• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. gambaran kelainan kulit pada nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN. gambaran kelainan kulit pada nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat survai yang bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran kelainan kulit pada nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Belawan Tahun 2008.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian berada di wilayah kerja Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Belawan. Alasan dalam penelitian ini adalah :

1. Banyak ditemukan gangguan kelainan kulit pada nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli

2. Belum pernah dilakukan penelitian di daerah tersebut. 3.2.2. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan mulai dari bulan Mei 2008 sampai dengan Desember 2008.

(2)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk yang bekerja sebagai nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Belawan berjumlah 43 orang.

3.3.2. Sampel

Berdasarkan populasi yang relatif kecil, maka seluruh populasi dijadikan sampel dalam penelitian (total sampling), sebanyak 43 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden (nelayan) dengan menggunakan kuesioner dan observasi yang dilakukan oleh peneliti tentang hygiene perorangan (kebiasaan mandi, kebiasaan membersihkan badan dan pakaian serta kebiasaan memakai alat pelindung diri) dan dilakukan pemeriksaan kulit.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Puskesmas Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli yaitu data responden yang mempunyai kelainan kulit, jumlah penduduk yang bekerja sebagai nelayan tradisional, usia pekerja dan sebagainya.

(3)

3.5. Definisi Operasional

1. Karakteristik responden adalah gambaran keadaan responden yang terdiri atas umur, pendidikan, pendapatan, masa kerja, jam kerja, dan jumlah anggota keluarga.

2. Umur adalah lamanya hidup responden dalam tahunan, yang dihitung sejak dilahirkan hingga saat responden diwawancarai.

3. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang telah diselesaikan atau ditamatkan responden.

4. Pendapatan yaitu jumlah pendapatan yang diperoleh nelayan dalam sebulan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

5. Masa kerja adalah waktu mulai responden bekerja menjadi nelayan sampai

diadakan penelitian yang dihitung dalam tahunan. 6. Jam kerja adalah waktu yang dipakai responden pada saat berangkat untuk melaut

yaitu jam 05.00-17.00 WIB.

7. Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya anggota keluarga dalam satu rumah. 8. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang kelainan

kulit.

9. Gambaran kelainan kulit adalah segala kelainan kulit yang timbul pada waktu bekerja atau disebabkan oleh pekerjaan dan karena gigitan binatang, berupa merah, gatal-gatal dan basah.

10. Hygiene Perorangan adalah kebersihan perorangan pada nelayan yang meliputi (Notoatmodjo, 1997) :

(4)

b. Mandi dengan menggunakan sabun c. Menjaga kebersihan pakaian

d. Memakai alat pelindung diri (sarung tangan, topi, masker dan pakaian khusus/overall).

11. Kondisi lingkungan yaitu keadaan lingkungan baik di rumah maupun di luar rumah.

3.6. Aspek Pengukuran

1. Untuk tingkat pendidikan dibagi atas 5 (lima) kategori : - Tidak tamat SD - Tamat SLTA - Tamat SD - Tamat DIII/PT - Tamat SLTP

2. Pengetahuan ini dapat diukur dengan memberikan jawaban dari kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan sebanyak 6 dengan total skor sebanyak 12 dan kriteria sebagai berikut (Soegiyono, 2002) :

a. Untuk jawaban mempunyai 2 pilihan : - Jawaban a (tahu) = 2

- Jawaban b (tidak tahu) = 0

b. Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 3 (tiga) kategori yaitu

• Tingkat Pengetahuan baik apabila jawaban responden benar > 75% atau memiliki skor > 9 dari seluruh pertanyaan yang ada.

• Tingkat Pengetahuan sedang apabila jawaban responden benar 45-75% atau memiliki skor 5-9 dari seluruh pertanyaan yang ada

(5)

• Tingkat Pengetahuan kurang apabila jawaban responden < 45% atau memiliki skore < 5 dari seluruh pertanyaan yang ada.

3. Higiene Perorangan

Hygiene yang dilakukan untuk mengukur kebersihan perorangan pada nelayan seperti frekuensi mandi dalam sehari, perilaku mengganti baju, memakai alat pelindung diri, mandi memakai sabun. Observasi higiene diukur berdasarkan nilai (skor) yang dijumlahkan pada 8 pertanyaan, sehingga total skor 8. Tiap pertanyaan mempunyai nilai 0 sampai nilai 1 dengan kriteria :

1. Jawaban Ya (a) = 1 2. Jawaban Tidak (b) = 0

Berdasarkan jumlah nilai tersebut, Higiene diklasifikasikan dalam 2 kategori:

a. Baik, jika jawaban ya ≥ 75% apabila responden men jawab pertanyaan benar > 6 b. Buruk, jika jawaban tidak < 75%, bila responden menjawab pertanyaan benar <6 4. Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan yang dilakukan untuk melihat kebersihan lingkungan rumah dan di sekitarnya. Kriteria yang diukur berdasarkan nilai (skor) yang dijumlahkan pada 8 pertanyaan. Tiap pertanyaan mempunyai nilai 0 sampai 1 dengan kriteria :

1. Jawaban a (Ya) = 1 2. Jawaban b (Tidak) = 0

Berdasarkan jumlah nilai tersebut kondisi lingkungan diklasifikasikan dalam 2 kategori: a. Baik, jika jawaban ya > 75% apabila responden menjawab pertanyaan benar > 6 b. Buruk, jika jawaban tidak < 75% responden menjawab benar < 6.

(6)

5. Gambaran Kelainan Kulit

Gambaran kelainan kulit yang dilakukan untuk melihat kriteria gambaran kelainan kulit pada nelayan, yang meliputi warna merah, basah dan gatal-gatal pada kulit. Diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Ada, bila dijumpai di kulit responden minimal warna merah dan gatal-gatal.

b. Tidak ada, apabila hanya terdapat gatal-gatal pada kulit responden

3.7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 3.7.1. Teknik Pengolahan

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan tahapan sebagai berikut : 1. Editing (pemeriksaan data).

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan jawaban atas pertanyaan. 2. Coding (pemberian kode)

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan menggunakan perangkat software komputer.

