• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK ASFIKSIA BERHUBUNGAN DENGAN MENINGKATNYA KEJADIAN GANGGUAN GINJAL AKUT PADA NEONATUS CUKUP BULAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK ASFIKSIA BERHUBUNGAN DENGAN MENINGKATNYA KEJADIAN GANGGUAN GINJAL AKUT PADA NEONATUS CUKUP BULAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ASFIKSIA BERHUBUNGAN DENGAN MENINGKATNYA KEJADIAN GANGGUAN GINJAL AKUT PADA NEONATUS CUKUP BULAN

Asfiksia neonatorum masih menjadi masalah karena secara signifikan meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Asfiksia menyebabkan penurunan perfusi ginjal yang memicu terjadinya vasomotor nephropathy yang akhirnya terjadi gangguan ginjal akut (GgGA). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui asfiksia berhubungan dengan meningkatnya kejadian GgGA pada neonatus cukup bulan.

Penelitian ini dilakukan di RSUP Sanglah Denpasar, mulai Juni 2015 sampai Desember 2016 secara kohort prospektif selama 4 hari. Pengamatan kejadian GgGA dilakukan sejak subjek terpilih dengan pengukuran produksi urine dan pemeriksaan serum kreatinin saat usia 2 dan 4 hari. Analisis bivariate asfiksia dengan kejadian GgGA menggunakan uji Chi-square, besarnya risiko terjadinya GgGA dinyatakan dalam risiko relatif (RR). Analisis multivariate antara asfiksia, sepsis, gagal jantung, dan amikasin menggunakan uji regresi logistik. Signifikan bila nilai p < 0,05.

Total 88 subjek penelitian yang terdiri dari 45 kelompok asfiksia dan 43 kelompok vigorous baby. Kejadian GgGA sebesar 54% pada asfiksia dan 7% pada vigorous baby. Asfiksia signifikan berhubungan dengan kejadian GgGA nilai p < 0,001 dan RR 7,64 (Interval Kepercayaan (IK) 95%: 2,48 – 23,55). Pada analisis regresi logistik didapatkan asfiksia dan sepsis berhubungan dengan kejadian GgGA pada neonatus cukup bulan nilai p = 0,001 Rasio Odds (RO) 10,01 (IK 95%: 2,61 – 39,01) dan nilai p = 0,046 RO 8,91 (IK 95%: 1,04 – 76,38).

Pada neonatus cukup bulan yang mengalami asfiksia didapatkan kejadiaan GgGA sebanyak 54%. Asfiksia signifikan berhubungan dengan kejadian GgGA pada neonatus cukup bulan dengan risiko 7,64 kali.

(2)

ABSTRACT

ASPHYXIA IS ASSOCIATED WITH INCREASED OF ACUTE KIDNEY INJURIES IN FULLTERM NEONATES

Neonatal asphyxia remains a problem due to significantly increased morbidity and mortality. Asphyxia can cause decrease renal perfusion that trigger vasomotor nephropathy and ultimately lead acute kidney injuries (AKI). The aim of this study is to determine association of asphyxia and increase of AKI in full term neonate.

This research was conducted at Sanglah Hospital in Denpasar, from June 2015 until December 2016, in a prospective cohort study until the subject was 4 days old. Incident of AKI was observed since the subject was included by measuring urine output and serum creatinine at age 2 and 4 days. Bivariate analysis of asphyxia with AKI events was made using Chi-square test, the magnitude of the risk of AKI was shown in relative risk (RR). Multivariate analysis between asphyxia, sepsis, heart failure, and amikacin was done using logistic regression. Significant if p <0.05.

Total of 88 subjects was included, consist of 45 subject with asphyxia and 43 subject with vigorous baby. Acute kidney injuries incidence was 54% in asphyxia groups and 7% in vigorous baby groups. Asphyxia significantly associated with the incidence of AKI with p <0.001 and RR 7.64 (Confidence Interval (CI) 95%: 2.48 to 23.55). In a logistic regression analysis obtained asphyxia and sepsis associated with the incidence of ARI in fullterm neonate, p = 0.001, Odds Ratio (RO) to 10.01 (95% CI: 2.61 to 39.01) and p = 0.046 RO 8.91 (CI 95%: 1.04 to 76.38).

