• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, yang dipimpin oleh Ibu. Marni

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, yang dipimpin oleh Ibu. Marni"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SDN 1 Telaga merupakan salah satu sekolah yang ada di wilayah Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, yang dipimpin oleh Ibu. Marni Yadjitala, A.Ma.Pd. Sebelumnya nama SDN I Telaga Kabupaten Gorontalo ini adalah SDN I Bulila. Sekolah ini berdiri pada tahun 1928 yang memiliki bangunan darurat pada masanya.

a. Keadaan Guru

SDN 1 Telaga Kabupaten Gorontalo memiliki 11 tenaga Pendidik / guru. Dan 1 orang tenaga administrasi. Namun dari beberapa tenaga pendidik / guru di atas hanya 10 orang PNS dan 2 orang lainya adalah tenaga honor. Dari masing-masing orang sudah dibagi berdasarkan keahlian masing-masing-masing-masing seperti tabel di bawah ini.

Tabel 1. Daftar Keadaan Guru SDN 1 Telaga Kabupaten Gorontalo

No Nama Jabatan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.

Marni Yadjitala A.Ma.Pd Hadidjah Ahmad, S.Pd Saripa Akuba, A.Ma.Pd Ramli A. Ahbabuna, S.Pd Maryam Inaku, A.Ma.Pd Rusmiati Suai

Aminah Rahman

Martin Tomayahu, S.Pd Rita Ilahude, S.Pd Wisda Ibrahim, S.Pdi Syafril Dangkau, S.Pd Astuty Laiya Kepala Sekolah Guru Kelas VI Guru Kelas V Guru Kelas IV Guru Kelas III Guru Kelas IIA Guru Kelas IIB Guru Kelas IA Guru Kelas IB Guru Mata Pelajaran Guru Mata Pelajaran

(2)

b. Keadaan Siswa

Jumlah siswa di SDN 1 Telaga Kabupaten Gorontalo setiap periode tidak tetap, hal ini disebabkan oleh siswa yang pindah dari sekolah lain maupun siswa yang pindah dari sekolah itu sendiri. Selain itu, diperoleh data bahwa jumlah siswa di SD 1 Telaga Kabupaten Gorontalo yang terdaftar pada tahun ajaran 2012/2013 berjumlah 174 siswa. Adapun jumlah siswa kelas IV yang menjadi sampel penelitian ini berjumlah 24 siswa seperti yang ada pada table dibawah ini. Table 2. Daftar Keadaan Siswa kelas IV SDN 1 Telaga Kabupaten Gorontalo

No Nama Siswa Jenis Kelamin

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Abd Rahman Lamusu Ismail Ahmad

Suaib Abdul Jein malinggolor Rahmat Yudistira Mohi

Faiz Fauzan Ramidi Moh. Ichsan Maliki Moh. Aditiya otta Moh. Akhirudin Susanto

Wahyumi Ishak Mario Basiru Yeyen tangoi Irvan Mustapa

Tri Agnes Anggraini Samsudin Nurhayati Manto

Risti Dayanti Halanggi Nadia Indah Pertiwi

Febiola Yusuf Febrina Syarif Anisa Bagoe

Dwi Andra V Putri Mulyadi Fidya Liputo Putri Mahmud Rosiful Hasan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki c. Keadaan Sekolah

1) Keadaan Fisik Sekolah

(3)

b) Jumlah ruang kelas : 8 buah c) Ukuran Ruang Kelas : 56 m2 Bangunan lain yang ada :

a) Musholah : 36 m2

b) Ruang dewan Guru : 56 m2

c) Ruang Kepala Sekolah : 28 m2 d) Ruang perpustakaan : 56 m2 e) Lapangan olahraga (semua jenis olahraga) : 180 m2 f) WC guru dan siswa : 5 m2 2) Keadaan Lingkungan Sekolah

1. Jenis bangunan yang mengelilingi sekolah :

Pada bagian depan sekolah terdapat tempat ibadah berupa musholah dan taman sekolah, di bagian samping kiri dan kanan sekolah terdapat bangunan rumah-rumah penduduk sekitar, dan pada bagian belakang sekolah terdapat kantin dan beberapa perumahan untuk pegawai.

2. Kondisi lingkungan sekolah

Sesuai dengan wawancara peneliti dengan kepala sekolah dan mengamati sekolah tersebut, untuk kondisi sekolah mendukung untuk proses belajar mengajar, meski pada beberapa bangunan sekolah merupakan bangunan tua atau telah lama berdiri,sehingga kelihatan rusak seperti atap, dinding, dan pagar sekolah.

3) Fasilitas sekolah

(4)

b. Ruang dewan guru : bangunan baik, Luasnya 56 m2 c. Buku-buku mata pelajaran : disediakan sesuai jumlah siswa.

d. Meja dan bangku sekolah : tidak sedikit juga yang mengalami kerusakan karena sering digunakan.

4) Guru dan siswa

1. Jumlah guru : 10 orang 2. Jumlah kelas : 8 kelas

3. Jumlah siswa per kelas : rata-rata 15-30 orang setiap kelas 4. Jumlah siswa seluruhnya : 174 orang

4.1.2 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Dalam proses pelaksanaan penelitian kualitatif ini dilakukan untuk melihat apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn di kelas IV SDN I Telaga Kabupaten Gorontalo tahun ajaran 2012/2013.

Proses pengumpulan data dimulai pada hari Rabu tanggal 15 Mei tahun 2013, dengan terlebih dahulu peneliti melakukan wawancara kepada siswa-siswa kelas IV SDN I Telaga, Kabupaten Gorontalo untuk mengetahui secara langsung bagaimana motivasi siswa didalam menerima materi dari guru khususnya mata pelajaran PKn. dalam wawancara pertama peneliti tidak mendapatkan masalah yang menjadi tolok ukur untuk melakukan penelitian tentang motivasi siswa didalam menerima materi PKn.

(5)

Kemudian pada hari Kamis tanggal 16 Mei tahun 2013 merupakan kunjungan yang kedua dimana peneliti melakukan wawancara kepada guru wali kelas IV SDN I Telaga, Kabupaten Gorontalo.

Karena peneliti merasa kurang mendapat masalah dengan jawaban hasil wawancara siswa yang dilakukan didalam kelas, dimana siswa merasa takut mengungkapkan bagaimana yang sebenarnya yang terjadi didalam proses belajar mengajar di kelas, maka peneliti mengambil inisiatif melakukan wawancara ulang tapi kali peneliti melakukan wawancara kepada siswa dengan datang langsung ke rumah siswa yang diwawancarai. Hal ini dilakukan dua hari berturut yaitu hari Selasa dan hari Rabu yakni tanggal 21-22 Mei Tahun 2013.

Namun data yang didapat masih kurang, sehingga peneliti melakukan wawancara kembali. Kali ini dengan kepala sekolah yakni pada tanggal 11 Juni 2013. Kemudian pada tanggal 12 Juni peneliti datang ke rumah siswa melakukan wawancara kembali.

