Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Tahun 2015 1
Implementasi Penerapan Sekolah Aman dari
Bencana yang dilaksanakan Kemdikbud
Sistematika Pemaparan
1. Kondisi Daerah Rawan Bencana
2. Kerangka Regulasi
3. Menuju Sekolah AmanBencana
4. Program Sekolah Aman Tahun 2016
5. Tantangan Kedepan
3
Kondisi Daerah Rawan
Bencana
Peta Sekolah di Wilayah Rawan Bencana
§
Peta wilayah rawan bencana telah disusun oleh BNPB dan ditumpangi dengan letak koordinat Sekolah telah menghasilkan Peta Sekolah di Wilayah Rawan Bencana dengan letak sekolah yang diketahui di wilayah yang resiko bencana Jnggi, sedang dan ringan.§
Data ‘Dapodik’ juga telah memuat kondisi sekolah/ruang kelas yang rusak dengan klasifikasi rusak berat, rusak sedang, rusak ringan dan rusak total, jumlah peserta didik, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan lainnya.
§
Dari Peta letak sekolah di wilayah rawan bencana dan data-‐data di atas maka diketahui potensi sarana/prasarana dan jiwa komunitas sekolah yang berisiko Jnggi, sedang, dan ringan terkena bencana. Peta yang ditampilkan baru jenis bencana gempa bumi (yang sulit diprediksi datangnya dan biasanya menimbulkan korban yang besar).Peta Sekolah di Wilayah Rawan Bencana
(1)
§
Peta Sekolah di Wilayah Rawan Bencana ini akan menjadi dasar bagipenentuan prioritas program rehabilitasi, rekonstruksi dan pembangunan unit sekolah baru (USB) dan menerapkan standar Sekolah Aman terutama untuk sekolah yang terletak di wilayah resiko Bnggi, untuk melindungi komunitas sekolah dan mengurangi
resiko bencana;
§
Peta Sekolah dengan Jngkat resiko berbeda juga dapat dipakai untuk menentukan prioritas fasilitasi kepada Pemda, Dinas Pendidikan, BPBD agar perencanaan anggaran disesuaikan dengan kondisi alam tersebut. Memberi prioritas pelaJhan Sekolah Aman kepada fasilitator, konsultan dan Sekolah yang terletak di wilayah rawan bencana Jnggi.§
Berbagai peta bencana peta temaJk menurut jenis bencana dan data pendidikan yang mempunyai potensi berada di wilayah kabupaten tertentu, dapat dijadikan dasar perJmbangan untuk lebih mendalami bahan ajar yang sesuai dengan kondisi daerah masing-‐masing. Dll.7
Kerangka Regulasi
Sekolah Aman: Mitigasi Bencana (UU 24/2007)
Pemberdayaan peran kelembagaan dan kemampuan komunitas sekolah Pengintegrasian PRB ke dalam kurikulum Pembangunan kemitraan dan jaringan antar berbagai pihak
Sekolah Aman: Mitigasi Bencana (UU 24/2007)
9 • Meningkatkan kapasitas lembaga maupun komunitas sekolah • Membangun pengetahuan dan
budaya sadar bencana termasuk
contoh-contoh praktis
mengenai ancaman, dan bahaya, bencana • Menguatkan
manajemen berbasis sekolah (MBS)
• Integrasi ke dalam
mapel pokok, sesuai
dengan karakteristik bencana di daerah setempat
• Integrasi ke dalam
mapel mulok sesuai
dengan karakteristik bencana di daerah setempat • Integrasi ke dalam Ekstra-Kurikuler dengan karakteristik bencana di daerah setempat
membangun kemitraan dan jaringan yang solid dalam: • Pertukaran informasi dan
kerjasama pendidikan PRB • data dan informasi
pendidikan kebencanaan • dokumentasi hasil penelitian • kemitraan dan jaringan
informasi dengan dengan BPBD dan organisasi non-pemerintah di tingkat provinsi dan kabupaten/kota
Menuju Sekolah Aman
Tiga Pilar Sekolah Aman Komprehensif
11
1. Fasilitas Sekolah Aman
2. Pengelolaan Bencana di Sekolah
3. Pendidikan Ketahanan dan
2001-2007
1.
