Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 5 No. 1 2017
28
PENGARUH KOMUNIKASI MASSA TERHADAP MASYARAKAT
ANALISA ‘KASUS VIDEO PORNO ARIEL PETERPAN’ DENGAN
MENGGUNAKAN TEORI AGENDA SETTING
Edelweis Putri Prima, S.I.Kom, M.I.Kom
ABSTRAKBeredarnya berita video porno Ariel Peterpan bersama Luna maya merebak di status jejaring sosial pada tahun 2010, semua orang di dunia maya membahas video tersebut. Dengan sangat mudahnya masyarakat pihak manapun dapat mengakses video tersebut baik dari situs jejaring sosial, jaringan internet hingga melalui pesan singkat. Pada awalnya kasus video porno Ariel Peterpan tidak terlalu banyak diketahui masyarakat. Hal ini merebak akibat peranan media massa, baik cetak, elektronik maupun media
online terus menerus memberitakan kasus video tersebut. Media begitu mem-blow up pemberitaan kasus
video porno tersebut.
Fenomena ini merupakan gambaran dari betapa kuatnya pengaruh media massa dalam pembentukan opini masyarakat. Media massa mempunyai kemampuan untuk memilih dan menekankan topik tertentu yang dianggapnya penting (menetapkan ‘agenda’/agenda media) yang dalam hal ini berkaitan dengan teori Agenda Setting. Dimana dalam teori Agenda Setting ada 3 proses agenda setting, yakni media agenda, public agenda, dan policy agenda. Berita mengenai video porno artis tersebut diagendakan media hingga akhirnya menjadi agenda publik.
Artikel ini bertujuan untuk melihat fenomena merebaknya berita video porno Ariel Peterpan dan pengaruhnya terhadap kehidupan sosial masyarakat dengan pendekatan deskriptif kualitatif yang memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data langsung. Dalam mencermati berita yang sedang booming di media, teori agenda setting cukup relevan untuk menilai efek komunikasi massa. Pers dan media sebagai bagian dari masyarakat sipil, seharusnya menjadi agen perubahan dan pencerahan masyarakat dalam arti positif, bukan sebaliknya melakukan sesuatu yang meracuni masyarakat dan kontra produktif sifatnya.
Kata Kunci : Media Massa, Agenda Setting, Komunikasi Massa
ABSTRACT
The circulation of news Ariel Peterpan porn video with Luna Maya spreaded on social networking status in 2010, everyone in cyberspace discussed the video. With the easly of the any part society can accessed the video either from social networking sites, internet networks or via short messages. Initially case of porn video Ariel Peterpan not too much known to the public. This widespread because of the role of mass media, both print, electronic and online media continuously preach the video case. Media was so blow-up of news porn video case.
This phenomenon was a picture of how strong the influence of mass media in the formation of public opinion. The mass media has the ability to choose and emphasized certain topics it deems important (setting the 'agenda' / media agenda) which in this case related to the theory of the Setting Agenda. Where in the theory of Agenda Setting there are 3 process of agenda setting, namely media agenda, public agenda, and policy agenda. News about the porn video artist was scheduled media until finally become the public agenda.
This article aims to saw the phenomenon of porn video news Ariel Peterpan and its influence on the social life of society with qualitative descriptive approach that has natural characteristics as a source of direct data. In analyze of the news who is booming in media, the agenda setting theory was relevant enough to assess the effect of mass communication. The press and the media as part of civil society should be agent of change and enlightenment in a positive sense, not the opposite of doing something poisoned society and counterproductive nature.
Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 5 No. 1 2017
29
I. PendahuluanBerawal dari beredarnya berita video porno Ariel Peterpan bersama Luna maya merebak di status jejaring sosial youtube,
facebook dan twitter pada tahun 2010, dengan
sangat cepat dan tak terbendung kasus ini semakin meluas. Semua orang di dunia maya membahas video tersebut. Bahkan dalam jejaring sosial twitter pun, sempat menjadi
Trending Topic. Apakah ini menjadi sesuatu yang
baik atau membanggakan? Jika memang kata-katanya menyenangkan dan membawa nama baik Indonesia, namun ini adalah ‘Ariel Peterporn’ yang merupakan pelesetan dari nama Ariel Peterpan sempat menjadi Trending
Topic dalam beberapa saat mengalahkan berita
dan peristiwa penting yang terjadi di seluruh dunia pada saat itu. Di Negara Indonesia sendiri, berita video porno tersebut telah mengalahkan berita kasus bank century, kasus penggelapan uang pajak yang dilakukan Gayus Tambunan serta kasus-kasus besar lainnya di tahun itu. Dalam dunia Internasional bahkan mengalahkan berita Piala dunia yang saat itu baru akan dimulai.