Untuk lebih lengkapnya data, peneliti juga melakukan wawancara dengan orang tua siswa pada tanggal 6 Juli 2013.

Berdasarkan dari hasil wawancara wali kelas, kepala sekolah, orang tua siswa, dan siswa kelas IV SDN I Telaga Kabupaten Gorontalo Tahun Ajaran 2012/2013, didapat hasil analisis data sebagai berikut:

1. Temuan Umum

Secara umum peneliti menemukan gambaran umum yang terjadi didalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini proses pembelajaran masih kurang. Guru menggunakan metode yang kurang relevan dengan mata pelajaran PKn. Penyajian

(6)

materi cenderung berlangsung dalam bentuk komunikasi satu arah, yakni guru berceramah dan siswa mendengarkan. Kemudian diakhiri dengan pemberian tugas dan evaluasi. Keterlibatan yang diberikan guru pada siswa dalam proses pembelajaran pun hanya diberikan tugas. Sehingga masalah yang dihadapai guru dalam proses pembelajaran selama ini yakni siswa merasa bahwa tugas yang diberikan merupakan suatu beban bagi mereka. Ini berarti kualitas partisipasi siswa dalam belajar masih rendah.

Dalam menghadapi masalah tersebut guru hanya mengambil tindakan mengundang orang tua siswa. Begitu juga dalam menghadapi siswa yang mengalami kesulitan belajar, hanya dibebankan pada orang tua dan guru pembimbing. Seorang guru yang baik seharusnya dapat memahami situasi dan kondisi siswa. Guru harus melakukan inovasi atau perubahan terhadap pelaksanaan pembelajaran yakni dengan menggunakan strategi pembelajaran yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Inovasi yang dilakukan guru selama ini juga tidak maksimal. Guru hanya mengulang materi yang tidak dimengerti. Dalam hal ini inovasi yang dilakukan dari yang tidak tahu menjadi tahu. Hal ini dapat menyebabkan motivasi belajar siswa mempelajari materi-materi PKn sukar untuk dibangkitkan.

Terkait dengan uraian diatas Khairusy (2004, http://vicray.wordpress.com diakses tanggal 2 Juni) mengungkapkan bahwa guru yang kreatif lebih mampu menemukan inovasi-inovasi untuk mengendalikan proses pembelajaran yakni menciptakan sesuatu yang baru, baru dalam artikata memang benda yang baru, ataupun memperbaharui objek yang lama, merupakan sebuah hasil kerja keras dari

(7)

guru-guru yang kreatif. Guru yang mampu berinovasi akan mampu menciptakan sesuatu yang baru dalam pengajarannya. Siswa akan lebih tertarik dan tidak jenuh dengan bentuk pengajaran yang inovatif atau tidak monoton. Hal ini dapat menjadikan proses pembelajaran lebih efektif.

2. Temuan Khusus

Temuan khusus yang didapat oleh peneliti dari wawancara yang dilakukan kepada siswa kelas IV SDN I Telaga Kabupaten Gorontalo pada wawancara yang pertama dimana peneliti merasa kurang puas dengan hasil wawancara yang dilakukan di dalam kelas, karena siswa merasa takut mengatakan yang sebenarnya apa yang mereka rasakan didalam proses belajar mengajar dikelas, hal ini yang mendorong peneliti melakukan wawancara kembali tapi wawancara kali ini dilakukan dirumah siswa masing-masing dan hasilnya pun tidak seperti yang mereka katakan sewaktu di dalam kelas.

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada siswa, peneliti menemukan dari beberapa responden yang diwawancarai, semua siswa tidak menyukai cara mengajar guru. Sesuai pendapat yang diungkapkan dari masing-masing responden selaku siswa didapat bahwa hal ini disebabkan karena guru terlalu bersikap keras terhadap siswa, sehingga siswa merasa takut. Selain itu, guru saat mengajar suaranya terlalu keras, penjelasan materi hanya sedikit langsung diberi tugas, cara mencatat guru dipapan tulis tidak jelas tulisannya, belum mengerti langsung diberi tugas, siswa merasa tidak senang dengan tugas yang diberikan karena terlalu banyak, belajar tidak terlalu serius guru sering

(8)

keluar kelas, proses pembelajaran biasa saja tidak menyenangkan, dan kadang belajar hanya mencatat materi.

Peneliti juga menemukan dari beberapa responden yakni siswa yang diwawancarai, semua mengatakan bahwa guru mengajar tidak pernah menggunakan media pembelajaran. Kemudian strategi pembelajaran yang dilakukan guru hanya menjelaskan lalu diberi tugas. Guru tidak pernah menggunakan model-model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Sehingga pembelajaran terkesan membosankan dan tidak menyenangkan, serta tugas yang diberikan merupakan suatu beban bagi siswa. Sedangkan dalam proses pembelajaran PKn memerlukan keterlibatan siswa secara aktif untuk mengembangkan kemampuan berpikir analitis agar proses pembelajaran tersebut dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Dari beberapa responden yang diwawancarai pun mengatakan bahwa pembelajaran yang mereka inginkan itu seperti diskusi dan bermain game yang berhubungan dengan pembelajaran. Selain itu mereka akan tertarik jika pembelajaran yang dilakukan menggunakan media pembelajaran sebab dengan adanya media pemebelajaran siswa mudah mengerti dengan penjelasan yang diberikan. Namun guru tidak pernah menerapkan pembelajaran seperti itu.

Hal ini menjadikan siswa kurang bersemangat dalam belajar, dengan kata lain siswa kurang termotivasi dalam belajar. Ini ditandai dengan sikap negatif, seperti tidak aktif dalam pembelajaran berlangsung, di dalam kelas hanya diam mendengarkan penjelasan guru atau berperan sebagai pengikut saja, kadang saat belajar hanya bermain karena siswa merasa bosan dengan pembelajaran yang

(9)

dilakukan guru, jika ada yang tidak mengerti tidak mau memberikan pertanyaan karena takut.

Kemudian peneliti juga menemukan bahwa yang mempengaruhi kurangnya motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn ini karena dengan jadwal pembelajaran PKn setelah istirahat siswa tidak semangat lagi menerima pelajaran. Sebab keadaan siswa yang sudah lelah dan berkeringat sehabis bermain. Selain itu, dipengaruhi juga dengan kondisi kelas yang ribut, kotor, dan panas. Sehingga siswa tidak bersemangat menerima pelajaran.

Ada juga faktor ektern lain yakni faktor dari keluarga. Faktor yang dimaksud adalah faktor keadaan ekonomi yang kurang mampu yaitu kurang terpenuhinya kebutuhan fasilitas belajar siswa. Sehingga dapat mempengaruhi semangat belajar siswa.

4.2 Hasil Pembahasan

Berdasarkan penelitian deskriptif ini peneliti menemukan beberapa temuan umum dan temuan khusus, bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn di SDN 1 Telaga Kabupaten Gorontalo, ada faktor internal (faktor dari dalam diri anak) dan ada juga faktor eksternal (faktor dari luar).

