• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Antibakteri Sea Cucumber (Stichopus Variegatus) Terhadap Bakteri Enterococcus Faecalis Sebagai Bahan Medikamen Saluran Akar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efek Antibakteri Sea Cucumber (Stichopus Variegatus) Terhadap Bakteri Enterococcus Faecalis Sebagai Bahan Medikamen Saluran Akar"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK ANTIBAKTERI SEA CUCUMBER (Stichopus

variegatus) SEBAGAI BAHAN MEDIKAMEN SALURAN

AKAR TERHADAP BAKTERI Enterococcus faecalis

(In Vitro)

TESIS

Oleh

Gita Tarigan 107028005

PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) ILMU KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

EFEK ANTIBAKTERI SEA CUCUMBER (Stichopus

variegatus) SEBAGAI BAHAN MEDIKAMEN SALURAN

AKAR TERHADAP BAKTERI Enterococcus faecalis

(In Vitro)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister (MDSc)

Dalam Bidang Ilmu Kedokteran Gigi

Pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

Oleh

Gita Tarigan 107028005

PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) ILMU KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Tesis : EFEK ANTIBAKTERI SEACUCUMBER(Stichopus variegatus) TERHADAP BAKTERI Enterococcus faecalis SEBAGAI BAHAN MEDIKAMEN SALURAN AKAR

Nama Mahasiswa : Gita Tarigan

Nomor Induk Mahasiswa : 107028005

Program Studi : Magister (S2) Ilmu Kedokteran Gigi

Menyetujui

Pembimbing :

Prof. Trimurni Abidin,drg.,M.Kes.,Sp.KG(K)

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr.Harry Agusnar, M.Sc., M.Phil

Ketua Program Studi, Dekan ,

(4)

Tanggal Lulus : 21 Februari 2013

Telah diuji

Pada Tanggal : 21 Februari 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ameta Primasari, drg., MDSc., M.Kes.

Anggota : 1. Prof. Trimurni Abidin, drg., M.Kes., Sp KG (K)

2. Prof.Dr. Harry Agusnar, MSc.,Phil

3. Prof. Dr. Dwi Suryanto., M.Sc

(5)

PERNYATAAN

EFEK ANTIBAKTERI SEA CUCUMBER (Stichopus

variegatus) SEBAGAI BAHAN MEDIKAMEN SALURAN

AKAR TERHADAP BAKTERI Enterococcus faecalis

(In Vitro)

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 27 Maret 2013

(6)

ABSTRAK

Perawatan endodontik adalah suatu perawatan untuk mempertahankan gigi selama mungkin dalam mulut dan juga membunuh bakteri pada saluran akar. Banyak bakteri yang terdapat pada saluran akar salah satunya adalah bakteri anaerob yaitu Enterococcus faecalis, umumnya bakteri ini didapat karena adanya kegagalan dalam perawatan saluran akar. Bahan medikamen yang biasa digunakan di klinik adalah kalsium hidroksida. Sea Cucumber adalah salah satu bahan alam yang sudah banyak digunakan dibidang kesehatan salah satunya sebagai anti kanker dan anti bakteri. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui efek antibakteri Sea Cucumber (Stichopus variegatus) jika dipakai sebagai alternatif bahan medikamen saluran akar dalam mengeliminasi Enterococcus faecalis. Melihat efek Sea Cucumber pada bakteri Enterococcus faecalis dengan melihat konsentrasinya (0,1%, 0,2%, 0,25%, 0,3%, 0,4%, 0,5%) dan waktu (4 jam, 6 jam, 8 jam, 24 jam) lalu dilakukan pengukuran viabilitas dengan menggunakan 3-(4,5- dimethythiazol-2-yl)-2,5-diphenyl tetrazoliun bromide (MTT) assay dan dibaca dengan microplate reader panjang gelombang 650 nm. Hasil penelitian didapat Sea Cucumber memiliki efek antibakteri terhadap Enterococcus faecalis pada konsentrasi 0,3% pada waktu 4 jam, 6 jam dan pada 8 jam konsentrasi yang terbaik adalah 0,5%. Waktu 24 jam konsentrasi yang terbaik pada 0,2% dengan hasil yang signifikan (p<0,05). Dalam penelitian ini Sea Cucumber efektif dalam membunuh bakteri Enterococcus faecalis.

(7)

ABSTRACT

Endodontic treatment goal is to eliminate microorganisms and their by products from root canal so that the teeth can be maintained as long as possible in the mouth. Bacteria that normally survive in the root canal is of anaerobic bacteria group. One of this bacteria is Enterococcus faecalis which is most commonly found in failed root canal treatment case. Calcium hydroxide is mostly used medicament for interappointment root canal dressing during endodontic therapy. Sea Cucumber is one of the natural ingredients that have been used widely as medicine. This study was aimed to determine the effects of Sea Cucumber in the elimination of Enterococcus faecalis. The effect of Sea Cucumber to eliminate Enterococcus faecalis was seen at concentration (0.1%, 0.2%, 0.25%, 0.3%, 0.4%, 0.5%) and time (4 hours, 6 hours, 8 hours, 24 hours) and viability was measured using 3 - (4,5 - dimethythiazol-2-yl) -2.5 diphenyl tetrazoliun-bromide (MTT) assay and microplate reader read with wavelength 650 nm. The results showed that Sea Cucumber has an effect on Enterococcus faecalis at a concentration of 0.3% at 4 hours, 6 hours and 8 hours effect in 0,5% . In the 24 hours the best concentration to eliminate Enterococcus faecalis 0.2 % with significant results (p<0.05). In conclusion, Sea Cucumber has an effect to eliminate Enterococcus faecalis.

(8)

RIWAYAT HIDUP

Keterangan Pribadi

Nama : Gita Tarigan

Alamat Tempat Tinggal : Jln. dr.Sumarsono No.40 USU Medan

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

No.Kontak : 085220391919

Nama Ayah : Prof.Dr.Rasinta Tarigan,drg.,Sp.KG(K)

Nama Ibu : Rehulina Ginting,drg.,M.Si

Pekerjaan : Dokter gigi

Pendidikan Formal

Sekolah Dasar : SD ST. Yoseph 2 Medan

Sekolah Menengah : SMP ST. Thomas 1 Medan

Sekolah Menengah Atas : SMA ST.Thomas 2 Medan

Fakultas Kedokteran Gigi : Universitas Sumatera Utara Medan

Pasca Sarjana : Ilmu Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara Medan

Publikasi : 1. The 8th FDI-IDA Joint Meeting & Medan

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat

dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Gigi dari Universitas Sumatera

Utara.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada kedua

orang tua tercinta, yaitu Bapak Prof.Dr.Rasinta Tarigan,drg.,Sp.KG(K) dan Ibu

Rehulina Ginting,drg.,M.Si yang telah membesarkan, memberikan kasih sayang yang

tak terbalas, doa, semangat dan dukungan kepada penulis. Penulis juga

menyampaikan terima kasih kepada kakak penulis Ravina Naomi Tarigan,

drg.,Sp.PM dan abang Citra Rencana Perangin-angin,dr.,Sp.An serta segenap

keluarga yang memberikan dukungan dan doa kepada penulis.

Dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis telah banyak

mendapatkan bimbingan, bantuan dan doa dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini,

dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort. selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Trimurni Abidin, drg., M.Kes., Sp.KG(K) selaku pembimbing

(10)

arahan dan dukungan kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan

baik.

3. Prof. Dr. Harry Agusnar, MSc., Phil selaku pembimbing kedua penulis

yang telah banyak meluangkan waktu, memberikan bimbingan, arahan, dan dukungan

kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Dr. Ameta Primasari, drg., MDSc., M.Kes. selaku Ketua Panitia Penguji

dan Ketua Program Studi Magister Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera

Utara yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan dan dorongan semangat

kepada penulis.

5. Prof. Dr. Dwi Suryanto., M.Sc selaku anggota panitia penguji dan dosen

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Departemen Biologi Universitas

Sumatera Utara yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan kepada

penulis dalam pelaksanaan penelitian ini.

6. Drg. Lisna Unita R., M.Kes selaku anggota panitia penguji dan dosen

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Biologi Oral Universitas Sumatera Utara yang

telah banyak memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis dalam pelaksanaan

penelitian ini.

7. Prof. drg. Boy M Bachtiar, MS, Ph.D selaku staff Biologi Oral Universitas

Indonesia dan ketua Laboratorium Biologi Oral Universitas Indonesia yang telah

memberikan bantuan, saran dan bimbingan kepada penulis.

8. Kak Desi dan kak Maya selaku staff Laboratorium Biologi Oral Universitas

(11)

9. Kak Maya Fitria, SKM., M.Kes. selaku staff Fakultas Kesehatan

Masyarakat USU atas bantuannya dalam analisis statistik hasil penelitian.

10. Teman-teman terbaik penulis pada program magister yaitu Siti wahyuni,

Kholidina Imanda Harahap, Wandania Farahanny, Fitri Yunita, Henny Sutrisman,

Aditya Rachmawati, Teguh , Adianti, Zulfan Mutaqin, Tanty Deriaty Sitepu, Dewi

Nalsalita Tarigan. Teman-teman PPDGS Konservasi Gigi angkatan 1 yaitu Dennis,

Pretty, Ponty, Ernani atas bantuan, semangat, dan dukungan yang diberikan dalam

suka dan duka.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh

karena itu, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis berharap semoga

tesis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pemecahan

masalah praktis.

