• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Identifikasi Objek Perancangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Identifikasi Objek Perancangan"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

IDENTIFIKASI DATA

A. Identifikasi Objek Perancangan

1) Batik

Batik adalah rangkaian proses dari membuat pola hias diatas kain sampai selesai pewarnaan dengan menggunakan lilin.

a. Alat dan Bahan Yang Digunakan untuk Membuat Batik 1) Peralatan Membatik

a) Gawangan

Gawangan adalah perkakas untuk meletakkan dan membentangkan kain mori saat dibatik. Gawangan dapat dibuat dari kayu atau bambu. Gawangan harus mudah dipindah, kuat, dan ringan.

b) Bandul

Tanpa bandul, pekerjaan membatik dapat dilaksanakan. Tetapi bila menginginkan mori yang sedang dibatik tidak bergeser akibat tiupan angin atau tertarik secara tidak sengaja oleh pembatik, bandul dapat digunakan. Bandul berfungsi untuk menahan kain mori agar tidak bergeser saat dibatik. Bandul dapat dibuat dari timah, kayu, atau batu yang diletakkan dalam satu kantong.

c) Wajan

(2)

Wajan merupakan perkakas yang digunakan bersama kompor untuk mencairkan lilin malam. Wajan bisa terbuat dari logam baja atau tanah liat. Wajan sebaiknya dipilih yang bertangkai supaya mudah diangkat dan diturunkan dari kompor. Wajan yang terbuat dari tanah liat lebih baik daripada yang terbuat dari logam, karenatangkainya tidak mudah panas. Namun, wajan dari tanah liat agak lambat dalam memanaskan tanah liat. d) Kompor

Kompor digunakan untuk memanaskan lilin malam di wajan supaya mencair. Ukuran kompor disesuaikan dengan ukuran wajan. Bila menggunakan wajan kecil, sebaiknya juga menggunakan kompor yang kecil.

e) Taplak

Taplak merupakan selembar kain yang digunakan untuk menutup paha pembatik agar tidak terkena tetesan lilin panas saat membatik.

f) Saringan Malam

Saringan digunakan untuk menyaring lilin malam panas yang banyak kotorannya. Dengan saringan, kotoran pada lilin malam dapat dibuang, sehingga tidak menyumbat lubang pada canting saat digunakan untuk membatik.

g) Dingklik

Dingklik merupakan bangku kecil dengan kaki yang pendek. Dingklik digunakan untuk tempat duduk pembatik.

(3)

Dengan duduk diatas kursi, posisi pembatik akan lebih nyaman sehingga tidak mudah capek. Namun pembatik dapat pula duduk diatas tikar.

h) Canting

Canting adalah alat pokok yang digunakan untuk membatik. Canting dipergunakan untuk melukiskan lilin malam pada kain dalam proses pembuatan batik. Pekerjaan dengan canting inilah yang disebut membatik. Canting terbuat dari plat tembaga atau kuningan yang dibentuk seperti ceret. Ujung canting dilengkapi dengan paruh atau cucuk, yaitu berupasaluran untuk keluarnya lilin. Canting ada beberapa macam berdasarkan lubangnya pada paruh canting, yaitu sebagai berikut :

(1) Canting cecekan

Canting cecekan memiliki lubang yang kecil. Digunakan untuk membuat titik-titik kecil, atau dalam bahasa jawa disebut cecek. Proses pembuatan titik-titik dengan canting cecekan disebut nyeceki. Selain untuk membuat motif titik-titik kecil, canting cecekan juga dipergunakan untuk membuat motif garis-garis kecil. (2) Canting klowongan

Canting klowongan adalah canting yang memiliki lubang paruh berukuran medium. Canting klowongan digunakan untuk membuat kerangka motif. Canting ialah

(4)

yang digunakan pertama kali pada saat membatik, yaitu membuat motif kain yang telah digambari dengan pensil. (3) Canting Tembok

Canting tembok adalah canting dengan ukuran lubang paruh yang paling besar. Canting ini digunakan untuk melekatkan lilin cair pada bagian motif yang lebar, sehingga pekerjaan bisa lebih cepat.

2) Bahan Membatik a) Lilin malam

Lilin malam merupakan bahan perintang dalam seni membatik. Yang dimaksud perintang adalah menghalangi agar pewarna tidak mengenai kain yang dilapisi lilin malam. Dengan demikian, setelah lapisan lilin diluruhkan, kain tetap berwarna putih atau sesuai warna dasar kain tersebut.