The incident of AKI was 54% in fullterm neonates with asphyxia. Asphyxia significantly associated with AKI in fullterm neonates with 7.64 times risk.

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PRASYARAT GELAR ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... v

UCAPAN TERIMAKASIH ... vi

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ……… 1

1.2 Rumusan Masalah ………. 4

1.3 Tujuan Penelitian ……… 4

1.4 Manfaat Penelitian ……… 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……… 6

2.1 Asfiksia Neonatorum………… ………. 6 2.1.1 Definisi……… ………. 6 2.1.2 Etiologi ……….. 6 2.1.3 Patofisiologi ………. 8 2.1.4 Diagnosis………. ……… 10 2.1.5 Penyulit asfiksia……… 14

(4)

2.2 Ginjal pada Neonatus Cukup Bulan……… 15

2.2.1 Berat badan lahir memengaruhi perkembangan ginjal dan munculnya penyakit ginjal pada neonatus cukup bulan………... 15

2.2.2 Laju filtrasi glomerulus pada neonatus cukup bulan……… 16

2.3 Gangguan Ginjal Akut pada Neonatus…………...…………... 17

2.3.1 Definisi………. ……….... 17

2.3.2 Etiologi………. ……… 18

2.3.3 Patogenesis. ………. 25

2.3.4 Patogenesis gangguan ginjal akut pada asfiksia…….………….. 31

2.3.5 Gambaran klinis gangguan ginjal akut……….……… 34

2.3.6 Diagnosis……….. ……… 36

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 45 3.1 Kerangka Berpikir ……….. 45

3.2 Kerangka Konsep……… 47

3.3 Hipotesis………… ………... 48

BAB IV METODE PENELITIAN ……… 49

4.1 Rancangan Penelitian ………. 49

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ……… 49

4.3 Penentuan Sumber Data ………. 50

4.3.1 Populasi penelitian……… 50

4.3.2 Sampel penelitian ………. 50

4.4 Variabel Penelitian ………. 52

4.4.1 Identifikasi variabel…….………. 52

4.4.2 Definisi operasional variabel………….………... 52

4.5 Instrumen Penelitian……….. ……… 56

4.6 Prosedur Penelitian ……… 56

4.6.1 Cara penelitian……… . 56

4.6.2 Alur penelitian.………. 59

(5)

4.8 Etika Penelitian………... 60

BAB V HASIL PENELITIAN….……….………. 61

5.1 Karakteristik Subjek Penelitian………..………. 61

5.2 Skor APGAR, Kadar Serum Kreatinin, Estimasi Laju Filtrasi Glomerulus (LFG), dan Produksi Urine pada Neonatus Cukup Bulan ………….. 65

5.3 Kejadian Gangguan Ginjal Akut Saat Pemantauan Hari Ke-2 dan Ke-4……… 66

5.4 Stadium Gangguan Ginjal Akut Sesuai Klasifikasi pediatric RIFLE Berdasarkan Derajat Asfiksia pada Pemantauan Hari Ke-2 dan Ke-4.. 67

5.5 Hubungan antara Asfiksia dengan Kejadian Gangguan Ginjal Akut pada Neonatus Cukup Bulan..……… 68

5.6 Variabel yang Memengaruhi Kejadian Gangguan Ginjal Akut pada Neonatus Cukup Bulan……….. 69

BAB VI PEMBAHASAN……….……….……… 70

6.1 Karakteristik Subjek Penelitian………….………..………... 70

6.2 Skor APGAR, Kadar Serum Kreatinin, Estimasi Laju Filtrasi Glomerulus (LFG), dan Produksi Urine pada Neonatus Cukup Bulan…...….……. 70

6.3 Kejadian Gangguan Ginjal Akut Saat Pemantauan Hari Ke-2 dan Ke-4……… 74

6.4 Stadium Gangguan Ginjal Akut Sesuai Klasifikasi pediatric RIFLE Berdasarkan Derajat Asfiksia pada Pemantauan Hari Ke-2 dan Ke-4.. 75

6.5 Hubungan antara Asfiksia dengan Kejadian Gangguan Ginjal Akut pada Neonatus Cukup Bulan ..……….….……… 76

6.6 Variabel yang Memengaruhi Kejadian Gangguan Ginjal Akut pada Neonatus Cukup Bulan………. 77

6.7 Keterbatasan Penelitian……….………. 78

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN..….……….….………. 79

7.1 Simpulan………..………..………….………... 79

(6)

