• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN KOMIK WAYANG GATOTKACA PUTRA PANDAWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANCANGAN KOMIK WAYANG GATOTKACA PUTRA PANDAWA"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR

PERANCANGAN KOMIK WAYANG

GATOTKACA PUTRA PANDAWA

Diajukan Guna Mencapai Gelar Ahli Madya

Diploma III Desain Komunikasi Visual Jurusan Seni Rupa

Oleh :

ANGGA PRASETYAWAN C9507075

PROGRAM STUDI DIPLOMA III DESAIN KOMUNIKASI VISUAL FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

commit to user ii

PERSETUJUAN

Konsep Karya Tugas Akhir dengan Judul

PERANCANGAN KOMIK WAYANG

GATOTKACA PUTRA PANDAWA

Disetujui untuk dipertahankan dihadapan Dewan Penguji

Pembimbing Tugas Akhir I

Jazuli Abdin Munib, S.Sn

Pembimbing Tugas Akhir II

Anugrah Irfan Ismail, S.Sn NIP. 19750516 200212 1 101 NIP. 19830702 200812 1 003

Mengetahui

Koordinator Tugas Akhir

Arif Iman Santoso, S.Sn NIP. 19790327 200501 1 002

(3)

commit to user

PENGESAHAN

Pengantar Karya Tugas Akhir

Telah diterima dan disetujui oleh Panitia Tugas Akhir Pada tanggal, ……

Panitia Penguji

Ketua Sidang Tugas Akhir

Hermansyah Muttaqin, S.Sn. (……….)

NIP. 19711115 200604 1 001 Sekretaris Sidang Tugas Akhir

Esty Wulandari, S.Sos, M.Si (……….)

NIP. 19790327 200501 1002 Pembimbing Tugas Akhir I

Jazuli Abdin Munib, S.Sn (……….)

NIP. 19750516 200212 1 101 Pembimbing Tugas Akhir II

Anugrah Irfan Ismail, S.Sn (……….)

NIP. 19830702 200812 1 003

Mengetahui,

Dekan Ketua Program Fakultas Sastra dan Seni Rupa D3 Desain Komunikasi Visual

Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., Ph.D Drs. Ahmad Adib, M.Hum, Ph.D NIP. 19600328 198601 1 001 NIP. 19581111 198903 1 001

(4)

commit to user iv

MOTTO

(5)

commit to user

PERSEMBAHAN

(6)

commit to user vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta segala karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan baik dan lancar. Adapun Tugas Akhir yang berjudul “PERANCANGAN KOMIK WAYANG GATOTKACA PUTRA

PANDAWA” ini disusun guna meraih gelar Ahli Madya program D3 Desain

Komunikasi Visual. Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pembuatan Tugas Akhir ini tentunya tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan juga motivasi dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka ungkapan rasa terima kasih dan penghargaan yang tinggi pantas penulis sampaikan kepada:

1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret beserta staff.

2. Drs. Ahmad Adib, M.Hum, Ph.D selaku Ketua Program D3 Desain Komunikasi Visual

3. Jazuli Abdin Munib, S.Sn, selaku Pembimbing I, terima kasih atas bimbingannya sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.

4. Anugrah Irfan Ismail, S.Sn selaku Pembimbing II, terima kasih atas bimbingannya sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.

(7)

commit to user

5. Arief Iman Santoso, S.Sn selaku pembimbing Akademik. 6. Hermansyah Muttaqin, S.Sn selaku ketua sidang Tugas Akhir. 7. Esty Wulandari,S.Sos, M.Si selaku sekretaris sidang Tugas Akhir.

8. Laksono dan Joko beserta Staff Tata Usaha Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

9. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu oleh penulis.

Disadari sepenuhnya bahwa karya Tugas Akhir ini jauh dari sempurna, maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembacanya.

Surakarta, Juni 2011

(8)

commit to user viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN MOTTO ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Perancangan ... 3

BAB II IDENTIFIKASI DATA ... 4

A. Data Produk ... 4

B. Target Market dan Target Audience ... 29

(9)

commit to user

BAB III KONSEP PERANCANGAN ... 35

A. Konsep Karya ... 35

B. Konsep Perancangan ... 37

C. Teknik Pelaksanaan ... 93

BAB IV VISUALISASI ... 99

A. Sket Kasar (Thumbnail) ... 99

B. Rekomendasi Desain ... 100 C. Desain Jadi ... 101 BAB V PENUTUP ... 113 A. Kesimpulan... 113 B. Saran ... 114 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(10)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang masalah

Komik merupakan salah satu penyampaian ide-ide kreatif melalui bentuk gambar dan tulisan yang ada di dalamnya. Komik juga merupakan wujud komunikasi, khususnya media cetak yang sudah berkembang sejak dahulu dan diminati masyarakat. Didalam komik terdapat ide-ide kreatif tentang penggambaran karakter tokoh, jalur cerita, lay out dan pengembangan lainnya yang hendak disampaikan kepada pembaca. Gaya visual yang dipakai sangatlah beragam, namun yang sangat mendominasi saat ini adalah gaya visual manga dan gaya visual superhero Amerika.

Komik adalah bacaan umum di Indonesia, dimana komik sudah tidak lagi menjadi konsumsi anak-anak, namun juga dikonsumsi oleh kalangan remaja bahkan orang dewasa. Komik import yang biasanya buatan Jepang lebih digemari daripada komik buatan lokal. Komik Indonesia biasanya bersifat konvensional, walaupun begitu sekarang sudah banyak para komikus Indonesia yang menawarkan ide dan cerita yang lebih bervariasi walaupun masih dikekang cukup erat dan dibatasi oleh pakem “kebudayaan Indonesia” yang masih menganggap komik untuk anak-anak.

Cerita pewayangan adalah salah satu kebudayaan Indonesia yang patut dibanggakan. Wayang adalah suatu warisan budaya yang tak ternilai harganya. Sekarang mulai terasa transparant keberadaannya. Saat ini komik yang mengangkat tema cerita pewayangan sudah cukup banyak jumlahnya, namun

(11)

ironis nya komik dengan tema pewayangan masih belum diminati oleh kaum muda, dibandingkan komik asing, karena dianggap ketinggalan jaman. Dalam pengerjaan karya tugas akhir ini, tokoh pewayangan yang dipilih untuk dikomikkan adalah Gatotkaca dengan judul Gatotkaca Putra Pandawa. Gatotkaca adalah seorang tokoh dalam wiracarita Mahabharata. Di Indonesia, Gatotkaca menjadi tokoh pewayangan yang sangat populer. Dalam pewayangan Jawa, Ia dikisahkan memiliki kekuatan luar biasa, antara lain mampu terbang di angkasa tanpa menggunakan sayap, serta terkenal dengan julukan "otot kawat tulang besi".

Cerita yang mengambil judul komik Gatotkaca sengaja penulis angkat untuk dibuku komikkan, dengan mengambil kisah Gatotkaca dalam cerita wayang Mahabarata yang diceritakan dengan gaya baru dan sedikit dramatisasi sehingga lebih menarik. Penulis mencoba membuat visualisasi gambar yang lebih menarik dan lebih modern dengan setting cerita perpaduan antara masa depan dan masa lampau. Dimaksudkan agar pembaca tidak berasumsi bahwa komik wayang itu kuno dan kurang menarik setelah melihat dari komik yang bertema wayang yang telah ada. Cerita ini diharapkan dapat menarik perhatian para pembaca komik di tanah air, karena masih kurangnya minat masyarakat terhadap komik yang bertema cerita wayang.

Dengan media sederhana komik, yang merupakan salah satu media komunikasi visual, penulis berusaha menjembatani kepedulian kaum muda Indonesia untuk lebih peduli akan budaya tradisional wayang. Selain itu, dalam

(12)

pembuatan karya Tugas Akhir yang berupa komik ini, penulis berkeinginan untuk memperkaya perbendaharaan komik Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana membuat komik dengan karakter Gatotkaca bernuansa baru yang diharapkan dapat diterima masyarakat penggemar komik lokal?

2. Bagaimana merancang media promosi komik Gatotkaca agar dapat menarik minat pembaca terhadap cerita pewayangan?

C. Tujuan Perancangan

1. Membuat komik dengan karakter Gatotkaca bernuansa baru yang diharapkan dapat diterima masyarakat penggemar komik lokal.

2. Merancang media promosi komik Gatotkaca agar dapat menarik minat pembaca terhadap cerita pewayangan.

(13)

commit to user

BAB II

IDENTIFIKASI DATA

A. Data Produk

1. Pengertian Komik

Komik memiliki makna sebagai susunan gambar-gambar yang bercerita dimana teks tertulis diperlakukan sebagai bagian dari gambar, dan bukan sebaliknya. Kesetaraan gambar dan tulisan dalam komik bukanlah pada proporsi, melainkan fungsi dimana tulisan menuliskan yang tidak tergambar dan gambar menggambarkan yang tidak tertulis. Dengan demikian, komik terdiri dari teks tertulis dan teks bergambar. Dalam komik, cerita disusun melalui panel dengan teks tertulis dan teks bergambar yang secara keseluruhan membentuk suatu naratif. Ditinjau dari pengertiannya, komik adalah gambar-gambar serta lambang lain yang terjukstaposisi dengan kata lain berdekatan atau bersebelahan dalam urutan tertentu yang bertujuan untuk menyampaikan informasi dan mancapai tanggapan estetis dari pembacanya (Scott McCloud, 2001: 8-9).