2. Tabulating

` Memindahkan data dari daftar pertanyaan ke dalam tabel-tabel yang telah dipersiapkan 3.7.2. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel distribusi frekuensi hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner dan observasi dengan formulir check list., kemudian data disajikan secara deskriptif untuk menggambarkan persentasi dari setiap variabel.

(7)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Yong Panah Hijau terletak di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Belawan, dengan luas daerah 450 hektar, yang terdiri dari 11 lingkungan. Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Labuhan Deli sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Kecamatan Medan Belawan

- Sebelah Selatan : Kecamatan Kelurahan Tengah Pulau - Sebelah Barat : Kelurahan Paya Pasir

- Sebelah Timur : Kecamatan Medan Labuhan 4.1.1. Data Demografi

Jumlah penduduk Kelurahan Labuhan Deli menurut Data Dinas Profil Kelurahan tahun 2008 berjumlah 15.440 yang terdiri dari laki-laki 7.747 orang dan perempuan 7.693 orang yang tersebar dari 11 lingkungan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut.

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Per Lingkungan Di Yong Panah hijau Kelurahan Labuhan Deli

Tahun 2008

No.

Nama Dusun/Lingkungan

Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki % Perempuan % L + P % 1. Lingkungan I 825 10,6 718 9,3 1.543 10,0 2. Lingkungan II 835 10,8 805 10,5 1.640 10,6 3. Lingkungan III 612 8,0 657 8,5 1.269 8,2 4. Lingkungan IV 724 9,3 696 9,0 1.420 9,2 5. Lingkungan V 457 6,0 371 4,8 828 5,4 6. Lingkungan VI 327 4,2 414 5,4 741 4,8 7. Lingkungan VII 832 10,7 1108 14,4 1.940 12,6 8. Lingkungan VIII 978 12,6 915 12,0 1.893 12,3 9. Lingkungan IX 1260 16,3 1325 17,3 2.585 16,7 10. Lingkungan X 152 1,9 103 1,3 255 1,6 11. Lingkungan XI 745 9,6 581 7,5 1.326 8,6 Jumlah 7747 50,2 7693 49,8 15.440 100,0

(8)

Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat di ketahui bahwa di Kelurahan Labuhan Deli yang paling banyak penduduknya berada di lingkungan IX yaitu sebesar 1.260 orang (16,3%) dengan jenis kelamin laki-laki dan 1.325 orang (17,3%) dengan jenis kelamin perempuan.

Berdasarkan jumlah penduduk yang dilihat dari kelompok umur di Kelurahan Labuhan Deli dapat dilihat pada tabel 4.2. berikut.

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli

Tahun 2008

No. Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (orang) Persen (%)

1. < 1 196 1,3

2. 12 – 29 8.761 56,7

3. 30 – 58 5.573 36,1

4. > 59 910 5,9

Total 15.440 100,0

Sumber : : Data Profil Kelurahan Labuhan Deli, (2008)

Berdasarkan tabel 4.2. diatas dapat diketahui bahwa di Kelurahan Labuhan Deli menurut kelompok umur 12-29 tahun sebesar 8.761 orang (56,7%) merupakan kelompok umur terbanyak, sedangkan kelompok umur 0-12 bulan ada 196 orang (1,3%) merupakan jumlah terkecil.

4.1.2. Data Pelayanan Kesehatan

Di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli terdapat 3 (tiga) Puskesmas Pembantu (Pustu) yaitu di Rengas Pulau, Tanjung Enam Ratus, dan Labuhan Deli. Adapun distribusi 10 penyakit terbesar dapat dilihat pada tabel 4.3. berikut.

(9)

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi 10 Penyakit Terbanyak di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli

Tahun 2007

No. Nama Penyakit Jumlah (orang) Persen (%)

1. Diare 1.720 28,6 2. ISPA 1.626 27,0 3. Penyakit Gigi 842 14,0 4. Penyakit Mata 425 7,1 5. TB. Paru 311 5,1 6. Hypertensi 288 5,0 7. Kecacingan 250 4,1

8. Scabies (Kelainan kulit) 220 3,7

9. Penyakit Maag 210 3,4

10. T.H.T 114 2,0

Total 6.006 100,0

Sumber : Profil Puskesmas Kelurahan Labuhan Deli, (2007)

Berdasarkan tabel 4.3. diatas dapat diketahui bahwa jumlah penyakit terbanyak di Kelurahan Labuhan Deli adalah Diare, yaitu sebanyak 1.720 kasus (28,6%), sedangkan untuk penyakit kulit atau scabies ada 220 kasus (3,7%).

4.1.3. Mata Pencaharian

Adapun penduduk di Kelurahan Labuhan Deli mempunyai mata pencaharian sebagai berikut : buruh, pengusaha, swasta, PNS, Polri, pedagang, nelayan, dokter, petani, dan lain-lain (penjahit, tukang batu/kayu, peternak, montir, pengrajin, dan sopir).

Berdasarkan mata pencaharian penduduk yang dilihat dari jenis pekerjaan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli dapat dilihat pada tabel 4.4. berikut.

(10)

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli

Tahun 2008

No. Jenis Pekerjaan Jumlah (orang) Persen (%)

1. Nelayan 2881 66,6

2. Buruh/Swasta/Pengusaha 952 22,0

3. Lain-lain (penjahit tukang batu/kayu, peternak, montir, pengrajin, dan sopir)

231 5,3

4. Pedagang 132 3,1

5. PNS/Polri/Dokter 124 2,9

6. Petani 5 0,1

Total 4.325 100,0

Sumber : Data Profil Kelurahan Labuhan Deli, (2008)

Berdasarkan tabel 4.4. diatas diketahui bahwa penduduk di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli mayoritas mempunyai pekerjaan sebagai nelayan yaitu sebesar (,6% dan sebagai petani 0,1% merupakan jumlah terkecil.

4.1.4. Agama

Agama yang dianut penduduk di Kelurahan Labuhan Deli yaitu Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu dan Budha. Distribusi agama yang dianut penduduk di Kelurahan Labuhan Deli dapat dilihat pada tabel 4.5. berikut.

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Agama di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli

Tahun 2008

No. Agama Jumlah (orang) Persen (%)

1. Islam 14.619 94,7

2. Kristen Protestan 532 3,4

3. Budha 214 1,4

4. Katolik 75 0,5

Total 15.440 100,0

Sumber : Profil Kelurahan Labuhan Deli, (2008)

Berdasarkan tabel 4.5. diatas dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli menganut agama Islam sebesar (,7%, sedangkan penduduk yang beragama Katolik sebesar 0,5 merupakan jumlah terkecil.