Lilin malam untuk membatik terbuat dari campuran lilin, gondokurem, kote, parafin dan minyak. Lilin malam berbentuk bongkahan padat. Setelah dilelehkan, barulah lilin malam dapat digunakan untuk menulis atau menggambar motif seperti menggunakan tinta. Agar dapet menjadi cair, lilin harus dipanaskan. Pemanasan lilin malam ini dilakukan dengan kompor dan menggunakan wajan kecil sebagai wadahnya.Beberapa jenis lilin yang digunakan untuk membatik, yaitu:

(5)

Lilin malam carikan berwarna agak kuning, sifatnya lentur, tidak mudah retak, dan daya rekatnya sangat baik. Lilin ini berfungsi untuk membuat batik tulis halus atau bisa digunakan saat melakukan proses nglowongi atau ngerengrengi motif yang sudah digambar dengan pensil pada kain.

(2) Lilin malam tembokan

Lilin malam tembokan berwarna agak coklat gelap. Sifatnya kental. Lilin malam ini berfungsi untuk menutup motif blok.

(3) Lilin malam remukan

Lilin malam remukan berwarna coklat pucat, sifatnya mudah retak.

b) Kain

Kain merupakan komponen terpenting dalam melukiskan motif batik. Penggunaan kain untuk membatik pun tidak asal kain putih. Ada jenis-jenis kain tertentu yang digunakan untuk membatik, sehingga motif batik yang dihasilkan tidak hanya menarik, tetapi juga nyaman ketika digunakan. Kain yang dipakai untuk membatikharus kuat sertatahan terhadap suhu panas dan dingin sehingga tidak rusak selama proses pembatikan.

Berikut ini merupakan beberapa jenis kain yang digunakan untuk membatik :

(6)

Kain mori primisima adalah kain yang memiliki kualitas baik dengan tekstur halus dan tidak transparan. Kain ini bagus sebagai bahan membuat batik.

(2) Kain sutra ATBM

Kain sutra ATBM merupakan kain yang mempunyai karakter halus meskipun terdapat timbulan dari motif hasiltenunan. Kain ini memiliki kualitas lebih baik dibanding kain mori primisima

(3) Kain sutra polos

Kain sutra polos merupakan kain yang mempunyai karakter halus. Kain ini memiliki kualitas paling baik dibanding mori-mori batik lainnya.

c) Pewarna Batik

Ada dua jenis pewarna yang digunakan untuk membatik, yaitu pewarna dari bahan alami dan pewarna sintetis.

(1) Pewarna alami

Didapatkan dari bahan bahan alami yang dihasilkan oleh alam. Misalnya kayu tingi, daun talok, kayu secang, daun jati, kayu mahoni daun mangga, dan sebagainya. Kayu tingi digunakan untuk menghasilkan warna coklat soga. Daun talok digunakan untuk menghasilkan warna coklat kehijauan. Daun jati dan daun mangga digunakan untuk menghasilkan warna coklat muda. Kayu secang digunakan untuk menghasilkan warna coklat kemerahan

(7)

(2) Pewarna sintetis

Pewarna sintetis terbuat dari bahan kimia.Biasanya zat kimia yang dipilih adalah zat kimia yang apabila dipanaskan tidak akan merusak lilin malam dan tidak menyebabkan kesulitan pada proses selanjutnya. Pewarnaan ini dilakukan ketika batik sudah dalam keadaan dingin. Zat pewarna sintetis lebih mudah diperoleh di pasaran, ketersediaan warnanya terjamin. Jenis warna bermacam-macam dan lebih praktis.

b. Proses Pembuatan Batik Tulis Secara Tradisional

Bahan yang diperlukan untuk membatik adalah kain mori, lilin / malam, pensil, kanji, perwarna dan air. Untuk peralatan yang diperlukan diantaranya adalah, canting, wajan, jembangan maupun kemplong/ palu besar dari kayu.

1) Kain mori

Dalam proses awal membatik, kain mori dipotong dengan ukuran panjang 2,5 meter dan diplipit pinggirnya. Kemudian kain itu dicuci air bersih dan dikeringkan. Setelah kering direndam dengan bubur tepung beras wulu. Untuk membuat bubur, gunakan satu sendok tepung beras wulu dicampur dengan air 4 gelas. Kemudian direbus sampai tanak. Bubur tersebut hanya dipakai untuk ¼ potong kain. Setelah direndam, kain tersebut kemudian dijemur. Penjemuran kain harus rata tidak boleh mengkerut. Setelah kering, kain diembun-embunkan / dijemur saat dini hari. Apabila sudah memes / lembut, baru dihaluskan dengan cara

(8)

dikemplong atau dipukul dengan palu besar sampai rata. Kain tersebut kemudian digambari corak yang diinginkan dengan menggunakan pensil 2) Lilin atau malam untuk membatik

Untuk membuat batikan, lilin yang di pergunakan tidak hanya satu jenis, namun merupakan campuran dari beberapa jenis lilin. Campuran tersebut terdiri dari, lilin pethak / putih, seberat 100 sen, lilin hitam seberat 50 sen. Sen adalah mata uang recehan jaman dahulu yang bernilai sekitar Rp. 0,01. Lilin tersebut direbus bersama dan diaduk-aduk menjadi satu, hingga menjadi separuh dari volume semula. Setelah itu lilin siap digunakan untuk membatik.

