• Tidak ada hasil yang ditemukan

Yoga Prasytio 21314005 R3 Keselamatan La (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Yoga Prasytio 21314005 R3 Keselamatan La (1)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH :

Yoga Prasytio

21314005

JURUSAN TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS SERANG RAYA

SERANG

(2)

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………..…. 1

1.2 Rumusan Masalah ………..……….………...… 1

1.3 Tujuan Pembahasan ………...… 1

BAB 2 ISI 2.1

Keselamatan Lalu Lintas

………...….…... 2

2.1.1 Pengertian ……….…….…... 2

2.1.2 Generasi Muda sebagai Pengguna Jalan …...… 3

2.1.3 Safety Driving……….……….. 3

2.1.4 Upaya Menekan Jumlah Kecelakaan di Jalan Raya……….. 5

BAB 3 KESIMPULAN DAN DAFTAR PUSTAKA 3.1 Kesimpulan ………...…..…. 8

(3)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagian besar jalan di kota-kota di Indonesia telah ditandai dengan kemacetan lalu lintas. Hal ini akibat dari pertumbuhan lalu lintas yang pesat, selain itu juga disebabkan berbaurnya peranan jalan arteri, kolektor, dan lokal (tidak berfungsi sesuai dengan hierarki jalan) yang mengakibatkan tercampurnya lalu lintas dari semua jenis kendaraan juga banyak

memberikan kontribusi terhadap tingkat kemacetan dan kecelakaan yang terjadi. Identifikasi masalah menunjukkan kurangnya perhatian terhadap keselamatan berlalu lintas. Permasalahan pelanggaran terhadap aturan keselamatan berlalu lintas banyak berpengaruh terhadap kecelakaan yang selanjutnya menyebabkan kemacetan dan korban. Konflik kendaraan dengan kendaraan ataupun dengan pejalan kaki akan menimbulkan tundaan, kecelakaan dan bahkan kemacetan yang sangat merugikan pengemudi atau pemakai jalan. Untuk mengurangi konflik yang terjadi, maka adanya pengetahuan tentang keselamatan lalu lintas sangat di perlukan sebagai acuan standarisasi aturan tata tertib berlalu lintas.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia?

1.3 Tujuan Pembahasan

(4)

BAB 2

ISI

2.1 Keselamatan Lalu Lintas

2.1.1 Pengertian

Mengingat banyaknya korban jiwa dan besarnya kerugian ekonomi serta sosial yang ditimbulkan

oleh kecelakaan jalan, maka mendesak perlu dibangun budaya keselamatan jalan (road safety

culture) di Indonesia. Bermacam upaya dilakukan agar mengurangi tingkat kecelakaan yang tinggi,

salah satunya adalah Safety Riding. Istilah Safety Riding mengacu kepada perilaku berkendara

yang secara ideal harus memiliki tingkat keamanan yang cukup bagi diri sendiri maupun orang

lain.

Pengetahuan dapat menekan tingginya kecelakaan di jalan raya, untuk itu para pengguna jalan

harus mempunyai pengetahuan yang cukup. Sosialisasi tentang seputar keselamatan berkendara,

pentingnya pemanasan tubuh saat hendak berkendara, kesiapan kendaraan, posisi berkendara yang

ideal, dan lain-lain juga diperlukan. Dalam hal ini polisi sebagai aparat pengatur keamanan dan

ketertiban jelas menjadi oknum yang paling penting untuk mensosialisasikan hal tersebut kepada

masyarakat.

Pihak Kepolisian mempunyai sebuah buku, yaitu Vademikum Polisi Lalu Lintas yang berisi

pengetahuan keselamatan berkendara baik itu safety driving untuk pengendara mobil maupun

safety riding untuk pengendara sepeda motor serta pengguna jalan yang lain, hanya saja buku ini

tidak dapat dikonsumsi secara umum. Ukuran buku ini sangat tebal karena tidak hanya berisi

tentang materi lalu lintas tetapi juga tentang polisi lalu lintas itu sendiri, baik sejarah maupun

profilnya, selain itu buku ini tidak untuk diperjual belikan kepada masyarakat umum. Dengan buku

panduan tersebut, polisi bisa menyebarluaskan kepada masyarakat tentang keamanan berkendara

yang tujuannya sudah jelas yaitu untuk mengurangi angka kematian akibat kecelakaan di jalan

raya.

