BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Perawatan endodontik merupakan bagian dari ilmu kedokteran gigi yang
menyangkut perawatan penyakit atau cedera pada jaringan pulpa dan periapikal.
Tujuan perawatan endodontik adalah mengembalikan keadaan gigi yang sakit agar
dapat diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya sehingga gigi dapat
dipertahankan selama mungkin didalam mulut. Hal ini berarti gigi tersebut tidak
menimbulkan keluhan dan dapat berfungsi baik. Perawatan endodontik terdiri dari
perawatannonbedahyaituperawatan kaping pulpa, pulpotomi, pulpektomi dan perawatan endodontik bedah. (Ingle, 2003; Cohen, 2004; Walton, Torabinejab, 1996;
Tarigan R, 1990).
Abses pulpa, lesi periapikal, pembengkakan dan nyeri merupakan hasil dari
infeksi mikrobial campuran (Orstavik, 2004). Dari kepustakaan dapat diketahui,
terdapat perbedaan profil mikroflora yang diisolasi dari saluran akar yang dirawat dan
yang tidak dirawat dengan prosedur endodontik.E.faecalis(E.faecalis) adalah penyebabsekitar 80%-90% dari seluruh infeksi yang disebabkan oleh
endodontik, bakteri didominasi oleh black-pigmented gram-negatif obligat (Kleinsmith, 2005) dan bakteri yang mendominasi saluran akar yang sudah dilakukan
perawatan saluran akar adalahbakteri gram positif fakultatif anaerob, E.faecalis
(Oncag,Hasgor,dkk, 2003).
E. faecalis adalah spesies enterococcus yang bisa bertahan hidup dengan lingkungan yang ekstrim(Peciuliene,dkk,2000) yang tidak umum bagi mikroba lain,
seperti mampu bertahan dalam pH yang tinggi (>9,6), tahan pada keadaan
kekurangan makanan(Bergenholtz,1974),terlindungi dari mekanisme pertahanan
host(Cohen,Liwehr,2002). Sebanyak 25% mikroba ini juga resisten terhadap antibiotik glycopeptide (Chugal,Clive,Spangberg,2001;Moore,dkk,1994). E. faecalis
sering dihubungkan dengan kejadian karies yang luas, periodontitis kronis dan
seringkali dengan periodontitis apikal persisten (Kayaoglu dkk., 2004). E. faecalis
ditemukan sebagai flora awal gigi pada nekrosis pulpa yang tidak di rawat dan sering
ditemukan dalam saluran akar gigi yang sudah dilakukan perawatan saluran akar dan
menunjukkan tanda-tanda periodontitis apikal kronis (Nairdkk., 2005).
E.faecalis ditemukan pada 4-40% infeksi endodontik primer dan frekuensi pada kasus infeksi endodontik persistensembilankali lebih sering memiliki E. faecalis
daripada infeksi endodontik primer(Ferreira,dkk,2003; Kakehashi,1969). Beberapa
penelitian membuktikan bahwa 23-70% kultur positif E. faecalis merupakan mikroba yang paling sering ditemukan tetap bertahan pada saluran akar yang telah dirawat
termasuk periodontitis marginal, saluran akar terinfeksi dan abses
periradikular(Baumgartnerdkk.,2002).
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwaE. Faecalispada gigi yang nekrosisdengan lesi periradikular menunjukkan prevalensi berkisar antara 24%-77%
(Asgeir,2002). Kisaran luas ini ditemui karena teknik identifikasi berbeda, perbedan
geografis atau jumlah sampel dan metode penelitian yang berbeda
(ElKarimdkk.,2007).
