• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Penempatan Pusat Distribusi Logistik Perkotaan untuk Modern Retailers dengan Pertimbangan Integrasi Intermodal untuk Kota Surabaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Model Penempatan Pusat Distribusi Logistik Perkotaan untuk Modern Retailers dengan Pertimbangan Integrasi Intermodal untuk Kota Surabaya"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

Model Penempatan Pusat Distribusi

Logistik Perkotaan untuk Modern Retailers

dengan Pertimbangan Integrasi Intermodal

untuk Kota Surabaya

Oleh :

M. Hevar Rysta K.

2509.203.201

Dosen Pembimbing :

Prof. Ir. I Nyoman Pujawan, M.Eng, Ph.D

Dosen Ko-Pembimbing :

Arief Rahman, S.T, M.Sc

(2)

OUTLINE

Latar Belakang

Perumusan Masalah dan Batasan Penelitian

Tinjauan Pustaka

Metodologi Penelitian dan Pengembangan Model

Pengumpulan dan Pengolahan Data

Analisis dan Interpretasi Hasil

Kesimpulan dan Saran

(3)

LATAR BELAKANG

Peningkatan pergerakan

arus barang

Populasi penduduk Sby

{3.014.982/laju 2,92%

(dispendukcapil)} yang

makin meningkat

(kelahiran+urbanisasi)

Dibangun Pusat

Distribusi

Integrasi intermodal

Sistem distribusi barang

yang lebih environmental

sustainable

Arus kendaraan

berkurang

Polusi berkurang

Psikologi masyarakat

tidak terganggu

(4)

LATAR BELAKANG

City logistics

Freight transport movement

Stakeholders terkait logistik perkotaan

Komponen dan model logistik

perkotaan

Intermodal freight transport

(5)

GAP dan KONTRIBUSI PENELITIAN

• Penelitian yang terkait dengan logistik perkotaan untuk Indonesia

masih sedikit sekali, khususnya untuk kota Surabaya. Rosita

(2010) menentukan lokasi DC namun dengan metode COG.

• Penelitian yang melibatkan integrasi Intermodal belum pernah

dilakukan di kota Surabaya.

• Pentingnya menentukan fasilitas logistik di Surabaya karena

Surabaya memiliki karakteristik dan kebijakan tersendiri yang

membuat model yang dibangun akan berbeda dengan kota lainnya.

• Model pemilihan lokasi mempunyai kedinamisan yang tinggi,

sehingga perlu dilakukan penelitian secara kontinyu dimana

kondisi faktor – faktor yang mempengaruhi pada saat ini akan

berbeda dengan masa depan dan masa lalu (Guneri dkk., 2009).

• Penelitian dalam penentuan lokasi ini menggunakan modern

retailers sebagai objek penelitian. Modern retailers penting untuk

dijadikan objek karena memiliki karakter yang khas.

(6)

PERUMUSAN MASALAH

• Menentukan lokasi Pusat

Distribusi (DC) terbaik (yang

memenuhi kriteria penelitian,

terutama yang dapat mengurangi

arus kendaraan dalam kota)

dengan pertimbangan integrasi

(7)

TUJUAN PENELITIAN

Menentukan kriteria – kriteria yang

berpengaruh pada penentuan lokasi DC

untuk modern retailers di Surabaya

Membuat model penentuan lokasi DC dan

pendistribusian barang paling optimal

untuk modern retailers dengan F-ANP

Mengetahui pengaruh adanya pembangunan

DC yang mempertimbangkan integrasi

intermodal terhadap kinerja logistik perkotaan

(8)

BATASAN PENELITIAN DAN ASUMSI

Batasan

• Cakupan yang diamati

terbatas untuk wilayah kota

Surabaya

• Model hanya berlaku untuk

pengiriman ke modern

retailers di Surabaya

• Konfigurasi rantai pasok

dibatasi untuk supplier dan

retailer.

• Produk yang masuk ke DC

adalah consumer good

product (peralatan mandi,

kue kemasan, dan lainnya)

bukan fresh good (sayur,

daging, dan lainnya).

