sintesa dengan menggunakan kartu huruf dan kartu kata bergambar ini dapat dilihat dari peningkatan pada

[r]

Adanya lapisan tapak bajak bajak pada tanah sawah ditunjukkan dengan besarnya nilai bobot isi yang lebih tinggi dan mempunyai konsistensi yang lebih teguh daripada horison di

Kelembagaan Baru Masyarakat sebagai Wadah Edukasi dalam Mengembangkan Potensi Masyarakat Petani Dusun Karang Tengah Agar Terhindar dari Jeratan Rentenir..

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan literasi matematika siswa Climber berada pada level 5, yang ditunjukkan dengan mampu menyelesaikan soal PISA level

Laporan Praktek Kerja Lapangan yang berjudul “Tinjauan Aspek Mikroklimat dan Respon Fisiologis Ternak di Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Pakan