2.1.2 Generasi Muda sebagai Pengguna Jalan

Usia 17 tahun adalah usia remaja untuk mendapatkan SIM, dimana mereka sudah mendapat izin

untuk berkendara di jalan raya. Hal yang paling utama untuk remaja yang sudah mendapatkan SIM

(5)

kendaraan sering menyebabkan kecelakaan lalu lintas yang berakibat fatal. Bagi mereka

keselamatan berkendara bukanlah suatu hal yang perlu dipelajari, mereka pikir hati-hati saja sudah

cukup untuk melakukan perjalanan di jalan raya. Kurang tanggapnya remaja akan kecelakaan di

jalan bisa disebabkan karena berkendara merupakan suatu hal yang baru bagi mereka. Persiapan

sebelum mengendarai kendaraan juga mutlak diperlukan agar dalam perjalanan pengendara

merasa nyaman.

Kesiapan berkendara yang diperlukan untuk sepeda motor antara lain:

a. Sarung Tangan, sebaiknya memiliki lapisan yang dapat menutupi kedua belah tangan dan bahan

yang dapat menyerap keringat serta tidak licin saat memegang grip/handle motor.

b. Jaket, sebaiknya mampu melindungi seluruh bagian tubuh baik dari terpaan angin maupun efek

negatif kala terjadi benturan kecil maupun besar.

c. Helm (minimal Half Face), sebaiknya mampu memberikan proteksi lebih kepada kepala, poin

inilah yang selalu dilewatkan oleh tipikal bikers pengguna helm ‘catok’ dan sejenisnya.

d. Sepatu, haruslah mampu memberikan kenyamanan serta keamanan bagi seluruh lapisan kaki.

Masyarakat yang bepergian menggunakan sepeda motor di jalan raya harus taat pada peraturan

lalu lintas. Tidak kalah penting juga masyarakat perlu bimbingan dalam berkendara yaitu dengan

program safety riding. Pembelajaran safety riding inilah yang harus benar-benar dicermat oleh

pengendara kendaraan.

Secara umum untuk pelatihan praktek safety riding diajarkan:

a. Teknik pengereman dengan hanya mengandalkan rem depan, rem belakang, dan kombinasi

keduanya. Teknik ini untuk membiasakan bikers untuk membedakan fungsi dua sisi rem saat

hendak berhenti berakselerasi. Selain itu, apabila pengendara telah terbiasa dengan teknik ini

pengereman mendadak juga bisa teratasi dengan mudah tanpa harus takut tergelincir.

b. Teknik “slalom” dengan cone di lintasan. Teknik ini untuk melihat kemampuan pengendara

menikung dengan cepat dari sisi kiri ke kanan dan sebaliknya. Kemampuan membelok pengendara

juga bisa dilihat melalui teknik ini.

c. Teknik berjalan di lintasan“bumpy-road” , teknik ini untuk membiasakan bikers untuk memberi

kenyamanan saat jalan tidak mulus atau bergelombang.

d. Teknik berkendara di lintasan lurus dan sempit berupa bilah dengan asumsi kendaraan berjalan

di jalan kecil dan diliputi kemacetan. Teknik ini untuk membiasakan diri bagi bikers untuk tetap

(6)

Perangkat keamanan semacam decker lutut dan siku, serta helm wajib digunakan untuk peserta

pelatihan safety riding. Dari materi-materi seperti inilah diharapkan muncul niatan dari para

pengendara untuk membiasakan diri sendiri memberi upaya keselamatan berkendara.

Menurut Agung Surya, Chief Instructor PT Astra Honda Motor yang merupakan lulusan Rainbow

Saitama Japan, tahapan safety riding yaitu:

1. Jika sepeda motor disandarkan oleh standar pinggir (standar miring), janganlah duduk terlebih

dahulu melainkan bebaskan standar miring dengan menggunakan kaki kiri, setelah itu kendaraan

siap digunakan.

2. Bila kendaraan distandar dua, melepaskannya gunakanlah kaki kiri.

3. Disaat melakukan perjalanan maka pastikan empat jari kanan dan kiri telah berada dituas rem

depan dan kopling (jika terdapat kopling).

4. Disaat ingin melakukan pemberhentian utamakanlah rem depan, karena beban berat anda akan

berada di depan dan ini membuat kendaraan lebih cepat berhenti. Cara melakukan pengereman

depan yang baik adalah dengan meremas secara perlahan yang diawali jari kelingking dan diakhiri

jari telunjuk, tidak dengan menekan secara bersamaan.

5. Rem belakangdigunakan sebagai penyeimbang rem depan saja agar tidak terjatuh.

6. Setelah kendaraan sudah mulai berhenti barulah anda menarik kopling. Hal ini pun bertujuan

agar mesin kendaraan tetap menyala.