Asumsi

• Pola permintaan retailers

tiap periode dianggap

berkembang

• Retailers yang tidak

memiliki data permintaan

dianggap memiliki

permintaan yang sama

dengan retailer sejenis.

(9)
(10)

CITY LOGISTICS

City logistics :

kegiatan yang menekankan pada kebutuhan pandangan yang sistemik

terhadap isu – isu yang terkait dengan freight movements dalam area

perkotaan, yaitu, suatu sistem yang ditandai dengan konsolidasi optimal

dari muatan dari shippers dan carriers yang bebeda dalam kendaraan

pengiriman yang sama dan koordinasi dari aktivitas transportasi freight

dalam kota tersebut (Crainic, 2008).

Urban freight transport :

suatu sistem yang ditandai dengan konsolidasi optimal dari muatan dari

shippers dan carriers yang bebeda dalam kendaraan pengiriman yang sama

dan koordinasi dari aktivitas transportasi freight dalam kota tersebut

(Crainic, 2008).

(11)

CITY LOGISTICS

Empat stakeholder yang terkait dalam city logistics

(Taniguchi et al., 2001) :

– Pengirim barang (shipper), terdiri dari manufaktur, grosir,

distributor, dan retail.

– Penduduk kota (resident), merupakan orang yang tinggal,

bekerja, dan berbelanja di kota.

– Pembawa barang (freight carrier), terdiri dari operator

angkutan dan operator pergudangan.

– Pemerintahan (administrator), yaitu pada level nasional,

propinsi, dan kota.

Taniguchi dan Tanagawa menambahkan stakeholder ke 5

(2010)

(12)

MODEL CITY LOGISTICS

Model logistik perkotaan menurut Boerkamps dan

Binsbergen (1999) mengandung hubungan antara

empat komponen fisik dari transportasi urban goods.

• spatial organisation of activities

• goods flows

• traffic flows

(13)

GOODTRIP CONSEPTUAL FRAMEWORK

Spatial Organization of Activities

Goods Flows Traffic Flows

Multimodal Infrastructure Goods Market Infra Market Traffic Market Transport Service Market Vehicle Fleet Goods Demand Goods Supply O-D goods Infra

Demand SupplyInfra

Capacity Adjustment Capacity Supply Congestion Feedback Capacity Demand Transport Demand Transport Supply Accessibility

(14)

INTERMODAL FREIGHT TRANSPORT

(Sumber : Taniguchi et al., 2001)

Suatu konsep untuk menggunakan dua atau lebih

moda yang ‘sesuai’, dalam kombinasi, untuk

membentuk sebuah rantai transport terintegrasi yang

mengarah pada pencapaian keefisienan operasional

dan biaya pengiriman barang yang efektif dalam

sebuah environmentally sustainable manner dari titik

asal menuju tujuan akhirnya (Lowe, 2005).

(15)

PUSAT DISTRIBUSI LOGISTIK PERKOTAAN

Tujuan didirikannya Pusat Distribusi (Wilson, 2010):

• Mengurangi kemacetan dengan mengurangi jumlah

kendaraan pengirim yang diperlukan.

• Membantu memperbaiki kualitas udara.

• Menaikkan layanan pengiriman yang disediakan untuk

retailers.

• Memenuhi permintaan dari retailers yang

membutuhkan unit penjualan yang lebih besar.

• Mengurangi biaya terhadap retailers, baik dari

transportasi dan staf.

(16)

RETAILERS

Retailers penting untuk diteliti karena (Campo dan

Gijsbrechts, 2004):

• Retailers mempunyai tipe strategi operasi yang berbeda.

• Berbagai pertimbangan jenis layanan dan kepentingan

perusahaan berhubungan langsung dengan penentuan

lokasi dan alokasi barang dalam retail.

• Retailers menawarkan multi produk dan layanan serta

memiliki outlets yang tersebar secara luas.