Saat akan digunakan untuk membatik, lilin itu dituangkan ke dalam wajan terlebih dahulu. Kemudian dari wajan tersebut, lilin diambil sedikit demi sedikit dengan canting dan digunakan untuk membatik sesuai dengan gambar motif yang telah ada di mori yang sebelumnya telah dilukis menggunakan pensil. Selesai dibatik, kain mori itu dijemur dalam terik matahari. Hal ini agar lilinnya tidak lepas/ dileleh.

3) Pewarna batik

Pewarnaan dalam proses membatik ini dilakukan secara berurutan. Urutan pewarnaannya adalah sebagai berikut :

a) Nila

Setelah kain yang telah di batik dengan lilin, proses selanjutnya adalah memberikan warna pada kain itu. Warna yang digunakan adalah warna nila dengan menggunakan wedel. Caranya dengan menyiapkan jembangan atau ember besar dari tanah liat

(9)

yang bisa menampung 24 liter air. Juga disiapkan sebuah jembangan lain dengan kapasitas 21 liter.

Jembangan pertama diisi air kemudian dimasukkan endhek-endhek atau ampas latak nila sebanyak 3 liter kedalamnya. Air berisi latak nila tersebut dibiarkan sampai 3 hari dan diaduk pada pagi dan sore hari. Kemudian dibiarkan mengendap ampas nilanya, pada saat itu, warna air sudah berubah menjadi hitam.

Setelah mengendap, air berwarna hitam tersebut dipindah ke dalam jembangan kedua, ampas nila disisakan. Kemudian jembangan pertama yang telah berisi air hitam, diberi latak nila baru sebanyak 2 liter dan dicampur dengan tetes tebu 1 liter. Apabila latak nila sudah mengendap kemudian diberi nila pekat sebanyak 1 ½ mangkuk. Kain yang sudah di batik lilin kemudian dicelupkan dan diangkat, ditiriskan, hal ini dilakukan berulang-ulang selama 3 jam, setelah selesai kain dijemur di tempat teduh.

Setelah kering, kain tersebut dicelupkan lagi ke pewarna sehingga menjadi benar-benar hitam. Apabila air di jembangan warna kuningnya terlalu kuat, berarti kekurangan campuran kapur, sehingga harus ditambah.

Selesai diwedel atau diwarnai nila, kain batik kemudian direndam ke dalam air tawar sampai lilin menjadi pudar.

Selanjutnya lilin pada batikan motif dikerok, sedangkan lilin tembokan yang lebar / menutupi bidang lebar, dibiarkan. Kain batik lalu dicuci hingga bersih. Setelah batikan kering, diolesi dengan air

(10)

tajin basi yang telah dicampur dengan tetes tebu atau gula pasir. Ukuran air tajin, 3 gelas dicampur dengan gula pasir seberat 5 sen. Usai pewarnaan nila, selanjutnya kain batik dibironi. Proses adalah menutup bagian yang tidak dikehendaki terkena warna dengan menggunakan lilin.

b) Warna Soga

Setelah dibironi, kain batik diberi warna kedua yaitu soga. Warna soga ini memiliki kualitas yang berbeda-beda, seperti soga asor (soga bermutu rendah). Soga tengah (soga bermutu menengah) dan soga sae (soga bermutu baik).

(1) Soga Asor

Untuk membuat soga asor menggunakan bahan-bahan sebagai berikut : kayu soga jambal, kayu tinggi. Bahan tersebut ditumbuk dan dipotong kecil-kecil dicampur dengan 3 timba air kemudian direbus hingga air menjadi 1 ½ timba atau setengahnya.

(2) Soga Tengah

Bahan yang digunakan untuk membuat soga tengah pada dasarnya sama seperti soga asor, hanya untuk soga tengahan didiamkan terlebih dahulu semalam.

(3) Soga Sae

Bahan yang digunakan untuk membuat soga sae ini berbeda dengan soga asor dan tengahan. Bahan yang dipergunakan adalah sebagai berikut : kayu jambal, kayu

(11)

tingi, kayu teger,gondorukem,sekar pulu, gula batu, air tawar. Bahan tersebut dicampur menjadi satu kemudian direbus seperti soga asor dan tengahan.