Kemdikbud menerbitkan panduan
penanggulangan bencana di
pendidikan
2.
Kemendikbud memperkenalkan
model konstruksi “sekolah aman”
yang berbasis masyarakat dan
membangun sekitar 4.900 sekolah
aman yang baru, 1.500 di antaranya
didanai oleh AusAID melalui
Australia Indonesia Basic EducaJon
Program (AIBEP) di 14 provinsi
Upaya-upaya yang telah dilakukan dalam rangka pelaksanaan 3 Pilar Sekolah Aman
13 2007 UU No. 24/2007 dan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Resiko Bencana dan Permendiknas 24/2007 tentang Sarpras Sekolah Berdiri BNPB. Disusun Model kurikulum kebencanaan. 2008 2009 Dana Abadi Pendidikan disediakan bagi rehabilitasi dan rekonstruksi sekolah rusak akibat bencana
2010 1. Kemendiknas mengeluarkan Surat Edaran No.70a/2010 untuk pengarusutamaan pengurangan resiko bencana di sekolah 2. Indonesia ikut dalam
kampanye Satu Juta Sekolah dan Rumah Sakit Aman
2011
1. Pemetaan Sekolah berbasis GIS 2. Dana Alokasi Khusus (DAK)
2011 untuk rehab rusak berat 3. Sekretariat Nasional Sekolah
Aman dibentuk oleh mulJpihak di Kemdikbud
4. model konstruksi sekolah yang berbasis masyarakat
2012
1. Rembuknas,
inventarisasi ruang kelas rusak
2. Peluncuran Perka BNPB 4/2012 Pedoman
Penerapan Sekolah/ Madrasah Aman dari Bencana
3. PiloJng SMAB oleh mulJpihak di 210
sekolah penerima DAK di Sumbar, Jabar, NTB, NTT, dan Jateng 2013 1. AEPI membantu Kemendikbud dalam membuat model konstruksi sekolah berbasis masyarakat di 28 provinsi 2. >25 ribu sekolah model mulJpihak dalam Direktori 2014 1. Integrasi bangunan tahan gempa ke dalam petunjuk teknis DAK SMP
2. koordinasi insJtusi di dalam Kemendikbud terkait Sekolah Aman, melalui Sekretariat di Kemendikbud 2015 1. Roadmap Sekolah Aman 2. Jndakan awal kolaborasi BNPB dan Kemdikbud didukung KPB, Bank Dunia, Klaster pendidikan PRB
Program Terkait Sekolah
Aman Tahun 2016
15
Proyeksi Kebutuhan Unit Sekolah Baru (USB) dan Ruang Kelas Baru (RKB)
Sumber: Dapodik, 2015
Target Kenaikan APK hanya untuk Daerah Prioritas I agar APK
mencapai >75% Rombel Ruang Kelas Kebutuhan
Ruang Target Kenaikan Kebutuhan Ruang (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) SD 1.174.826 858.900 315.926 4,90% 3.015 318.941 SMP 356.047 257.943 98.104 4,28% 15.051 113.155 SMA 139.179 118.449 20.730 15,79% 57.558 78.288 SMK 123.437 117.674 5.763 15,95% 59.681 65.444 SDLB/SMPLB/SMLB 5.067 2.995 2.072 0,53% 1.659 3.731 TOTAL 1.798.556 1.355.961 442.595 136.963 579.558 Satuan Pendidikan Total Kebutuhan Ruang Kebutuhan Ruang
Pemenuhan Rasio Rombel dan ruang Kelas (1:1)
Kenaikan APK di Daerah Prioritas 1
USB RKB USB RKB USB RKB
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) SD 318.941 96 318.367 15 2.995 15 2.025 66 313.347 SMP 113.155 1.132 106.366 130 2.700 156 1.759 846 101.907 SMA 78.288 783 73.590 70 2.054 222 4.500 491 67.036 SMK 65.444 654 61.517 75 3.122 316 5.662 263 52.733 SDLB/SMPLB/SMLB 3.731 187 2.611 29 140 24 120 134 2.351 TOTAL 579.558 2.851 562.452 319 11.011 733 14.066 1.799 537.375 Jenjang Total Kebutuhan Ruang