(17)
(18)

MULTI-CRITERIA DECISION MAKING

Karakter permasalahan MCDM (Hwang dan Yoon,

1981 dalam Lu dkk., 2007):

• Multiple criteria: Setiap permasalahan mempunyai

kriteria jamak, dimana bisa disebut sebagai atribut.

• Conflicting among criteria: Banyak kriteria yang

bertentangan dengan yang lainnya.

• Incommensurable unit: Kriteria mempunyai unit

pengukuran yang berbeda.

• Design/selection: Suatu solusi untuk suatu

permasalahan MCDM bisa untuk merancang alternatif

terbaik atau memilih yang terbaik diantara alternatif –

alternatif khusus terbatas sebelumnya.

(19)

ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP)

– Merupakan pengembangan Analytic Hierarchy Process (AHP)

– Pemilihan lokasi perlu ANP bukan AHP karena perlu

mempertimbangkan kriteria kualitatif

Kelebihan – kelebihan ANP:

• Dapat menangkap pengaruh ketergantungan antar komponen

secara timbal balik.

• Mampu mengkombinasikan dan membandingkan nilai – nilai

yang tidak dapat diukur dan penilaian subjektif dengan

menggunakan data – data kuantitatif yang konsisten dalam

skala rasio.

• Mampu menghasilkan indikator pengaruh positif dan negatif,

serta

• Mampu mensistesis semua pengaruh antar komponen menjadi

satu kesatuan yang utuh.

(20)
(21)
(22)

DIAGRAM ALIR PENELITIAN

Wawancara dengan para Pengambil Keputusan

Memilih Kriteria Permasalahan Lokasi

Pengumpulan Data Terkait

Ya Apakah Hasilnya Konsisten? Mulai Menjalankan Prosedur F-ANP Tidak Fuzzy Analytic Network Process

Model Pemilihan Lokasi

Pengolahan Data

Analisa dan Interpretasi Hasil

(23)

MODEL KAYIKCI

S

el

ek

si

L

ok

as

i T

er

ba

ik

d

en

ga

n

P

er

tim

ba

ng

an

In

te

rm

od

al

D am pa k Li ng ku ng an (E E ) S ka la E ko no m i (E S ) S ta bi lit as P er ko ta an (N S ) M an aj em en d an O pe ra si In te rm od al (IO & M ) Perkembangan Sosial-Ekonomi

M

as

ya

ra

ka

t

(C

O

)

P

en

ge

lo

la

(O

G

)

O

pe

ra

to

r

In

fra

st

ru

kt

ur

(O

I)

P

em

er

in

ta

h

(G

V

)

P

el

an

gg

an

(C

U

)

O

pe

ra

to

r

(O

P

)

Tujuan

Lo ka si P as ar In te rn as io na l (IM L) Pemain Bisnis – Pemangku Kepentingan Perkembangan Spasial

Volume Pengiriman Laut

Volume Ekspor-Impor Mobilitas Stabilitas Politik Stabilitas Ekonomi Stabilitas Sosial Rel Terminal Kargo Terminal Intermodal Koordinasi Ketersediaan Pelayanan Waktu Transport Biaya Transport

Infrastruktur Teknologi Informasi

Kualitas Konektivitas Interoperabilitas Jalan Rel SSS Jalur Air Aksesabilitas

Pasar Konsumsi Internasional

Pasar Manufaktur Internasional

Penyebrangan Perbatasan Kebiasaan Koridor Eropa Kecelakaan Bahan Berbahaya Penggunaan Lahan Emisi (CO2) Penggunaan Energi Kemacetan

Faktor-faktor

Pembobotan

(24)

MODEL FUZZY-ANP PENELITIAN

Goal

Pembobotan C1 C2 C3 C1 C2 C3

Kriteria

(Lapisan 1)

Interaksi

(Lapisan 2)

Alternatif A

Alternatif B

Alternatif C

(25)

KRITERIA PEMILIHAN LOKASI DC

No

Kriteria

Penjelasan

1 Akses (C1) – [Kayikci, 2010; Guneri dkk., 2009]

Kemudahan menjangkau DC serta retailers

2

Dampak Negatif (C2) – [Kayikci, 2010; Tuzkaya dkk., 2008]