Medan, 27 Maret 2013

Penulis,

(Gita Tarigan)

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PENGESAHAN JUDUL ...

(13)

2.3 Sea Cucumber (Stichopus variegatus) ... 20

2.3.1 Kandungan Sea Cucumber (Stichopus variegatus)... 22

2.3.2 Habitat dan penyebaran... 23

(14)

3.8 Analisis Data ... 53

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 54

BAB 5 PEMBAHASAN ... 61

5.1 Metodologi Penelitian ... 61

5.2 Hasil Penelitian ... 70

5.2.1 Hasil Penelitian 4 Jam ... 70

5.2.2 Hasil Penelitian 6 Jam ... 70

5.2.3 Hasil Penelitian 8 Jam ... 71

5.2.4 Hasil Penelitian 24 Jam ... 71

5.3 Keterbatasan Penelitian ... 72

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 73

6.2 Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Definisi operasional,cara,hasil dan alat ukur dari variabel bebas dan

tergantung dari penelitian ... 37

4.1 Rata-rata dan simpangan baku konsentrasi Sea Cucumber (Stichopus

variegatus) dalam waktu 4 jam ... 55 4.2. Rata-rata dan simpangan baku konsentrasi Sea Cucumber (Stichopus

variegatus) dalam waktu 6 jam ... 56 4.3. Rata-rata dan simpangan baku konsentrasi Sea Cucumber (Stichopus

variegatus) dalam waktu 8 jam ... 58 4.4. Rata-rata dan simpangan baku konsentrasi Sea Cucumber (Stichopus

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1.Gambaran koloni Enterococcus faecalis di bawah Scanning

Electron Microscope ... 11

2.2. Faktor-faktor patogenesis Enterococcus faecalis ... 13

2.3. Sea Cucumber (Stichopus variegatus) ... 21

2.4. Kerangka dasar steroida dan sistem penomoran ... 25

2.5. Penulisan lambang inti steroida ... 25

3.1. Sea Cucumber (Stichopus variegatus) bahan coba ... 40

3.2. Ekstrak Sea Cucumber (Stichopus variegatus) ... 40

3.3. Ekstrak Sea Cucumber (Stichopus variegatus) pasta ... 40

3.4. Alat Stal /rotari ... 40

3.5. Nilai OD normal Enterococcus faecalis dengan panjang gelombang 450 nm 41 3.6 BHI Broth ... 42

3.7. BHI Agar,bunsen, tabung reaksi, kultur Enterococcus faecalis ATCC 29212 42 3.8. Enterococcus faecalis kultur 0,532 ... 42

3.9. Enterococcus faecalis kultur 0,548 ... 42

3.10. Pengambilan Sea Cucumber (Stichopus variegatus) ... 43

3.11. 1,04 gr Sea Cucumber (Stichopus variegatus) ... 43

(17)

3.13. 13gram BHI Agar ... 44

3.27. Konsentrasi Sea Cucumber (Stichopus variegatus) dan Ca(OH)2 3.28. Pencampuran dengan menggunakan vorteks ... 48

... 48

3.29. 96 Well Plate ... 49

3.30. Supernatan Enterococcus faecalis... 49

3.31. Inkubator ... 50

3.32. Supernatan yang telah dicuci dengan PBS steril ... 52

3.33. Supernatan pada 96 well dalam waktu 4jam,6jam,8jam,24jam ... 52

(18)

4.1. Hasil konsentrasi 4jam 650nm ... 56

4.2. Hasil konsentrasi 6jam 650nm ... 57

4.3. Hasil konsentrasi 8jam 650nm ... 58

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Alur ekstraksi Sea Cucumber (Stichopus variegatus) ... 78 2. Penyiapan suspensi bakteri

2.1 Pembuatan media pertumbuhan ... ... 79 2.2 Pembuatan suspensi bakteri ... ... 79

4. Alur pengujian efek antibakteri Sea Cucumber (Stichopus variegatus) .. ... 80

(20)

ABSTRAK

Perawatan endodontik adalah suatu perawatan untuk mempertahankan gigi selama mungkin dalam mulut dan juga membunuh bakteri pada saluran akar. Banyak bakteri yang terdapat pada saluran akar salah satunya adalah bakteri anaerob yaitu Enterococcus faecalis, umumnya bakteri ini didapat karena adanya kegagalan dalam perawatan saluran akar. Bahan medikamen yang biasa digunakan di klinik adalah kalsium hidroksida. Sea Cucumber adalah salah satu bahan alam yang sudah banyak digunakan dibidang kesehatan salah satunya sebagai anti kanker dan anti bakteri. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui efek antibakteri Sea Cucumber (Stichopus variegatus) jika dipakai sebagai alternatif bahan medikamen saluran akar dalam mengeliminasi Enterococcus faecalis. Melihat efek Sea Cucumber pada bakteri Enterococcus faecalis dengan melihat konsentrasinya (0,1%, 0,2%, 0,25%, 0,3%, 0,4%, 0,5%) dan waktu (4 jam, 6 jam, 8 jam, 24 jam) lalu dilakukan pengukuran viabilitas dengan menggunakan 3-(4,5- dimethythiazol-2-yl)-2,5-diphenyl tetrazoliun bromide (MTT) assay dan dibaca dengan microplate reader panjang gelombang 650 nm. Hasil penelitian didapat Sea Cucumber memiliki efek antibakteri terhadap Enterococcus faecalis pada konsentrasi 0,3% pada waktu 4 jam, 6 jam dan pada 8 jam konsentrasi yang terbaik adalah 0,5%. Waktu 24 jam konsentrasi yang terbaik pada 0,2% dengan hasil yang signifikan (p<0,05). Dalam penelitian ini Sea Cucumber efektif dalam membunuh bakteri Enterococcus faecalis.

(21)

ABSTRACT

Endodontic treatment goal is to eliminate microorganisms and their by products from root canal so that the teeth can be maintained as long as possible in the mouth. Bacteria that normally survive in the root canal is of anaerobic bacteria group. One of this bacteria is Enterococcus faecalis which is most commonly found in failed root canal treatment case. Calcium hydroxide is mostly used medicament for interappointment root canal dressing during endodontic therapy. Sea Cucumber is one of the natural ingredients that have been used widely as medicine. This study was aimed to determine the effects of Sea Cucumber in the elimination of Enterococcus faecalis. The effect of Sea Cucumber to eliminate Enterococcus faecalis was seen at concentration (0.1%, 0.2%, 0.25%, 0.3%, 0.4%, 0.5%) and time (4 hours, 6 hours, 8 hours, 24 hours) and viability was measured using 3 - (4,5 - dimethythiazol-2-yl) -2.5 diphenyl tetrazoliun-bromide (MTT) assay and microplate reader read with wavelength 650 nm. The results showed that Sea Cucumber has an effect on Enterococcus faecalis at a concentration of 0.3% at 4 hours, 6 hours and 8 hours effect in 0,5% . In the 24 hours the best concentration to eliminate Enterococcus faecalis 0.2 % with significant results (p<0.05). In conclusion, Sea Cucumber has an effect to eliminate Enterococcus faecalis.

(22)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawatan endodontik merupakan bagian dari ilmu kedokteran gigi yang

menyangkut perawatan penyakit atau cedera pada jaringan pulpa dan jaringan

periapikal. Tujuan perawatan endodontik adalah mengembalikan keadaan gigi yang

sakit agar dapat diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya sehingga gigi dapat

dipertahankan selama mungkin didalam mulut. Hal ini berarti gigi tersebut tidak

menimbulkan keluhan dan dapat berfungsi baik. Perawatan endodontik terdiri dari

perawatan non bedah yaitu perawatan kaping pulpa, pulpotomi, mumifikasi,

perawatan saluran akar dan perawatan endodontik bedah.

Perawatan saluran akar adalah perawatan yang paling banyak dilakukan dalam

kasus perawatan endodontik. Perawatan saluran akar dapat dibagi atas tiga tahap

utama yaitu : 1. preparasi biomekanis saluran akar atau pembersihan dan

pembentukan (cleaning dan shaping), 2. disinfeksi saluran akar dan 3. obturasi

saluran akar. Obturasi saluran akar yang hermetis merupakan syarat utama

keberhasilan perawatan saluran akar, hal ini tidak mungkin dicapai bila saluran akar

tidak dipreparasi dan dipersiapkan untuk menerima bahan pengisi (Anusavine

(23)

Tujuan perawatan endodontik adalah mereduksi atau mengeliminasi

mikroorganisme dan produknya dari saluran akar sehingga gigi dapat dipertahankan

selama mungkin di dalam mulut. Walaupun instrumentasi dan teknik irigasi

dilakukan, namun mikroorganisme kemungkinan masih tertinggal di saluran akar

terutama di dalam tubuli dentin. Peneliti menyebutkan bahwa cleaning, shaping dan

irigasi saluran akar secara signifikan menurunkan atau mengeliminasi

mikroorganisme dari saluran akar akan tetapi, eliminasi mikroorganisme secara

komplit tidak selalu dapat dicapai secara klinis, oleh karena kompleksnya anatomi

saluran akar dan keterbatasan instrumentasi dan irigasi (Anusavine KJ.,1996).

