TINJAU ULANG PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG DINAS
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH ( DPKD ) SUMBAR
Randi Sahputra, Taufik , Indra Khaidir
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,Universitas Bung Hatta Padang E-mail : randidoank85@yahoo.co.id, taufikfik@rocketmail.com, khaidirindra@yahoo.co.id
Abstrak
Indonesia merupakan Negara dengan aktifitas gempa yang cukup tinggi, hal ini dikarenakan wilayah Indonesia terletak pada daerah pertemuan tiga lempeng tektonik utama, dikarenakan adanya faktor rawan gempa tersebut bangunan di Indonesia seperti infrastruktur gedung pemerintahan harus dibangun sesuai dengan syarat-syarat bangunan tahan gempa. Perencanaan ulang struktur bangunan gedung DPKD Sumbar ini menggunakan konstruksi beton bertulang. Elemen – elemen struktur yang direncanakan adalah elemen struktur berupa pelat lantai, balok, kolom dan pondasi tiang pancang . Proyek gedung DPKD ini berada di kota Padang yang merupakan daerah dengan intensitas gempa kuat . Pada perencanaan ulang ini Pembebanan yang ditinjau untuk perencanaan elemen struktur adalah beban mati, beban hidup dan beban gempa, serta mutu beton yang digunakan fc’= 25 mpa, untuk tulangan ulir >D10 mutu BJTD 400 Mpa, perhitungan gaya-gaya dalam struktur dihitung dengan menggunakan program komputer dengan pemodelan struktur 2D. Prosedur dan ketentuan umum untuk perencanaan bangunan gedung ini merujuk pada SNI 03-2847-2002 ( Tata Cara Perencanaan Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung), dan SNI -1726-2012 ( Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung).Dari hasil perhitungan didapatkan tebal pelat atap dan lantai adalah 120 mm,Tulangan utama untuk balok adalah D19 dengan tulangan sengkang D10, sedangkan tulangan utama untuk kolom adalah D25 dan tulangan sengkang D10.
Kata Kunci : gempa, struktur beton bertulang, pembebanan, tulangan utama.
Pembimbing I Pembimbing II
RE-DESIGN STRUCTURE DEPARTMENT OF FINANCIAL
MANAGEMENT BUILDING ( DPKD ) WEST SUMATRA
Randi Sahputra , Taufik , Indra Khaidir
Department of Civil Engineering,Faculty of Civil Engineering and Planning,University of Bung Hatta Padang
E - mail : randidoank85@yahoo.co.id,taufikfik@rocketmail.com, khaidirindra@yahoo.co.id,
abstract
Indonesia is a country with a fairly high seismic activity , it is because of Indonesia located at the confluence of three major tectonic plates , earthquake-prone due to factors such as infrastructure building in the Indonesian government buildings must be constructed in accordance with the terms of earthquake resistant buildings . Planning on building structure DPKD Sumbar using reinforced concrete construction . Element - element of the planned structure is in the form of structural elements slab , beams , columns and pile foundation . DPKD building project is located in the city of Padang, which is an area with a strong earthquake intensity.In this re-planning imposition reviewed for planning structural elements are dead loads , live loads and seismic loads , as well as the quality of the concrete used fc ' = 25 mpa , for reinforcement threaded > BJTD quality D10 400 MPa , the calculation of the forces in the structure is calculated by using computer program with 2D structure modeling . Procedures and conditions for the planning of this building refers to the SNI 03-2847-2002 ( Procedure for Calculation of Concrete Structures Planning For Building ) , and SNI -1726-2012 ( Earthquake Resilience Planning Procedures For Building Structures and Non- Building ) . from the calculation results obtained roof and floor slab thickness is 120 mm , the main reinforcement for beams with reinforcement stirrup is D19 D10 , while the main reinforcement for columns is D25 and D10 stirrup reinforcement .
Keywords : earthquake , reinforced concrete structure , loading , the main reinforcement .
PENDAHULUAN
Wilayah Indonesia merupakan wilayah dengan aktifitas gempa yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan wilayah Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama dunia yaitu, lempeng Eurasia, lempeng Australia dan lempeng Filipina yang bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda. Dari interaksi ketiga lempeng inilah yang menyebabkan terjadinya gempa.