(11)

4.1.5. Suku/Etnis

Suku/etnis di Kelurahan Labuhan Deli terdiri dari Melayu, Jawa, Batak, Minang, Cina dan lain-lain. Berdasarkan distribusi suku/etnis di Kelurahan Labuhan Deli dapat dilihat pada tabel 4.6. berikut.

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Suku/Etnis di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli

Tahun 2008

No. Suku/Etnis Jumlah (orang) Persen (%)

1. Melayu 8.791 56,9

2. Jawa 3.787 24,5

3. Batak 1.511 9,8

4. Minang 612 4,0

5. Lain-lain (Karo, Arab, Nias, Simalungun) 525 3,4

6. Cina 214 1,4

Jumlah 15.440 100,0

Sumber : Profil Kelurahan Labuhan Deli, (2008)

Berdasarkan tabel 4.6. dapat diketahui bahwa penduduk di Kelurahan Labuhan Deli pada umumnya suku Melayu sebesar 8.791 orang (56,9%), sedangkan suku/etnis Cina ada 214 orang (1,4%) merupakan jumlah terkecil.

4.2. Karakteristik Responden

Karakteristik responden meliputi : kelompok umur, pendidikan, pendapatan, masa kerja, dan jumlah anggota keluarga. Secara garis besar karakteristik responden di wilayah Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli tahun 2008 dapat dilihat pada lampiran 1.

Berdasarkan lampiran 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden 30,2% pada kelompok umur 36-45 tahun, sedangkan pada kelompok umur 15-25 tahun yaitu 20,9% merupakan jumlah terkecil. Tingkat pendidikan responden mayoritas berpendidikan tamat SLTP yaitu sebesar 39,5%, sedangkan yang mempunyai pendidikan

(12)

DIII/PT sebesar 2,3% merupakan jumlah terkecil, sedangkan pendapatan responden lebih banyak mempunyai penghasilan > Rp. 500.000 yaitu sebesar 83,7% dan masa kerja responden yang paling lama 6-10 tahun merupakan masa kerja paling banyak yaitu sebesar 51,2%, sedangkan yang paling sedikit mempunyai masa kerja 1-5 tahun ada 2,9%. Untuk jumlah keluarga 6-8 orang ada 41,8%, sedangkan 3-5 orang ada 23,3% merupakan jumlah terkecil. Jam kerja yang dilakukan oleh responden saat melaut yaitu pada jam 05.00-17.00, jam 12.00 siang, dan malam hari.

4.3. Higiene dan Kondisi Lingkungan Responden 4.3.1. Higiene Responden

Higiene perorangan yang dilakukan oleh nelayan di Yong Panah Hijau seperti mandi setiap hari, mandi 2x sehari, mandi memakai sabun, memakai pakaian khusus (overall), pemeriksaan kesehatan secara berkala, menjaga kebersihan pakaian dan berganti pakaian sehabis mandi, dan memakai sepatu bot, dapat dilihat pada lampiran 2.

Berdasakan lampiran 2 dapat diketahui bahwa seluruh responden 100% setiap hari mandi, tetapi lebih banyak 53,5% responden hanya mandi 1 kali sehari, dan pada umumnya 90,7% yang memakai sabun. Pada saat melaut mayoritas 90,7% memakai pakaian khusus (overal), tetapi lebih banyak yang tidak memakai sepatu bot 76,7%. Untuk pemeriksaan secara berkala yang dilakukan nelayan pada umumnya 90,7% tidak pernah dilakukan. Kebersihan pakaian mayoritas 83,7% sudah dilakukan dan selalu berganti pakaian. Sedangkan untuk penilaian hygiene perorangan di kategorikan dengan baik dan buruk dapat dilihat pada tabel 4.7.

(13)

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hygiene Perorangan Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli

Tahun 2008

No. Hygiene Perorangan Jumlah (orang) Persen (%)

1. Baik 21 48,8

2. Buruk 22 51,2

Total 43 100,0

Berdasarkan tabel 4.7. diatas dapat diketahui bahwa higiene perorangan yang dilakukan oleh responden lebih banyak berada pada kategori buruk yaitu sebesar 51,2%. 4.3.2. Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan baik di rumah maupun lingkungan kerja dan diluar rumah sangat penting bagi kesehatan. Adapun kondisi lingkungan nelayan di Yong Panah Hijau dapat dilihat pada lampiran 3.

Berdasarkan lampiran 3 dapat diketahui bahwa lingkungan kerja nelayan seluruhnya 100% beresiko terkena penyakit kulit. Untuk lingkungan rumah nelayan sebagian 60,5% sudah dalam keadaan bersih, juga tempat pembuangan sampah sudah terurus dengan baik yaitu sebesar 53,5%, mayoritas responden tidak pernah mendapat penyuluhan tentang lingkungan yang sehat. Untuk penggunaan air bersih sehari-hari pada umumnya responden selalu menggunakan air bersih 97,7%, rumah yang dimiliki responden pada umumnya memakai jendela 97,7%. Sedangkan waktu bekerja pernah digigit binatang sehingga menimbulkan gatal-gatal hanya 9,3% responden. Berdasarkan penilaian kondisi lingkungan yang di kategorikan atas baik dan buruk, dapat dilihat pada tabel 4.8.berikut.

(14)

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kondisi Lingkungan Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli

Tahun 2008

No. Kondisi Lingkungan Jumlah (orang) Persen (%)

1. Baik 18 41,9

2. Buruk 25 58,1

Total 43 100,0

Berdasarkan tabel 4.8. dapat diketahui bahwa kondisi lingkungan baik lingkungan rumah dan lingkungan sekitarnya yang meliputi penggunaan air bersih, pembuangan sampah, juga lingkungan kerja lebih banyak responden 58,1% menunjukkan kategori lingkungan yang buruk..

