• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN POSO tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL KESEHATAN KABUPATEN POSO tahun"

Copied!
188
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PROFIL KESEHATAN

KABUPATEN POSO

tahun

Tim Penyusun Profil Kesehatan Kabupaten Poso Tahun 2014 :

Penanggungjawab: Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Poso,

Ketua : dr. N. Taufan Karwur,

Anggota : 1). dr. Jean S. Rondonuwu, M.Kes. 2). Budi Hariyanto, SKM.,

3). Drs. Abdu Umar, M.Kes, Apt. 4.) Enoria Latulola, SKM 5). Permenas Lahagina, SKM

6). Taty Efriati, SKM. 7). Mariam Guru, SKM. 8). Susilowati, B.Sc. 9). Noberial, SKM

10). Opyn Mananta, SKM., M.Epid 11). Etan Logen, SKM 12). R.B.B. Hermanto, S.Kep. NS.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga Profil Kesehatan Kabupaten Poso Tahun 2014 ini dapat tersusun. Sebagai salah satu produk Sistem Informasi Kesehatan Daerah, maka Profil Kesehatan Kabupaten Poso Tahun 2014 ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada para pembaca mengenai kondisi dan situasi kesehatan di wilayah Kabupaten Poso Tahun 2014.

Kondisi kesehatan yang digambarkan dalam Profil Kesehatan Kabupaten Poso Tahun 2014 ini disusun berdasarkan data – data yang dihimpun dari Program yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten Poso, Data dari Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta, Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB serta dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Poso.

Penyusunan Buku Profil Kesehatan Kabupaten Poso Tahun 2014 ini mengacu kepada Pedoman Profil Kesehatan Terbaru yang diterbitkan oleh Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2013 edisi revisi 2014.

Kami menyadari bahwa penyusunan Profil Kesehatan ini masih belum sempurna. Untuk itu guna kesempurnaan penyusunan Profil kesehatan dimasa datang kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

Kami juga mengucapkan terima kasih atas bantuan dari berbagai pihak yang terkait dalam penyusunan Profil Kesehatan ini.

Poso, 01 Mei 2015 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Poso,

dr. Djani Moula, M.Kes., MM. NIP. 196405121998031004

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

BAB II GAMBARAN UMUM ... 4

A. Geografi ... 4

B. Penduduk ... 7

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN ... 9

A. Mortalitas ... 9

B. Morbiditas ... 12

C. Status Gizi ... 43

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN ... 46

A. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak ... 46

B. Perbaikan Gizi Masyarakat ... 50

C. Keluarga Berencana ... 52

D. Pelayanan Kesehatan Lingkungan ... 53

E. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat... 57

F. Promosi Kesehatan ... 59

G. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit ... 59

H. Jaminan Kesehatan Masyarakat ... 64

I. Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan ... 66

J. Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan... 70

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN ... 75

A. Sarana Kesehatan ... 75

B. Tenaga Kesehatan ... 78

C. Pembiayaan Kesehatan ... 84

BAB VI KESIMPULAN ... 85

A. Situasi Derajat Kesehatan ... 85

B. Situasi Upaya Kesehatan ... 86

C. Situasi Sumber Daya Kesehatan ... 91 Lampiran - Lampiran

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Luas Wilayah Administrasi Kabupaten Poso ... 6

Tabel 3.1 10 Penyakit Terbesar di Kabupaten Poso Tahun 2014... 12

Tabel 3.2 Sebaran Kasus ISPA berdasarkan jenisnya dan kelompok

umur di Kabupaten Poso Tahun 2014 ... 19

Tabel 3.3 Daerah Endemis Schistosomiasis Berdasarkan Desa,

Pukesmas dan Kecamatan Tahun 2014 ... 37

Tabel 4.1 Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Program JKN di

Kabupaten Poso Taun 2014 ... 65

Tabel 4.2 Kunjungan Rawat Jalan Puskesmas Di Kabupaten Poso

Tahun 2014 ... 67

Tabel 5.1 Kondisi Bangunan Sarana Kesehatan di

Kabupaten Poso Tahun 2014 ... 76 Tabel 5.2 Kondisi Bangunan Poskesdes ... 77 Tabel 5.3 Posyandu di Kabupaten Poso ... 77

Tabel 5.4 Tenaga Medis Berdasarkan Tempat Tugas di

Kabupaten Poso Tahun 2014 ... 79

Tabel 5.5 Tenaga Keperawatan berdasarkan tempat tugas di

Kabupaten Poso Tahun 2014 ... 80

Tabel 5.6 Tenaga Kebidanan berdasarkan tempat tugas di

Kabupaten Poso Tahun 2014 ... 81

Tabel 5.7 Tenaga Kefarmasian berdasarkan tempat tugas di

Kabupaten Poso Tahun 2014 ... 81

Tabel 5.8 Tenaga berdasarkan tempat tugas di Kabupaten Poso

Tahun 2014 ... 82

Tabel 5.9 Tenaga Gizi, Keterapian Fisik, Keteknisan Medis, teknis

Biomedika berdasarkan tempat tugas di

Kabupaten Poso Tahun 2014 ... 83 Tabel 5.10 Pembiayaan Kesehatan Bersumberdana APBN di

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Wilayah Kabupaten Poso ... 5

Gambar 3.1 Angka Kematian Ibu di Kabupaten Poso Tahun ... 10

Gambar 3.2 Angka Kematian Bayi di Kab. Poso Tahun ... 11

Gambar 3.3 Angka Kematian Balita di Kabupaten Poso ... 12

Gambar 3.4 Stratifikasi Malaria Berdasarkan API Puskesmas di Kabupaten Poso Tahun 2014 ... 15

Gambar 3.5 Gambaran Kasus DBD berdasarkan Bulan kejadian di Kabupaten Poso ... 18

Gambar 3.6 Gambaran Cakupan Penemuan Pneumonia di Kabupaten Poso tahun 2014 ... 20

Gambar 3.7 Cakupan Pelayanan Penderita Diare di Kabupaten Poso Tahun 2011 - 2014 ... 21

Gambar 3.8 Gambaran Penderita Diare Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Poso Tahun 2014 ... 22

Gambar 3.9 Prevalensi Rate Kasus Kusta di Kab. Poso ... 25

Gambar 3.10 Angka Kesembuhan (Realeased From Treatment) Penderita Kusta di Kabupaten Poso ... 26

Gambar 3.11 Cakupan Penemun Penderita TB Paru Baru Positif ... 28

Gambar 3.12 Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA Positif .... 29

Gambar 3.13 Gambaran Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) dan Kematian Akibat Rabies tahun 2009 – 2014 ... 31

Gambar 3.14 Gambaran Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) Kabupaten Poso Tahun 2014 ... 32

Gambar 3.15 Penemuan Kasus Baru HIV dan AIDS di Kab. Poso .... 35

Gambar 3.16 Gambaran Kasus dan Kematian HIV dan AIDS ... 36

Gambar 3.17 Prevalensi Rate Kasus Schsistosomiasis Pada Manusia Dan Hewan ... 38

Gambar 3.18 Cakupan Survey Tinja penduduk ... 39

Gambar 3.19 Sebaran Kasus Filariasis di Kab. Poso ... 40

Gambar 3.20 Penyakit Tidak Menular di Kab. Poso ... 43

Gambar 3.21 Status Gizi di Kabupaten Poso ... 44

Gambar 4.1 Kunjungan K1 dan K4 Tahun 2014 ... 47

Gambar 4.2 Presentase Ibu Hamil yang mendapat tablet Fe1 dan Fe3 Tahun 2014 ... 48

Gambar 4.3 Pertolongan Persalinan Oleh Nakes Tahun 2014 ... 49

Gambar 4.4 Kunjungan Neonatal Tahun 2014 ... 50

Gambar 4.5 Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A pada bayi dan balita di Kabupaten Poso Tahun 2014 ... 52

Gambar 4.6 Akses air minum berkualitas di kabupaten Poso tahun 2014 ... 54

Gambar 4.7. Akses Fasilitas Sanitasi yang layak (jamban sehat) Di Kabupaten Poso tahun 2014 ... 55

(7)

Gambar 4.9 Cakupan BIAS di Kabupaten Poso

tahun 2010 – 2014 ... 61 Gambar 4.10 Jumlah Kasus AFP Non Polio di Kabupaten Poso

Tahun 2014... 64

Gambar 4.11 Jumlah Kasus Rujukan ke Jamkesprop tahun 2014 ... 66

Gambar 4.12 NDR dan GDR RS di Kabupaten Poso

Tahun 2010 – 2014 ... 69 Gambar 4.13 BOR dan LOS RS di Kabupaten Poso Tahun

2010 – 2014 ... 70

Gambar 4.14 Indikator Peresepan di Kabupaten Poso Tahun 2014 .. 72

Gambar 4.15 Persentase penggunaann Obat terbanyak di

Kabupaten Poso Tahun 2014 ... 73

Gambar 5.1 Distribusi Tenaga Kesehatan Berdasarkan tempat

(8)

Profil Kesehatan Kabupaten Poso adalah gambaran situasi Kesehatan Masyarakat di Kabupaten Poso yang diterbitkan setiap tahunnya. Dalam setiap terbitan Profil Kesehatan Kabupaten Poso memuat data tentang Kesehatan dan data pendukung lain yang disajikan dalam bentuk analisis deskriptif. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai adalah tersedianya data capaian pembangunan kesehatan di Kabupaten Poso pada tahun 2014 yang dapat dimanfaatkan sebagai tolak ukur kinerja Dinas Kesehatan, bahan dasar perencanaan tahun berikutnya, sebagai bahan kajian penelitian pihak terkait maupun penelitian ilmiah lainnya.