DAFTAR PUSTAKA ……….. 80 LAMPIRAN-LAMPIRAN ……… 85

(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1. Perubahan kardiopulmonal pasien asfiksia dan setelah resusitasi ... 10

2.2. Laju filtrasi glomerulus neonatus cukup bulan dan kurang bulan serta peningkatan sampai remaja ... 17

2.3. Mekanisme asfiksia menyebabkan gangguan ginjal akut pada neonatus ... 34

2.4. Kadar kreatinin pada neonatus dengan gangguan ginjal akut sesuai umur ... 40

3.1. Kerangka konsep ... 47

4.1. Rancangan penelitian kohort prospektif selama 4 hari ... 49

4.2. Alur Penelitian ... 59

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1. Skor APGAR ... 11

2.2. Kematian Neonatus Aterm berhubungan dengan Skor APGAR ... 12

2.3. Resiko Relatif dari Kematian Neonatus dengan skor APGAR menit ke 5 dan Derajat Asidemia Darah Arteri Umbilikal ... 13

2.4. Hubungan indikator prediktor asfiksia dengan morbiditas sistem organ multipel ... 13

2.5. Manifestasi klinis sepsis neonatorum ... 22

2.6. Septic marker ... 22

2.7. Kriteria gagal jantung Ross dan Reithmann ... 23

2.8. Klasifikasi pediatric RIFLE (pRIFLE) ... 38

2.9. Nilai konstanta berdasarkan usia dan jenis kelamin ... 39

2.10. Nilai normal laju filtrasi glomerulus pada anak ... 39

4.1. Skor APGAR ... 53

5.1. Karakteristik subjek penelitian ... 64

5.2. Hasil pemeriksaan skor APGAR, kadar serum kreatinin, estimasi laju filtrasi glomerulus (LFG), dan produksi urine ... 66

5.3. Kejadian gangguan ginjal akut pada pemantauan hari ke-2 dan ke-4 ... 67

5.4. Stadium gangguan ginjal akut berdasarkan derajat asfiksia saat pemantauan hari ke-2 dan ke-4 ... 68

5.5. Hubungan antara asfiksia dengan kejadian gangguan ginjal akut pada neonatus ... 68

5.6. Analisis multivariate yang memengaruhi gangguan ginjal akut pada neonatus ... 69

(9)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

SINGKATAN

AAP : American Academy of Pediatrics ADQI : The Acute Dialysis Quality Initiative AGD : Analisis Gas Darah

AHA : American Hearth Association AKI : Acute Kidney Injury

CRP : C Reactive Protein dL : desiliter

eCCL : Estimated Creatinin Clearance ET : Endothelin

GgGA : Gangguan Ginjal Akut

GNAPS : Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus IK : Interval Kepercayaan

LFG : Laju Filtrasi Glomerulus MAP : Mean Arterial Pressure mg : milligram

ml : mililiter n : jumlah

NICU : Neonatal Intensive Care Unite NO : Nitric Oxide

NOS : Nitric Oxide Synthaze

NSAID : Non Steroid Anti Inflammatory Drugs NTA : Nekrosis Tubuler Akut

pRIFLE : Pediatric RIFLE PT : Perguruan Tinggi RFI : Renal Failure Index RO : Rasio Odds

(10)

SD : Sekolah Dasar

SIADH : Syndrome Of Inappropriate Antidiuretic Hormone SMA : Sekolah Menengah Atas

SMP : Sekolah Menengah Pertama

SN LFG : Single Nephrone Laju Filtrasi Glomerulus TGF- β1 : Tumor Growth Factor Betta 1

WHO : World Health Organization\

LAMBANG

= : sama dengan < : kurang dari > : lebih dari

³ : lebih dari sama dengan £ : kurang dari sama dengan % : persen

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Persetujuan Setelah Penjelasan……… 85