4.4. Pengetahuan Kelainan Kulit Pada Nelayan

Pengetahuan responden tentang kelainan kulit yaitu sesuatu yang diketahui oleh nelayan tentang penyakit yang disebabkan oleh air, kegunaan air untuk kesehatan, pencemaran yang disebabkan air, dan pengetahuan bahwa air juga dapat menyebabkan infeksi dan penyakit kanker, dapat dilihat pada lampiran 4.

Berdasarkan lampiran 4 dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang jenis-jenis penyakit kulit yang disebabkan oleh air mayoritas 69,8% responden sudah mengetahuinya, sedangkan tentang kegunaan air untuk kesehatan pada umumnya 97,7% responden juga mengetahuinya, sedangkan akibat dari pencemaran air yang tidak memenuhi syarat kesehatan lebih banyak 65,1% responden tidak mengetahui apabila air dapat mencemarkan tanah. Pengetahuan responden bahwa air laut dapat menimbulkan penyakit kulit mayoritas 81,4% sudah mengetahuinya, sedangkan penyakit kulit dapat menimbulkan kanker mayoritas responden 83,7% tidak tahu, dan juga dapat

(15)

menimbulkan infeksi lebih banyak responden 55,8% sudah mengetahuinya. Sedangkan berdasarkan tingkat pengetahuan responden dikategorikan atas baik, sedang dan kurang dapat dilihat pada tabel 4.9. berikut.

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan

Labuhan Deli Tahun 2008

No. Tingkat Pengetahuan Jumlah (orang) Persen (%)

1. Baik 9 20,9

2. Sedang 28 65,1

3. Kurang 6 14,0

Total 43 100,0

Berdasarkan tingkat pengetahuan tentang gangguan kelainan kulit pada nelayan di Yong Panah Hijau dapat dilihat bahwa pada umumnya responden mempunyai tingkat pengetahuan sedang 65,1%, sedangkan yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang ada 14%.

4.5. Gangguan Kelainan Kulit

Gangguan kelainan kulit yang diderita nelayan dapat timbul akibat dari higiene yang tidak memadai dapat berupa gatal-gatal, nyeri pada kulit, peradangan, adanya keluhan luka yang diakibatkan oleh infeksi bakteri, jamur, virus, parasit, penyakit dermatitis dan lain sebagainya. Adapun gangguan kelainan kulit dapat dilihat pada lampiran 5, dapat diketahui bahwa responden bekerja sebagai nelayan paling lama 6-10 tahun sebesar 39,5%, dan sebelum bekerja sebagai nelayan tidak menderita kelainan kulit ada 67,4%, sedangkan setelah bekerja sebagai nelayan mengalami gangguan kelainan kulit sebesar 95,3%. Lama menderita gangguan kelainan kulit < 1 tahun sebesar 53,5%, adanya keluhan gatal-gatal pada kulit yang dialami responden mayoritas 90,7%, untuk

(16)

keluhan peradangan pada kulit ada 67,4% yang dialami responden, sedangkan keluhan nyeri yang dirasakan responden pada umumnya 65,1%, dan keluhan luka ada 65,1%. Untuk pengobatan serius atas penyakit kulit pada umumnya 69,8% tidak pernah dialami oleh responden, dan penyakit kulit yang diderita tidak menular sebesar 76,7%.

4.6. Gambaran dan Lokasi Kelainan Kulit 4.6.1. Gambaran Kelainan Kulit

Gambaran kelainan kulit yang dialami pada nelayan meliputi keadaan yang dirasakan oleh responden berupa merah, gatal-gatal pada kulit, dan basah, dapat dilihat pada tabel 4.10. dibawah ini

Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Gambaran Kelainan Kulit Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli

Tahun 2008

No. Gambaran Kelainan Kulit Ada Tidak ada Total

N % N % N %

1. Merah 35 81,4 8 18,6 43 100,0

2. Basah 13 30,2 30 69,8 43 100,0

3. Gatal-gatal 42 97,7 1 2,3 43 100,0

Berdasarkan tabel 4.10. diatas dapat diketahui bahwa gambaran kelainan kulit responden pada umumnya berwarna merah 81,4%, sedangkan yang disertai basah hanya 30,2%, dan mayoritas disertai gatal-gatal ada 97,7%.

4.6.2. Lokasi Kelainan Kulit

Pada lokasi kelainan kulit yang dialami oleh nelayan di Yong Panah Hijau yaitu berada di tangan, kaki, badan, sela-sela jari, wajah dan ketiak, dapat dilihat pada

(17)

Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lokasi Kelainan Kulit Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli

Tahun 2008

No. Lokasi Kelainan Kulit Ada Tidak ada Total

N % N % N % 1. Tangan 26 60,5 17 39,5 43 100,0 2. Kaki 35 81,4 8 18,6 43 100,0 3. Badan 15 34,9 28 65,1 43 100,0 4. Sela-sela jari 26 60,5 17 39,5 43 100,0 5. Wajah 2 4,7 41 95,3 43 100,0 6. Ketiak 0 100,0 43 100,0 43 100,0

Berdasarkan tabel 4.11. diatas dapat diketahui bahwa lokasi kelainan kulit pada nelayan umumnya terletak di tangan 60,5%, di kaki 81,4%, sedangkan di badan responden yang terkena ada 34,9%, dan lebih banyak berada di sela-sela jari sebesar 60,5%. Untuk responden yang terkena penyakit kulit di wajah ada 4,7% dan di ketiak seluruh responden tidak mengalaminya 100%.

Sesangkan untuk melihat hasil kategori gambaran kelainan kulit warna merah, basah dan gatal-gatal dapat dilihat pada tabel 4.12. sebagai berikut :

Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Gambaran Kelainan Kulit Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan

Labuhan Deli Tahun 2008

No. Gambaran Kelainan Kulit Jumlah (orang) Persen (%)

1. Ada (merah dan gatal-gatal) 36 83,7

2. Tidak ada 7 16,3

Total 43 100,0

Tabel 4.12. dapat diketahui dari 43 nelayan yang diteliti menunjukkan gambaran kelainan kulit seperti warna merah, basah pada kulit dan gatal-gatal dengan kategori ada sebanyak 36 orang (83,7%), sedangkan yang tidak ada gambaran kelainan kulit sebanyak 7 orang (16,3%).