Dalam setiap penerbitan Profil Kesehatan Kabupaten Poso selalu dilakukan upaya perbaikan, baik dari segi materi, analisis, maupun bentuk tampilan fisiknya.

Profil kesehatan Kabupaten Poso Tahun 2014 disusun secara sistematis mengikuti Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan yang diterbikan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

B

B

B

A

A

A

B

B

B

I

I

I

P

(9)

Adapun sistematika Profil Kesehatan Kabupaten Poso tahun 2014 yaitu :

Bab I - Pendahuluan

Bab ini berisi tentang maksud dan tujuan profil kesehatan dan sistematika dari penyajiannya.

Bab II - Gambaran Umum

Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kabupaten Poso. Selain uraian tentang letak geografis, administrastif dan informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas faktor – faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor – factor lainnya misalnya kependudukan, ekonomi sosial budaya dan lingkungan.

Bab III - Situasi Derajat Kesehatan

Bab ini berisi uraian tentang a). indikator mengenai angka kematian, b). angka kesakitan dan c). angka status gizi masyarakat.

Bab IV - Situasi Upaya Kesehatan.

Bab ini menguraikan tentang a). Upaya Kesehatan Ibu dan Anak, b).Perbaikan Gizi Masyarakat, c).Keluarga Berencana, d).Pelayanan Kesehatan Lingkungan, e).Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat, f).Promosi Kesehatan, g).Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, h).Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin, i).Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan, j). Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Upaya

(10)

indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta upaya pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh Kabupaten Poso.

Bab V - Situasi Sumber Daya Kesehatan.

Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya.

Bab VI - Kesimpulan

Bab ini diisi dengan sajian tentang hal – hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kabupaten Poso Tahun 2014. Selain keberhasilan – keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga mengemukakan hal – hal yang dianggap masih kurang dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

Lampiran

Lampiran ini berisi tabel resume/angka pencapaian Kabupaten Poso dan 81 Tabel data kesehatan.

(11)

A. Geografi.

Kabupaten Poso secara Atronomis berdasarkan garis lintang dan garis bujur wilayah Kabupaten Poso terletak pada koordinat 10 06’44” – 2012’53

LS dan 1200 05’09” - 120052’04” BT. Luas daratan Kabupaten Poso ±

8.712,25 Km2 atau 12,81 % dari luas Propinsi Sulawesi Tengah.

Wilayah Kabupaten Poso dibatasi oleh batas alam yakni kawasan pantai dan pegunungan perbukitan dengan kawasan administratif, sebagai berikut:

- Sebelah Utara : Berbatasan dengan Propinsi Sulawesi Utara

dan Gorontalo di Teluk Tomini.

- Sebelah Selatan : berbatasan dengan Propinsi Sulawesi Selatan.

- Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Tojo Una – Una

dan Kabupaten Morowali Utara.

- Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Parigi Moutong

dan Kabupaten Sigi.

Kabupaten Poso secara administratif terdiri dari 19 Kecamatan yang membawahi 133 Desa definitif dan 23 yang berstatus Kelurahan. Pada belahan utara wilayah Kabupaten Poso terdiri dari Kecamatan Poso Pesisir Utara, Poso Pesisir Selatan, Poso Pesisir, Poso Kota, Poso Kota

B

B

B

A

A

A

B

B

B

I

I

I

I

I

I

G

(12)

Utara, Poso Kota Selatan dan Lage, dimana sebagian wilayahnya berbatasan dengan Pantai Teluk Tomini. Dibelahan Timur adalah sebagian Pamona Timur yang berbatasan dengan Kabupaten Morowali dan sebagian Lage berbatasan dengan Kabupaten Tojo Una – Una. Pada belahan Barat terdiri dari Kecamatan Lore Utara, Lore Tengah dan Lore Barat yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Donggala dan Parigi Moutong. Sedangkan Kecamatan Pamona Selatan dan Lore Selatan sebagian wilayahnya berbatasan dengan Propinsi Sulawesi Selatan.

Gambar 2.1 Peta wilayah Kabupaten Poso

Jika dilihat berdasarkan luas kecamatan, Kecamatan Lore Tengah memiliki luas terbesar yaitu kira-kira 976,37 Km2 atau 11,21 persen dari luas Kabupaten Poso.

(13)

Lebih jelas mengenai wilayah administrasi Kabupaten Poso dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 2.1

Luas Wilayah Administrasi Kabupaten Poso

Kecamatan Luas Wilayah

(Km2) Persentase (%) 01. Pamona Selatan 02. Pamona Barat 03. Pamona Tenggara 04. Pamona Puselemba 05. Pamona Utara 06. Pamona Timur 07. Lore Selatan 08. Lore Barat 09. Lore Utara 10. Lore Tengah 11. Lore Timur 12. Lore Peore 13. Poso Pesisir

14. Poso Pesisir Selatan 15. Poso Pesisir Utara 16. Poso Kota

17. Poso Kota Selatan 18. Poso Kota Utara 19. Lage 399,86 272,16 487,4 560,05 614,61 701,95 569,49 428,2 864,61 976,37 423,87 327,87 437,39 563,06 623,47 12,8 27,62 20,04 401,43 4,59 3,12 5,59 6.43 7.05 8,06 6,54 4,91 9,92 11,21 4,87 3,76 5,02 6,46 7,16 0,15 0,32 0,23 4,61 Kabupaten Poso 8.712,25 100

(14)

B. Penduduk

1. Persebaran dan Kepadatan penduduk.

Jumlah penduduk Kabupaten Poso berjumlah 226.389 jiwa dengan penduduk laki-laki berjumlah 117.667 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 108.722 jiwa. Jumlah ini adalah gambaran jumlah penduduk pertengahan tahun. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka tingkat kepadatan penduduk juga mengalami peningkatan. Kepadatan penduduk tercatat 26 jiwa/km², dengan luas wilayah Kabupaten Poso 8.712,25 km². Kecamatan Poso Kota merupakan daerah yang memiliki penduduk terpadat yaitu 1.712 jiwa/Km2 dengan luas area 12,8 Km2 , sementara Kecamatan Lore Tengah memilki penduduk terjarang sekitar 4 jiwa/Km2 dengan luas area 976,37 Km2. Berdasarkan kepadatan penduduk pada tingkat kecamatan dapat dilihat sebagian besar penduduk terpusat di ibukota kabupaten yaitu sebesar 9,67 persen dengan 21.910 jiwa, diikuti Kecamatan Poso Pesisir sebesar 9,61 persen dengan jumlah penduduk 21.746 jiwa dan Kecamatan Pamona Selatan sebesar 8,78 persen dengan jumlah penduduk 19.880 jiwa. Rasio jenis kelamin di Kabupaten Poso tahun 2014 adalah sebesar 108, yang berarti setiap 100 penduduk perempuan terdapat 108 penduduk laki-laki atau jumlah penduduk laki-laki masih lebih dominan dari penduduk perempuan. Demikian juga terjadi pada tingkat kecamatan, terkecuali

(15)

kecamatan Poso Kota Utara, jumlah laki-laki lebih banyak daripada penduduk perempuan. Sex ratio terbesar terdapat di di Kecamatan Lore Timur yaitu sebesar 121.

(16)

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Indikator yang dinilai paling peka dan telah disepakati secara nasional sebagai ukuran derajad kesehatan suatu wilayah meliputi : (1) Angka Kematian Ibu, (2) Angka Kematian Bayi, (3) Angka Kematian Balita, dan (4) Status Gizi Balita / bayi.

A. MORTALITAS.

1. Angka Kematian Ibu.

Data kematian ibu di Kabupaten Poso dalam 5 tahun terakhir menunjukkan penurunan yang cukup baik. Tahun 2010 sebesar 123/100.000 KH, tahun 2011 sebesar 203/100.000 KH, tahun 2012 sebesar 77,65/100.000 KH, tahun 2013 sebesar 244/100.000 KH dan tahun 2014 sebesar 166,8/100.000 KH. Ini menggambarkan bahwa angka kematian ibu terlihat cenderung berfluktuasi dari tahun ke tahun. Target MDG’s di tahun 2015 untuk angka kematian Ibu secara nasional adalah tiga perempat dari kondisi tahun 1999 (132/100 ribu) yaitu 97,5/100 ribu.Sedangkan dilihat dari jumlah kasus kematian 5 tahun terakhir mengalami penurunan dari tahun ke tahun yaitu tahun 2010 sebanyak 4 kasus, tahun 2011

B

B

B

A

A

A

B

B

B

I

I

I

I

I

I

I

I

I

S

(17)

sebanyak 7 Kasus, tahun 2012 sebanyak 3 kasus dan Tahun 2013 sebanyak 9 kasus dan tahun 2014 sebanyak 6 kasus.

Gambar 3.1 Angka Kematian Ibu Tahun 2010-2014 2. Angka Kematian Bayi.

