• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN KREATIVITAS TERHADAP HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH (Studi Eksperimen Pada Mahasiswa STOK Binaguna Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN KREATIVITAS TERHADAP HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH (Studi Eksperimen Pada Mahasiswa STOK Binaguna Medan)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN KREATIVITAS TERHADAP HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH

(Studi Eksperimen Pada Mahasiswa STOK Binaguna Medan)

LILIANA PUSPA SARI

Prodi PendidikanJasmani Kesehatan Dan Rekreasi Stok Bina Guna Medan

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran dan kreativitas terhadap hasil belajar lompat jauh. Sampel penelitian ini berjumlah 40 orang yang merupakan Mahasiswa Semester I tahun ajaran 2016/2017 dengan menggunakan rancangan penelitian treatment by level 2 x 2. Data dianalisis menggunakan analisis varians (ANAVA) dan dilanjutkan dengan uji Tukey pada taraf signifikansi α = 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan (1) secara umum, terdapat perbedaan yang antara model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran langsung terhadap hasil belajar lompat jauh (Fo 4,61 > 4,11 Ft), dan model pembelajaran kooperatif memberikan hasil belajar lompat jauh yang lebih baik daripada model pembelajaran langsung, (2) terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kreativitas terhadap hasil belajar lompat jauh (Fo 26,08 > 4,11 Ft), (3) pada siswa dengan kreativitas tinggi, model pembelajaran kooperatif memberikan hasil belajar lompat jauh yang lebih baik daripada model pembelajaran langsung (Qo 10,75 > 4,33 Qt), dan (4) pada siswa dengan kreativitas rendah, model pembelajaran langsung memberikan hasil belajar lompat jauh yang lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif (Qo 4,39 > 4,33 Qt),

Kata Kunci : Hasil Belajar Lompat Jauh, Model Pembelajaran, Dan Kreativitas.

BAB I PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan bidang yang mempunyai kedudukan yang sangat penting diberbagai negara manapun. Hal ini disebabkan karena pendidikan berperan dalam membangun karakter suatu bangsa. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Mutu pendidikan yang berkualitas dan profesional ini akan sangat diperlukan agar

dapat mendukung kecerdasan kehidupan bangsa dan mampu bersaing pada era globalisasi.

Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (Penjasorkes) merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan yang wajib diajarkan di sekolah dan memiliki peran yang penting dalam pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. Seperti dikemukakan oleh Sukintaka bahwa pendidikan jasmani

(2)

merupakan bagian dari pendidikan, jadi apa yang dapat dicapai oleh pendidikan jasmani harus dapat membantu mengembangkan pribadi anak sesuai dengan tujuan pendidikan, karena pada hakikatnya pendidikan berusaha untuk memberikan kesempatan berkembangnya semua aspek pribadi anak atau manusia sehingga tujuan pendidikan harus berdasar pada ranah (domain) pendidikan atau aspek pribadi manusia.

Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, intelektual, dan emosional melalui aktivitas fisik. Demikian juga yang dikemukakan oleh Samsudin bahwa pendidikan jasmani merupakan suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Jadi, pendidikan jasmani adalah pendidikan melalui aktivitas jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan individu baik secara organik, neuromuskuler, intelektual, dan emosional yang dilakukan secara sistematis.

Pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di sekolah tinggi olahraga

adalah dengan memberikan materi yang merangsang anak untuk bergerak dan sudah dituangkan dalam Standar Isi yaitu Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). SK dan KD pendidikan jasmani di sekolah dilakukan melalui kegiatan aktivitas jasmani yang dapat meningkatkan dan mengembangkan ranah kognitif, afektif maupun psikomotor yang ada pada diri siswa.

Penyelenggaraan pendidikan jasmani diberbagai jenjang pendidikan sangatlah penting. Dengan melakukan berbagai bentuk keterampilan gerak, anak akan memiliki dasar-dasar yang sangat diperlukan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan, baik selama mengikuti pendidikan maupun dalam kehidupannya kelak. Mengenal dan menguasai berbagai bentuk gerak dan cara-cara berorientasi pada lingkungan merupakan satu kebutuhan yang sangat penting di dalam hidup. Tanpa adanya kemampuan untuk bergerak dan berorientasi pada lingkungan akan sulit bagi setiap anak untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan harapan.