Menurut bahasa Yunani kuno, komik berasal dari kata komikos, bentukan dari kata homos yang artinya bersuka ria atau bercanda. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata komik memiliki definisi sebagai cerita bergambar. Sedangkan buku komik adalah buku cerita bergambar atau lembar kertas yang berjilid, berisi cerita bergambar. Namun saat ini definisi yang lebih populer untuk komik adalah gambar yang bercerita, hal ini disebabkan komik terdiri dari panel gambar yang tersusun secara berdekatan, terstruktur, dan konseptual sehingga membentuk rangkaian gambar bercerita yang berurutan.

(14)

Menurut pakar komik Amerika, Scott McCloud, dalam bukunya Understanding Comics memberikan definisi komik secara kompleks. Dimana komik adalah gambar-gambar dan lambang-lambang yang terjukstaposisi dalam urutan tertentu, bertujuan untuk memberikan informasi atau untuk mencapai tanggapan estetis dari pembaca. Scott McCloud juga menambahkan, bahwa gambar adalah informasi yang universal dan dapat diterima oleh semua kalangan, serta tidak diperlukan pendidikan formal untuk dapat mengerti arti dari sebuah gambar. Pesan gambar tersebut bersifat spontan dan mengacu pada pengalaman visual pribadi. Sedangkan tulisan dipahami sebagai informasi, dan diperlukan waktu serta pengetahuan khusus untuk mengetahui simbol abstrak bahasa tersebut.

Menurut Will Eisner, komik adalah suatu cara bertutur, suatu bentuk naratif, yang menjadi suatu bentuk bacaan. Karena komik merupakan peleburan antara gambar dan kata-kata. Artinya, dalam komik yang disebut gambar dan kata-kata tidak terpisahkan, menjadi suatu keutuhan dalam cara berbahasa. Will Eisner juga mengatakan bahwa komik adalah sequential art atau seni bertutur secara berurutan. Yang disusun urutannya adalah panel yang memuat gambar dan kata-kata, yang telah menjadi sebuah ide cerita. Sebagai suatu permainan antara gambar dan kata-kata, komik dapat berbicara secara verbal dan visual sekaligus yang kemudian menjadi suatu bahasa visual.

Sebagai bahasa, komik mempunyai tata bahasanya sendiri, tempat gagasan diterjemahkan dalam suatu bentuk peraturan. Komik mempunyai perangkat seperti halaman sebagai bidang gambar, panel, gambar manusia dan

(15)

lingkungannya, gambar benda, dan kata yang hurufnya digambar. Ruang dan waktu dalam penggambaran komik itu unik, dan hanya dapat dicapai oleh media komik itu sendiri. Penggunaan perspektif, sudut pandang, panel, balon cerita, dan narasi dimana semuannya mampu mengungkapkan dunia manusia dalam realitas yang dapat dikenali maupun imajinasi yang menyentak kesadaran (Scott McCloud, 2001).

2. Jenis dan Format Komik

Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin maju, hal ini berdampak pada perkembangan teknologi dan kuga mempengaruhi industri komik. Karena semakin berkembangnya jaman, komik terbagi menjadi beberapa jenis dan format yang berbeda-beda, antara lain:

a. Kartun atau Karikatur

Hanya berupa satu tampilan saja, dimana didalamnya bisa terdapat beberapa gambar yang dipadu dengan tulisan- tulisan. Biasanya komik tipe kartun ini berjenis humor, kritikan, dan sindiran politik.

b. Komik Strip

Komik strip adalah penggalan-penggalan gambar yang disusun menjadi sebuah alur cerita pendek. Komik strip biasanya disodorkan dalan tampilan harian atau mingguan disebuah surat kabar, majalah maupun tabloid.

(16)

c. Komik Online atau Webcomic

Komik online adalah komik yang terdapat pada internet. Dengan menyediakan situs web maka para pengunjung atau pembaca dapat menyimak komik. Komik Online bisa dijadikan langkah awal untuk mempublikasikan komik-komik dengan biaya yang relatif lebih murah dibanding media cetak.

d. Storyboard

Biasanya didalam dunia perfilman maupun periklanan, sebelum melangkah dalam pembuatan film akan lebih mudah berkerjanya bila dibuatkan Rangkaian Ilustrasinya terlebih dahulu, biasanya Rangkaian Ilustrasi ini dibuat dalam bentuk gambar, dan sudah tentu rangkaian ilustrasi gambar tersebut disusun menjadi sebuah rangkaian yang bisa disebut komik.

e. Komik Novel Grafis

Biasanya isi ceritanya lebih panjang dan kompleks serta membutuhkan tingkat berpikir yang lebih dewasa untuk pembacanya. Isi buku bisa lebih dari 100 halaman. Bisa juga dalam bentuk seri atau cerita putus.

f. Buku Komik

Alunan gambar-gambar, tulisan dan cerita dikemas dalam bentuk sebuah buku dimana terdapat sampul dan isi. Buku Komik biasanya disebut sebagai komik cerita pendek, yang umumnya berisi 48 halaman atau 64 halaman, dimana didalamnya berisikan isi cerita, iklan, dan lain-lain.

(17)

3. Sejarah Komik Indonesia

Di Indonesia cikal bakal komik banyak dipengaruhi oleh agama Budha, Hindu dan Islam. Indikasi ditemukannya Gua Leang-Leang, Sulawesi Selatan. Temuan ini berupa gambar babi hutan juga candi-candi sekitar abad ke 18 juga didapati gambar-gambar kuno diatas kertas dengan tinta berwarna yang disertai keterangan teks beraksara Arab dalam bahasa Jawa yang dipakai dalam penyebaran agama Islam.

Di Bali komik di buat di atas daun lontar yang bercerita tentang Ramayana dalam aksara Bali berbahasa Jawa kuno. Di candi Borobudur dan Prambanan terdapat relief yang menceritakan kehidupan spiritual dan kebudayaan pada abad pertengahan, juga kita kenal dalam cerita wayang beber dan wayang kulit yang menjadi kesenian masyarakat Jawa menjadi referensi timbulnya komik di Indonesia.

Sejarah perkembangan komik di Indonesia mengalami pasang surut. Cerita bergambar atau komik pertama kali terbit di Indonesia sejalan dengan munculnya media masa berbahasa Melayu Cina di masa pendudukan Belanda. Cergam Put On karya Kho Wan Gie tahun 1930 diharian Sin Po menceritakan sosok gendut bermata sipit yang melindungi rakyat kecil bercerita Indonesia sebagai tanah kelahirannya. Komik karangannya sangat populer pada masa itu.

Cerita bergambar yang bercorak realistis baru dimulai oleh Nasoen As sejak tahun 1939. Bonnef menempatkan awal perang dunia satu sebagai masa awal pertumbuhan komik Indonesia. Komik pertama dalam kasanah sastra

(18)

Indonesia adalah Mencari Putri Hijau karya Nasroen As yang dimuat dalam harian Ratoe Timoer.

Pada masa pendudukan Jepang tahun 1942 muncul cerita Legenda Roro Mendut gambaran B. Margono, di harian Sinar Matahari Jogjakarta. Setelah Indonesia merdeka, harian Kedaulatan Rakyat memuat komik Pangeran Diponegoro dan Joko Tingkir pada tahun 1948. Cerita yang bertemakan petualangan dan kisah-kisah kepahlawanan yang diangkat dari cerita rakyat sehubungan dengan situasi politik pada masa itu. Buku komik jenis ini banyak bermunculan pada tahun 1952, sebagai contoh Sri Asih dan Sri Dewi tahun 1952 karya R.A Kosasih, Tanglima Najan karya Tino Sidin dan sebagainya.

Pada era 1950 sampai pertengahan 1960 komik Indonesia pernah mengalami suatu masa yang diyakini sebagai masa klasik pada jaman modern, yaitu bentuk komik yang dikenal saat ini. Pada masa itu komik Indonesia berkembang dan menemukan identitas estetik yang merupakan gesekan antara pengaruh budaya barat dengan budaya lokal. Ini adalah sebuah periode keemasan dimana komik Indonesia menjadi tuan rumah di negerinya sendiri. Pada tahun 1954 dan 1955, komik wayang terbitan pertama muncul, dengan Lahirnya Gatotkatja terbitan Keng Po, Raden Palasara karya Johnlo dan seri panjang Mahabharata karya R.A Kosasih.

Masa keemasan dan kebangkitan kedua komik Indonesia pada tahun 1980 ditandai dengan banyaknya ragam dan judul komik yang diterbitkan pada masa itu. Ragam komik yang disukai pada periode ini, yakni komik roman remaja yang bertemakan kehidupan kota. Beberapa komikus yang dominan adalah Budijanto,

(19)

Zaldy, Sim dan Mintaraga. Karya Jan Mintaraga yang cukup populer adalah Sebuah Noda Hitam. Komik silat adalah komik yang bertemakan petualangan pendekar ahli silat. Ganes TH spesialis dalam jenis komik ini, karya-karyanya antara lain Si Buta dari Gua Hantu, Siluman Serigala Putih, Tuan Tanah Kedaung dan Si Djampang. Selain tiu juga ada Panji tengkorak karya Hans Jaladara, Godam karya Wid NS dan Gundala karya Hasmi.