Proses perlakuan kain batik untuk pewarnaan soga ini adalah, setelah air soga direbus hingga mendidih, kemudian dipindahkan ke dalam wadah untuk pencelupan, untuk soga tengahan didiamkan semalaman. Setelah air tersebut dalam kondisi hangat, kain batikan dicelup-celupkan ke dalam air soga, kemudian dijemur di tempat teduh. Apabila batikan kering, diulang dicelup lagi sampai tiga kali lalu dijemur semalaman.

Kemudian pada pagi harinya, kain diangin-anginkan dan dicelupkan ke dalam air yang dicampur dengan kapur dan gula pasir. Kemudian dijemur lagi sampai kering. Untuk soga sae pencelupan itu diulang-ulang sampai menghasilkan warna soga (coklat) menjadi tebal. Pengulangan tersebut dilakukan hngga 12 kali dan setiap malam direndam sampai 3 malam.

c) Sarenan

Setelah proses pewarnaan soga diatas, kemudian kain dicelupkan ke dalam saren. Saren untuk soga asor terbuat dari campuran gula dan kapur. Cara membuatnya: gula seberat 10 sen dicampur dengan bubur kapur seberat 5 sen dan air tawar 2 siwur, siwur adalah gayung yang terbuat dari tempurung kelapa. Kain

(12)

batikan tersebut kemudian dicelupkan ke saren ini hingga rata dan dijemur sampai kering. Setelah itu dibilas dengan air sampai bersih.

Sedangkan untuk saren yang dipergunakan untuk soga tengahan menggunakan bahan baku sebagai berikut : pijer, tawas, sari cina atau sari kuning dari kuncup bunga Shopora Japhanika, air jeruk purut, gula batu, air tawar, semua bahan tersebut direbus apabila sudah mendidih didiamkan dan proses selanjutnya seperti pada soga ashor.

Bahan saren untuk soga sae adalah : Pijer, Saricina, gula batu, air jeruk purut. Apabila sudah mendidih didiamkan sehingga air menjadi hangat.kain batik dicelupkan sampai rata kemudian diangin-anginkan. Setelah kering, kain dibilas sampai bersih, setiap pagi harus diembun-embunkan sampai 5 atau 6 kali. Kalau warna ini diharapkan mengarah ke kuning, kain dicelupkan lagi ke air rebusan kayu teger.

4) Proses Babaran (dilorot)

Proses ini merupakan proses akhir membatik. Istilah dilorot maksudnya proses menghilangkan lilin yang masih menempel diatas kain. Proses ini juga disebut sebagai proses bubaran yang berarti proses telah selesai. Yang dilakukan dalam proses bubaran, kain batik yang telah diwarna soga atau coklat dimasukkan kedalam air yang mendidih atau direbus hingga lilin batiknya lepas dari kain. Setelah

(13)

bersih dari lili, kain dibilas dengan air sampai bening kemudian dijemur.

c. Proses Pembuatan Batik Tulis Khas Surakarta

Proses pembuatan batik Surakarta secara garis besar dibagi menjadi 3 tahapan

1) Carik atau ditulis dengan canting, dapat pula dengan menggunakan cap

2) Memeberi waran kain dengan cara dicelup, batik Surakarta tidak ada unsur colet

3) Menghilangkan lilin atau malam dengan dikerok atau dilorot Uraian pelaksanaan proses tersebuta dalah sebagai berikut :

a) Mori atau kain yang akan dibatik digambari motif batik dengan menggunakan pensil. Sedangkan untuk batik cap hal itu tak perlu dilakukan. Sebelumnya kain ini diloyor atau dihilangkan kanjinya dan dihaluskan dengan cara dikemplong.

b) Untuk batik carik atau batik tulis, kain mori yang telah digambar motif dengan pensil kemudian dibatik dengan lilin menggunakan canting menurut gambar pensil. Sedangkan untuk cap, proses ini dilakukan langsung menggunakan cap yang terbuat dari tembaga yang telah dicelup pada lilin. Proses melukis dengan mengurutkan gambar batik dengan pensil itu disebut nglowongi karena cengkorongan yang dibuat dengan malam atau lilin masih berbentuk klowongan.

(14)

Canthiing yang digunakan dalam proses ini adalah canting klowong.

Setelah diberi klowongan, supaya gambar batik menjadi lebih hidup, diberi isen-isen dan cecek, memakai canting isen-isen dan chanting cecek.proses ini tidak dilakukan pada batik cap. Apabila pada bidang gambar tertentu dikehendaki tetap berwarna putih, maka bidang tersebut ditutup dengan lilin yang disebut tembokan atau ngeblok. Canting yang dipergunakan adalah canting tembokan.

Untuk menghasilkan batik yang baik, batikan lilin tersebut dibuat bolak-balik di kedua permukaan kain. Untuk membuat batikan di permukaan kedua kain disebut nerusi.