Angka kematian Bayi pada tahun 2010:13,53/1000 KH, Tahun 2011 sebesar 11,31/1.000KH, tahun 2012 sebesar 15,7/1.000KH dan Tahun 2013 sebesar 18,3/1.000 KH dan tahun 2014 sebesar 10,28/1000 KH, dibandingkan dengan target MDGs yaitu 16/1000 KHmaka angka Kematian Bayi di Kabupaten Poso sudah lebih rendah dibandingkan dengan target MDGs. Dilihat dari jumlah kasus kematian mengalami penurunan dari tahun 2010 sebanyak 44 kasus, tahun 2011 sebanyak 38 kasus, tahun 2012 sebanyak 61 kasus dan tahun 2013 sebanyak 36 kasus dan tahun 2014 sebanyak 37 kasus. Angka Kematian Bayi di Kabupaten Poso masih mengalami fluktuasi terlihat dari jumlah kasus yang ada 5 tahun terakhir. Penyebab kematian Bayi masih didominasi oleh

(18)

Asfiksia dan BBLR. BBLR bisa terjadi antara lain akibat bumil KEK. Bumil KEK bisa disebabkan oleh Ibu kekurangan Gizi pada saat hamil atau ibu sudah kekurangan gizi sebelum hamil. Kematian Bayi juga disebabkan pada kasus kehamilan yang tidak diinginkan, oleh sebab itu kesehatan reproduksi harus menjadi perhatian yang serius. Untuk mengurangi kematian akibat asfiksia diperlukan tenaga yang terampil dalam penanganan asfiksia dan ditunjang dengan peralatan.

Gambar 3.2 Angka Kematian Bayi Di Kabupaten Poso Tahun 2010-2014

3. Angka Kematian BALITA.

Kasus Kematian Balita di Kabupaten Poso tahun 2011 sebanyak 2 Kasus, Tahun 2012 sebanyak 4 Kasus, Tahun 2013 sebanyak 2 kasus dan Tahun 2014 sebanyak 1 Kasus. Dapat dilihat pada grafik berikut:

(19)

Gambar 3.3 Kematian Balita di Kabupaten Poso 2011-2014 B. MORBIDITAS.

Angka kesakitan (Morbidity) secara umum dapat digambarkan berdasarkan beberapa laporan misalnya pada 10 penyakit pada rawat jalan Puskesmas.

Tabel 3. 1

10 Penyakit terbesar di Kabupaten Poso Tahun 2014

No. Kode ICD Jenis Penyakit Jumlah

1. 1702 ISPA 17.595

2. 2001 Gastritis (Maag) 16.641

3. 29 Penyakit pada sistem otot dan

jaringan

8.160

4. 504 Malaria Tanpa Pemeriksaan

Lab. Malaria Klinis

6.853

5. 30 Penyakit Lainnya 6.423

6. 2802 Penyakit Kulit Alergi 6.309

7. 010 2 Diare 5.433

8. 14 Hypertensi 4.903

9. 1603 Hipotensi 2.187

10. 2601 Kecelakaan dan Ruda Paksa 1.232

(20)

Dari gambar diatas terlihat bahwa pola penyakit rawat jalan di Puskesmas masih didominasi oleh penyakit-penyakit infeksi, sehingga perlu mendapat perhatian yang lebih serius karena penyakit ini lebih banyak disebabkan oleh lingkungan yang tidak saniter. Sementara itu penyakit degeneratif seperti tahun sebelumnya juga masih masuk sepuluh penyakit terbesar yang ada pada rawat jalan di Puskesmas.

1. Penyakit Menular.

Penyakit–penyakit yang sudah menurun seperti tuberkulosa paru dan malaria, masih memiliki potensi untuk meningkat

kembali (re-emerging) mengingat kondisi perilaku dan

lingkungan (fisik, ekonomi, sosial, budaya) masyarakat yang kurang mendukung. Kondisi tergambar dari masih belum tereliminasinya berbagai penyakit tersebut dan masih tingginya faktor risiko baik perilaku maupun lingkungn di masyarakat. Di sisi lain penyakit endemis seperti DBD sampai saat ini masih tetap menjadi ancaman.

a. Malaria

Penyebaran malaria disebabkan oleh masih adanya parasit sebagai sumber dan nyamuk anopheles sebagai perantara penularan malaria, perubahan lingkungan yang tidak terkendali, mobilitas penduduk yang tinggi dari dan ke daerah endemis, perilaku masyarakat yang tidak sehat serta

(21)

terbatasnya akses pelayanan kesehatan. Di Indonesia malaria hingga kini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Angka kesakitan malaria antara tahun 1998 – 2001 menunjukkan terjadinya peningkatan kasus dihampir seluruh Provinsi di Indonesia. Di Pulau jawa dari 0,31% penderita per 1000 penduduk (1998) menjadi 0,83% (2000) dan pada tahun 2001 mengalami sedikit penurunan 0,62% penderita . Demikian pula di luar jawa bali dari 21,97% (1998) menjadi 26,2% penderita per 1000 penduduk. Terjadinya peningkatan kasus malaria salah satunya diakibatkan masalah lingkungan yang memungkinkan meluas dan menyebarnya tempat perindukan. Kegiatan program malaria dikabupaten Poso meliputi pemeriksaan sediaan darah malaria, surveilans petugas puskesmas, pendistribusian kelambu, RDT dan penggunaan obat malaria DHP (Dihydroartemisinin Piperaquine Tablets).

Dari kegiatan tersebut diperoleh hasil berdasarkan indikator nasional untuk Kabupaten Poso sebagai berikut; API (Anual Parasit Insiden) tahun 2010 sebesar 9,2 %0, tahun 2011

sebesar 6,2 %0, pada tahun 2012 sebesar 5,4 %0, pada tahun

2013 sebesar 3,5 %0 dan pada tahun 2014 sebesar 3,54 %0;

Pencapaian SPR (Slide Posistif Rate) tahun 2010 sebesar 36,40 %, tahun 2011 sebesar 34,93 %, tahun 2012 sebesar

(22)

15,53 %, tahun 2013 sebesar 4,63 %; dan tahun 2014 sebesar 0,14 %; presentase konfirmasi laboratorium tahun 2010 sebesar 47 %, tahun 2011 sebesar 60,36 %, tahun 2012 sebesar 85 %, tahun 2013 sebesar 90,7 % dan tahun 2014 sebesar 73 %. Presentase penggunaan obat baru ACT tahun 2010 sebesar 53,7 %, tahun 2011 sebesar 3,15 %, tahun 2012 sebesar 31,5 %, tahun 2013 sebesar 33,6 % dan tahun 2014 sebesar 95,63 %.

Gambar 3.4 Stratifikasi Malaria berdasarkan API

Puskesmas di Kabupaten Poso Tahun 2014.

Berdasarkan gambar 3.5. bahwa terdapat 4 (tiga) puskesmas yang memiliki anual parasit insiden (API) > 5 yaitu puskesmas Tentena, Gintu, Meko dan Tangkura atau

(23)

sebesar 19,04 %. API 1 – 5 yaitu puskesmas Tonusu, Sulewana, tambarana dan Lawanga atau sebesar 19,04 %. b. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Jumlah kasus yang dilaporkan cenderung meningkat dan daerah penyebarannya semakin luas. Hal ini erat kaitannya dengan peningkatan mobilitas penduduk dan sejalan dengan semakin lancarnya hubungan transportasi serta tersebar secara luasnya virus dengue serta nyamuk penular (aedes aegypti) diberbagai wilayah di Indonesia.

Penegakan diagnosis DBD secara klinis sesuai dengan kriteria WHO, sekurang-kurangnya memerlukan pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan trombosit dan hematrokit secara berkala. Untuk penegakan diagnose laboratorium DBD diperlukan pemeriksaan serologis yang pada saat ini tersedia dalam bentuk dengue rapid test. Sampai saat ini belum ada obat atau vaksin untuk mencegah dan mengobati Virus DBD. Pengobatan terhadap penderita

DBD hanya bersifat simptomatis dan suportif.

Penatalaksanaan penderita DBD berdasarkan perubahan utama yang terjadi pada penderita yaitu adanya kerusakan

(24)

permeabilitas dinding pembuluh darah. Keadaan ini

menyebabkan terjadinya kebocoran plasma dengan

berbagai akibatnya (renjatan, syok, anoksia, asidosis, disseminated intravascular coagulation/ DIC, dan lain-lain). DBD termasuk salah satu penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah, maka sesuai Undang-Undang No. 4 Tahun 1984 Tentang wabah penyakit menular seta Peraturan Menteri Kesehatan RI Tahun 1989, setiap penderita termasuk tersangka DBD harus segera dilaporkan selambat-lambatnya 24 jam oleh unit pelayanan kesehatan. Masa inkubasi DBD berkisar antara 4 – 7 hari. Pada umumnya menyerang anak-anak tetapi dalam dekade terakhir ini terlihat adanya kecenderungan kenaikan proporsi pada orang dewasa. Gambaran kasus DBD dikabupaten Poso berdasarkan indikator angka bebas jentik (ABJ) berturut-turut sebagai berikut; ABJ tahun 2010 sebesar 84%, tahun 2011 sebesar 84%, tahun 2012 sebesar 86%, tahun 2013 sebesar 84%, tahun 2014 sebesar 84 %; Angka insiden kasus DBD pada tahun 2010 sebesar 35/100.000 penduduk, tahun 2011 sebesar 16,5/100.000 penduduk, tahun 2012 sebesar 14/100.000 penduduk, tahun 2013 sebesar 12,4/100.000 penduduk dan tahun 2014 sebesar 17,67/100.000 penduduk.

(25)

Gambar 3.5 Gambaran Kasus DBD berdasarkan Bulan Kejadian di Kabupaten Poso Tahun 2012 – 2014.