Akibat negatif yang ditimbulkan dengan adanya pembangunan DC terhadap lingkungan maupun masyarakat (Misalnya polusi bunyi, kemacetan, psikologi masyarakat)

3 Ketersediaan Lahan

(C3) – [Kayikci, 2010]

Tersedianya tanah yang dapat dimanfaatkan sebagai lahan pembangunan DC karena Surabaya merupakan kota padat penduduk

4

Biaya Pembangunan DC (C4) – [Arifin, 2011]

Biaya yang dikeluarkan untuk membangun DC

5 Kapasitas DC (C5) –

[Arifin, 2011]

Besarnya kapasitas penyimpanan barang dalam DC sebelum didistribusikan yang mempengaruhi luas DC yang akan dibangun. Hal ini umumnya dipengaruhi oleh luas lahan yang tersedia serta jumlah permintaan

keseluruhan retailers.

6 Kecocokan Master

Plan (C6) – [Diskusi]

Adanya peluang kecocokan dengan rencana tata kota pembangunan kota Surabaya di masa mendatang. Jangan sampai merencanakan pembangunan DC pada lokasi yang tidak sesuai yang justru malah akan merugikan masyarakat serta stakeholders terkait.

7 Integrasi Intermodal

(C7) – [kayikci, 2010]

Adanya penggabungan 2 jenis kendaraan atau lebih dalam mengirimkan pasokan barang ke retaiers karena selama ini dilakukan pengiriman tunggal (1 kendaraan untuk 1 toko), sehingga kendaraan yang melintas dalam kota sangat banyak yang berakibat pada polusi. Dengan adanya pembangunan DC membuat aliran kendaraan lebih teratur melalui kerjasama antara pengeola DC dgn supplier dalam perencanaan aliran barang dalam kota. Barang akan dikirimkan dalam jumlah besar dengan kendaraan yang bervolume lebih besar sehingga tidak memerlukan jumlah kendaraan yang banyak dengan volume yang lebih kecil.

(26)

DUGAAN KORELASI ANTAR KRITERIA

Akses (C

1

)

Dampak negatif (C

2

)

Ketersediaan lahan

(C

3

)

Biaya pembangunan

DC (C

4

)

Kapasitas DC (C

5

)

Kecocokan master

plan (C

6

)

Integrasi intermodal

(C

7

)

(27)
(28)

RATA – RATA HUBUNGAN MEMPENGARUHI ANTAR KRITERIA

Kriteria

C1

C2

C3

C4

C5

C6

C7

Akses (C1)

0

5,57

3,86

3,57

3,29

6,43

7,86

Dampak

negatif (C2)

5,86

0

2,71

7

6,71

3,86

5,86

Ketersediaan

lahan (C3)

6,71

4,43

0

7

8,14

6,71

3,57

Biaya

pembanguna

n DC (C4)

4,43

6,43

5,86

0

8,71

3

2,71

Kapasitas DC

(C5)

4,71

4,14

5,57

9

0

6,43

3,86

Kecocokan

master plan

(C6)

8,71

3,57

7

3,86

7,29

0

7,29

Integrasi

intermodal

(C7)

8,43

4,43

2,71

1,86

2,43

7,57

0

Tabel diatas dijadikan dasar dalam penentuan hubungan pengaruh antar

kriteria. Dasar warna kuning menunjukkan adanya hubungan

(29)

MODEL KORELASI ANTAR KRITERIA

Akses (C

1

)

Dampak negatif (C

2

)

Ketersediaan lahan

(C

3

)

Biaya pembangunan

DC (C

4

)

Kapasitas DC (C

5

)

Kecocokan master

plan (C

6

)

Integrasi intermodal

(C

7

)

Gambar disamping

menunjukkan model

hubungan

antar

kriteria

setelah

didapatkan

penilaian

dari

responden.

(30)

PEMBOBOTAN KRITERIA

Limiting Matrix

Tabel limiting matrix menunjukkan bobot nilai yang sudah

terdistribusi merata pada klaster secara keseluruhan.

