PENGEMBANGAN MARKA MOLEKULAR UNTUK KARAKTERISASI
VARIETAS ANGGREK TANAH UNGGUL (SPATHOGLOTTIS) HASIL
POLIPLOIDISASI DENGAN KOLKISIN
Agus Setiawan1)*, Anahtadiya Nurfa Shochicha1), Abrory Agus Cahya Pramana1), Restiyanti1), Budi Setiadi Daryono1)
1)Program Studi Biologi, Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada *e-mail: agus.setiawan@mail.ugm.ac.id
Abstract
Characterization of Spathoglottis has not been observed yet especially in determination
of genetic relationship and identification of colchisine-induced polyploid orchid. The aim of this
research was to study about characterization of fingerprinting molecular mark in DNA Barcode
profiling of Polyploid Anggrek Tanah (Spatholgottis sp.) and fenetic relationship of polyploid
orchid with superior hybrid soil orchid (Spatholgottis sp.). The method of this research is
collecting the orchid, germinating orchid seed, colchisine-induced PLB orchid, making simply
buffer DNA isolation, genome DNA isolation, quantitative test of genome DNA, qualitative test
of genome DNA, liquidity DNA genom, liquidity RAPD primer, PCR Random Amplified
Polimorphism DNA (RAPD) of Orchid DNA, electrophoresis of PCR-RAPD, polymorphism
RAPD , Dendogram RAPD analysis, dan creating Orchid DNA barcode. Based on the result
known that RAPD molecular method could be used in detection of polyploid Spathoglottis sp.
with OPAW11 primer.
Electroforegram could be made as DNA bar-coding for
Spathoglottis sp. that also could be used to to trace the origin orchids from Indonesia.
Keywords: Spathoglottis, RAPD, bar-code DNA, colchisine
1. PENDAHULUAN
Indonesia
merupakan
megabiodiversitas anggrek karena dari
30.000 spesies anggrek alam di dunia,
sebanyak 5.000 diantaranya berada di
Indonesia (Irawati, 2002). Salah satunya
adalah Anggrek Tanah (Spathoglottis) yang
memiliki siklus pembungaan tiap bulan dan
mudah perawatannya. Dalam produksi
varietas anggrek unggul baru melalui teknik
mutasi
genetik
yang
menghasilkan
peningkatan karakter fisik dan fenotip
tertentu,
seperti
perubahan
performa
tumbuhan, warna bunga, peningkatan
ukuran dan daya adaptasi. Teknik mutasi
tanaman anggrek dapat menggunakan bahan
kimia berupa kolkisin yang berfungsi
sebagai antimikrotul (Zainudin, 2010).
Menurut Sulistianingsih et al.
(2004) pemberian kolkisin pada tanaman
anggrek dapat memicu poliploidisasi yang
diikuti oleh peningkatan ukuran sel dan
jaringan tanaman termasuk bentuk dan
warna. Poliploidisasi anggrek menunjukkan
peningkatan karakter yang lebih diing tipe
diploid (2n). Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan diketahui bahwa konsentrasi
kolkisin dalam usaha poliploidisasi pada
genus anggrek berbeda-beda. Perlakuan
Protocorm-like bodies (PLB) anggrek
Phalaenopsis pada kultur cair dengan
penambahan 50 (ml/g) kolkisin dapat
menginduksi
poliploid
sebesar
50%
(Griesbach,
1981).
Sedangkan
dalam
Sarathum et al. (2010) menyatakan bahwa
konsentrasi kolkisin yang paling efektif
pada anggrek Dendrobium devoniatum
(0,03%), Vanda poepoe ‘Diana’ (0,5-1,5%),
Dendrobium
devonianuma
(0,03%),
Dendrobium offinale (0,01%), Phalaenopsis
sp. (0,005%), Dendrobium scabrilingue
(0,075%). Setiawan (2012) menyatakan
bahwa perendaman Protocorm dalam
medium New Phalaenopsis cair dengan
penambahan kolkisin 0,075% dengan lama
perlakuan 7 hari dapat menginduksi
poliploidisasi anggrek Spathoglottis plicata
secara
optimal.
Setiawan
(2012)
menemukan konsentrasi kolkisin optimal
dalam poliploid anggrek Spathoglottis
plicata Blume 1825 adalah 0,075% dengan
lama perlakuan 7 hari.
Pengembangan marka molekular
untuk karakterisasi varietas anggrek tanah
unggul dapat dilakukan dengan perlakuan
senyawa kolkisin. Proses karakterisasi
genetik anggrek tanah unggul dapat
dilakukan
dengan
metode
DNA
fingerprinting, yaitu: Random Amplified
Polymorphism
DNA
(RAPD)
yang
menghasilkan profil fenetik DNA anggrek.
Profil DNA anggrek dapat digunakan dalam
proses pemuliaan dan pencarian varietas
unggul. Penelitian ini menggunakan DNA
dari Protocorm like-bode (PLB) Anggrek
Tanah unggul (Spatholgottis sp.) hasil
perlakuan kolkisin secara in-vitro, sehingga
DNA terbebas dari senyawa kontaminan.