Keterampilan lompat jauh (long jump) merupakan salah satu materi dalam lingkup permainan dan olahraga yang disajikan di mahasiswa STOK semster I Lompat jauh adalah satu jenis keterampilan melompat secara horizontal untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. Jauhnya jarak lompatan

(3)

tergantung pada kemampuan pelompat melakukan awalan, tolakan kaki, sikap badan di udara, dan mendarat.

Pelaksanaan keterampilan lompat jauh terdiri dari 3 (tiga) gaya yang dapat diajarkan di sekolah, yaitu gaya jongkok (tuck), gaya menggantung (hang style atau sneper), dan gaya jalan di udara (walking in the air). Secara umum karakteristik pelaksanaan dari ketiga gaya tersebut hampir sama, yaitu awalan, tolakan, sikap badan di udara, dan mendarat. Pembeda dari ketiga gaya tersebut terletak pada sikap badan di udara dimana pada lompat jauh gaya jongkok adalah sikap badan seperti berjongkok saat di udara. Pada lompat jauh gaya menggantung, sikap badan di udara adalah seolah-olah menggantung, sedangkan pada lompat jauh gaya jalan di udara, sikap badan di udara seperti sedang berjalan.

Materi lompat jauh yang diajarkan pada siswa mahasiswa semester III tahun ajaran 2015/2016 adalah lompat jauh gaya jongkok. Lompat jauh gaya jongkok merupakan salah satu gaya dalam lompat jauh dimana saat di udara sikap badan dalam keadaan jongkok, dengan membulatkan badan dengan kedua lutut ditekuk, dan kedua tangan ke depan. Karakteristik pelaksanaan gaya jongkok diawali dengan fase awalan, fase tolakan, fase melayang (sikap badan di udara seperti jongkok), dan fase mendarat.

Keempat gerakan ini merupakan satu kesatuan urutan gerak lompat jauh yang tidak terputus-putus.

Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada proses pembelajaran di semester III tahun ajaran 2015//2016 menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang hasil belajar lompat jauh gaya jongkok belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Masih banyak siswa yang masih salah dalam melakukan teknik lompat jauh gaya jongkok, baik itu dari awalan, tolakan, sikap badan di udara maupun mendarat. Padahal, keterampilan lompat jauh merupakan gabungan dari beberapa keterampilan gerak dasar (lokomotor, non-lokomotor dan manipulatif) yang sudah siswa pelajari di sekolah dasar.

Memperbaiki hasil belajar lompat jauh gaya jongkok dapat dilakukan dengan banyak cara. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru dalam meningkatkan hasil belajar adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang tepat dan efektif sesuai dengan karakterisitik siswa. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat mengerti dan memahami materi pembelajaran yang disajikan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Model pembelajaran merupakan faktor yang mempengaruhi efektifitas dari pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan suatu proses pembelajaran. Melalui model

(4)

pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Sehubungan dengan itu, maka pemilihan model pembelajaran yang tepat akan membantu tercapainya hasil belajar yang diharapkan.

Pendidikan jasmani dalam proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan menerapkan beberapa model pembelajaran, seperti model pembelajaran langsung (direct instruction), model pembelajaran kooperatif (cooperative learning), model pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning), dan lain-lain.

Penelitian ini membatasi pada dua model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, yaitu model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran langsung. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Sedangkan, model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural, dimana guru berperan penting dalam proses pembelajaran dan diharapkan menjadi model yang menarik bagi siswanya. Kedua pemilihan model pembelajaran ini

dimaksudkan untuk menemukan jawaban pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar lompat jauh gaya jongkok bagi Mahasiswa Semster III Tahun ajaran 2015/2016.