Dengan sangat mudahnya masyarakat pihak manapun dengan mengakses video tersebut baik dari situs jejaring sosial, jaringan internet hingga melalui pesan singkat. Akibatnya semua media di negeri ini hampir setiap hari menyajikan berita mengenai kasus video porno ini. Baik media cetak, media elektronik televisi dan radio serta media online yang semakin merebak.
Khusus di televisi, saking gencarnya pemberitaan kasus ini, tidak hanya program infotainment, tetapi juga program berita reguler TV Swasta pada pagi-siang atau malam hari. Yang lebih mengherankan lagi, beberapa program infotainment, ada yang menayangkan cukilan video tersebut walaupun gambarnya dikaburkan. Apa sesungguhnya yang ada dalam benak para Pemimpin Redaksi atau Produser?. Mereka mencari cara bagaimana melakukan “dagangannya” atau menaikan rating acaranya dengan berbagai cara. Sekalipun itu bertentangan dengan kode etik jurnalisme. Mereka sekarang tidak acuh dengan kode etik kewartawanan, para pimpinan redaksi dan produser lebih takut dipecat oleh pemilik modal media mereka bekerja, daripada diperingati atau diberi sanksi oleh Dewan Pers atau Komisi
Penyiaran Daerah (KPI) misalnya. Karena itulah, dicari berita atau dibuat acara yang bombastis atau berselera rendah seperti skandal seks, kekerasan seksual, mistik, kekerasan masal, pembakaran aset pemerintahan, pembunuhan sadis dan lain sebagainya. Bagi mereka yang penting ratingnya tinggi dan laku di pasaran, tidak peduli dengan efek yang timbul pembaca dan pemirsa mereka.
Berita mengenai video tersebut pun terus menerus dikonsumsi masyarakat luas, tak hanya orang dewasa, bahkan anak-anak pun ikut masuk ke dalam pemberitaan yang semakin meluas ini. Semua orang di negeri ini membahas video Ariel, Luna Maya dan Cut Tari, bahkan lebih parahnya lagi ada beberapa media luar negeri yang juga ikut menjadikan berita video artis Indonesia ini berita utama dalam medianya. Dengan mengedepankan Indonesia sebagai Negara berpenduduk mayoritas muslim. Hal ini tentu sangat memprihatinkan bagi kehidupan masyarakat Indonesia dan juga perkembangan bagi anak-anak didik di negeri ini.
II. Metode Analisis
Dalam artikel ini, penulis menggunakan bentuk analisis kualitatif dengan pendekatan interpretatif. Analisis kualitatif merupakan riset yang datanya dinyatakan dalam bentuk verbal, dianalisis tanpa menggunakan teknik statistik (Sangaji. AM & Sopiah, 2010:26). Pendekatan interpretatif merupakan analisis dalam menentukan dasar dan makna sosial. Interpretatif bukanlah kerja otonom dan tidak ditentukan oleh suatu kekuasaan khusus manusia tertentu. Dalam interpretatif dapat menggunakan bantuann orang lain serta informasi tertulis (Gunawan Witjaksana, 2005:5). Penulis menganalisis data yang terkumpul dengan mengacu pada teori Agenda
Setting sesuai dengan fenomena beredarnya
video porno di jejaring sosial dan media massa di Indonesia.