Alternatif

Kriteria

1

2

3

C1

C2

C3

C4

C5

C6

C7

A

lt

er

n

at

if

1

0,18

0,18

0,18

0,18

0,18

0,18

0,18

0,18

0,18

0,18

2

0,13

0,13

0,13

0,13

0,13

0,13

0,13

0,13

0,13

0,13

3

0,17

0,17

0,17

0,17

0,17

0,17

0,17

0,17

0,17

0,17

K

ri

te

ri

a

C1

0,06

0,06

0,06

0,06

0,06

0,06

0,06

0,06

0,06

0,06

C2

0,03

0,03

0,03

0,03

0,03

0,03

0,03

0,03

0,03

0,03

C3

0,04

0,04

0,04

0,04

0,04

0,04

0,04

0,04

0,04

0,04

C4

0,10

0,10

0,10

0,10

0,10

0,10

0,10

0,10

0,10

0,10

C5

0,11

0,11

0,11

0,11

0,11

0,11

0,11

0,11

0,11

0,11

C6

0,05

0,05

0,05

0,05

0,05

0,05

0,05

0,05

0,05

0,05

C7

0,07

0,07

0,07

0,07

0,07

0,07

0,07

0,07

0,07

0,07

(31)

SKOR BOBOT PRIORITAS

Alternatif

Normalisasi klaster

Limiting

Perak

0,372

0,186

Gubeng

0,279

0,139

Rungkut

0,347

0,173

Kriteria

Normalisasi klaster

Limiting

Akses (C1)

0,139

0,069

Dampak negatif (C2)

0,071

0,035

Ketersediaan lahan (C3)

0,085

0,042

Biaya pembangunan DC (C4)

0,210

0,105

Kapasitas DC (C5)

0,220

0,110

Kecocokan master plan (C6)

0,117

0,058

Integrasi intermodal (C7)

0,154

0,077

(32)
(33)

RATA

– RATA KEPENTINGAN KRITERIA

Kriteria

Penting

Tdk Penting

Akses (C1)

1

0

Dampak negatif (C2)

0,71

0,29

Ketersediaan lahan (C3)

0,71

0,29

Biaya pembangunan DC (C4)

0,86

0,14

Kapasitas DC (C5)

1

0

Kecocokan master plan (C6)

0,72

0,28

Integrasi intermodal (C7)

0,86

0,14

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1 Penting Tidak penting

(34)

RATA

– RATA PEMBOBOTAN KRITERIA UNTUK TIAP ALTERNATIF

Kriteria

Perak

Gubeng

Rungkut

Akses (C1)

7 7 7

Dampak negatif

(C2)

8 3 6

Ketersediaan

lahan (C3)

9 2 6

Biaya

pembangunan DC

(C4)

7 2 7

Kapasitas DC (C5)

9 3 7

Kecocokan master

plan (C6)

7 2 6

Integrasi

intermodal (C7)

7 7 7

(35)

RANGKING PRIORITAS ALTERNATIF & KRITERIA

Alternatif

Nilai

Rangking

Perak

0,372

1

Rungkut

0,347

2

Gubeng

0,279

3

Kriteria

Nilai

Ranking

Kapasitas DC (C5)

0,220

1

Biaya pembangunan DC (C4)

0,210

2

Integrasi intermodal (C7)

0,154

3

Akses (C1)

0,139

4

Kecocokan master plan (C6)

0,117

5

Ketersediaan lahan (C3)

0,085

6

Dampak negatif (C2)

0,071

7

(36)
(37)

ANALISIS SENSITIVITAS

Grafik di samping

menunjukkan nilai

sensitivitas.