Lampiran 2 Kuesioner……… 89

Lampiran 3 Ethical Clearence……… 95

Lampiran 4 Surat Ijin Melaksanakan Penelitian……… 96

Lampiran 5 Hasil Analisis Data……..………... 97

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaaan gawat darurat neonatus berupa kegagalan bernafas secara spontan, teratur, dan adekwat segera setelah lahir (Snyder dan Cloherty, 1998). Asfiksia neonatorun masih menjadi masalah karena secara signifikan menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas. Insiden asfiksia neonatorum di dunia berkisar antara 1 sampai 10 kejadian per 1.000 kelahiran hidup serta dipengaruhi oleh sumber daya medis setempat (McGuire, 2007). Asfiksia menyebabkan kematian neonatus sebesar 0,33 per 1.000 kelahiran hidup diseluruh dunia (Macfarlane dan Mugford, 2005). Kejadian asfiksia sebesar 3 – 5% dari seluruh kelahiran atau sekitar 250.000 bayi asfiksia lahir tiap tahun di Indonesia (Alisjahbana dkk., 1999). Pada tahun 2000 didapatkan 6,3% bayi mengalami asfiksia dari seluruh kelahiran, 2,1% diantaranya lahir dengan asfiksia berat di Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta (Manoe dan Amir, 2003).

Pada keadaan asfiksia terjadi gangguan pertukaran O2 dan CO2 di dalam paru atau plasenta yang memicu terjadinya hipoksia dan hiperkapnia. Asfiksia akan menyebabkan terjadinya glikolisis anaerob serta meningkatkan produksi asam laktat sehingga terjadi asidosis (Guha dkk., 2009). Kondisi hipoksia, hiperkapnia, dan asidosis menimbulkan gangguan metabolisme sel yang pada akhirnya

(13)

asfiksia berat dan asfiksia sedang serta semakin berat asfiksia berhubungan dengan peningkatan kemungkinan terjadinya disfungsi multiorgan. Organ vital yang terkena dampak asfiksia berat dengan insiden terbanyak adalah ginjal (50%), kemudian otak (28%), kardiovaskular (25%) dan paru (23%) (Snyder dan

Cloherty, 1998).

Ginjal adalah organ yang sangat peka terhadap kondisi hipoksia. Hipoksia yang terjadi dalam 24 jam pertama kehidupan akan menyebabkan iskemia ginjal yang awalnya bersifat sementara, namun bila hipoksia berlanjut akan

menyebabkan kerusakan korteks dan medulla yang bersifat permanen (Fitzpatrick dkk., 2003). Kelainan ginjal yang sering terjadi karena asfiksia berat adalah gangguan ginjal akut (39%) (Wahyudi, 2003).

Pada gangguan ginjal akut (GgGA) terjadi penurunan mendadak laju filtrasi glomerulus (LFG) yang mengakibatkan retensi kreatinin dan produk sisa

metabolism nitrogen serta ketidakmampuan ginjal untuk meregulasi homeostasis cairan dan elektrolit tubuh (Chua dan Sarwal, 2005). Drukker dan Guignard (2002) melaporkan kejadian GgGA pada neonatus berkisar 8% sampai 24% pada neonatus yang dirawat di ruang Neonatal Intensive Care Unite (NICU). Mortalitas GgGA masih tinggi yaitu sebesar 20.5% pada penelitian di Iran (Mortazavi dkk., 2009) dan 37% di Jerman (Wedekin dkk., 2008). Penilaian GgGA yang digunakan saat ini adalah klasifikasi pediatric RIFLE (pRIFLE).

Keunggulan klasifikasi pRIFLE adalah dapat mendeteksi GgGA dari ringan sampai keadaan paling berat serta mampu mendeteksi GgGA lebih dini dari pada penilaian awal menggunakan nilai serum kreatinin > 1,5 mg/dl. Mortalitas GgGA

(14)