Faktor virulenE.faecalis seperti asam lipotekoat, Subtansi Agregasi (AS), hemolisin, gelantinase (GelE) (Garcez,dkk.,2007) dan Ekstraceluller surface protein
(ESP) dan potensi membentuk biofilm (Fieser,1961; Leswari,1997) mempunyai
peranan penting didalam pathogenesis bakteri, sehingga E. faecalis dapat melekat pada sel inang dan matriks ekstraselular, memudahkan invasi ke jaringan, mempunyai
efek imunomodulasi, dan menimbulkan kerusakan akibat toksin yang diproduksinya
(Leswari,1997).
El Shindkk (2007) melaporkan bahwa produksi gelatina dari E.
Faecalisberperandalam pathogenesis penyakit
pulpadanterjadinyalesipadajaringanperiapikal.Gelatin juga memperlihatkan efek
signifikan terhadap degradasi matriks organik dentin (Hilldkk.,1994).Diperkirakan
antara 90-99% bakteriE.faecalis hidup dan berkembang pada saluran akar dalam bentuk biofilm (Javidi dkk., 2011).
Pada prosedur perawatan endodontik bahan medikamen yang paling umum
standard”. Bahan ini digunakan sebagai medikamen selama kunjungan terapi endodontik dan memiliki sifat antibakterial yang baik. Sifat antibakteri kalsium
hidroksida ini disebabkan oleh penguraian ion-ion Ca2+ dan OH- (ADA,2007).
Mekanisme antimikroba kalsium hidroksida terjadi dengan pemisahan ion calcium
dan hydroxyl ke dalam reaksi enzimatik pada bakteri dan jaringan, menginhibisi replikasi DNA serta bertindak sebagai barrier untuk
Secara klinis, kalsium hidroksida merupakan bahan medikamen yang
memiliki kemampuan menginaktifasi endotoksin bakteri serta dapat diterima baik
sebagai bahan medikamen saluran akar. Akan tetapi, penelitian terdahulu menyatakan
bahwa kalsium hidroksida dapat bekerja aktif, terbatas pada beberapa hari. Kalsium
hidroksida telah digunakan sebagai bahan medikamen karena memiliki sifat
antimikrobial yang sangat baik, mengeliminasi mikroorganisme setelah cleaning dan
shaping, menetralkan sisa- sisa toxin(Changdkk.,2001). Namun, memiliki aktivitas terbatas pada beberapa mikroorganisme seperti E. faecalis dan Candida albicans(Charlesdkk.,2006).
mencegah masuknya bakteri ke
dalam sistem saluran akar. Ion hydroxide akan mempengaruhi kelangsungan hidup bakteri anaerob seperti E. faecalis. Difusi ion hydroxl (OH) menyebabkan lingkungan alkaline sehingga tidak kondutif bagi pertahanan bakteri dalam saluran akar, serta
Estrela (2008) melaporkan bahwa aksi kalsium hidroksida akan menjelaskan
bagaimana pH yang tinggi menghambat aktivitas enzim yang penting untuk
kehidupan bakteri seperti metabolisme, pertumbuhan, dan pembelahan sel. Pengaruh
pH yang tinggi juga akan mengaktifkan enzim hidrolitik alkali posfatase, yang erat
hubungannya dengan mineralisasi. Ca(OH)2 memiliki 2 sifat,
yaituterhadapbakteribersifatmenghambatproduksienzim. Terhadapjaringankerasgigi,
medikamen ini menginduksi proses mineralisasi (Estrela,2008).
Pengaruh pH pada pertumbuhan, metabolisme dan pembelahan sel ini penting
untuk menjelaskan mekanisme dari antimikroba. Eliminasi bakteri oleh kalsium
hidroksida tergantung dari pelepasan ion hidroksil yang menyebabkan peningkatan
pH. Mekanisme kalsium hidroksida dalam mengeliminasi bakteri merupakan kerja
dariion hidroksida yang terlepas memenuhi membran sitoplasma yang memegang
peranan penting pada pertahanan sel seperti permeabilitas dan transport elektron serta
oksidasi fosforilasi pada spesies anaerob. Selain itu metabolisme seluler sangat
bergantung pada aktivasi enzim. Enzim memiliki aktivitas dan stabilitas yang optimal
pada rentang pH tertentu yang mengarah pada suasana netral. Peningkatan basa yang
disebabkan oleh kalsium hidroksida merusak ikatan ion yang menyebabkan
kerusakan protein (denaturasi protein) pada bakteri. Kerusakan yang disebabkan oleh
kalsium hidroksida bukan hanya tingkat sel, namun juga berdampak pada DNA
bakteri. Ion hidroksil bereaksi dengan DNA bakteri dan memutuskan rantai DNA
tersebut, sehingga replikasi DNA terhambat dan terjadi kerusakan aktivitas seluler.