2.1.3 Safety Driving

Sama halnya dengan safety riding, safety driving juga mengacu pada keamanan saat berkendara

di jalan raya, sehingga menekan jumlah kematian akibat kecelakaan. Safety driving dikhususkan

untuk para pengguna mobil, sedangkan safety riding dikhususkan untuk pengguna motor. Safety

driving dianggap sebagai metode aman berkendara di jalan raya bagi para pemula.

Manfaat dari training safety driving yaitu:

1. Meningkatkan kesadaran peserta akan pentingnya sopan santun berlalu-lintas di jalan raya,

khususnya yang mengendarai mobil roda empat.

2. Mengetahui apa saja yang bisa menyebabkan kecelakaan lalu-lintas serta bagaimana

mencegahnya.

(7)

Apabila pengemudi sadar akan bahaya yang bisa terjadi sewaktu-waktu ketika pengemudi sedang

mengendarai mobil di jalan raya, maka kecelakaan dapat diminimalisir. Kesadaran itulah yang

harus dimiliki oleh setiap pengemudi.

Pengetahuan safety driving berkaitan dengan prinsip dasar dari safety driving yang terdiri dari

menguasai cara berkendara dengan baik, mengenali karakter berkendara dengan baik di semua

kondisi jalan, memahami rambu-rambu lalu lintas, memahami peraturan dan etika berlalu lintas

serta mengutamakan keselamatan berkendara baik keselamatan pengendara, penumpang maupun

pengendara lain.

2. Remaja Sebagai Pengguna Jalan

Remaja identik mengikuti hal-hal yang sedang menjadi tren saat ini. Mobil merupakan salah satu

tren yang sedang digemari remaja, dengan ruangan dalam mobil yang cukup nyaman digunakan

ketika berkendara di jalanan, serta biaya mobil yang terbilang mahal, menuntut mereka untuk

tampil menarik di depan teman-teman mereka. Sehingga mereka lebih percaya diri apabila

berangkat ke sekolah dengan menggunakan mobil pribadi. Oleh karena itu, mereka harus memiliki

SIM A. Untuk mendapatkan SIM A tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Membuat SIM A memerlukan kesiapan dan kematangan dalam mengendarai mobil, karena kedua

hal itu akan diujikan dalam tes praktek, selain terdapat tes teori. Namun, banyak remaja yang ingin

mendapatkan SIM secara mudah tanpa melalui tes tersebut. Mereka bahkan memberi sogokkan

kepada aparat yang bertugas di pembuatan SIM, parahnya lagi aparat yang bersangkutan menerima

sogokkan tersebut. Akibatnya ketidakmatangan remaja dalam berkendara menyebabkan

kecelakaan lalu lintas terjadi di mana-mana.

2.1.4 Upaya Menekan Jumlah Kecelakaan di Jalan Raya

Kecelakaan memang terjadi tanpa pandang bulu, tetapi pengendara bisa mengantisipasinya dengan

mengambil tindakan jitu dalam berkendara, yaitu siap kendaraan dan pengemudinya.

Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang mengemukakan tentang metode penganggulangan

kecelakaan.

a. Metode Pre-Emptif

Metode pre-emptif sebagai upaya penangkalan di dalam menanggulangi kecelakaan lalu lintas,

(8)

yang dilaksanakan melalui koordinasi yang baik antar instansi terkait, maka pengemudi akan lebih

mampu mengantisipasi dan mengeliminasi secara dini dampak-dampak negative yang mungkin

akan timbul.

Metode pre-emptif dalam menanggulangi kecelakaan lalu lintas secara arbitrasi dapat

diimplementasikan melalui tindakan terpadu di dalam:

1) Perencanaan pengembangan kota.

2) Perencanaan tata guna lahan.

3) Perencanaan pengembangan transportasi.

4) Perencanaan pengembangan angkutan umum.

5) Perencanaan yang menyangkut komponen-komponen system lalu lintas.

b. Metode Preventif

Metode preventif adalah upaya-upaya yang ditujukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan lalu

lintas, yang dalam bentuk konkretnya berupa kegiatan-kegiatan pengaturan lalu lintas, penjagaan

tempat-tempat rawan, patrol, pengawalan dan lain sebagainya.

Mengingat bahwa kecelakaan lalu lintas itu dapat terjadi karena faktor jalan, faktor manusia dan

faktor lingkungan secara simultan (dalam satu sistem, yaitu sistem lalu lintas) maka upaya-upaya

pencegahannya pun dapat ditujukan kepada pengaturan komponen-komponen lalu lintas tersebut

serta sistem lalu lintasnya sendiri.