Dikarenakan adanya faktor daerah rawan gempa tersebut, maka bangunan – bangunan di Indonesia terutama bangunan infrastruktur, bangunan Rumah Sakit, gedung pemerintah dan bangunan penting lainnya dituntut memiliki perencanaan dan pengawasan pembangunan yang sesuai dengan syarat-syarat bangunan tahan gempa.
Standar SNI 1726 : 2012 , dimaksudkan
menjadi persyaratan minimum
perencanaan ketahanan gempa untuk struktur gedung, kecuali untuk struktur
bangunan yang telah ditentukan. Standar SNI 1726 : 2012 ini bertujuan agar struktur gedung yang ketahanan gempanya direncanakan menurut standar ini dapat berfungsi :
a. Menghindari terjadinya korban jiwa manusia oleh runtuhnya gedung akibat gempa yang kuat. b. Membatasi kerusakan gedung
akibat gempa ringan sampai sedang, sehingga masih dapat diperbaiki.
c. Membatasi ketidaknyaman
penghuni bagi penghuni gedung ketika terjadi gempa ringan sampai sedang.
d. Mempertahankan setiap saat layanan vital dari fungsi gedung.
Filosofi bangunan tahan gempa :
Gempa ringan, bangunan tidak boleh mengalami kerusakan baik pada
komponen struktural maupun komponen non strukturalnya.
Gempa sedang,bangunan boleh
mengalami kerusakan pada komponen non strukturalnya akan tetapi komponen struktural tidak boleh rusak.
Gempa besar , bangunan boleh mengalami kerusakan baik pada komponen non
struktural maupun komponen
strukturalnya, akan tetapi jiwa penghuni bangunan tetap selamat dalam arti sebelum bangunan runtuh masih cukup
waktu bagi penghuni untuk
keluar/mengungsi ke tempat aman.
Perencanaan gedung bertingkat harus memenuhi 3 kriteria yaitu kriteria kekuatan, kekakuan dan kestabilan, untuk daerah gempa tinggi dalam merencanakan suatu bangunan gedung bertingkat banyak, selain memperhitungkan kekuatan struktur yang matang juga memerlukan suatu perencanaan konstruksi gedung yang tahan gempa. Ini dikarenakan fungsi dari
metode tahan gempa tersebut sangatlah vital bagi suatu gedung bertingkat banyak, salah satu manfaatnya adalah apabila terjadi suatu gempa struktur gedung tersebut akan tetap berdiri walaupun sudah berada dalam kondisi ambang keruntuhan dan juga menghindari terjadinya korban jiwa manusia oleh runtuhnya gedung akibat gempa.
Dengan melatarbelakangi uraian tersebut di atas, penulis mencoba melakukan perhitungan pada suatu struktur gedung yang mana datanya diambil dari gedung yang sudah ada ( data-data dari lapangan ) yaitu Gedung Kantor Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah ( DPKD ) Prov. Sumatra Barat. Sehingga tugas akhir ini Penulis beri judul :
“Tinjau Ulang Perencanaan Struktur Gedung Perkantoran “ ( Studi kasus : Gedung DPKD SUMBAR ).
METODOLOGI
Metodologi penulisan tugas akhir ini, yaitu dengan menggunakan studi literatur, dimana perhitungan yang dilakukan berpedoman kepada buku - buku dan peraturan atau standar - standar yang ada. Sedangkan data - data yang digunakan didapat dari data teknis di lapangan yang didapatkan dari pihak kontraktor.
Adapun rincian dari metodologi penulisan sebagai berikut:
1. Studi Literatur
Mengetahui teori dasar-dasar perencanaan Beton Bertulang
Mengetahui cara penganalisaan struktur beton bertulang
Mengetahui cara pengoperasian program Aplikasi SAP 2000
Mengetahui cara pendetailan elemen – elemen struktur
2. Pengumpulan Data
Data-data perencanaan yaitu data teknis, data struktural dan data lain yang mendukung.