1) Pewarnaan

Setelah kain yang dibatik, batik tulis maupun cap, siap diwarnai dengan warna dasar. Mulai proses ini dan selanjutnya perlakuan pada batik tulis maupun cap, sama.

Untuk batik Surakarta, warna dasar pertama adalah biru kehitam-hitaman yang istilahnya diwedel. Bahan pewarna ini dipakai nila jenis daun tom atau daun indigofera karena sifat pewarna ini lambat, maka pencelupannya diulang-ulang seperti proses tradisional di depan. Pada saat sekarang proses pewarnaan ini bisa diganti dengan zat warna indigosyntetis dengan memakai zat pewarna naptol.

(15)

Setelah kain diwedel proses berikutnya adalah menghilangkan lilin atau malam bathikan yang menempel dengan cara dikerok. Bagian yang perlu dikerok seperti bekas cantingan klowong dan isen-isen tertentu. Hal ini dilakukan dengan menggunakan pisau tumpul yang ditekuk seperti huruf U. Penghilangan lilin ini ditujukan untuk pewarnaan kedua.

3) Mbironi

Kain wedelan ini biasanya setelah dikerok mengalami kerontokan lilin pada bagian lain. Untuk mencegah kemasukan warna lain, maka ditutup kembali dengan lilin yang disebut dengan mbironi menggunakan canting biron.

4) Pewarnaan Kedua

Proses berikutnya, kain dicelup dengan warna soga yang menggunakan bahan pewarna alam dari kayu atau kulit jambal, kayu tinggi, kayu teger. Jenis tumbuhan ini terdapat di daerah Nusa Tenggara dan Kalimantan.

5) Babaran

Selesai kain disoga, maka memasuki tahap terakhir menghilangkan lilin dengan cara direbus dengan air hingga lilinnya terlepas bersih.

d. Proses Pembuatan Batik Cap

Batik cap adalah batik yang proses pembatikannya menggunakan canting cap. Umumnya canting cap berukuran 20 x 20 cm. Canting cap dibuat dari lempengan tembaga yang diberi corak atau motif pada salah

(16)

satu permukaannya. Lempengan tembaga tipis dipilih sebagai canting cap karena tembaga bersifat lentur sehingga mudah dibuat pola dan tahan terhadap panas.

Proses pembuatan batik cap mirip dengan pembuatan batik tulis, hanya dalam pembuatan batik cap, untuk menutup bagian yang tidak diwarna menggunakan lilin adalah dengan cara di cap yang terbuat dari tembaga, bukan ditulis menggunakan canting. Cara pembuatan batik cap adalah sebagai berikut :

1) Pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan kain mori, yang diletakkan diatas meja datar yang telah dilapisi dengan bahan yang empuk. Tujuan meja yang digunakan harus menggunakan alas empuk adalah agar dalam poses pengecapan lebih enak dan tidak keras.

2) Bersamaan dengan itu disiapkan malam yang akan digunakan, direbus dalam wajan atau bejana sampai suhu 70 derajat Celcius hingga lilin mencair di wajan tersebut kemudian diletakkan di dekat meja.

3) Cap atau stempel cap yang terbuat dari tembaga dicelupkan ke dalam wajan yang berisi malam, agar seluruh permukaan cap tercelup malam.

4) Stempel cap dicapkan dengan tekanan yang cukup kuat pada kain mori yang telah disiapkan sebelumnya. Setelah dirasa cukup, maka stempel cap diangkat. Proses ini dilakukan berkali-kali dan

(17)

berpindah-pindah lokasi sampai seluruh kain mori penuh dengan motif batik.

5) Malam yang sudah menempel di kain mori akan meresap ke dalam pori-pori kain hingga tembus ke permukaan kain mori sisi lainnya. 6) Bila menggunakan kombinasi stempel cap dengan motif yang

berlainan, maka dilakukan juga pengecapan seperti diatas. Setelah proses pengecapan kain selesai, proses selanjutnya adalah proses pewarnaan. Proses pewarnaan dilakukan dengan cara kain mori yang sudah dicap dicelupkan ke dalam wajan yang berisi warna yang sudah disiapkan, sehingga kain mori akan berubah warna sesuai dengan keinginan.

7) Pada bagian yang permukaannya telah diresapi oleh cairan malam, permukaan kain akan tetap putih, karena tidak terkena proses pewarnaan tersebut. Karena malam yang ditorehkan dalam kain akan menghalangi pewarnaan tersebut.