Secara garis besar, upaya-upaya tersebut diuraikan sebagai berikut:

1) Upaya pengaturan faktor jalan

a) Karakteristik prasarana jalan akan mempengaruhi intensitas dan kualitas kecelakaan lalu lintas,

maka dalam pembangunan setiap jaringan jalan harus disesuaikan dengan pola tingkah laku dan

kebiasaan pemakai jalannya.

b) Lebar jalan yang cukup, permukaan yang nyaman dan aman, rancangan yang tepat untuk

persimpangan dengan jarak pandang yang cukup aman, dilengkapi dengan rambu-rambu, marka

jalan dan tanda jalan yang cukup banyak dan cukup jelas dapat dilihat (informatif), lampu

penerangan jalan yang baik, serta koefisien gesekan permukaan jalan yang sesuai dengan standar

geometrik.

(9)

a) Faktor karakteristik kendaraan juga sering membawa dampak tingginya intensitas dan kualitas

kecelakaan lalu lintas, kendaraan harus dirancang, dilengkapi dan dirawat sebaik-baiknya.

Kecelakaan lalu lintas dapat dihindari apabila kondisi kendaraan prima (stabil).

b) Kepakeman rem dan berfungsinya lampu-lampu adalah erat kaitannya dengan perawatan.

Karena itu perlu pemeriksaan rutin melalui pengujian berkala yang dilaksanakan tanpa ada

toleransi.

3) Upaya pengaturan faktor manusia

a) Faktor pemakai jalan merupakan elemen yang paling krisis dalam sistem lalu lintas, karena

kesalahan pejalan itu sendiri yang pada umumnya lengah, ketidakpatuhan pada peraturan dan

mengabaikan sopan santun berlalu lintas.

b) Metode yang diterapkan dalam meningkatkan unjuk kerja pengemudi adalah dengan tes

kesehatan fisik dan psikis dengan pendidikan dan latihan.

c) Pendidikan dan latihan harus mencakup pelajaran tentang sopan santun berlalu lintas. Penelitian

tentang penyebab kecelakaan adalah mereka yang berpendidikan Sekolah Dasar sampai dengan

Sekolah Menengah Atas. Fakta ini menunjukkan adanya hubungan yang erat antara manusia dan

tingkat pendidikan dengan kecelakaan lalu lintas di jalan.

d) Penegakkan hukum, pengawasan dan pemberian sanksi hukuman harus tetap diterapkan

(10)

BAB 3

KESIMPULAN DAN DAFTAR PUSTAKA

KESIMPULAN

Pengetahuan dapat menekan tingginya kecelakaan di jalan raya, untuk itu para pengguna jalan

harus mempunyai pengetahuan yang cukup. Sosialisasi tentang seputar keselamatan berkendara,

pentingnya pemanasan tubuh saat hendak berkendara, kesiapan kendaraan, posisi berkendara yang

ideal, dan lain-lain juga diperlukan. Dalam hal ini polisi sebagai aparat pengatur keamanan dan

ketertiban jelas menjadi oknum yang paling penting untuk mensosialisasikan hal tersebut kepada

masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia., 2000, Keselamatan Lalu Lintas,

(https://id.wikipedia.org/wiki/Keselamatan_lalu_lintas, diakses tanggal 20 november 2015)

Researchgate., 2014, Membangun Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia,

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “ Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI ( Team Assisted

Berdasarkan hasil dari pengujian metode Support Vector Machine (SVM) sangat cocok untuk klasifikasi rumah layak huni dengan nilai akurasi rata-rata yaitu 98,75%.

Perusahaan memerlukan berbagai cara untuk dapat mengatur kegiatan pemasarannya agar sesuai dengan tujuan perusahaan yang telah ditetapkan, demikian juga lembaga

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang Hygiene Sanitasi pada Pedagang Makanan Jajanan Di Lingkungan Sekolah Dasar Di Kecamatan Bongomeme

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh intellectual capital terhadap nilai pasar dan kinerja keuangan perusahaan khususnya pada perusahaan makanan dan

Tujuan dilaksanakannya ajang Pemilihan Jegeg Bagus Karangasem adalah untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan dan kapasitas generasi muda Kabupaten Karangasem untuk

Berdasarkan tingginya prevalensi infeksi saluran pernapasan atas (ISPa) pada anak serta timbulnya kasus dan dampak penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dengan

memperjelas penelitian yang diperoleh dari Kantor Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Kantor Camat Batang Peranap Kabupaten Indragiri Hulu