Menjelang tahun 1980 sampai 1994 mulai jarang ditemukan komik baru karya anak bangsa. Hal ini disebabkan komik terjemahan dari Eropa, Amerika dan Jepang semakin gencar menyerbu Indonesia. Komik Indonesia kalah dalam bersaing dengan komik terjemahan luar negeri, hal ini dikarenakan komikus lokal saat itu tidak siap bersaing dengan komikus luar. Dari segi perkembangan tema dan seni grafis, komik luar jauh lebih unggul dengan lay out halaman yang inovatif. Selain itu tema-tema komik luar negeri sangatlah luas dan beraneka ragam. Kelemahan itulah yang membuat komik Indonesia secara perlahan mulai kurang mendapat perhatian generasi muda Indonesia yang menyukai hal-hal yang bersifat kreatif dan inovasi baru yang dinamis.

Meskipun komik Indonesia mengalami masa-masa sulitnya, namun komik Indonesia masih bertahan dalam media massa seperti koran dan majalah yang mempunyai rubrik khusus komik, seperti Kompas Minggu, Suara Pembaharuan, majalah humor dan Harian Pos Kota. Sehingga pada akhir tahun 1980 muncullah komik strip Panji Koming dan Sawung Kampret yang terkenal, buah karya dari Dwi Koendoro.

(20)

Pada tahun 1995 sampai sekarang, dunia komik Indonesia mulai bangkit kembali secara perlahan, dengan mulai munculnya para komikus yang menerbitkan karyanya melalui penerbit komik besar seperti Elex media Komputindo, Gramedia Majalah, M&C dan Mizan yang umumnya mempunyai jaringan manajemen dan distribusi yang kuat dan profesional.

4. Wayang

Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun sebelum Masehi. Masyarakat Indonesia memeluk kepercayaan animisme berupa pemujaan roh nenek moyang yang disebut hyang atau dahyang, yang diwujudkan dalam bentuk arca atau gambar. Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Pulau Jawa dan Bali.

Kata wayang diduga berasal dari kata “wewayangan” yang artinya bayangan. Dugaan ini sesuai dengan kenyataan pada pagelaran wayang kulit yang menggunakan kelir, secarik kain, sebagai pembatas dalang yang memainkan wayang, dan penonton di balik kelir itu. Penonton hanya menyaksikan gerakan-gerakan wayang melalui bayangan yang jatuh pada kelir ( Ensiklopedia wayang Indonesia 1408 ).

Hazeu (1979) berpendapat bahwa asal-muasal wayang berasal dari Jawa asli, bukanlah meniru atau mencontoh dari Hindu, dengan lima argumen, yaitu : (a) nama-nama peralatan wayang semua adalah kata asli jawa, (b) wayang itu telah ada semenjak sebelum bangsa Hindu datang ke Jawa, (c) struktur lakon

(21)

rendah suara, bahasa, dan ekspresi-ekspresinya) juga mengikuti tradisi yang amat tua, dan (e) desain teknis, gaya susunan lakon-lakon juga bersifat atau berkhas Jawa.

Ada versi wayang yang dimainkan oleh orang dengan memakai kostum, yang dikenal sebagai wayang orang, dan ada pula wayang yang berupa sekumpulan boneka yang dimainkan oleh dalang. Wayang yang dimainkan dalang ini diantaranya berupa wayang kulit atau wayang golek. Cerita yang dikisahkan dalam pagelaran wayang biasanya berasal dari Mahabarata dan Ramayana. Pertunjukan wayang di setiap negara memiliki teknik dan gayanya sendiri, dengan demikian wayang Indonesia merupakan buatan orang Indonesia asli yang memiliki cerita, gaya dan dalang yang luar biasa.

Wayang, oleh para pendahulu negeri ini sangat mengandung arti yang sangat dalam. Sunan Kali Jaga dan Raden Patah sangat berjasa dalam mengembangkan Wayang. Para Wali di Tanah Jawa sudah mengatur sedemikian rupa menjadi tiga bagian. Pertama Wayang Kulit di Jawa Timur, kedua Wayang Wong atau Wayang Orang di Jawa Tengah, dan ketiga Wayang Golek di Jawa Barat. Masing masing sangat bekaitan satu sama lain. Yaitu "Mana yang Isi (Wayang Wong) dan Mana yang Kulit (Wayang Kulit) harus dicari (Wayang Golek)".

Masuknya agama Islam ke Indonesia pada abad ke-13 memberi pengaruh pada perkembangan wayang di Indonesia, terutama pada falsafah wayang yang semakin diperkaya dengan hadirnya falsafah-falsafah baru. Sejak jaman Mataram

(22)

dari aslinya. Sejak jaman itulah masyarakat penggemar wayang mengenal silsilah tokoh wayang, termasuk tokoh dewanya, yang berasal dari Nabi Adam. Silsilah ini terus berlanjut hingga sampai pada raja-raja di Pulau Jawa.

Jenis-jenis wayang yang ada di Indonesia ada puluhan jumlahnya, namun yang terpenting diantaranya adalah:

a. Wayang Beber

Wayang Beber berupa selembar kertas atau kain berukuran sekitar 80 cm x 12 meter yang digambar dengan beberapa adegan lakon wayang tertentu. Satu gulung wayang beber biasanya terdiri atas 16 adegan. Pada saat pagelaran, bagian gambar yang menampilkan adegan lakon itu dibuka dari gulungannya dan sang dalang menceritakan kisah yang terlukis dalam setiap adegan itu. Wayang Beber pada umumnya menceritakan lakon-lakon yang diambil dari kisah Panji.

b. Wayang Gedog

Wayang Gedog diciptakan pada tahun 1583, pada jaman pemerintahan Sultan Hadiwijaya di Kasultanan Pajang. Wayang ini amat mirip dengan wayang kulit Purwa, tetapi mengambil lakon dari cerita-cerita Panji. Tokoh-tokoh cerita-ceritanya antara lain, adalah Prabu Bromosekti, Probo Kelono, Madukusumo, Ronggolawe, dan Raden Gunungsari.

(23)

c. Wayang Golek Sunda

Menggunakan wayang berbentuk boneka-boneka kecil, dengan semacam cempurit (kerangka penguat yang membuat wayang kaku) untuk pegangan wayang Ki Dalang. Sama dengan wayang kulit purwa, wayang golek sunda pun menggunakan induk cerita dari serial Ramayana dan Mahabarata. Wayang golek sunda tidak menggunakan kelir sehingga penonton dapat langsung melihat tokoh wayang yang diperagakan Ki Dalang. Jenis wayang ini tersebar hampir di seluruh Jawa Barat.

d. Wayang Golek Menak

Disebut juga Wayang Tengul dengan peraga berbentuk boneka kecil. Wayang ini diciptakan oleh Ki Trunodipuro, seorang dalang dari Baturetno, Surakarta, pada jaman pemerintahan Mangkunegara VII. Induk ceritanya bukan kitab Ramayana dan Mahabarata, melainkan kitab Menak. Latar belakang cerita Menak adalah negeri Arab pada masa perjuangan Nabi Muhammad menyebarkan agama Islam.

e. Wayang Klitik

Terbuat dari kayu pipih yang dibentuk dan disungging menyerupai wayang kulit purwa. Hanya bagian tangan peraga wayang itu bukan dari kayu pipih melainkan terbuat dari kulit, agar lebih awet dan ringan menggerakkannya. Wayang ini diciptakan pada tahun 1648. Pementasan Wayang klitik diiringi oleh gamelan dan pesinden tetapi tanpa

(24)

commit to user f. Wayang Krucil

Sering dianggap sama dengan wayang Klitik. Anggapan ini disebabkan karena wayang krucil juga terbuat dari kayu pipih. Yang berbeda benar adalah induk cerita yang diambil untuk lakon-lakonnya. Wayang Krucil mengambil lakon dari cerita Panji, bukan dari Ramayana atau Mahabarata.

g. Wayang Kulit Purwa

Merupakan jenis wayang yang paling populer di masyarakat sampai saat ini. Wayang Kulit Purwa mengambil cerita dari kisah Mahabarata dan Ramayana. Peraga wayang yang dimainkan oleh seorang dalang terbuat dari lembaran kulit kerbau (atau sapi) yang dipahat menurut bentuk tokoh wayang yang kemudian disungging dengan warna-warni yang mencerminkan perlambang karakter dari sang tokoh. Agar lembaran wayang itu tidak lemas, digunakan „kerangka penguat‟ dari tanduk kerbau, yang disebut cempurit.

h. Wayang Orang

Wayang Orang atau wayang Wong adalah seni drama tari yang mengambil cerita Ramayana dan Mahabarata sebagai induk ceritanya. Dari segi cerita, wayang orang adalah perwujudan drama tari dari wayang kulit Purwa. Pada mulanya, semua penari wayang orang adalah penari pria seperti pada pertunjukan Ludruk di Jawa Timur. Dalam berbagai buku mengenai budaya wayang disebutkan bahwa Wayang Orang diciptakan

(25)

pemainnya terdiri atas abdi dalem kraton. Untuk pertama kalinya Wayang Orang dipentaskan pada tahun 1760.

i. Wayang Suluh

Termasuk wayang modern yang tercipta pada jaman kemerdekaan. Wayang ini diciptakan sebagai media penerangan mengenai sejarah perjuangan bangsa. Karena itu, diantara tokoh wayangnya antara lain terdapat Bung Karno, Bung Hatta, Bung Tomo, Sjahrir dan Jendral Sudirman.

j. Wayang Wahyu

Mempunyai bentuk peraga wayang terbuat dari kulit, tapi corak tatahan dan sunggingannya mengarah naturalistik. Wayang ini mengambil lakon dari cerita Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru dan dipergelarkan oleh orang-orang Katolik dengan pengantar bahasa Jawa. Lakonnya antara lain adalah Samson dan Delilah, serta Daud dan Goliath. Pergelaran wayang Wahyu hampir serupa dengan wayang kulit Purwa.

k. Wayang Kancil

Termasuk kategori wayang modern yang diciptakan tahun 1925 oleh seorang keturunan Cina bernama Bo Liem. Wayang yang juga terbuat dari kulit ini menggunakan tokoh peraga binatang yang dibuat dan disungging oleh Lie To Hien. Cerita untuk lakon-lakonnya diambil dari kitab Serat Kancil Kridomartono karangan Raden Panji Notoroto.