(18)

4.7. Hasil Tabulasi Silang

4.7.1. Hasil Tabulasi Silang Antara Gambaran Kelainan Kulit dengan Karakteristik Responden

Tabel 4.13. Hasil Tabulasi Silang Antara Karakteristik Responden Dengan Gambaran Kelainan Kulit Pada Nelayan di Yong Panah Hijau

Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008

No. Karakteristik

Gambaran Kelainan Kulit Total

Ada Tidak Ada

N % N % N % Kelompok Umur(tahun) 1. 15 – 25 6 14,0 3 7,0 9 21,0 2. 26 – 35 9 21,0 1 2,3 10 23,2 3. 36 – 45 13 30,0 0 0 13 30,2 4. > 45 8 18,7 3 7,0 11 25,6 Total 36 83,7 7 16,3 43 100,0 Pendidikan 1. Tidak tamat SD 6 14,0 1 2,3 7 16,3 2. Tamat SD 12 28,0 2 4,7 14 32,6 3. Tamat SLTP 14 32,5 3 7,0 17 39,5 4. Tamat SLTA 3 6,9 1 2,3 4 9,3 5. Tamat DIII/SI 1 2,3 0 0 1 2,3 Total 36 83,7 7 16,3 43 100,0 Pendapatan 1. < Rp. 500.000 6 14,0 1 2,3 7 16,3 2. > Rp. 500.000 30 69,7 6 14,0 36 83,7 Total 36 83,7 7 16,3 43 100,0 Masa Kerja 1. 1 – 5 7 16,3 2 4,7 9 21,0 2. 6 – 10 18 41,9 4 9,3 22 51,1 3. > 10 11 25,5 1 2,3 12 27,9 Total 36 83,7 7 16,3 43 100,0

Jumlah Keluarga (orang)

1. 3 – 5 8 18,6 2 4,7 10 23,2

2. 6 – 8 15 34,9 3 6,9 18 41,9

3. > 9 13 30,2 2 4,7 15 34,9

Total 36 83,7 7 16,3 43 100,0

Berdasarkan tabel 4.13. diatas dapat diketahui bahwa responden yang mengalami gambaran kelainan kulit baik itu keluhan warna merah pada kulit, basah pada kulit dan

(19)

gatal-gatal pada kulit berada pada kelompok umur 36-45 tahun yaitu seluruh responden 30%, dengan latar belakang pendidikan mayoritas tamat SLTP 32,5%, dan mempunyai penghasilan > Rp. 500.000 sebesar 69,7% dengan masa kerja 6-10 tahun 41,9% sedangkan jumlah keluarga 6-8 orang 34,9%.

4.7.2. Hasil Tabulasi Silang Antara Hygiene dengan Gambaran Kelainan Kulit Pada Nelayan

Tabel 4.14. Hasil Tabulasi Silang Antara Gambaran Kelainan Kulit Dengan Hygiene Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan

Labuhan Deli Tahun 2008

No. Hygiene

Gambaran Kelainan Kulit Total

Ada Tidak Ada

N % N % N %

1. Baik 17 39,5 4 9,3 21 48,8

2. Buruk 19 44,2 3 4,0 22 51,2

Total 36 83,7 7 16,3 43 100,0

Berdasarkan tabel 4.14. dapat diketahui bahwa dari hasil tabulasi silang antara gambaran kelainan kulit dengan hygiene nelayan yang mempunyai kategori hygiene baik dan dikulitnya ada terdapat gambaran kelainan kulit baik itu warna merah, basah atau gatal-gatal pada kulit sebesar 39,5%, sedangkan mempunyai hygiene buruk dan ada gambaran kelainan kulit yaitu 44,2%.

4.7.3. Hasil Tabulasi Silang Antara Kondisi Lingkungan dengan Gambaran Kelainan Kulit Pada Nelayan

Tabel 4.15. Hasil Tabulasi Silang Antara Gambaran Kelainan Kulit Dengan Kondisi Lingkungan Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan

Labuhan Deli Tahun 2008

No. Kondisi Lingkungan

Gambaran Kelainan Kulit Total

Ada Tidak Ada

N % N % N %

1. Baik 17 39,5 1 2,3 18 41,9

2. Buruk 19 44,2 6 14,0 25 58,1

(20)

Berdasarkan tabel 4.15. dapat diketahui bahwa dari hasil tabulasi silang antara gambaran kelainan kulit dengan kondisi lingkungan ternyata responden yang mempunyai kondisi lingkungan buruk yaitu 76%, sedangkan kondisi lingkungan yang baik 94,4%. 4.7.4. Hasil Tabulasi Silang Antara Pengetahuan dengan Gambaran Kelainan Kulit

Tabel 4.16. Hasil Tabulasi Silang Antara Gambaran Kelainan Kulit Dengan Tingkat Pengetahuan Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan

Labuhan Deli Tahun 2008

No. Tingkat Pengetahuan

Gambaran Kelainan Kulit Total

Ada Tidak ada

N % N % N %

1. Baik 6 13,9 3 7,0 9 20,9

2. Sedang 25 58,1 3 7,0 28 65,1

3. Kurang 5 11,7 1 2,3 6 14,0

Total 36 83,7 7 16,3 43 100,0

Bedasarkan tabel 4.16. dapat diketahui bahwa dari hasil tabulasi antara gambaran kelainan kulit dengan tingkat pengetahuan menunjukkan bahwa mayoritas responden mempunyai tingkat pengetahuan sedang dan yang ada gambaran kelainan kulit 58,1%.

(21)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Gambaran Karakteristik Responden

Hasil penelitian karakteristik melalui wawancara kepada responden dapat dilihat pada lampiran 1, diperoleh bahwa responden yang berada di Yong Panah Hijau lebih banyak pada kelompok umur 36-45 tahun yaitu 13 orang (30,2%), dan yang terendah berada pada kelompok umur 15-25 tahun sebesar 9 orang (20,9%).

Responden mayoritas mempunyai pendidikan tamat SLTP sebesar 17 orang (39,5%), dan tamat SD ada 14 orang (32,6%), hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden belum dikategorikan baik, berarti bahwa responden belum mengetahui bahaya atau akibat penyakit yang ditimbulkan oleh air. Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti didalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat (Notoatmodjo, 2003).