4.2.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar siswa Pada Mata Pelajaran PKn di SDN 1 Telaga Kabupaten Gorontalo

Dalam aktifitas belajar, seorang individu membutuhkan suatu dorongan atau motivasi sehingga sesuatu yang diinginkan dapat tercapai. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Motivasi belajar

(10)

memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar sehingga yang mempunyai motivasi tinggi juga mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar. Dalam hal ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar. Dari adanya faktor-faktor yang mempengaruhi belajar kita bisa dapat mengetahui juga faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa.

Menurut Sadirman (2004 : 89) faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ada dua. Yang pertama, motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Kedua, motivasi ekstrinsik, yaitu motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena ada rangsangan dari luar.

Hal yang sama juga terjadi dalam belajar, menurut Slameto (2010: 54-71) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa ada dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern (faktor dari dalam diri anak) seperti faktor jasmaniah, fshikologis, dan kelelahan. Sedangkan faktor ekstern (faktor dari luar) seperti faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Dengan temuan umum dan temuan khusus yang didapat dari hasil wawancara kepala skolah, guru dan siswa SDN 1 Telaga Kabupaten Gorontalo, yang akan dibahas dari faktor-faktor motivasi belajar siswa tersebut antara lain: 1. Faktor Intern

(11)

Faktor jasmaniah yaitu faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh. Keadaan jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang . kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu keadaan jasmani sangat mempengaruhi proses belajar.

Dalam wawancara dengan salah satu responden yakni siswa (Febrina) mengatakan bahwa Ia tidak semangat belajar disebabkan karena keadaan kondisinya yang sakit (wawancara : 21 Mei 2013). Hal ini dapat menurunkan motivasi belajar siswa. Seperti yang diungkapkan oleh Dimyanti dan Mudjiono (2009: 97) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah keadaan siswa itu sendiri. Apabila kondisi stabil dan sehat maka motivasi siswa akan bertambah dan prestasinya akan meningkat.

Apabila seseorang sakit, jangankan belajar, makan pun terasa malas maka dari itu faktor kesehatan sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Dengan keadaan fisik yang sehat kita akan semangat belajar.

b. Faktor psikologis

Faktor psikologis seperti intelegensi, minat dan motivasi, perhatian, bakat dan sikap.

Dalam proses belajar, sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Menurut Syah(2003, http://seputarkampusorange.blogspot.com) sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang,

(12)

peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya.

Sejalan dengan pendapat tersebut, dalam wawancara dengan beberapa responden yakni siswa, peneliti menemukan bahwa siswa kurang termotivasi dalam belajar. Ini ditandai dengan sikap negatif, seperti tidak aktif dalam pembelajaran berlangsung, di dalam kelas hanya diam mendengarkan penjelasan guru atau berperan sebagai pengikut saja, kadang saat belajar hanya bermain karena siswa merasa bosan dengan pembelajaran yang dilakukan guru, jika ada yang tidak mengerti tidak mau memberikan pertanyaan karena takut (wawancara: 12 Juni 2013).

Seperti kita ketahui sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang professional dan bertanggung jawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas,seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya; berusaha mengambangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha untuk menyajikan pelajaranyang dimampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan; meyakinkan siswa bahwa bidang studi yang dipelajari bermanfaat bagi diri siswa.

(13)

c. Faktor Kelelahan

Faktor kelelahan yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kondisi fisik dalam keadaan lelah, umumnya motivasi belajar seseorang akan menurun. Sebaliknya jika kondisi fisik berada dalam keadaan bugar dan segar, motivasi belajar bisa meningkat.

Seperti halnya yang ditemukan peneliti pada siswa kelas IV SDN 1 Telaga bahwa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa ada juga dipengaruhi dari faktor kelelahan. Dengan jadwal pembelajaran PKn setelah jam istrahat, siswa merasa lelah, berkeringat, dan gerah. Sehingga pada saat proses pembelajaran siswa tidak semangat lagi menerima pelajaran (wawancara: 12 Juni 2013).

Sangatlah jelas dan sering dirasakan oleh siapapun jika kondisi fisik dalam keadaan lelah, umumnya motivasi belajar seseorang akan menurun. Sebaliknya jika kondisi fisik berada dalam keadaan bugar dan segar, motivasi belajar bisa meningkat. Berarti, kondisi fisik seseorang mempengaruhi motivasi belajarnya. Orang yang sudah sangat lelah tidak baik kalau belajar. Demikian juga kalau sedang sakit, tidak baik untuk dipaksa belajar. Dalam kondisi psikologis terganggu, sebutlah misalnya stress, juga tidak bisa mengkonsentrasikan diri terhadap hal-hal yang dipelajari. Karena tidak bisa konsentrasi, maka gairah belajarnya menurun. Keadaan demikian ini, bisa menjadikan seseorang belajar merasa terpaksa dan tidak banyak termotivasi. Jelaslah bahwa kondisi siswa, baik yang bersifat fisik maupun psikis, sama-sama berpengaruh terhadap motivasi belajarnya.

(14)

2. Faktor Ekstern

Faktor ekstern dalam pembahasan ini, akan dibahas antara lain: 1) Faktor Sekolah

a. Metode Mengajar

Tugas guru yang utama adalah mengajar, yaitu menyampaikan atau mentransfer ilmu kepada anak didiknya. Untuk mencapai hasil pembelajaran yang maksimal, diperlukan strategi pembelajaran yang tepat. Guru harus cermat memilih dan menetapkan metode yang sesuai. Namun, Sejauh ini pembelajaran PKn di kelas mayoritas masih dilaksanakan dengan metode ceramah.

Hal yang sama terjadi di kelas IV SDN 1 Telaga kabupaten Gorontalo. Seperti dalam wawancara dengan responden yakni siswa (wawancara: 12 Juni 2013) bahwa penyajian materi berlangsung dalam bentuk komunikasi satu arah, yakni guru hanya berceramah dan siswa mendengarkan, kemudian diakhiri dengan pemberian tugas dan evaluasi.

Hal ini dapat menyebabkan interaksi belajar mengajar yang lebih melemahkan motivasi belajar siswa. Ruminiati (2007: 4) mengatakan bahwa kelemahan metode ceramah ini, apabila metode ini selalu digunakan dan terlalu lama maka pembelajaran akan terkesan membosakan, siswa menjadi pasif, dan tidak memberi kesempatan untuk berdiskusi. Situasi yang demikian dapat menyebabkan motivasi belajar siswa tidak akan terbangun karena siswa masih merasa kesulitan dalam menerima pelajaran PKn, PKn dianggap sebagai pelajaran yang membosankan. ini dapat dilihat dari wawancara dengan responden yakni siswa (wawancara: 12 Juni 2013) mengatakan bahwa mereka tidak senang dengan

(15)

pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Salah satu alasannya mereka tidak mengerti dengan penjelasan yang diberikan oleh guru.

