BAB I
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
1.1 Latar Belakang
Pelaksanaan otonomi daerah mengharuskan setiap daerah mengelola urusan
pemerintahan secara mandiri. Tak terkecuali urusan yang berkaitan dengan
keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah, termasuk bagaimana cara untuk
mengoptimalkan sumber-sumber penerimaan daerah, menjadi tanggung jawab
masing-masing pemerintah daerah. Mekanisme pelimpahan kewenangan ini
kemudian menghasilkan implikasi akan pertanggungjawaban pengelolaan
keuangan, baik secara vertikal maupun horizontal.
Guna meyakinkan bahwa pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan
daerah telah berjalan sesuai yang diharapkan, diperlukan suatu badan pemeriksa
yang profesional. Untuk itu, dibentuklah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang
bertugas melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan pertanggungjawaban
keuangan negara sebagaimana diatur dalam UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Hasil
pemeriksaan BPK kemudian disampaikan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan yang
berisi opini, temuan, dan rekomendasi.
Audit sektor publik oleh BPK harus dilakukan secara periodik untuk
2 prinsip value for money. Untuk itu, setiap tahunnya LKPD mendapat penilaian
dari BPK. Hasil pemeriksaan BPK, seperti halnya audit yang dilakukan KAP
terhadap perusahaan, disampaikan dalam bentuk opini. Adapun opini yang
diberikan BPK terdiri dari empat opini yaitu Wajar Tanpa Pengecualian (WTP),
Wajar Dengan Pengecualian (WDP), Tidak Wajar (TW), dan pernyataan Tidak
Memberi Pendapat (TMP).
Fenomena pelaporan keuangan pada LKPD merupakan fenomena yang
menarik untuk dikaji lebih lanjut karena masih banyak permasalahan terkait
dengan kualitas LKPD. Banyak data-data yang disajikan kurang lengkap atau
bahkan salah saji. Sebagai contoh berdasarkan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK
Semester I Tahun 2016, permasalahan terkait penyajian aset tetap misalnya
pencatatan aset tetap belum didukung dengan daftar aset dan kartu inventaris
barang yang valid. Atau terkait dengan belanja misalnya belanja yang belum
dicairkan per 31 Desember 2015 diakui sebagai belanja TA 2015 dan ada pula
kegiatan pengadaan barang yang sebenarnya tidak dilaksanakan, namun telah
dilakukan pembayaran. Belum lagi, kerap terjadi keterlambatan penyajian laporan
keuangan, sehingga menimbulkan kurangnya kepercayaan masyarakat kepada
pemerintah akan kewajaran dan keandalan LKPD. Padahal LKPD sendiri adalah
bentuk pertanggungjawaban pemerintah setelah menggunakan sumber daya
masyarakat.
Berdasarkan hasil temuan BPK yang dipublikasikan dalam Ikhtisar Hasil
Pemeriksaan Semester I Tahun 2016 (IHPS I), secara rinci BPK mengungkapkan
3 sebanyak 7.661 (49%) terkait dengan kelemahan sistem pengendalian intern (SPI)
dan 7.907 (51%) merupakan permasalahan ketidakpatuhan terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan. Dari permasalahan ketidakpatuhan tersebut,
sebanyak 60% di antaranya merupakan permasalahan yang berdampak finansial
yang mengakibatkan kerugian, potensi kerugian, dan kekurangan penerimaan
senilai Rp30.62 triliun. Adapun sisanya merupakan permasalahan ketidakpatuhan
yang tidak berdampak finansial yang terdiri atas penyimpangan administrasi serta
ketidakhematan, ketidakefisienan, dan ketidakefektifan.
Gambar 1.1 Tren Opini BPK atas LKPD Tingkat Kabupaten 2011-2015
Sumber : IHPS (data diolah)
Dari grafik di atas terlihat bahwa opini LKPD dalam lima tahun terakhir
(2011-2015) mengalami perbaikan. Selama periode tersebut LKPD yang
memperoleh opini WTP meningkat sebanyak 15%, yaitu dari 41% di tahun 2014
menjadi 55% di tahun 2015. Tak hanya di tingkat kabupaten, kenaikan opini juga
terjadi pada seluruh level pemerintahan, baik di tingkat provinsi maupun
9% 18% 26% 41% 55% 67% 63% 61% 50% 37% 22% 17% 10% 8% 7% 2% 2% 3% 1% 1% 2011 2012 2013 2014 2015 Tahun WTP WDP TMP TW
4 kabupaten/kota. Jika dikuantifikasi, pada tahun 2015 terdapat kenaikan opini atas
101 LKPD. Kenaikan opini tersebut meliputi kenaikan dari TW atau TMP
menjadi WDP sebanyak 17 LKPD dan dari WDP menjadi WTP sebanyak 84
LKPD.
Berikut adalah tren opini beberapa LKPD di Provinsi Jawa Tengah dan D.I.
Yogyakarta yang telah diperiksa BPK mulai tahun 2011 hingga 2015.
Tabel 1.1 Tren Opini LKPD Provinsi Jawa Tengah 2011-2015 Pemerintah
Daerah
Opini BPK
2011 2012 2013 2014 2015
Prov. Jawa Tengah WTP
DPP WTP WTP DPP WTP DPP WTP Kab. Banjarnegara WDP WDP WTP DPP WTP WTP Kab. Banyumas WTP WTP WTP WTP DPP WTP Kab. Batang WDP WDP WDP WDP WDP Kab. Blora WDP WDP WDP WTP DPP WTP Kab. Boyolali WTP WTP WTP WTP WTP Kab. Brebes WDP WDP WDP WDP WDP Kab. Cilacap WDP WDP WDP WDP WDP Kab. Demak WDP WDP WDP WDP WDP Kab. Grobogan WDP WDP WDP WDP WDP Kab. Jepara WTP WTP WTP DPP WTP DPP WTP Kab. Karanganyar WDP WDP WDP WTP WTP Kab. Kebumen WTP WTP WDP WTP WTP Kab. Kendal WDP WDP WDP WDP WDP Kab. Klaten WDP WDP WDP WDP WTP
5 Tabel 1.1 Tren Opini LKPD Provinsi Jawa Tengah 2011-2015
Pemerintah Daerah Opini BPK 2011 2012 2013 2014 2015 Kab. Kudus WDP WTP DPP WTP DPP WTP DPP WTP Kab. Magelang WDP WDP WDP WDP WDP Kab. Pati WDP WDP WDP WDP WTP Kab. Pekalongan WDP WDP WDP WDP WTP Kab. Pemalang WDP WDP WDP WDP WDP Kab. Purbalingga WDP WDP WDP WDP WDP Kab. Purworejo WDP WTP WTP WTP WTP Kab. Rembang WDP WDP WDP WDP WDP Kab. Semarang WTP WTP WTP WTP WTP Kab. Sragen WDP WDP WDP WDP WTP Kab. Sukoharjo WDP WDP WDP WDP WTP Kab. Tegal WDP WDP WDP WDP WDP Kab. Temanggung WDP WTP WTP WTP DPP WTP Kab. Wonogiri WDP WDP WDP WDP WTP Kab. Wonosobo WDP WDP WDP WDP WDP Kota Magelang WDP WDP WDP WDP WDP Kota Pekalongan WDP WDP WDP WDP WTP Kota Salatiga WDP WDP WDP WDP WDP Kota Semarang WDP WTP WTP DPP WDP WDP Kota Surakarta WTP WTP WTP WTP WTP Kot a Tegal WTP WDP WDP WDP WDP
Sumber: IHPS BPK RI Semester 1 Tahun 2016
Tabel 1.2 Tren Opini LKPD Provinsi D.I. Yogyakarta 2011-2015 Pemerintah Daerah Opini BPK 2011 2012 2013 2014 2015 Prov. D.I. Yogyakarta WTP DPP WTP WTP WTP WTP Kab.Bantul WDP WTP DPP WTP DPP WTP DPP WTP Kab. Gunungkidul WDP WDP WDP WDP WTP Kab. Kulonprogo WDP WDP WTP DPP WTP DPP WTP
6 Tabel 1.2 Tren Opini LKPD Provinsi D.I. Yogyakarta 2011-2015
Pemerintah Daerah Opini BPK 2011 2012 2013 2014 2015 Kab. Sleman WTP DPP WTP DPP WTP WTP WTP Kota Yogyakarta WTP DPP WTP DPP WTP DPP WTP DPP WTP
Sumber: IHPS BPK RI Semester 1 Tahun 2016
Dari tabel di atas terlihat bahwa ada kenaikan tren opini untuk sebagian
besar pemerintah daerah di Provinsi Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta. Pada
tahun 2015, sebagian besar pemerintah daerah telah berhasil memperoleh opini
WTP untuk kewajaran LKPD-nya. Namun demikian, Pemerintah Daerah
Kabupaten Magelang dan beberapa daerah lain belum berhasil mendapatkan opini
WTP. Dalam kurun waktu lima tahun, baik Pemerintah Daerah Kabupaten
Magelang belum berhasil meningkatkan opini WDP-nya. Bahkan, sejak tahun
2008, Pemerintah Daerah Kabupaten Magelang masih konsisten dengan perolehan
opini WDP, sementara pemerintah daerah lain sudah berbenah dan berhasil
mendapatkan opini yang optimal atau WTP.
Identifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keandalan dan
kewajaran laporan keuangan telah banyak dilakukan peneliti dalam cakupan
pemerintah daerah yang berbeda dan dengan metode dan alat analisis yang
beragam. Namun demikian, penelitian-penelitian tersebut merupakan penelitian
kuantitatif deskriptif. Penggunaan metode kuantitatif dianggap belum bisa
mengeksplor faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan
karena pendekatan kuantitatif lebih mengarah pada aktivitas mengukur dan
7 (Hennink, Hutter, dan Bailey, 2011). Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan
metode penelitian kualitatif untuk memperoleh penjelasan mendalam tentang
objek yang diteliti.
Penelitian terdahulu masih terbatas pada satu daerah. Penggunaan lebih dari
satu daerah sebagai objek penelitian dapat memberikan hasil yang lebih konkret
untuk memberikan gambaran kemungkinan adanya perbedaan kebijakan
pengelolaan keuangan antardaerah. Untuk itu, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang menganalisis faktor-faktor penyebab ketidakoptimalan opini BPK
pada Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Magelang dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Penyebab Ketidakoptimalan Opini BPK pada Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Komparatif Antara Pemerintah Daerah Kabupaten Magelang dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman)”.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terdapat pada konteks
permasalahan yang lebih spesifik, jumlah objek penelitian, dan pendekatan yang
digunakan. Dengan pendekatan kualitatif studi multikasus, peneliti akan
mengeksplor faktor-faktor apa sajakah yang menjadi pembeda di Pemerintah
Daerah Kabupaten Magelang dengan pemerintah daerah lain yang sudah
mendapatkan opini WTP. Untuk keperluan komparasi, peneliti memilih salah satu
daerah sebagai benchmark, yaitu Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman yang
8 1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah hal-hal apa sajakah yang menjadi
pembeda Pemerintah Daerah Kabupaten Magelang dengan pemerintah daerah lain
(dalam hal ini Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman) yang telah berhasil
memperoleh opini WTP untuk kewajaran dan keandalan laporan keuangannya.
1.3 Batasan Masalah
Untuk memudahkan dalam membahas pokok pikiran secara jelas perlu ditentukan
batasan masalah. Penelitian ini membahas mengenai faktor-faktor penyebab
ketidakoptimalan opini BPK pada Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Kabupaten Magelang selama periode 2013-2015. Periode ini dipilih untuk
mengetahui kendala apa saja yang dihadapi Pemerintah Daerah Kabupaten
Magelang selama periode 2013-2015, sehingga belum bisa mendapatkan opini
yang optimal.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi faktor-faktor penyebab
ketidakoptimalan opini BPK pada Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Kabupaten Magelang pada periode 2013-2015. Penelitian ini akan berusaha menjelaskan perbedaan ‘suasana’ di Pemerintah Daerah Kabupaten Magelang dan
Kabupaten Sleman yang sudah mendapatkan opini yang optimal sejak lima tahun
9 1.5 Manfaat Penelitian
Suatu penelitian diharapkan mampu memberikan kontribusi dan manfaat bagi
peneliti maupun objek yang diteliti. Adapun hasil penelitian ini diharapkan
mampu memberi manfaat dalam hal-hal berikut.
1. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman peneliti mengenai faktor-faktor yang memengaruhi kewajaran
dan keandalan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang pada akhirnya
memengaruhi opini BPK.
2. Bagi pemerintah daerah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan untuk meningkatkan kualitas
informasi LKPD. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi
pihak-pihak yang terkait dengan pengelolaan keuangan daerah agar mampu
melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik dan menghasilkan laporan
keuangan yang andal dan tepat waktu.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada penelitian ini dibagi dalam lima bab dengan kerangka
pembahasan sebagai berikut:
10 Pada bagian ini secara berurutan akan diuraikan latar belakang masalah,
rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, serta manfaat dari penelitian
ini. Pada bab ini juga akan dijelaskan mengenai sistematika penulisan penelitian.
BAB II Landasan Teori
Bab ini berisi telaah pustaka untuk membahas masalah yang diangkat dalam
penelitian ini yang telah diperluas dengan referensi atau keterangan tambahan
yang dikumpulkan selama pelaksanaan penelitian. Adapun kajian pustaka dalam
bab ini mencakup teori-teori dan hasil penelitian terdahulu.
BAB III Metode Penelitian
Bab ini berisi deskripsi tentang bagaimana penelitian akan dilaksanakan
secara operasional. Bab ini juga menguraikan rasionalitas objek penelitian, desain
penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, metode analisis data,
dan validitas data.
BAB IV Pemaparan Temuan dan Pembahasan
Pada bab ini akan diuraikan hasil analisis yang diperoleh secara rinci
disertai dengan langkah-langkah analisis data yang diperlukan.
BAB V Penutup
Bab terakhir ini berisi simpulan hasil penelitian, keterbatasan dalam