Berdasarkan gambar 3.6. bahwa terjadi perubahan pola peningkatan kasus DBD, dimana pada tahun sebelumnya peningkatan kasus terjadi pada awal tahun (bulan januari), sedangkan pada tahun 2014 peningkatan kasus terjadi pada pertengahan tahun atau pada bulan juni.

c. Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)

Pneumonia merupakan penyakit paling serius dan paling membahayakan jiwa bayi dan anak berusia dibawah lima tahun (balita). Pneumonia selalu menduduki peringkat atas penyebab kematian bayi dan balita di Indonesia. Strategi utama penanggulangan pneumonia adalah penemuan dini, tatalaksana anak batuk dan atau kesukaran bernapas.

Jan Feb Mar

et April Mei Juni Juli Agu

st Sept Okt Nov Des

2012 23 9 3 3 0 0 2 0 0 0 0 0 2013 14 9 2 1 0 0 0 1 0 0 0 1 2014 1 2 5 6 10 2 5 2 2 0 1 4 0 5 10 15 20 25

(26)

Hingga saat ini infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Kematian pada Balita (berdasarkan Survei Kematian Balita Tahun 2005) sebagian besar disebabkan oleh pneumonia 23,6%. Selama ini digunakan estimasi bahwa insiden pneumonia pada kelompok umur balita di Indonesia sekitar 10 - 20%.

Cakupan penemuan kasus pneumonia di Kabupaten Poso terus mengalami peningkatan dimana pada tahun 2010 sebesar 9,2 % dari target 60 %, tahun 2011 sebesar 36,1% dari target 70 %, tahun 2012 sebesar 10,3% dari target 80 %, tahun 2013 sebesar 10,77% dari target 80 % dan tahun 2014 sebesar 34,34 % dari target 80 %.

Tabel 3.2 Sebaran Kasus ISPA berdasarkan Jenisnya dan

Kelompok Umur di Kabupaten Poso Tahun 2014 :

No Kelompok umur

I S P A Bukan

Pneumonia % Pneumonia % Total %

1 Umur < 1 tahun 9.820 82.5 209 17.5 2.235 100

2 Umur 1 - 4 tahun 13.032 96.1 534 3.9 5.325 100

(27)

Berdasarkan tabel 3.2. bahwa kejadian pneumonia banyak terjadi pada usia < 1 tahun yaitu sebesar 17,5% dan terendah pada usia > 5 tahun yaitu sebesar 0,1 %.

Gambar 3.6 Gambaran Cakupan Penemuan Pneumonia di Kabupaten Poso Tahun 2014

Berdasarkan gambar 3.6 bahwa cakupan penemuan kasus pneumonia tertinggi di puskesmas Watutau yaitu sebesar 138,2 % dan terendah di puskesmas Wuasa yaitu sebesar 13,9 %.

d. Diare

Diare akut adalah buang air besar yang frekwensinya lebih sering dari biasanya (pada umumnya 3 kali atau lebih) per hari dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 7 hari.

Diare merupakan salah satu penyebab angka kematian dan kesakitan tertinggi pada anak, terutama anak-anak berumur

6 9, 62 5 2 ,3 7 1 7 ,3 6 1 8 ,5 9 1 4 ,7 8 2 0 ,7 0 37 ,0 6 34 ,1 8 2 4 ,6 6 38,5 0 1 8 ,2 7 2 5 ,3 9 1 3 ,9 0 50 ,3 0 4 6 ,3 7 39 ,9 2 6 8 ,6 6 2 3 ,8 7 2 7 ,7 4 1 3 8 ,2 0 56 ,0 9 3 4, 3 4 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 140,00 160,00 Cakupan Target

(28)

kurang dari 5 tahun. Di Indonesia angka kematian diare juga telah menurun, namun angka kesakitan karena diare tetap tinggi. Di Indonesia dilaporkan bahwa setiap anak mengalami diare sebanyak 1,3 episode per tahun.

Gambaran cakupan pelayanan dan penderita diare di Kabupaten Poso dapat dilihat pada grafik berikut.

Gambar 3.7 Cakupan Pelayanan Penderita diare di

Kabupaten Poso tahun 2011 – 2014

Berdasarkan gambar 3.7 bahwa cakupan pelayanan penderita diare terus meningkat, dimana pada tahun 2014 mencapai 124,6 %. 0 20 40 60 80 100 120 140 2011 2012 2013 2014 59 68 79 124,6 P e rs e n ta se Tahun

(29)

Gambar 3.8 Gambaran Penderita Diare Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Poso Tahun 2014

Berdasarkan gambar 3.8 bahwa penderita diare terbanya pada usia > 5 tahun dan pada jenis kelamin laki-laki untuk semua golongan umur.

e. Kusta

Meskipun Indonesia sudah dapat mencapai eliminasi pada pertengahan tahun 2000, penyakit kusta menjadi salah satu masalah kesehatan yang cukup besar di Indonesia. Hal ini disebabkan Karena sampai akhir tahun 2004 masih ada 13 provinsi dan 140 kabupaten yang belum mencapai eliminasi. Dengan kemajuan teknologi dibidang pengobatan kusta, maka seharusnya penyakit ini sudah dapat diatasi dan tidak lagi menjadi masalah kesehatan utama. Akan tetapi karena kompleksnya epidemiologi penyakit kusta serta masih

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 < 1 Thn 1 - 4 Thn > 5 Thn L 373 1024 1488 P 340 807 1551

(30)

banyaknya masyarakat yang belum memahami penyakit tersebut terutama mengenai tanda dini dan akibat yang ditimbulkannya, banyak penderita yang terlambat mendapat pengobatan atau ditemukan ketika sudah dalam keadaan cacat. Disamping itu keterlambatan pengobatan dapat menyebabkan penularan terus berlangsung sehingga kasus baru banyak bermunculan.

Keadaan ini tentu akan menghambat pencapaian tujuan program pemberantasan kusta. Untuk itu diperlukan sistem pemberantasan secara terpadu dan menyeluruh yang meliputi penemuan penderita sedini mungkin, pengobatan yang tepat, rehabilitasi medis, rehabilitasi sosial dan rehabilitasi karya.

Adapun kegiatan pemberantasan penyakit Kusta

dikabupaten Poso meliputi penemuan kasus baru melalui kegiatan Rapid Village survei (RVS) pada daerah-daerah endemis Kusta, survei kontak serumah dan tetangga dekat, penatalaksanaan reaksi, perawatan luka, dan pencegahan cacat. Secara berturut-turut cakupan program P2 Kusta dikabupaten Poso sebagai berikut; Case Detection Rate tahun 2009 sebesar 4,32 per 100.000 penduduk, tahun 2010 sebesar 8,44 per 100.000 penduduk, tahun 2011 sebesar 5, 73 per 100.000 penduduk, tahun 2012 sebesar 3,23 per

(31)

100.000 penduduk, tahun 2013 sebesar 6,1 per 100.000 penduduk dan tahun 2014 sebesar 3,1 per 100.000

penduduk; Prevalensi Rate tahun 2009 sebesar

0,43/100.000 penduduk, tahun 2010 sebesar 0,84/100.000 penduduk, tahun 2011 sebesar 0,57/100.000 penduduk, tahun 2012 sebesar 0,37/100.000 penduduk, tahun 2013 sebesar 0,8/100.000 penduduk dan tahun 2014 sebesar 0,57/100.000 penduduk; cacat tingkat 2 tahun 2009 sebesar 25%, tahun 2010 sebesar 37,5%, tahun 2011 sebesar 0%, tahun 2012 sebesar 14 %, tahun 2013 sebesar 8 %; Kasus pada anak tahun 2009 sebesar 0%, tahun 2010 sebesar 6,25%, tahun 2011 sebesar 8,33%, tahun 2012 sebesar 0 %, tahun 2013 sebesar 8 % dan tahun 2014 sebesar 14,29 %; RFT Rate tahun 2009 sebesar 100%, tahun 2010 sebesar 87,5%, tahun 2011 sebesar 100 %, tahun 2012 sebesar 100%, tahun 2013 sebesar 100 % dan tahun 2014 sebesar 42,8%.

(32)

Gambar 3.9 Prevalensi Rate Kasus Kusta di Kabupaten

Poso Tahun 2007 – 2014

Berdasarkan gambar 3.9 bahwa prevalensi rate kasus kusta menurun dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 0,57/10.000 penduduk, prevalensi ini sudah dibawah target indicator yaitu < 1/100.000 penduduk. 0,73 0,87 0,43 0,84 0,57 0,32 0,8 0,57 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 PR Indikator (<1/10.000 penduduk)

(33)

Gambar 3.10 Angka Kesembuhan (Released From

Treatment) Penderita Kusta di Kabupaten Poso Tahun

2007– 2014

Berdasarkan gambar 3.10 bahwa angka kesembuhan penderita kusta hanya mencapai 42,8% dari 100% pada tahun sebelumnya. Hal ini yang disebabkan karena angka kesembuhan penderita kusta pada tahun 2014 belum dapat

dievaluasi secara keseluruhan karena evaluasinya

dilaksanakan seluruhnya pada tahun berikutnya yaitu tahun 2015.

f. TB Paru.

Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh Mycobakterium tuberculosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB baru dan 3 juta

84,64 93,75 100 87,5 100 100 100 42,8 90 0 20 40 60 80 100 120 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 RFT Indikator (90%)

(34)

kematian akibat TB diseluruh dunia. Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian wanita akibat TB lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan, persalinan dan nifas. Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3-4 bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah tangga sekitar 20 – 30 %. Jika ia meninggal akibat TB, maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosial stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat. Secara berturut-turut selama 3 tahun cakupan program TB dikabupaten Poso sebagai berikut: CDR tahun 2010 sebesar 61,53%, tahun 2011 sebesar 61,63%, tahun 2012 sebesar 60,08 %, tahun sebesar 2013 36,65 % dan tahun 2014 sebesar 46,69 %. Conversi rate tahun 2010 sebesar 88,57%, tahun 2011 sebesar 94,46%, tahun 2012 sebesar 85,09%, tahun 2013 sebesar 71,95 % dan tahun 2014 sebesar 63,35 %. Cure rate tahun 2010 sebesar 91,43%, tahun 2011 sebesar 91,14%, tahun 2012 sebesar 82,55% dan tahun 2013 sebesar 58,53%. Angka kematian akibat TB (CFR) tahun 2010 sebesar 1,46%, tahun 2011 sebesar 2,83%, tahun

(35)

2012 sebesar 1,27%, tahun 2013 tidak ada kematian akibat penyakit TB ( 0 % ) dan tahun 2014 sebesar 2,9 %.

Gambar 3.11 Cakupan Penemuan Penderita TB Paru BTA

Positif di Kabupaten Poso Tahun 2009 – 2014

Berdasarkan gambar 3.11 bahwa cakupan penemuan penderita TB Paru BTA positif (case detection rate) pada tahun 2014 sebesar 46,49 % dari target sebesar 70%.

55 % 61,53 % 61,67 % 60,08 % 36,65 46,49 0 10 20 30 40 50 60 70 80 2009 2010 2011 2012 2013 2014

(36)

Gambar 3.12. Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA Positif di Kabupaten Poso Tahun 2009 - 2013.

Berdasarkan gambar 3.12 bahwa angka kesembuhan penderita TB Paru BTA positif pada tahun 2014 adalah hasil evaluasi pada tahun 2013 yaitu sebesar 58,53 dari target sebesar 85%.

g. Rabies.

Rabies (penyakit anjing gila) merupakan penyakit zoonosa yang terpenting diindonesia karena penyakit tersebut tersebar luas di 22 provinsi, dengan jumlah kasus gigitan yang cukup tinggi tiap tahunnya (rata-rata 16.000 kasusu gigitan), dengan belum ditemukan obat/cara pengobatan untuk penderita rabies sehingga selalu diakhiri dengan kematian pada hampir seluruh penderita rabies baik manusia maupun hewan. 2009 2010 2011 2012 2013 Cure Rate 91,55 88,57 91,14 82,55 58,53 Target 85 85 85 85 85 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

(37)

Di Indonesia penyakit ini telah lama dikenal, pertama dilaporkan pada tahun 1884 oleh school pada seekor kuda, tahun 1889 WJ Esser menemukan pada seekor kerbau, tahun 1890 Penning melaporkan pada anjing, dan pada manusia oleh E.V. de Haan tahun 1894, semua terjadi dijawa barat.

Mengingat akan bahaya rabies terhadap kesehatan dan ketentraman masyarakat karena dampak buruknya selalu diakhiri kematian, serta dapat mempengaruhi dampak perekonomian khususnya bagi pengembangan daerah-daerah pariwisata diindonesia yang tertular rabies, maka usaha pengendalian penyakit berupa pencegahan dan pemberantasan perlu dilaksanakan seintensif mungkin bahkan manuju pada program pemberantasan.

Upaya penanggulangan rabies diindonesia telah didukung dengan perundang-undangan, antara lain undang-undang Nomor 6 tahun 1967 tentang ketentuan pokok peternakan dan keshatan hewan: Undang-undang Nomor 4 tahun 1984, tentang wabah penyakit menular PP 40 tahun 1991, tentang penanggulangan wabah penyakit menular dan Undang-undang IRH tahun 2005.

Kasus gigitan hewan penular rabies di Kabupaten Poso mulai menunjukan peningkatan sejak tahun 2009 dimana

(38)

pada tahun 2010 kasus gigitan mencapai 147 penderita, Lyssa 3 orang (2,0%), tahun 2011 penderita 332, Lyssa 12 orang (3,6%), tahun 2012 penderita 456, Lyssa 2 orang (0,4), tahun 2013 penderita 383, Lyssa 2 orang (0,5) dan tahun 2014 penderita 246, Lyssa 3 orang (0,01).

Gambar 3.13. Gambaran Kasus Gigitan Hewan Penular

Rabies (GHPR) dan Kematian Akibat Rabies tahun 2009– 2014.

Berdasarkan gambar 3.13. bahwa jumlah Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) pada tahun 2014 cenderung

menurun dari tahun sebelumnya, namun kematian

mengalami peningkatan dari 2 kasus kematian pada tahun sebelumnya menjadi 3 kasus kematian pada tahun 2014.

2009 2010 2011 2012 2013 2014 Jum. Kasus 64 147 332 456 383 246 Meninggal 0 3 12 2 2 3 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 Ju m la h

(39)

Gambar 3.14. Gambaran Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) di Kabupaten Poso Tahun 2014

Berdasarkan gambar 3.14. bahwa Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) pada tahun 2014 terbanyak terjadi pada awal tahun atau bulan februari yaitut sebesar 47 kasus. h. IMS - HIV & AIDS.

Pada bulan Desember 2007 Departemen Kesehatan Repoblik Indonesia melaporkan secara kumulatif jumlah pengindap HIV dari 32 Provinsi di Indonesia sebanyak 6.066 orang diantaranya terdapat 11.141 orang menderita AIDS. Peningkatan jumlah penderita AIDS telah terjadi dari tahun ke tahun dengan lonjakan mulai tahun 2011. Hal ini disebabkan karena terjadinya peningkatan penularan HIV di sub populasi penguna napsa suntik (Penasun), sementara

Jan Feb Mare

t April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des

GHPR 15 47 32 32 17 5 12 25 5 6 29 21 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

(40)

berlangsung sejak tahun 1998 s.d 2007 mengalami peningkatan secara signifikan yaitu 258 penderita HIV diantaranya terdapat 60 penderita AIDS(1998) 11.141 HIV diantaranya terdapat 2.947 penderita AIDS (2007).

Proporsi kumulatif kasus AIDS tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 20 – 29 tahun yaitu 54,05 % yang merupa generasi muda produktif. Mengingat AIDS baru menunjukkan gejala pada usia 5 – 10 tahun sesudah seseorang tertular HIV, maka data tersebut member petunjuk bahwa mereka yang dilaporkan menderita AIDS pada usia 20 -29 tahun sesungguhnya sudah tertular HIV sebelum usia 20 tahun, yaitu sekitar 15 tahun bahkan lebih muda. Dengan kata lain sebagian besar orang yang dilaporkan menderita AIDS setelah tertular HIV pada usia < 15 tahun dan remaja > 15 tahun. Atas dasar perkembangan kasus HIV dan AIDS yang memprihatinkan pada generasi muda maka dipandang perlu adanya strategi khusus bagi penanggulangan HIV dan AIDS pada kelompok anak 0 – 14 tahun dan remaja 15 – 24 tahun sebagai kelompok rentan.

Cara-cara penularan HIV dan AIDS di Indonesia terbesar berturut – turut berada pada kelompok IDU (49,9%), Heterosex (41,9%), Homosex (3,9%), Perinatal (1,7%) tidak diketahui (2,6%). Kasus AIDS pada penasun ditemukan

(41)

pada kelompok ditemukan pada kelompok usia remaja dan orang muda mulai usia 15 tahun bahkan ada yang kebih muda. Kasus terbanyak ditemukan pada golongan umur 15 – 19 tahun dan 30 – 39 tahun. Penularan terutama terjadi karena pertukaran jarum suntik, berbagi obat dalam tabung suntik yang tidak steril diantara penasun dan hubungan sex yang tidak aman dengan pasangan.

Di Kabupaten Poso penemuan kasus Infeksi Menular Seksual (IMS) pada tahun 2010 untuk Sindrom Ulkus Genital pada pria sebesar 38 kasus, sedangkan pada wanita 15 kasus. Untuk Sindrom Duh Tubuh Uretra Pria sebanyak 6 kasus. Pada tahun 2011 sindrom Ulkus Genital pada pria sebesar 27 kasus, sedangkan pada wanita 8 kasus. Untuk Sindrom Duh (cairan) Tubuh Uretra Pria sebanyak 8 kasus, pada tahun 2012 sindrom Ulkus Genital pada pria sebesar 22 kasus, sedangkan pada wanita 2 kasus, Untuk Sindrom Duh Tubuh Uretra Pria sebanyak 7 kasus. pada tahun 2013 sindrom Ulkus Genital pada pria sebesar 14 kasus, sedangkan pada wanita 9 kasus. Untuk Sindrom Duh Tubuh Uretra Pria sebanyak 8 kasus. pada tahun 2014 sindrom Ulkus Genital pada pria sebesar 20 kasus, sedangkan pada wanita 27 kasus. Untuk Sindrom Duh Tubuh Uretra Pria sebanyak 12 kasus. Prevalensi HIV sebesar 0,009 % sesuai

(42)

dengan standar Nasional < 0,5 % Tahun 2015, sedangkan prevalensi pada kelompok usia 15 sampai 24 tahun pada tahun 2010 tidak ada kasus, tahun 2011 sebesar 3 kasus (0,03 %), tahun 2012 tidak ada kasus dan tahun 2013 sebesar 5 Kasus (0,01%) dan tahun 2014 sebesar 5 Kasus (0,01 %). Angka proporsi orang dengan HIV yang mendapatkan pengobatan ARV tahun 2010 sebesar 100 %, tahun 2011 sebesar 31%, tahun 2012 sebesar 28 %, tahun 2013 sebesar 44 % dan tahun 2014 sebesar 92 %.