Konversi Kebutuhan Ruang
Sisa Kekurangan Konversi ke Unit Sekolah Baru (USB) Konversi ke Ruang Kelas Baru (RKB) APBN 2015 RAPBN 2016 Intervensi Alokasi Intervensi Termasuk Untuk Penanganan Rekonstruksi Sekolah Akbiat Bencana Alam
Proyeksi Kebutuhan Rehabilitasi Ruang Kelas
Sumber: Dapodik, Sept 2015
Skenario Penanganan Ruang Kelas Rusak :
1. Perbaikan Ruang Kelas Rusak Berat secara bertahap melalui APBN dan DAK 2. Perbaikan Ruang Kelas Rusak Sedang secara bertahap melalui DAK
3. Perbaikan Ruang Kelas Rusak Ringan secara bertahap melalui BOS
Satuan Pendidikan Kondisi Ruang Kelas Jumlah Rehab 2015 Rencana 2016 Sisa Ruang Kelas Rusak Berat
Baik Ringan Rusak Sedang Rusak Rusak Berat
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9=5-‐7-‐8) SD 191.096 507.543 61.490 98.771 858.900 8.555 5.715 84.501 SMP 66.202 153.513 16.207 22.021 257.943 4.187 3.000 14.834 SMA 69.874 59.418 3.991 5.896 139.179 131 1.600 4.165 SMK 58.025 57.820 2.977 4.615 123.437 130 1.000 3.485 SDLB/SMPLB/SMLB/SLB 4.574 7.834 695 830 13.933 128 150 552 Jumlah 389.771 786.128 85.360 132.133 1.393.392 13.131 11.465 107.537
CONTOH RESPONSIF: KEMDIKBUD DALAM MENGATASI DAMPAK BENCANA ASAP
CONTOH RESPONSIF: KEMDIKBUD DALAM MENGATASI DAMPAK BENCANA ASAP
CONTOH RESPONSIF: KEMDIKBUD DALAM MENGATASI DAMPAK BENCANA ASAP
Tantangan Ke Depan
Tantangan Kedepan
• Ada 258,000 sekolah di Indonesia diperkirakan sejumlah 75% sekolah berada di wilayah rawan bencana. Kebanyakan Sekolah SD dibangun pada tahun 80an dimana aspek ketahanan terhadap bencana belum diperhaJkan, terdapat 201 Sekolah yang mempunyai Risiko Jnggi menurut pemetaan yang baru.
• Pengarusutamaan dan pengintegrasian pengurangan risiko bencana di sektor pendidikan merupakan tantangan dalam memenuhi kerangka SDGs.
• Komitmen dalam pelaksanaan Sekolah Aman belum diikuJ dengan pelaksanaan secara nasional. Banyak kegiatan pilot yang sudah dihasilkan perlu diintegrasikan dalam program yang ada.
• Peningkatan parJsipasi masyarakat yang lebih luas, termasuk dunia usaha dan dunia industri dan anak.
Tantangan Kedepan
• Koordinasi antar pusat dan daerah perlu diBngkatkan.
• Penguatan kemitraan dengan para stakeholders untuk pelaksanaan Sekolah Aman terintegrasi dalam Gerakan Sekolah yang lebih Aman, Inklusif, dan Ramah Anak mulai dengan pengajuan Peraturan Presiden yang diinisiasi K/L dan mulJpihak
Langkah Sekolah Aman Ke depan
§
Mengelola agenda Sekolah Aman•
Sekolah Aman diintegrasikan ke dalam Renstra Kemdikbud dan Program yang terkait.
•
P e n g u a t a n S e k r e t a r i a t S e k o l a h A m a n a g a r d a p a t mengkoordinasikan stakeholder lebih baik dalam pelaksanaan Sekolah Aman dan sharing informasi pelaksanaan Sekolah Aman. Diperlukan wadah untuk pertukaran informasi, mis. Website Sekolah Aman.
