• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sepakbola adalah olahraga yang dimainkan secara beregu dan terdiri dari dua kesebelasan. Sepak bola moderen mulai berkembang di Inggris dan mulai digemari di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri sepak bola sudah dikenal cukup lama yaitu sejak zaman penjajahan. Sepak bola sangat digemari oleh masyarakat, baik itu pria maupun wanita. Karena cabang permainan ini dapat dilakukan oleh semua kalangan dari mulai anak-anak, remaja, dewasa, bahkan orang tua. Olahraga bola besar ini dapat dimainkan di beberapa tempat, tidak harus selalu di lapang bola, terutama lebih memperhatikan diri untuk tujuan rekreasi atau mendidik. Ditegaskan oleh Wilett (2013) menjelaskan bahwa sepak bola juga dapat meningkatkan harga diri. Kemampuan untuk bekerja sebagai anggota dari sebuah tim adalah penting tidak hanya dalam olahraga tetapi juga dalam dunia kerja. Kerjasama diperlukan untuk sukses dalam sepak bola, dan bekerjasama dengan baik dengan rekan tim dapat membantu menyadari harga diri dan meningkatkan harga diri. Rekan kerja akan menghargai usaha, dan pengakuan yang dapat membantu seorang atlet merasa lebih baik tentang dirinya dan berhasil dalam situasi lain.

Permaianan sepak bola melibatkan dua kesebelasan atau tim yang saling bertanding dengan tujuan untuk berusaha memasukan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawan, setiap tim terdiri dari 11 pemain yang salah satunya merupakan penjaga gawang, tim yang berhasil menciptakan atau memasukan bola lebih banyak ke gawang lawan, berarti tim tersebut dinyatakan sebagai pemenang dalam sebuah pertandingan.Sajian pertandingan sepak bola kerap kali mendatangkan antusiasme dari masyarakat, tidak sedikit orang rela menyisihkan waktunya untuk menyaksikan pertandingan ini. Antusiasme peserta baik penonton, pelatih ataupun pemain sering terlihat di lapangan sepak bola mulai dari peserta sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi, hal tersebut dibuktikan dengan kerusuhan yang sering mewarnai pertandingan sepak bola, tidak sedikit

(2)

dampak negatif yang muncul dari motivasi yang berlebihan. Persib yang terkenal dengan bobotohnya sampai saat ini masih memiliki masalah yang cukup rumit dengan persija yang di sebut the jack mania. Di kalangan Perguruan Tinggi umumnya di Bandung suatu pertandingan yang sering kali mengundang antusias penonton adalah antara UPI Bandung melawan STKIP Cimahi. Menariknya suatu pertandingan biasanya dilihat dari tingkat persaingan yang cukup tinggi dan dapat memberikan ketegangan tersendiri.

Sepak Bola sebagai salah satu cabang olahraga beregu memerlukan dukungan sikap dan perilaku dari pemain, agar tujuan tim untuk meraih kemenangan dapat tercapai. Dari sekian banyak sikap dan perilaku pemain mendukung kepada perilaku sosialnya.Sesuatu yang bisa berpengaruh cukup signifikan terhadap kurangnya kerjasama tim dalam cabang olahraga ini adalah kurangnya self esteem yang dimiliki oleh pemain.

Harga diri merupakan aspek kepribadian yang padadasarnya dapat berkembang. Kurangnya harga diri pada mahasiswa dapat mengakibatkan masalah akademik, olahraga, dan penampilansosial. Pada pertandingan sepak bola seringkali terlihat para atlet memperjuangkan harga dirinya untuk memenangkan suatu pertandingan, baik itu untuk memperjuangkan harga diri tim maupun harga dirinya sendiri. Menurut teori Coopersmith (2012) menjelaskan self esteem merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasan memandang dirinya terutama mengenai sikap menerima atau menolak, dan indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuannya, keberartian, kesuksesan dan keberhargaan.