Memotivasi siswa merupakan salah satu langkah awal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam pengajaran dan pembelajaran. Dalam proses mengajar dan belajar, guru dituntut memiliki berbagai pengetahuan dan pemahaman yang bermanfaat untuk menumbuhkan dan meningkatkan motivasi siswanya semasa belajar, sehingga proses belajar yang dibimbingnya berjaya secara optimal. Guru yang tinggi gairahnya dalam membelajarkan siswa, menjadikan siswa juga bergairah belajar. Sehingga disini guru harus kreatif menggunakan strategi pembelajaran yang menarik yang dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa. Seperti dalam wawancara dengan siswa (wawancara: 12 Juni 2013) mengatakan bahwa pembelajaran yang mereka inginkan adalah pembelajaran dengan model diskusi dan bermain game.

Seorang guru yang baik harus dapat memahami situasi dan kondisi siswa. Selain itu, guru harus bisa membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi siswa. Siswa sebagai individu tidak terlepas dari permasalahan baik yang menyangkut masalah belajar atau masalah yang berhubungan dengan pribadi. Dalam menyikapi masalah tersebut, kecermatan dan ketepatan guru sangat diperlukan, karena berbagai masalah yang dihadapi oleh siswa harus segera ditangani demi terciptanya situasi kondusif bagi proses belajar mengajar.

b. Hubungan guru dan siswa

Dua unsur terpenting dalam proses pembelajaran adalah guru dan siswa. Hubungan guru dengan siswa di dalam proses pembelajaran merupakan faktor

(16)

yang sangat menentukan. Proses pembelajaran akan efektif, jika komunikasi dan interaksi antara guru dengan siswa terjadi secara intensif. Guru dapat merancang model-model pembelajaran sehingga siswa dapat belajar secara optimal. Guru mempunyai peran ganda dan sangat strategis dalam kaitannya dengan kebutuhan siswa. Peran dimaksudkan adalah guru sebagai guru, guru sebagai orang tua, dan guru sebagai sejawat belajar.

Dalam pelaksanaan penelitian di lapangan, peneliti temukan bahwa hubungan guru dengan murid kurang baik. Ini disebabkan karena sikap guru yang kurang disenangi oleh siswa-siswanya. Hal ini sesuai hasil wawancara dengan responden selaku siswa (wawancara: 12 Juni 2013) mengatakan bahwa gurunya itu jahat, suka marah-marah dan suka membentak. Selain itu peneliti menemukan siswa kurang menyukai cara mengajar guru. Ini sesuai wawancara dengan responden selaku siswa (wawancara: 12 Juni 2013) mengatakan bahwa mereka tidak menyukai pembelajaran yang dilakukan oleh guru, sebab pembelajarannya hanya menjelaskan kemudian diberi tugas atau evaluasi. Mereka juga kurang mengerti dengan penjelasan yang diberikan guru.

Melihat kondisi pembelajaran sperti itu, hal ini dapat dikatakan bahwa hubungan guru dan siswa kurang baik. Ini dapat berpengaruh pada motivasi belajar siswa. Dalam proses pembelajaran suasana sebuah kelas didukung oleh peran guru dan anggota kelas. Jika suasana kelas tidak mendukung, maka dapat menghambat proses belajar anak. Hubungan siswa dengan guru, siswa dengan teman juga perlu dibangun sedemikian rupa sehingga tercipta suasana yang baik dan nyaman bagi siswa, sehingga mereka betah menjadi bagian dari kelas.

(17)

c. Alat pengajaran/Media Pembelajaran

Media pembelajaran sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Setiap media pembelajaran memiliki karakteristik dan keunggulan masing-masing maka diharapkan guru dapat memilih dan menentukan macam-macam media sesuai dengan topik bahasan dan karakteristik materi pelajaran. Dengan media pembelajaran, kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik. Jika pembelajaran menarik siswa akan lebih tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran. Menurut Ruminiati (2007: 11) mengatakan bahwa media pembelajaran merupakan wahana penyuluhan informasi belajar atau penyaluran pesan berupa materi ajar oleh guru kepada siswa sehingga siswa menjadi lebih tertarik dengan pembelajaran yang dilakukan.

Namun, kenyataannya peneliti temukan dilapangan pembelajaran yang dilakukan di kelas IV SDN 1 Telaga tidak pernah menggunakan media pembelajaran. Seperti yang diungkapkan oleh responden yakni siswa (wawancara: 12 Juni 2013) mengatakan bahwa guru tidak pernah menggunakan media pembelajaran saat mengajar. Padahal siswa akan tertarik jika pembelajaran itu menggunakan media pembelajaran. Dengan alasan bahwa dengan media pembelajaran tersebut siswa akan senang dan mudah mengerti dengan penjelasan yang diberikan. Hal ini menjadikan motivasi belajar siswa sulit untuk dipertahankan.

d. Keadaan gedung

Sudah umum diketahui bahwa yang menentukan motivasi belajar seseorang, selain faktor individu juga faktor lingkungan, lebih-lebih lingkungan

(18)

belajar. Sebab, individu secara sadar ataukah tidak, senantiasa tersosialisasi oleh lingkungannya. Seperti yang diungkapkan oleh Dimyanti dan Mudjiono (2009: 99) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah keadaan lingkungan siswa, dalam hal ini lingkungan sekolah. Apabila kondisi lingkungan sehat, aman, tenteram, tertib, dan indah, maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.

Uraian diatas bertolak belakang dengan keadaan di lapangan. Seperti hasil wawancara dengan responden selaku siswa (wawancara 12 Juni) mengatakan bahwa kondisi lingkungan kelas tempat belajar kotor, ribut, dan panas. Apalagi pada waktu siang hari, suasana sangat panas. Ini disebabkan lingkungan sekolah kurang ditumbuhi pepohonan dan tumbuhan-tumbuhan hijau lainnya. Salah satu Responden yakni Kepala Sekolah (wawancara: 11 Juni 2013) mengatakan juga bahwa keadaan lingkungan sekolah, masih terhitung 75% baik. Ada sedikit 25% kurang baik yakni masalah dinding, atap, dan pagar sekolah. Dengan melihat kondisi lingkungan seperti itu, dapat menyebabkan semangat belajar siswa akan terganggu. Sehingga motivasi belajar siswa dapat menurun. Dalam hal ini jika motivasi belajar siswa menurun dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, sehingga prestasi belajarnya pun dapat menurun. Seperti yang diungkap oleh Tarmidi (2006, http://library.usu.ac.id) yang mengatakan bahwa iklim kelas berkorelasi positif dengan perubahan tingkah laku dan prestasi hasil pembelajaran siswa. Dengan kata lain, iklim kelas merupakan salah satu cara untuk meningkatkan efektifitas dan kualitas pembelajaran di kelas. Iklim kelas merupakan faktor

(19)

ekternal yang dapat mempengaruhi prestasi akademik siswa. Iklim kelas sendiri meliputi ruangan kelas, lingkungan kelas dan lain-lain.