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor. Selain penerapan model pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran untuk mencapai hasil belajar yang optimal, hal lain yang dapat mempengaruhi hasil belajar adalah kreativitas. Kreativitas merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menemukan dan menciptakan sesuatu hal baru, cara-cara baru, model baru yang berguna bagi dirinya sendiri dan bagi masyarakat. Jadi, kemampuan dalam kreativitas bersifat inovatif. Kreativitas atau perbuatan kreatif banyak berhubungan dengan intelegensia. Seseorang yang kreatif pada umumnya memiliki intelegensi yang cukup tinggi. Seorang yang tingkat intelegensinya rendah, maka kreativitasnya juga relatif kurang. Kreativitas juga berkenaan dengan kepribadian. Seseorang yang kreatif adalah orang yang memiliki ciri-ciri kepribadian tertentu seperti mandiri, bertanggung jawab, bekerja keras, motivasi tinggi, optimis, punya rasa ingin tahu yang besar, percaya diri, terbuka, memiliki toleransi, kaya akan pemikiran dan lain-lain.

Kreativitas hendaknya meresap dalam seluruh kurikulum dan iklim kelas

(5)

melalui faktor-faktor seperti sikap menerima keunikan individu, pertanyaan yang berakhir terbuka, penjajakan (eksplorasi), dan kemungkinan membuat pilihan. Tinggi rendahnya hasil belajar lompat jauh salah satunya dapat disebabkan karena kreativitas individu. Kreativitas menjadi refleksi perbedaan individu dalam memproses dan menampilkan keterampilan lompat jauh dan mempelajari tahapan-tahapan gerak lompat jauh secara menarik. Refleksi perbedaan individu terlihat dalam hal perhatian, perasaan, latar belakang lingkungan dalam cara-cara memproses informasi yang diterimanya dan kemudian menampilkannya dalam bentuk gerakan.

Pemilihan model pembelajaran yang tepat dengan mempertimbangkan potensi yang ada pada diri siswa merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh guru pendidikan jasmani, begitu juga aspek psikologis siswa yaitu kreativitas. Diduga interaksi yang baik antara penerapan model pembelajaran yang tepat dengan mempertimbangkan kreativitas yang ada pada diri siswa dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Pentingnya peranan penerapan model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan kreativitas siswa dalam pencapaian hasil belajar mendorong peneliti untuk

melakukan penelitian. Melalui penelitian ini dikaji “Pengaruh model pembelajaran dan kreativitas terhadap hasil belajar lompat jauh pada mahasiswa semster III Tahun ajaran 2015/2016.

A. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah dalam upaya untuk meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok adalah sebagai berikut: (1) Apakah kemampuan guru dapat mempengaruhi hasil belajar lompat jauh gaya jongkok? (2) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kemampuan lompat jauh gaya jongkok? (3) Apakah model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok? (4) Apakah model pembelajaran langsung dapat meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok? (5) Apakah model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran langsung memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar lompat jauh gaya jongkok? (6) Apakah kreativitas siswa dapat mempengaruhi hasil belajar lompat jauh gaya jongkok? (7) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kreativitas siswa? (8) Apakah terdapat perbedaan pengaruh antara model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran langsung, bila dikaitkan dengan tingkat kreativitas siswa

(6)

yang berbeda terhadap hasil belajar lompat jauh gaya jongkok? (9) Model pembelajaran manakah yang memberikan hasil belajar yang lebih tinggi bagi siswa yang memiliki tingkat kreativitas tertentu? (10) Apakah sarana dan prasarana yang ada telah mendukung proses pembelajaran lompat jauh gaya jongkok?

B. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, begitu banyak faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar lompat jauh yang menghendaki penelitian sendiri-sendiri. Untuk itu, ruang lingkup dalam penelitian ini perlu dibatasi. Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi pada pengaruh model pembelajaran dan kreativitas terhadap hasil belajar lompat jauh gaya jongkok.

Penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independent variable), yaitu: model pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran langsung, dengan mempertimbangkan kreativitas sebagai variabel bebas moderator yang terbagi menjadi kreativitas tinggi dan kreativitas rendah, dan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok sebagai variabel terikat (dependent variable). C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka masalah yang diteliti dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar lompat jauh antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif dan yang diajar dengan model pembelajaran langsung?

2. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kreativitas terhadap hasil belajar lompat jauh?

3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar lompat jauh antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif dan yang diajar dengan model pembelajaran langsung pada siswa dengan kreativitas tinggi?

4. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar lompat jauh antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif dan yang diajar dengan model pembelajaran langsung pada siswa dengan kreativitas rendah? D. Kegunaan Hasil Penelitian

Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat pada pengembangan dan kemajuan ilmu pendidikan yang nantinya dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia pada saat ini khususnya pendidikan jasmani, serta dapat digunakan sebagai acuan bagi guru untuk dapat mengembangkan model pembelajaran dalam bidang pendidikan jasmani.

(7)

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak antara lain:

1. Bagi siswa, untuk meningkatkan hasil belajar lompat jauh

2. Bagi guru, yaitu menambah pengetahuan guru pendidikan jasmani dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran yang tepat sehingga dapat menumbuhkan kreativitas dan meningkatkan hasil belajar siswa 3. Bagi sekolah, yaitu memberikan suatu

kontribusi yang positif bagi perkembangan dan peningkatan kualitas sekolah untuk meningkatan hasil belajar siswa khususnya dalam pembelajaran pendidikan jasmani. BAB II TINJAUAN PUSTAKA a. Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan pada pencapaian tujuan tersebut. Tujuan pendidikan jasmani bukan hanya mengembangkan ranah jasmani, tetapi juga mengembangkan seluruh potensi siswa. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan memiliki peran yang penting dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan nasional.

Abdul Gafur mendefinisikan pendidikan jasmani sebagai suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui kegiatan jasmani yang intensif dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak.Sedangkan,Sukintakamendefinisika n pendidikan jasmani sebagai bagian dari pendidikan, jadi apa yang dapat dicapai oleh pendidikan jasmani harus dapat membantu mengembangkan pribadi anak sesuai dengan tujuan pendidikan, karena pada hakikatnya pendidikan berusaha untuk memberikan kesempatan berkembangnya semua aspek pribadi anak atau manusia sehingga tujuan pendidikan harus berdasar pada ranah (domain) pendidikan atau aspek pribadi manusia. Sedangkan, Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Sebagai bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan pendidikan jasmani bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, intelektual, dan emosional melalui aktivitas fisik.

(8)

b. Hasil Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sementara menurut Djamara dan Zain, belajar merupakan proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan dari kegiatan belajar adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap; bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Perubahan tingkah laku terjadi karena adanya usaha dari individu yang bersangkutan baik yang dapat mengembangkan kreativitas, sikap dan perilaku, termasuk cara baru untuk melakukan sesuatu dan upaya-upaya seseorang dalam mengatasi kendala atau menyesuaikan diri pada situasi baru. Belajar menggambarkan perubahan progresif perilaku seseorang ketika bereaksi terhadap tuntutan-tuntutan yang diharapkan pada dirinya. Siregar dan Nara mengungkapkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental (psikis) yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan yang bersifat relatif konstan. Ini berarti seseorang yang telah belajar memperoleh pengetahuan baru dan perubahan perilaku dalam diri mereka

yang bertahan lama. Seseorang setelah belajar mampu mengerjakan apa yang sebelumnya tidak bisa ia kerjakan.

c. Lompat Jauh

Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat yang dilombakan pada cabang olahraga atletik. Tujuan dari lompat jauh adalah melakukan lompatan sejauh mungkin. Lompat jauh pada dasarnya adalah suatu bentuk gerakan melompat mengangkat kaki ke atas ke depan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara (melayang di udara) yang dilakukan dengan cepat dan dengan jalan melakukan tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. Sementara itu, Ballesteros dalam Suherman et al, mengemukakan bahwa lompat jauh adalah hasil dari kecepatan horizontal yang dibuat sewaktu dari awalan dengan vertikal yang dihasilkan dari kekuatan kaki tolak, resultante dari kedua gaya menentukan gerak parabola dari titik pusat gravitasi.

