• Tidak ada hasil yang ditemukan

Maria Dian Kusumaningrum, Yvonne Magdalena Indrawani. Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Maria Dian Kusumaningrum, Yvonne Magdalena Indrawani. Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

Perbedaan Proporsi Ketersediaan Buah dan Sayur di Rumah dan Faktor

Lainnya Terhadap Konsumsi Buah dan Sayur Siswa SDN Jatirahayu VIII

Bekasi Tahun 2014

Maria Dian Kusumaningrum, Yvonne Magdalena Indrawani

Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

Email: mariadian@live.com

Abstrak

Rendahnya konsumsi buah dan sayur pada anak-anak menjadi faktor risiko penyakit degeneratif di masa dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur. Desain studi cross sectional pada penelitian ini melibatkan subjek sebanyak 152 responden siswa kelas IV dan V SDN Jatirahayu VIII yang dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2014. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik sampel acak sederhana. Konsumsi buah dan sayur diukur dengan menggunakan

FFQ semi-quantitative dan variabel independen lainnya dengan kuesioner melalui teknik wawancara. Hasil

penelitian menunjukkan 56,3% responden tidak memenuhi anjuran konsumsi buah dan sayur sebanyak 400 gram per hari. Uji chi-square menunjukkan terdapat perbedaan proporsi jenis kelamin (OR=2,46;CI=1,2-4,9), keyakinan diri (OR=2,32;CI=1,2-4,6), perilaku makan buah dan sayur orang tua (OR=4,8;CI=2,3-9,9), dukungan orang tua (OR=3,45;CI=1,7-6,9), ketersediaan buah dan sayur di rumah (OR=3,77;CI=1,9-7,6), dan kebiasaan sarapan (OR=2,43;CI=1,2-5,1) terhadap konsumsi buah dan sayur.

Kata kunci : konsumsi buah, konsumsi sayur, ketersediaan buah dan sayur di rumah.

The Different Proportion of Fruit and Vegetable Availability at Home and Other Factors Towards Fruit and Vegetable Consumption of SDN Jatirahayu VIII Bekasi

Students 2014. Abstract

Low consumption of fruit and vegetable in children can lead to non communicable disease. This study discussed about factors that are related with fruit and vegetable consumption. This study has used cross sectional method with 152 subjects that consists of 4th and 5th grade students of SDN Jatirahayu VIII. In this study, systematic random sampling technique has been used for taking samples. Fruit and vegetable consumption are measured with FFQ semi quantitative and independent variables are measured with questionnaire. Result of this study shows that 56,3% of respondents consume fruit and vegetable less than 400 gram a day. There are different proportion of sex (OR=2,46;CI=1,2-4,9), self efficacy (OR=2,32;CI=1,2-4,6), parental fruit and vegetable eating behaviour (OR=4,8;CI=2,3-9,9), parental encouragement (OR=3,45;CI=1,7-6,9), fruit and vegetable availability at home (OR=3,77;CI=1,9-7,6), and breakfast behaviour (OR=2,43;CI=1,2-5,1) towards fruit and vegetable consumption.

Keywords : fruit consumption, vegetable consumption, fruit and vegetable availability.

(2)

Rendahnya konsumsi sayuran dan buah-buahan sering dikaitkan dengan peningkatan kejadian penyakit tidak menular (Eckhardt, 2006). Konsumsi buah dan sayur juga berkaitan dengan kejadian obesitas pada anak-anak (Epstein et al., 2001). Tidak hanya itu konsumsi buah dan sayur sejak anak-anak juga berhubungan dengan penurunan risiko penyakit tidak menular di masa dewasa (Wyse et al., 2011). Kebiasaan makan buah dan sayur penting pada masa anak-anak karena kebiasaan makan pada masa anak-anak cenderung mempengaruhi kebiasaan makan pada saat masa dewasa (Kelder et al., 1994).

Pedoman Gizi Seimbang menganjurkan konsumsi buah dan sayur untuk usia 10-19 tahun sebanyak 400-600 gram (Direktorat Bina Gizi Kemenkes RI, 2014). Akan tetapi sebagian besar masyarakat Indonesia diatas usia 10 tahun tidak dapat memenuhi anjuran konsumsi buah dan sayur. Berdasarkan hasil Riset Kesahatan Dasar pada tahun 2013 menunjukkan bahwa 96,2% masyarakat di Jawa Barat kurang mengonsumsi buah dan sayur (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI, 2013). Survei pendahuluan yang dilakukan di SDN Jatirahayu VIII juga menunjukkan bahwa 83,3% siswa kelas V kurang mengonsumsi buah dan sayur. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi buah dan sayur pada anak-anak.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan proporsi karakteristik individu (jenis kelamin, pengetahuan tentang buah dan sayur, preferensi, dan keyakinan diri ), karakteristik orang tua ( perilaku makan orang tua dan dukungan orang tua ), dan lingkungan (ketersediaan buah dan sayur di rumah dan frekuensi sarapan) terhadap konsumsi buah dan sayur siswa SDN Jatirahayu VIII, Bekasi tahun 2014.