8) Proses selanjutnya adalah menghilangkan malam yang telah menempel dalam kain mori tersebut dengan cara merebus kain ke dalam air mendidih. Dengan demikian malam yang menempel akan meleleh. Apabila belum meleleh semua, maka dibantu dengan alat untuk menghilangkan malam tersebut. Proses ini disebut nglorot. 9) Setelah dilakukan pembersihan malam pada kain mori tersebut,

maka akan terlihat dua warna, yaitu warna dasar asli kain mori, dan warna setelah proses pewarnaan tadi. Bila menghendaki warna baru lagi maka dilakukan proses pengecapan dan pembersihan malam

(18)

kembali. Proses pewarnaan ini memerlukan keahlian khusus bagi pekerjanya, karena kombinasi warna ini yang membuat batik cap memiliki keunikan. Karena proses pewarnaan kain yang berulang kali dan secar menyeluruh, maka setiap pori-pori pada kain tersebut akan terisi dengan warna, sehingga warna pada batik cap cenderung lebih awet dan lama.

10) Proses akhir pembuatan batik cap adalah dengan melakukan pembersihan dan pencerahan warna dengan menggunakan soda, sehingga terlihat bersih dan warnanya cerah.

11) Selanjutnya batik cap yang sudah jadi dikeringkan dengan cara diangin-angin.

B. Batik Mahkota Laweyan

Laweyan atau Lawiyan merupakan sebuah kecamatan yang terletak di barat Kota Surakarta. Kecamatan ini terkenal karena penduduknya banyak yang menjadi produsen dan pedagang batik sejak dulu hingga sekarang.

Batik Mahkota Laweyan merupakan salah satu perusahaan produksi batik yang berada di Laweyan, tepatnya berlokasi di Sayangan Kulon No.9 Laweyan, Suarakarta. Batik Mahkota Laweyan adalah penerus dari “Batik Puspowidjoto” yang berdiri sejak tahun 1965. Batik Puspowidjoto didirikan oleh bapak Radjiman Puspowidjoto dan Ibu Tijori Puspowidjoto, yang pada masa itu memproduksi batik tradisional tulis yang salah satunya terkenal bermerk “Mahkota PW” dengan produk unggulannya batik dengan motif “Tirto Tejo”

(19)

Gambar. 2. Logo Batik Mahkota Laweyan Sumber : kampoengbatiklaweyan.org, 2016

Setelah dicanangkannya Laweyan sebagai Kampung Batik pada tanggal 25 September 2004, memacu para pengusaha batik yang telah lama mengalami kevakuman untuk mulai berproduksi kembali. Salah satu perusahaan produksi batik yang bangkit kembali adalah”Batik Puspowidjoto” dengan menggunakan nama “Batik Mahkota Laweyan”.

Gambar. 3. Contoh Produk Batik Mahkota Laweyan Sumber : kampoengbatiklaweyan.org

(20)

Gambar. 4. Contoh Produk Batik Mahkota Laweyan Sumber : kampoengbatiklaweyan.org

Pemberian nama Batik Mahkota Laweyan memiliki arti bahwa mahkota terletak di atas kepala dan mahkota dipakai oleh seorang pemimpin dan memiliki tingkatan paling atas dan menjadi panutan. Pemilik Batik Mahkota Laweyan berharap Batik Mahkota Laweyan dapat menjadi contoh dan panutan dari anak perusahaan miliknya yaitu Batik Putra Mahkota dan Batik Soko Laweyan.

Batik Mahkota Laweyan didirikan pada tanggal 1 Oktober 2005 oleh salah satu putri Bapak/Ibu Puspowidjoto, Julia Prasetyaningrum bersama suaminya Alpha Fabela Priyatmono yang didukung oleh keluarga besar Puspowidjoto.

Produk utama Batik Mahkota Laweyan adalah batik modern yang mengembangkan motif-motif batik kontemporer, disamping batik tulis tradisional. Batik Mahkota Laweyan memproduksi batik tradisional dan modern dalam bentuk kain, kemeja, perlengkapan interior, lukisan dan sebagainya. Semua hasil produksi batik dipajang dan disimpan di showroom yang berada di Batik Mahkota Laweyan. Selain showroom dengan beragam produk batik, pengunjung juga bisa melihat proses produksi. Batik Mahkota Laweyan beberapa kali juga pernah mengadakan pelatihan pembuatan batik.

(21)

Berawal dari meneruskan perusahaan milik orang tua dan istrinya, kini Alpha Fabela Priyatmono bertekad untuk mengembangkan dan memajukan perusahaan yang kini bernama Batik Mahkota Laweyan dengan mengusung konsep “The Best Contemporary and Traditional Batik”. Dengan dibantu 15 orang pegawainya, kini Batik Mahkota Laweyanmampu bersaing dengan banyaknya pesanan yang berasal dari dalam maupun luar kota Surakarta dan bahkan dari luar negeri.

a. Produk yang Dihasilkan

Batik Mahkota Laweyan memproduksi batik tulis dan batik cap, namun prosuksi batik cap hanya dilakukan jika ada pesanan khusus. b. Promosi

Batik Mahkota Laweyan melakukan promosi melalui kegiatan pelatihan untuk semua kalangan dan usia, media sosial, showroom, mulut ke mulut, situs web resmidan juga ikut serta dalam pameran-pameran yang diadakan di berbagai kota.