•
Menyelesaikan penyusunan Roadmap Sekolah Aman sebagai dasar dalam menentukan prioritas programLangkah Sekolah Aman Ke depan
§
Mengelola agenda Sekolah Aman• Melanjutkan pelaksanaan program Fasilitas Sekolah Aman (Pilar 1) dengan kegiatan: Memanfaatkan hasil pemetaan letak Sekolah di wilayah rawan
bencana untuk menentukan prioritas program rehabilitasi, rekonstruksi sekolah dan pembangunan unit sekolah baru dan menyempurnakan pedoman
teknis untuk pelaksanaan rehab, rekon, dan pembangunan unit sekolah baru yang sudah mengakomodasi indikator sekolah aman, serta menyempurnakan modul pelaJhan dan pelaJhan TOT bagi fasilitator dan komunitas sekolah.
• Melakukan perluasan bagi pelaksanaan manajemen bencana di Sekolah (pilar 2) yang sudah banyak dilaksanakan pilot. Pendampingan dan fasilitasi penerapan
sekolah aman di sekolah, mulai dari perencanaan pengembangan sekolah
dengan jalur evakuasi, pembentukan komite bencana dan keselamatan sekolah, pendalaman materi kebencanaan, simbol bencana yang terstandardisasi, dan penerapan dan laJhan berkelanjutan dan periodik evakuasi bencana.
Rencana Langkah Sekolah Aman Ke depan
Mengelola agenda Sekolah Aman
•
Melanjutkan pendidikan pengurangan resiko bencana melalui pengintegrasian PRB ke dalam kurikulum (Pilar 3) dengan penilaian kurikulum dan pemetaan kualitas bahan ajar untuk seJap Jngkat pendidikan (SD s/d SMA/SMK) dan mengevaluasi proses pembelajaran dan suasana pembelajaran.•
Memasukkan indikator sekolah aman ke dalam SPM Dikdasmen•
Melakukan monitoring dan bantuan untuk pemenuhan hak pendidikan anak di wilayah bencana•
Menyempurnakan pusat data dan menyusun sisJm informasi yang dapat memenuhi indikator SNI Sekolah Aman•
Menyusun/menyempurnakan perangkat penilaian dan evaluasi pelaksanaan sekolah aman dan memberikan serJfikasi pengakuan. Dalam jangka panjang dapat dimasukan dalam akreditasi sekolah.Rencana Langkah Sekolah Aman Ke depan
§
Mengelola agenda Sekolah Aman•
Mendiseminasikan peraturan, pedoman dan memberikan penguatan kapasitas kepada pemerintah daerah•
Melanjutkan pelaJhan kepada pemerintah daerah, fasilitator, konsultan, Kepala Sekolah, Komite Sekolah, Peserta didik, PaniJa Pembangunan Sekolah, tukang mengenai Sekolah Aman, terutama untuk daerah-‐daerah non percontohan.Rencana untuk Rehabilitasi, Rekonstruksi dan Pembangunan Sekolah Baru
§
Rehabilitasi dan konstruksi Sekolah Baru•
MemasJkan penerapan sekolah aman masuk ke dalam pembangunan unit sekolah baru termasuk 50 SLB.
•
Kemendikbud merencanakan untuk membuat Gerakan Nasional Rehabilitasi Sekolah pada tahun 2016.
Pelaksanaan Gerakan
Sekolah Aman, Inklusif, dan Ramah Anak
1. Juni 2007: Kementerian Pendidikan Nasional telah menerbitkan No. 24/2007
tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah IbJdaiyah (SD/MI) Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) yang mencakup pengaturan tentang prosedur pemilihan lokasi sekolah, faktor keselamatan konstruksi dan tahan gempa, penyediaan fasilitas untuk anak berkebutuhan khusus.
2. Juli 2010: Kementerian Pendidikan diwakili Wakil Menteri Pendidikan turut dalam
Kampanye Sekolah Aman bersama dengan Kemenkes, BNPB yang dipimpin oleh Kemenko Kesejahteraan Rakyat. Hadir juga perwakilan dari kementerian lainnya, NGO, Mitra Pembangunan Internasional, para akademisi dan stakeholder lainnya
3. 2010: Kemdikbud meminta dukungan BNPB dan WB untuk pemetaan dan
perhitungan cepat lokasi sekolah di wilayah rawan bencana, yang menghasilkan sekitar 75% sekolah terletak di daerah rawan bencana.