Masuknya bakteri ke dalam pulpa sering disebabkan oleh proses kelanjutan

dari karies. Infeksi yang berlangsung terlalu lama memungkinkan bakteri

mengadakan penetrasi ke kamar pulpa dan saluran akar melalui tubulus dentin yang

terbuka karena proses karies tersebut.

Bakteri yang biasa dapat bertahan dalam saluran akar adalah golongan bakteri

anaerob. Salah satunya yaitu Enterococcus faecalis merupakan bakteri yang paling

banyak ditemukan dalam saluran akar yang menyebabkan kegagalan perawatan

endodontik. Keberadaan bakteri ini dapat diketahui dari hasil kultur dan metode

polymerase chain reaction (PCR). Sundqvist menemukan sejumlah bakteri anaerob

seperti Entercoccus Faecalis, Streptococcus anginosus, Bacteroides gracilis dan Fusobacterium nucleatum pada saluran akar yang gagal (Fisher K, Philip C.,2009).

Interaksi dan produksi toksin oleh bakteri akan

menimbulkan inflamasi berlanjut dan menyebabkan keluhan selama perawatan

(24)

Sea Cucumber (Stichopus variegatus) merupakan salah satu hewan laut yang sudah banyak digunakan sebagai obat tradisional dan makanan yang berkhasiat.

Dalam bidang kedokteran bahan ini telah banyak digunakan dalam mengobati

beberapa penyakit. Sea Cucumber (Stichopus variegatus) mengandung protein,

kolagen, mineral, mukopolisakarida, glucasaninoglycans (GAGs), antiseptik alamiah,

chondroitin, omega-3, 6, dan 9, asam amino.

Penelitian menunjukkan bahwa dari 100 pengisian akar yang gagal disertai

periodontitis apikalis, terdapat bakteri fakultatif sebanyak 69% dan 50% diantaranya

merupakan Enterococci. Walaupun Enterococcus biasanya ditemukan pada saluran akar yang tidak dirawat dalam jumlah sedikit, bakteri ini sering ditemukan pada

saluran akar yang gagal dan dapat menyebabkan infeksi saluran akar yang persistensi.

Enterococcus faecalis bertanggung jawab terhadap 80-90% infeksi saluran akar oleh Enterococci dan biasanya merupakan satu-satunya spesies Enterococcus yang

diisolasi dari saluran akar yang telah diisi.

Sea Cucumber (Stichopus variegatus) ini juga sudah terkenal sebagai obat anti

kanker selain itu sudah banyak dijual dipasaran Sea Cucumber (Stichopus variegatus) atau yang sering dikenal dengan nama gamat dalam bentuk gel yang berkhasiat

sebagai multivitamin. Sampai saat ini belum didapat tentang khasiat Sea Cucumber (Stichopus variegatus) dibidang kedokteran gigi, khususnya dipakai sebagai bahan medikamen pada saluran akar. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian

(25)

Bahan medikamen yang paling umum digunakan saat ini ialah kalsium

hidroksida (Ca(OH)2) dan masih menjadi “gold standard”. Bahan ini digunakan

sebagai medikamen selama kunjungan terapi endodontik dan memiliki sifat

antibakterial yang baik. Sifat antibakteri kalsium hidroksida ini disebabkan oleh

penguraian ion-ion Ca2+ dan OH- (Athanassiadis B, 2007). Mekanisme antimikroba

kalsium hidroksida terjadi dengan pemisahan ion calcium dan hydroxyl ke dalam reaksi enzimatik pada bakteri dan jaringan, menginhibisi replikasi DNA serta dapat

bertindak sebagai barrier untuk

Secara klinis, kalsium hidroksida merupakan bahan medikamen yang

memiliki kemampuan menginaktifasi endotoksin bakteri serta dapat diterima baik

sebagai bahan medikamen saluran akar. Akan tetapi, penelitian terdahulu menyatakan

bahwa kalsium hidroksida dapat bekerja aktif, terbatas pada beberapa hari. Kalsium

hidroksida telah digunakan sebagai bahan dressing karena memiliki sifat antimikrobial yang sangat baik, mengeliminasi mikroorganisme setelah cleaning dan shaping, menetralkan sisa - sisa toxin ( Ferreira FB, Vale Ms, Granjeirob JM.,2003).

Namun, memiliki aktivitas terbatas pada beberapa mikroorganisme seperti

Enterococcus faecalis dan Candida albicans (Estrela C.,2008).

mencegah masuknya bakteri ke dalam sistem saluran

akar. Ion hydroxide akan mempengaruhi kelangsungan hidup bakteri anaerob pada periodontitis,seperti Enterococcus faecalis. (Beer R, dkk.,2000 dan Berkitten,

dkk.,2000).

Pengaruh pH pada pertumbuhan, metabolisme dan pembelahan sel ini penting

(26)

hidroksida tergantung dari pelepasan ion hidroksil yang menyebabkan peningkatan

pH. Ion hidroksil dari kalsium hidroksida mengembangkan mekanismenya pada

membran sitoplasma, yang memegang peranan penting pada pertahanan sel seperti

permeabilitas dan transpot elektron serta oksidasi fosforilasi pada spesies anaerob.

Selain itu metabolisme seluler sangat bergantung pada aktivasi enzim. Enzim

memiliki aktivitas dan stabilitas yang optimal pada rentang pH tertentu yang

mengarah pada suasana netral. Suasana yang sangat basa yang disebabkan oleh

kalsium hidroksida merusak ikatan ion yang menyebabkan kerusakan protein

(denaturasi protein) pada bakteri. Kerusakan yang disebabkan oleh kalsium

hidroksida bukan hanya tingkat sel, namun juga berdampak pada DNA bakteri. Ion

hidroksil bereaksi dengan DNA bakteri dan memutuskan rantai DNA tersebut,

sehingga replikasi DNA terhambat dan terjadi kerusakan aktivitas seluler. Pengaruh

pH kalsium hidroksida dilihat dari sebagian besar endodontik patogen tidak dapat

bertahan hidup pada suasana basa kuat yang disediakan kalsium hidroksida.Secara

umum, jamur menunjukkan rentang pH untuk pertumbuhannya sekitar 5-9.

Menurut Fava dan Saunders., 2000, pelarut memegang peranan yang penting

terhadap aksi biologi kalsium hidroksida yang ditentukan dari kecepatan disosiasi ion

OH

Candida

albicans dapat tumbuh pada variasi pH yang luas, tetapi pertumbuhan akan lebih baik pada pH antara 4,5-6,5 (Chaffin WL dkk.,1998).

dan Ca2+. Jenis pelarut yang digunakan antara lain: aquaeous (air, salin, larutan

(27)

Pelarut aquaeous cepat berdisosiasi sehingga meningkatkan kelarutan ketika berkontak dengan cairan dan lebih mudah di resorbsi makrofag. Pelarut viscous

memiliki kemampuan disosiasi ion yang lebih lambat daripada pelarut aquaeous, oleh karena itu dapat bertahan dalam saluran akar untuk periode yang lama. Sedangkan,

larutan oily kemampuan disosiasi ion dan daya larutnya sangat rendah (Cwikla S

dkk.,2000).

Penelitian Leswari.,2007 sebelumnya melaporkan bahwa dentin dapat

meng-inaktifkan aktifitas antibakteri kalsium hidroksida dan menunjukkan jumlah saluran

akar yang positif mengandung bakteri meningkat setelah perawatan saluran akar

dengan kalsium hidroksida (Cogulu D, Atac U.,2007). Oleh karena itu, sangat

diharapkan berkembangnya aplikasi bahan medikamen saluran akar yang berasal dari

alam dan lebih kompatibel terhadap jaringan, namun tetap memiliki kemampuan

antibakteri yang sama dengan bahan non-biologi.

Kecenderungan masyarakat kembali memakai bahan alami dikenal sebagai

New Green Wave, dimana gerakan ini berupaya menggunakan kembali obat-obatan

tradisional yang berasal dari bahan alami yang didapat dari alam (biofarmaka).

Sumber bahan baku obat (medicine) hingga saat ini sebagian besar masih berasal dari

alam, baik nabati maupun asal hewan (Agustina N, 2011). Salah satunya adalah Sea Cucumber (Stichopus variegatus). Sea Cucumber (Stichopus variegatus) adalah invertebrata , biasa ditemukan dilaut . Sea Cucumber (Stichopus variegatus), secara

(28)

Sea Cucumber (Stichopus variegatus) memiliki nutrisi berharga seperti vitamin A, vitamin B1 (tiamin), Vitamin B2 (riboflavin), vitamin B3 (niasin), dan

mineral, terutama kalsium, magnesium, zat besi dan seng. Sejumlah aktivitas biologis

dan farmakologis dari jenis Sea Cucumber (Stichopus variegatus) yang lain terdiri dari anti angigenetik, anti kanker, anti koagulan, anti hipertensi, anti inflamasi, anti

oksidan, anti mikroba, anti trombotik, anti tumor dan penyembuhan luka. Sea Cucumber (Stichopus variegatus) ini juga memiliki sifat terapeutik dan manfaat

yang dapat dihubungkan dengan keberadaan berbagai bioaktif terutama glikosida

triterpen (saponin), chondroitin sulfat, glikosa minoglikan (GAG), polisakarida sulfat, sterol (glikosida dan sulfat), fenolat, cerberosides, lektin, peptida, glikoprotein,

glycosphingolipis dan asam lemak essensial.