Menurut pendapatan responden di Yong Panah Hijau pada umumnya berpenghasilan lebih dari RP. 500.000 yaitu 36 orang (83,7%), meskipun sebagian besar mempunyai pendapatan besar tetapi hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga apabila ada salah satu anggota keluarga terkena penyakit kulit yang berbahaya mereka hanya memakai obat seadanya, misalnya hanya memakai obat merah dan membakar kemenyan (oukup).

Seseorang yang mempunyai pendapatan yang cukup dapat memanfaatkan pelayanaan kesehatan sehingga dapat cukup untuk membeli obat, membayar transport dan sebagainya. Pendapatan dan semakin tingginya status ekonomi dapat menimbulkan

(22)

peningkatan gizi, dan kesehatan, meningkatkan daya beli sehingga meningkat pula permintaan barang, pendidikan dan jasa lainnya (Notoatmodjo, 2003).

Masa kerja yang pernah dijalani responden sebagai nelayan lebih banyak yang sudah bekerja selama 6-10 tahun yaitu sebesar 22 orang (51,2%), sedangkan yang terendah mempunyai masa kerja selama 1-5 tahun yaitu 9 orang (2,9%). Untuk jam kerja yang dilakukan oleh responden pada pagi hari (jam 05.00-16.00), siang hari (jam 12.00) dan malam hari.

Masa kerja penting diketahui untuk melihat lamanya seseorang terpajan dengan faktor resiko. Dengan perbedaaan masa kerja akan berhubungan dengan pajanan terhadap pencemar atau bahan yang beresiko terhadap gangguan kesehatan kulit (Notoatmodjo, 2000).

Berdasarkan tabel 4.11. dan dari hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa responden dengan kelompok umur 36-45 tahun sebanyak 30% yang mengalami gambaran kelainan kulit, dengan latar belakang pendidikan tamat SLTP 32,5%, yang mempunyai pendapatan lebih dari Rp.500.000 sebesar 69,7%, dan masa kerja responden 6-10 tahun ada 41,9% dengan jumlah keluarga 6-8 orang sebesar 34,9%.

5.2. Higiene Perorangan dan Kondisi Lingkungan Tentang Kelainan Kulit 5.2.1. Higiene Perorangan Tentang Kelainan Kulit

Higiene perorangan yang tidak baik merupakan media penyebab infeksi yang ditimbulkan oleh air. Dalam hal ini higiene perorangan seperti mandi 2x sehari, mandi memakai sabun, memakai pakain khusus, pemeriksaan secara berkala di puskesmas, menjaga kebersihan pakaian, berganti pakaian setelah mandi dan memakai sepatu bot. Berdasarkan hasil

(23)

wawancara dan observasi yang dilakukan kepada responden, bahwa seluruhnya sudah melakukan mandi setiap harinya 43 orang (100%), tetapi lebih banyak yang melaksanakan hanya 1 kali sehari 23 orang (53,5%), dan mayoritas mandi memakai sabun 39 orang (90,7%), hal ini mungkin karena kondisi pekerjaan yang selalu dilakukan mereka dan waktu bekerja untuk melaut kadang-kadang berangkat siang hari dan pulang pada pagi hari sehingga tidak sempat untuk mandi.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di lapangan pada umumnya responden memakai pakaian khusus saat berangkat melaut 39 orang (90,7%), menjaga kebersihan pakaian lebih banyak 36 orang (83,7%) sudah dilakukan oleh responden, dan berganti pakaian setiap habis mandi lebih banyak 37 orang (86%) juga sudah dilakukan oleh responden. Untuk pemeriksaan yang dilakukan secara berkala di Puskesmas atau ke dokter pada umumnya tidak pernah dilakukan oleh responden, hal ini meskipun pendapatan mereka lebih dari Rp.500.000 karena lebih baik untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, apabila ada anggota keluarga yang sakit karena kelainan kulit mereka hanya membeli obat di warung dan memakai obat tradisional, seperti membakar kemenyan (oukup), hal ini dapat dilihat pada lampiran 2. Sedangkan untuk penilaian kategori hygiene responden yang menunjukkan kategori baik yaitu sebesar 21 orang (48,8%) dan hygiene buruk ada 22 orang (51,2%) dapat dilihat pada tabel 4.7 halaman 43.

Menurut Azwar, (1996), higiene adalah usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya untuk mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan tersebut, serta membuat kondisi lingkungan sedemikian rupa sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan.

Penggunaan alat pelindung diri perorangan merupakan alternatif lain untuk melindungi pekerja dari bahaya-bahaya kesehatan. Namun perlu diperhatikan bahwa alat pelindung perorangan harus sesuai dan adekuat untuk bahaya-bahaya tertentu, resisten

(24)

terhadap kontaminan-kontaminan udara, dibersihkan dan dipelihara dengan baik, serta sesuai untuk pekerja yang memakainya. Untuk alat-alat tertentu seperti alat pelindung pernafasan, sumbat/tutup telinga, pakaian kerja kedap air dan lain-lain mungkin tidak nyaman untuk dipakai terutama dicuaca yang panas. Jadi mungkin diperlukan pengurangan jam kerja paling tidak pada waktu-waktu yang memerlukan pemakaian alat pelindung tersebut (Personal protective equipment) (Kusnoputranto, 2000).

Berdasarkan tabel 4.12. hasil tabulasi silang antara hygiene dengan gambaran kelainan kulit bahwa responden yang mempunyai kategori hygiene baik dan terdapat gambaran kelainan kulit sebesar 39,5%, sedangkan yang mempunyai hygiene buruk dan ada gambaran kelainan kulit sebesar 44,2%.

Penyakit yang banyak diderita oleh orang-orang kurang mengerti kebersihan dan banyak bekerja ditempat panas, berkeringat serta kelembaban kulit yang lebih tinggi merupakan penyakit kulit yang banyak disebabkan oleh jamur (Harahap, 1990).

5.2.2. Kondisi Lingkungan

Berdasarkan hasil wawancara kepada responden bahwa lingkungan kerja yang dilakukan meliputi resiko terkena penyakit kulit, lingkungan rumah selalu dalam keadan baik, mendapat penyuluhan tentang lingkungan yang sehat, aliran pembuangan lancar, pembuangan sampah terurus dengan baik, menggunakan air bersih, rumah memiliki jendela dan sewaktu bekerja pernah digigit binatang. Berdasarkan hal tersebut berarti untuk kondisi lingkungan responden sudah menunjukkan lingkungan buruk 58,1%.