21) 2012-‐2013: Australia EducaJon Partnership with Indonesia (AEPI) membantu
Kemendikbud dalam membuat model konstruksi sekolah berbasis masyarakat dan
membangun 764 sekolah aman baru di 28 provinsi
22) 170 paket bansos PRB dan Penerapan sekolah aman di SMA/SMK dan SMLB dari
Direktorat PKPLK, Ditjen. Dikmen pada TA 2012.
23) Juknis Rehab Madrasah Kementerian Agama yang diterbitkan tahun 2012 disusun
merujuk pada Perka No. 4/2012 tentang Pedoman Penerapan Sekolah/Madrasah Aman dari Bencana dan kebijakan SRA
24) 2013 -‐ sekarang: Beberapa provinsi sudah mulai menyusun rencana konJnjensi
pendidikan ataupun POS Penanggulangan Bencana bidang Pendidikan.
25) 2013-‐2014: Rangkaian Seminar terkait Sekolah Aman yang diadakan di Provinsi NTB,
DKI, dan pelaJhan di kabupaten yang bukan merupakan kabupaten percontohan, serta
Socialisasi mengenai Sekolah Aman terhadap semua Dinas Pendidikan provinsi/
kabupaten/ kota dalam Rakernas di Jakarta; demonstrasi kegiatan Sekolah Aman dalam kegiatan bulan PRB tahun 2013.
Pelaksanaan Gerakan
31
26) 2014: Peningkatan koordinasi insJtusi di dalam Kemendikbud terkait program Sekolah Aman
yang didukung oleh UNICEF.
27) 2014: Integrasi bangunan tahan gempa ke dalam pedoman teknis bagi rekonstruksi dan
membangun unit kelas baru di Jngkat sekolah menengah dengan menggunakan DAK. Penyusunan drai pedoman bagi penanggulangan bencana
28) Penerbitan dummy panduan dan modul penanganan psikososial penyintas anak SMAN 1
Simpang Empat pasca erupsi Gunung Sinabung oleh PKLK didukung KerLiP, BNPB, UNICEF
29) 2015: Penyusunan modul standar Sekolah Aman yang Komprehensif yang merefleksikan
keJga pilar Sekolah Aman yang Komprehensif, diikuJ dengan penyusunan pedoman
fasilitator Sekolah Aman yang Komprehensif (sedang berjalan dan pelaJhan akan mulai
dilakukan per 2016).
30) 2015: Workshop dan PelaBhan bagi 36.000 SD dan SMP mengenai Sekolah Aman yang
Komprehensif, dipimpin oleh Direktorat SMP
• Model berjenjang: TOT di Kemendikbud à Dinas Pendidikan Provinsi à Dinas Pendidikan
Kab/ Kota à kepala sekolah, kepala tatau usaha, komite sekolah à guru, peserta didik dan
pemangku kepenJngan (stakeholders) lain
• Penyediaan poster, leaflet serta rute dan rencana evakuasi
Pelaksanaan Gerakan
31) 2015: Penyusunan Roadmap Sekolah Aman (rencana penyelesaian Sep’15)
32) 2015: PelaJhan 30 guru dan murid SMK di Bandung oleh UNESCO bekerjasama dengan
Sekretariat Sekolah Aman
33) 2015: Perluasan inisiasi YES for Safer School yang dilaksanakan Disdik Provinsi Jawa Barat dan
KerLiP sejak 2011 dengan dukungan mulJpihak ke 790 sekolah inklusi, 1374 SMK dan SLB di Jawa Barat.