Dari uraian di atas, terlihat adanya aktivitas Sea Cucumber (Stichopus variegatus) sebagai antimikroba dan kandungan bioaktif yang diharapkan Sea

Cucumber (Stichopus variegatus) dapat dijadikan bahan antibakteri dalam saluran akar sampai saat ini. Belum ada penelitian efek antibakteri Sea Cucumber (Stichopus

variegatus) terhadap Enterococcus faecalis pada bidang kedokteran gigi sebagai bakteri yang sulit dieleminasi dari saluran akar dan resisten terhadap antimikrobial

yang umum digunakan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian efek antibakteri

(29)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka timbul permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah Sea Cucumber (Stichopus variegatus) memiliki efek antibakteri terhadap bakteri Enterococcus faecalis?

2. Pada konsentrasi berapa (optimun) Sea Cucumber (Stichopus

variegatus) yang dapat mengeliminasi Enterococcus faecalis?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui efek antibakteri Sea Cucumber (Stichopus

variegatus) terhadap Enterococcus faecalis jika dipakai sebagai alternatif bahan medikamen saluran akar.

(30)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

(31)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Enterococcus faecalis sebagai Salah Satu Bakteri yang Berperan dalam Infeksi Saluran Akar

Penyebab utama infeksi pasca perawatan adalah mikroorganisme yang

persisten pada apikal saluran akar gigi yang telah dirawat. Beberapa spesies

mikroorganisme yang ditemukan pada infeksi pasca perawatan mampu bertahan pada

lingkungan yang tidak mendukung dan keterbatasan nutrisi. Penelitian menunjukkan

bahwa mikroflora dengan prevalensi tinggi pada infeksi persisten adalah Enterococci

dan Streptococci, kemudian Lactobacilli, Actinomyces sp., Peptostreptococci, dan Candida (Luis, Marie, dkk, 2004). Enterococci telah dikenal sebagai bakteri yang

berpotensi patogen terhadap manusia sejak lama dan terlibat dalam infeksi saluran

akar. Enterococci memiliki kemampuan untuk tumbuh dengan atau tanpa oksigen dan bertahan pada lingkungan dengan pH alkalin yang ekstrim (Athanassiadis,2007).

Enterococcus faecalis merupakan salah satu dari 23 spesies Enterococci yang telah diketahui (Suchitra,Kundabala, 2002). Enterococcus faecalis tidak membentuk spora, fakultatif anaerob, gram positif kokus, berbentuk ovoid dengan diameter 0,5 –

1 µm, biasanya tunggal, berpasangan atau berbentuk rantai pendek (Gambar 2.1)

(32)

Gambar 2.1. Gambaran koloni E. faecalis di bawah scanning electron microscope(Martinez.,2011).

Ada tiga komponen utama yang menyusun dinding sel Enterococcus faecalis :

peptidoglikan, teichoic acid, dan polysaccharide. Dinding sel tersusun atas 40% peptidoglikan, sementara sisanya terdiri dari polysaccharide dan teichoic acid. Peptidoglikan berfungsi untuk menahan pecahnya sel yang disebabkan oleh tekanan

osmotik sitoplasmik yang tinggi (Seluck, Ahmet.,2009).

Enterococcus faecalis ditemukan sebanyak 4%−40% pada infeksi

endodontikk primer dan bertambah banyak pada lesi periradikular persisten dengan

prevalensi 24%-77%. Faktor-faktor yang menyebabkan Enterococcus faecalis mampu bertahan pada saluran akar, antara lain (Athanassiadis.,2007) : bertahan

terhadap ketidaktersediaan nutrisi, berikatan dengan dentin, menginvasi tubulus

dentin, mengubah respon host, menekan kerja limfosit, bersaing dengan bakteri lain,

(33)

Kalsium hidroksida tidak efektif dalam membunuh Enterococcus faecalis disebabkan oleh faktor berikut (Evan dkk.,2002) :

a). Enterococcus faecalis mampu mempertahankan keseimbangan pH, yang merupakan akibat dari penetrasi ion membran sel dan juga kapasitas bufer sitoplasma

bakteri.

b). Enterococcus faecalis memiliki proton pump yang juga mempertahankan keseimbangan pH. Mekanisme ini dilakukan melalui “pumping” proton ke dalam sel

sampai diperoleh pH internal yang lebih rendah.

c). Adanya kapasitas buffer dentin menyebabkan pH 11,5 tidak dapat

dipertahankan di dalam tubulus dentin, sehingga Enterococcus faecalis tetap hidup

dalam tubulus dentin. Selain itu, berbagai komponen dentin seperti matriks dentin,

kolagen tipe I, hidroksiapatit, dan serum bisa mengurangi efek antibakteri kalsium

hidroksida.

Javidi dkk.,2011 menemukan bahwa kalsium hidroksida tidak mampu

mengeliminasi seluruh bakteri Enterococcus faecalis dari saluran akar, baik setelah 1

hari maupun 7 (tujuh) hari pemberian kalsium hidroksida (Ferreira dkk.,2003). Selain

itu, Enterococcus faecalis juga mempunyai faktor-faktor virulensi yang berperan

pada infeksi saluran akar, yaitu aggregation substance (AS), surface adhesions, sex pheromones, lipoteichoic acid (LTA), extracellular superoxide, gelatinase, hyaluronidase, cytolysin, dan AS-48. Bakteri ini menghasilkan perubahan patogen

baik secara langsung melalui produksi toksin atau secara tidak langsung dengan cara

(34)

Patogenisitas Enterococcus faecalis pada infeksi endodontikk ditunjukkan pada gambar 2.2.

Gambar 2.2. Sebuah model penyakit endodontikk terkait dengan faktor-faktor virulensi Enterococcusfaecalis (Kayaoglu,Oistavik.,2004).

AS (agregation substance) membantu untuk berikatan dengan protein extracellular matrix (ECM), termasuk kolagen tipe I yang merupakan komponen organik utama dentin. Ikatan dengan kolagen ini kemungkinan akan menyebabkan

infeksi endodontikk. AS bersama dengan BS (binding substance) menginduksi proliferasi sel-T, diikuti dengan pelepasan tumor necrosis factor beta (TNF-β) dan

gamma interferon (IFN-γ), kemudian mengaktifkan makrofag melepaskan tumor necrosis factor alpha (TNF-α). Sitokin TNF-α dan TNF-β terlibat dalam resorpsi tulang, sementara IFN-γ dianggap sebagai faktor dalam pertahanan host terhadap

infeksi, tapi pada saat bersamaan juga sebagai mediator inflamasi. IFN-γ

menstimulasi produksi agen sitotoksik nitric oxide (NO) oleh makrofag dan neutrofil

(35)

Sex pheromones bersifat kemotaktik terhadap manusia serta menginduksi produksi superoxide dan sekresi lysosomal enzymes. Enzim ini mengaktifasi sistem

komplemen, yang memperbesar resorpsi tulang pada jaringan periapikal baik berupa

kerusakan tulang maupun dengan menghambat pembentukan tulang baru. LTA

(lipoteichoic acid) mampu menstimulasi leukosit untuk melepaskan beberapa

mediator yang berperan dalam respon inflamasi, seperti TNF-α, interleukin 1 beta

(IL-1β), interleukin 6 (IL-6), interleukin 8 (IL-8), prostaglandin (PGE2), lysosomal

enzymes dan superoxide anion. Mediator-mediator tersebut berperan dalam

kerusakan jaringan.

Superoxide anion yang terdapat pada extracellular superoxide merupakan

radikal oksigen yang sangat reaktif terlibat dalam kerusakan sel dan jaringan pada

proses inflamasi. Superoxide anion juga dihasilkan oleh osteoklas dan berperan

dalam resorpsi tulang. Gelatinase berkontribusi terhadap resorpsi tulang dan

degradasi dentin matriks organik. Hal ini berperan penting terhadap timbulnya

inflamasi periapikal.