patogen tidak dapat bertahan hidup pada lingkungan basa kuat oleh kalsium
hidroksida.
Kecenderungan masyarakat kembali memakai bahan alami dikenal sebagai
New Green Wave, dimana gerakan ini berupaya menggunakan kembali obat-obatan tradisional yang berasal dari bahan alami yang didapat dari alam (biofarmaka).
Sumber bahan baku obat (medicine) hingga saat ini sebagian besar masih berasal dari alam, baik nabati maupun asal hewan (Agustina,2011). Salah satunya adalah Hidrogel
teripang(Stichopus variegatus). Hidrogel teripang(Stichopus variegatus) adalah invertebrata laut, biasa ditemukan dilaut. Hidrogel teripang(Stichopus variegatus), secara informal disebut sebagai bêche-de-mer atau gamat, telah lama digunakan sebagai makanan dan obat rakyat di komunitas Asia danTimur Tengah.
Sejumlah aktivitas biologis dan farmakologis dari jenis Hidrogel
teripang(Stichopus variegatus) yang lain terdiri dari anti genetik, anti kanker, anti koagulan, anti hipertensi, anti inflamasi, anti oksidan, anti mikroba, anti trombotik,
anti tumor dan penyembuhan luka. Hidrogel teripang(Stichopus variegatus) ini juga memiliki sifat terapeutik dan manfaat yang dapat dihubungkan dengan keberadaan
berbagai bioaktif terutama glikosida triterpen (saponin), chondroitin sulfat, glikosa
minoglikan (GAG), polisakarida sulfat, sterol (glikosida dan sulfat), fenolat,
cerberosides, lektin, peptida, glikoprotein, glycosphingolipis dan asam lemak
essensial (Nurjannah,2008).
Tarigan G dan Trimurni (2013)dalampenelitiannyamelihat bahwa teripang
akar karena memiliki efek antibakteria terhadap E. faecalis pada konsentrasi 0,3% pada waktu 4 jam, konsentrasi 0,3% pada waktu 6 jam, konsentrasi 0,5% pada waktu
8 jam dan pada konsentrasi 0,2% pada waktu 24 jam. Untukmengevaluasi potensi
hambat hidrogel teripang (0.2%) terhadapE. faecalisketikabakteriinitumbuhsebagai biofilm in vitro, dengan menggunakan MTTassay.
1.2 Perumusan Masalah
Dari uraian di atas, terdapat beberapa hal yang dapat dirangkum:
1. Bahan medikamen Ca(OH)2 yang merupakan gold standard yang biasa
digunakan pada perawatan saluran akar dengan diagnosa nekrosis pulpa
dan nekrosis pulpa yang tidak dirawat tetapi memiliki kelemahan terhadap
bakteri E. faecalis. Oleh karena itu, dengan banyaknya bahan-bahan alami yang saat ini banyak digunakan sebagai bahan alternatif dalam kesehatan.
Hidrogel teripang (Stichopus variegatus) merupakan salah satu bahan alami yang efektif dalammembunuh bakteri E. faecalis, makanya penelitian terhadap hidrogel teripang sebagai bahan alami alternatif perlu
dilakukan.