Tinjauan Teoritis

Faktor-faktor yang Memengaruhi Konsumsi Buah dan Sayur

Perilaku manusia dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor kebiasaan individu, intrapersonal, dan lingkungan (Bandura, 1989). Dave (2007) juga mengungkapkan bahwa faktor intrapersonal terdiri dari kognitif, kesukaan dan faktor biologis yang dapat meningkatkan atau mengurangi perilaku tertentu. Faktor lingkungan sendiri melingkupi semua aspek baik sosial atau fisik yang dapat berperan sebagai penguat atau pelemah perilaku seperti contoh panutan, dukungan sosial, atau ketersediaan fasilitas. Lalu untuk faktor kebiasaan individu meliputi pola perilaku di masa dahulu dan masa sekarang. Oleh karena itu, konsumsi buah dan sayur pada masa anak-anak dipengaruhi oleh faktor individu dan lingkungan seperti jenis kelamin,

(3)

keyakinan diri, pengetahuan, dukungan orang tua, ketersediaan buah dan sayur, dan kebiasaan sarapan.

Jenis Kelamin

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa laki-laki lebih banyak mengonsumsi buah dan sayur (McGinnis et al., 2006 ; Lorson et al., 2009). Secara kuantitas, anak laki-laki lebih banyak mengonsumsi makanan dibandingkan dengan anak perempuan sehingga anak laki-laki cenderung lebih dapat memenuhi anjuran konsumsi buah dan sayur per harinya (McGinnis et al., 2006). Sedangkan beberapa penelitian lainnya menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak mengonsumsi buah dan sayur dibandingkan dengan laki-laki (Rasmussen et al., 2006 ; Cooke dan Wardle, 2005). Anak perempuan lebih banyak mengonsumsi buah dan sayur dikarenakan anak perempuan lebih memerhatikan lingkungan sehingga anak perempuan lebih memerhatikan kebiasaan makan yang nantinya mempengaruhi pemilihan makanan (Wardle et al., 2003).

Pengetahuan Gizi

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan gizi berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur ( Fischer et al., 2011 ; Kristjansdottir et al., 2006 ; Wright dan Epps, 2013 ). Kristjansdottir et al. (2006) menyatakan bahwa pengetahuan tentang buah dan sayur berbanding lurus dengan peningkatan kesadaran dan keterampilan dalam mempersiapkan buah dan sayur. Jika kesadaran anak mengenai buah dan sayur meningkat maka kemungkinan ketertarikan anak untuk mau mengonsumsi buah dan sayur juga akan meningkat sehingga konsumsi buah dan sayur anak akan menjadi lebih tinggi.

Keyakinan Diri

Menurut Rasmussen et al. (2006), keyakinan diri merupakan hal yang berkaitan secara signifikan dengan konsumsi buah dan sayur pada anak. Melbye et al., 2011 mengungkapkan bahwa keyakinan diri, perilaku serta pengaruh sosial merupakan pusat dari faktor kognitif yang diyakini merupakan determinan utama dari kebiasaan manusia. Hal ini didukung dengan hasil penelitian Bourdeaudhuij et al. (2008) yang menunjukkan anak yang yakin dapat mengonsumsi buah dan sayur setiap harinya mengonsumsi sayuran 1,5 kali lebih banyak dan buah 2 kali lebih banyak dibandingkan dengan anak yang tidak yakin dapat mengonsumsi buah dan sayur setiap harinya.

Preferensi

Preferensi atau kesukaan merupakan salah satu faktor yang banyak diteliti untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi sayur dan buah pada anak usia sekolah (Bere dan Klepp, 2004 ; Rasmussen et al., 2006 ; Bourdeaudhuij et al.,2008 ; Wind et

(4)

al.,2010). Bandura (1999) menyatakan bahwa preferensi berpengaruh terhadap perilaku seseorang sehingga mempengaruhi anak-anak dalam memilih perilaku mereka untuk mengonsumsi buah dan sayur.

Perilaku Makan Sayur dan Buah Orang tua

Perilaku makan sayur dan buah orang tua merupakan hal yang dapat menjadi prediksi dari konsumsi sayur dan buah pada anak ( Wardle et al.,2003). Pada penelitian Fischer et al.,(2002) mendapatkan hasil bahwa ada persamaan antara konsumsi sayur dan buah orang tua dengan konsumsi sayur dan buah anak. Wardle et al. (2003) menjelaskan hubungan antara konsumsi buah dan sayur orang tua dengan konsumsi sayur dan buah pada anak. Anak yang melihat orang lain khususnya orang tua mengonsumsi makanan akan menjadi contoh sehingga dapat meningkatkan keinginan anak-anak untuk mengonsumsi sayur dan buah. Dukungan Orang tua

Pada penelitian Cullen et al. (2001) menemukan bahwa dukungan orang tua memengaruhi konsumsi sayur dan buah anak. Diketahui bahwa anak-anak yang kurang mendapatkan dukungan dari orang tua mengonsumsi sayur dan buah yang lebih sedikit.