Hyaluronidase merupakan suatu enzim terdegradasi yang dihubungkan

dengan kerusakan jaringan. Peranan lain hyaluronidase ialah menyuplai nutrisi untuk

bakteri, karena produk degradasi dari substrat target merupakan disakarida yang

diangkut dan dimetabolisme pada intraselular bakteri. Hyaluronidase dianggap

memudahkan penyebaran bakteri serta toksinnya melalui jaringan host. Cytolysin

menyebabkan kerusakan jaringan, sementara AS-48 menghambat pertumbuhan

(36)

2.2 Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2

Tindakan medikasi intrakanal merupakan tahap perawatan endodontik yang

penting sebab jika diabaikan dapat menyebabkan kegagalan perawatan

(Athanassiadis.,2007). Kecenderungan yang sering terjadi adalah terkontaminasinya

dinding saluran akar terhadap mikroorganisme yang ada. Baker dkk menemukan

±70% jaringan pulpa dan sisa–sisa dentin atau debris yang tertinggal pada saluran

akar (Ercan dkk.,2006). Dinding saluran yang tidak bersih dapat menjadi tempat

pertumbuhan bakteri, mengurangi perlekatan bahan pengisi saluran akar dan

meningkatkan celah apikal. Adanya bakteri tidak hanya menyebabkan lesi periapikal,

tetapi juga dapat mengganggu mekanisme pertahanan lesi tersebut (Estrela.,2008). ) Sebagai Bahan Medikamen Saluran Akar

Keberhasilan perawatan endodontik secara langsung dipengaruhi oleh

kemampuan untuk mengeliminasi miroorganisme yang terdapat pada saluran akar

yang terinfeksi (Cwikla dkk.,2000). Preparasi biomekanikal dan irigasi saluran akar

sangat penting untuk mengurangi jumlah bakteri selama perawatan endodontik. Hal

ini juga perlu ditunjang dengan pemberian bahan medikamen karena akan sangat

membantu untuk mengeliminasi bakteri yang masih tertinggal setelah dilakukan

preparasi atau setidaknya menghambat infeksi berulang pada saluran akar diantara

kunjungan (Cogulu, Utac.,2007).

Medikamen saluran akar digunakan dengan tujuan 1. mengeliminasi bakteri

yang tidak dapat dihancurkan dengan proses chemo-mechanical seperti instrumentasi

(37)

eksudat apikal, 4. mencegah atau menghentikan resorpsi akar, 5. mencegah infeksi

ulang ketika restorasi sementara rusak. Medikamen saluran akar yang digunakan

antar kunjungan menunjukkan efek yang menguntungkan dalam merawat infeksi

endodontik serta lebih dibutuhkan pada kasus-kasus dengan resistensi bakteri

(Sidharta.,2000).

Bahan medikamen saluran akar yang paling umum digunakan saat ini ialah

kalsium hidroksida (Ca(OH)2). Bahan ini digunakan sebagai medikamen saluran akar

selama kunjungan terapi endodontik dan memiliki sifat antibakterial yang baik. Sifat

antibakteri kalsium hidroksida ini disebabkan oleh penguraian ion-ion Ca2+ dan OH

-Secara klinis, kalsium hidroksida merupakan bahan medikamen memiliki

kemampuan menginaktifasi endotoksin bakteri serta dapat diterima baik sebagai

bahan medikamen saluran akar. Akan tetapi, penelitian menyatakan bahwa kalsium

hidroksida dapat bekerja aktif terbatas pada beberapa hari. Hal ini mungkin

dikarenakan saluran akar yang merupakan jaringan kompleks bahan organik dan (Ferreira dkk.,2003). Mekanisme antimikroba kalsium hidroksida terjadi dengan

pemisahan ion calcium dan hydroxyl ke dalam reaksi enzimatik pada bakteri dan jaringan, menginhibisi replikasi DNA serta bertindak sebagai barrier dalam mencegah

masuknya bakteri dalam sistem saluran akar. Ion hydroxide akan mempengaruhi kelangsungan hidup bakteri anaerob pada periodontitis, seperti Enterococcus faecalis. Difusi ion hydroxl (OH) menyebabkan lingkungan alkaline sehingga tidak kondutif

bagi pertahanan bakteri dalam saluran akar, serta mengadakan difusi ke dalam

(38)

organik. Kalsium hidroksida juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya

kekuatan kompresif yang rendah sehingga dapat berpengaruh pada kestabilan kalsium

hidroksida terhadap cairan di dalam saluran akar yang akhirnya dapat melarutkan

bahan medikamen saluran akar (Cogulu, Atac.,2007).

Penelitian terdahulu melaporkan bahwa dentin dapat meng-inaktifkan aktifitas

antibakteri kalsium hidroksida dan menunjukkan jumlah saluran akar yang positif

mengandung bakteri meningkat setelah perawatan saluran akar dengan kalsium

hidroksida (Athanassiadis.,2007). Oleh karena itu, sangat diharapkan berkembangnya

aplikasi bahan medikamen saluran akar yang berasal dari alam dan lebih kompatibel

terhadap jaringan, namun tetap memiliki kemampuan antibakteri yang sama dengan

bahan non-biologi.

2.2.1 Mekanisme Kerja Kalsium Hidroksida

Mekanisme kerja kalsium hidroksida sebagai antimikroba terjadi karena

pelepasan ion OH

-Mekanisme lain yang menjelaskan efektivitas antimikroba adalah kemampuan

kalsium hidroksida untuk mengabsorpsi karbon dioksida di dalam saluran akar yang akan menginaktifasi enzim membran sitoplasma mikroba dan

merubah secara kimia komponen organik dan transfor nutrisi yang berakibat toksik

pada mikroba. Terjadinya inaktifasi enzim mikroba sitoplasma akan mempengaruhi

proses pertumbuhan, pembelahan sel serta aktivitas metabolik. Perubahan secara

kimia terhadap membran sitoplasma bakteri dapat dihubungkan dengan rusaknya

asam lemak tak jenuh dan fosfolipid yang mengganggu proses peroksidasi lemak dan

(39)

penting bagi mikroba saluran akar seperti Capnocytophaga, Eikenella, dan Actinomyces. Bila kalsium hidroksida mengabsorbsi karbon dioksida maka mikroba

yang tergantung pada karbon dioksida tidak akan bertahan (Suchitra dkk.,2002 dan

Sidharta.,2000).

Kalsium hidroksida juga berperan dalam merangsang pembentukan jaringan

keras. Ion Ca2+ dalam kosentrasi tinggi akan meningkatkan peran enzim

pyrophospatase, mengaktifkan adenosin trifosfatase sehingga mendorong terjadinya

pertahanan melalui mineralisasi dentin (Rosa dkk.,2002).

Lipopolisakarida yang dilepaskan dari dinding sel setelah mikroba

dihancurkan dianggap sebagai etiologi dari resorpsi periapikal. Sedangkan penelitian

Safavi dan Nicholas menyatakan bahwa kalsium hidroksida menyebabkan kerusakan

lipopolisakarida.

Kalsium hidroksida juga

dapat menghalangi reaksi asam yang dihasilkan oleh proses inflamasi. pHnya yang

bersifat akali akan menetralisir asam laktat yang disekresi oleh osteoklas, dan

keadaan ini akan membantu mencegah kerusakan jaringan keras (Sidharta.,2000).

Kalsium hidroksida juga dapat dipakai untuk mengontrol eksudat

pada gigi dengan kelainan periapeks yang persisten. Menurut Heithersay kosentrasi

ion Ca yang tinggi menyebabkan terjadinya kontraksi perkapiler, sehingga aliran

darah ke kapiler berkurang. Akibatnya akan berpengaruh terhadap pengurangan

jumlah cairan plasma yang keluar ke jaringan sebagai akibat reaksi inflamasi. Dengan

berkurangnya cairan plasma yang keluar ke jaringan sehingga kondisi ini

(40)

2.2.2 Resistensi Enterococcus faecalis terhadap Kalsium Hidroksida

Kalsium hidroksida dianggap sebagai obat saluran akar pilihan. Namun,

mikroba tertentu seperti Enterococcus faecalis nampaknya resisten terhadap kalsium hidroksida. Keadaan ini penting secara klinis, karena pada setiap kegagalan

perawatan saluran akar selalu ada kaitannya dengan Enterococcus faecalis.Struktur

biofilm dapat memberikan pertahanan yang efektif bagi mikroba, baik pertahanan

terhadap host maupun obat saluran akar. Biofilm dapat beradaptasi terhadap

lingkungan yang buruk dan dapat melakukan metabolisme secara aktif walaupun

dalam kondisi kekurangan nutrisi. Menurut Athanassiadis dkk. terapi antimikroba

dapat mengeliminasi mikroba bebas, tetapi tidak menghilangkan sel-sel yang terikat

pada biofilm sehingga dapat terjadi infeksi ulangan (Athanassiadis.,2007).

Pada penelitian Evan dkk. menemukan bahwa Enterococcus faecalis resisten

terhadap kalsium hidroksida pada pH <11,1. Dalam lingkungan alkali sel mikroba

akan menjaga homeostatis melalui pH internal yang berfungsi untuk menjaga agar

enzim dan protein berfuns normal. Prinsip homeostatis terdiri dari dua komponen,

yaitu fungsi pasif dan aktif. Fungsi pasif terdiri dari permeabilitas membran yang

rendah dan kemampuan buffer sitoplasma. Sedangkan mekanisme aktif melalui

kontrol transport kation (kalium, natrium, dan proton) melalui membran sel. Pada

lingkungan asam sistem antiport kation akan meningkatkan pH internal dengan keluarnya proton melalui membran sel. Pada keadaan basa kation/ proton akan

dipompa ke dalam sel agar pH internal lebih rendah. Evan menemukan bahwa fungsi

(41)

cyanide mchlorophenilhydrazon (CCPP) Enterococcus faecalis menunjukkan 20-70 kali berkurang ketahanannya. Keadaan ini menunjukkan bahwa fungsi pompa proton

sangat penting untuk bertahannya Enterococcus faecalis dari lingkungan alkalin yang tinggi.Pompa proton pada Enterococcus faecalis berfungsi sampai pada pH 11,5 atau lebih (Ercan.,2006 dan Estrela.,2008).