Kutipan tersebut mengindikasikan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah dimiliki dan sebagainya,tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu

(3)

juga dapatmenerima diri sendiri. Hal ini ditegaskan oleh Lutan (2003:10-11) sebagai berikut :

esteem bagi seseorang ibarat fondasi sebuah bangunan rumah. Self-esteem merupakan sebuah struktur penting bagi perkembangan kemampuan

yang lainnya. Di atas self-esteemlah akan terbangun prestasi. Bila self-esteem dan penilaian diri rendah maka apapun yang kita bangun di atasnya niscaya akan mudah retak. Itulah sebabnya self-esteem harus dibangun sekokoh mungkin agar kita dapat mencapai kualitas hidup yang lebih baik.

Atlet yang memiliki self esteem tinggi atau self esteem yang sehat pada umumnya memiliki kerjasama yang tinggi untuk dapat melakukan tugas gerak yang diinstruksikan guru. Mereka biasanya bersungguh-sungguh dalam melakukan aktivitas jasmani dan selalu berupaya memperbaiki kekurangan dan terus berlatih meningkatkan kemampuannya. Ciri ini akan sangat berbeda dengan atlet yang rendah self esteem. Umumnya mereka enggan atau bermalas-malasan melakukan tugas gerak karena merasa khawatir atau tidak percaya terhadap kemampuan yang dimilikinya, tidak bekerja keras memperbaiki kekurangannya dan merasa cukup dengan apa yang sudah dilakukannya.

Kerjasama yang baik antar pemain sepak bola dalam memasukkan bola kegawang lawan adalah satu pelajaran yang dapat dipetik dari sekian banyak pelajaran dari permainan sepak bola yang diambil dan diterapkan dalam mewujudkan terlaksananya pendidikan karakter dibumi pertiwi ini.

Proses terjadinya kebersamaan atau kerjasama sebenarnya apabila diurut lebih kecil (mikro) terutama dilihat dari pandangan keilmuan dipengaruhi oleh ilmu sosiologi. Dalam pengertian kerjasama terkandung tiga unsur pokok yang melekat pada suatu kerangka kerjasama, yaitu unsur dua pihak atau lebih, unsur interaksi dan unsur tujuan bersama. Seperti yang dijelaskan Kusnadi (2012) bahwa: Kerjasama merupakan dua orang atau lebih untuk melakukan aktivitas bersama yang dilakukan secara terpadu yang diarahkan kepada suatu target atau tujuan tertentu.

Dalam pengertian kerjasama terkandung tiga unsur pokok yang melekat pada suatu kerangka kerjasama, yaitu unsur dua pihak atau lebih, unsur interaksi dan unsur tujuan bersama. Contoh nyata yang sering kali dilihat adalah pada

(4)

pertandingan sepak bola, dimana terdapat suatu tim yang bertabur bintang dengan kemampuan individu yang tinggi kalah oleh sebuah tim yang berisikan pemain dengan kemampuan individu yang tidak begitu menonjol. Apa yang menyebabkan tim tersebut dapat menang? Komunikasi yang baik dan saling pengertian antarpemain dalam tim tersebutlah yang menyebabkan tim yang diisi oleh pemain yang memiliki kemampuan rata-rata dapat berubah menjadi tim yang hebat dan menakutkan. Hal ini telah diakui oleh pelatih sepak bola manapun di dunia ini. Mereka mengakui bahwa kemampuan individu merupakan hal yang penting, tetapi ada hal yang lebih penting dalam suatu tim sepak bola; yaitu kerjasama tim, kesadaran akan tugasnya masing-masing dan saling pengertian antar pemain tim tersebut. Ditegaskan oleh Sears, dkk dalam Andryanto (1999) menjelaskan bahwa sebagai perasaan berharga dan berkemampuan dalam diri individu. Perwujudan harga diri tinggi dapat memunculkan konsekuensi yang positif bagi individu, termasuk dalam kehidupan berkelompok. Individu dengan harga diri yang tinggi akan dapat diterima secara sosial dan mengoptimalkan kemampuannya sehingga dapat turut adil dalam pencapaian tujuan kelompok yang dikatakan dapat mewujudkan kohesivitas kelompok.