Kesehatan lingkungan pada hakekatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum, sehingga terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Usaha memperbaiki atau meningkatkan kondisi lingkungan dari waktu ke waktu semakin

(25)

berkembang, dengan perkataan lain bahwa teknologi dibidang kesehatan lingkungan menjadi bervariasi, dari yang sederhana sampai pada yang mutakhir (Notoatmodjo, 1997).

Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, disamping kebutuhan sandang dan pangan. Rumah berfungsi pula sebagai tempat tinggal serta digunakan untuk berlindung dari gangguan iklim dan makhluk hidup lainnya. Selain itu rumah juga merupakan pengembangan kehidupan dan tempat berkumpulnya anggota keluarga untuk menghabiskan sebagian besar waktunya. Rumah sehat dan nyaman merupakan sumber inspirasi penghuninya untuk berkarya, sehingga dapat meningkatkan produktivitasnya (Notoatmodjo, 1997).

Menurut Kusnoputranto, (1997), sanitasi lingkungan adalah sebagai usaha pengendalian dari semua faktor-faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia.

Berdasarkan tabel 4.15. dari hasil tabulasi silang antara kondisi lingkungan dengan gambaran kelainan kulit yang terjadi pada nelayan menunjukkan bahwa responden yang mempunyai kondisi lingkungan baik dan ada terdapat gambaran kelainan kulit yaitu 39,5%, sedangkan kondisi lingkungan tidak baik juga ada gambaran kelainan kulit sebesar 44,2%.

Infeksi penyakit yang disebabkan oleh air dapat timbul karena kurangnya penyediaan air bersih untuk hygiene perorangan (mandi, cuci dan sebagainya), selain harus mencukupi dalam arti kuantitas untuk kebutuhan sehari-hari juga harus memenuhi persyaratan

(26)

kualitas yang ditetapkan baik dari segi kualitas fisik, bakteriologis, kimia dan radio aktif (Depkes RI, 1990).

5.3. Pengetahuan Responden Tentang Kelainan Kulit

Perilaku merupakan suatu aktifitas dari seseorang baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Faktor manusia merupakan salah satu media sumber infeksi yang disebabkan oleh air. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan peneliti diperoleh bahwa, umumnya responden mengetahui jenis-jenis penyakit kulit 69,8% seperti gatal-gatal, panu, korengan, bisul-bisul, hal ini berarti bahwa meskipun lebih banyak yang mempunyai pendidikan SLTP tetapi mereka sudah tahu apa saja bahaya penyakit yang ditimbulkan oleh air. Kulit merupakan pembungkus elastis yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan yang berbahaya (Harahap, 1990).

Sedangkan responden pada umumnya sudah mengetahui kegunaan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari seperti memasak, mandi, dan keperluan lainnya. Sedangkan akibat dari pencemaran air pada umumnya responden tidak mengetahuinya, hal ini sesuai dengan pendidikan responden yang hanya tamat SLTP. Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan (Slamet, 2004).

Sedangkan berdasarkan wawancara dan observasi tentang penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh air laut seperti kudis, kurap, kutu air, korengan, panu, jamur dan scabies lebih banyak responden sudah mengetahuinya, sedangkan penyakit kulit dapat menimbulkan kanker pada umumnya responden tidak mengetahui, dan yang dapat menimbulkan infeksi lebih banyak responden sudah mengetahuinya. Hal ini menunjukkan bahwa responden hanya mengetahui

(27)

tentang penyakit kulit secara umum, dan akibat dari penyakit tersebut apabila sering di garuk akan menimbulkan infeksi sekunder pada kulit tersebut. Kulit terasa sangat gatal di malam hari dan pada kulit terdapat versiculae kecil-kecil berisi cairan bening (Kusnoputranto, 2000).

Berdasarkan tabel 4.9. (halaman 45), hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan peneliti bahwa responden lebih banyak mempunyai tingkat pengetahuan sedang yaitu 65,1%, hal ini sesuai dengan pendidikan responden yang hanya tamat SLTP. Mengacu dari hasil penelitian bahwa pengetahuan responden tentang gangguan kelainan kulit yang mereka alami bahwa mereka hanya melakukan pengobatan secara tradisional dan hanya membeli obat diwarung terdekat, karena mereka tidak mengetahui bahwa gangguan kelainan kulit tersebut apalagi yang dapat menimbulkan kanker .

Berdasarkan hasil tabulasi antara tingkat pengetahuan dengan gambaran kelainan kulit pada nelayan menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pengetahuan sedang dan ada gambaran kelainan kulit yaitu sebesar 58,1%.

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu . Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni dengan indera penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Sedangkan pengetahuan mengenai kelainan kulit dapat diketahui melalui jenis-jenis penyakit kulit seperti gatal-gatal, panu, korengan, bisul-bisul, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

5.4. Gangguan Kelainan Kulit

Gangguan kelainan kulit yang diderita nelayan yang dapat timbul akibat dari higiene dan air yang tidak memadai dapat berupa gatal-gatal, nyeri pada kulit, peradangan, dan sebagainya. Berdasarkan hasil wawancara kepada responden mereka

(28)

sebelum bekerja sebagai nelayan lebih banyak tidak menderita gangguan kelainan kulit 32,6%, sedangkan yang setelah bekerja sebagai nelayan menderita gangguan kelainan kulit pada umumnya 95,3%. Lama menderita gangguan kelaianan kulit lebih banyak pada jangka waktu < 1 tahun 3,5%, keluhan gatal-gatal yang dialami responden pada umumnya 90,7%, sedangkan keluhan peradangan pada kulit ada 67,4%, keluhan nyeri yang dialami responden ada 65,1%, dan keluhan luka pada kulit lebih banyak 65,1% dialami responden. Sedangkan yang pernah mendapatkan pengobatan serius lebih banyak yang tidak dialami oleh responden. Penyakit kulit yang diderita lebih banyak tidak menular. Kelainan kulit yang timbul sewaktu bekerja tidak hanya berupa peradangan tetapi mungkin disebabkan karena alergi, tetapi itupun perlu mendapat perhatian yang cukup (Suma’mur, 1998).