Gambar 3.15. Penemuan Kasus Baru HIV dan AIDS di

Kabupaten Poso Tahun 2009 – 2014.

Berdasarkan gambar 3.15. bahwa penemuan kasus baru HIV dan AIDS terus mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2014 sebanyak 26 kasus baru, yang terdiri dari 14 kasus HIV dan 12 kasus AIDS.

2009 2010 2011 2012 2013 2014 HIV 1 0 12 5 16 14 AIDS 1 0 7 4 8 12 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

(43)

Gambar 3.16. Gambaran Kasus dan Kematian HIV dan

AIDS di Kabupaten Poso Tahun 2009 – 2014

Berdasarkan gambar 3.16. bahwa kasus HIV-AIDS di Kabupaten Poso sampai pada tahun 2014 sebanyak 44 kasus dan kematian sebanyak 4 kasus.

i. Schistosomiasis.

Daerah endemis Schistosomiasis di Kabupaten Poso sampai tahun 2014 terdiri dari 5 kecamatan dengan jumlah desa sebanyak 23 desa. Berikut nama – nama desa yang endemis Schistosomiasis di Kabupaten Poso.

2009 2010 2011 2012 2013 2014 HIV-AIDS 1 1 14 19 35 44 MATI 0 0 5 4 5 4 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

(44)

Tabel.3.3. Daerah Endemis Schistosomiasis berdasarkan

Desa, Puskesmas dan Kecamatan di Kabupaten Poso Tahun 2014.

NO KECAMATAN PUSKESMAS NAMA DESA

1 Lore Barat Lengkeka 1. Tuare

2. Kageroa 3. Tomehipi 4. Lengkeka 5. Kolori 6. Lelio

2 Lore Utara Wuasa 1. Watumaeta

2. Banyusari 3. Dodolo 4. Kaduwaa 5. Alitupu 6. Sedoa 7. Wuasa

3 Lore Timur Maholo 1. Maholo

2. Winowanga 3. Mekarsari 4. Tamadue 5. Kalemago

4 Lore Peore Watutau 1. Watutau

2. Wanga 3. Siliwanga 4. Betue

5 Lore Tengah Doda 1. Torire

Schistosomiasis di Asia disebabkan oleh cacing

Schistosoma japonicum, yang hidup di vena porta hepatica.

Schistosomiasis atau demam keong di Indonesia diketahui terdapat di Dataran tinggi Lindu, Dataran Tinggi Napu, dan Dataran Tinggi Bada. Hospes perantara schistosomiasis banyak terjadi pada masyarakat yang tinggal maupun melakukan aktifitas pekerjaan didekat perairan air tawar,

(45)

misalnya danau, sungai, sawah, dan rawa yang ada disekitar daerah endemis. Perubahan fungsi lingkungan, perpindahan penduduk dan pertambahan penduduk, menyebabkan persebaran penyakit ini kedaerah yang sebelumnya diketahui bukan daerah endemis maupun daerah dengan endemis rendah.

Gambar 3.17 prevalensi rate kasus schistosomiasis pada

manusia tahun 2008 – 2014.

Berdasarkan gambar 3.17. bahwa prevalensi rate kasus schistosomiasis pada manusia pada tahun 2014 sudah mencapai target yang ditetapkan yaitu < 1 %, dimana pada semester pertama angka prevalensi sebesar 0,64 % dan semester kedua 0,82 %. 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 SMTR I 2,4 3,8 4,7 2,1 1,1 1,9 0,64 SMTR II 2,2 2,5 3,2 2,8 1,2 0,7 0,82 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 P re va le n si

PREVALENSI RATE SCHISTOSOMIASIS PADA MANUSIA DI KAB. POSO TAHUN 2008 - 2014

(46)

Gambar 3.18. Cakupan Survey Tinja Penduduk di

Kabupaten Poso Tahun 2008 – 2014

Berdasarkan gambar 3.18. bahwa cakupan pemeriksaan tinja penduduk dalam rangka kegiatan survei penemuan kasus schistosomiasis terus mengalami peningkatan yaitu sebesar 78,44% namun masih dibawah target yang ditetapkan yaitu > 80%.

j. Filariasis.

Filariasis atau elephantiasis adalah penyakit menular (Penyakit Kaki Gajah) yang disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. Pemberian obat massal pencegahan

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 CAKUPAN 74,02 57,75 61,42 72,45 77,28 75,73 78,44 TARGET 80 80 80 80 80 80 80 10 20 30 40 50 60 70 80 90 P ER SE N TA SE

(47)

(POMP) penyakit filariasis dilakukan dengan berbasis kabupaten. Jika belum seluruh penduduk terlindungi / belum minum obat pencegah filariasis, maka program tidaklah efisien dan tidak efektif karena berisiko penularan (re-infeksi). Sehingga perlu pelaksanaan POMP filariasis secara

komprehensif dan mencakup seluruh wilayah endemis.

Kumulatif kasus filariasis kronis di Kabupaten Poso sampai tahun 2014 dapat dilihat pada peta di bawah ini.

Gambar 3.19. Sebaran Kasus Filariasis Kronis di Kabupaten

Poso Tahun 2014.

Berdasarkan gambar 3.19. bahwa jumlah kasus filariasis kronis di kabupaten Poso sampai tahun 2014 sebesar 37 kasus, terbanyak di Puskesmas Tagolu yaitu sebesar 20

(48)

kasus. Sedangkan kasus baru tidak ditemukan pada tahun 2014.

Pelaksanaan Pemberian Obat Massal Pencegah Filariasis telah dilaksanakan di Kabupaten Poso namun masih bersifat parsial, dimana pada tahun 2011/2012 cakupan pelaksanaan POMP filariaris di kabupaten Poso sebesar 72,6 % dari jumlah penduduk dan 84,7 % dari jumlah sasaran.

Pada tahun 2013 cakupan POMP Filariasis sebesar 66,1 % dari jumlah penduduk dan 77,8 % dari jumlah sasaran. Pada tahun 2014 sebesar 64,1 % dari jumlah penduduk dan 78,5 % dari jumlah sasaran.

2. Penyakit Tidak Menular.

Penyakit tidak menular (PTM) utama (kardiovaskular, stroke, kanker, diabetes melitus, penyakit paru kronik obstruktif) telah

meningkat di beberapa negara, terutama di negara

berkembang. WHO memperkirakan pada tahun 2020 PTM akan menyebabkan 73% kematian dan 60% seluruh kesakitan di dunia. Program Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PPTM) merupakan program baru yang dibentuk yang meliputi penyakit j antung dan pembuluh d arah, diabetes m elitus (DM) & penyakit metabolik, kanker, penyakit kronik & degeneratif, serta gangguan akibat kecelakaan & cedera. Peningkatan penyakit tidak menular ini dipacu oleh

(49)

berubahnya gaya hidup masyarakat, modernisasi, urbanisasi penduduk antar kawasan atau Negara yang tidak mengenal batas sehingga terjadi globalisasi hampir disemua aspek kehidupan baik social budaya, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Di Kabupaten Poso Program PTM sudah dilaksanakan mulai tahun 2010 namun kegiatan tersebut mulai aktif tahun 2012 dengan fokus kegiatan yaitu Posbindu yang meliputi pencatatan, penimbangan berat badan, pengukuran lingkar perut, pemeriksaan gula darah, kolesterol dan asam urat, konseling. Dari kegiatan tersebut, diperoleh hasil berdasarkan indikator program sebagai berikut; tahun 2014: hypertensi 166 kasus, Kecelakaan Lalu Lintas 44 kasus, Diabetes Melitus 43

kasus, Stroke 11 kasus, PJK 12 kasus, Asma 16 kasus,

(50)

Gambar 3.20. Gambaran Penyakit Tidak Menular berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Poso Tahun 2014

Berdasarkan gambar 3.20. bahwa kasus penyakit tidak menular di Kabupaten Poso pada tahun 2014 terbanyak adalah penyakit hipertensi yaitu sebanyak 166 kasus.

C. STATUS GIZI.

Masalah gizi terjadi di setiap siklus kehidupan, dimuai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak, dewasa dan lanjut usia. Mengingat status gizi masyarakat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia sehingga untuk mengatasi permasalahan gizi yang terjadi diterapkan kebijakan Upaya Peningkatan perbaikan Gizi Keluarga. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain pencegahan dan penanggulangan 4 (empat) masalah utama gizi yaitu masalah Kurang Kalori Protein (KKP), Defisiensi

Vitamin A, Defisiensi Fe pada ibu hamil (anemia) dan

0 20 40 60 80 100 68 7 4 8 0 0 0 8 2 1 30 98 5 7 35 1 1 1 8 4 4 14 Laki-Laki Perempuan

(51)

Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). Kegiatan lain dilaksanakan untuk peningkatan perbaikan gizi keluarga yaitu menimbang berat badan secara teratur, memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan (ASI Ekslusif), makan beraneka ragam, perbaikan gizi pada iu hamil yang menderita Kurang Energi Kronis (KEK), melakukan penyegaran kader Kadarzi dan penyuluhan lansung kepada masyarakat. Hal ini diharapkan dapat menyebarluarkan informasi kepada masyarakat tentang gizi. Penanganan untuk Balita yang mengalami gizi buruk dan gizi kurang dengan pemberian makanan tambahan melalui dana BOK dan Pemberian Susu melalui DAU. Jumlah Balita yang ditimbang melalui kegiatan pemantauan status gizi di Kabupaten Poso pada tahun 2014 yaitu 7.006 sampel, maka sebaran status gizi di Kabupaten Poso Tahun 2014 berdasarkan indikator Berat Badan menurut Umur (BB/U) dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:

(52)

Status gizi di kabupaten Poso tahun 2014 yaitu gizi buruk 62 orang (0,88 %), gizi kurang 512 orang (7,31 %), gizi baik 6.319 orang (90,51 %) dan gizi lebih 121 orang (1,73 %).