(26)

l. Wayang Potehi

Sebenarnya adalah teater boneka Cina dan bukan wayang. Pertunjukan boneka ini dulu biasa dipergelarkan di kota-kota besar di Indonesia, di dalam Klenteng atau pasar malam. Kisah-kisah Cina yang dipergelarkan antara lain Sie Jin Kui, Sun Go Kong, Sam Pek Eng Tay. Pertunjukan ini diiringi oleh alat-alat musik Cina.

m. Wayang Kedek

Adalah nama wayang kelantan, Malaysia. Menurut J. Cuisinier wayang Kelantan berasal dari Jawa dengan alasan bahwa repertoarnya dari Mahabarata versi Jawa dan siklus Panji. Menurut Van Stein Callenfels bahwa wayang Kelantan berasal dari Jawa, lalu dibawa ke Thiland dan Kamboja. Wayang kulit Tailand dibawa ke Klantan sehingga keduannya memiliki bentuk wayang yang serupa.

5. Gatotkaca

Gatotkaca adalah seorang tokoh dalam wiracarita Mahabharata yang dikenal sebagai putra Bimasena atau Wrekodara dari keluarga Pandawa. Ibunya yang bernama Harimbi berasal dari bangsa rakshasa, sehingga ia pun dikisahkan memiliki kekuatan luar biasa. Dalam perang besar di Kurukshetra ia banyak menewaskan sekutu Korawa sebelum akhirnya gugur di tangan Karna. Di Indonesia, Gatotkaca menjadi tokoh pewayangan yang sangat populer. Misalnya dalam pewayangan Jawa ia dikenal dengan ejaan Gatotkaca (bahasa Jawa:

(27)

Gathutkaca). Kesaktiannya dikisahkan luar biasa, antara lain mampu terbang di angkasa tanpa menggunakan sayap, serta terkenal dengan julukan "otot kawat tulang besi".

Ilustrasi Wayang Gatotkaca

(28)

Gatotkaca Dalam Bentuk Wayang Golek

Gatotkaca Dalam Lakon Wayang Orang

a. Asal-Usul dan Arti Nama Gatotkaca

Menurut versi Mahabharata, Gatotkaca adalah putra Bimasena dari keluaga Pandawa yang lahir dari seorang rakshasa perempuan bernama Hidimbi. Hidimbi sendiri merupakan raksasi penguasa sebuah hutan bersama kakaknya yang bernama Hidimba. Dalam pewayangan Jawa, ibu Gatotkaca lebih terkenal dengan sebutan Arimbi. Menurut versi

(29)

ini, Arimbi bukan sekadar penghuni hutan biasa, melainkan putri dari Kerajaan Pringgadani, negeri bangsa rakshasa.

Dalam bahasa Sanskerta, nama Ghatotkacha secara harfiah bermakna "memiliki kepala seperti kendi". Nama ini terdiri dari dua kata, yaitu ghaṭ(tt)am yang berarti "buli-buli" atau "kendi", dan utkacha yang berarti "kepala". Nama ini diberikan kepadanya karena sewaktu lahir kepalanya konon mirip dengan buli-buli atau kendi.

b. Kelahiran Gatotkaca

Kisah kelahiran Gatotkaca dikisahkan secara tersendiri dalam pewayangan Jawa. Namanya sewaktu masih bayi adalah Jabang Tetuka. Sampai usia satu tahun tali pusarnya belum bisa dipotong walau menggunakan senjata apa pun. Arjuna (adik Bimasena) pergi bertapa untuk mendapatkan petunjuk dewa demi menolong nasib keponakannya itu. Namun pada saat yang sama Karna, panglima Kerajaan Hastina juga sedang bertapa mencari senjata pusaka.

Karena wajah keduanya mirip, Batara Narada selaku utusan kahyangan memberikan senjata Kontawijaya kepada Karna, bukan kepada Arjuna. Setelah menyadari kesalahannya, Narada pun menemui Arjuna yang sebenarnya. Arjuna lalu mengejar Karna untuk merebut senjata Konta.

(30)

pembungkus pusaka tersebut. Namun sarung pusaka Konta terbuat dari Kayu Mastaba yang ternyata bisa digunakan untuk memotong tali pusar Tetuka.

Akan tetapi keajaiban terjadi. Kayu Mastaba musnah dan bersatu dalam perut Tetuka. Kresna yang ikut serta menyaksikannya berpendapat bahwa pengaruh kayu Mastaba akan menambah kekuatan bayi Tetuka. Namun ia juga meramalkan bahwa kelak Tetuka akan tewas di tangan pemilik senjata Konta.

c. Gatotkaca Menjadi Jago Dewa

Versi pewayangan Jawa melanjutkan, Tetuka kemudian dipinjam Narada untuk dibawa ke kahyangan yang saat itu sedang diserang musuh bernama Patih Sekipu dari Kerajaan Trabelasuket. Ia diutus rajanya yang bernama Kalapracona untuk melamar bidadari bernama Batari Supraba. Bayi Tetuka dihadapkan sebagai lawan Sekipu. Anehnya, semakin dihajar bukannya mati, Tetuka justru semakin kuat.

Karena malu, Sekipu mengembalikan Tetuka kepada Narada untuk dibesarkan saat itu juga. Narada kemudian menceburkan tubuh Tetuka ke dalam kawah Candradimuka, di Gunung Jamurdipa. Para dewa kemudian melemparkan berbagai jenis senjata pusaka ke dalam kawah. Beberapa saat kemudian, Tetuka muncul ke permukaan sebagai seorang laki-laki dewasa. Segala jenis pusaka para dewa telah melebur dan bersatu ke dalam dirinya.

(31)

Dengan kehendak dewa, bayi Gatotkaca itu dimasak sebagai bubur dan diisi segala kesaktian, karena itu Gatotkaca berurat kawat, bertulang besi, berdarah gala-gala dan dapat terbang diawan serta duduk diatas awan yang melintang. Kecepatan Gatotkaca pada saat terbang diawan seperti kilat, liar bagaikan halilintar (Hardjowirogo, 1952).

Tetuka kemudian bertarung melawan Sekipu dan berhasil membunuhnya menggunakan gigitan taringnya. Kresna dan para Pandawa saat itu datang menyusul ke kahyangan. Kresna kemudian memotong taring Tetuka dan menyuruhnya berhenti menggunakan sifat-sifat kaum raksasa.

Batara Guru raja kahyangan menghadiahkan seperangkat pakaian pusaka, yaitu Caping Basunanda, Kotang Antrakusuma, dan Terompah Padakacarma untuk dipakai Tetuka, yang sejak saat itu diganti namanya menjadi Gatotkaca. Dengan mengenakan pakaian pusaka tersebut, Gatotkaca mampu terbang secepat kilat menuju Kerajaan Trabelasuket dan membunuh Kalapracona.

d. Perkawinan Gatotkaca

Dalam versi Mahabharata, Gatotkaca menikah dengan seorang wanita bernama Ahilawati. Dari perkawinan ini lahir seorang putra bernama Barbarika. Baik Gatotkaca dan Barbarika sama-sama gugur dalam perang besar di Kurukshetra, namun dipihak yang berbeda.

(32)

Dalam versi pewayangan Jawa, Gatotkaca menikah dengan sepupunya, yaitu Pregiwa putri Arjuna. Ia berhasil menikahi Pregiwa setelah melalui perjuangan berat, yaitu menyingkirkan saingannya, bernama Laksmana Mandrakumara putra Duryudana dari keluarga Korawa.

Dari perkawinan Gatotkaca dengan Pregiwa lahir seorang putra bernama Sasikirana. Ia menjadi panglima perang Kerajaan Hastina pada masa pemerintahan Parikesit, putra Abimanyu atau cucu Arjuna.

Versi lain mengisahkan, Gatotkaca memiliki dua orang istri lagi selain Pregiwa, yaitu Suryawati dan Sumpaniwati. Dari keduanya masing-masing lahir Suryakaca dan Jayasumpena.

e. Gatotkaca Menjadi Raja Pringgadani

Gatotkaca versi Jawa adalah manusia setengah raksasa, namun bukan raksasa hutan. Ibunya adalah Arimbi putri Prabu Tremboko dari Kerajaan Pringgadani. Tremboko tewas di tangan Pandu ayah para Pandawa akibat adu domba yang dilancarkan Sangkuni. Ia kemudian digantikan oleh anak sulungnya yang bernama Arimba.

Arimba sendiri akhirnya tewas di tangan Bimasena pada saat para Pandawa membangun Kerajaan Amarta. Takhta Pringgadani kemudian dipegang oleh Arimbi yang telah diperistri Bima. Rencananya takhta kelak akan diserahkan kepada putra mereka setelah dewasa.

(33)

Arimbi memiliki lima orang adik bernama Brajadenta, Brajamusti, Brajalamadan, Brajawikalpa, dan Kalabendana. Brajadenta diangkat sebagai patih dan diberi tempat tinggal di Kasatrian Glagahtinunu. Sangkuni dari Kerajaan Hastina datang menghasut Brajadenta bahwa takhta Pringgadani seharusnya menjadi miliknya bukan milik Gatotkaca.