Menurut WHO (1995), penyakit kulit akibat kerja adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit kulit ini meliputi penyakit kulit lama atau baru yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja akan dapat timbul (kambuh) kembali.

Zat-zat kimia dapat menyebabkan peradangan kulit oleh satu dari dua mekanisme yaitu iritasi atau reaksi alergi. Pada orang yang peka reaksi alergi akan menimbulkan kelainan kulit yang biasanya 6-48 jam hingga beberapa hari setelah kontak dan kadangkala bisa berlangsung selama 1-2 minggu (Harahap, 1990).

5.5. Gambaran dan Lokasi Kelainan Kulit

Gambaran kelainan kulit yang dialami responden dapat dilihat pada tabel yaitu berupa gatal-gatal, basah pada kulit, merah pada kulit yang dirasakan di tangan, kaki,

(29)

badan, sela-sela jari, wajah dan ketiak. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan pada umumnya responden terdapat warna merah, basah dan gatal-gatal dan kebanyakan karena gigitan binatang yang ada di air seperti ubur-ubur, bintang laut, nyamuk dan sebagainya, serta kurangnya kebersihan diri (mandi, kebersihan pakaian, lingkungan kerja dan lingkungan rumah).

Sedangkan lokasi timbulnya kelainan kulit yang dialami nelayan lebih banyak di kaki, tangan, sela-sela jari, badan. Sedangkan wajah tidak terkena karena sebagian besar responden memakai alat pelindung diri seperti topi dan masker untuk melindungi dari sengatan matahari dan hempasan air laut apabila ada ombak.

Menurut Kusnoputranto (2000), cara penularan penyakit melalui air dengan empat cara yaitu : water borne disease, water washed disease, water based disease dan water

rellated insecta vectors.

Sedangkan berdasarkan ada dan tidaknya gambaran kelainan kulit, responden yang ada gambaran kelainan kulit (merah, basah dan gatal-gatal) lebih banyak 83,7% dari pada yang tidak ada gambaran kelainan kulit 16,3%. Hal ini berarti keluhan penderita kelainan kulit bervariasi mulai dari tanda keluhan sampai mengeluh sangat gatal dan nyeri karena terjadinya infeksi sekunder dan peradangan. Lokasi yang sering dialami terutama pada tangan, kaki, lengan, badan. Bisa disertai ruam pada kulit yaitu terdapat lepuhan-lepuhan/gelembung-gelembung kecil yang sangat gatal. (Harahap, 1990).

(30)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Karakteristik responden meliputi umur, pendidikan, pendapatan, masa kerja, jam kerja dan jumlah anggota keluarga. Untuk kelompok umur 36-45 tahun sebesar 30,2%, mayoritas responden mempunyai pendidikan tamat SLTP sebesar 39,5%, pendapatan responden pada umumnya lebih dari RP. 500.000 yaitu 83,7%, masa kerja yang pernah dijalani responden lebih banyak bekerja selama 6-10 tahun sebesar 51,2%, jam kerja yang dilakukan responden lebih banyak pada pagi hari yaitu jam 05.00-17.00 WIB.

2. Keadaan higiene responden seperti mandi 2 kali sehari seluruh responden sudah melakukannya, tetapi lebih banyak yang melakukan mandi 1 kali sehari, mandi memakai sabun sudah dilakukan oleh responden, sudah memakai pakaian khusus saat berangkat melaut, menjaga kebersihan pakaian, sudah dilakukan oleh responden, dan pada umumnya responden berganti pakaian setiap habis mandi. Kebersihan lingkungan rumah lebih banyak dalam keadaan kondisi bersih, lingkungan kerja yang dilakukan mempunyai resiko terkena penyakit kulit.

3. Pengetahuan responden tentang gangguan kelainan kulit sudah menunjukkan kategori pengetahuan sedang (65,1%).

4. Gambaran kelainan kulit yang terjadi pada nelayan ada terdapat warna merah pada kulit, dan merasakan gatal-gatal pada kulit karena disebabkan oleh air atau digigit

(31)

binatang, sedangkan lokasi kelainan kulit pada kaki, tangan, sela-sela jari, badan dan wajah.

6.2. Saran

1. Kepada pada nelayan diharapkan memakai alat pelindung diri seperti sarung tangan, topi, sepatu dan baju overall dan mengikuti penyuluhan yang diadakan oleh Dinas Kesehatan setempat, dan selalu rutin memeriksakan kesehatan terutama apabila terjadi kelainan pada kulit.

2. Kepada Puskesmas Labuhan Deli agar ikut mendukung program pencegahan dan pemberantasan penyakit kulit dalam meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan kesehatan nelayan

Gambar

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin  Per Lingkungan Di Yong Panah hijau Kelurahan Labuhan Deli
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur  Di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli
Tabel 4.3.  Distribusi Frekuensi 10 Penyakit Terbanyak di Yong Panah   Hijau Kelurahan Labuhan Deli
Tabel 4.4.   Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan  di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Untuk mengurangi konflik yang terjadi, maka adanya pengetahuan tentang keselamatan lalu lintas sangat di perlukan sebagai acuan standarisasi aturan tata tertib berlalu lintas.. 1.2

Dana APBD yang dialokasikan ke Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai untuk pembangunan bidang Cipta Karya dalam kurun waktu 2010 sampai 2014 secara nominal terus

- Rak sebaiknya dibuat dari logam. Rak dilengkapi dengan papan-papan rak. - Jarak antara papan rak yang terbawah dengan lantai kurang lebih enam inci, untuk memudahkan

Merupakan wisata yang berhubungan dengan makanan dan minuman yang memiliki aneka cita rasa.. disusun sedemikian rupa sehingga komputer dapat memproses input menjadi

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model periodik, stokastik, dan peri- odik-stokastik pasang surut dari stasiun pelabuhan Panjang yang menggunakan frekuensi dari

Oleh sebab itu, apa yang dilakukan Pemerintah Kota Surabaya dengan penyediaan KORIDOR Co-Working Space, sebagai penopang industri kreatif berbasis digital di

Pada skenario pertama dilakukan perancangan keseimbangan lintasan produksi dengan menggunakan metode Ranked Positional Weights untuk mengalokasikan jumlah stasiun kerja