34) 2015: Penyusunan naskah akademik Penyelenggaraan Sekolah Darurat, Buku Saku dan media
sosial YES for Safer School oleh PKLK Ditjen Dikdasmen Kemdikbud
35) 2015: Penyusunan naskah akademik Penyelenggaraan Sekolah Darurat, Buku Saku dan media
sosial YES for Safer School oleh PKLK Ditjen Dikdasmen Kemdikbud
36) 2015: Pameran pada Hari PRB Internasional di Surakarta, 16-‐18 Oktober 2015 oleh Kemdikbud
didukung KemPPPA, KemPUPR, Kemdagri, Bappenas, KLHK, Kemkes, BNPB, KerLiP, KPB, Planas PRB, dan mulJpihak
37) 2015: Workshop dan PelaBhan Agen Sekolah Aman, inklusif dan ramah anak dalam LDK dalam
untuk 50 peserta didik ADEM Papua, dan Papua Barat oleh Dit PKLK Dikdasmen Kemdikbud
Pelaksanaan Gerakan
33 • UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan perlakukan
khusus terhadap sekolah yang berada di daerah rawan bencana (2003)
• UU No. 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana dan Rencana Aksi Nasional
PRB 2010-‐2012 yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan salah satu prioritas (2007)
• Permendiknas No. 24/2007 tentang Standar Sarana Prasana yang
merekomendasikan agar fasilitas sekolah dilengkapi dengan perangkat yang sesuai untuk mengatasi keadaan darurat (2007)
• Surat Edaran Mendiknas No. 70a/MPN/SE/2010 yang ditujukan kepada Gubernur
dan Kepala Daerah untuk melaksanakan strategi nasional PRB di sekolah yang menjadi kewenangannya (2010)
• Perka BNPB No. 4/2012 tentang Pedoman Penerapan Sekolah/ Madrasah Aman
Bencana
• Permeneg PPPA no. 8 tahun 2014 tentang Kebijakan Sekolah Ramah Anak
Pelaksanaan Gerakan
1. Mengelola dalam jumlah yang besar! 240 juta penduduk (45%
berusia antara 0 – 24 tahun), 61 juta peserta didik, 3.9 juta guru dan 340.000 sekolah.
2. Perluasan penerapan sekolah aman – desentralisasi pendidikan memberikan kewenangan kepada pemerintah kabupaten/ kota untuk memiliki kendali terhadap kebijakan dan strategi pendidikan. 3. 75% sekolah berlokasi di daerah rawan bencana – dan mayoritas
Sekolah Dasar dibangun pada tahun 1970/80-‐an, saat aspek pengurangan risiko bencana belum diperBmbangkan.
4. Isu-‐isu mengenai kurangnya koordinasi di antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah daerah.
35 5. Kurangnya pemantauan dan evaluasi, mis: kepatuhan
terhadap peraturan sekolah aman. (Cat: peraturan sudah tersedia di Jngkat nasional).
6. Lebih dari 25.620 sekolah percontohan sudah selesai
dibangun, namun untuk meningkatkan (scaling up) masih menjadi tantangan besar. Evaluasi terhadap sekolah
percontohan sebaiknya dilakukan sebagai bahan perJmbangan bagi serJfikasi sekolah.