Ketersediaan Sayur dan Buah di Rumah

Ketersediaan sayur dan buah di rumah telah diteliti pada beberapa penelitian sebagai faktor yang berhubungan secara kuat terhadap konsumsi sayur dan buah pada anak ( McGinnis et al., 2006 ; Brug et al., 2008 ; Koui dan Jago, 2008; Wyse et al., 2011 ; Cullen et al., 2001). Neumark-Sztainer dalam McGinnis et al.,(2006) mendapatkan hasil bahwa sekalipun kesukaan terhadap sayur dan buah rendah jika ketersediaan sayur dan buah di rumah baik maka konsumsi sayur dan buah akan tetap meningkat.

Kebiasaan Sarapan

Kebiasaan sarapan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi konsumsi sayuran dan buah pada masa anak-anak (Pedersen et al., 2012 ; Lazzeri et al., 2013). Kebiasaan sarapan terkait dengan kebiasaan makan yang tidak sehat yang akan memengaruhi kebiasaan untuk mengonsumsi sayur dan buah (Lazzeri et al., 2013). Sarapan juga berkaitan dengan waktu makan bersama dengan keluarga (Lazzeri et al., 2013). McGinnis et al., (2006) mengungkapkan bahwa waktu makan bersama keluarga sendiri merupakan fakor yang berpengaruh secara kuat terhadap konsumsi anak.

(5)

Metode Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu siswa dan siswi yang kelas IV dan V SDN Jatirahayu VIII, berstatus sebagai siswa dan siswi aktif, hadir saat penelitian dilakukan, sehat dan bersedia mengisi kuesioner penelitian. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik acak sederhana (simple random sampling). Pengambilan sampel acak sederhana dilakukan dengan menggunakan teknik undian.

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah food model, kuesioner yang diaptasi dari kuesioner Eating Habits of Schoolchildren : Pro Children Project (Klepp et al.,2003), skripsi (Farisa, 2012 ; Fibrihirzani, 2012) dan disertasi (Dave, 2007) dengan beberapa penyesuaian dan form FFQ semi kuantitatif yang diadaptasi dari skripsi (Farisa, 2012) untuk memperoleh data mengenai konsumsi sayur dan buah responden serta faktor-faktor yang memengaruhinya.

Pengumpulan data primer yaitu konsumsi buah dan sayur responden serta karakteristik individu, orang tua, dan lingkungan responden dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara. Responden yang terpilih akan dipanggil ke ruang perpustakaan sekolah untuk melakukan wawancara. Pertanyaan yang ditujukan kepada orang tua dilakukan dengan wawancara melalui telefon.

Konsumsi sayur dan buah responden dikategorikan menjadi baik jika konsumsi sayur dan buah ≥ 400 gram per hari dan kurang jika < 400 gram per hari. Keyakinan diri dan dukungan orang tua memiliki skala skor 2-5 sedangkan perilaku makan buah dan sayur serta ketersediaan buah dan sayur memiliki skala skor 1-5. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat digunakan untuk menjelaskan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti dalam penelitian ini sedangkan analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antar dua variabel. Penelitian ini menggunakan uji Chi-Square sebagai metode uji statistik dikarenakan variabel yang diteliti bersifat kategorik. Uji ini menggunakan batas kemaknaan (α = 0,05) yang menandakan jika p-value ≤ 0,05, terdapat perbedaan proporsi variabel independen terhadap variabel dependen dan apabila p-value > 0,05 , tidak terdapat perbedaan proporsi variabel independen terhadap variabel dependen.

(6)

Hasil Penelitian

Total jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 152 responden namun hanya 142 responden yang datanya dapat diolah.

Tabel 1 Rekapitulasi Analisis Bivariat Antara Seluruh Variabel Independen dengan Konsumsi Buah dan Sayur

Pada penelitian ini, persentase perilaku kurangnya konsumsi buah dan sayur juga lebih tinggi dari perilaku konsumsi buah dan sayur yang baik. Sebesar 56,3 % responden kurang mengonsumsi buah dan sayur. Distribusi data konsumsi buah dan sayur dalam penelitian ini tidak normal sehingga peneliti menggunakan nilai median. Nilai median dari konsumsi buah dan sayur dalam penelitian ini adalah 389,6 gram/hari. Hasil pada penelitian ini menunjukkan responden terdiri dari 47,9% laki-laki dan 52,1 % responden perempuan. Laki-laki yang kurang mengonsumsi buah dan sayur lebih banyak dibandingkan dengan perempuan terlihat dari hasil statistik yang menunjukkan persentase laki-laki yang kurang mengonsumsi buah

Konsumsi buah dan sayur Total

OR 95% CI p value Kurang Baik

n % n % n %

Jenis kelamin Laki-laki 46 67,6 22 32,4 68 100 2,46 (1,24 – 4,87)

0,015* Perempuan 34 45,9 40 54,1 74 100

Total 80 56,3 62 43,7 142 100 Pengetahuan tentang

buah dan sayur

Kurang 66 54,5 55 45,5 121 100 0,6 (0,23 – 1,59) 0,426 Baik 14 66,7 7 33,3 21 100 Total 80 56,3 62 43,7 142 100 Preferensi Negatif 44 64,7 24 35,3 68 100 1,94 ( 0,99 – 3,80) 0,079 Positif 36 48,6 38 51,4 72 100 Total 80 56,3 62 43,7 142 100

Keyakinan diri Kurang 40 66,7 20 33,3 60 100 2,32 ( 1,16 – 4,63)

0,025* Baik 40 48,8 42 51,2 82 100

Total 80 56,3 62 43,7 142 100 Perilaku makan buah

dan sayur orang tua

Kurang 50 75,8 16 24,2 66 100 4,79 ( 2,32 – 9,91)

0,000* Baik 30 39,5 46 60,5 76 100

Total 80 56,3 62 43,7 142 100

Dukungan orang tua Kurang 56 69,1 25 30,9 81 100 3,45 (1,72 – 6,94)

0,000* Baik 24 39,3 37 60,7 61 100

Total 80 56,3 62 43,7 142 100 Ketersediaan buah dan

sayur di rumah Kurang 50 72,5 19 27,5 69 100 3,77 ( 1,87 – 7,63) 0,000* Baik 30 41,1 43 58,9 73 100 Total 80 56,3 62 43,7 142 100

Kebiasaan sarapan Kurang 35 70 15 30 50 100 2,43 ( 1,17 – 5,06)

0,025* Baik 45 48,9 47 51,1 92 100

(7)

dan sayur sebesar 67,6% sedangkan persentase perempuan yang kurang mengonsumsi buah dan sayur sebesar 45,9%.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan rendah tentang buah dan sayur lebih banyak dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan yang cukup. Responden yang memiliki pengetahuan rendah tentang buah dan sayur sebesar 85,2% sedangkan responden yang memiliki pengetahuan cukup tentang buah dan sayur hanya sebesar 14,8%. Akan tetapi pada penelitian ini tidak ditemukan perbedaan proporsi antara pengetahuan rendah dan pengetahuan cukup tentang buah dan sayur terhadap konsumsi buah dan sayur. Selain pengetahuan karakteristik individu yang diteliti dalam penelitian ini adalah preferensi.Persentase responden dengan preferensi positif terhadap buah dan sayur lebih besar dibandingkan dengan persentase responden dengan preferensi negatif yaitu sebesar 52,1%. Serupa dengan pengetahuan tentang buah dan sayur, tidak ditemukan perbedaan proporsi antara preferensi terhadap konsumsi buah dan sayur responden. Berbeda dengan pengetahuan tentang buah dan sayur serta preferensi, hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan proporsi antara keyakinan diri dengan konsumsi buah dan sayur. Terdapat 56,3% responden dengan keyakinan diri yang baik untuk mengonsumsi buah dan sayur. Sebesar 51,2% responden dengan keyakinan diri baik memenuhi anjuran konsumsi buah dan sayur perharinya namun 48,8% lainnya masih tidak memenuhi anjuran konsumsi buah dan sayur.

Karakteristik orang tua yang diteliti dalam penelitian ini adalah perilaku makan buah dan sayur orang tua dan dukungan orang tua. Terdapat 53,5% responden dengan perilaku makan buah dan sayur orang tuanya baik sedangkan responden yang orang tuanya memiliki perilaku makan buah dan sayur yang kurang baik sebesar 46,5%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proporsi antara perilaku makan buah dan sayur orang tua terhadap konsumsi buah dan sayur. Dari responden yang perilaku makan buah dan sayur orang tuanya kurang baik, 75,8% kurang mengonsumsi buah dan sayur dan 24,2% lainnya mengonsumsi buah dan sayur dengan baik. Berbeda dengan perilaku makan buah dan sayur orang tua, responden yang memiliki dukungan orang tua yang positif lebih sedikit dibandingkan dengan responden yang dukungan orang tuanya negatif. Responden dengan dukungan orangtua positif sebesar 43% sedangkan responden dengan dukungan orangtua negatif sebesar 57%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proporsi antara dukungan orang tua terhadap konsumsi buah dan sayur. Dari 81 responden dengan dukungan orang tua negatif, 69,1% kurang mengonsumsi buah dan sayur dan 30,9% lainnya mengonsumsi buah dan sayur dengan baik.

(8)

Selain karakteristik individu dan orangtua, ketersediaan buah dan sayur di rumah serta kebiasaan sarapan juga menjadi variabel dalam penelitian ini. Responden yang memiliki ketersediaan buah dan sayur yang baik di rumah sebesar 51,4% sedangkan responden yang memiliki ketersediaan buah dan sayur yang kurang baik di rumah sebesar 48,6%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proporsi ketersediaan buah dan sayur di rumah terhadap konsumsi buah dan sayur di rumah. Dari 73 responden yang ketersediaan buah dan sayur di rumahnya baik, 58,9% diantaranya mengonsumsi buah dan sayur dengan baik dan 41,1% lainnya kurang mengonsumsi buah dan sayur. Kebiasaan sarapan responden cukup baik ditandai dengan persentase responden yang memiliki kebiasaan sarapan ≥ 4 kali/minggu yaitu 64,8%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proporsi kebiasaan sarapan terhadap konsumsi buah dan sayur responden.

Pembahasan

Berdasarkan PGS 2014, anjuran konsumsi buah dan sayur untuk usia 10-19 tahun adalah 400-600 gram per hari dimana dua pertiga dari anjuran tersebut adalah porsi sayuran (Direktorat Bina Gizi Kemenkes RI, 2014). Akan tetapi anjuran konsumsi buah dan sayur ini masih sulit untuk dipenuhi. Hal ini didukung dengan hasil penelitian ini yang menunjukkan persentase perilaku kurangnya konsumsi buah dan sayur lebih tinggi dibandingkan dengan perilaku makan buah dan sayur yang baik. Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa sebanyak 80 responden (56,3%) kurang mengonsumsi buah dan sayur. Distribusi data konsumsi buah dan sayur dalam penelitian ini tidak normal sehingga peneliti menggunakan nilai median. Nilai median dari konsumsi buah dan sayur dalam penelitian ini adalah 389,6 gram/hari. Konsumsi buah dan saur yang masih kurang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis kelamin, preferensi, keyakinan diri, pengetahuan gizi, dukungan orang tua, perilaku orang tua, ketersediaan di rumah, dan kebiasaan sarapan responden.

Pada penelitian ini didapati hasil bahwa terdapat perbedaan proporsi jenis kelamin terhadap konsumsi buah dan sayur. Laki-laki cenderung kurang mengonsumsi buah dan sayur jika dibandingkan dengan perempuan. Wardle et al. (2003) menyatakan perempuan cenderung menghindari makanan yang berlemak dan lebih memilih makanan tinggi serat karena kepercayaan perempuan untuk memiliki pola makan yang sehat lebih kuat dibandingkan laki-laki. Oleh karena itu perempuan cenderung lebih banyak mengonsumsi buah dan sayur

(9)

daripada laki-laki. Selain itu Wardle et al. (2003) mengungkapkan bahwa laki-laki cenderung kurang mengonsumsi buah dan sayur karena kebutuhan fisiologis laki-laki lebih besar daripada perempuan sehingga laki-laki membutuhkan lebih banyak energi dibandingkan perempuan yang mengarahkan laki-laki untuk lebih memilih mengonsumsi makanan berkalori tinggi dibandingkan buah dan sayur.

Beberapa penelitian mendapatkan hasil pengetahuan gizi berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur, namun dalam penelitian ini tidak didapatkan perbedaan proporsi pengetahuan tentang buah dan sayur terhadap konsumsi buah dan sayur. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Mandira (2013) yang mendapatkan tidak adanya hubungan antara pengetahuan tentang buah dan sayur dengan konsumsi buah dan sayur. Ransley et al. (2010) mengungkapkan bahwa pengetahuan tidak cukup untuk membuat anak-anak mengonsumsi buah dan sayur. Contoh perilaku nyata mengonsumsi buah dan sayu dari orang tua dan keterpaparan anak dengan buah dan sayur secara langsung dapat memberikan efek yang lebih provokatif bagi anak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang cukup tentang buah dan sayur belum dapat memastikan anak mengonsumsi buah dan sayur.

Serupa dengan pengetahuan tentang buah dan sayur, pada penelitian ini tidak didapatkan perbedaan proporsi preferensi terhadap konsumsi buah dan sayur. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Farisa (2012) yang mendapati bahwa preferensi tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan konsumsi buah dan sayur. Wind et al. (2010) menyebutkan bahwa perilaku yang dilakukan tidak selamanya dipengaruhi oleh preferensi. Lingkungan yang kurang mendukung seperti ketersediaan yang kurang dapat menjadi penghalang bagi seseorang untuk melakukan suatu perilaku sehingga jika preferensi responden baik namun ketersediaannya kurang maka konsumsi buah dan sayur responden dapat tetap rendah.

Pada penelitian ini didapatkan perbedaan proporsi keyakinan diri terhadap konsumsi buah dan sayur. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Geller (2008). Teori Attitude-Social Influence-Self Efficacy (ASE) merupakan teori yang paling umum digunakan untuk menjelaskan dan memprediksi perilaku kesehatan (Melbye, et al., 2011). Menurut Bandura dalam Zulkosky (2009), keyakinan diri dapat membuat suatu perbedaan pada bagaimana seseorang merasa, bertingkah laku dan memotivasi diri mereka. Dalam aspek bertingkah laku, keyakinan diri dapat mempengaruhi pilihan seseorang untuk melakukan sesuatu karena keyakinan diri dapat meningkatkan motivasi atau menghambat motivasi.

Selain karakteristik individu, karakteristik orang tua juga berpengaruh terhadap konsumsi buah dan sayur anak. Pada penelitian ini, uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan proporsi dukungan orang tua terhadap konsumsi buah dan sayur anak. Hasil penelitian ini

(10)

sejalan dengan hasil penelitian Bourdeaudhuij et al. (2008). Pengaruh dukungan orang tua terhadap konsumsi buah dan sayur anak dapat dijelaskan melalui teori Social Cognitive Theory (SCT) yang dikemukakan oleh Bandura (2001). SCT mengemukakan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh interaksi antar agen. Pada teori ini dijelaskan bahwa manusia banyak belajar dari lingkungan yang nantinya akan memengaruhi keputusan mereka dalam bertindak. Scaglioni, et al. (2008) mengungkapan bahwa dukungan orang tua menjadi penting karena kebiasaan serta tingkah laku orang tua merupakan hal utama bagi perkembangan kebiasaan makan.