A. Teori Agenda Setting
Teori Agenda Setting adalah teori yang menyatakan bahwa media massa berlaku merupakan pusat penentuan kebenaran dengan kemampuan media massa untuk mentransfer dua elemen yaitu kesadaran dan informasi ke dalam agenda publik dengan mengarahkan
Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 5 No. 1 2017
30
kesadaran publik serta perhatiannya kepadaisu-isu yang dianggap penting oleh media massa. Dua asumsi dasar yang paling mendasari penelitian tentang penentuan agenda adalah: 1. Masyarakat pers dan mass media tidak
mencerminkan kenyataan; mereka menyaring dan membentuk isu. 2. Konsentrasi media massa hanya pada
beberapa masalah masyarakat untuk ditayangkan sebagai isu-isu yang lebih penting daripada isu-isu lain.
Teori ini mengatakan bahwa media (terutama media berita) tidak selalu berhasil untuk memberitahukan apa yang kita pikirkan melainkan mereka berhasil mengajak kita untuk memikirkan sesuatu. Fungsi Agenda setting media mengacu pada kemampuan media, dengan liputan berita yang diulang-ulang, untuk mengangkat pentingnya sebuah isu dalam benak publik.
Ide dasar pendekatan Agenda Setting seperti yang sering dikemukakan Bernard Cohen (1963) adalah bahwa “pers lebih daripada sekadar pemberi informasi dan opini. Pers mungkin saja kurang berhasil mendorong orang untuk memikirkan sesuatu, tetapi pers sangat berhasil mendorong pembacanya untuk menentukan apa yang perlu dipikirkan”.
Teori Agenda Setting yang dikemukakan McCombs dan Donald Shaw (1972) adalah salah satu teori tentang proses dampak media atau efek komunikasi massa dan budaya. Teori agenda setting menggambarkan kekuatan pengaruh media sangat kuat terhadap pembentukan opini masyarakat.
Media massa dengan memberikan perhatian pada isu tertentu dan mengabaikan yang lainnya, akan memiliki pengaruh terhadap pendapat umum. Orang akan cenderung mengetahui tentang hal yang diberitakan media massa dan menerima susunan prioritas yang diberikan media massa terhadap isu-isu yang berbeda. Kaitannya antara urutan isu yang ditetapkan media dan urutan signifikasi yang dilekatkan pada isu yang sama oleh publik dan politikus.
Media massa memiliki kemampuan untuk memberitahukan kepada masyarakat atau khalayak mengenai isu-isu tertentu yang dianggap penting dan kemudian khalayak tidak hanya mempelajari dan memahami isu-isu
pemberitaan tetapi juga seberapa penting arti suatu isu atau topik berdasarkan cara media massa memberikan penekanan terhadap isu tersebut. Jadi apa yang dianggap penting dan menjadi agenda media maka itu pulalah yang juga dianggap penting dan menjadi media bagi khalayak.
Ada 3 proses Agenda Setting:
1. Media Agenda – dimana isu
didiskusikan di dalam media
2. Public Agenda – ketika isu didiskusikan
dan secara pribadi sesuai dengan khalayak
3. Policy Agenda – pada saat para
pembuat kebijaksanaan menyadari pentingnya isu tersebut.
Jadi salah satu aspek yang paling penting dalam konsep agenda setting adalah peran fenomena komunikasi massa. Media massa mempunyai kemampuan untuk memilih dan menekankan topik tertentu yang dianggapnya penting (menetapkan agenda) sehingga membuat publik berfikir bahwa isu yang dipilih media itu penting.
Model konseptual Agenda-setting
Sumber: McQuail & Windahl (1993)
Agenda setting menggambarkan kekuatan pengaruh media yang sangat kuat dalam pembentukan opini masyarakat. Media massa mempunyai kepampuan untuk memilih dan menekankan topik tertentu yang
dianggapnya penting (menetapkan
‘agenda’/agenda media) sehingga membuat publik berfikir bahwa isu yang dipilih media itu penting dan menjadi agenda publik.
Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 5 No. 1 2017
31
B. Kasus Video Porno Ariel PeterpanMenurut teori agenda setting ada 3 proses agenda setting, yakni media agenda,
public agenda, dan policy agenda. Berikut
analisa isu tersebut menurut proses terjadinya agenda setting.