Segar , pengap, nyaman atau tidakkah tempat belajar, ini berpengaruh terhadap motivasi belajar. Demikian juga yang amburadul, itu tidak akan memberikan gairah bagi belajar seseorang. Sebaiknya tempat yang teratur, yang tertata rapi, mendorong seseorang bergairah belajar. Tempat belajar yang berisik oleh suara bisa menganggu belajar, yang tenang, bisa menimbulkan gairah belajar. Jadi lingkungan sekolah berpengaruh terhadap motivasi belajar.

e. Tugas yang terlalu banyak

Guru memberikan tugas untuk siswa merupakan hal yang wajar. Tetapi siswa akan merasa jenuh dengan tugas yang terlalu banyak. Bagi sebagian siswa tugas merupakan beban. Hal seperti inilah yang akan menghambat proses belajar anak.

Dari uraian diatas, peneliti menemukan hal yang sama dilapangan. Tugas yang diberikan guru merupakan suatu beban bagi siswa. Seperti hasil wawancara dengan responden yakni guru (wawancara: 16 Mei 2013) mengatakan bahwa masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran yakni siswa tidak mau mengerjakan tugas, sebab tugas yang diberikan merupakan suatu beban bagi mereka. Hal tersebut dikarenakan tugas yang diberikan terlalu banyak. Ini dapat dilihat dari hasil wawancara dengan responden yakni siswa (wawancara: 12 Juni 2013) mengatakan bahwa mereka tidak senang dengan tugas yang diberikan oleh guru, sebab tugas yang diberikan terlalu banyak. Keadaan demikian akan

(20)

mempengaruhi motivasi belajar siswa. Siswa akan tidak semangat lagi menerima pelajaran.

Terlalu banyaknya tugas tersebut membuat siswa malas untuk mengerjakannya. Karena terlalu banyak, mereka menjadi tidak fokus dan akhirnya mengabaikan tugas-tugas tersebut. Setiap siswa tentu memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menyelesaikan tugas. Sebagai seorang guru sebaiknya dapat memperhatikan hal itu. Mengingat siswa tidak hanya mempelajari 1 mata pelajaran dari guru tersebut saja. Sebaiknya seorang guru dapat berkomunikasi dengan guru lain mengenai pemberian tugas kepada siswanya agar beban yang ditanggungnya dapat terkontrol.

2) Faktor Keluarga

Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama.Tetapi dapat juga sebagai faktor penyebab kesulitan belajar. Yang termasuk faktor ini antara lain adalah sebagai berikut.

a. Cara orang tua mendidik

Orang tua yang tidak atau kurang memperhatikan pendidikan anak-anaknya, mungkin acuh tak acuh, tidak memperhatikan kemajuan anak-anak-anaknya, akan menjadi penyebab kesulitan belajarnya. Orang tua yang bersifat kejam, otoriter, akan menimbulkan mental yang tidak sehat bagi anak. Hal ini akan berakibat anak tidak dapat tentram, tidak senang di rumah, ia pergi mencari teman sebayanya, hingga lupa belajar. Pada umumnya orang tua tidak memberikan dorongan kepada anaknya, hingga anak tidak menyukai belajar, bahkan karena sikap orang tuanya yang salah, anak bisa benci belajar.

(21)

Dilapangan peneliti menemukan bahwa orang tua mendidik anaknya dengan baik, mereka selalu memperhatikan perkembangan belajar anak, tidak memaksakan anak atau bersikap keras terhadap anak, membantu anak dalam kesulitan belajar, dan selalu memberikan dorongan atau motivasi kepada anak untuk semangat belajar. Berbagai cara yang dilakukan orang tua agar anak tersebut termotivasi untuk belajar. seperti dalam wawancara dengan salah satu responden yakni orang tua (wawancara: 6 Juli 2013) mengatakan bahwa salah satu cara agar anak giat belajar yakni dengan pemberian hadiah. Saya mencari tahu kepada anak apa yang anak sukai. Tapi dengan syarat anak harus mendapat juara atau setidaknya mendapat nilai yang bagus. Dari situ anak akan semangat belajar dan berusaha mendapat nilai yang bagus dengan meningkatkan cara belajarnya. Hal senada juga diungkapkan oleh Fathurrohman dan Sutikno (2007: 20) mengatakan bahwa hadiah akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.

Dari hasil wawancara dapat digambarkan bahwa terlihat perhatian orang tua terhadap belajar anak sangat baik, ada kasih sayang orang tua, dan juga pemberian motivasi untuk belajar.

b. Relasi antar anggota keluarga

Faktor ini penting sekali dalam menentukan kemajuan belajar anak.Yang dimaksud hubungan di sini adalah kasih sayang penuh pengertian, atau bahkan kebencian, sikap keras, acuh tak acuh, memanjakan dan lain-lain. Kurangnya

(22)

kasih sayang akan menimbulkan emosional insecurity. Demikian juga sikap keras, kajam, acuh tak acuh akan menimbulkan hal yang serupa. Kasih sayang dari orang tua dapat berupa: 1) Apakah orang tua sering meluangkan waktunya untuk omong-omong bergurau dengan anak-anaknya. 2) Biasakan orang tua membicarakan kebutuhan keluarga dengan anak-anaknya, seorang anak akan mengalami kesulitan belajar karena faktor-faktor tersebut.

Dalam penelitian yang dilakukan peneliti menemukan bahwa hubungan orang tua dengan anak itu terjalin dengan baik. Orang tua selalu memperhatikan perkembangan anak dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak. Seperti dalam wawancara dengan salah satu responden yakni orang tua (wawancara: 6 Juli 2013) mengatakan bahwa dalam menanamkan sikap semangat belajar salah satu cara yakni bermain sambil belajar. saya memotivasi belajar anak dalam matematika yakni dengan bermain kartu remi. Dalam kartu itu ada bilangan 1 sampai 13. Jadi ada perhitungan. Dari situ dia mulai paham terus. Jadi bermain diselingi belajar. Kemudian anak ini juga membacanya kurang, caranya juga diselingi bermain sambil belajar yakni bermain kartu kuartet. Dalam permainan kuartet disitu kita harus membaca apa yang ada dikartu itu, kemudian disamakan dengan lawan bermain. Jadi harus tahu membaca. Nah, dari situ dia sudah mulai lancar membaca. Bermain disini bukan dalam hal negatif, namun bermain sambil belajar. dan itu dikontrol terus bahkan meluangkan waktu-waktu yang tersisa untuk bermain bersama. Jadi, saya bisa tahu langsung bagaimana perkembagan belajarnya.

(23)

Berdasarkan wawancara tersebut dapat digambarkan bahwa hubungan orang tua dan anak terjalin dengan baik. Jarang orang tua memperhatikan anak dengan meluangkan waktu untuk bermain bersama. Cara yang dilakukan juga sangat baik, bermain sambil belajar.

c. Suasana Rumah

Suasana rumah atau keluarga yang sangat ramai/gaduh, selalu tegang, selalu banyak masalah diantara anggota keluarga antara ayah dan ibu selalu ada masalah atau membisu, menyebabkan anak tidak tahan di rumah, sehingga tidak mustahil kalau prestasi belajar anak menurun.Untuk itu hendaknya suasana rumah dibuat menyenangkan, tentram, damai, harmonis, agar anak betah tinggal di rumah. Keadaan ini akan menguntungkan bagi kemajuan belajar anak.