Kegiatan tatalaksana gizi buruk yang dilakukan yaitu penanganan kasus gizi buruk dengan indikator Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) pada tahun 2014 sebanyak 46 kasus yang dan semua kasus mendapat perawatan (100 %)

(53)

Pelaksanaan upaya kesehatan di Kabupaten Poso tidak terlepas dari Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Poso dalam melaksanakan pembangunan kesehatan, dan Visi dan Misi Departemen Kesehatan serta mengacu pada Kepmenkes RI No. 828/Menkes/SK/IX/2008 tentang Standar Minimal Bidang Kesehatan.

A. UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK.

1. Pelayanan Antenatal

Pelayanan antenatal (Antenatal Care) adalah pelayanan kesehatan untuk ibu hamil yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bagi ibu hamil secara terus menerus selama kehamilan untuk mencapai beberapa sasaran utama yaitu mengidentifikasi kehamilan resiko tinggi, mencegah dan mengatasi penyakit kehamilan, membantu mengatasi masalah gizi, sosial dan rohani serta memberi perhatian dalam persalinan, nifas, termasuk masalah keluarga berencana. Sasaran akhir dari pelayanan antenatal ialah menjamin ibu selamat dan bayi lahir dengan sehat sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu dan kematian bayi.

1) Cakupan K1 dan K4

Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui indikator K1 dan K4.

B

B

B

A

A

A

B

B

B

I

I

I

V

V

V

S

(54)

K1 adalah pelayanan kunjungan baru ibu hamil, sedangkan K4 adalah pelayanan ibu hamil sesuai standar 7 T paling sedikit 4 kali kunjungan selama kehamilan dengan ketentuan satu kali pada triwulan 1 (0-3 bulan) kehamilan, satu kali pada triwulan II (3-6 bulan) kehamilan dan 2 kali pada triwulan III (6-9 bulan) kehamilan. Jumlah bumil yang ada sebesar 4.657 bumil. Sedangkan kunjungan K1 dan K4 dapat dilihat pada grafik berikut :

Gambar 4.1 Kunjungan K1 dan K4 Tahun 2010-2014

2) Cakupan Fe3

Pemberian tablet Tambah Darah (TTD) pada ibu hamil

(55)

kehamilan. Jumlah Ibu Hamil yang mendapatkan Fe 3 Tahun 2013 sebesar 3.423 (78,08 %), sedangkan jumlah ibu hamil yang mendapatkan Fe 3 tahun 2014 sebesar 3.300 (70,9%.).

Gambar 4.2 Persentase Ibu Hamil Yang Mendapat Tablet

Fe1 dan Fe3 Tahun 2010-2013

2. Cakupan persalinan.

Pada tahun 2014 pertolongan persalinan oleh Nakes di Kabupaten Poso sebesar 80,1 % dibandingkan dengan tahun sebelumnya menurun 84,5 % tahun 2013. Cakupan pertolongan dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

(56)

Gambar 4.3 Pertolongan Persalinan Oleh NAKES thn 2010-2014

3. Cakupan Pemeriksaan Neonatal

Cakupan Kunjungan Neonatal (KN) adalah persentase neonatal (bayi kurang dari satu bulan) yaitu 0 – 28 hari yang mendapatkan pelayanan kesehatan minimal 3 (tiga) kali dari tenaga kesehatan. Satu kali pada umur 6 – 48 jam atau di laksanakan pada hari pertama, 1 kali pada umur 3-7 hari atau di laksanakan pada hari ke 3, dan 1 kali pada umur 8 – 28 hari atau pada minggu ke 2.

Cakupan pelayanan neonatal (KN) di Kabupaten Poso Tahun 2014 dapat dilihat pada grafik berikut .

(57)

Gambar 4.4 KN1 dan KN lengkap Kab. Poso Tahun 2014

Oleh karena itu tetap diusahakan adanya kebijakan program dalam upaya untuk meningkatkan cakupan KN dengan meningkatkan kinerja bidan desa dalam usaha memberikan pemeriksaan neonatal secara pro aktif.

B. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT.

Kegiatan Perbaikan gizi masyarakat di Kabupaten Poso tahun 2014 adalah Pemberian Vitamin A pada bayi, balita, dan bufas,bayi usia 0 – 6 bulan mendapatkan ASI Eksklusif, tingkat partisipasi dalam Penimbangan (D/S), balita gizi buruk mendapatkan perawatan, ibu hamil yang memperoleh tablet tambah darah (90 Tablet), Rumah Tangga yang mengkonsumsi garam beryodium. Vitamin A adalah salah satu zat gizi yang sangat diperlukan oleh tubuh yang berguna

(58)

untuk kesehatan mata (agar dapat melihat dengan baik) dan untuk kesehatan tubuh (agar meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan penyakit). Anak yang kekurangan vitamin A untuk jangka waktu lama akan mengakibatkan terjadinya gangguan mata, dan bila tidak cepat mendapat vitamin A akan mengakibatakan kebutaan. Selain anak yang kurang vitamin A bila terserang campak, diare, atau penyakit infeksi lain penyakitnya akan lebih parah dan dapat mengakibatkan kematian. Vitamin A dapat diperoleh dari ASI atau makanan yang berasal dari hewan (susu,daging,hati,telur),atau dari sayuran hijau serta buah berwarna merah atau kuning (mangga,pepaya). Tetapi karena anak jarang makan sumber vitamin A begitu penting maka anak harus mendapatkan kapsul vitamin A setiap enam bulan hingga usia 5 tahun. Kapsul vitamin A berwarna biru dengan dosis 100.000 IU diberikan kepada bayi berusia 6-11 bulan, sedangkan kapsul vitamin A berwarna merah dengan dosis 200.000 IU untuk anak balita usia 12-59 bulan. Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada bayi 6–11 bulan dapat dilihat pada tabel berikut :

(59)

Gambar 4.5 Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A bada Bayi dan

Balita di Kabupaten Poso Tahun 2014

Jumlah bayi sebesar 4.496 dan Jumlah Balita 25.416 balita yang ada jadi Total Balita yang mendapat Vitamin adalah 26.650 (90,46%). C. KELUARGA BERENCANA

Indikator keberhasilan program KB diketahui dari pencapaian target KB baru, cakupan peserta KB aktif Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP), Non MKJP dan Cakupan peserta KB baru MKJP dan Non MKJP.

1. Pencapaian Peserta KB Baru MKJP dan Non MKJP

Pada Tahun 2014 peserta KB baru MKJP adalah 1.492 (33,9%), sedangkan Peserta KB Baru non MKJP adalah 2.915 (66,1%). 2. Pencapaian Peserta KB Aktif MKJP dan Non MKJP

Pada tahun 2014 peserta KB Aktif MKJP sebesar 9.448 (28,3%), sedangkan untuk Peserta KB Aktif Non MKJP sebesar 23.956 (71,7%).

(60)

D. PELAYANAN KESEHATAN LINGKUNGAN

1. Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih

Ada 2 faktor yang penting dalam penyediaan air bersih yaitu kuantitas dan kualitas. Secara kuantitas dapat dilihat pada cakupan penggunaan air bersih, sedangkan secara kualitas ditentukan oleh kualitas air dan tingkat resiko pencemaran Sarana Air Bersih (SAB). a. Cakupan Air Bersih

Program penyediaan dan pengawasan air bersih (PPAB) ditentukan oleh dua faktor yaitu dari segi kualitas dan kuantitas. Secara kuantitas dapat ditentukan oleh keadaan penduduk yang menggunakan sarana air bersih, sedangkan secara kualitas

ditentukan oleh deteksi pemeriksaan sampel air baik

secara

fisik, kimia maupun bekteriologis.

Dilihat jumlah penduduk dengan akses berkelanjutan terhadap air minum yang berkualitas (layak) pada tahun 2014 sebesar 179.291 (82,17%) dengan rincian:

(61)

Gambar 4.6 Akses Air Minum Berkualitas di Kab. Poso

Tahun 2014

b. Pembuangan Kotoran Manusia (JAGA)

Penyebaran water born disease dan infeksi kecacingan berasal dari pembuangan kotoran manusia (Human ExcretaDisposal) berupa faeces dan urine yang tidak sesuai dengan syarat kesehatan. Ada beberapa syarat pembuangan kotoran yang memenuhi aturan kesehatan menurut Ehlers dan Steel adalah : 1). Tidak boleh mengotori tanah permukaan,

2). Tidak boleh mengotori air permukaan, 3). Tidak boleh mengotori air dalam tanah,

4). Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai tempat lalat bertelur atau perkembangbiakan vektor penyakit lainnya,

8,52%3,25% 1,29%

7,45%

0,58%

78,91%

Sumur Gali Terlindungi Sumur Gali Dengan Pompa Sumur Bor dengan Pompa Mata Air Terlindungi

(62)

5). Pembuatannya mudah dan murah.

Jumlah penduduk yang akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak (jamban sehat) Tahun 2014 sebanyak 164.536 (75,41%) dengan rincian :

Gambar 4.7 Akses Fasilitas Sanitasi Yang Layak (Jamban

Sehat) di Kabupaten Poso Tahun 2014

2. Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TPUM) Sehat

Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TPUM) merupakan salah satu faktor yang cukup berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat, kaitannya dengan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan tempat-tempat tersebut, seperti : diare, keracunan makanan, keracunan pestisida, dan lain-lain.