Pada awalnya kasus video porno Ariel Peterpan tidak terlalu banyak diketahui masyarakat. Hal ini merebak akibat peranan media massa, baik cetak, elektronik maupun media online terus menerus memberitakan kasus video tersebut. Media begitu mem-blow
up pemberitaan kasus video porno tersebut,
yang tentu saja sangat meresahkan masyarakat, terutama bagi masyarakat yang memiliki anak-anak dibawah umur yang ikut serta mengetahui kasus video ini. Hal ini merupakan merupakan tragedi moral dan akhlak yang hendaknya itu menjadi introspeksi pentingnya teladan dari para tokoh masyarakat dalam bagian pendidikan bagi anak-anak.
Hampir semua program acara stasiun televisi membahas, saking gencarnya pemberitaan kasus ini, tidak hanya program
infotainment, tetapi juga program berita reguler
TV Swasta pada pagi-siang atau malam hari. Berita tersebut pun menjadi topik hangat yang diperbincangkan oleh hampir semua orang, baik di kantor, di kampus atau bahkan di tempat-tempat umum seperti di dalam kendaraan umum. Hamper tidak ada orang yang tidak tahu tentang masalah ini. Pro dan kontra pun muncul dalam masyarakat. Bahkan berita tersebut selalu menjadi headline dalam beberapa pekan di sejumlah surat kabar, tabloid, dan majalah.
Fenomena ini merupakan gambaran dari betapa kuatnya pengaruh media massa dalam pembentukan opini masyarakat. Media massa mempunyai kemampuan untuk memilih dan menekankan topik tertentu yang
dianggapnya penting (menetapkan
‘agenda’/agenda media) sehingga membuat publik berpikir bahwa isu yang dipilih media itu penting dan menjadi agenda politik.
Dengan melakukan sample acak, penulis melakukan wawancara ke sejumlah pengguna sosial media dan juga pengguna media online dengan menggunakan analisis kualitatif dengan pendekatan interpretatif. Penulis melihat fenomena media sosial dan pengguna media online ini cenderung menggunakan media massa dan media sosial
untuk kepentingan hiburan semata, hanya sekitar 30% saja yang menggunakan untuk kepentingan bisnis, maupun bidang lainnya. Dengan demikian bahwa masyarakat (kaum awam) pada umumnya bisa saja dengan mudahnya menelan mentah-mentah apa yang mereka lihat dan mereka dengar. Bahkan mereka bisa saja berkomentar dan berpendapat sesuai dengan kehendak masing-masing pihak.
Sedangkan kalangan intelektual yang memang menggunakan media massa untuk kepentingan bisnis dan bidang lainnya, cenderung mengacuhkan dan berpendapat bahwa video porno Ariel Peterpan ini merupakan video pribadi yang tak layak dikonsumsi publik.
Setelah isu tersebut ramai diberitakan oleh berbagai media, khalayak pun terkena terpaan media sehingga dampaknya berita tersebut menjadi akrab di telinga khalayak dan juga didiskusikan berbagai pihak. Hampir semua kalangan mengetahui dan ikut membahas isu video porno tersebut, baik dari kalangan terpelajar, masyarakat biasa hingga kalangan politik dan petinggi negeri pun turut serta. Dengan demikian, berita mengenai video porno artis tersebut diagendakan media hingga akhirnya menjadi agenda publik.
Para masyarakat dan para petinggi negeri saat itu pun ikut serta berkomentar tentang kasus ini, bahkan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang kala itu masih menjabat menjadi Presiden pun turut serta memberikan komentar.
Dikutip dari laman www.detik.com, SBY menyampaikan itu dalam puncak peringatan Hari Anak Nasional. Acara berlangsung Jumat (23/7/2010) pagi di Sasono Langen Budoyo, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur.
"Tragedi moral akhlak yang belum lama ini terjadi, apa yang disebut kasus video porno. Pelajaran apa yang bisa dipetik dari situ, siapa yang tanggung jawab,dan apa yang harus kita lakukan agar tak terjadi kasus itu di masa depan. Anak pasti akan membandingkan apa yang dilihat dan alami di lingkungan dengan pelajaran yang diterimanya dari orang tua dan guru. Bila ternyata tidak ada kesesuaian yang besar, anak bisa meragukan bahkan frustasi dan masa bodoh terhadap apa yang guru serta orang
Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 5 No. 1 2017
32
tuanya ajarkan,” kata Presiden Susilo BambangYudhoyono (SBY)”.