Yang terjadi dilapangan peneliti menemukan bahwa banyak anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Namun, hal tersebut tidak berpengaruh terhadap kenyamanan belajar anak. Orang tua sangat memperhatikan waktu-waktu belajar anak. Seperti dalam wawancara dengan salah satu responden yakni orang tua siswa (wawancara : 6 Juli 2013) mengatakan bahwa dalam suasana rumah, ada waktunya belajar, ada waktunya santai, dan ada waktunya bermain. Pada waktu anak belajar itu diperhatikan dengan baik. Jika sementara belajar televisi harus dimatikan, agar anak belajar aman dan tidak terganggu.

Jadi dalam hasil wawancara tersebut dapat dilihat bahwa banyaknya anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah tidak berpengaruh terhadap ketidak nyamanan anak. Tinggal bagaimana kita bisa mengatur kondisi dan waktu. Ada waktu belajar, waktu santai, dan waktu bermain.

(24)

d. Keadaan Ekonomi Keluarga

Ekonomi yang kurang atau miskin akan menimbulkan kurangnya alat-alat belajar, kurangnya biaya yang disediakan olah orang tua, dan tidak mempunyai tempat belajar yang baik. Keadaan seperti itu akan menghambat kemajuan anak. Faktor biaya merupakan faktor yang sangat penting, karena belajar dan kelangsungannya sangat memerlukan biaya.Misalnya untuk membeli alat-alat, uang sekolah, dan biaya-biaya lainnya. Maka keluarga yang miskin akan merasa berat untuk mengeluarkan biaya yang bermacam-macam itu. Karena keuangan digunakan untuk mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari.

Keluarga yang miskin juga tidak dapat menyediakan tempat untuk belajar yang memadai, dimana tempat belajar itu merupakan tempat terlaksananya belajar secara efisien dan efektif.

Ekonomi yang berlebihan atau kaya mereka akan menjadi segan belajar karena ia terlalu banyak bersenang-senang. Mungkin juga mereka terlalu dimanja oleh orang tua, orang tua tidak tahan melihat anaknya belajar dengan bersusah payah. Keadaan seperti ini akan dapat menghambat kemajuan belajar.

Dalam wawancara dengan beberapa responden, dilapangan peneliti menemukan bahwa orang tua siswa dominan berpenghasilan sebagai petani dan ibu rumah tangga. Jadi penghasilan yang didapat kadang bisa mencukupi kadang tidak. Namun sebagai orang tua, sekolah anak sudah merupakan kewajiban orang tua terhadap anak. Seperti dalam wawancara dengan salah satu responden yakni orang tua siswa (wawancara: 6 Juli 2013) mengatakan bahwa fasilitas belajar yang disediakan yang ada hanya alat tulis menulis saja. Dengan kondisi ekonomi

(25)

kami, mungkin ibu juga bisa lihat dari kondisi rumah kami, kemudian dengan membiayayi ketiga anak yang masih sekolah, kami tidak sanggup untuk membeli meja belajar atau fasilitas belajar lain. Mungkin itu juga yang membuat mereka malas untuk belajar. sebagai orang tua kami hanya bisa berusaha menyediakan alat tulis menulis seadanya saja. Dapat digambarkan bahwa ekonomi juga berpengaruh terhadap aktivitas belajar anak.

Dari uraian berbagai faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa di kelas IV SDN 1 Telaga Kabupaten Gorontalo peneliti dapat menyimpulkan bahwa proses pembelajaran yang terjadi di kelas IV SDN 1 Telaga Kabupaten Gorontalo belum maksimal. Banyak siswa yang tidak termotivasi untuk belajar. Seorang guru, pasti mengetahui pentingnya motivasi belajar dalam kegiatan belajar mengajar. Guru sebagai pengelola proses belajar mengajar seharusnya perlu mempertahankan semangat belajar siswa. Bukti-bukti menunjukkan bahwa siswa hanya giat belajar jika ia termotivasi untuk belajar. Dengan demikian maka guru perlu mengenal cara-cara untuk memotivasi belajar siswa agar pembelajaran tetap berlangsung seperti yang diinginkan guru. Relasi antara orang tua dan guru juga perlu harus terjalin dengan baik. Orang tua dan guru harus bekerja sama untuk dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

4.2.2 Kendala-kendala Yang Dihadapi Guru Dan Siswa Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PKn Di Kelas IV SDN 1 Telaga Kabupaten Gorontalo

Dalam masalah belajar pasti ditemui beberapa kendala. Begitu juga dalam meningktakan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn di kelas IV SDN 1

(26)

Telaga Kabupaten Gorontalo, ditemui beberapa kendala yang dihadapi guru dan siswa. Peneliti menemukan kendalanya tersebut terdapat dalam hubungan antara guru dan siswa itu sendiri.

Keharmonisan hubungan guru dan siswa mempunyai efek terhadap pengelolaan kelas. Guru yang apatis terhadap siswa membuat siswa menjauhinya. Siswa lebih banyak menolak kehadiran guru itu. Rasa benci yang tertanam di dalam diri siswa menyebabkan bahan pelajaran sukar diterima dengan baik. Kecendrungan sikap siswa yang negatif lebih dominan. Sifat kemunafikan ini menciptakan jurang pemisah antara guru dan siswa.

Hal yang sama terjadi dilapangan. Kendala yang dihadapi guru adalah keberadaan siswa itu sendiri. Seperti dalam hasil wawancara dengan salah satu responden guru (wawancara: 16 Mei 2013) mengatakan bahwa dalam masalah proses belajar yang dialami selama ini yakni jika diberikan tugas mereka kadang tidak mau mengerjakan tugas karena tugas yang diberikan merupakan beban bagi siswa. Jadi, dalam hal ini siswa kurang bersemangat dalam belajar. Belajar sudah menjadi beban bagi siswa. Namun guru tidak menyadari bahwa kendala yang dihadapi guru tersebut disebabkan dari guru itu sendiri. Sehingga kendala yang dihadapi siswa adalah dari guru itu sendiri. Guru terlalu bersikap keras terhadap siswa. Jadi siswa kurang menyukai cara mengajar guru. Dari beberapa responden yang diwawancarai yakni siswa (wawancara: 12 Juni 2013) mengatakan bahwa semua siswa tidak menyukai cara mengajar guru. Sesuai pendapat yang diungkapkan dari masing-masing responden selaku siswa didapat bahwa hal ini disebabkan karena guru terlalu bersikap keras terhadap siswa, sehingga siswa

(27)

merasa takut. Selain itu, guru saat mengajar suaranya terlalu keras, penjelasan materi hanya sedikit langsung diberi tugas, cara mencatat guru dipapan tulis tidak jelas tulisannya, belum mengerti langsung diberi tugas, siswa merasa tidak senang dengan tugas yang diberikan karena terlalu banyak, belajar tidak terlalu serius guru sering keluar kelas, proses pembelajaran biasa saja tidak menyenangkan, dan kadang belajar hanya mencatat materi.