Akibat hasutan tersebut, Brajadenta pun memberontak hendak merebut takhta dari tangan Gatotkaca yang baru saja dilantik sebagai raja. Brajamusti yang memihak Gatotkaca bertarung menghadapi kakaknya itu. Kedua raksasa kembar tersebut pun tewas bersama. Roh keduanya kemudian menyusup masing-masing ke dalam telapak tangan Gatotkaca kiri dan kanan, sehingga manambah kesaktian keponakan mereka tersebut. Setelah peristiwa itu Gatotkaca mengangkat Brajalamadan sebagai patih baru, bergelar Patih Prabakiswa.

f. Kematian Gatotkaca Versi Mahabharata

Kematian Gatotkaca terdapat dalam buku ketujuh Mahabharata yang berjudul Dronaparwa, pada bagian Ghattotkacabadhaparwa. Ia dikisahkan gugur dalam perang di Kurukshetra atau Baratayuda pada malam hari ke-14. Perang besar tersebut adalah perang saudara antara keluarga Pandawa melawan Korawa, di mana Gatotkaca tentu saja berada di pihak Pandawa.

(34)

Versi Mahabharata mengisahkan, Gatotkaca sebagai seorang raksasa memiliki kekuatan luar biasa terutama pada malam hari. Setelah kematian Jayadrata di tangan Arjuna, pertempuran seharusnya dihentikan untuk sementara karena senja telah tiba. Namun Gatotkaca menghadang pasukan Korawa kembali ke perkemahan mereka.

Pertempuran pun berlanjut. Semakin malam kesaktian Gatotkaca semakin meningkat. Prajurit Korawa semakin berkurang jumlahnya karena banyak yang mati di tangannya. Seorang sekutu Korawa dari bangsa

rakshasa bernama Alambusa maju menghadapinya. Gatotkaca

menghajarnya dengan kejam karena Alambusa telah membunuh sepupunya, yaitu Irawan putra Arjuna pada pertempuran hari kedelapan. Tubuh Alambusa ditangkap dan dibawa terbang tinggi, kemudian dibanting ke tanah sampai hancur berantakan.

Duryodana pemimpin Korawa merasa ngeri melihat keganasan Gatotkaca. Ia memaksa Karna menggunakan senjata pusaka pemberian Dewa Indra yang bernama Shakti untuk membunuh rakshasa itu. Semula Karna menolak karena pusaka tersebut hanya bisa digunakan sekali saja dan akan dipergunakannya untuk membunuh Arjuna. Namun karena terus didesak, Karna terpaksa melemparkan pusakanya menembus dada Gatotkaca.

Para Pandawa, terutama Bimasena terkejut menyaksikan kekalahan Gatotkaca. Bimasena berteriak menyuruh Gatotkaca memperbesar tubuhnya, sebagaimana ilmu yang dimiliki kaum raksasa.

(35)

Dalam keadaan sekarat, Gatotkaca melaksanakan perintah ayahnya. Tubuhnya membesar sampai ukuran maksimal dan kemudian roboh menimpa ribuan prajurit Korawa.

Pandawa sangat terpukul dengan gugurnya Gatotkaca. Dalam barisan Pandawa hanya Kresna yang tersenyum melihat kematian Gatotkaca. Ia gembira karena Karna telah kehilangan pusaka andalannya sehingga nyawa Arjuna dapat dikatakan relatif aman.

g. Kematian Gatotkaca Versi jawa

Perang di Kurukshetra dalam pewayangan Jawa biasa disebut dengan nama Baratayuda. Kisahnya diadaptasi dan dikembangkan dari naskah Kakawin Bharatayuddha yang ditulis tahun 1157 pada zaman Kerajaan Kadiri.

Versi pewayangan mengisahkan, Gatotkaca sangat akrab dengan sepupunya yang bernama Abimanyu putra Arjuna. Suatu hari Abimanyu menikah dengan Utari putri Kerajaan Wirata, di mana ia mengaku masih perjaka. Padahal saat itu Abimanyu telah menikah dengan Sitisundari putri Kresna. Sitisundari yang dititipkan di istana Gatotkaca mendengar suaminya telah menikah lagi. Paman Gatotkaca yang bernama Kalabendana datang menemui Abimanyu untuk mengajaknya pulang. Kalabendana adalah adik bungsu Arimbi yang berwujud raksasa bulat kerdil tapi berhati polos dan mulia. Hal itu membuat Utari merasa

(36)

cemburu. Abimanyu terpaksa bersumpah jika benar dirinya telah beristri selain Utari, maka kelak ia akan mati dikeroyok musuh.

Kalabendana kemudian menemui Gatotkaca untuk melaporkan sikap Abimanyu. Namun Gatotkaca justru memarahi Kalabendana yang dianggapnya lancang mencampuri urusan rumah tangga sepupunya itu. Karena terlalu emosi, Gatotkaca sampai memukul kepala Kalabendana. Mekipun perbuatan tersebut dilakukan tanpa sengaja, namun pamannya itu tewas seketika.

Sosok Gatotkaca (kiri) dan Abimanyu (sedang memanah) dalam sebuah lukisan tradisional dari Maharashtra, dibuat sekitar abad ke-19.

Ketika perang Baratayuda meletus, Abimanyu benar-benar tewas dikeroyok para Korawa pada hari ke-13. Esoknya pada hari ke-14 Arjuna berhasil membalas kematian putranya itu dengan cara memenggal kepala Jayadrata. Duryudana sangat sedih atas kematian Jayadrata, adik iparnya tersebut. Ia memaksa Karna menyerang perkemahan Pandawa malam itu

(37)

juga. Karna pun terpaksa berangkat meskipun hal itu melanggar peraturan perang.

Mendengar para Korawa melancarkan serangan malam, pihak Pandawa pun mengirim Gatotkaca untuk menghadang. Gatotkaca sengaja dipilih kaarena Kotang Antrakusuma yang ia pakai mampu memancarkan cahaya terang benderang. Pertempuran malam itu berlangsung mengerikan. Gatotkaca berhasil menewaskan sekutu Korawa yang bernama Lembusa. Namun ia sendiri kehilangan kedua pamannya, yaitu Brajalamadan dan Brajawikalpa yang tewas bersama musuh-musuh mereka, bernama Lembusura dan Lembusana.

Gatotkaca akhirnya berhadapan dengan Karna, pemilik senjata Kontawijaya. Ia pun menciptakan kembaran dirinya sebanyak seribu orang sehingga membuat Karna merasa kebingungan. Atas petunjuk ayahnya, yaitu Batara Surya, Karna berhasil menemukan Gatotkaca yang asli. Ia pun melepaskan senjata Konta ke arah Gatotkaca.

Gatotkaca mencoba menghindar dengan cara terbang setinggi-tingginya. Namun arwah Kalabendana tiba-tiba muncul menangkap Kontawijaya sambil menyampaikan berita dari kahyangan bahwa ajal Gatotkaca telah ditetapkan malam itu.

Gatotkaca pasrah terhadap keputusan dewata. Namun ia berpesan supaya mayatnya masih bisa digunakan untuk membunuh musuh. Kalabendana setuju. Ia kemudian menusuk pusar Gatotkaca menggunakan

(38)

commit to user

senjata Konta. Pusaka itu pun musnah bersatu dengan sarungnya, yaitu kayu Mastaba yang masih tersimpan di dalam perut Gatotkaca.

Gatotkaca telah tewas seketika. Arwah Kalabendana kemudian melemparkan mayatnya ke arah Karna. Karna berhasil melompat sehingga lolos dari maut. Namun keretanya hancur berkeping-keping tertimpa tubuh Gatotkaca yang meluncur kencang dari angkasa. Akibatnya, pecahan kereta tersebut melesat ke segala arah dan menewaskan para prajurit Korawa yang berada di sekitarnya. Tidak terhitung banyaknya berapa jumlah mereka yang mati.

B. Target Market dan Target Audience

Komik di Indonesia saat ini sangat digemari oleh semua kalangan sebagai media hiburan dan edukasi, mulai dari anak-anak sampai dewasa, baik laki-laki maupun perempuan. Dalam perancangan ini, sasaran utama pasar komik yang ada adalah remaja Indonesia. Dimana remaja Indonesia memiliki peranan penting dalam perkembangan buku komik lokal di pangsa pasar. Agar dapat menentukan sasaran dengan tepat, terlebih dahulu menentukan klasifikasi dari masyarakat. Klasifikasi dari masyarakat yang menjadi target market sekaligus target audience komik di Indonesia antara lain dibedakan menjadi :

1. Primer

a. Demografis

(39)

3) Pendidikan : SMP – SMA

b. Geografis : Tersebar di wilayah pulau Jawa terutama di Surakarta dan Yogyakarta

c. Psikografis : Penggemar komik lokal 2. Sekunder

a. Demografis

1) Jenis Kelamin : Pria dan wanita

2) Golongan Usia : 8 th – 12 th dan 19 th – 25 th

3) Pendidikan : SD dan Perguruan Tinggi - Pegawai

b. Geografis : Tersebar di wilayah pulau Jawa terutama di Surakarta dan Yogyakarta

c. Psikografis : Masyarakat yang memiliki minat tinggi dalam membaca komik, dan menyukai hal-hal baru yang unik.