3. Metoda Analisis
Analisa Beban Gempa Analisa Beban Gravitasi Kombinasi beban Desain Penulangan Pelat Desain Penulangan Balok Desain Penulangan Kolom
Desain Hubungan Balok dan Kolom Desain Pondasi
ANALISA DAN PEMBAHASAN 1. Analisa Struktur Akibat Pembebanan Vertikal
Analisa Pembebanan Pelat A. Pelat atap
Beban Mati
Berat sendiri pelat (t=120mm) =0,12x24 = 288 kg/m2
Plafond+penggantung = 18 kg/m2 Plesteran (t=2 cm)
= 2 x 21 = 42 kg/m2 Berat instalasi plumbing
& ME = 20 kg/m2 Total DL= 368 kg/m2
Beban Hidup
Pelat lantai atap = 100 kg/m2 Air hujan (5 cm)
= 0,05 x 1000 = 50 kg/m2 Total LL = 150 kg/m2
B . Pelat Lantai Beban Mati
Berat sendiri pelat (t=120mm)
= 0,12 x 2400 = 288 kg/m2
Plesteran (t=2cm) = 2 x 21 = 42 kg/m2
Berat instalasi plumbing & ME = 20 kg/m2 Keramik = 19.8 kg/m2 Plafond+penggantung = 18 kg/m2 Total DL= 387.8 kg/m2 Beban Hidup Lantai Perkantoran Total LL= 250 kg/m2 2. Berat Bangunan Wt
Dari hasil perhitungan pembebanan di dapatkan total berat bangunan (Wt) Wt = W1 + W2 + W3 + W4
= 4177,88 + 2321,73 + 2782,40 + 478,62
= 9760,64 ton
3. Perhitungan Gaya Geser Gempa Berdasarkan, SNI 1726 : 2012 tabel 9 untuk sistem rangka pemikul momen khusus (point C), diperoleh :
Nilai Response Modification faktor R = 8 Nilai Sistem Overstrength faktor Ω = 3 Nilai Deflection Amplication faktor Cd =
5½ CS = R I SDs / = 8/1 81 , 0 = 0,10125 Cs max = ) / ( 1 I R T SD
= 0,6(8/1) 88 , 0 = 0,183 Cs min = 0,01 V = CS W = 0,10125 x 9760,64 = 988,264 ton
Distribusi dari base shear V Fi = CVi V CVi = Dimana k = 1,0 untuk T ≤ 0,5 detik k = 2,0 untuk T ≥ 2,5 detik T = 0,60 detik k = 1,0 + {(0,60 – 0.50)/(2,5 – 0,5)} (1,0) = 1,05 Vi = ∑ Fi
Dari perhitungan di dapatkan Portal AS F Lantai X hx Fix (m) (ton) Lantai dak 15.40 19.25 Lantai 4 13.00 79.51 Lantai 3 9.00 67.19 Lantai 2 5.00 57.72 Jumlah 223.68
Tabel 1. Gaya geser Portal As F dan As 4
4. Perhitungan penulangan Pelat Langkah-langkah Perhitungan Mu = ф.0,5 .b.d.fy.
' 2 d d a dDidapat, cek nilai yang didapat dengan nilai min dan max
Tulangan tarik (As) = .b.d Tulangan tekan (As’) = 0,5 . As
Portal AS 4 Lantai X hx Fiy (m) (ton) Lantai dak 15.40 33.01 Lantai 4 13.00 136.31 Lantai 3 9.00 115.19 Lantai 2 5.00 98.95 Jumlah 383.45
Flow chart perhitungan pelat
5. Perhitungan penulangan balok Langkah-langkah Perhitungan
Ada dua jenis analisis yang digunakan yaitu:
1. Bila sumbu netral lebih kecil atau sama dengan tebal slab (hf), balok dapat dianalisis sebagai balok biasa dengan lebar flens efektif be. 2. Bila letak sumbu netral lebih kecil atau sama dengan balok, a > hf, analisis harus dilakukan dengan memperhatikan daerah tekan bentuk penampang T.
Langkah-langkah yang perlu
diperhatikan dalam menganalisis balok adalah
1. Ambil tebal hf berdasarkan keperluan tebal slab.
2. Tentukan lebar efektif be berdasarkan: Balok T Lebar efektif: be ≤ 16 hf + bw be ≤ ln + bw L be 4 1
, L adalah bentang balok
Balok ½ T Lebar efektif : be6hf bw bw be0,5ln bw L be 2 1
3. Tentukan dimensi bw dan tinggi d berdasarkan:
a. Momen lentur negatif (jika bentang menerus)
b. Gaya geser
c. Keperluan penempatan tulangan
4. Hitung perkiraan As1 dengan asumsi a ≤ hf.
5. Dengan informasi tersebut, periksa apakah harga a < hf, jika a > hf, berarti analisa sebagai balok T revisi As.
6. Periksa apakah maks dan
min
, dengan min= 1,4/fy. 7. Hitung Asf untuk bagian gantung
kiri-kanan balok.