(22)

C. Data Angket

Dalam perancangan ini, penulis menggunakan kuisioner atau angket yang disebarkan kepada 90 responden yang mewakili target audience, yaitu anak kelas 3 hingga 5 SD.

Berdasarkan data yang didapat dalam kuisioner, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Terkait dengan minat baca anak terhadap buku, sebanyak 45% responden

menyatakan kadang-kadang, 40% menyatakan sering, 8% menyatakan sering sekali membaca buku dan 7% menyatakan jarang membaca buku.

Tabel. 1. Jawaban Pertanyaan Kuisioner 1

2. Tentang Jenis buku yang disukai antara buku komik dan cerita bergambar, 52% responden menyatakan menyukai buku cerita bergambar, dan 48% lainnya menyukai buku komik.

Tabel. 2. Jawaban Pertanyaan Kuisioner 2 Sering Sekali Sering Sekali Kadang-kadang Jarang Buku Komik Buku Cerita Bergambar

(23)

3. Terkait tentang pengetahuan terhadap batik, sebanyak 72% mengaku mengetahui batik, 28% lainnya tidak mengetahui batik.

Tabel. 3. Jawaban Pertanyaan Kuisioner 3

4. Mengenai proses pembuatan batik, sebanyak 54 responden menyatakan tahu cara pembuatan batik, sedangkan 46% responden menyatakan tidak tahu cara pembuatan batik.

Tabel. 4. Jawaban Pertanyaan Kuisioner 4

5. Mengenai pendapat tentang pentingnya pelestarian batik, seluruh responden menyatakan bahwa batik perlu dilestarikan.

Tabel. 5. Jawaban Pertanyaan Kuisioner 5 tahu tidak Perlu Tidak Perlu tahu tidak tahu

(24)

6. Terkait tentang pendapat pentingnya mengetahui proses pembuatan batik, sebanyak 97% responden menyatakan penting untuk mengetahui proses pembuatan batik, sebanyak 3% responden menyatakan tidak penting mengetahui proses pembuatan batik.

Tabel. 6. Jawaban Pertanyaan Kuisioner 6

7. Mengenai buku tentang proses pembuatan batik, sebanyak 52% responden menyatakan belum pernah melihat buku tentang proses pembuatan batik, sedangkan 48% responden menyatakan pernah melihat buku tentang proses pembuatan batik.

Tabel. 7. Jawaban Pertanyaan Kuisioner 7 Penting Tidak Penting

Pernah melihat Belum Pernah

(25)

8. Mengenai informasi tentang batik, sebanyak 25% responden menyatakan menndapatkan informasi mengenai batik melalui televisi, 17% responden menyatakan melalui internet, sebanyak 16% melalui majalah , 16% pula mengetahui informasi tentang batik melalui orang tua, 10% menyatakan mengetahuinya melalui koran, 9% responden menyatakan mengetahui melalui museum, 3% melalui teman dan 4% responden mendapatkan informasi tentang batik melalui media lain.

Tabel. 8. Jawaban Pertanyaan Kuisioner 8

9. Terkait pengetahuan tentang motif batik, 28% responden dinilai mengetahui tentang motif batik, dan 72% responden dinilai tidak tau mengenai motif batik.

Tabel. 9. Jawaban Pertanyaan Kuisioner 9 Televisi Internet Majalah Koran Museum Teman Orang Tua Mengetahu Motif Batik Tidak Tahu

(26)

D. Data Komparasi

1. Ayo Mengenal Batik

Gambar . 5. Buku “Ayo Mengenal Batik” Sumber : perpus-arsip.sidoarjokab.go.id

Gambar. 6. Buku “Ayo Mengenal Batik” Sumber : http://tastelifetwice.net/2014/09/29/cerita-batik/ Judul Buku : Ayo Mengenal Batik

Penerbit : Erlangga

Pengarang : Ayu P & Edith N Desain Sampul & Ilustrasi : Rina Puspita

Tahun : 2014

Isbn : 9786022523901

Lebar Buku : 21 cm Tinggi Buku : 28 cm Tebal Buku : 32 halaman

(27)

Buku ini berisi tentang batik, mulai dari alat-alat yang digunakan, proses membatik, cara membuat motif dan lain lain. Disertai dengan gambar dan ilustrasi disetiap halamannya.