(38)

ANALISA JARAK TERPENDEK

DC

Total jarak

Rangking

Gubeng

60.865

1

Perak

67.322

2

Rungkut

76.167

3

(39)
(40)

KESIMPULAN

1. Terdapat tujuh kriteria yang dijadikan penilaian dalam pemilihan lokasi

DC. Dari ketujuh kriteria tersebut, kriteria Kapasitas DC dan Biaya

pembangunan DC mempunyai prosentase terbesar (22 % dan 21 %) yang

artinya dianggap penting dalam memilih lokasi DC. Kriteria – kriteria lain

yang mengikuti adalah Integrasi intermodal (15,4 %), Akses (13,9 %), dan

Kecocokan master plan (11,7 %).

2. Hasil perangkingan alternatif lokasi menunjukkan bahwa wilayah Perak

menempati posisi pertama dengan 37,2 %, diikuti Rungkut pada posisi

kedua dengan 34,7 % dan terakhir adalah Gubeng dengan 27,9 %.

3. Hasil analisis sesnsitivitas menunjukkan bahwa rangking alternatif

cenderung stabil dengan prioritas yang tetap.

4. Dengan dibangunnya DC akan membuat pengiriman barang lebih

terkoordinasi, lebih efektif dengan lebih sedikitnya kendaraan yang

melintas serta dapat mengurangi dampak negatif yang dirasakan oleh

masyarakat.

5. Meskipun diketahui total jarak DC Gubeng memiliki total jarak terpendek

berdasarkan simulasi, namun hal tersebut tidak dapat dijadikan acuan

karena hanya mempertimbangkan satu kriteria.

(41)

SARAN

1. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan beberapa

kriteria serta metode lainnya dalam pemilihan lokasi

DC.

2. Perlu dilakukan penelitian secara berkelanjutan

mengenai pemilihan lokasi DC karena kedinamisannya

serta pergerakan kota yang cepat.

3. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan untuk

memasukkan jenis retailers lainnya, tidak terbatas

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Allen, J., Thorne, G., & Browne, M. (2007). Good Practice Guide on Urban Freight Transport. Best Urban Freight Solutions. DZ Rijswijk.

• Altinel, I.K., Durmaz, E., Aras, N., & Ozkısacık, K.C. (2009). A location–allocation heuristic for the capacitated multi-facility Weber

problem with probabilistic customer locations. European Journal of Operational Research, 198, 790–799.

• Arifin, S. (2011). Location allocation problem using genetic algorithm and simulated annealing: a case study based on school in

Enschede. Master thesis. Enschede.

Arnold, P., Peeters, D., & Thomas, I. (2004). Modelling a rail/road intermodal transportation system. Transportation Research Part E, 40,

255–270.

• Barceló, J., Grzybowska, H., & Pardo, S. (2005). Vehicle Routing and Scheduling Models, Simulation, and City Logistics.

• Behrends, S., Lindholm, M., & Woxenius, J. (2007). The Impact of Urban Freight Transport: A Definition of Sustainability from an

Actor's Perspective. Transportation Planning and Technology. London.

Benjelloun, A., Crainic, T.G., & Bigras, Y. (2010). Towards a taxonomy of City Logistics projects. Procedia Social and Behavioral

Sciences, 2, 6217–6228.

• Boerkamps, J., & Binsbergen, A.V. (1999). GoodTrip - A New Approach for Modelling and Evaluation of Urban Goods Distribution.

• Browne, M., Piotrowska, M., Woodburn, A., & Allen, J. (2007). Part I – Urban Freight Transport. Work Module 1 Green Logistics Project.

Westminster.

• Campo, C., Gijsbrecht, E. (2004). Should retailers adjust their micro marketing strategies to type of outlet? An application to

location-based store space allocation in limited and full-service grocery stores. Journal of Retailing and Consumer Services, 11, 369–383.

• Chen, C.-L., Yuan, T.-W., & Lee, W.-C. (2007). Multi-criteria fuzzy optimization for locating warehouses and distribution centers in a

supply chain network. Journal of the Chinese Institute of Chemical Engineers, 38, 393–407.

Crainic, T.G. (2008). City Logistics. Interuniversity Research Centre on Enterprise Networks, Logistics and Transportation.

Dasburg, N., & Schoemaker, J. (2006). Quantification of Urban Freight Transport Effects II.

• Feng, C.M., & Huang, H.H. (2003). Modelling the Intermodal Logistics between Intercity Rail and City Truck.

• Flodén, J. (2007). The Potential of Combined Transport in Sweden. Modelling Intermodal Freight Transport. Göteborg. BAS Publishing.

Ghiani, G., Laporte, G., & Musmanno, R. (2004). Introduction to Logistics Systems Planning and Control. West Sussex, JohnWiley &

Sons, Ltd.

Guneri, A.F., Cengiz, M., & Seker, S. (2009). A fuzzy ANP approach to shipyard location selection. Expert Systems with Applications, 36,

7992–7999.

• Hsu, C.-W., & Hu, A.H. (2009). Applying hazardous substance management to supplier selection using analytic network process.

Journal of Cleaner Production, 17, 255–264.

Ishfaq, R., & Sox, C.R. (2011). Hub location–allocation in intermodal logistic networks. European Journal of Operational Research, 210,

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Kayikci, Y. (2010). A conceptual model for intermodal freight logistics centre location decisions. Procedia Social and Behavioral

Sciences 2, 6297–6311.

Konings, R., Priemus, H., & Nijkamp, P. (2008). The future of intermodal freight transport. Transport Economics, Management and

Policy. Northampton, Edward Elgar Publishing, Inc.

Lowe, D. (2005). Intermodal Freight Transport. Burlington, Elsevier Butterworth-Heinemann.

Lu, J., Zhang, G., Ruan, D., & Wu, F. (2007). Multi objective Group Decision Making Methods Software and Applications With Fuzzy

Set Techniques. London, Imperial College Press.

• Macharis, C., & Bontekoning, Y.M., (2004). Opportunities for OR in intermodal freight transport research: A review. European

Journal of Operational Research, 153, 400–416.

• Macharis, C., & Pekin, E. (2009).Assessing policy measures for the stimulation of intermodal transport: a GIS-based policy

analysis. Journal of Transport Geography, 17, 500–508.

OECD (1997). The Enviromental Effect of Freight. Paris.

OECD (2003). Delivering the Goods: 21st Century Challenges to Urban Goods Transport. Paris.

• Onut, S., Tuzkaya, U.R., & Torun, E. (2011). Selecting container port via a fuzzy ANP-based approach: A case study in the

Marmara Region, Turkey. Transport Policy, 18, 182–193.

• Pujawan, I.N., Singgih, M.L., Rahman, A., Arvitrieda, N.I., Sari, R.A., Fudhla, A.F., Wirasambada, S. (2009). Penaksiran

Kemampuan Infrastruktur Logistik Perkotaan: Kasus Surabaya. Laporan Pelaksanaan Penelitian Hibah Penelitian Strategis

Nasional Tahun Anggaran 2009.

Ramokgopa, L.N. (2004). City Logistics: Changing How We Supply. Proceedings of the 23rd Southern African Transport Conference.

Pretoria.

• Saaty, T.L. (1999). Fundamentals of The Analytic Network Process. Kobe, Japan.

• Saaty, T.L. (2004). Fundamentals of The Analytic Network Process, Dependence and Feedback in Decision-Making with a Single

Network. Pittsburgh.

Schoemaker, J., Allen, J., Huschebeck, M., & Monigl, J. (2004). Quantification of Urban Freight Transport Effects I. Best Urban

Freight Solutions II.

• Sirikijpanichkul, A., & Ferreira, L. (2005). Multi-Objective Evaluation of Intermodal Freight Terminal Location Decisions.

Proceedings of the 27th Conference of Australian Institute of Transport Research (CAITR). Queensland.

• Sirikijpanichkul, A., Van Dam, K.H., Ferreira, L., & Lukszo, Z. (2007). Optimizing the Location of Intermodal Freight Hubs: An

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Southworth, F., & Peterson, B.E. (2000). Intermodal and international freight network modeling. Transportation Research Part

C, 8, 147-166.

Suomalainen, E. (2006). Multicriteria Analysis and Visualization of Location- Allocation Problems. Master Thesis.

Tang, Y.-C., (2009). An approach to budget allocation for an aerospace company—Fuzzy analytic network process and

artificial neural network. Neurocomputing, 72, 3477–3489.

Taniguchi, E., & Tamagawa, D. (2005). Evaluating City Logistics Measures Considering the Behavior Several Stakeholders.

Journal of the Eastern Asia Society for Transportation Studies, Vol. 6, pp. 3062

– 3076.

Taniguchi, E., Thompson, R.G., & Yamada, T. (2010). Incorporating risks in City Logistics. Procedia Social and Behavioral

Sciences, 2, 5899

–5910.

Trip, J.J., & Bontekoning, Y. (2002). Integration of small freight flows in the intermodal transport system. Journal of Transport

Geography, 10, 221

–229.

Tuzkaya, G., Onut, J.J., Tuzkaya, U.R., & Gulsun, B. (2008). An analytic network process approach for locating undesirable

facilities: An example from Istanbul, Turkey. Journal of Environmental Management, 88, 970–983.

Vinodh, S., Ramiya, R.A., & Ghautam, S.G. (2011). Application of fuzzy analytic network process for supplier selection in a

manufacturing organisation. Expert Systems with Applications, 38, 272–280.

Walerjańczyk, W., & Maciejewski, M. (2003). Decision Support Systems in City Logistics.

Wen, M., & Iwamura, K. (2008). Facility location–allocation problem in random fuzzy environment Using (α,β)-cost

minimization model under the Hurewicz criterion. Computers and Mathematics with Applications, 55, 704–713.

Wey, W.-M., & Wu, K.-Y. (2007). Using ANP priorities with goal programming in resource allocation in transportation.

Mathematical and Computer Modelling, 46, 985

–1000.

Wilson, S. (2010). Freight Consolidation Centre Study - Final Report. South East Scotland Transport Partnership.

Wirasambada, S. (2010). Permodelan Sistem Logistik Perkotaan (City Logistics) untuk Memenuhi Pasokan Barang ke Modern

Consumer Goods Retail (Studi Kasus: Kota Surabaya). Tugas Akhir. Surabaya.

(45)

Gambar

DIAGRAM ALIR PENELITIAN
Tabel diatas dijadikan dasar dalam penentuan hubungan pengaruh antar  kriteria. Dasar warna kuning menunjukkan adanya hubungan
Tabel limiting matrix menunjukkan bobot nilai yang sudah  terdistribusi merata pada klaster secara keseluruhan
GRAFIK PRIORITAS
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan modulus dry frame pada persamaan 2.29 dan 2.31, maka kecepatan gelombang berfrekuensi rendah pada batuan yang tersaturasi bisa dihitung karena parameter

14. Pemeriksaan penun/ang yang mendukung diagnosis Ny. ?ang merupakan tindakan bidan untuk mengatasi masalah diatas yaitu kolaborasi dengan.. a. 7okter obgin  b.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan kepada masyarakat khususnya petani di Desa Jojog Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur terhadap pelaksanaan

Selain capaian pada indikator kinerja utama diatas, BPSDM ESDM juga melaksanakan kegiatan pengembangan kompetensi sumber daya manusia sektor ESDM melalui kegiatan Akreditasi

Konsep RMA dalam penelitian ini akan digunakan untuk menggambarkan bagaimana Revolution in Military Affairs di Korea Selatan, yangmana bila diteliti, kebijakan keamanan yang

Subsektor Perikanan (NTNP).. NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Jawa Barat dengan nilai indeks sebesar 105,45 yang diikuti Provinsi Banten sebesar 105,09 dan Provinsi Sulawesi

Kekayaan hayati laut Nusa Penida diatas membawa banyak manfaat bagi masyarakat ter- utama dari sektor pariwisata bahari, perikanan dan perlindungan pantai. Terumbu karang

SAS Non Donasi adalah pemasukan alat kesehatan yang sangat dibutuhkan ke dalam wilayah Indonesia melalui jalur khusus yang diperoleh bukan dari bantuan/sumbangan.. Kejadian