C. Komparasi

Komparasi adalah produk pembanding dari perancangan komik yang akan dibuat, yang memiliki kesamaan, baik secara visual maupun penyajian serta tema isinya. Adapun komparasi komik buku yang menjadi acuan dan kajian dalam perancangan komik ini, yaitu yang mempunyai kesamaan dalam hal tema.

1. Garudayana

(40)

c. Format Komik : Komik Buku d. Ukuran Komik : 112 x 176 mm

e. Gaya Gambar : Manga (gaya komik Jepang) f. Visualisasi : - Cover dan back cover full color

- Halaman isi hitam putih g. Pengarang Cerita : Is Yuniarto

h. Penerbit : m&c!

(41)

Garudayana bercerita tentang petualangan Kinara seorang pemburu harta karun. Pada suatu hari di lembah para Batara, ia menemukan sebuah telur, yang merupakan telur garuda terakhir. Namun, ternyata telur itu adalah milik Shura yang menyimpannya selama 100 tahun untuk dimakan. Kemudian, petualangan Kinara bersama Garuda kecil pun dimulai. Tentunya tidak akan mudah, sebab banyak ksatria maupun raksasa yang mengincar sang Garuda.

Meskipun semua tokohnya kecuali Kinara adalah tokoh-tokoh perwayangan, tapi ceritanya sangat orisinil Dan tidak seperti kebanyakan karya dalam negri yang artworknya berantakan, karya ini memiliki artwork cukup bagus yang memiliki ciri khusus yaitu batik. Komik ini sudah memperhatikan banyak hal yang selama ini luput dari perhatian komikus lokal kita umumnya seperti membangun momentum cerita, perspektif, proporsi, komposisi, pembahasaan gambar dan garis, pencahayaan dan sebagainya. Begitu pula utk art dan setting -karakterisasi yg berbasis budaya Indonesia disampaikan dengan sangat menarik

Kelemahan komik ini adalah penyajian visualnya yang mengikuti gaya manga, namun walaupun begitu ditutup dengan setting serta desain karakter yang menarik, serta tidak meninggalkan ciri khusus budaya Indonesia, yaitu batik.

2. Mahabharata

a. Judul Komik : Mahabharata b. Tema Komik : Wayang – Laga c. Format Komik : Komik buku

(42)

e. Gaya Gambar : Gaya gambar komik klasik f. Visualisasi : - Cover dan back cover full color

- Halaman isi hitam putih g. Pengarang Cerita : R. A. Kosasih

h. Penerbit : PT Elex Media Komputindo

(43)

Komik karangan R. A. Kosasih ini menceritakan kisah dari wayang – wayang Mahabharata. Komik ini mengisahkan kehidupan pandawa dan kurawa dari kelahirannnya hingga dewasa, dan masing-masing diceritakan secara tersendiri.

Komik ini merupakan cetakan kedua dari terbitan yang pertama pada tahun 1950an. Desain cover dan penulisan ejaan bahasa disesuaikan dengan tata bahasa yang baru. Dimana pada cetakan pertama ejaan bahasanya menggunakan yang lama.

Dalam buku ini banyak mengajarkan nilai-nilai baik dan buruk secara hitam-putih. Unsur seperti laga dan drama dipadukan dengan cukup menarik. Mungkin buku ini ditujukan untuk pembaca dari segala usia, yang waktu itu memang disukai pula oleh anak-anak. Selain itu ada nilai-nilai manusiawi yang terkandung di dalamnya, bukan hanya nilai-nilai yang terkesan untuk manusia setengah dewa.

Kelemahan komik ini adalah tata bahasa dialognya yang masih terlihat kaku. Selain itu juga visualisasi dan desain karakter terlihat jadul, mungkin dikarenakan pengaruh gaya komik barat klasik pada saat itu.

(44)

commit to user

35

BAB III

KONSEP PERANCANGAN

A. Konsep Karya

Membaca komik tidak seperti saat membaca buku-buku teori berat, membaca komik bisa dikatakan sebagai sesuatu yang santai. Sebuah komik pasti dirancang sebisa mungkin agar dapat dinikmati dan dipahami tanpa beban mental, walaupun diolah serumit apapun bentuknya. Komik seperti halnya sebuah film, memiliki genre dan tingkatan bacaan untuk siapa komik tersebut diperuntukan.

Penulis merancang komik buku Gatotkaca Putra Pandawa dengan sasaran pembacanya adalah remaja, dimana dunia remaja penuh dengan sesuatu yang dinamis, unik dan terkadang rumit. Penulis berusaha menyatukan aspek-aspek tersebut kedalam sebuah komik dengan alur cerita yang cerdas, karakter yang variatif serta dialog dan narasi yang disesuaikan dengan bahasa yang mudah dipahami dan akrab ditelinga remaja.

Rancangan Karya Tugas Akhir ini terdiri dari buku komik beserta media promosinya. Gagasan visual komik Gatotkaca Putra Pandawa yang akan menjadi prioritas utama adalah perancangan seluruh materi dengan mengutamakan desain karakter, visualisasi dan ide cerita yang diangkat dari kisah pewayangan Gatotkaca. Walaupun dari segi cerita maupun penokohan nantinya akan sedikit berbeda. Namun penulis berusaha agar tetap menampilkan unsur kebudayaan Indonesia kedalam komik ini sehingga tercipta suatu bentuk komik lokal dalam kemasan cerita yang berbeda yang diharapkan bisa diterima para penikmat komik

(45)

di Indonesia yang sudah terbiasa membaca komik buku terjemahan buatan luar Indonesia.

Unique Selling Point dari perancangan komik Gatotkaca Putra Pandawa ini adalah unsur budaya yang terinspirasi dari kisah Gatotkaca yang merupakan tokoh pewayangan populer di Indonesia. Komik ini dirancang dengan mengadaptasi langsung cerita wayang Gatotkaca. Namun disini penulis akan merubah gaya penceritaannya secara lebih modern dengan tidak merubah alur inti dari kisah aslinya. Selain itu juga penggambaran karakter wayang yang berbeda dari biasanya sesuai setting yang dibuat lebih modern. Visualisasi dalam komik ini akan menerapkan gaya manga karena banyak disukai oleh segala jenis pembaca remaja dan untuk mendukung adanya identifikasi pembaca terhadap karakter komik agar para pembaca dapat dengan mudah menerima gagasan dan pesan dari cerita komik ini.

Proses penciptaan komik tidaklah semudah yang dibayangkan. Mulai dari pencarian ide sebagai gagasan awal sampai menyatukan rentetan alur cerita hingga akhirnya menjadi komik memerlukan proses yang panjang. Dengan kemampuan dan dana yang terbatas setidaknya penulis dapat menemukan teknik produksi tersendiri yang disesuaikan. Walaupun sekiranya kualitas komik yang penulis rancang masih sangat jauh dibanding komik Amerika dan komik Jepang.

Sedangkan untuk media pendukung penunjang komik ataupun desain sekunder dari komik ini, dengan melihat semakin berkembangnya dunia perkomikan di Indonesia, maka diperlukan perencanaan media yang tepat dan

(46)

sudah ditetapkan dan juga dapat meningkatkan penjualan komik dengan visualisasi dan promosi yang mampu menarik konsumen.

B. Konsep Perancangan

1. Konsep Perancangan Buku Komik

Karya Tugas Akhir ini adalah buku komik. Komik pada saat ini sangat digemari oleh semua kalangan sebagai media hiburan dan edukasi di Indonesia, mulai dari anak-anak sampai dewasa/orang tua, baik laki-laki maupun perempuan. Buku komik Gatotkaca Putra Pandawa diharapkan dapat ikut meramaikan suasana perkomikan Indonesia dan berkompetisi dengan komik-komik impor yang telah menjamur.

Berdasarkan tinjauan umum pada buku komik yang beredar di Indonesia serta analisa bentuk pada komik yang memiliki daya tarik, maka komik Gatotkaca Putra Pandawa yang dibuat dengan unsur-unsur sebagai berikut :

a. Tema Cerita

Komik ini mengangkat tema cerita tentang kehidupan seorang anak keturunan Bima bernama Gatotkaca. Jika dalam kisah asli Gatotkaca dalam pewayangan setting dunianya berupa kerajaan modern, pegunungan dan hutan-hutan, kali ini penulis mencoba mengambil setting dunia steampunk. Dunia steampunk adalah dunia klasik yang diselipi dengan teknologi futuristik, fantasi, ilmu sihir dan gothic. Dengan unsur action yang kental.

(47)

Gaya perancangan komik ini adalah gaya penyampaian gagasan cerita yang dapat diikuti pembaca melalui perjalanan hidup karakter tokoh utama. Alur cerita sebagian besar merupakan alur cerita lurus untuk membawa pikiran pembaca memahami isi cerita dengan baik dan hanya sebagian kecil menggunakan alur balik, digunakan untuk menjelaskan keberadaan karakter tokoh komik secara logis.

b. Sasaran Pembaca

Rancangan buku komik ini ini dibuat dengan sasaran pembaca, yaitu : 1) Primer

a) Demografis

(1) Jenis Kelamin : Pria dan wanita

(2) Golongan Usia : Remaja usia 13 th – 18 th (3) Pendidikan : SMP – SMA

b) Geografis : Tersebar di wilayah pulau Jawa terutama di Surakarta dan Yogyakarta

c) Psikografis : Penggemar komik lokal 2) Sekunder

a) Demografis

(1) Jenis Kelamin : Pria dan wanita

(2) Golongan Usia : 8 th – 12 th dan 19 th – 25 th

(3) Pendidikan : SD dan Perguruan Tinggi - Pegawai

(48)

c) Psikografis : Masyarakat yang memiliki minat tinggi

dalam membaca komik, dan menyukai hal-hal baru yang unik.

c. Fungsi

Fungsi komik dalam perancangan ini adalah sebagai media hiburan dan sebagai media penyampaian gagasan perancang untuk para pembaca.

d. Format Komik

Format komik Gatotkaca Putra Pandawa adalah komik buku ukuran 13,5 x 18,5 cm dengan 75 halaman. Tampilan cover dan back cover full colour, dengan halaman isi grayscale. Pemilihan format tersebut karena pertimbangan ekonomi dan pasar.

e. Balon Kata dan Spesial Efek

Balon Kata dan special efek berpedoman pada aturan yang berlaku pada buku komik.

f. Visualisasi Gambar 1) Teknik Gambar

Teknik gambar menggunakan teknik garis dan blok dengan pewarnaan grayscale dengan komputer. Garis dinamis berupa lengkungan, tebal, tipis, arsir atau blok untuk ruang gelap dan permainan arsir untuk memberikan kesan gerak dan jenis tekstur.