2. Keterampilan Membatik Untuk Anak

Gambar. 7. Buku Keterampilan Membatik Untuk Anak Sumber : Dokumentasi Pribadi

Judul Buku: Keterampilan Membatik Untuk Anak Penerbit : Arcita

Pengarang : Rina Pandan Sari

Tahun : 2013

Isbn : 9786027849228

Lebar Buku : 15 cm Tinggi Buku : 26 cm

(28)

Tebal Buku : 86 halaman

Buku “Keterampilan Membatik Untuk Anak” berisi tentag batik dan proses pembuatannya, juga motif-motif dan alat-alat membuat batik.

E. Analisis SWOT

Melalui analisis SWOT maka akan bisa didapat dasar-dasar untuk perencanaan strategis dengan mengacu kepada perbandingan kekuatan (strenght), kelemahan (weakness), kesempatan (opportunity), dan ancaman (threat), baik dari objek perancangan itu sendiri maupun dari perbandingannya dengan kempetitor ataupun pembandingnya.

Berikut ini merupakan tabel analisa SWOT perancangan buku ilustasi untun mengenalkan proses pembuatan batik pada anak-anak dengan dua komparasi atau pembandingnya, yaitu buku”Ayo Mengenal Batik” dan buku “Keterampilan Membatik Untuk Anak”.

(29)

B uku “ K et er a m pi la n M em ba ti k U nt uk A na k” -I si nya l engka p -I lus tr as i m engguna k an fo to -t er lal u b an y ak t ek s, -C o ver tid ak me n ar ik -i si nya l engka p -S em aki n ba nya kny a buku ya ng be ri si te nt ang ba ti k de nga n ilu str as i y an g me n ar ik unt uk a na k. T ab el . 1 0 . A n al isa S WO T B u k u “A yo M en ge n al B at ik -D is er ta i ilu str as i me n ar ik -T ekni k pe w ar na an i lus tr as i ba gus -I lu str as i le bi h c ondong unt uk pe re m pua n -I si tid ak me n ar ik -I lus tr as i m ena ri k d an t e kni k pe w ar na an ya ng ba gus s ehi ngga l ebi h m ena ri k unt uk an ak -an ak -S em aki n ba nya kny a buku i lus tr as i de nga n t em a ba ti k unt uk a na k -an ak , d en g an i si cer it a y an g l eb ih m en ar ik . B uku Il us tr a si U nt uk M eng ena lka n P ro se s P em b u at an B at ik P ad a A n ak -M em be ri ka n p enge ta hu an da la m be nt uk c er it a -D is er ta i de ng an i lus tr as i ya ng c oc ok unt uk an ak -an ak d an s em u a j en is k el am in -T ekni k pe w ar na an s ede rha na -B el um a da buku c er it a b er ga m ba r ya ng m en g an gka t t ent ang pr os es pe m bua ta n ba ti k ya ng i lus tr as inya c oc ok u nt uk s em ua j eni s k el am in d an d i s er tai d en g an cer it a. -t inggi nya ke sda ra n a na k unt uk m em pe la ja ri d an m el es tar ik an b at ik -S em aki n ba nya knya buk u i lus tr as i unt uk a na k -an ak y an g m en g an g k at t em a ba ti k de ng an ilu str as i y an g le b ih me n ar ik A n al is a S WO T St re ng ht (K ekua ta n) W ea k n es s (K el em a h a n ) O ppor tu n it y (K es emp a ta n ) T h rea t (A n cam an )

(30)

Gambar

Gambar . 5. Buku “Ayo Mengenal Batik”

Referensi

Dokumen terkait

Candidates should be able to apply their knowledge of economic theory to explain potential conl icts between policy objectives, including the historical Phillips Curve

Kandungan unsur-unsur dalam sedimen aktif sungai sangat berkaitan dengan kandungan unsur-unsur tersebut di daerah yang dilalui oleh aliran sungai baik secara alamiah

[r]

Untuk program pembangunan fisik, yang termasuk pada pengembangan infrastruktur Bidang Cipta Karya entitas regional antara lain adalah:.. Sistem Pengembangan Air Minum

: Jl. lGbun Burqa lbne. Srdin&an No. Saggahar dihriukan ke@a Polqa Perqadaan Baraq Kelompok V ULP Baag dan iasa X*up*en Mura Enim.. Drtehakan di

Sesuai dengan hasil penelitian di lokasi maka implikasi atau saran dari peneliti adalah guru harus memberikan hukuman kepada siswa yang melanggar aturan-aturan

CONSTRUCTED INTERACTIVE ANIMATION AS A MEDIA TO MEASURE STUDENTS’ OLLABORATIVE PROBLEM SOLVING SKILLS AND IMPROVE STUDENTS’ UNDERSTANDING IN

Internet memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, Karena internet memberikan informasi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas. Websites Ramalan Karakter dibuat