Dengan demikian kasus ini sudah merambah ke area politik dan menjadi policy agenda. Namun kita berharap, baiknya kasus ini agar dapat segera terselesaikan di ranah hukum sehingga pemberitaannya di media tidak terlalu berlebihan seperti belakangan ini yang tentunya banyak berakibat buruk bagi pertumbuhan anak didik di negeri ini, seperti yang dijelaskan Bapak SBY”
Apalagi ditambah dengan adanya komentar dari Bapak SBY kala itu, fenomena beredarnya video porno Ariel Peterpan ini tak lagi menjadi konsumsi masyarakat awam biasa, melainkan menjadi konsumsi dan perbincangan di kalangan petinggi negara dan merambah ke ranah politik. Peran media massa yang membuat hal ini menjadi demikian.
III. Simpulan
Dalam mencermati berita yang sedang
booming di media, teori agenda setting cukup
relevan untuk menilai efek komunikasi massa. Kasus video porno Ariel Peterpan ini merupakan contoh yang cukup relevan dalam hal ini. Karena kasus ini pada awalnya hanyalah video pribadi yang kemudian tersebar di ranah publik
sehingga kemudian media massa
menjadikannya sebuah isu yang menarik untuk diangkat sebagai headline.
Melalui gambaran kasus ini betapa kuatnya pengaruh media massa dalam pembentukan opini masyarakat. Media massa mempunyai kemampuan untuk memilih dan menekankan topik tertentu yang dianggapnya penting (menetapkan ‘agenda’/agenda media) sehingga membuat publik berpikir bahwa isu yang dipilih media itu penting. Kasus ini
berkembang dari media agenda menjadi agenda publik dan hingga bergerak ke ranah politik dan menjadi policy agenda.
Pengaruh media massa terhadap perkembangan kasus ini sangatlah kuat. Media sosial berkembang ke ranah media massa sehingga publik bisa melihat dan menilai kasus ini sesuai pendapatnya masing-masing.
IV. Saran
Pers dan media sebagai bagian dari masyarakat sipil, seharusnya menjadi agen perubahan dan pencerahan masyarakat dalam arti positif, bukan sebaliknya melakukan sesuatu yang meracuni masyarakat dan kontra produktif sifatnya. Karena masyarakat sifatnya beragam dan kebanyakan menelan mentah-mentah berita yang masuk ke dalam benaknya, sehingga fungsi media lah sebaiknya dapat lebih menyeleksi mana yang seharusnya layak di tayangkan maupun tidak.
Kemudian ada baiknya untuk Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) hendaknya lebih meneliti media-media yang menayangkan atau menerbitkan berita yang tidak sesuai dengan UU seharusnya ditindak lanjuti untuk diberikan sanksi agar tidak lagi terjadi kesalahan dalam penayangan ataupun penerbitan yang dapat menyebabkan anak-anak didik di negeri ini menjadi teracuni.
Sedangkan untuk masyarakat pada umumnya untuk lebih cerdas memilih media yang ingin dilihat, ditonton atau dikonsumsi. Untuk para orang tua juga untuk terus mendampingi anaknya ketika menggunakan media.
Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 5 No. 1 2017
33
DAFTAR PUSTAKADeddy Mulyana, Prof, M.A.,Ph.D. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. .
Elvinaro Ardianto, Drs, M.Si, Lukiati Komala, Dra, M.Si, Dra. Siti Karlinah, M.Si, 2007. Komunikasi
Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Gunawan Witjaksana. 2005. Pokok-Pokok Pikiran dalam Metodologi Penelitian Komunikasi Kualitatif. Buku ajar Ilmu Komunikasi USM.
Sangadji. E.M & Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset
Werner J. Saverin, James W. Tankard Jr, 2007. Teori Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
www.detik.com
http://www.utwente.nl/cw/theorieenoverzicht/Theory%20clusters/Mass%20Media/Agenda-Setting_Theory.doc/