2.3 Sea Cucumber (Stichopus variegatus)

Sea Cucumber (Stichopus variegatus) merupakan salah satu anggota hewan

berkulit duri (Echinodermata). Namun, tidak semua jenis Sea Cucumber (Stichopus variegatus) mempunyai duri pada kulitnya. Ada beberapa jenis Sea Cucumber

(Stichopus variegatus) yang tidak berduri (Martoyo dkk.,2006). Selain Sea Cucumber (Stichopus variegatus), bintang laut yang termasuk dalam filum Echinodermata yaitu

bintang laut (Asteriodea) dan bulu babi (Echinoidea). Diantara empat famili Sea Cucumber (Stichopus variegatus), hanya famili Holothuriidae yang dapat dimakan dan bernilai ekonomis (Martoyo dkk.,2006). Tubuh Sea Cucumber (Stichopus

variegatus) lunak, berdaging dan berbentuk silindris memanjang seperti buah ketimun. Oleh karena itu, hewan ini dinamakan ketimun laut. Gerakan Sea Cucumber (Stichopus variegatus) sangat lambat sehingga hampir seluruh hidupnya

berada di dasar laut.

Warna tubuh Sea Cucumber (Stichopus variegatus) bermacam-macam, mulai

dari hitam, abu-abu, kecokelat-cokelatan, kemerah-merahan, kekuning-kuningan,

(42)

penting. Jenis Sea Cucumber (Stichopus variegatus) yang dapat dimakan dan mempunyai nilai ekonomis penting terbatas pada famili Holothuriidae pada genus

Holothuria, Muelleria, dan Stichopus (Martoyo dkk.,2006).

Gambar 2.3. Sea Cucumber famili Holothuriidae (Stichopus variegatus) (Martoyo dkk.,2006)

Secara garis besar klasifikasi dari beberapa jenis Stichopus variegatus bernilai ekonomi tersebut adalah sebagai berikut:

Filum : Echinodermata

Sub-filum : Echinozoa

Kelas : Holothuroidea

Sub-kelas : Aspidochirotacea

Ordo : Aspidochirotida

Famili : Holothuriidae

Marga : 1. Holothuria

(43)

Dari beberapa jenis Sea Cucumber (Stichopus variegatus), hanya tiga genus yang ditemukan di perairan pantai Indonesia. Ketiga genus tersebut adalah

Holothuria, Mulleria, Stichopus. Dari ketiga genus tersebut ditemukan sebanyak 23

spesies. Di pasaran internasional, semua jenis Stichopus variegatus tersebut dikenal dengan nama teat fish. Nama-nama Sea Cucumber (Stichopus variegatus) di tiap-tiap

Negara juga berbeda-beda, di Indonesia nama lokalnya Stichopus variegatus (timun laut), Malaysia namanya trepang, gamat, Hongkong namanya haysom, timun laut,

Thailand namanya paling khao, India namanya attai, dan Jerman namanya seegueke (trepang) (Martoyo dkk.,2006).

2.3.1 Kandungan Tubuh Sea Cucumber (Stichopus variegatus)

Ekstrak murni Sea Cucumber (Stichopus variegatus) mempunyai

kecenderungan menghasilkan holotoksin yang efeknya sama dengan antimicyn

dengan kadar 6,25 – 25 mikrogram/milliliter. Sea Cucumber (Stichopus variegatus) mempunyai nilai ekonomi penting karena kandungan atau kadar nutrisinya yang

tinggi. Dari hasil penelitian, kandungan nutrisi Sea Cucumber (Stichopus variegatus) dalam kondisi kering terdiri dari protein sebanyak 82%, lemak 1,7%, kadar air 8,9%,

kadar abu 8,6%, dan kadar karbohidrat 4,8% (Martoyo dkk.,2006). Studi di China

mengungkapkan bahwa gamat (Sea Cucumber (Stichopus variegatus), juga mengandung saponin glikosida. Komponen ini mempunyai suatu struktur yang serupa

dengan komponen ginseng yang aktif, ganoderma, dan tumbuh-tumbuhan bumbu

tonik yang terkenal. Studi China ini menunjukkan adanya anti kanker pada saponin

(44)

bahwa gamat dapat digunakan sebagai suatu tonik dan suplemen gizi

(Anonim.,2008). Penelitian yang modern ini telah membuktikan bahwa Sea Cucumber (Stichopus variegatus) bermanfaat untuk penyakit musculoskeletal

inflamatory, khususnya arthritis rematik, osteoarthritis dan penyakit rematik yang

mempengaruhi tulang belakang. Sea Cucumber (Stichopus variegatus) juga

mempunyai kemampuan dalam regenerasi sel yang merupakan alasan utama dipakai

menyembuhkan berbagai penyakit (Trubus.,2006).

2.3.2 Habitat dan Penyebaran

Sea Cucumber (Stichopus variegatus) dapat ditemukan hampir di seluruh

perairan pantai, mulai dari daerah pasang-surut yang dangkal sampai perairan yang

lebih dalam. Sea Cucumber (Stichopus variegatus) lebih menyukai perairan yang

jernih dan airnya relative tenang. Umumnya, masing-masing jenis memiliki habitat

yang spesifik. Misalnya, Stichopus variegatus putih banyak ditemukan di daerah yang berpasir atau pasir yang bercampur Lumpur pada ke dalaman 1–40 meter.

Di habitatnya, terdapat jenis Stichopus variegatus yang hidup berkelompok dan ada pula yang hidup soliter (sendiri). Sumber utama makanan Sea Cucumber

(Stichopus variegatus) di alam yaitu kandungan zat organik dalam Lumpur, detritus (sisa pembusukan bahan organik), dan plankton. Jenis makana lain adalah

organisme-organisme kecil, protozoa, algafilamen, rumput laut, dan potongan-potongan kecil

(45)

Beberapa daerah penyebaran antara lain meliputi perairan pantai Madura,

Jawa Timur, Bali, Sumba, Lombok, Aceh, Bengkulu, Bangka, Riau dan sekitarnya,

Belitung, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Timor dan Kepulauan Seribu (Martoyo

dkk.,2006).

2.3.3 Uraian Kimia Triterpenoid dan Steroid

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam

satuan isoprene dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C-30 asiklik yaitu

skualena. Triterpenoid dapat dibagi atas empat golongan yaitu triterpenoid

sebenarnya, steroid, saponin dan glikosida jantung (Harbone, 1987).

a. Triterpen

Menurut jumlah cincin yang terdapat dalam struktur molekulnya digolongkan atas:

1. Triterpen asiklik

2. Triterpen trisiklik

3. Triterpen tetrasiklik

4. Triterpen pentasiklik

b. Steroid

Steroid adalah triterpen yang terbuka dasarnya cincin siklopentana

perhidrofenantren (Harbone.,1987). Inti steroid dasar sama dengan inti lanosterol dan

triterpenoid tetrasiklik lain, tetapi hanya pada dua gugus metal yang terikat pada

(46)

alkohol. Sterol biasanya mempunyai gugus hidroksil pada atom C-3 dan suatu ikatan

rangkap pada posisi 5 dan 6 (Manitto.,1981).

Sterol adalah triterpena yang kerangka dasarnya sistem siklopentana

perhidrofenantren. Dahulu sterol terutama dianggap sebagai senyawa satwa (sebagai

hormon kelamin, asam empedu, dan lain-lain) (Harborne.,1987). Kerangka dasar dan

sistem penomoran steroida (Robinson.,1995) dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 2.4. Kerangka dasar steroida dan sistem penomorannya

Dari pandangan kimiawan organik, semua molekul steroida adalah turunan

penuh dari fenantren (hidrokarbon aromatik trisiklik). Gambar 2.5 berikut ini

menunjukkan keempat lambang (A, B, C, D) inti steroida (Wilbraham.,1992).

(47)

c. Saponin

Saponin mula-mula diberi nama demikian karena sifatnya yang khas

menyerupai sabun (bahasa latin sapo = sabun). Saponin adalah senyawa aktif

permukaan yang kuat yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan dapat

menyebabakan hemolisis sel darah merah (Robinson.,1991). Saponin steroid tersusun

dari suatu aglikon steroid (sapogenin) yang terikat pada suatu oligosakarida yang

biasanya heksosa dan pentosa. Struktur kimia dari aglikon saponin dibagi atas dua

golongan yaitu sapogenin steroid dan sapogenin triterpenoid pentasiklik

(Farnsworth.,1966).

2.4 Spektrofotometri

Spektrofotometri adalah suatu metoda analisa yang berdasarkan pada

pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada

panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma/kisi

difraksi dan detektor vacuum phototube atau tabung foton hampa.

Spektrofotometri juga merupakan teknik pengukuran jumlah zat berdasar pada

spektroskopi. Spektrofotometri lebih spesifik untuk panjang gelombang UV

(Ultra-violet) dekat, visible dan infra merah. Spektrofotometri dimasukan kedalam

electromagnetic Spektroscopy. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan

suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi.

(48)

dialirkan oleh suatu perekam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk

komponen yang berbeda.

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu

sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan

spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri.

Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri

dari spectrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum

dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas

cahaya yang di transmisikan atau yang di absorpsi. Spektrofotometri ini merupakan

gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible. Menggunakan dua buah sumber

cahaya berbeda, sumber cahaya UV (190-380 nm) dan sumber cahaya visible

(380-780 nm).