Pada penelitian ini juga didapatkan perbedaan proporsi perilaku makan buah dan sayur orang tua terhadap konsumsi buah dan sayur. Hal ini sejalan dengan penelitian Goldman (2008). Goldman (2008) mengungkapkan bahwa anak-anak belajar dengan cara mengamati orang lain. Hal ini sesuai dengan teori SCT yang dikemukakan oleh Bandura (2001) yang menekankan pada pentingnya pengamatan dan contoh perilaku yang diberikan dalam pembentukan perilaku seseorang. Perilaku makan buah dan sayur yang baik dari orang tua akan menjadi contoh nyata bagi anak untuk mengonsumsi buah dan sayur. Jika anak melihat orang tua mengonsumsi buah dan sayur, maka anak akan menjadi lebih termotivasi dan dapat meningkatkan kesukaan anak terhadap buah dan sayur yang akhirny akan meningkatkan konsumsi buah dan sayur anak.

Ketersediaan buah dan sayur di rumah banyak dibuktikan menjadi faktor dominan yang memengaruhi konsumsi buah dan sayur (Cullen et al, 2001; Geller, 2008; Koui dan Jago, 2008 ; Wyse et al., 2011 ; Wind et al., 2005). Hasil yang serupa juga ditemukan dalam penelitian ini. Pada penelitian ini, terdapat perbedaan proporsi ketersediaan buah dan sayur terhadap konsumsi buah dan sayur. Ketersediaan buah dan sayur di rumah dapat berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur dikarenakan ketersediaan buah dan sayur di rumah dapat meningkatkan preferensi responden terhadap buah dan sayur dan akan memengaruhi konsumsi buah dan sayur responden (Geller, 2008). Tidak hanya preferensi namun ketersediaan buah dan sayur di rumah dapat memengaruhi perilaku makan orang tua yang dapat menjadi contoh nyata bagi anak untuk mengonsumsi buah dan sayur ( Dave, 2007). Pada penelitian ini, uji statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proporsi kebiasaan sarapan terhadap konsumsi buah dan sayur. Hal ini sejalan dengan hasil penelitiian Pedersen et.al., 2012, Lazzeri et.al., 2013 dan Sugiyama et.al., 2012. Lazzeri et al. (2013) mengungkapkan bahwa kebiasaan melewati sarapan merupakan indikator dari perilaku makan yang tidak sehat pada masyarakat. Pada penelitian Lazzeri et al. (2013) diungkapkan bahwa remaja yang melewati sarapan cenderung memilih makanan yang tinggi lemak sebagai

(11)

pilihan mereka. Hal ini akan berdampak pada lebih banyaknya konsumsi makanan yang berlemak dibandingkan dengan konsumsi buah dan sayur dan dapat mengarah pada kurangnya konsumsi buah dan sayur. Affenito (2007) juga mengungkapkan bahwa anak-anak yang berumur 10 tahun yang melewati sarapan gagal memenuhi anjuran konsumsi mikronutrien mereka dikarenakan saat responden tidak sarapan mereka tidak mengonsumsi buah dan sayur di pagi hari sehingga beban konsumsi buah dan sayur mereka pada siang dan malam hari menjadi besar dan sulit untuk dipenuhi.

Kesimpulan

Pada penelitian ini persentase responden yang tidak memenuhi anjuran konsumsi buah dan sayur adalah sebesr 56,3%. Hal ini menandakan bahwa konsumsi buah dan sayur siswa kelas IV dan V di SDN Jatirahayu VIII masih kurang. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proporsi jenis kelamin, keyakinan diri, perilaku makan buah dan sayur orang tua, dukungan orang tua, ketersediaan buah dan sayur di rumah dan kebiasaan sarapan terhadap konsumsi buah dan sayur responden. Sedangkan tidak terdapat perbedaan proporsi preferensi dan kebiasaan sarapan terhadap konsumsi buah dan sayur. Responden pada penelitian ini terdiri dari 47,9% responden laki-laki dan 52,1% responden perempuan. Responden yang memiliki preferensi negatif terhadap buah dan sayur sebesar 47,9% dan responden yang memiliki keyakinan diri kurang sebesar 43,7%. Sebagian besar responden juga memiliki pengetahuan rendah tentang buah dan sayur dengan persentase sebesar 85,2%. Responden yang mendapatkan dukungan orang tua secara positif lebih sedikit dibandingkan dengan responden yang tidak mendapatkan dukungan orang tua. Akan tetapi responden yang memiliki orang tua dengan perilaku makan buah dan sayur yang baik lebih banyak dibandingkan dengan responden yang memiliki orang tua dengan perilaku makan buah dan sayur yang kurang baik. Sebagian besar responden juga memiliki kebiasaan sarapan ≥ 4 kali/minggu dan ketersediaan buah dan sayur di rumahnya juga cukup baik.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, pihak sekolah dapat menyediakan buah dan sayur di sekolah untuk meningkatkan konsumsi buah dan sayur dengan cara bekerjasama dengan pedagang