8. Hitung Mn1 dan Mn2, jika perlu hilangi langkah tersebut diatas hingga harga Ф (Mn1 + Mn2) sedikit lebih besar dari harga momen luar Mu.
Flow chart perhitungan balok
6. Perhitungan penulangan kolom Langkah-langkah perhitungan Eksentrisitas yang terjadi akibat beban rencana ey = ' P Mx ex = ' P My e = ey2 ex2
Asumsi angka penulangan As = As’ =
.b.d
Cek eksentrisitas yang terjadi dengan eksentrisitas balance eb cb = y f d 600 . 600 ab =β1. Cb Pnb = 0,85 fc’ b ab+ As’. fs’ – As . fy
Tentukan tinggi efektif (d) ,d' , ambil nilai Mu maksimum dari SAP 2000 ,
Hitung Rn = Mu/b.d²
Berdasarkan nilai Rn, diperoleh nilai ρ ( berdasarkan buku grafik & tabel beton bertulang, W.C.Vis & Gideon Kusuma)
Hitung ρ max,ρ min, bandingkan nilai ρ dengan
ρmax,ρ min. syarat ρ min≤ρ≤ρmax Hitung luas tulangan tarik (As)=
ρ x b x d. & tulangan tekan (As')= 1/2 As . cek kebutuhan
berdasarkan luas tulangan Asumsikan tulangan under reinforce. Hitung momen nominal. syarat ØMn≥
Mnb = 0,85fc’b.ab 2 2 b a h + As’ fs’ ' 2 d h + As fy 2 h d eb = nb nb P M
Cek jenis keruntuhan yang terjadi,
apabila e yang terjadi < eb , maka
keruntuhan tekan kapasitas penampang yang menerima tekan adalah Pn = 18 , 1 3 ' 5 , 0 ' '. 2 d he bhfc d d e fy As
apabila e yang terjadi > eb , maka
keruntuhan tarik kapasitas penampang yang menerima tarik adalah Pn = 0,85 fc’b d d d fc fy d e h d e h ' 1 ' 85 , 0 2 2 2 2 2 2
Flow chart perhitungan kolom
7. Perhitungan Pondasi
Tipe pondasi yang digunakan untuk jenis struktur tertentu, dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut :
1. Kekuatan dan tekanan tanah dari setiap level tanah pada lokasi,
2. Besarnya beban yang bekerja pada kolom, 3. Letak dari muka air tanah, dan
4. Kebutuhan akan basement.
5. Kedalaman pondasi dibawah bangunan Jika lapisan tanah dengan daya dukung dan kekakuan yang cukup terletak dekat permukaan tanah, dapat digunakan pondasi dangkal, seperti pondasi dinding, pondasi
Menentukan tinggi efektif (d) , d' , diambil nilai Pu, Mux , Muy
maksimum dari SAP 2000 Hitung eksentrisitas momen lentur
Hitung rasio tulangan dan luas tulangan
Kontrol kapasitas beban aksial
Kontrol kapasitas momen nominal, syarat Ø Mn ≥ Mu
telapak setempat atau gabungan. Jika daya dukung lapisan tanah pada permukaan tidak mampu memikul pondasi dangkal, maka digunakan pondasi dalam, yang dapat berupa pondasi tiang pancang, tiang bor.