Peneliti juga menemukan dari beberapa responden yakni siswa yang diwawancarai, semua mengatakan bahwa guru mengajar tidak pernah menggunakan media pembelajaran. Kemudian strategi pembelajaran yang dilakukan guru hanya menjelaskan lalu diberi tugas. Guru tidak pernah menggunakan model-model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kendala-kendala yang dihadapi guru dan siswa dalam meningktakan motivasi belajar pada mata pelajaran PKn di kelas IV SDN 1 Telaga Kabupaten Gorontalo adalah terdapat dalam hubungan guru dan siswa itu sendiri.

Proses pembelajaran akan efektif, jika komunikasi dan interaksi antara guru dengan siswa terjadi secara intensif. Guru dapat merancang model-model pembelajaran sehingga siswa dapat belajar secara optimal. Guru mempunyai peran ganda dan sangat strategis dalam kaitannya dengan kebutuhan siswa. Peran dimaksudkan adalah guru sebagai guru, guru sebagai orang tua, dan guru sebagai sejawat belajar.

(28)

Pekerjaan utama guru adalah mengajar dan mendidik siswa siswa, yang berusaha agar semua siswanya mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang diajarkan dengan baik.

2. Guru sebagai orang tua

Tempat mencurahkan segala perasaan siswa, tempat mengadu siswa ketika mengalami gangguan. Siswa merasa aman dan nyaman ketika dekat dengan guru, bahkan merasa rindu jika tidak bertemu guru. Interaksi guru dan siswa bagaikan hubungan orang tua dan anak, hangat, akrab, harmonis, dan tulus.

3. Guru sebagai teman

Sebagai pasangan untuk berbagai pengalaman dan beradu argumentasi dalam diskusi secara informal. Guru tidak merasa direndahkan jika siswa tidak sependapat, atau memang pendapat siswa yang benar, dan menerima saran siswa murid yang masuk akal. Hubungan guru dan siswa mengutamakan nilai-nilai demokratis dalam proses pembelajaran (dalam http://eksan.web.id/archives/235). 4.2.3 Upaya Untuk Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa Di Kelas IV

SDN 1 Telaga Kabupaten Gorontalo

Ada beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa dalam kegiatan belajar siswa di sekolah, seperti yang diungkapkan oleh (Djamarah dan zain, 2006 : 149) yaitu:

1. Memberi angka

Memberikan angka (nilai) artinya adalah sebagai satu simbol dari hasil aktifitas anak didik. Dalam memberi angka (nilai) ini, semua anak didik mendapatkan hasil aktifitas yang bervariasi. Pemberian angka kepada anak didik

(29)

diharapkan dapat memberikan dorongan atau motivasi agar hasilnya dapat lebih ditingkatkan lagi.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti menemukan di lapangan, dalam pemberian nilai sewaktu-waktu dapat berubah sesuai sikap siswa di kelas itu bagaimana. Ini dapat dilihat dalam hasil wawancara dengan responden yakni siswa (wawancara: 21 Mei 2013) mengatakan bahwa jika siswa berkelahi atau berbuat masalah, nilai akan dikurangi. Jika nilai 100 akan dikurangi menjadi 75. Jadi,tadinya nilainya tinggi akan berubah menjadi nilai yang rendah. Ini akan berpengaruh pada keadaan siswa. Semangat belajarnya akan menurun. Karena siswa sudah berusaha belajar mendapat nilai yang baik tapi hanya karena ada masalah dengan teman nilainya menjadi turun. Apalagi siswa yang merasa tidak bersalah akan lebih menurun semangat belajarnya. Dalam proses pembelajaran guru harusnya memberikan penjelasan pada siswa, bahwa sikap juga ada penilaian tersendiri. Bisa saja berpengaruh pada nilai akhir siswa. Jika sikapnya didalam kelas baik nilai akhir yang didapat juga akan baik. Jika sikapnya tidak baik nilai akhirnya juga akan tidak baik,walaupun siswa itu sering mendapat nilai yang baik pada setiap tugas dan ujian yang diberikan. Jadi, guru tidak seharunya menghukum siswa dengan mengurangi hasil belajarnya. Akan tetapi membimbing anak itu dan memberikan hukuman atas perbuatannya, hukuman yang dimaksud disini adalah hukuman yang mendidik. Seperti menyapu lantai mencatat bahan pelajaran yang ketinggalan, atau apa saja yang sifatnya mendidik. Jadi sebaiknya guru tidak mengambil tindakan seperti itu. Sebab dalam kasus ini bukan motivasi yang akan tumbuh melainkan motivasi belajar akan menurun.

(30)

2. Hadiah

Maksudnya adalah suatu pemberian berupa kenang-kenangan kepada anak didik yang berprestasi. Hadiah ini akan dapat menambah atau meningkatkan semangat (motivasi) belajar siswa karena akan diangap sebagai suatu penghargaan yang sangat berharga bagi siswa.

Dalam pengamatan peneliti selama ini yang terjadi di lapangan upaya untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa dengan pemberian hadiah dalam proses pembelajaran itu tidak ada. Padahal hadiah ini sangat berpengaruh terhadap gairah belajar siswa. Apalagi pada siswa sekolah dasar, mereka akan semangat melakukan sesuatu jika diberikan hadiah. Namun hadiah juga tidak bisa sering diberikan. Hanya saja sebagai penghargaan atas prestasi anak di kelas. Jika sering diberi tugas dikhawatirkan siswa akan giat belajar jika ada hadiah yang diberikan. Untuk itu, alangkah baiknya guru memberikan hadiah tidak memberi tahu terlebih dahulu pada siswa sebelum siswa itu menyelesaikan tugas dengan baik dan benar. 3. Pujian

Memberikan pujian terhadap hasil kerja anak didik adalah sesuatu yang diharapkan oleh setiap individu. Adanya pujian berarti adanya suatu perhatian yang diberikan kepada siswa, sehingga semangat bersaing siswa untuk belajar akan tinggi. Pujian disini seperti berkata “kerjamu bagus”, “kerjamu rapi”, “selamat sang juara baru” dan sebagainya.

Uraian tersebut bertolak belakang dengan keadaan dilapangan, peneliti justru menemukan pujian yang diberikan itu sangat kurang bahkan mungkin tidak ada. Dengan karakter guru yang keras malah yang didapat siswa, bukan pujian

(31)

melainkan setiap proses pembelajaran siswa merasa takut dengan adanya guru. Guru hanya sering marah-marah dan bersuara keras yang membuat siswa takut. Jangankan memberikan pujian bertanya saja siswa merasa takut karena dibentak dan tidak dihargai, bahkan tidak disuruh bertanya. Seperti dalam hasil wawancara dengan salah satu responden yakni siswa (wawancara 12 Juni 2013) Jein mengatakan bahwa Ia takut bertanya jika ada materi yang tidak dimengerti karena jika bertanya guru hanya mengatakan kenapa bartanya, tidak bisa bertanya harus dipikir sendiri. Ini akan menyebabkan adanya pembunuhan karakter terhadap siswa. Siswa seperti tidak dihargai. Sehingga yang ada motivasi belajar siswa menurun, tidak mau bertanya jika ada yang tidak dimengerti dan berperan sebagai pengikut saja. Padahal pujian ini merupakan alat motivasi yang positif. Setiap orang tentunya senang dipuji, sama halnya dengan siswa itu sendiri.