Definisi lompat jauh juga dikemukakan oleh Zumerchik “the long jump is one of the simplest and most natural event in track and field: the athletes run up and then jump as far as they can”. Menurut definisi tersebut lompat jauh merupakan salah satu nomor yang paling sederhana dan mendasar dalam cabang olahraga atletik, dimana atlet berlari dan melompat sejauh-jauhnya. Untuk mencapai jarak lompatan yang sejauh-jauhnya, siswa harus memiliki kekuatan, kecepatan dan teknik untuk melakukan lompat jauh tersebut. Jauhnya

(9)

lompatan tergantung pada kecepatan lari, kekuatan, dan percepatan pada saat take off (memindahkan kecepatan horizontal ke gerakan bersudut). Untuk memperoleh suatu hasil yang maksimal dalam lompat jauh, selain si pelompat harus memiliki kekuatan, daya ledak, kecepatan, ketepatan, kelentukan, dan koordinasi gerakan juga harus memahami dan menguasai teknik untuk melakukan gerakan lompat jauh tersebut serta dapat melakukannya dengan cepat, tepat, luwes, dan lancar.

Jarak lompatan secara biomekanika ditentukan oleh tiga parameter, yaitu kecepatan saat bertolak (velocity at take off), sudut tolakan (angle of take off), dan tinggi titik pusat massa saat bertolak (height of the centre of mass at take off). Kecepatan bertumpu dan sudut tolakan adalah paling penting. Tinggi titik pusat massa ditentukan oleh tinggi badan atlet meskipun dipengaruhi oleh posisi pada saat bertumpu. Kecepatan bertolak dan sudut tolakan adalah hasil dari gerakan sebelum dan selama bertolak.

a. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep apabila mereka bekerja sama dan berdiskusi dengan temannya. Slavin mengungkapkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil kolaboratif yang anggotanya empat sampai lima orang

dengan struktur kelompok heterogen. Nurhadi et al mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang saling mengasihi antar sesama teman. Sedangkan, Arends menyatakan pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dibentuk dalam suatu kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang, dimana siswa saling bekerja sama dan mengoptimalkan keterlibatan diri dan anggota kelompoknya dalam belajar.

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dalam bentuk kelompok-kelompok kecil 4-5 orang, dimana siswa saling bekerja sama untuk memecahkan masahal dikelompoknya. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa bekerjasama memecahkan suatu permasalahan melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya dan setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya. Pembelajaran kooperatif mengacu pada pembelajaran dimana siswa bekerjasama dalam kelompok kecil, saling membantu untuk memahami suatu pelajaran, memeriksa dan memperbaiki jawaban teman, serta kegiatan lainnya untuk tujuan membantu siswa satu dengan yang lainnya agar dapat mencapai kesuksesan bersama.

(10)

b. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

Model pembelajaran langsung atau banyak orang yang menyebutnya sebagai model pembelajaran konvensional. Pembelajaran langsung dikenal pula dengan sebutan active learning dan whole-class teaching. Penyebutan ini mengacu pada gaya mengajar dimana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada peserta didik dan mengajarkannya secara langsung kepada seluruh kelas.

Model pembelajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berakitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat dibelajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu, suatu contoh pengetahuan deklaratif yaitu bahwa lompat jauh adalah salah satu nomor perlombaan dalam cabang olahraga atletik. Sedangkan, pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu, misalnya bagaimana cara melakukan lompat jauh gaya jongkok.

Nasution memberikan gambaran ciri-ciri pembelajaran langsung, yaitu: (a) bahan pelajaran disajikan kepada kelas secara keseluruhan tanpa memperhatikan

siswa secara individu, (b) kegiatan pembelajaran umumnya berbentuk ceramah, tugas tertulis dan media lain menurut pertimbangan guru, (c) siswa umumnya bersifat pasif karena harus mendengarkan guru, (d) dalam hal kecepatan belajar, semua siswa harus belajar menurut kecepatan-kecepatan yang umumnya ditentukan oleh kecepatan guru mengajar, (e) keberhasilan belajar umumnya dinilai oleh guru secara subyektif, (f) diharapkan bahwa hanya sebagian kecil saja akan menguasai bahan pelajaran secara tuntas, dan (g) guru berperan sebagai pentransfer ilmu pengetahuan.

c. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif dan Langsung

Ciri pokok perbedaan antara model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran langsung adalah pada pengelolaan kelas, peran guru. Pembelajaran kooperatif siswa belajar dalam kelompok kecil yang besifat heterogen dan pembelajaran langsung siswa belajar dalam kelompok besar (klasikal). Hal lain yang membedakannya adalah pemberian penghargaan. Pada pembelajaran kooperatif kelompok yang memiliki skor belajar paling tinggi mendapat penghargaan berupa sertifikat atau hadiah sedangkan dalam pembelajaran langsung tidak. Dalam

(11)

pembelajaran kooperatif pemantauan melalui observasi dilakukan saat proses pembelajaran sampai selesai, sedangkan pembelajaran langsung hanya pada akhir pembelajaran. Lebih jauh perbedaan model pembelajaran kooperatif dan langsung dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.6 Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif dan Model Pembelajaran Langsung N o Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Model Pembelajaran Langsung (Direct Instructional)

1 Berpusat pada anak (Student Centered) Berpusat pada guru (Teacher Centered) 2 Guru berperan sebagai fasilitator Guru berperan sebagai sumber pengetahuan 3 Siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang bersifat heterogen Siswa belajar dalam kelompok besar (klasikal) 4 Proses pembelajaran menuntut keaktifan siswa Saat proses pembelajaran siswa bersikap pasif mendengarkan penjelasan guru 5 Evaluasi hasil

belajar dilihat dari proses belajar

Evaluasi hasil belajar dilihat dari hasil akhir 6 Materi

pembelajaran didasarkan untuk mengembangkan keterampilan belajar lebih lanjut

Pembelajaran distrukturkan untuk menyelesaikan materi selama periode waktu yang ditetapkan 7 Mengembangkan kemampuan berpikir/keterampil an siswa Kurang dapat mengembangka n kemampuan berpikir dan keterampilan siswa

8 Terdiri dari enam fase/langkah pembelajaran , yaitu a. Fase 1 : menyampaikan tujuan b. Fase 2 : menyajikan informasi c. Fase 3 : mengorganisasi siswa ke dalam kelompok/tim d. Fase 4 : membimbing kelompok bekerja dan belajar e. Fase 5 : Evaluasi f. Fase 6 : memberi penghargaan Terdiri dari lima fase/langkah pembelajaran, yaitu: a. Fase 1 : menyampaik an tujuan b. Fase 2 : menyajikan informasi c. Fase 3 : membimbin g latihan d. Fase 4 : mengecek pemahaman e. Fase 5 : memberikan latihan lanjutan METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh dari variabel-variabel bebas yaitu model pembelajaran dan kreativitas terhadap variable terikat yaitu hasil belajar lompat jauh gaya jongkok.

B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di STOK BINAGUNA Tahapan penelitian ini meliputi pengumpulan data tentang kreativitas, penerapan perlakukan model

(12)

pembelajaran, dan pengumpulan data tentang hasil belajar lompat jauh gaya jongkok. Pelaksanaan perlakuan model pembelajaran (kooperatif dan langsung) dilakukan secara bersamaan yang dipimpin oleh team teaching.

Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yaitu variabel terikat adalah hasil belajar lompat jauh, variabel bebas adalah model pembelajaran (kooperatif dan langsung), dan variabel moderator yaitu kreativitas (tinggi dan rendah).

Setelah mengikuti serangkaian proses pembelajaran yang telah terprogram dengan membagi siswa ke dalam dua kelompok yaitu kelompok siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif dan kelompok siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung maka diperoleh data hasil belajar lompat jauh yang berupa skor yang digunakan untuk digunakan dan dianalisis dari rata-rata hasil penilaian dari ketiga evaluator. Dalam masing-masing kelompok terdapat siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan siswa yang memiliki kreativitas rendah. Tinggi rendahnya kreativitas yang dimiliki siswa diukur dengan cara memberikan tes kreativitas yang berupa tugas gerak kepada siswa.

Kesimpulan

Penelitian menggunakan metode eksperimen yang terdiri dari variabel terikat yaitu hasil belajar lompat jauh gaya

jongkok dan variabel bebas yaitu model pembelajaran (kooperatif dan langsung) dan kreativitas (tinggi dan rendah). Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis dan pengujian hipotesis penelitian maka dapat disimpulkan:

1. Siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif memiliki hasil belajar lompat jauh yang lebih baik daripada siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung. 2. Terdapat interaksi yang signifikan antara model pembelajaran dan kreativitas terhadap hasil belajar lompat jauh gaya jongkok.