TPUM yang dimaksud adalah tempat-tempat umum (TTU) yang meliputi kantor, hotel, toko, pasar, salon kecantikan dan lain-lain

3,34%

85,20%

5,76%

5,70%

Jamban Komunal Jamban Leher Angsa

(63)

dan tempat pengolahan makanan (TPM) yang meliputi restoran atau rumah makan. Namun pada saat ini TPUM yang dilakukan pemeriksaan sanitasi adalah terhadap hotel, pasar, restoran, salon kecantikan dan lain-lain.

Jumlah TPUM yang ada di kab. Poso pada tahun 2014 adalah sebanyak 1.212 dan yang diperiksa 1.212. Sedang yang memenuhi syarat terdapat 922. Jika dilihat dari hasil pemeriksaan TPUM yang ada di Kab. Poso sudah cukup baik namun demikian upaya-upaya penanganan terhadap kebersihan dan kesehatan pada TTU masih perlu ditingkatkan.

Adapun rincian TPUM yang diperiksa adalah hotel sebanyak 18 buah, jumlah yang diperiksa sebanyak 18 buah dan semua memenuhi syarat kesehatan, restoran/rumah makan sebanyak 229 buah, jumlah yang diperiksa 229 buah dan yang memenuhi syarat kesehatan 150 buah, sarana pendidikan sebanyak 300 buah, yang diperiksa sebanyak 300 buah dan semua memenuhi syarat kesehatan, depot air minum sebanyak 91 buah, yang diperiksa 91 buah dan yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 61 buah serta TPUM lainnya sebanyak 474 buah, yang diperiksa sebanyak 474 buah dan yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 299 buah.

(64)

3. Pengelolaan Sampah.

Kegiatan pengawasan terhadap pengelolaan sampah sangat penting untuk pengendalian dampak sampah terhadap kesehatan masyarakat, karena masih banyak penyakit-penyakit menular yang erat kaitannya dengan pengelolaan sampah yang belum baik atau tidak memenuhi syarat kesehatan. Di Kabupaten Poso pengelolaan sampah oleh sebagian besar rumah tangga masih menggunakan sistem open dumping yaitu sampah dibuang di halaman rumah dan ditumpuk pada satu tempat serta ada sebagian menggali lubang kemudian dibakar.

Pada tahun 2014 jumlah rumah yang ada sebanyak 54.670 buah, rumah diperiksa dan memenuhi syarat kesehatan sebanyak 53.197 buah (97.30%).

E. UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT

Pengembangan peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan yang bersumber daya masyarakat seperti Posyandu, POD, Polindes, dapat dilihat pada sarana UKBM yang ada di wilayah Kabupaten Poso.

Posyandu merupakan wahana kesehatan bersumber daya masyarakat yang memberikan layanan 5 Kegiatan utama (KIA, KB, Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan Diare) dilakukan dari, oleh, untuk

(65)

dan bersama masyarakat. Jumlah Posyandu yang ada di Kabupaten Poso tahun 2014 sebanyak 264 posyandu.

Poskesdes ( Pos Kesehatan Desa ) Upaya Kesehatan yang bersumberdaya masyarakat yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan atau menyediakan pelayanan kesehatan dasar masyarakat desa Jumlah Poskesdes yang ada di Kabupaten Poso tahun 2014 sebanyak 141 Unit, 1 Unit Pos Kesehatan Pondok Pesantren ( Ponpes Gontor, Kec. Poso Pesisir ).

Pos UKK (Pos Upaya Kesehatan Kerja) merupakan wahana

operasional dalam pemeliharaan kesehatan pekerja yang

diselenggarakan oleh masyarakat pekerja atau kelompok pekerja yang memiliki jenis kegiatan yang sama yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas kerja. Pos UKK yang ada di Kabupaten Poso yaitu 1 Unit Pos UKK di Kecamatan Pamona Utara ( Sulewana ).

Satuan Karya Bhakti Husada (SBH) adalah wahana pramuka untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan kesempatan dalam membaktikan dirinya kepada masyarakat dalam pembangunan Kesehatan.

(66)

F. PROMOSI KESEHATAN.

Kegiatan yang dilaksanakan oleh Program Promosi Kesehatan yaitu 1. Radio Spot.

Yaitu Iklan Radio (Penyakit Menular, Tidak Merokok di dalam rumah dan ASI Ekslusif yang diiklankan setiap hari dalam kurun waktu 1 tahun di Radio Matahari Poso.

2. Pembuatan Spanduk, Umbul – Umbul, Stiker, Leaflet, Poster dan Banner untuk kegiatan hari – hari besar Nasional dan hari – hari besar kesehatan, antara lain umbul – umbul 10 Indikator PHBS, Stiker Dilarang merokok di dalam rumah dan tidak merokok di lingkungan sekolah (dibagikan ke Rumah Tangga dan Sekolah – sekolah), Leaflet Bahaya merokok dan penyakit, Poster dan Banner di sekolah dan Puskesmas

3. Kegiatan Penyuluhan yang dilaksanakan yaitu penyuluhan tentang Bahaya Rokok yang dilaksanakan di sekolah (SMP/SMA) yang ada di Kabupaten Poso.

G. PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT

1. Pelayanan Imunisasi

Imunisasi merupakan suatu kegiatan pencegahan penyakit yang telah terbukti paling cost effective, maka Program Pengembangan Imunisasi dalam rangka pencegahan penularan terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu, tuberkulosis, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus

(67)

serta hepatitis B terus ditingkatkan. Upaya imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Dengan upaya imunisasi terbukti bahwa penyakit cacar telah terbasmi dan Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar sejak tahun 1974. Mulai tahun 1977 upaya imunisasi diperluas menjadi program pengembangan imunisasi dalam rangka pencegahan penularan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi yaitu Tubercolosis, Difteri, Pertusis, Campak, Polio, Tetanus serta Hepatitis B.

Universal Coverage Imunization yang disingkat UCI

merupakan salah satu tujuan dari pelaksanaan program imunisasi. Cakupan desa UCI Kabupaten Poso dengan indikator imunisasi lengkap secara berturut-turut sebagai berikut; pada tahun 2010 sebesar 75,9%, tahun 2011 sebesar 88,8%, tahun 2012 sebesar 89,3%, tahun 2013 sebesar 85,5%, tahun 2014 sebesar 84,2 %; Indikator desa UCI,tahun 2010 berjumlah 76 dari 152 desa (50%), tahun 2011 berjumlah 122 dari 155 desa (79%), tahun 2012 berjumlah 125 dari 156 desa (80%), tahun 2013 berjumlah 125 dari 158 desa (79%), tahun 2014 berjumlah 156 dari 167 desa (93,4 %).

(68)

Gambar 4.8. Jumlah Desa /Kelurahan UCI Kabupaten Poso Tahun 2010 – 2014

Berdasarkan gambar 4.5. bahwa jumlah desa/kelurahan dan cakupan desa UCI terus mengalami peningkatan, di mana pada tahun 2014 terdapat 156 desa / kelurahan yang UCI atau sekitar 93,4%.

Cakupan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 4.9. Cakupan BIAS di Kabupaten Poso Tahun 2010 – 2014

50 % 79 % 80 % 79 % 93,4 % 76 122 125 125 156 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 2010 2011 2012 2013 2014 % DESA UCI 2010 2011 2012 2013 2014 Bias Campak 89,49 101 100 95 99,25 Bias DT 82,81 101 100 94,3 99,43 Bias TT 82,67 99,33 99,59 93,1 99,67 0 20 40 60 80 100 120

Gambar

Gambar  3.1  Angka Kematian Ibu Tahun 2010-2014  2.  Angka Kematian Bayi.
Gambar  3.3  Kematian Balita di Kabupaten Poso  2011-2014  B.  MORBIDITAS.
Gambar  3.4    Stratifikasi  Malaria  berdasarkan  API  Puskesmas di Kabupaten Poso Tahun 2014
Gambar  3.5  Gambaran  Kasus  DBD  berdasarkan  Bulan  Kejadian di Kabupaten Poso Tahun 2012 – 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2014 ini merupakan suatu gambaran atau informasi kinerja dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, terutama dalam hal

Profil Kesehatan Kabupaten ini pada intinya berisi berbagai data/informasi yang menggambarkan situasi dan kondisi kesehatan masyarakat di Kabupaten Gianyar Tahun

Dengan adanya profil kesehatan ini dapat diketahui capaian program kesehatan di Kabupaten Boyolali Tahun 2013, situasi derajat kesehatan masyarakat Boyolali, upaya kesehatan

Profil Kesehatan Kabupaten ini pada intinya berisi berbagai data/informasi yang menggambarkan situasi dan kondisi kesehatan masyarakat di Kabupaten Gianyar Tahun

Profil Kesehatan Kabupaten ini pada intinya berisi berbagai data/informasi yang menggambarkan situasi dan kondisi kesehatan masyarakat di Kabupaten Gianyar Tahun

Berikut gambaran Case Detection Rate (CDR) per Puskesmas Tahun 2014.. Profil Kesehatan Kab. Puskesmas dengan CDR terendah adalah Puskesmas Kerinci Kanan hanya 14,81%. Sedangkan

Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2016 ini merupakan suatu gambaran atau informasi kinerja dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, terutama dalam hal

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar menyajikan data dan informasi kesehatan yang meliputi data situasi derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan,