• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Y ijk = µ + a i + ß j + (aß) ij +? k + e ijk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN. Y ijk = µ + a i + ß j + (aß) ij +? k + e ijk"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Dalam saluran Hemoglobin dilakukan pengukuran Hemoglobin digunakan metode sianmethemoglobin. Sebelumnya, eritrosit dilisiskan, kemudian heme dioksidasi menjadi sianmethemoglobin dan diukur dengan fotometer pada panjang gelombang 546 nm. Kemudian dalam saluran eritrosit-trombosit sampel darah dicampurkan dengan reagen yang dipompakan ke dalam saluran ini agar sel darah merah dan trombosit menjadi bulat tanpa mengubah volume (isovolumetriz spharing), kemudian difiksasi. Sel ini kemudian dilewatkan melalui sensing area yang disinari dengan sinar helium neon laser. Pendar cahayanya ditangkap dan diukur oleh dua detektor penangkap cahaya, yaitu pada sudut kecil (2,5-3,5 derajat) dan sudut besar (5-15 derajat). Data yang diperoleh dari sel darah merah adalah jumlah, volume, dan kadar hemoglobin tiap-tiap sel. Dari data tersebut kemudian dibuat sitogram dan histogram.

Sampel darah dalam saluran peroksidase dilisiskan, leukosit difiksasi dengan formaldehid, dan enzim peroksidase di dalam leukosit direaksikan dengan substrat kromogen akan memberikan warna hitam. Leukosit ini dilewatkan flow cell pada sensing area yang disinari oleh sinar tungsten-halogen 1,5. Dari informasi jumlah, volume, dan intensitas warna peroksidase, dibuat suatu diagram terbaur (sitogram). Intensitas warna sebanding dengan banyaknya enzim peroksidase dalam sel. Reaksi terkuat adalah eosinofil, berikutnya neutrofil, kemudian monosit kurang kuat. Sedangkan limfosit reaksinya negatif 1,5. Dari saluran ini, dapat diperoleh parameter hitung leukosit yang dihitung dari flow cell. Juga dapat dilihat dapat tidaknya diagram terbaur (sitogram).

Dalam saluran basofil-lobularitas-nuklear, membran sitoplasma leukosit oleh bahan kimia khusus dikupas, kecuali basofil tak dapat dikupas, sehingga tertinggal intinya yang telanjang. Sel-sel ini kemudian dilewatkan flow cell. Besar cahaya yang berbaur dalam sudut kecil menyatakan volume sel. Di dalam sitogram dinyatakan sebagai sumbu y. Sedangkan bentuk inti yang menyebabkan hamburan cahaya dalam sudut besar digambar pada sumbu x. Sel mononuklear terbaur di sebelah kiri bawah pada sitogram, dan sel polimorfonuklear (PMN) oleh karena segmentasinya terbaur di sebelah kanan bawah. Batas antara keduanya sebagai lembah "valley" disebut "lobularity

valley". Sedangkan basofil terletak di atas

garis horisontal. Hal ini dilakukan oleh pihak rumah sakit.

Kriteria Kelompok Pasien (Esa 2006)

Setelah pengambilan data pasien, dilakukan pengelompokkan. Kriteria yang diambil berdasarkan umur pasien dewasa (15-30 tahun), jenis kelamin pria dan wanita, dan lamanya demam sebelum dirawat di rumah sakit. Penentuan pasien yang akan dijadikan kontrol atau perlakuan dilakukan secara acak sesuai dengan data yang dibutuhkan.

Analisis Statistik (Mattjik, Sumertajaya 2000)

Analisis statistik menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dua faktor, faktor pertama dan faktor kedua dengan persamaan sebagai berikut:

Yijk = µ + ai + ßj + (aß)ij + ?k + eijk Yi j k = Nilai pengamatan pada perlakuan,

jenis kelamin, dan lama demam. µ = Rataan umum

a i = Pengaruh faktor intervensi ßi = Pengaruh faktor jenis kelamin (aß)ij = Interaksi antara perlakuan dan

jenis kelamin

?k = Pengaruh aditif dari kelompok dan diasumsikan tidak berinteraksi dengan perlakuan

eij = Pengaruh acak yang menyebar normal

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum

Penderita DBD sel ama penelitian (Mei-Juli 2008) di Rumah Sakit Umum Cibinong mengalami peningkatan dibandingkan bulan Mei-Juli 2007. Jumlah penderita DBD yang tercatat selama Mei-Juli 2008 sebanyak 56 orang sedangkan tahun 2007 sebanyak 43 orang. Dari 56 orang yang dirawat sebagian besar mengalami demam selama 3 hari sebelum dirawat di rumah sakit, dan sebagian kecil pasien telah mengalami demam selama 2 dan 4 hari. Pasien yang memenuhi kriteria penelitian sebanyak 27 orang yang terdiri dari 17 pria dan 10 wanita, rata-rata pasien dirawat selama 1-2 minggu di rumah sakit. Kelompok penelitian dibagi menjadi 2 faktor, faktor pertama adalah intervensi yang terdiri dari kontrol dan perlakuan, dan faktor kedua adalah jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. Untuk kelompok ko ntrol pria sebanyak 8 orang dan kelompok perlakuan sari jambu

(2)

biji merah sebanyak 9 orang. Sedangkan untuk pasien wanita kelompok kontrol sebanyak 5 orang dan perlakuan sari jambu biji merah sebanyak 5 orang. Penentuan pasien kontrol dan perlakuan dilakukan secara acak dan disesuaikan dengan jumlah pasien yang ada. Pasien kontrol dan pasien perlakuan tetap diberikan terapi dari rumah sakit berupa pemberian cairan infus RL (Ringer lactate) untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh, obat-obatan seperti sanmol (Merck) untuk analgesik, imudator (Merck) untuk meningkatkan imunitas tubuh, lancid (kimia farma) untuk sakit pencernaan, cephradoxyl dan amoxilin sebagai antibiotik, FG Troches untuk masalah pencernaan , dan vitamin C. Pemberian infus dilakukan saat pasien m emutuskan untuk rawat inap, sedangkan pemberian obat dilakukan ketika sudah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Diagnosis DBD pada pasien berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO (1997) yang terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris. Kriteria klinis berupa demam tinggi mendadak tanpa sebab terus menerus selama 1-7 hari, adanya manifestasi pendarahan seperti uji tourniquet positif, petekia, pendarahan mukosa, epistaksis, pendarahan gusi, dan hematemesis (perbesaran hati dan manifestasi syok/ renjatan). Kriteria laboratoris seperti trombositopeni (trombosit < 100000/mL), hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20%). Trombosit dijadikan acuan dalam mendiagnosa pasien DBD karena infeksi virus dengue menyebabkan terjadinya agregasi trombosit sehingga trombosit kehilangan fungsinya, hal ini menyebabkan penurunan jumlah trombosit (Soedarmo 1988). Penurunan jumlah trombosit (trombositopeni) ini menjadi salah satu kriteria yang telah ditetapkan WHO dalam mendiagnosis pasien DBD.

Selain trombosit, hematokrit juga menjadi acuan dalam mendiagnosis pasien DBD. Infeksi virus dengue yang menyebabkan meningkatnya permeabilitas kapiler darah akan mengakibatkan perembesan plasma darah dari ruang intravaskular ke ruang ekstravaskular. Perembesan plasma ini terbukti dengan adanya peningkatan hematokrit, penurunan natrium darah, dan terdapatnya cairan dalam rongga serosa (Suvatte, Longsaman 1979).

Hemoglobin dijadikan acuan dalam mendiagnosis pasien DBD karena hemoglobin merupakan sel darah merah yang berfungsi dalam pengikatan dan transport oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Infeksi virus dengue yang menyebabkan bocornya pembuluh darah dapat menyebabkan turunnya nilai Hemoglobin karena adanya pendarahan (Guyton, Hall 1997).