2. E. faecalis merupakan mikroba yang ditemukan pada gigi dengan infeksi endodontic dan merupakan mikroba yang dominan pada nekrosis pulpa
(Stichopus variegatus) merupakan salah satu bahan alami yang efektif dalam membunuh bakteri E. faecalis
3. Saatinibanyaknyabahanalami ataulimbahlaut yang
banyakdigunakansebagaiobatkesehatandansebagaisalahsatupusatindustri.
Salah satulimbahlaut yang paling
banyaksaatinidigunakandalambidangkesehatanadalah Hidrogel
teripang(Stichopus variegatus).
1.3 Pertanyaan Penelitian
Dari uraian diatas timbul pertanyaan
1. ApakahHidrogel teripang(Stichopus variegatus) pada konsentrasi 0,2% jika dijadikan bahan medikamen saluran akar dapat mempengaruhi
potensipembentukan biofilmE. faecalisATCC 29212.
2. Apakah ada perbedaan pemberian Hidrogel teripang(Stichopus variegatus) dan Ca(OH)2terhadap potensipembentukan biofilmE.
FaecalisATCC 29212.
3. Apakah Hidrogel teripang(Stichopus variegatus) pada konsentrasi 0,2% jika dijadikan bahan medikamen saluran akar dapat mempengaruhi adhesi
4. Apakah ada perbedaan pemberian Hidrogel teripang(Stichopus variegatus) dan Ca(OH)2 terhadap adhesi E. faecalis biofilm E. faecalis
isolat klinik.
1.4Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian
1. Untukmengevaluasi pengaruh pemberian hidrogel teripang terhadap
potensipembentukan biofilm E. faecalisin vitro pengaruh Hidrogel teripang(Stichopus variegatus) pada konsentrasi0,2% terhadap adhesibiofilmE. FaecalisATCC 29212jika dipakai sebagai bahan medikamen saluran akar.
2. Untuk melihat perbedaan pemberian Hidrogel teripang(Stichopus variegatus) pada konsentrasi 0,2% dengan Ca(OH)2 3% terhadap
adhesibiofilmE. faecalisATCC 29212jika dipakai sebagai bahan medikamen saluran akar.
3. Untuk melihat pengaruh Hidrogel teripang(Stichopus variegatus) pada konsentrasi 0,2% terhadap adhesi E. faecalis isolat klinikjika dipakai sebagai bahan medikamen saluran akar.
4. Untuk melihat perbedaan pemberian Hidrogel teripang(Stichopus variegatus) pada konsentrasi 0,2% dengan Ca(OH)2 terhadap adhesi E.
1.4.2Manfaat Penelitian 1.4.2.1. Manfaaat Teori
1. Mendapatkan informasi tentang strain Enterococcus faecalis yang resisten terhadap bahan medikamen hidrogel teripang (Stichopus variegatus).
2. Mendapatkan informasi tentang konsentrasi hidrogel teripang (Stichopus variegatus) untuk menghambat pertumbuhan in vitroE. faecalis sebagai penyebab persistensi infeksi endodonti.
3. Untuk mendapatkan informasi mengenaiefektifitas hidrogel teripang
0.2% untukmenghambatpembentukan biofilm E.faecalisin vitro.sebagai bahan medikamen saluran akar yang efektif untuk mengeliminasi E. faecalis sebagai penyebab prevalensi infeksi endodonti.
1.4.2.2. Manfaat Aplikatif
1. Kemajuan penelitian dalam bidang konservasi gigi membuka jalan bagi
pengembangan metode pencegahan baru untuk mengeliminasi bakteri E. faecalis dalam perawatan endodontik sehingga diharapkan dapat menngurangi dan mencegah terjadinya infeksi persistensi endodontik
atau kegagalan suatu perawatan endodontik.
dapat memilih jenis medikamen yang sesuai dengan diagnosis klinis
sehingga keberhasilan perawatan endodontik dapat tercapai.
3. Untuk mengembangkan bahan medikamen saluran akar dari limbah laut