Analisa Perhitungan Pondasi
1. Daya dukung ijin tiang berdasarkan nilai SPT
1.1 menentukan daya dukung ijin tekan tiang berdasarkan nilai SPT
Data –data :
- Ap = 0,25 .3,14 . d²
- Qc = 20 N , untuk silt / clay . 40 N untuk sand
- Li = panjang segmen tiang yang ditinjau
- Fi = gaya geser pada selimut segmen tiang . N maks 12 Ton/m² untuk silt/clay
- Ast = 3,14 . d
- FK1 dan FK2 = 3 dan 5
Analisa daya dukung ijin tekan pondasi tiang terhadap kekuatan tanah dengan kedalaman 2 m menggunakan data N SPT
( meyerhof ) ,dengan rumus sebagai berikut : Pa = + ∑
2. Menentukan jumlah tiang yang diperlukan
Data –data :
P = Pu + berat pile cap (5 % Pu) Jumlah tiang , Np =
Jarak antar tiang (s) = (2,5 s/d 3) D 3. Menentukan efisiensi tiang
Perhitungan efisiensi kelompok tiang berdasarkan rumus Converse – Labbarre dari Uniform Building Code AASHTO adalah :
Eg = 1 – θ Dimana :
Eg = efisiensi kelompok tiang θ = arc tg (D/s) (derajat) = 21,91 D = ukuran penampang tiang S = jarak antar tiang (as ke as) m = jumlah tiang dalam 1 kolom n = jumlah tiang dalam 1 baris
4. Menentukan beban maksimum pada kelompok tiang
Flow chart analisa pondasi
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perhitungan ulang pada struktur gedung Dinas Pengelolaan Keuangan
Daerah (DPKD) Sumbar, diperoleh
kesimpulan berupa perbandingan hasil perhitungan penulis dan konsultan perencana sebagai berikut :
Pelat
Penulis memperoleh hasil perencanaan tebal pelat 120 mm dengan jarak tulangan Ø10 – 225
Penulangan Pelat Penulis Perencana Tumpuan (Lantai Atap) Ø10 - 225 Ø10 - 200 Lapangan (Lantai Atap) Ø10 - 225 Ø10 - 200 Tumpuan Arah X (Lantai
2-4) Ø10 - 225 Ø10 - 200
Lapangan Arah X (Lantai
2-4) Ø10 - 225 Ø10 - 200
Tumpuan Arah Y (Lantai
2-4) Ø10 - 225 Ø10 - 200
Lapangan Arah Y (Lantai
2-4) Ø10 - 225 Ø10 - 200
Tabel 2. Hasil penulangan Pelat
Balok
Balok induk, penulis memperoleh
perhitungan dimensi balok induk 400 x 600 dengan tulangan utama Ø19 dan tulangan sengkang Ø10 ,Sementara perencana memakai dimensi 400 x 700, dengan tulangan utama Ø19 dan tulangan sengkang Ø10.
Balok anak , Penulis memperoleh perhitungan dimensi balok anak 250/400 dengan tulangan utama yang dipakai Ø16 dan tulangan sengkang Ø10 sama dengan analisa yang dibuat oleh perencana.
Kolom
Penulis memperoleh perhitungan dimensi kolom 700/700 dengan tulangan utama yang dipakai Ø25 dan tulangan sengkang Ø10 sementara perencana memakai dimensi kolom 450/450 dengan tulangan utama yang dipakai Ø19 dan tulangan sengkang Ø10.
Menentukan Daya Dukung ijin
Menentukan Jumlah Tiang yang diperlukan Menentukan Efisiensi
Tiang
Menentukan Beban Maksimum Tiang
Tie Beam
Penulis memperoleh perhitungan dimensi tie beam 300/500 dengan tulangan utama yang dipakai Ø19 dan tulangan sengkang Ø10 sama dengan analisa yang dibuat oleh perencana.
Pondasi
Penulis memperoleh perhitungan dimensi pondasi tiang pancang Ø350 dengan tulangan utama yang dipakai Ø19 sedangkan analisa yang dibuat oleh perencana. di dapat Ø300 dengan tulangan utama yang dipakai Ø19 Berdasarkan hasil perhitungan diatas, diperoleh beberapa perbedaan antara hasil perhitungan penulis dengan perencana. Faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan adalah penulis tidak menghitung dinding geser dan menggantinya dengan kolom biasa, serta ketidaksamaan peraturan yang digunakan.
SARAN
Dalam perhitungan suatu struktur bangunan gedung diperlukan ketelitian agar hasil perhitungan akurat.
Dalam perencanaan gedung, haruslah mengikuti standar-standar perencanaan yang berlaku, sehingga dapat terciptanya suatu struktur yang sesuai dengan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Bowles. Josep E. 1986, Analisa dan Desain Pondasi Jilid 1, Erlangga, Jakarta.
Budiono, B. dan Supriatna, L. 2012, Studi Komparasi Desain Bangunan Tahan Gempa , ITB, Bandung.
Departemen Pekerjaan Umum, Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung,
Yayasan Lembaga Penyelidikan
SNI–03–2847–2002 Tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, BSN, 2002, Bandung.
SNI 1726:2012 Tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung, BSN, 2012, Jakarta.
Pamungkas, A. dan Harianti, E. 2013, Desain Pondasi Tahan Gempa , ANDI, Yogyakarta.
W.C. Vis dan Gideon H.K., Dasar-Dasar Perencanaan Beton Bertulang, edisi pertama, Erlangga, Jakarta, 1993.