Mengacu kepada beberapa pendapat terkait dengan self esteem yang dimiliki seorang atlet sebagai anggota tim dalam cabang olahraga sepak bola, mempunyai lanjutan untuk memenuhi tujuan dalam olahraga permainan ini, maka penulis tertarik untuk mengkaji tentang hubungan self esteem dengankerjasama tim pada atlet sepak bola PSBUM UPI.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian diatas, penulis merumuskan masalah penelitian adalah “Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara self

esteem dengan kerjasamatim pada atlet sepak bola PSBUM UPI?”. C. Tujuan Penelitian

Adapun maksud dari tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara self esteem dengan kerjasama tim pada atlet sepak bola PSBUM UPI.

(5)

D. Manfaat Penelitian

Dalam setiap penelitian diharapkan dapat bermanfaat sebagai tabungan ilmu atau informasi khusunya bagi para atlet sepak bola dan umumnya bagi para pengamat atau peneliti olahraga. Penulis berharap dari hasil penelitian ini dapat berguna sebagai berikut :

a. Secara teoritis

1. Penelitian dapat dijadikan sebagai informasi serta masukan bagi para pelatih maupun pembina dan pihak yang berkompeten terhadap pembinaan atlet khususnya atlet sepak bola.

2. Keberhasilan untuk memenangkan sebuah pertandingan sepak bola perlu didukung oleh aspek mental yang baik diantaranya self esteem dan kerjasama.

b. Secara praktis

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi para pelatih, bahwa saat melakukan latihan, harus diterapkan latihan dengan memberikan latihan untukmeningkatkan perasaan sosial bahwa mereka lebih baik dan lebih bagus dari lawan-lawan yang akan dihadapinya dengan memberikan kerjasamapada saat bermain yang baik.

2. Pelatih agar memperdalam tentang pelatihan mental agar diberikan kepada atletnya sehingga mempermudah dalam proses latihan.

E. Batasan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian agar tidak terjadi perluasan makna dan pada pelaksanaannya lebih terarah pada sasaran serta tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Ruang lingkup penelitian hanya ditujukan pada hubungan self esteem dengan kerjasama tim pada atlet sepak bola PSBUM UPI.

2. Penelitian ini hanya dilakukan dengan mengambil populasi dan sampel penelitian yaitu atlet sepak bola yang tergabung pada sepak bola PSBUM UPI yang aktif dengan sampel 30 orang.

(6)

3. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif. 4. Instrument yang digunakan adalah berupa pemberian angket atau

kuisioner.

F. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa istilah sebagai kegunaan konsep penelitian. Agar tidak terjadi kesalahan dalam menafsirkan istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka dalam penelitian ini dikemukakan beberapa istilah yang dibatasi oleh penulis yang berkaitan erat dengan permasalahan penelitian, antara lain :

1. Self esteem. Menurut Lutan (2003:10-11) “Self esteem bagi seseorang ibarat fondasi sebuah bangunan rumah. Self esteem merupakan sebuah struktur penting bagi perkembangan kemampuan yang lainnya. Di atas self esteemlah akan terbangun prestasi. Bila self esteem dan penilaian diri rendah maka apapun yang kita bangun di atasnya niscaya akan mudah retak. Itulah sebabnya

self esteem harus dibangun sekokoh mungkin agar kita dapat mencapai kualitas

hidup yang lebih baik”.

2. Kerjasama. Menurut Kusnadi (2012) “Kerjasama merupakan dua orang atau lebih untuk melakukan aktivitas bersama yang dilakukan secara terpadu yang diarahkan kepada suatu target atau tujuan tertentu”.

3. Sepak bola. Menurut Sucipto dkk (2000:7) “Permainan sepak bola merupakan permainan beregu yang terdiri dari sebelas pemain dan salah satunya adalah penjaga gawang”.

G. Anggapan Dasar

Anggapan dasar merupakan suatu pendapat yang telah diyakini kebenarannya dan telah dijadikan titik tolak penelitian dalam memecahkan masalah. Menurut Arikunto (2006:65) menjelaskan bahwa : “anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik”.

(7)

Dalam penelitian ini, pebulis ingin mengemukakan hubungan self esteem terhadap kerjasama tim pada atlet sepak bola PSBUM UPI. Karena penulis beranggapan bahwa ada kaitan yang erat antara self esteem yang tinggi mau pun rendah terhadap kerjasama tim pada saat dilapangan.