Teknik
RAPD
membutuhkan
tingkat
kemurnian DNA yang tidak terlalu tinggi
namun harus dihindarkan dari senyawa
kontaminan
seperti
polisakarida
dan
metabolit sekunder. Khosravi et al. (2009)
telah melakukan analisis RAPD terhadap
beberapa varietas anggrek Dendrobium
Serdang beauty yang telah diinduksi dengan
menggunakan kolkisin dan menemukan
primer yang sesuai, yaitu: OPU-7
(5’-CCTGCTCATC-3’),
OPU-10
(5’-ACCTCGGCAC-3’),
OPAW-11
CTGCCACGAC-3’) dan OPU-14
(5’-TGGGTCCCTC-3’).
Inovasi karakterisasi molekular
berupa pembuatan profil bar-code DNA
anggrek
hasil
poliploidisasi
dapat
meningkatkan nilai jual dari anggrek
tersebut. Penelitian ini dapat menjadi dasar
pengembangan
varietas
anggrek
Spathoglottis
dalam
skala
besar
di
Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui karakterisasi marka molekular
fingerprinting dalam pembuatan profil
bar-code DNA pada varietas Anggrek Tanah
unggul
(Spatholgottis
sp.)
hasil
poliploidisasi dan mengetahui hubungan
kekerabatan
fenetik
anggrek
hasil
poliploidisasi dengan varietas Anggrek
Tanah unggul (Spatholgottis sp.) hibrid.
2. METODE
1. Koleksi Buah Anggrek
Buah varietas anggrek Spathoglottis
dikoleksi dari kebun Fakultas Biologi UGM
meliputi buah Spathoglottis plicata, S.
plicata var. pink, S. kimballiana, dan
Spathoglottis hybrid, yaitu: Spathoglottis
Sutra
Ungu,
Spathoglottis
Bintang
Segunung, Spathoglottis Kuning Layung,
Spathoglottis
Bintang
IOCRI,
dan
Spathoglottis Kartika
2. Kultur Biji Anggrek pada Medium
New Phalaenopsis (NP)
Buah anggrek dikultur secara in-vitro
menggunakan medium New Phalaenopsis
(NP) pada masing-masing cawan petri dan
tiap buah ditabur pada 10 jenis petri untuk
menghindari
terjadinya
kemungkinan
kontaminasi medium kultur. Setelah 3
minggu, Protocorm sudah muncul dan
dilakukan subkultur pada petri dengan
jumlah 4 untuk perlakuan kolkisin.
3. Perlakuan Mutasi dengan Kolkisin
Penambahan kolkisin pada medium
New Phalaenopsis (NP) anggrek yang telah
mencapai fase Protocorm-like bodies (PLB)
masing-masing 0.075% (gr/100 ml) selama
1 minggu kemudian dipindahkan kedalam
medium tanpa kolkisin. Setelah 3 minggu,
maka PLB siap untuk diekstraksi.
4. Isolasi
DNA
Genom
Tanaman
Anggrek
Isolasi DNA anggrek Spathoglottis
dilakukan dengan mengambil 0,1 gram daun
segar tanaman kemudian dimasukkan ke
dalam
tube
1,5
mL
lalu
digerus
menggunakan pastle kecil yang sebelumnya
telah dicelupkan pada larutan nitrogen cair.
Setelah sampel daun digerus, kemudian
ditambahkan 600 µL buffer isolasi DNA.
Tube lalu diinkubasi pada waterbath suhu
68
oC
selama
15
menit.
Kemudian
ditambahkan 500 µL kloroform dingin, lalu
tube dishake selama 1 jam dengan kecepatan
110 rpm. Kemudian disentrifugasi dengan
kecepatan 5.000 rpm selama 5 menit.
Aqueous layer selanjutnya dipindahkan ke
dalam tube 1.5 mL baru lalu ditambahkan
isopropanol dengan peringan 1:1 dengan
larutan aqueous layer. Tube diinverse
sebanyak 6 kali lalu didiamkan selama 10
menit. Selanjutnya tube disentrifugasi
dengan kecepatan 5.000 rpm selama 5
menit. Supernatan dibung kemudian pellet
DNA dicuci dengan menggunakan ethanol
70% lalu di sentrfugasi kembali 10.000 rpm
selama 2 menit. Supernatan dibuang, lalu
pellet DNA dikeringanginkan pada vacuum.
Setelah pellet DNA kering, kemudian
ditambahkan larutan TE (0,1-10 M)
sebanyak 50 µL. Sampel DNA kemudian di
simpan pada suhu -20
oC.
5. Analisis
Random
Amplified
Polymorphism DNA (RAPD) anggrek
Spathoglottis
PCR dilakukan menggunakan kit
PCR Go Taq Green©. Pertama dilakukan
pembuatan premix PCR sesuai dengan
jumlah sampel yang akan di PCR namun
jumlahnya
dilebihkan
1
untuk
meminimalisir habisnya premix. Komposisi
premix untuk satu reaksi yaitu 12,5 µL kit
PCR, 10 µL ddH
2O dan 2 µL primer.
Kemudian ditambahkan sampel DNA
genom yang akan di PCR. Konsentrasi DNA
genom yang digunakan yaitu 50-75 ng/ µL.
Sampel kemudian di running menggunakan
alat
PCR
BOECO
dengan
suhu
predenaturasi 95
oC (5 menit), dan kemudian
dilanjutkan dengan siklus yang diulang
sebanyak 45 kali yaitu denaturasi 95
oC,
annealing 38
oC, dan elongasi 72
oC. Siklus
selanjutnya diakhiri dengan post-elongasi 72
o