(49)

2) Stilasi dan Distorsi Bentuk Figur

Gaya gambar jenis manga atau gaya komik Jepang. Alasan utama menggunakan gaya gambar manga adalah untuk medapatkan identifikasi pembaca terhadap salah satu karakter tokoh komik dan merambah pasaran komik yang sekarang banyak menggemari gaya komik Jepang.

3) Desain Asesoris

Desain aksesoris berupa kostum, aksesoris dan sebagainya. Desain menyesuaikan dengan tema cerita dan tentu saja sesuai dengan imajinasi penulis. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada lampiran.

4) Desain Linkungan Alam, Peradaban dan Perilaku Masyarakat

Desain lingkungan bisa berupa kota dengan menara-menara tinggi yang dipenuhi besi dan kabel-kabel yang malang melintang, pegunungan yang dihuni berbagai macam makhluk menyeramkan dan sebagainya sesuai dengan tema cerita dan tentu saja sesuai dengan imajinasi dari penulis. Sedangkan untuk peradaban masyarakat sama dengan keadaan setting dan tema yang diangkat. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada lampiran.

5) Teknik Komunikasi dan Persuasi Lewat Gambar a) Pilihan Momen

Pilihan momen menggunakan lima transisi panel ke panel antara lain

(50)

(2) Aksi ke Aksi

Sebuah subyek (orang ,obyek,dsb..) tunggal dalam sebuah rangkaian

(3) Subyek ke Subyek

Serangkaian perubahan subyek dalam lokasi yang sama (4) Lokasi ke Lokasi

Transisi melintasi jarak waktu dan/atau ruang yang sangat berbeda (5) Aspek ke Aspek

Transisisi dari satu aspek sebuah tempat, gagasan atau suasana hati ke aspek lain.

b) Pilihan Bingkai

Perancangan pilahan bingkai dalam komik ini mayoritas menggunakan panel berbentuk segi empat, namun juga mempertimbangkan perancangan desain panel yang variatif agar mampu menunjukkan berbagai suasana. Dalam hal ini disesuaikan dengan adegan tiap panel dalam cerita komik. Jenis sudut pandang yang digunakan adalah : long shot, close up, close shot, medium shot, bird’s eye, frog’s eye, zoom in untuk menggambarkan adegan percakapan, perkelahian, dramatisasi, suasana dan sebagainya.

Selain itu juga menggunakan sudut pandang perspektif untuk mempertajam sense pembaca dalam memahami adegan di dalam cerita.

(51)

c) Pilihan Citra

Pilihan gaya citra yang dipilih pada komik ini adalah gaya manga realis, untuk memudahkan identifikasi pembaca pada karakter dan gaya ini cenderung disukai oleh pembaca buku komik di Indonesia. Beberapa halaman menggunakan stilasi ekstrim untuk menekankan suasana hati pada setiap momen dalam cerita.

d) Pilihan Kata

Pada komik yang penulis rancang menggunakan beberapa gabungan kata/gambar,antara lain: kata-spesifik, gambar-spesifik, duo-spesifik, berpotongan, dan independent (saling bergantung). Yang bertujuan untuk mengkomunikasikan gagasan, percakapan dan suara secara jelas dan persuasive serta menyatu dengan citra. Penggunaan bahasa adalah bahasa Indonesia.

e) Pilihan Alur

Alur membaca komik ini sesuai dengan cara membaca buku yang lazim di Indonesia, yaitu dari kiri ke kanan dan atas ke bawah. Halaman dimulai dari lembaran pertama setelah cover depan dan berakhir satu halaman sebelum cover belakang. Bentuk panel sesuai dengan ilustrasi yang ditampilkan. Penomoran halaman pada tengah bawah, tapi tidak semua halaman terdapat nomor halaman. Pemberian nomor halaman tergantung pada ilustrasi atau panel yang ditampilkan.

(52)

f) Pesan Komik

Dalam perancangan komik ini mengandung berbagai pesan yang berkaitan dengan kehidupan seperti kepahlawanan, kesetiaan, keberanian, dan kejujuran.

g. Sinopsis

Alkisah dimana manusia, teknologi dan kekuatan supranatural sudah tanpa batasan lagi, tersebutlah sebuah negara bernama Hastina. Negara Hastina yang sebelumnya dipimpin oleh seorang yang bijaksana, telah dikuasai oleh seorang yang kejam dan korup dari sebuah kelompok separatis bernama Korawa.

Pemerintahan yang kejam oleh penguasa Hastina membuat beberapa orang ingin menjatuhkannya. Beberapa orang tersebut membentuk kelompok revolusi dengan nama Pandawa. Kelompok revolusi itu dipimpin oleh lima orang bersaudara. Ketika perlawanan revolusi akan dimulai, seorang anak yang merupakan darah daging Bima salah seorang pemimpin terkuat Pandawa dipilih oleh utusan Jawata.

Menurut para Jawata anak itu akan menjadi kunci kemenangan Pandawa dalam melawan Korawa. Akhirnya anak itu pun dibawa oleh utusan Jawata kesebuah pulau asing yang terpencil bernama Jamurdipa. Ditempat itu melakukan sebuah eksperimen rahasia kepada ank itu. Anak terpilih itu bernama Gatotkaca.

(53)

1) Pembagian Halaman

Hal 1 : Halaman Judul dan Nama Pengarang Hal 2 : Halaman Pembuka

Hal 3&4 : Halaman Prolouge 2) Storyline

Hal 5 : Chapter 1 (Hari Penjemputan) Hal 6 : Panel 1: Suasana hembusan angin

Panel 2: Seseorang memakai jubah menutupi wajah terlihat dari belakang

Panel 3: Dari atas terlihat seseorang itu memakai jubah yang lusuh dan sobek, ia berdiri ditengah hembusan angin kencang

Panel 4: Nampak wajah seseorang diantara kabut tebal, dan dia mengatakan kalau dia melihat sesuatu

Hal 7 : Panel 1: Rekannya mengatakan kalau dia juga melihatnya. Rekannya hanya tampak mulutnya saja dalam gelap

Panel 2: Dari depan orang berjubah terlihat bayangan beberapa orang yang berjalan mendekat Panel 3: Setelah hembusan angin debu sedikit mereda,

(54)

Hal 8 : Panel 1: Si anjing terlihat menggonggong dengan keras Panel 2: Seorang prajurit yang berbadan tambun

menanyakan kepada rekannya, kenapa dengan anjing itu. Rekannya yang memegang tali pengikat anjing itu menjawab kalau anjingnya Nampak lapar

Panel 3: Akhirnya prajurit itu pun melepas anjingnya. Anjing itu langsung berlari kearah pria berjubah itu

Panel 4: Dari samping tampak close up anjing itu yang melompat kearah pria itu, gigi-giginya yang tajam siap memakannya

Panel 5: Sekilas terlihat ada bom yang menempel dikaki orang yang diterkam anjing itu

Panel 6: Prajurit yang memakai topeng terlihat bertanya-tanya

Hal 9 : Panel 1: Tiba-tiba tubuh pria itu meledak

Panel 2: Anjing itu terpental dan jatuh tersungkur ditanah Panel 3: Terlihat sebuah kepala boneka dari kayu

terjatuh ditanah

Panel 4: Salah satu prajurit Korawa mengatakan pada yang lain kalau itu adalah jebakan

(55)

Panel 5: Prajurit yang tambun meminta semuanya waspada

Hal 10&11 : Panel 1: Bayangan seseorang muncul dibelakang salah satu prajurit yang bertopeng

Panel 2: Tiba-tiba sebuah tangan mencengkeram muka prajurit bertopeng itu

Panel 3: Sosok asing itu membenamkan wajah prajurit itu dengan keras ke tanah

Panel 4: Close up wajah prajurit Korawa yang terlihat remuk setelah dihantamkan ke tanah

Panel 5: Close up wajah sosok asing yang menyerang, masih misterius

Panel 5: Close up wajah salah satu prajurit yang kurus Panel 6: Close up prajurit tambun yang nampak geram

Hal 12 : Panel 1: Prajurit yang berbadan tambun itu mencoba menyerang orang asing itu dari belakang Panel 2: Namun sebelum prajurit itu menyentuhnya,

orang asing itu mengayunkan tangan kirinya kearah lengan prajurit itu dengan cepat

(56)

Panel 4: Close up mata orang asing yang menatap kearah prajurit Korawa itu

Panel 5: Secepat kilat orang asing itu melumpuhkan prajurit Korawa itu dengan serangannya yang mematikan