3. Pada siswa dengan kreativitas tinggi, siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif memiliki hasil belajar lompat jauh yang lebih baik daripada siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung. 4. Pada siswa dengan kreativitas rendah, siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung memiliki hasil belajar lompat jauh yang lebih baik daripada siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif. DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Arma dan Manadji, Agus. Dasar-Dasar Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti, 1994.

Ali, Mohammad dan Asrori Mohammad. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009.

(13)

Abdulkadir. Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud Dikti Proyek Pembinaan Tenaga Pendidikan, 1992.

Bloom, Benjamin S. Taxonomy of Educational Objectives Handbook I: Cognitive Domain. New York: Longman, 1979.

Brancazio, Peter J. Sport Science. New York: Simon & Schuster, 1983.

Coker, Cheryl A. Motor Learning and Control for Practitioners. New York: McGraw-Hill, 2004.

Danim, Sudarwan. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Alfabeta, 2010.

Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010.

Djaali dan Muljono, Pudji. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. (Jakarta: Grasindo, 2008.

Djamara, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2006.

Gallahue, David. L and Ozmun, John C. Understanding Motor Development: Infants, Children, Adolescents, Adults. New York: McGraw-Hill, 2006.

Harsuki (ed.), Perkembangan Olahraga Terkini Kajian Para Pakar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2003.

Husdarta, JS dan Kusmaedi, Nurlan. Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik Olahraga dan Kesehatan. Bandung: Alfabeta, 2010.

Jamaris, Martini. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Jakarta: Yayasan Penamas Murni, 2010.

Jarver, Jess. Belajar dan Berlatih Atletik. Bandung: Pionir Jaya, 2008.

Jihad, Asep dan Haris, Abdul. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo, 2009.

Joyce, Bruce, Weil, Marsha and Calhoun Emily. Models of Teaching. USA: Pearson Education Inc, 2009.

Ibrahim, Muslim et al. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press, 2000.

Lie, Anita. Cooperative Learning Mempratikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo, 2005.

Magill, Richard A. Motor Learning and Control: Concepts and Applecations. New York: McGraw-Hill, 2011.

Metzler, Michael W. Instructional Models for Physical Education. Arizona: Holcomb Hathaway, Inc, 2005.

Munandar, Utami. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009.

Murwani, Santosa. Statistika Terapan (Teknik Analisis Data). Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta, 2009.

Nasution. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara, 1999.

Nur (ed.), Model Pengajaran Langsung. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Pusat Sains dan Matematika Sekolah, 2011.

Gambar

Tabel 2.6  Perbedaan  Model  Pembelajaran  Kooperatif  dan  Model  Pembelajaran Langsung  N o  Model  Pembelajaran Kooperatif  (Cooperative  Learning)  Model  Pembelajaran Langsung (Direct Instructional)  1  Berpusat pada anak

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Berdasarkan fenomena di atas, peneliti merasa tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai “studi komparasi pendidikan kesehatan multimedia pembelajaran dan metode demonstrasi

Berdasarkan pengolahan data, maka nilai yang diperoleh untuk desain sajadah standar bagi jamaah, khususnya jamaah masjid Jabal Rahmah Bengkong Nusantara adalah Panjang : 154cm dan

Telah bercerita kepada kami Yahya bin Musa telah bercerita kepada 'Abdur Razzaq telah bercerita kepada kami Ibnu Juraij berkata telah mengabarkan kepadaku Ibnu

Telah dapat dikembangkan perangkat audiometer berbasis soundcard pada komputer pribadi yang memiliki kemampuan menampilkan dan mencetak hasil pemeriksaan dalam bentuk

Analisis Perbandingan Pengetahuan Kearifan Lokal Tentang Tanaman Obat Dari Siswa Sma Di Kota Dan Kabupaten Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Dengan ini penulis menyatakan bahwa disertasi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Doktor Linguistik pada program Studi Linguistik Fakultas Ilmu Budaya