1. Koordinasi dan sinkronisasi (internal: di dalam Kemendikbud dan external:
dengan K/L, dengan provinsi/ kabupaten/ kota with other gov’ ministries/ agencies, with Dinas Pendidikan Jngkat) à masih dapat diJngkatkan
2. Anak-‐anak merupakan “agen perubahan”, mereka menyerap pengetahuan
dengan berbagai cara dan sekolah dianggap sebagai tempat terbaik untuk menyebarkan pengetahuan – K/L menggunakan sekolah untuk tujuan ini, namun seringkali tanpa/ kurang berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan atau dengan Kemendikbud à ke depannya, K/L harus taat terhadap UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah à sedang disiapkan Perpres
Gerakan Sekolah Ramah Anak dan YES for Safer School
3. Sumber daya tersedia namun Jdak tersebar (luas) dan/ atau Jdak dapat
diakses dengan mudah à Sistem Manajemen Pengetahuan (yang terkonsolidasi)
Roadmap Program
2019 2018 2017 2016 2015 1. Pelembagaan Sekretariat Sekolah Aman:• Penyusunan basis data pendukung dalam rangka pengembangan
penyelenggaraan Sekolah Aman yang Komprehensif • Pengintegrasian kebijakan
dan prakJk baik ke dalam Perpres Gerakan SRA • Monitoring dan Evaluasi 2. Penyusunan Perencanaan
Manajemen
Penyelenggaraan SMAB 3. Implementasi
Penyelenggaraan Sekolah Aman di Sekolah Rujukan 4. Penyusunan naskah
akademik sekolah darurat 5. Pelaksanaan YES for safer School di sekolah piloJng 6. Pameran di Hari PRB
Internasional
7. Pengumpulan materi-‐materi PRB
8. Pemutakhiran direktori 9. Penyusunan panduan
penilaian buku, sumber belajar, dan sarana pra sarana yang
mengintegrasikan PRB dan SNI Sekolah Aman
10. Bina Remaja Nusantara 1
• Pengintegrasian Sekretariat Sekolah Aman ke dalam Sekretariat bersama • Implementasi penataan
sekolah aman bencana a. Persiapan pelaksanaan
pekerjaan
b. Pengadaan infrastruktur, Kurikulum dan materi Edukasi-‐Sosialisasi c. Penyelenggaraan sekolah
aman bencana di sekolah inklusi dan SLB Pembina d. Penilaian SMAB • Monitoring dan Evaluasi
Penyelenggaraan sekolah aman bencana
• Pelaksanaan YES for safer School di seluruh sekolah/ madrasah di Indonesia • Anugerah Duta Anak, Guru,
keluarga, dan Sekolah PANUTAN
• Pengintegrasian ke dalam instrumen evaluasi diri sekolah
• Penyusunan Sistem Informasi Sekolah Aman SHIAGA
• Implementasi penataan sekolah aman bencana a. Persiapan pelaksanaan
pekerjaan
b. Pengadaan infrastruktur, Kurikulum dan materi Edukasi-‐Sosialisasi c. Penyelenggaraan sekolah
aman bencana di sekolah inklusi dan SLB Pembina d. Penilaian SMAB • Pelaksanaan YES for safer
School di seluruh sekolah/ madrasah di Indonesia • Bina Remaja Nusantara 2 • Monitoring dan evaluasi
penerapan sekolah aman bencana mencakup pemantauan :
a. Proses pelaksanaan b. Status Kegiatan c. Kemajuan yang
berlangsung
• Pemeliharaan dan penguatan sistem sekolah aman
bencana
• Monev Implementasi penataan sekolah aman bencana
• Pemeliharaan dan penguatan sistem sekollah aman bencana
• Monev Implementasi penataan sekolah aman bencana
1. Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan dengan
SNI Bangunan Tahan Gempa dan Sekolah Aman
2. Pengawasan bekerjasama dengan KemPUPR
dan Sekretariat Sekolah Aman
3. Pengembangan Sistem Manajemen
39
1. Pemantauan berbasis sms dan website diperkuat
2. Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan secara
koordinaJf dengan memperharJkan penerapan UU
No 23/2014 tentang otonomi daerah
3. Penerbitan SerJfikat Laik Fungsi dan IMB untuk
sekolah yang memenuhi SNI Sekolah Aman
4. Anugerah duta anak, guru, sekolah
5. Pemutakhiran direktori seJap 2 tahun
40
1. Penguatan pelembagaan sekretariat untuk
koordinasi dan sinkronisasi kebijakan dengan
SNI Bangunan Tahan Gempa dan Sekolah Aman
2. Peningkatan parJsipasi anak dan keluarga
dalam merencanakan, melaksanakan, dan
mengelola pengetahuan Satu jam simulasi
evakuasi bencana seJap hari PRB internasional
di sekolah (YES for Safer School) dengan
dukungan K/L dan mitra kerja lainnya
Pemenuhan Hak Pendidikan Anak saat Tanggap Darurat Proceeding Pendampingan Psikososial di Sinabung 3 Panduan
Sekolah Darurat Penilaian Pasca Bencana Pendirian dan Penyelenggaraan Sekolah Darurat Penanganan Psikososial di Sinabung