Hubungan antara warna dengan panjang gelombang sinar tampak.: Panjang

gelombang warna yang diserap warna komplementer 400-435 nm ungu (lembayung)

hijau kekuningan, 450-480 nm biru kuning, 480-490 nm biru kehijauan orange,

490-500 nm hijau kebiruan merah,490-500-560 nm hijau merah anggur, 560-580 nm hijau

kekuningan ungu (lembayung), 580-595 nm kuning biru, 595-610 nm orange biru

kekuningan,610-750 nm merah hijau kebiruan. Cara kerja spektrofotometer secara

singkat adalah sebagai berikut. Tempatkan larutan pembanding, misalnya blanko

dalam sel pertama sedangkan larutan yang akan dianalisis pada sel kedua. Kemudian

pilih fotosel yang cocok 200-650 nm ( 650-1100 nm ) agar daerah λ yang diperlukan

(49)

dengan menggunakan tombol dark-current. Pilih h yang diinginkan, buk fotosel dan

lewatkan berkas cahaya pada blanko dan ”nol ” galvanometer didapat dengan

memutar tombol sensitivitas. Dengan menggunakan tombol transmitansi, kemudian

atur besarnya pada 100 %. Lewatkan berkas cahaya pada larutan sampel yang akan

(50)

2.5 Kerangka Teori

Permeabilitas dinding sel hancur

(51)

Kerangka di atas menunjukkan mekanisme Sea Cucumber (Stichopus variegatus) yang akan dikembangkan sebagai bahan medikamen saluran akar.

Enterococcus faecalis adalah salah satu jenis bakteri yang sering ditemukan pada saluran akar, bersifat fermentatif, bentuk tidak berspora, fakultatif anareob. Bentuk

selnya ovoid dengan diameter 0.5–1 µm. Ketika berada di dalam tubulus dentin,

maka bakteri ini sangat sulit untuk dieliminasi dengan medikamen saluran akar.

Bakteri ini adalah tergolong bakteri yang resisten di dalam saluran akar serta dapat

bertahan dalam jangka waktu yang lama tanpa adanya tambahan nutrien, serta

kemampuannya untuk tetap berada pada kolagen menjadi penyebab penting dalam

infeksi endodontik.

Bakteri Enterococccus faecalis memiliki daya perlekatan yang tinggi terhadap

permukaan protein. Hal ini diketahui melalui kasus-kasus bakterimia dan isolasi

endokarditis. Bakteri ini mampu mengadakan kolonisasi yang baik pada permukaan

protein serta membentuk biofilm pada dinding-dinding dentin. Hal inilah yang

menyebabkan bakteri dapat tetap bertahan pada saluran akar. Selain itu, bakteri

Enterococcus faecalis juga memproduksi ekstraseluler superoxida sebagai oksigen

radikal yang reaktif dalam menyebabkan inflamasi, resorpsi tulang dan lesi periapikal

juga memproduksi gelatinase, sebagai penyebab kerusakan jaringan serta

mendegradasi matriks organik dentin.

Kalsium hidroksida merupakan antimikroba yang bekerja dengan cara

menginaktivasi enzim membran sitoplasma sehingga akan mengubah secara kimia

(52)

Sifat antimikroba kalsium hidroksida karena mampu melepaskan ion hidroksil

yang berperan menciptakan lingkungan alkalin yang tidak sesuai dengan

perkembangan mikroorganisme.

Sea Cucumber (Stichopus variegatus) memiliki keefektifan dalam menyembuhkan banyak penyakit hal ini disebabkan karena pada Sea Cucumber

terdapat saponin dan protein. Saponin steroid tersusun dari suatu aglikon steroid

(sapogenin) yang terikat pada suatu oligosakarida yang biasanya heksosa dan pentosa.

Struktur kimia dari aglikon saponin dibagi atas dua golongan yaitu sapogenin steroid

dan sapogenin triterpenoid pentasiklik (Farnsworth.,1966).

Adanya peningkatan pH ini dapat menyebabkan

kerusakan membran sitoplasma, denaturasi protein, penghambatan replikasi DNA dan

aktivitas seluler dari mikroorganisme.

Bahwa sampai saat ini belum diketahui berapa konsentrasi yang tepat dari Sea Cucumber (Stichopus variegatus) dalam mekanisme menghambat dan membunuh

(53)

2.6 Kerangka konsep

Medikamen Saluran Akar

Perawatan saluran akar

Sea Cucumber

Infeksi saluran akar

Sel Enterococcus faecalis mati Bakteri Enterococcus faecalis

0,1% 0,2% 0,25% 0,3% 0,4% 0,5%

(54)

Perawatan endodontik tujuannya adalah mengeliminasi bakteri Enterococcus faecalis saluran akar. Salah satu untuk mengeliminasi bakteri tersebut adalah dengan

pemberian bahan medikamen. Pada penelitian ini dipakai Sea Cucumber (Stichopus variegatus) sebagai bahan medikamen dengan konsentrasi 0,1%, 0,2%, 0,25%, 0,3%, 0,4% dan 0,5% dan dalam waktu 4 jam, 6 jam, 8 jam dan 24 jam.

2.7 Hipotesis Penelitian

Dari uraian diatas dapat dibuat hipotesis bahwa :

1. Sea Cucumber (Stichopus variegatus) dengan konsentrasi 0,1%., 0,2%.,

0,25%., 0,3%., 0,4%., dan 0,5% dapat membunuh bakteri Enterococcus faecalis.

2. Sea Cucumber (Stichopus variegatus) dengan konsentrasi 0,1%., 0,2%., 0,25%., 0,3%., 0,4%., dan 0,5% pada waktu 4 jam, 6 jam, 8 jam dan 24

(55)

BAB 3

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dirancang untuk melihat efek ekstrak sea cucumber terhadap

Enterococcus faecialis. Pada penelitian ini ditetapkan 1 (satu) kelompok kontrol dan 1(satu) kelompok perlakuan dengan masing-masing konsentrasi dari Sea Cucumber

(Stichopus variegatus). Bakteri yang digunakan, berasal dari sediaan yang didapat dari laboratorium Biologi Oral FKG Universitas Indonesia (UI).

3.1 Desain Penelitian :

Eksperimental Laboratorium Komparatif: Post Test Group Only Desain

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian : 1.Laboratorium Pusat Penelitian FMIPA USU 2.Laboratorium Biologi Oral FKG Universitas

Indonesia (UI)

3.2.2 Waktu Penelitian : 6 bulan

3.3 Sampel dan Besar Sampel Penelitian

3.3.1 Sampel penelitian : Suspensi Enterococcus faecalis ATCC 29212 yang telah diisolasi dan dibiakkan dengan media

(56)

3.3.2 Besar Sampel :

Penelitian eksperimen dengan rancangan acak kelompok, berdasarkan jumlah

minimal yang ditetapkan rumus Federer (1995) (cit Yuniarti, 2008), secara sederhana dirumuskan:

(t-1) (n-1) ≥ 15. .(4-1) (n-1)≥ 15n ≥ 6,3….

Keterangan : t = banyaknya kelompok perlakuan

n = jumlah replikasi.

Besar sampel yang dipakai pada setiap kelompok perlakuan pada penelitian

ini digenapkan menjadi 7 spesimen per kelompok.

Penelitian ini membagi kelompok perlakuan menjadi dua kelompok:

⇒ Kelompok I : Sea Cucumber (Stichopus variegatus)

dengan berbagai konsentrasi dengan Enterococcus faecialis sebagai kelompok Uji.

⇒ Kelompok II : Enterococcus faecialis dengan pemberian

bahan coba calsium hidroksida sebagai kelompok kontrol positif.

3.4 Variabel Penelitian 3.4.1 Variabel bebas

(57)

3.4.2 Variabel Tergantung

Pertumbuhan bakteri Enterococcus faeacalis pada media MHA → MTT Assay.

3.4.3 Variabel terkendali

 Media pertumbuhan (Mueller Hinton Agar)  Suhu inkubasi (370

 Waktu pembiakan Enterococcus faecalis (24 jam) C)

 Sterilisasi alat, bahan coba dan media

 Teknik pengisolasian dan pengkulturan

 Jumlah bahan coba yang diteteskan ke media

 Waktu pengamatan (4 jam, 6 jam, 8 jam dan 24 jam)

 Keterampilan operator

3.4.4 Variabel tidak terkendali

 Cara penyimpanan bahan coba sebelum perlakuan penelitian

 Waktu dan suhu saat pengiriman dari bahan coba

 Kandungan bahan lain yang terdapat dalam Sea Cucumber (Stichopus

(58)

3.5Definisi Operasional

Definisi operasional, cara ukur, hasil ukur, dan alat ukur dari masing-masing

variabel penelitian dapat dijelaskan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. DEFINISI OPERASIONAL, CARA, HASIL, DAN ALAT UKUR DARI VARIABEL BEBAS DAN TERGANTUNG DARI PENELITIAN

(59)

3.6 Alat dan Bahan Penelitian

Material

Sea Cucumber (Stichopus variegatus) dengan berbagai konsentrasi

 Suspensi Enterococcus faecalis

 Media Mueller Hinton Agar (Difco, USA)

3.6.1 Alat

- Candle jar (Sanyo, Japan)

- Electronic balance (Ohyo JP2 6000, Japan) - Kaca pembesar (Ootsuka ENV-CL, Japan) - Vorteks (Iwaki TM-100, Japan)

- Autoclave (Tomy, Japan)

- Mikropipet dan tips (Gilson, France) - Tabung gas CO2 (Japan)

- Tabung reaksi dan rak - Petri dish

(60)

3.6.2 Bahan

Enterococcus faecalis dari sediaan

 Ekstrak Sea Cucumber (Stichopus variegatus)  Aquadest

3.7 Prosedur Penelitian

3.7.1 Pembuatan ekstrak Sea Cucumber (Stichopus variegatus)

Sea Cucumber (Stichopus variegatus) sebanyak 2kg dibersihkan dan

dikeringkan selama ± 3 hari. Tujuannya adalah agar kadar air pada Stichopus variegatus dapat hilang dan membantu mendapatkan ekstrak Sea Cucumber

(Stichopus variegatus) yang terbaik. Setelah 3 hari Sea Cucumber (Stichopus variegatus) yang kering direndam di dalam metanol selama ± 3 hari pada suhu 370C.