(12)

kantin untuk menjual buah sebagai jajanan yang sehat. Selain itu, sekolah dapat melakukan sosialisasi pentingnya sarapan dengan menu yang seimbang serta anjuran konsumsi buah dan sayur untuk meningkatkan konsumsi buah dan sayur melalui poster-poster. Bagi orang tua siswa dapat ,memberikan contoh perilaku konsumsi buah dan sayur dengan baik sehingga siswa memiliki motivasi untuk mengonsumsi buah dan sayur dan dapat menyediakan buah di rumah dalam bentuk buah yang sudah dipotong atau dikupas dan sayur dalam bentuk yang disenangi oleh anak seperti kroket isi sayur untuk meningkatkan minat anak memakan buah dan sayur. Sedangkan bagi peneliti lain dapat menggunakan analisis multivariat untuk mengetahui faktor dominan yang mempengaruhi konsumsi buah dan sayur serta menggunakan metode food recall serta FFQ untuk mendapatkan data konsumsi buah dan sayur responden

Daftar Pustaka

Affenito, Sandra G. (2007). Breakfast : A Missed Opportunity. J Am Diet Assoc. 2007 Apr;107 (4) : 565-9

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes, RI. (2013). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia Tahun 2013. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.

Bandura, A. (1989). Social cognitive theory. In. R. Vasta (Ed), Annals of Child Development. Vol. 6 Six Theories of Child Development (pp.1-60).

Bandura, Albert (1999). A social cognitive theory of personality. In Handbook of personality (2nd ed.,pp 154-196). New York : Guilford Publications.

Bandura, Albert. (2001). Social Cognitive Theory : An Agentic Perspective. Annu Rev.Psychol.2001. 52:1-26.

Bere, Elling & Klepp, Knut-Inge. (2004). Correlates of Fruit and Vegetable Intake Among Norwegian SchoolChildren :Parental and Self-Reports. Public Health Nutrition:7(8), 991 – 998

Bourdeaudhuij, et al. (2008). Personal, Social and Environmental Predictors of Daily Fruit and Vegetable Intake in 11 Year-Old Children in Nine European Countries. European Journal of Clinical Nutrition (2008) 62, 834-841.

(13)

Brug, et al .(2008).Taste Preferences, Liking and Other Factors Related to Fruit and Vegetable Intakes Among SchoolChildren : Results From Observasional Studies.British Journal of Nutrition (2008), 99, Supp;.1,S7-S14.

Cooke, Lucy dan Wardle, Jane. (2005). Age and Gender Differences in Chilldren’s Food Preferences.British Journal of Nutrition (2005), 93, 741-746.

Cullen, et al.. (2001). Child-Reported Family and Peer Influences of Fruit, Juice and Vegetable Consumption : Reliability and Validity of Measures.Health Education Research Vol.16 no 2.2001 Pages 187-200.

Dave, Jayna Markand. (2007). Assessing The Home, Parental, Intrapersonal, and Demographic Factors Influencing Fruit and Vegetables Intake Among Hispanic Children In Elementary Schools. Dissertations University of South Carolina.USA. Direktorat Bina Gizi Kemenkes RI. (2014). Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta : Kemenkes RI. Eckhardt, Cara L. (2006). Micronutrition, Obesity, and Chronic Disease in Countries

Undergoing the Nutrition Transition : Potential Links and Program/Policy Implications. Washington D.C. : International Food Policy Research Institute.

Epstein, et al. (2001). Increasing Fruit and Vegetable Intake and Decreasing Fat and Sugar Intake in Families at Risk for Childhood Obesity. Obesity Research Vol.9 No.3 March 2001.

Farisa, Soraya. (2012). Hubungan Sikap, Pengetahuan, Ketersediaan Dan Keterpaparan Media Massa Dengan Konsumsi Buah dan Sayur Pada Siswa SMPN 8 Depok Tahun 2012. Skripsi FKM UI.

Fibrihirzani, Hafsah. (2012). Hubungan Antara Karakteristik Individu, Orang tua dan Lingkungan Dengan Konsumsi Buah dan Sayur Pada Siswa SDN Beji 5 dan 7 Depok Tahun 2012. Skripsi FKM UI.

Fischer, et al. (2011). Differences in Fruit and Vegetable Intake and Their Determinants Among 11 – Year Old Schoolchildren Between 2003 and 2009. International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity 2011, 8:141.

Geller, Karly Scott Heller. (2008). Developmental and Demographic Differences in Youth Self Efficacy for Fruit and Vegetable Consumption and Proxy Efficacy for Fruit and Vegetable Availability. Manhattan, Kansas. Dissertation Kansas State University.

(14)

Goldman, Rachel L. (2009). The Role of Family Environment Variables in Predicting Fruit and Vegetable Consumption in Preschool Children. Dissertation Fairleigh Dickinson University.