4. Gerakan tubuh

Gerakan tubuh artinya mimik, parah, wajah, gerakan tangan, gerakan kepala, yang membuat suatu perhatian terhadap pelajaran yang disampaikan oleh guru. Gerakan tubuh saat memberikan suatu respon dari siswa artinya siswa didalam menyimak suatu materi pelajaran lebih mudah dan gampang.

Dalam penelitian dilapangan ditemukan gerakan tubuh saat mengajar hanya menimbulkan ketekanan siswa dalam belajar. Sebab dengan karakter guru yang keras, guru kurang memberikan senyuman bahkan yang ada hanya memperlihatkan wajah yang melotot. Ini sesuai hasil wawacara salah satu responden yakni siswa (wawancara: 12 Juni 2013) Dwi mengatakan bahwa cara mengajar guru tidak baik sebab jika mengajar selalu melotot. Dengan gerakan

(32)

tubuh seperti itu dapat mengurangi semangat belajar siswa. Padahal gerakan tubuh merupakan penguatan yang dapat membangkitkan semangat belajar siswa, sehingga proses pembelajaran akan lebih menyenangkan.

5. Memberi tugas

Tugas merupakan suatu pekerjaan yang menuntut untuk segera diselesaikan. Pemberian tugas kepada siswa akan memberikan suatu dorongan dan motivasi kepada anak didik untuk memperhatikan segala isi pelajaran yang disampaikan.

Namun yang terjadi dilapangan tugas yang diberikan tugas yang diberikan merupakan suatu bebab bagi siswa, sebab tugas yang diberikan terlalu banyak. Seperti dari hasil wawancara dengan responden yakni siswa (wawancara: 12 Juni 2013) mengatakan bahwa mereka tidak senang dengan tugas yang diberikan oleh guru, sebab tugas yang diberikan terlalu banyak. Untuk itu, sebagai seorang guru sebaiknya dapat memperhatikan hal itu. Mengingat siswa tidak hanya mempelajari 1 mata pelajaran dari guru tersebut saja. Sebaiknya seorang guru dapat berkomunikasi dengan guru lain mengenai pemberian tugas kepada siswanya agar beban yang ditanggungnya dapat terkontrol.

6. Memberikan ulangan

Ulangan adalah strategi yang paling penting untuk menguji hasil pengajaran dan juga memberikan motivasi belajar kepada siswa untuk mengulangi pelajaran yang telah disampaikan dan diberikan oleh guru. Dalam penelitian di lapangan seperti halnya tugas, pemberian ulangan juga sering dilakukan.

(33)

7. Mengetahui hasil

Rasa ingin tahu siswa kepada sesuatu yang belum diketahui adalah suatu sifat yang ada pada setiap manusia. Dalam hal ini siswa berhak mengetahui hasil pekerjaan yang dilakukannya. Namun yang terjadi dilapangan siswa kurang mengetahui hasil pekerjaan yang dilakukannya. Kadang tugas yang diberikan dibiarkan saja. Seperti dari hasil wawancara dengan salah satu responden yakni siswa (wawancara: 21 Mei) Irvan mengatakan bahwa tugas yang diberikan kadang dibiarkan saja. Hal ini menjadikan siswa tidak mengetahui kesalahan atas tugas yang dikerjakan. Padahal dengan mengetahui hasil siswa akan bisa mengetahui kesalahan atas tugas yang dikerjakannya. Sehingga siswa akan terdorong untuk lebih menambah semangat belajarnya demi mendapat hasil yang lebih baik lagi. 8. Hukuman

Dalam proses belajar mengajar, memberikan sanksi kepada siswa yang melakukan kesalahan adalah hal yang harus dilakukan untuk menarik dan meningkatkan perhatian siswa. Misalnya memberikan pertanyaan kepada siswa yang bersangkutan.

Namun, kenyataan yang ditemukan dilapangan hukuman yang diberikan terlalu keras. Ini disebabkan karena karakter guru yang keras.seperti wawancara dengan salah satu responden yakni siswa (wawancara 12 Juni 2013) Agil mengatakan bahwa menurunya gurunya jahat, suka memukul.

Dalam dunia pendidikan ini tidak dibenarkan. Seharusnya guru memberikan hukuman dengan cara mendidik. Seperti menyapu lantai mencatat bahan pelajaran yang ketinggalan, atau apa saja yang sifatnya mendidik. Hal ini

(34)

sejalan dengan pendapat responden yakni kepala sekolah (wawancara: 11 Juni 2013) mengatakan bahwa dalam memberikan sanksi kepada anak yang melakukan pelanggaran atau kesalahan sanksinya harus sesuai dengan pendidikan. Jadi, misalnya siswa diberikan tugas kemudian tidak melaksanakan, maka siswa itu diberikan tugas kembali, tapi diupayakan tidak mengganggu siswa itu belajar. Mungkin sanksinya akan diberikan sesudah belajar. Jadi, orang lain sementara istrahat, siswa itu hanya melaksanakan tugas. Kemudian tidak boleh ada yang membantu. Agar siswa itu bisa bertanggung jawab melakukan pelanggaran dan tahu bagaimana rasanya kalau tidak melaksanakan tugas. Dengan salah satu upaya tersebut siswa akan berusaha untuk bersikap tenang dengan memfokuskan perhatiannya kepada bahan pelajaran dijelaskan kembali oleh guru.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari kedua variabel prediktor tersebut dicari seberapa besar kontribusinya sehingga diketahui bahwa kontribusi perhatian

bahwa dalam rangka memberikan kepastian kepada masyarakat yang bermaksud melaksanakan kegiatan penelitian atau praktek kerja lapangan di lingkungan Pemerintah Kota

Jika digabungkan dengan hasil uji statistika paired-t untuk utilitas maka diperoleh kesimpulan bahwa sistem alternatif kedua yang terbaik dikarenakan sistem alternatif pertama

Sedangkan, pada bagian belakang kartu matching cards menggunakan warna kontras dari biru tua yaitu merah marun dengan warna emas yang melambangkan pekerjaan

Begitu banyaknya pembahasan kajian penyebab terjadinya genangan air/banjir, karena dibatasi oleh kemampuan penulis maka penulis hanya membahas kajian sistem jaringan drainase

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian, Kecamatan Tajungpandan Kabupaten Belitung, LAZMUH, Deskripsi Hasil Wawancara, Pembahasan

P.21/MenLHK/Setjen/ KUM.1/10/2020 tanggal 2 November 2020 yaitu tentang Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu Pada Pemegang Izin,

bahwa dalam rangka mewujudkan penegakan hukum dalam penyelenggaraan penataan ruang yang menyangkut tindak pidana bidang penataan ruang, telah ditetapkan Peraturan Menteri