Setelah 3 hari didapat endapan larutan tersebut. Endapan larutan tersebut kemudian di

(61)

Gambar 3.1. Sea Cucumber Gambar 3.2. Ekstrak Sea Cucumber (Stichopus variegatus) (Stichopus variegatus)

Gambar 3.3. Ekstrak Sea Cucumber Gambar 3.4. Alat stal/ rotari (Stichopus variegatus) pasta

3.7.2 Pembuatan media bakteri

Sebelum spesimen dibiakkan, dibuat media Mueller Hinton Agar, sebanyak 12 gram

dilarutkan ke dalam 240 ml aquadest untuk 40 petri (20 ml/Petri), lalu dipanaskan di atas tungku pemanas magnetik sampai mendidih. Kemudian media yang telah masak,

disterilkan di dalam autoklaf selama 15 menit dengan tekanan udara 2 ATM suhu

121°C. Setelah disterilkan, media disimpan dalam lemari pendingin. Jika akan

digunakan kembali, media dipanaskan kembali hingga mendidih lalu dituangkan ke

(62)

3.7.3 Pembiakan spesimen

Kegiatan pembiakan spesimen dilakukan dalam suasana anaerob pada

inkubator CO2. Enterococcus faecalis yang digunakan adalah spesimen stem-cell Enterococcus faecalis ATCC 29212 yang telah dibiakkan secara murni pada media MHA yang telah disiapkan pada prosedur sebelumnya dalam suasana anaerob.

Sebanyak 1-2 ose dari biakkan murni bakteri uji yang telah dikultur dan tumbuh

dengan subur disuspensikan dengan menggunakan larutan NaCl 0,9 % sampai

diperoleh kekeruhan sesuai standard 0,6 Mc Farland atau sebanding dengan jumlah bakteri 1 x 106 CFU/ml. BHI (Brain Heart Infusion) Broth steril diambil di dalam kulkas dan dikeluarkan dan dibiarkan di dalam ruangan. Hidupkan bunsen lalu

panaskan ose agar ose dapat steril, panaskan ose sampai membara agar ose steril.

Setelah itu Enterococcus faecalis diambil dari BHI (Brain Heart Infusion) Broth dan

pada saat dibuka harus didekat dengan bunsen agar bakteri Enterococcus faecalis tidak terkontaminasi. Setelah itu diinkubator dalam suhu 37oC selama 24 jam . Lalu

diukur pada microplate reader dengan panjang gelombang 450 nm didapat hasil

Enterococcus faecalis yang dikultur: 0,532 dan 0,548.

(63)

Pada gambar 3.5 didapat nilai normal Enterococcus faecalis dengan panjang gelombang yaitu dalam menentukan standard kekeruhan dari bakteri Enterococcus faecalis yang ingin didapat. Pada nilai normal Enterococccus faecalis pada 1 x 106

Gambar 3.6. BHI (Brain Gambar 3.7. BHI (Brain Heart Infusion) Agar, CFU/ ml adalah 0,550.

Heart Infusion) Broth bunsen, tabung reaksi, kultur Enterococcus faecalis ATCC 29212

Gambar 3.8 Enterococcus faecalis 3.9. Enterococcus faecalis yang yang dikultur: 0,532 dikultur: 0,548

(64)

3.7.4 Mensterilkan Bahan Coba Sea Cucumber (Stichopus variegatus)

Sediakan bahan coba yang akan disterilkan. Ditimbang sebanyak 1,04 gram Sea Cucumber (Stichopus variegatus) yang akan diautoclave 1210C selama 2,5 jam. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah bahan coba Sea Cucumber (Stichopus variegatus) tersebut tidak terkontaminasi dengan yang lain.

Gambar 3.10. Pengambilan bahan coba Gambar 3.11. 1,04 gr Bahan coba

(65)

3.7.5 Pembuatan BHI (Brain Heart Infusion) Agar dan BHI (Brain Heart Infusion) Broth

3.7.5.1 BHI (Brain Heart Infusion) Agar

Sebanyak 13 gram bubuk BHI (Brain Heart Infusion) Agar ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik. Kemudian dimasukkan kedalam botol elemeyer

dan diambil sebanyak 250ml aquadest. Diaduk sampai merata lalu ditutup dengan

kapas dan aluminium foil. Autoclave pada suhu 121oC selama 2,5 jam.

Gambar 3.13. 13 gram BHI (Brain Heart Gambar 3.14. BHI (Brain Heart Infusion) Agar Infusion) Agar

(66)

3.7.5.2 BHI (Brain Heart Infusion) Broth

Sebanyak 3,7 gram bubuk BHI (Brain Heart Infusion) Broth di timbang

dengan menggunakan timbangan analitik. Kemudian dimasukkan ke dalam tabung

elemeyer dan dicampur dengan 100ml aquadest. Diaduk sampai merata dan ditutup

dengan kapas dan aluminium foil, kemudian disterilkan didalam autoclave pada suhu

121oC selama 2,5 jam.

Gambar 3.16. 3,7 gram BHI (Brain Gambar 3.17. BHI (Brain Heart Infusion) Broth Heart Infusion) Broth

(67)

3.7.6 Pembuatan konsentrasi bahan coba Sea Cucumber (Stichopus variegatus) dan Ca(OH)2

Pembuatan konsentrasi Sea Cucumber (Stichopus variegatus) 0,1%, 0,2%, 0,25%, 0,3%, 0,4%, 0,5% dan Ca(OH)2 0,5%. Dengan rumus V1.C1 = V2.C2. dimana

V1 adalah jumlah pelarut (ml), C1 adalah konsentrasi dari pelarut (%), V2 adalah

jumlah bahan coba (ml), C2 adalah konsentrasi yang dicari dari bahan coba (%).

Gambar 3.20. Sea Cucumber Gambar 3.21. Sea Cucumber (Stichopus variegatus) (Stichopus variegatus)+ Ca(OH)2

Bahan coba Sea Cucumber (Stichopus variegatus) dilakukan

pengenceran dengan menambahkan BHI (Brain Heart Infusion) Broth dan dicampur dengan menggunakan alat pemanas dan diaduk dengan menggunakan pengaduk.

Gambar

Gambar 2.1. Gambaran koloni E. faecalis di bawah  scanning electron microscope (Martinez.,2011)
Gambar 2.2. Sebuah model penyakit endodontikk terkait dengan faktor-faktor    virulensi Enterococcus faecalis (Kayaoglu,Oistavik.,2004)
Gambar 2.3. Sea Cucumber famili Holothuriidae (Stichopus variegatus) (Martoyo dkk.,2006)
Gambar 2.4. Kerangka dasar steroida dan sistem penomorannya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Daya antibakteri ekstrak etanol daun Afrika (Vernoniaa amygdalina) terhadap bakteri fusobacterium nucleatum sebagai bahan alternatif medikamen saluran akar (in vitro)..

DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA (Vernonia amygdalina )di MEDAN, INDONESIA SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF MEDIKAMEN SALURAN AKAR TERHADAP PERTUMBUHAN

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Siwak ( Salvadora persica ) sebagai Alternatif Bahan Irigasi Saluran Akar terhadap Enterococcus faecalis (Secara In Vitro ).. xii +

Untuk mengetahui efek antibakteri ekstrak etanol siwak (Salvadora persica) sebagai alternatif bahan irigasi saluran akar terhadap Enterococcus faecalis dengan mencari konsentrasi

Efek antibakteri ekstrak etanol batang siwak (Salvadora persica) sebagai alternatif bahan irigasi saluran akar terhadap Enterococcus faecalis (secara in vitro)...

Daya antibakteri ekstrak etanol daun afrika (Vernonia amygdalina) sebagai alternatif bahan medikamen saluran akar terhadap Fusobacterium nucleatum (secara in

Apakah ekstrak etanol umbi lobak ( Raphanus sativus L. ) memiliki efek antibakteri terhadap Fusobacterium nucleatum sebagai bahan alternatif medikamen saluran akar dengan

tanaman yang memenuhi beberapa syarat sebagai medikamen saluran akar yaitu daun