Klepp, et al. (2003). Pro Children Survey Material. 18 Maret 2014.

http://www.prochildren.org/questionnaires.htm

Koui, Eleni dan Jago.(2008).Associations Between Self-Reported Fruit and Vegetable Consumption and Home Availaibilty of Fruit and Vegetables among Greek Primary School Children.Public Health Nutrition: 11(11), 1142-1148.

Kristjansdottir, et al. (2006).Determinants of Fruit and Vegetable Intake Among 11 Year Old SchoolChildren in a Country of Traditionally Low Fruit and Vegetable Consumption.International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity 2006, 3 : 41.

Lazzeri, et al. (2013). Association Between Fruits and Vegetables Intake and Frequency of Breakfast and Snacks Consumption : A Cross Sectional Study Nutrition Journal 2013, 12 :123.

Lorson, et al.(2009). Correlates of Fruit and Vegetable Intakes in US Children.J Am Diet Assoc.2009;109;474-478.

Mandira, Febby. (2013). Konsumsi Buah dan Sayur Menurut Karakteristik Responden, Pengaruh Teman Sebaya, Ketersediaan, dan Keterpaparan Media Massa pada Siswa SMA Negeri 115 Jakarta Tahun 2013. Skripsi FKM UI.

McGinnis, et al. (2006). Food Marketing to Children and Youth Threat or Opportunity?. Washington DC : The National Academies Press.

Melbye, et al.(2011). Child Consumption of Fruit and Vegetables: The Roles of Child Cognitions and Parental Feeding Practices.Public Health Nutrition: 15(6), 1047-1055. Pedersen et al..2012. Fruit and Vegetable Intake in Associated With Frequency of Breakfast, Lunch, and Evening Meal : Cross Sectinal Study of 11,12,13, and 15 – Year – Olds.International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity 2012,9:9. Ransley et al.. 2010. Does Nutrition Education in Primary Schools Make a Difference to

Children’s Fruit and Vegetable Consumption?.Public Health Nutrition :13(11),1898-1904.

(15)

Rasmussen, et al.. 2006. Determinants of Fruit and Vegetable Consumption Among Children and Adolescents : A Review of The Literature. Part I : Quantitative Studies.International Journal of Behavioural Nutrition and Physical Activity 2006,3:22.

Scalgioni, Silvia.,Michela Salvioni., & Cinzia Galimberti. (2008). Influence of parental attitudes in the development of children eating behaviour. British Journal of Nutrition (2008), 99, Suppl. 1,S22-S25.

Sugiyama, et al. (2012). Breakfast Habits Among Adolescents and Their Association with Daily Energy and Fish, Vegetable, and Fruit Intake : A Community-Based Cross-Sectional Study. Environ Health Prev Med (2012) 17: 408-414.

Wardle, et al. (2003). Modifying Children’s Food Preferences : The Effects of Exposure and Reward on Acceptance of an Unfamiliar Vegetable. European Journal of Clinical Nutrition (2003) 57, 341-348

Wind, et al. (2010). Direct and Indirect Association Between Environmental Factors and Fruit Intake, Mediation by Psychososial Factors : the Pro Children Study. Public Health Nutrition :13(10A), 1736-1745.

Wright,Lauri & James Epps. (2013). Evaluation of Nutrition Education Program To Increase Fruit and Vegetable Intake In Children From Food-Insecure Households. Journal of Community Nutrition&Health, Vol 2, Issue 1,2013.

Wyse, et al. (2011). Associations Between Characteristics of The Home Food Environment and Fruit and Vegetable Intake in Preschool Children : A Cross Sectional Study.Wyse et al.. BMC Public Health 2011, 11:938

Zulkosky, Kristen. (2009). Self Efficacy : A Concept Analysis. Nursing Forum Volume 44, No.2, April-June 2009.

Gambar

Tabel 1 Rekapitulasi Analisis Bivariat Antara Seluruh Variabel Independen dengan  Konsumsi Buah dan Sayur

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Perencanaan pembelajaran pendidikan karakter disusun dengan desain yang menggambarkan: Apa yang akan diajarkan kepada siswa (what), bagaimana cara pembelajaran yang

Rendahnya mutu pendidikan madrasah secara umum ditandai dengan ketidakmampuanlulusan pendidikan tersebut untuk berkompetensi dengan para lulusan lembaga pendidikan lain

▪ Pada suhu yang cukup panas, gaya antara partikel yang satu dengan yang lainnya tidak dapat menahan partikel-partikel tersebut untuk tetap diam.. Partikel masih saling

[r]

Manfaat yang diharapkan dari penelitian dengan Analisis Pengaruh Peningkatan Kinerja UMKM terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dalam Persiapan AEC adalah sebagai berikut :..

In this paper, we have presented a uncertainty propagation tech- nique based on the general Gauss-Helmert method to compute the covariance matrix per 3D point and the

Pada tanggal 7 Desember 2011, berdasarkan Surat Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara nomor S 653/MBU/2011 yang menyatakan bahwa kerjasama pengelolaan antara PT Perkebunan Nusantara