Hal 13 : Panel 1: Nampak wajah prajurit Korawa yang sudah tak berdaya

Panel 2: Prajurit tambun itu jatuh ke tanah, disaat yang sama orang asing itu membuka tudung yang menutupi wajahnya

Panel 3: Ketika tudung terbuka, wajahnya terlihat. Ia adalah Bima, salah satu dari Pandawa 5. Bima bergumam kalau prajurit yang ia lumpuhkan adalah cecunguk Kurawa yang lemah

Hal 14 : Panel 1: Seorang prajurit yang kurus mengarahkan senjatanya ke Bima

Panel 2: Prajurit itu mengancam akan membunuh Bima. Ia berkata dengan sedikit ketakutan Panel 3: Tiba-tiba sesuatu menembus badan prajurit

itu

(57)

Panel 5: Tak lama seseorang memanggil Bima

Hal 15 : Panel 1: Orang yang memanggil Bimasena itu adalah Arjuna. Salah satu Pandawa 5 dan juga adik Bima. Ia datang bersama beberapa pasukannya

Panel 2: Bima terlihat cuek

Panel 3: Arjuna berkata kalau cara Bima melumpuhkan musuh sangat kejam

Panel 4: Salah seorang prajurit Pandawa melapor pada Arjuna bahwa ada sebuah panggilan dari markas

Hal 16 : Panel 1: Arjuna menanyakan ada apa

Panel 2: Prajurit Pandawa itu mengatakan kalau sang pemimpin meminta Bima dan Arjuna kembali kemarkas segera

Panel 3: Bima bertanya ada apa, sementara prajurit yang membawa pesan itu menjawab tidak tahu

Panel 4: Bima Nampak tidak senang dengan sesuatu yang mendadak

(58)

Panel 5: Arjuna mengajak Bima untuk segera berangkat kemarkas

Panel 6: Kemudian Arjuna meminta kepada prajurit Pandawa yang ada disitu untuk menjaga wilayah-wilayah musuh yang telah dilumpuhkan. Namun dibalik percakapan mereka, ternyata ada seorang misterius yang mengintai

Hal 17 : Panel 1: Sebuah tebing yang tinggi

Panel 2: Suasana didalam markas Pandawa

Hal 18 : Panel 1: Bima dan Arjuna berjalan bersama sambil berbincang, nampak juga ada seorang prajurit Pandawa yang memberi hormat kepada mereka berdua

Panel 2: Bima dan Arjuna masih berbincang sambil memasuki sebuah ruangan, disitu pula ada seorang prajurit yang mempersilahkan mereka masuk

Panel 3: Didalam ruangan seseorang menyambut mereka berdua. Bima bertanya kemana sikembar

(59)

Hal 19 : Panel 1: Orang itu adalah Yudisthira. Ia menjawab pertanyaan Bima. Ia juga menanyakan bagaimana kondisi diluar.

Panel 2: Bima menjelaskan kondisi diluar, kemudian ia bertanya kenapa ia dan Arjuna dipanggil kembali ke markas Panel 3: Yudisthira berkata bahwa ada seseorang

yang ingin bertemu dengan Bima

Hal 20 : Panel 1: Arjuna berkata mungkin saja itu orang penting, Yudisthira pun nampak sependapat dengan Arjuna. Sementara Bima terlihat tidak sabar untuk tahu Panel 2: Yudisthira berkata orang itu berasal

dari Ras Jawata

Panel 3: Arjuna nampak terkejut mendengarnya Panel 4: Bima terlihat hanya diam

Panel 5: Orang yang dibicarakan itu muncul

Hal 21 : Panel 1: Orang itu memperkenalkan diri dengan nama Narada, ia adalah Ras Jawata Panel 2: Arjuna berkata bahwa selama yang ia

(60)

Panel 3: Narada kemudian menjelaskan sedikit tentang kebenaran Ras Jawata

Panel 4: Bima Nampak belum yakin dengan Ras Jawata

Panel 5: Narada mengangkat tangannya

Hal 22 : Panel 1: Narada mengarahkan telunjuknya kearah tanda didahinya, dia juga mengatakan itu adalah identitas rasnya

Panel 2: Arjuna kemudian menjelaskan sedikit tentang tanda itu

Panel 3: Bima merasa cukup dengan penjelasan itu dan bertanya apa tujuan Narada menemuinya

Panel 4: Narada melangkahkan kakinya

Panel 5: Narada mengatakan bahwa sebenarnya ia ingin bertemu dengan istri Bima Panel 6: Close up wajah Bima yang Nampak

serius, ia berkata apa urusan Narada dengan istrinya

Panel 7: Narada menjawab ia hanya ingin bicara dan akan menjelaskannya jika Bima

(61)

bersedia menemukan dia dengan istrinya

Panel 8: Bima hanya diam Panel 9: Transisi

Hal 23 : Panel 1: Bima yang mengetuk pintu rumah dan ia juga meminta istrinya untuk keluar

Panel 2: Pintu terbuka

Panel 3: Arimbi, yang tak lain adalah istri Bima keluar sambil menanyakan ada apa. Arimbi berasal dari ras Rakshasa

Panel 4: Bima bercakap-cakap dengan Arjuna

Panel 5: Bima kemudian mengatakan kalau ada yang ingin bertemu denan Arimbi. Nampak terlihat seorang anak kecil yang duduk didalam

Panel 6: Arimbi menjawab dengan nada penasaran. Close up wajah ank kecil yang nampak dingin

(62)

Hal 24 : Panel 1: Narada datang dan ia memperkenalkan dirinya pada Arimbi

Panel 2: Arimbi Nampak asing dengan Narada

Panel 3: Yudisthira menjelaskan kalau Narada berasal dari ras Jawata. Arimbi bertanya ada urusan apa seorang Jawata ingin menemuinya Panel 4: Narada menjawab kalau ia diutus menjemput

Tetuka oleh pemimpin Jawata, ketempat para Jawata

Panel 5: Arimbi dengan wajah nampak sedikit bingung bertanya untuk apa putranya dibawa kesana

Panel 6: Narada menjelaskan kepada Arimbi kalau putranya itu akan dijadikan media percobaan eksperimen rahasia Jawata Panel 7: Tiba-tiba sesuatu terjadi

Hal 25 :Panel 1: Bima tampak mencekik Narada dan menghantamkannya kesebuah tembok

Panel 2: Close up Bima dengan tatapan mata tajam, ia berkata apa maksud perkataan Narada

Panel 3: Close up mulut Narada yang nampak kesakitan

(63)

Panel 4: Narada berkata dengan terbata-bata kalau ia tidak bias bicara dalam keadaan tercekik Panel 5: Bima berkata kalau dia bias saja meremukan

leher Narada dengan satu tangannya

Panel 6: Yudisthira memerintahkan Bima melepaskan Narada

Hal 26: Panel 1: Close up wajah Bima yang hanya diam Panel 2: Yudisthira kemudian meminta dengan halus Panel 3: Bima akhirnya melepaskan cekikannya pada

Narada, dibarengi Narada yang berkata bahwa lehernya terasa sakit

Panel 4: Arimbi terlihat sedikit ketakutan melihat apa yang terjadi

Panel 5: Yudisthira pun mempersilahkan Narada untuk melanjutkan penjelasannya

Panel 6: Narada kemudian menjelaskan seperti apa eksperimennya itu

Panel 7: Arjuna bertanya pada Narada apakah semua berhasil

(64)

Hal 27: Panel 1: Narada berkata mereka semua mati

Panel 2: Dengan tatapan mata yang tajam, Bima nampak geram dengan jawaban Narada. Ia mengeluarkan senjatanya

Panel 3: Dengan nada tegas, Yudisthira meminta Bima untuk menjaga sikapnya

Panel 4: Dengan nada keras pula, Bima membentak Yudisthira yang mencoba menghentikannya Panel 5: Namun dengan nada sedikit mengancam, jika

Bima masih keras kepala, Yudisthira berkata, ia takkan segan untuk melawan Bima

Hal 28: Panel 1: Arjuna Nampak hanya diam Panel 2: Arimbi pun juga terdiam

Panel 3: Narada dengan nada sedikit bercanda berkata kalau penjelasannya belum selesai

Panel 2: Bima akhirnya menurut namun nampak tidak ikhlas

Panel 4: Yudisthira kembali mempersilahkan Narada untuk melanjutkan. Narada Nampak kagum pada Yudisthira

Gambar

Ilustrasi Wayang Gatotkaca

Referensi

Dokumen terkait

Aku bisa mempraktikkan berdoa dan bersyukur atas karunia Tuhan Yang Maha

Budi Raya Perkasa mengalami keterlambatan pengiriman bahan baku busa dan kawat oleh masing-masing supplier dengan frekuensi sebesar 66% dari total pengiriman yang

[r]

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan status identitas vokasional

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari sistem informasi akuntansi dan pengendalian intern terhadap kinerja pegawai di kantor biro rektor

Data fenotipik dikumpulkan dengan cara membuat kategori nilai skoring (Lamadji 1998) berdasarkan karakter-karakter pembeda yang digunakan dalam kunci determinasi pada 18

Sedangkan 40% dari total sampel nilai kalsiumnya dibawah normal, mereka merupakan perokok yang usianya 50 tahun keatas, sebanyak 6 orang semuanya mengkonsumsi

Bagi perusahaan di sarankan untuk memperhatikan variabel interest rate BI, spread of interest rate, fluktuasi nilai tukar rupiah dan kredit bermasalah karena