Pengaruh Sari Jambu Biji Terhadap Trombosit Pasien DBD

Sari jambu biji merah diberikan langsung pada hari pertama pasien dirawat. Selama pemberian sari jambu biji merah, jumlah trombosit pasien DBD tetap mengalami fase penurunan trombosit. Secara keseluruhan pemberian sari jambu biji kemasan kepada pasien laki-laki dan perempuan tidak berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap trombosit dibandingkan dengan pasien kontrol, tetapi bila dilihat presentase penurunan trombosit dibandingkan dengan pengamatan hari ke-1 ada sedikit perbedaan antara pasien kontrol dan yang diberikan sari jambu biji merah. Tabel 1 menunjukkan bahwa pasien laki-laki kontrol mengalami penurunan jumlah trombosit pada pengamatan hari ke2, 3, 4, dan 5 berturut -turut sebesar 28.30%; 58.24%; 67.2%; dan 48.52% dibandingkan dengan pengamatan hari ke-1. Penurunan jumlah trombosit pada pasien yang diberikan sari jambu biji merah terjadi pada pengamatan hari ke 2, 3, 4, dan 5, berturut -turut sebesar 8.83%; 23.51%; 43.35%; dan 1.98%. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa pasien yang diberikan sari jambu biji merah maupun pasien kontrol sama-sama mengalami penurunan jumlah trombosit, tetapi presentase penurunan trombosit pasien yang diberi sari jambu biji merah lebih baik sekitar 31.28% dibandingkan pasien kontrol. Gambar 4 menunjukkan bahwa penurunan trombosit pasien yang diberikan sari jambu biji merah lebih baik dibandingkan pasien kontrol dengan mempertahankan nilai trombosit diatas 55.000 /µL.

Tabel 1 Rerata trombosit laki-laki Faktor 1* Pengamatan hari ke - (/uL)

1 2 3 4 5

Kontrol 136,17a 97,63a 56,9a 44,6a 70,1a SD 53,67 43,66 25,7 25,6 45 Perlakuan 100,8a 91,9a 77,1a 57,1a 98,8a

SD 37,1 43,2 39,3 32,9 30,4

*SD: Standar deviasi, a = Huruf pada uji DMRT

Gambar 4 Grafik perbandingan jumlah trombosit pasien laki-laki kontrol dan perlakuan.

(3)

perempuan. Penurunan trombosit pasien kontrol dibandingkan dengan pengamatan hari ke-1 terjadi pada pengamatan hari ke-2 dan 3 berturut-turut sebesar 39.06% dan 21.78%, sedangkan pengamatan hari ke-4 dan 5 mengalami kenaikan sebesar 24.56% dan 45.58%. Pasien perempuan yang diberikan sari jambu biji merah mengalami kenaikan trombosit pada pengamatan hari ke-3 sebesar 6.5%, tetapi pada pengamatan hari ke-2, 4, dan 5, trombosit mengalami penurunan berturut-turut sebesar 18%; 8.74%; dan 3.29% dibandingkan dengan pengamatan hari ke-1 (Tabel 2). Gambar 5 menunjukkan bahwa pemberian sari jambu biji merah dapat mempertahankan penurunan trombosit diatas 70000/µL, ini ditunjukkan dengan pengamatan pada hari ke- 2, 3, dan 4 yang sempat mengalami fluktuasi nilai trombosit, tetapi nilai trombosit tetap berada diatas 70000/µL, dibandingkan pasien kontrol yang mengalami penurunan trombosit sampai dibawah 40000/µL.

Pasien kontrol dan pasien yang diberikan sari jambu biji merah baik laki-laki maupun perempuan menunjukkan penurunan trombosit. Penurunan trombosit pada pasien yang diberi sari jambu biji merah lebih baik dibandingkan pasien kontrol. Hal ini diduga karena kandungan kuersetin pada sari jambu biji merah memiliki efek menghambat pertumbuhan sel dan sintesis DNA pada replikasi virus dengue.

Kuersetin memiliki efek antiploriferatif yang dapat menghambat sintesis DNA. Kuersetin juga bekerja menghambat ekspresi

thymidylate synthase (TS). TS merupakan

enzim utama dalam sintesis de novo DNA dalam regulasi siklus sel. TS mengkatalisis

deoxyuridine monophosphate menjadi deoksi thymidine monophosphate menggunakan 5,

10-methylene -tetrahydro-folate sebagai donor

metilnya. Jalur metabolisme inilah yang menjadi satu-satunya jalur yang menyediakan prekursor thymidylate esensial untuk sintesis DNA (Haghiack & Walle 2005). Hal ini berhubungan dengan proses replikasi virus dengue yang merupakan virus RNA. Virus dengue yang menginfeksi sel mereplikasi dirinya dengan cara membentuk DNA komplemen sebagai cetakan untuk membentuk RNA baru, mekanisme inilah yang dihambat oleh kuersetin sehingga menghambat virus dengue untuk bereplikasi. Replikasi virus dengue yang terhambat akan mengurangi tingkat serangan virus. Hal ini akan mencegah pendarahan akibat rusaknya trombosit yang disebabkan serangan virus dengue.