Self esteem atau yang lebih dikenal dengan istilah harga diri merupakan

suatu sikap terhadap diri sendiri. Sikap disini merupakan evaluasi diri yang dibuat oleh setiap individu. Sikap seseorang terhadap dirinya sendiri dalam rentang dimensi positif atau negatif. Self esteem sangat penting dimiliki oleh seorang atlet, karena dengan memiliki self esteem sangat berpengaruh terhadap penampilan atlet dilapangan.

Atlet yang memiliki self esteem tinggi atau self esteem yang sehat pada umumnya memiliki kepercayaan diri dan keyakinan yang tinggi pula untuk dapat melakukan tugas gerak yang diinstruksikan guru. Mereka biasanya bersungguh-sungguh dalam melakukan aktivitas jasmani dan selalu berupaya memperbaiki kekurangan dan terus berlatih meningkatkan kemampuannya. Ciri ini akan sangat berbeda dengan atlet yang rendah self esteemnya atau yang tidak memiliki self

esteem. Umumnya mereka enggan atau bermalas-malasan melakukan tugas gerak

karena merasa khawatir atau tidak percaya terhadap kemampuan yang dimilikinya, tidak bekerja keras memperbaiki kekurangannya dan merasa cukup dengan apa yang sudah dilakukannya.

Pendapat tersebut memperkuat bahwa ada hubungan yang signifikan antara self esteem terhadap kerjasama tim pada saat dilapangan. Kedua aspek tersebut dapat dikatakan sebagai penunjang akan tercapainya prestasi atlet. Tanpa adanya kerjasama seorang atlet tidak akan mampu meraih sebuah prestasi, seperti yang dijelaskan Wilett (2013) bahwa sepak bola juga dapat meningkatkan harga diri. Kemampuan untuk bekerja sebagai anggota dari sebuah tim adalah penting tidak hanya dalam olahraga tetapi juga dalam dunia kerja. Kerjasama diperlukan untuk sukses dalam sepak bola, dan bekerjasama dengan baik dengan rekan tim dapat membantu menyadari harga diri dan meningkatkan harga diri. Rekan kerja akan menghargai usaha, dan pengakuan yang dapat membantu seorang atlet merasa lebih baik tentang dirinya dan berhasil dalam situasi lain.

(8)

H. Hipotesis

Hipotesis menurut Arikunto (2006:25) “Merupakan kebenaran sementara yang ditemukan oleh peneliti, tetapi masih harus dibuktikan, dites, atau diuji kebenarannya”. Berdasarkan anggapan dasar yang diuraikan maka hipotesis yang penulis ajukan adalah “Terdapat hubungan yang signifikan antaraself esteem dengan kerjasama tim pada atlet sepak bola PSBUM UPI”.

Referensi

Dokumen terkait

mengemukakan beberapa faktor penyebab peserta didik kurang menguasai keterampilan tune up sepeda motor: (1) Kurangnya alat praktik otomotif sehingga membuat peserta didik

Sehingga dapat dilihat hasil penilaian rata – rata yang dicapai nilai dari kegiatan kondisi awal 64,77 dan pada silkus pertama nilai rata – rata yang dicapai 65,45

Pada penelitian ini, akan dilakukan klasterisasi target pemanfaat air bersih di Provinsi Riau menggunakan algoritma k-means dengan terlebih dahulu melakukan optimasi

[r]

Atas dasar inilah peneliti sangat tertarik untuk meneliti permasalahan diatas yang bertujuan untuk mengetahui persepsi pemain perkumpulan sepak bola Universitas

Apabila jadwal pertandingan besar dan penting akan berlangsung, biasanya mereka mengundang fans klub lawan untuk menonton bersama dan mendukung para punggawa mereka

Dalam penelitian ini peneliti melihat bahwa agresivitas yang dilakukan oleh suporter sepak bola memiliki keterkaitan dengan unsur konformitas dan fanatisme, yang

Berdasarkan kepada model dan teori-teori yang dikemukakan oleh Mishra dan Koehler (2006), Shulman (1987), dan Grossman (1990), maka pengkaji telah membina satu