semakin meningkat sesuai dengan stadium yaitu mortalitas 38,3% stadium risk, 50% pada stadium injury, dan 74,5% pada stadium failure (Bellomo dkk., 2004). Penelitian sebelumnya yang mengkaji asfiksia dengan kejadian GgGA adalah studi yang dilakukan oleh Umboh (2002) pada bayi baru lahir didapatkan hasil terdapat perbedaan bermakna kadar serum ureum dan kreatinin serta LFG antara kelompok bayi sehat dengan asfiksia berat dan antara kelompok asfiksia ringan-sedang dengan asfiksia berat. Penelitian oleh Gupta dkk. (2005) menyatakan kadar ureum dan kreatinin lebih tinggi pada bayi asfiksia dibanding kelompok kontrol (p < 0,001). Dari 70 bayi asfiksia, 33 bayi (47,1%) mengalami GgGA. Penelitian Aggarwal dkk. (2005) mendapatkan kejadian GgGA sebanyak 56% pada bayi asfiksia, sedangkan bayi sehat didapatkan kejadian GgGA sebesar 4%. Nilai serum kreatinin dan urea darah secara signifikan lebih tinggi pada bayi asfiksia pada hari ke 4 tetapi tidak pada hari ke 2. Penelitian Kaur dkk. (2011) didapatkan kejadian asfiksia sedang sebanyak 30,6% dan asfiksi berat 69,4%. Kejadian GgGA pada asfiksia sedang adalah 9,1% dan kejadian GgGA pada asfiksia berat adalah 56%. Dari beberapa penelitian diatas tidak ada satupun yang menggunakan kriteria pRIFLE untuk mengklasifikasikan GgGA yang dicari dalam penelitian.

Uraian diatas menjadi dasar pertimbangan peneliti untuk melakukan studi mengenai asfiksia berhubungan dengan meningkatnya kejadian gangguan ginjal akut pada neonatus cukup bulan. Pada studi ini menggunakan klasifikasi pRIFLE untuk menentukan kejadian GgGA pada neonatus cukup bulan.

(15)

1.2 Rumusan Masalah

Apakah asfiksia berhubungan dengan meningkatnya kejadian gangguan ginjal akut pada neonatus cukup bulan?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah asfiksia berhubungan dengan meningkatnya kejadian gangguan ginjal akut pada neonatus cukup bulan.

1.3.2 Tujuan khusus

1.3.2.1 Untuk mengetahui skor APGAR, kadar serum kreatinin, estimasi laju filtrasi glomerulus (LFG), dan produksi urine pada neonatus cukup bulan.

1.3.2.2 Untuk mengetahui kejadian gangguan ginjal akut saat pemantauan hari ke-2 dan ke-4.

1.3.2.3 Untuk mengetahui stadium Gangguan Ginjal Akut sesuai klasifikasi pediatric RIFLE berdasarkan derajat asfiksia pada pemantauan hari ke -2 dan ke-4.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat praktis

Penelitian ini membantu meningkatkan kesadaran tenaga medis mengenai peran asfiksia terhadap kejadian gangguan ginjal akut pada neonatus, sehingga identifikasi dapat dilakukan lebih cepat diikuti dengan pengobatan yang tepat.

(16)

1.4.2 Manfaat akademik

Penelitian ini dapat memberikan masukan dan tambahan ilmu pengetahuan baru bagi sejawat dokter anak, dokter umum, perawat, bidan, dan mahasiswa kedokteran mengenai asfiksia yang memiliki hubungan dengan kejadian gangguan ginjal akut pada neonatus. Selanjutnya diharapkan dapat menjadi dasar

Referensi

Dokumen terkait

1) Mekanisme autooksidasi glukosa, atau senyawa oksigen reaktif, yang mengandung oksigen radikal bebas pada penderita diabetes akan menginduksi peroksidasi lipid

Dalam perjalanan sejarah ada kaum konservatif yang memandang masa lalu sebagai warisan yang di dalamnya terkandung solusi yang cukup memadai bagi seluruh tantangan

Sijunjung UPTD Benih Bt.. Batu

7XMXDQ GDUL WDKDS LQL XQWXN PHPSHUROHK GDWD QLODL GDUL 5 SHQWDQDKDQ 'DWD 5 SHQWDQDKDQ GLSHUROHK GHQJDQ PHQJJXQDNDQ DODW XNXU \DQJ WHODK GLWHQWXNDQ VHEHOXPQ\D 0HQJXNXU WDKDQDQ

Sehingga, j ika Poppy King, wirausaha muda dari Aust ralia mengat akan bahwa ket iga hal it ulah yang dihadapi oleh seorang wirausaha dalam bidang apapun, maka bukankah it u

(4) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Walikota atau Kepala Dinas tidak memberikan keputusan atas permohonan pengurangan, keringanan

Kegiatan pertambangan tanah urug pada topografi yang berbukit memiliki potensi terjadi longsor lahan. Suatu kejadian longsor lahan pada kegiatan pertambangan dapat menimbulkan

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia-Nyalah, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis dan Perancangan