Jumlah trombosit rata-rata pengamatan

hari ke-1 pada pasien laki-laki dan perempuan berbeda, yaitu pada laki-laki sebesar 118.48 ribu/µL sedangkan pada perempuan sebesar 80.43 ribu/µL. Rendahnya nilai trombosit pasien perempuan ini diduga karena pasien, perempuan mengalami siklus menstruasi yang dapat mempengaruhi jumlah trombosit, selain itu emosi yang tidak stabil atau berlebihan juga dapat mempengaruhi nilai trombosit (Dacie 1996).

Tabel 2 Rerata trombosit perempuan Faktor 1* Pengamatan hari ke - (/uL)

1 2 3 4 5

Kontrol 63,67a 38,8a 49,8a 84,4a 1 1 7 a SD 38,68 10,08 15,6 8,73 8,49 Perlakuan 97,2a 79,7a 104a 88,7a 9 4 a

SD 20,31 29,4 39,1 80,7 53,7

*SD= Standar deviasi, a = Huruf pada uji DMRT

Gambar 5 Grafik perbandingan jumah trombosit pasien perempuan kontrol dan perlakuan

Pengaruh Pemberian Sari Jambu Biji Terhadap Hematokrit Pasien DBD

Pemberian sari jambu biji tidak berpengaruh nyata terhadap hematokrit (p>0.05). Hasil yang diperoleh pada Tabel 3 menunjukkan bahwa pasien laki-laki mengalami penurunan hematokrit. Pasien laki-laki kontrol menunjukkan peningkatan hematokrit pada pengamatan hari ke-2, 3, dan 4 berturut -turut sebesar 2.71%; 3.68%; dan 2.49%, sedangkan pengamatan hari ke-5 mengalami penurunan sebesar 2.35% dibandingkan dengan pengamatan hari ke-1.

Tabel 3 Rerata hematokrit pasien laki-laki Faktor 1* Pengamatan hari ke - (/uL)

1 2 3 4 5

Kontrol 42.2a 39.32a 36.2b 35.85b 32b SD 3.93 3.46 1.46 1.63 22.63

Perlakuan 40.44a 38.5a 37.04ab 35.22ab 33.3b

SD 4.46 3.55 2.8 2.46 1.15

*SD = Standar deviasi, a & b= Huruf pada uji DMRT

(4)

diberi sari jambu biji yang mengalami kenaikan pada pengamatan hari ke-3 sebesar 0.55%. Penurunan pada pengamatan hari ke-2, 4, dan 5 berturut -turut sebesar 1.27%; 0.72%; dan 3.52% dibandingkan dengan pengamatan hari ke-1. Gambar 6 menunjukkan grafik penurunan nilai hematokrit pasien kontrol berada di atas pasien yang diberi sari jambu biji merah tetapi nilainya masih dalam batas normal. Esa (1994) menyatakan bahwa nilai normal hematokrit pada pria dewasa rata-rata 38.41 -50.4%.

Hasil yang diperoleh pada pasien perempuan dapat dilihat pada Tabel 4 yang menunjukkan pasien perempuan kontrol mengalami penurunan hematokrit pada pengamatan hari ke-2, 3, 4 dan 5 berturut-turut sebesar 6.9%; 14.29%; 15.13%; dan 24.24% dibandingkan dengan pengamatan hari ke-1. Hasil yang sama juga ditunjukkan pada pasien yang diberikan sari jambu biji, penurunan hematokrit terjadi pada pengamatan hari ke-2, 3, 4, dan 5 berturut -turut sebesar 4.79% ; 8.41% ; 12.91% dan 17.65% dibandingkan dengan pengamatan hari ke-1. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pasien perempuan kontrol dan yang diberi sari jambu biji merah sama-sama mengalami penurunan hematokrit, tetapi penurunan pada pasien yang diberi sari jambu biji merah lebih stabil dibandingkan pasien kontrol. Peningkatan nilai hematokrit diduga karena demam. Demam terjadi karena peningkatan suhu tubuh dan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah, sehingga tubuh akan merespon dengan meningkatkan proses berkeringat dan penguapan sebagai manifestasi pembuangan panas tubuh. Proses tersebut mengakibatkan plasma darah berkurang serta konsentrasi darah menjadi pekat (Lorenz 1993). Kepekatan sel darah mengakibatkan presentase sel darah meningkat, sehingga nilai hematokrit darah juga meningkat.

Gambar 6 Grafik perbandingan hematokrit pasien laki-laki kontrol dan yang diberi sari jambu biji merah

Pemberian sari jambu biji merah pada pasien

laki-laki mampu mempertahankan nilai hematokrit pada kisaran 42% dibandingkan pasien kontrol.

Nilai hematokrit pada pasien perempuan kontrol maupun perlakuan sama-sama mengalami penurunan, tetapi penurunan pada pasien perlakuan terlihat lebih stabil dibandingkan dengan pasien kontrol (Gambar 7). Nilai hematokrit pada pengamatan hari ke-1 baik pasien laki-laki maupun perempuan tidak jauh berbeda. Nilai hematokrit pasien laki-laki dan perempuan pada pengamatan hari ke-1 berturut-turut sebesar 42.12% dan 41.3 2%. Tabel 4 Rerata hematokrit pasien perempuan

Faktor 1* Pengamatan hari ke - (%)

1 2 3 4 5

Kontrol 42.2a 39.32a 36.2b 35.85b 32b SD 3.93 3.46 1.46 1.63 22.63

Perlakuan 40.44a 38.5a 37.04ab 35.22ab 33.3b

SD 4.46 3.55 2.8 2.46 1.15

*SD= Standar devi asi, a & b= Huruf pada uji DMRT

Gambar 7 Grafik perbandingan hematokrit pasien perempuan kontrol dan yang diberi sari jambu biji merah

Pengaruh Pemberian Sari Jambu Biji Terhadap Hemoglobin Pasien DBD

Kadar hemoglobin pada pasien penderita demam berdarah umumnya mengalami fluktuasi, baik pasien kontrol maupun pasien yang diberi sari jambu biji merah, akan tetapi masih dalam kisaran normal. Secara statistik pemberian sari jambu biji merah tidak berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap peningkatan nilai hemoglobin. Kenaikan hemoglobin pasien laki-laki kontrol terjadi pada pengamatan hari ke-2 dan 4 berturut-turut sebesar 3.76% dan 0.54% dibandingkan dengan hari ke-1. Penurunan terjadi pada pengamatan hari ke-3 dan 5 berturut-turut sebesar 3.62% dan 3.16% dibandingkan dengan hari ke-1. Pasien laki-laki yang diberi sari jambu biji merah

(5)

mengalami penurunan hemoglobin pada pengamatan hari ke-2, 3, 4, dan 5 berturut-turut sebesar 5.25%; 8.13%; 13.38%; dan 7.19% dibandingkan dengan pengamatan hari ke-1 (Tabel 5).

Gambar 8 memperlihatkan bahwa baik pasien kontrol maupun yang diberi sari jambu biji merah mengalami fluktuasi nilai hemoglobin. Grafik pasien kontrol terlihat lebih stabil dibandingkan dengan pasien perlakuan, sedangkan nilai hemoglobin yang diperoleh pada keduanya relatif stabil, yaitu berkisar antara 14-15 g/dL.

Tabel 5 Rerata hemoglobin pasien laki -laki Faktor* Pengamatan hari ke - (g/dL)

1 2 3 4 5

Kontrol 14.62a 15.17ab 14.76abc 14.84bc 14.37c

SD 2.65 1.61 2.02 1.47 0.96

Perlakuan 15.13a 14.25ab 14.6abc 13.75bc 14.34c

SD 0.92 1.14 0.11 0.66 1.48

*SD= Standar deviasi, a, b, & c = Huruf pada uji DMRT

Gambar 8 Grafik perbandingan hemoglobin pasien laki-laki kontrol dan perlakuan

Tabel 6 menunjukkan bahwa kadar hemoglobin pada pasien perempuan kontrol mengalami penurunan yang terjadi pada pengamatan hari ke-2, 3, 4 dan 5 berturut-turut sebesar 7.02%; 3.5%; 9.12%; dan 5.22% dibandingkan pengamatan hari ke -1.

Kenaikan hemoglobin terjadi pada pasien perempuan yang diberi sari jambu biji merah pada pengamatan hari ke-2 sebesar 3.5%. Pengamatan pada hari ke-3, 4, dan 5 mengalami penurunan hemoglobin berturut -turut sebesar 4.94%; 10.54%; dan 8.81% dibandingkan dengan pengamatan hari ke-1. Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai hemoglobin pasien saat mengalami penurunan masih dalam batas normal. Nilai hemoglobin normal laki-laki dewasa adalah berkisar 13.8-17.2 g/dL dan untuk perempuan dewasa berkisar 12.1-15.1 g/dL (Guyton 1990).

Nilai hemoglobin pada pengamatan hari

ke-1 sedikit berbeda antara pasien laki-laki dan perempuan, pada pasien laki-laki nilai hemoglobin rata-rata pengamatan hari ke-1 sebesar 14.87 g/dL sedangkan pasien perempuan sbesar 13.58 g/dL (Gambar 8 dan 9). Perbedaan ini diduga karena faktor hormon androgen dalam proses eritropoiesis dan kehilangan darah pada saat menstruasi yang dialami oleh perempuan. Saat menstruasi perempuan banyak sekali mengeluarkan darah sehingga mempengaruhi nilai hemoglobin pada darah (Dacie 1996). Guyton (1990) menyatakan bahwa tingginya nilai hemoglobin mengindikasikan adanya peningkatan kekentalan darah yang dapat mengganggu peredaran darah.

Secara keseluruhan kadar hemoglobin pasien kontrol dan yang diberi perlakuan sari jambu biji merah , baik laki-laki maupun perempuan, mengalami penurunan dari kadar hemoglobin awal, tetapi nilai hemoglobinnya masih dalam batas normal.

Tabel 6 Rerata hemoglobin pasien perempuan Faktor* Pengamatan hari ke - (g/dL)

1 2 3 4 5

Kontrol 13.9a 13.17ab 12.77abc 12.04bc 12.9c SD 0.17 0.51 1.42 1.64 0.85 Perlakuan 13.27a 13.75ab 13.07abc 12.3bc 12.1c SD 0.38 1.47 0.32 0.28 0.14

*SD = Standar deviasi; a, b, & c = Huruf pada uji DMRT

Gambar 9 Grafik perbandingan hemoglobin pasien perempuan kontrol dan perlakuan

SIMPULAN

Pemberian sari jambu biji merah kepada pasien DBD tidak berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap nilai trombosit, hematokrit, dan hemoglobin, tetapi pemberian sari jambu biji merah mempengaruhi presentase nilai trombosit

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji syukut penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan karunia-Nya yang melimpah sehingga dapat menyelesaikan penulisan landasan konseptual

Dokumen Perubahan Rencana Strategis Kecamatan Sebulu Tahun 2016 - 2021 merupakan dokumen resmi perencanaan satuan kerja perangkatdaerah untuk 5 (lima) tahun

: Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa dapat memahami, menganalisa, menerapkan kaidah dan pengembangan program pemasaran agribisnis.. TIK : Mahasiswa dapat

Memiliki perencanaan pengembangan dan operasional usaha yang jelas Manajemen usaha atau business management pada prinsipnya adalah proses perencanaan,

Maka pendekatan visual dalam perancangan buku pop up ini adalah dengan menggunakan pendekatan visual yang berupa gambar ilustrasi kartun yang sederhana dan tidak

Sesuai dengan tujuan PetroChina mewujudkan MNC yang memiliki daya saing tinggi dan meningkatkan produksi minyak dan gas bumi di Indonesia maka tahapan-tahapan

Penyemaian bibit dengan cara ini dapat memberikan keseragaman pada bibit dan dapat diproduksi dalam jumlah besar.Mesin ini dapat bekerja lebih cepat, akurat dan stabil.Bila

Jika ya maka akan terjadi proses penyimpanan data dan proses berakhir, dan jika tidak maka proses simpan data hasil edit akan di batalkan kemudian akan kembali